Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Segala puji atas kebesaran Sang Khalik yang telah menciptakan alam semesta dalam suatu
keteraturan hingga dari lisan terpetik berjuta rasa syukur kehadirat ALLAH SWT. Karena atas
limpahan Rahmat dan Karunia-Nyalah sehingga kami diberikan kesempatan dan kesehatan untuk
dapat menyelesaikan makalah Fisika inti ini dengan judul REAKSI INTI DAN SIFAT-SIFAT INTI
ATOM yang merupakan tugas kami dalam mata kuliah Pendahuluan Fisika Inti di semester empat
ini. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada baginda Nabi Muhammad SAW, yang diutus ke
permukaan bumi ini menuntun manusia dari lembah kebiadaban menuju ke puncak peradaban seperti
sekarang ini.
Kami menyadari sepenuhnya, dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dari tantangan dan
hambatan. Namun berkat usaha dan motivasi dari pihak-pihak langsung maupun tidak langsung yang
memperlancar jalannya penyusunan makalah ini sehingga makalah ini dapat kami susun seperti
sekarang ini. Olehnya itu, secara mendalam kami ucapkan banyak terima kasih atas bantuan dan
motivasi yang diberikan sehingga Penyusun dapat menyelesaikan makalah ini.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati kami menyadari bahwa hanya kepada ALLAH
SWT jugalah kita menyerahkan segalanya. Semoga makalah ini dapat menjadi referensi dan tambahan
materi pembelajaran bagi kita semua, Aamiin Yaa Robb.
Malang, januari 2014

Penyusun







BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah pada makalah ini sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan reaksi inti ?
2. Apa saja yang termasuk dalam jenis-jenis reaksi inti?
3. Apa yang dimaksud dengan sifat-sifat inti atom?
C. TUJUAN
Tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian reaksi inti
2. Untuk mengetahui pengertian reaksi inti berantai
3. Untuk mengetahui pengertian sifat-sifat inti atom?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Reaksi Inti
Unsur radioaktif, inti-intinya meluruh menjadi inti yang lain yang lebih stabil. Pada peristiwa
peluruhan radioaktif inti-inti berubah dengan sendirinya tanpa dipengaruhi atau berlangsung secara
alami. Tetapi sebenarnya perubahan inti-inti radioaktif juga dapat dilakukan dengan cara
menembakkan partikel-pertikel yang mempunyai energi cukup sehingga berlangsung reaksi pada
unsur yang ditembaki. Reaksi yang terjadi dinamakan reaksi nuklir. Jadi reaksi inti atau reaksi
nuklir adalah proses yang terjadi apabila partikel-pertikel nuklir (nukleon atau inti atom) saling
mengadakan kontak.
Reaksi inti ditulis sebagai berikut:
atau disingkat :
X adalah inti awal, Y inti akhir, sedang a dan b masing-masing adalah partikel datang dan yang
dipancarkan.
Apabila suatu partikel ditembakkan pada inti X, maka ada beberapa kemungkinan yang terjadi,
yakni hamburan elastik, hamburan inelastik dan reaksi inti.
Para ahli banyak menggunakan reaksi inti ini untuk tujuan analisis kualitatif dan kuantitatif dalam
suatu penelitian, misalnya AAN (Aktivasi Neutron).
Dalam reaksi inti berlaku beberapa hukum kekekalan, antara lain:
1. Hukum kekekalam muatan
Z = tetap
2. Hukum kekekalan massa dan energi
M
A
.C
2
+ m
a
.C
2
+ Ka = MB.C
2
+ M
b
.C
2
+ Kb + Kb
M
A
.C
2
+ m
a
.C
2
= M
B
.C
2
+ M
b
.C
2
+ Q
Dimana Q = energi reaksi
= KB + Kb Ka
(Energi kinetik)
Bila Q > 0 reaksi ekso energi
Q < 0 reaksi endo energy
3. Hukum kekekalan nomor massa
A = tetap
4. Hukum kekekalan momentum sudut inti
I = tetap
5. Hukum kekekalan paritas
= tetap
6. Hukum kekekalan momentum linier
P = tetap
Partikel yang digunakan untuk menembaki inti-inti radioaktif agar terjadi reaksi nuklir adalah
partikel , partikel , sinar , netron, proton dan deuteron. Pada peristiwa reaksi nuklir, inti yang
ditembaki akan berubah menjadi inti yang lain disertai pelepasan partikel lain dan energi. Besarnya
energi yang terbentuk pada peristiwa reaksi sama dengan selisih massa mula-mula dengan massa
akhir.
Reaksi inti dapat digolongkan dengan beberapa cara, tergantung pada keadaan yaitu sebagai
berikut:
1. Klasifikasi reaksi inti menurut partikel penembak
Menurut klasifikasi ini dapat digolongkan dalam beberapa golongan, yakni:
a. Reaksi partikel bermuatan
Termasuk reaksi ini adalah reaksi p, d, , C
12
, O
16
.
b. Reaksi netron
Partikel yang ditembakkan adalah netron
c. Reaksi foto nuklir
Partikel yang ditembakkan adalah foton (sinar gamma)
d. Reaksi elektron
Partikel yang ditembakkan adalah elektron
2. Klasifikasi reaksi inti menurut energi partikel penembak
a. Untuk reaksi netron, energi netron penembak dapat digolongkan dalam empat golongan,
yaitu:
Netron termik dengan energi datang ~ 1/40 eV
Netron epitermik dengan energi datang ~ 1 eV
Netron datang dengan energi datang ~ 1 keV
Netron cepat dengan energi datang 0,1 10 MeV
b. Untuk reaksi partikel bermuatan, partikel penembak digolongkan sebagai berikut:
Partikel berenergi rendah : 0,1 10 MeV
Partikel berenergi tinggi : 10 100 MeV
3. Reaksi Fisi
Reaksi fisi (reaksi pembelahan) yaitu reaksi yang terjadi pada inti berat dan akan meluruh atau
pecah menjadi inti-inti ringan secara berantai. Pada reaksi tersebut, inti atom menangkap netron
dan menghasilkan keadaan inti yang sangat labil dan dalam waktu yang singkat inti tersebut
akan membelah menjadi belahan inti utama disertai munculnya dua atau tiga netron-netron
baru.
Ukuran dari kedua pecahan hasil reaksi tidak tetap, dengan kemungkinan terbesar pecahan yang
satu memiliki nomor massa sekitar 90 dan yang lain sekitar 140. Energi yang dibebaskan dalam
fisi, sebagian besar akan berubah menjadi energi kinetik dari kedua pecahan itu yaitu sekitar 80
persen, sedangkan yang 20 persen muncul dalam bentuk peluruhan (beta dan gamma) serta
energi kinetik sejumlah netron yang terpancar pada proses fisi. Sebagai contoh pada peluruhan
Uranium yang sering terjadi adalah:

Salah satu contoh peluruhan Uranium yang ditampilkan dalam bentuk gambar.

Gambar 2.6. Salah satu contoh reaksi fisi peluruhan Uranium
Pada reaksi dengan penembakan neutron termal pada inti uranium (inti fisil) akan menghasilkan
inti baru dan disertai lepasnya dua neutron yang jika sudah diperlambat dalam moderator dapat
menyebabkan terjadi reaksi berikutnya, sehingga terjadilah reaksi berantai, seperti gambar
dibawah ini.

Gambar 2.7. Reaksi berantai Uranium 235
Pada gambar 14 menjelaskan bahawa sebuah neutron yang bergerak lambat memicu fisi atau
pembelahan sebuah inti uranium-235 dan beberapa neutron dipancarkan. Dalam uranium yang
telah diperkaya agar mengandung uranium-235 dengan perbandingan yang tinggi, neutron-
neutron ini segera menghantam inti-inti uranium-235 lainnya dan mengulangi proses tersebut.
Terjadilah proses fisi secara terus menerus, dengan melepaskan energi dalam jumlah yang
besar.

Energi total setiap kali fisi untuk satu neutron menembak satu kali adalah sekitar 200 MeV.
Jika suatu reaksi menghasilkan energi Q>0, reaksi tersebut dinamakan reaksi Eksotermik atau
Eksoergik, sedangkan jika Q<0, maka diperlukan energi selama reaksi dan reaksinya
dinamakan reaksi Endotermik atau Endoergik (Soetjipto, 1996:143).
Q adalah energi reaksi yang dihasilkan yang didefinisikan sebagai energi total yang dipancarkan
selama reaksi berlangsung yaitu sama dengan selisih energi kinetik sebelum reaksi dan energi
kinetik sesudah reaksi atau selisih massa sebelum reaksi dan sesudah reaksi dikalikan c
2
.
Sebagai contoh misalnya pada reaksi berikut:
A + B --> C + D
A adalah partikel penembak
B adalah partikel sasaran
C dan D adalah partikel baru hasil reaksi, maka
Pada reaksi inti yang digunakan partikel penembak, maka energi partikel penembak harus
cukup besar agar reaksi dapat terjadi. Besarnya energi kinetik minimum dari partikel penembak
agar terjadi reaksi dinamakan Energi Ambang.
4. Reaksi Fusi
Reaksi fusi (penggabungan atau peleburan) yaitu reaksi antara inti-inti ringan disertai dengan
pelepasan energi, misalnya penggabungan proton menjadi detron. Reaksi fusi adalah reaksi
yang belum bisa dibuat karena diperlukan wadah yang tahan terhadap suhu mencapai ~10
7

o
K.
Pada suhu tersebut atom-atom akan terionisasi membentuk keadaan yang dinamakan plasma.
Sebenarnya reaksi fusi merupakan sumber energi karena pada reaksi tersebut dihasilkan energi
yang besar sekali. Seperti reaksi yang terjadi pada matahari dan bintang-bintang.
Energi yang dihasilkan terbentuk melalui dua jenis reaksi, yaitu melalui daur proton-proton dan
daur carbon yang masing-masing menghasilkan energi sekitar 25 MeV dan 28 MeV.
a. Daur proton-proton

Gambar 2.8. Reaksi daur proton

b. Daur Carbon

Gambar 2.9. Reaksi daur carbon


B. Jenis-jenis Reaksi Inti
Suatu cara untuk menyerdahanakan penamaan reaksi inti hanyalah dengan menyebutkan (a,b) pada
inti sasaran. Jadi, untuk reaksi
35
Cl (n,p)
35
S, disebut reaksi (n,p) pada
35
Cl.
Berdasarkan sifat-sifat dari a dan b maka reaksi-reaksi inti dibedakan ke dalam beberapa jenis
seperti diuraikan berikut ini.
1.1 Hamburan Elastis
pada penembakan inti, dimana hasilnya a = b dan X = Y, disebut peristiwa hamburan elasti. Partikel
penembak menumbuk inti sasaran, ia kehilangan sebagian energi kinetiknya, yang dialihkan paad inti
sasaran. Tidak terjadi perubahan energi potensial total, dan energi kinetiknya kekal.
Jumlah energi yang ditransfer ke inti sasaran dapat dihitung dengan rumus :
Em
M) (m
2
sin M m 4
E
2
2
M



dimana E
m
adalah energi kinetik awal dari partikel penembak dengan massa m, dan E
M
adalah energi
kinetik yang diterima oleh inti sasaran dengan massa M. Teta () adalah besar sudut penyimpangan
dari arah datang semula dengan arah setelah menumbuk inti sasaran.
Hamburan elastik digunakan dalam perlambatan neutron cepat oleh moderator di dalam reaktor
nuklir.
1.2 Hamburan Inelastik
Suatu proses penghamburan dianggap inelastik jika sebagian energi kinetik partikel misil digunakan
untuk menaikkan energi potensial inti asasaran,antara lain berupa eksitasi ketingkat energi yang
lebih tinggi. Dalam kasus ini energi kinetik sistem tidak kekal.
Contoh :

107
Ag (n,n)
107m
Ag
IT

107
Ag
44,3 detik
1.3 Reaksi Photonuklir
Reaksi-reaksi inti yang diinduksi oleh sinar-X atau photon berenergi tinggi (>1 MeV) dipandang
sebagai reaksi-reaksi photonuklir. Dalam reaksi ini a = dan b lebih sering adalah n atau p dan bila
menggunakan photon dengan energi sangat tinggi maka b kemungkinan besar adalah d, t atau
atau bahkan campuran partikel-partikel.
1.4 Tangkapan Radiaktif
Bila partikel misil diserap oleh inti sasaran, inti sasaran tereksitasi yang kemudian memancarkan
radiasi satu atau lebih photon gamma (). Reaksi yang paling umum adalah (n, ), dimana hasilnya
adalah isotop dari inti sasaran yang massanya satu satuan massa lebih besar.
Contoh :
23
Na (n, )
24
Na,
31
P (n, )
32
P,
179
Au (n, )
180
Au
Selain reaksi (n, ) ada pula reaksi (p, ), tetapi disini inti hasilnya bukan isotop dari inti sasaran.
Contoh :
19
F (p, )
20
Ne,
27
Al (p, )
28
Si
Reaksi inti jenis lain meliputi reaksi (n,p), (p,n), (n, ), (,n), d,p), (d,n), (,t).
1.5 Reaksi inti spesial
Dalam reaksi-reaksi yang telah disebutkan terdahulu, perbedaan massa inti sasaran dengan inti hasil
hanya satu atau beberapa unit massa. Ada sejumlah reaksi inti yang mengakibatkan inti sasaran
tersobek-sobek atau terpecah menjadi dua bagian yang massanya lebih kurang sama. Masuk dalam
kelompok reaksi demikian adalah :
a. Penguapan (evaporation), yaitu bila berbagai nukleon dan atau gabungan nukleon seperti
partikel alpha meninggalkan inti sasaran. Contoh
27
Al (d,p)
24
Na.
b. Spalasi, yaitu reaksi yang sedikit lebih hebat dari evaporasi. Sejumlah besar nukleon
dilemparkan keluar dan hasilnya jauh lebih ringan dari inti sasaran. Contoh
63
Cu (p,p3n9)
24
Na.
c. Fisi, yaitu suatu proses dimana inti yang tereksitasi oleh neutron atau cara lain, membelah
menjadi dua bagian yang massanya seimbang. Contoh :
235
U + n
236
U
*

137
Te +
97
Zr + 2n
Probabilitas reaksi reaksi dapat pula dinyatakan sebagai probabilitas untuk menemukan partikel b
pada partikel datang a atau
o
I
I
. Persamaan rumusnya adalah

A
N
o
I
I

dimana = luas efektif dan N = jumlah inti atom.
C. SIFAT-SIFAT INTI ATOM
JARI-JARI ATOM
Berdasarkan perkembangan model atom yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli,
atom digambarkan sebagai partikel terkecil penyusun benda yang berbentuk bulat.
Berikut adalah bentuk penggambaran atom

Gambar 3. Jari-jari atom
Jari-jari atom adalah jarak dari pusat inti ke elektron paling luar. Jari-jari atom
ditentukan dengan mengukur panjang ikatan (jarak antar inti) dalam senyawa. Jari-jari
atom sangat kecil, diduga diameternya sekitar 10-10 m. Satuan yang biasa digunakan
untuk menyatakan jari-jari atom adalah angstrom (). Satu angstrom sama dengan 10 -
10 m.
Salah satu cara untuk mengukur ukuran inti adalah dengan menghamburkan partikel
bermuatan, seperti partikel alfa pada hamburan Rutherford. Selama partikel alfa masih
di luar inti, rumus Rutherford tetap berlaku, begitu jarak terdekatnya lebih kecil daripada
jari-jari inti, terjadi penyimpangan dari rumus Rutherford.
Jari-jari atom berubah-ubah bergantung pada besarnya tarikan antara inti dengan
elektronnya. Makin besar tarikan, makin kecil jari-jari atomnya. Tarikan inti terhadap
elektron dipengaruhi oleh jumlah proton dalam inti dan jumlah kulit yang mengandung
elektron. Inti dengan jumlah proton yang lebih banyak mempunyai tarikan yang lebih
besar terhadap elektron-elektronnya. Penurunan jari-jari atom dari kiri ke kanan dalam
periode yang sama disebabkan bertambahnya jumlah proton di dalam inti atom,
sedangkan jumlah orbitalnya sama.
Dengan bertambahnya jumlah proton, tarikan inti terhadap elektron valensi makin kuat
sehingga terjadi pengerutan volume atom. Akibatnya, jari-jari atom dari kiri ke kanan
mengecil. Kenaikan jari-jari atom dari atas ke bawah dalam golongan yang sama
disebabkan bertambahnya jumlah bertambahnya orbital (lintasan) elektron.
Bertambahnya orbital menyebabkan volume atom mengembang sehingga jari-jari atom
meningkat.

Salah satu cara untuk mengukur ukuran inti adalah dengan menghamburkan partikel
bermuatan, seperti partikel alfa pada hamburan Rutherford. Selama partikel alfa masih
di luar inti, rumus Rutherford tetap berlaku, begitu jarak terdekatnya lebih kecil daripada
jari-jari inti, terjadi penyimpangan dari rumus Rutherford.


MUATAN INTI
Inti atom terdiri atas proton dan neutron yang terikat bersama pada pusat atom. Secara
kolektif, proton dan neutron tersebut disebut sebagai nukleon (partikel penyusun inti).
Diameter inti atom berkisar antara 1015 hingga 1014m. Jari-jari inti diperkirakan
sama dengan fm, dengan A adalah jumlah nukleon. Hal ini sangatlah kecil
dibandingkan dengan jari-jari atom. Nukleon-nukleon tersebut terikat bersama oleh gaya
tarik-menarik potensial yang disebut gaya kuat residual. Pada jarak lebih kecil daripada
2,5 fm, gaya ini lebih kuat daripada gaya elektrostatik yang menyebabkan proton saling
tolak menolak.
Atom dari unsur kimia yang sama memiliki jumlah proton yang sama, disebut nomor
atom. Suatu unsur dapat memiliki jumlah neutron yang bervariasi. Variasi ini disebut
sebagai isotop. Jumlah proton dan neutron suatu atom akan menentukan nuklida atom
tersebut, sedangkan jumlah neutron relatif terhadap jumlah proton akan menentukan
stabilitas inti atom, dengan isotop unsur tertentu akan menjalankan peluruhan
radioaktif.
Neutron dan proton adalah dua jenis fermion yang berbeda. Asas pengecualian Pauli
melarang adanya keberadaan fermion yang identik(seperti misalnya proton berganda)
menduduki suatu keadaan fisik kuantum yang sama pada waktu yang sama. Oleh karena
itu, setiap proton dalam inti atom harusnya menduduki keadaan kuantum yang berbeda
dengan aras energinya masing-masing. Asas Pauli ini juga berlaku untuk neutron.
Pelarangan ini tidak berlaku bagi proton dan neutron yang menduduki keadaan kuantum
yang sama.
Untuk atom dengan nomor atom yang rendah, inti atom yang memiliki jumlah proton
lebih banyak daripada neutron berpotensi jatuh ke keadaan energi yang lebih rendah
melalui peluruhan radioaktif yang menyebabkan jumlah proton dan neutron seimbang.
Oleh karena itu, atom dengan jumlah proton dan neutron yang berimbang lebih stabil
dan cenderung tidak meluruh. Namun, dengan meningkatnya nomor atom, gaya tolak-
menolak antar proton membuat inti atom memerlukan proporsi neutron yang lebih
tinggi lagi untuk menjaga stabilitasnya. Pada inti yang paling berat, rasio neutron per
proton yang diperlukan untuk menjaga stabilitasnya akan meningkat menjadi 1,5.

Gambaran proses fusi nuklir yang menghasilkan inti deuterium (terdiri dari satu proton
dan satu neutron). Satupositron (e+) dipancarkan bersamaan dengan neutrino elektron.

Jumlah proton dan neutron pada inti atom dapat diubah, walaupun hal ini memerlukan
energi yang sangat tinggi oleh karena gaya atraksinya yang kuat. Fusi nuklir terjadi ketika
banyak partikel atom bergabung membentuk inti yang lebih berat. Sebagai contoh, pada
inti Matahari, proton memerlukan energi sekitar 310 MeV untuk mengatasi gaya tolak-
menolak antar sesamanya dan bergabung menjadi satu inti. Fisi nuklir merupakan
kebalikan dari proses fusi. Pada fisi nuklir, inti dipecah menjadi dua inti yang lebih kecil.
Hal ini biasanya terjadi melalui peluruhan radioaktif. Inti atom juga dapat diubah
melalui penembakan partikel subatom berenergi tinggi. Apabila hal ini mengubah jumlah
proton dalam inti, atom tersebut akan berubah unsurnya.
Jika massa inti setelah terjadinya reaksi fusi lebih kecil daripada jumlah massa partikel
awal penyusunnya, maka perbedaan ini disebabkan oleh pelepasan pancaran energi
(misalnya sinar gamma), sebagaimana yang ditemukan pada rumus kesetaraan massa-
energi Einstein,E = mc2, dengan m adalah massa yang hilang dan c adalah kecepatan
cahaya. Defisit ini merupakan bagian dari energi pengikatan inti yang baru.
Fusi dua inti yang menghasilkan inti yang lebih besar dengan nomor atom lebih rendah
daripadabesi dan nikel (jumlah total nukleon sama dengan 60) biasanya bersifat
eksotermik, yang berarti bahwa proses ini melepaskan energi. Proses pelepasan energi
inilah yang membuat fusi nuklir pada bintang dapat dipertahankan. Untuk inti yang lebih
berat, energi pengikatan pernukleon dalam inti mulai menurun. Ini berarti bahwa proses
fusi akan bersifat endotermik

Pola Difraksi Hamburan Nuklir
Percobaan lain juga dapat digunakan untuk mengukur jari-jari inti.

Difraksi di sini sama dengan difraksi cahaya oleh celah bulat. adalah panjang
gelombang radiasi terhambur dan d adalah diameter. Pada energi 420 MeV, elektron
memiliki panjang gelombang deBroglie 2,95 fm, dan pengamatan minimum pada sekitar
440 untuk 16O dan 500 untuk 12C. Dari hasil itu bisa dihitung jari-jari 16O dan 12C
sebesar 2,6 fm dan 2,3 fm.
Jika kerapatan materi inti diasumsikan konstan, maka volume suatu nukleus akan
berbanding lurus dengan jumlah nukleon A yang berada di dalamnya. Untuk bentuk
sferisyang simetris, memiliki V=(4/3 r_0^3A), yang memberikan radius nuklir R
sebesar : R=r_0 A^(1/3). Nilai r_0 tergantung pada sifat inti yang akan di ukur. Untuk
ukuran distribusi massa r_0=1,4 fm, sedangkan untuk ukuran distribusi muatan r_0=
1,2 fm

Nukleus sebagai bola dengan distribusi muatan seragam Ze, nukleus akan memiliki
energi elektrostatis sebesar :
E_c=3/5 (kZ(Z-1) e^2)/R
E_c=3/5 (kZ^2 e^2)/R
Hamburanpartikelalfa, diperoleh :r_o=1,414 x 10^(-13) cm
Peluruhanalfadenganhasil :r_o=1,48 x 10^(-13) cm
Hamburan neutron cepatdenganhasil :r_o=1,37 x 10^(-13) cm

Jenis inti dideskripsikan dengan jumlah total muatan positif dalam inti dan jumlah total
satuan massa. Muatan inti netto sama dengan +Ze, dengan Z menyatakan nomor atom
dan e adalah besar muatan elektron. Zarah dasar yang bermuatan listrik positif dalam
inti adalah proton yang tidak lain merupakan inti atom hidrogen. Hal ini berarti bahwa
suatu inti dengan nomor atom Z mengandung Z proton dan atom netral mengandung Z
elektron bermuatan negatif. Karena massa elektron sangat kecil di bandingkan dengan
massa proton (m_p2000 m_e), sehingga massa elektron sering diabaikan. Nomor
massa suatu inti ditunjukkan dengan lambang A. Besar nomor massa inti
tersebut merupakan kelipatan bulat terhadap perbandingan antara massa inti dan
satuan massa dasar yang didefinisikan sedemikian rupa sehingga proton memiliki massa
hampir mendekati satu satuan. Sebelum tahun 1932 diyakini bahwa inti mengandung A
proton dan (A-Z) elektron inti. Dengan asumsi semacam ini massa inti kira-kira A kali
massa proton ( massa elektron di abaikan) dan muatan inti sebesar A (+e) + (A-Z)(-e) = +
Ze. Model ini dikenal sebagai model proton-elektron. Model ini ternyata menimbulkan
beberapa kesukaran. Keberadaan elektron dalam inti tidak memuaskan karena beberapa
alasan, antara lain :
Elektron-elektron inti harus terikat dengan proton-proton karena adanya gaya yang
kuat, bahkan lebih besar daripada gaya Coulomb
Adanya elektron dalam inti tidak sesuai dengan asaz ketidakpastian. Eksperimen
hamburan Rutherford menunjukkan bahwa ukuran inti kira-kira mempunyai orde 10-14
m. Ketidakpastian posisi elektron dalam inti x 10^(-14) m dan ketidakpastian
momentumnya p /x1,1x10^(-20) kgms^(-1). Momentum elektron itu
setidaknya harus memiliki nilai sebesar 1,1x10^(-20) kgms^(-1) dan energi
kinetik elektron ( dengan mengabaikan energi diam elektron adalah sebesar 20 Mev)
Kesukaran lain yang berkaitan dengan spin intrinsik inti. Berdasarkan pengukuran
efek momen magnetik nuklir pada transisi-transisi atomik diketahui bahwa proton
mempunyai spin intrinsik , seperti spin elektron. Berdasarkan pengukuran spin
deuterium di peroleh nilai 1.
Inti yang mengandung elektron-elektron tak berpasangan di perkirakan akan
mempunyai momen dipol magnetik lebih besar daripada momen dipol yang teramati.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa momen dipol magnetik inti deutrium kira kira
1/2000 kali momen dipol magnetik elektron.

MASSA INTI
Proton adalah inti isotop hidrogen teringan bennuatan positif yang besamya sama
dengan muatan elektron. Neutron adalah partikel netral, tak bennuatan listrik dengan
massa sama dengan massa proton. Karena tak bennuatan listrik maka tidak dapat
menimbulkan efek ionisasi secara langsung dan hanya dapat dideteksi dan diidentifikasi
secara tidak langsung, kehadiran neutron dihipotesakan oleh Pauli baru teruji di tahun
1932 oleh J. Chadwick yang mendemonstrasikan sifat-sifat dasarnya dalam beberapa
eksperimen reaksi nuklir.
Massa proton dan neutron dalam satuan massa atom ( sebesar 1/12 massa isotop ) adalah
Masa proton mp = 1,007 276 63 0,000 000 08 u
Energi rehat proton (mpc2) = 938,256 0,005 mev
Massa neutron mn = 1, 008, 665 4 0,000 000 4 u
Energi rehat neutron (mpc2) = 939,550 0,005 mev
1 u = satuan massa atom = 931,5 MeV/c2 = 1,6605402 x 10-27 kg

Proton dan neutron mempunyai massa yang hampir sama, selisihnya tidak lebih besar
dari 1 %, keduanya mempunyai energi rehat kurang lebih 939 MeV. Karena proton
bermuatan listrik, massanya dapat diukur langsung secara eksperimen dengan spektograf
massa, sedang pengukuran massa neutron dilakukan secara tidak langsung. Massa inti
tidak sama dengaan Z kali massa proton ditambah N kali massa neutron, melainkan lebih
kecil dari nilai tersebut.
Karena mayoritas massa atom berasal dari proton dan neutron, jumlah keseluruhan
partikel ini dalam atom disebut sebagai nomor massa. Massa atom pada keadaan diam
sering diekspresikan menggunakan satuan massa atom (u) yang juga disebut dalton (Da).
Satuan ini didefinisikan sebagai seperduabelas massa atom karbon-12 netral, yang kira-
kira sebesar 1,66 1027 kg. Hidrogen-1yang merupakan isotop teringan hidrogen
memiliki bobot atom 1,007825 u. Atom memiliki massa yang kira-kira sama dengan
nomor massanya dikalikan satuan massa atom. Atom stabil yang paling berat adalah
timbal-208, dengan massa sebesar 207,9766521 u.
Para kimiawan biasanya menggunakan satuan mol untuk menyatakan jumlah atom. Satu
mol didefinisikan sebagai jumlah atom yang terdapat pada 12 gram persis karbon-12.
Jumlah ini adalah sekitar 6,022 1023, yang dikenal pula dengan nama tetapan
Avogadro. Dengan demikian suatu unsur dengan massa atom 1 u akan memiliki satu mol
atom yang bermassa 0,001 kg. Sebagai contohnya,Karbon memiliki massa atom 12 u,
sehingga satu mol karbon atom memiliki massa 0,012 kg.
Menurut Prount (1815), massa spesifik atom memenuhi :
M n M_H
Dengan M menyatakan massa spesifik atom, n adalah bilangan bulat, dan M_Hmassa
atom hidrogen. Bilangan bulat n dikenal sebagai nomor massa A. Menurut Barkla (1911)
dengan hamburan sinar X dapat ditunjukkan bahwa jumlah elektron atomik Z dan
jumlah muatan inti positif tidak sama dengan no massa A. Namun kehadiran elektron
daklam inti tidak sesuai dengan data eksperimen Heisenberg dalam mekanika kuantum,
tak sesuai dengan dta eksperimen mengenai orde besar momen magnetik inti dan dengan
perilaku statistik yang teramati pada beberapa spesies inti.
Penemuan neutron oleh Chandwick pada tahun 1932 menuntun Heisenberg (1932) untuk
mengajukan model bahwa proton dan neutron merupakan unsur-unsur fundamental
bagi semua inti. Menurut hipotesis neutron-proton massa sebuah atom memenuhi :
MZM_H+NM_n
Dengan : Z = jumlah proton dalam inti atom (nomor atom)
N = jumlah neutron dalam inti atom (A-Z)
Mn = massa neutron
Penemuan Thomson (1912) tentang sejumlah spesies atom dengan sifat-sifat kimia yang
identik namun memiliki massa berbeda di sebut isotop, mendorong perkembangan ke
arah penentuan massa atom atau inti secara lebih teliti. Fisika inti dirintis oleh Aston
pada tahun 1917 di kenal sebagai spektroskopi massa.
Menurut model proton-neutron, deuterium memiliki sebuah proton dan sebuah neutron.
Masing-masing nukleon mampunyai spin intrinsik 1/2 , sehingga spin total yang
mungkin adalah 0 (jika dua spin tersebut berlawanan arah) atau 1 (jika kedua spin
searah).
Massa inti merupakan besaran yang penting dalam fisika inti. Spektroskopi massa
merupakan teknik pertama dalam pengukuran massa inti yang memiliki ketelitian tinggi.
Kerena massa inti bertambah secara teratur dengan penambahan satu proton atau
neutron, maka dengan pengukuran massa-massa inti memungkinkan semua isotop stabil
dapat dipetakan.
Spektrograf massa memiliki sumber ion yang mengahasilkan berkas atom atau molekul
terionosasi. Uap dari bahan yang sedang diselidiki ditembaki dengan berkas elektron
untuk menghasilkan ion-ion. Ion-ion yang muncul dari sumber memiliki rentang
kecepatan yang lebar, seperti yang diduga untuk distribusi termal dan terdiri ats berbagai
massa yang berbeda. Sumber ion menghasilkan berkas dengan distribusi kecepatan
termal. Selektor kecepatan hanya melewatkan ion-ion dengan kecepatan tertentu dan
pemilihan momentum di lakukan oleh medan magnet homogen yang memungkikan
identifikasi massa secara individual.
Selektor kecepatan terdiri atas medan listrik dan medan magnet yang saling tegak lurus.
Medan listrik E akan melakukan gaya listrik qE yang memiliki kecenderungan untuk
menbelokkan ion-ion ke atas. Medan magnet B akan melakukan gaya magnetik qvB ke
bawah. Jika besar kedua gaya ini sama maka ion-ion itu akan melewati selektor tanpa
pembelokan. Pada keadaan ini berlaku hubungan :
qE=qvB atau v= E/B
Dengan v menyatakan kelajuan berkas elektron.
Bagian terakhir dari spektograf adalah selektor momentum. Instrumen ini pada
dasarnya merupakan medan magnet homogen yang akan membelokkan berkas elektron
ke dalam lintasan lingkaran dengan jari-jari r yang dapat ditentukan sebagai berikut :
mv=qBr atau r= mv/qB
Karena q, v dan B dapat di tentukan secara khas, masing-masing massa m muncul
dengan r yang khusus. Seringkali medan magnet selektor kecepatan dan selektor
momentum dijadikan satu, sehingga diperoleh hubungan :
m=qrB^2/E
Massa acuan dalam ukuran massa atomik adalah (_6^12)C yang diambil secara tepat
12.000.000 u. Untuk menentukan massa atom yang lain misalnya (_1^1)H, di perlukan
pengubahan E dan B yang memungkinkan kalibrasi berlaku.

MOMENTUM SUDUT


Basic elements of the SternGerlach experiment.
Dalam percobaan Stern-Gerlach, seberkas partikel dikirimkan melalui medan magnet
tidak homogen, dan kemudian defleksinya diamati. Hasilnya menunjukkan bahwa
partikel tersebut memiliki momentum sudut intrinsik yang analog dengan momentum
sudut sebuah objek klasik yang berputar seperti gasing (spinning). Namun nilai
momentum sudut ini hanya mengambil nilai-nilai tertentu yang terkuantisasi.
Percobaan ini biasanya dilakukan dengan partikel yang netral atau atom. Ini
menghindarkan defleksi besar terhadap orbit sebuah partikel bermuatan yang bergerak
melalui medan magnet dan memungkinkan efek yang terjadi akibat spin mendominasi.
Bila partikel tersebut diperlakukan sebagai dipol klasik yang berotasi, akan terjadi presesi
dalam medan magnet karena torsi yang dikerahkan oleh medan magnet terhadap dipol
tersebut. Bila partikel tersebut bergerak melalui medan magnet homogen, torsi akibat
medan magnet yang dikenakan terhadap ujung-ujung dipol akan saling melenyapkan,
dan lintasan partikel tersebut tidak terpengaruh. Namun bila medan magnet tersebut
tidak homogen, gaya pada salah satu ujung dipol akan lebih besar daripada gaya
terhadap ujung lain, sehingga ada gaya netto yang membelokkan lintasan partikel.
Bila partikel tersebut merupakan objek berputar klasik, kita akan memperkirakan
distribusi spin vektor momentum sudutnya acak dan kontinu. Tiap partikel akan
dibelokkan dengan gaya yang berbeda-beda, dan menghasilkan distribusi mulus di layar
detektor. Namun pengamatan menunjukkan bahwa partikel yang melewati peralatan
percobaan Stern-Gerlach dibelokkan ke atas atau ke bawah dalam jarak tertentu. Hasil
ini menunjukkan momentum sudut spin terkuantisasi (hanya dapat mengambil nilai-
nilai diskret), sehingga tidak ada distribusi kontinu dari momentum sudut yang
mungkin.
Bila percobaan ini dilakukan menggunakan partikel bermuatan seperti elektron, akan
ada gaya Lorentz yang cenderung membengkokkan lintasan dalam bentuk lingkaran.
Gaya ini dapat dilenyapkan menggunakan medan listrik dengan kekuatan yang sesuai,
dengan orientasi tegak lurus terhadap arah partikel bermuatan tersebut.

Putar nilai untuk fermion
Elektron adalah partikel dengan spin-12. Partikel seperti ini hanya memiliki dua nilai
momentum sudut yang diukur sepanjang sembarang sumbu, +/2 atau /2. Bila nilai
ini naik karena partikel berotasi layaknya planet, masing-masing partikel haruslah
berotasi sangat cepat yang tidak mungkin. Bahkan bila jari-jari elektron sebesar14 nm
(jari-jari elektron klasik), permukaannya haruslah berotasi dengan kecepatan 2.31011
m/s. Kecepatan rotasi permukaan ini akan melebihi laju cahaya 2.998108 m/s, dan
karena itu tidak mungkin.
Momentum sudut spin ini merupakan fenomena mekanika kuantum murni. Karena
nilainya selalu sama, nilai ini dianggap sebagai sifat intrinsik elektron, dan karena itu
disebut sebagai "momentum sudut intrinsik" (untuk membedakannya dengan
momentum sudut orbital, yang dapat bervariasi dan tergantung kepada kehadiran
partikel lain).
Untuk elektron ada dua nilai yang mungkin buat momentum sudut spin yang diukur
sepanjang sebuah sumbu. Hal ini juga berlaku untuk proton dan neutron, yang
merupakan partikel komposit yang terdiri atas tiga kuark(yang masing-masingnya
merupakan partikel spin-12). Partikel lain memiliki nilai-nilai spin yang mungkin.
Untuk memerikan percobaan menggunakan partikel spin +12 secara matematis, lebih
mudah menggunakan notasi bra-ket dari Dirac. Bila partikel melewati peranti Stern-
Gerlach, mereka "diamati". Aksi pengamatan ini dalam mekanika kuantum setara dengan
pengukuran. Peranti pengukuran ini adalah detektor, dan dalam hal ini kita dapat
mengamati salah satu dari dua nilai yang mungkin, yaitu spin atas dan spin bawah. Ini
dideskripsikan oleh bilangan kuantum momentum sudut j, yang dapat bernilai salah
satu, +/2 ata /2. Pengamatan (pengukuran) ini berkorespondensi dengan operator
Jz. Dalam persamaan matematika,
|=C_1 | _(j=/2) + C_2 | _(j=-/2)
Konstanta c1 dan c2 adalah bilangan kompleks. Kuadrat dari nilai mutlaknya, (|c1|2 dan
|c2|2) menentukan probabilitas menemukan salah satu dari dua nilai j yang mungkin
dalamm keadaan . Konstanta ini juga harus dinormalisasi agar probabilitas menemukan
salah satu nilai ini adalah 1. Namun, informasi ini tidak cukup untuk menentukan nilai c1
dan c2, karena keduanya mungkin saja bilangan kompleks. Karena itu pengukuran hanya
menghasilkan nilai mutlak nilai konstanta.
Momentum sudut total atau spin inti (I) merupakan jumlah vektor dari momentum
sudut orbital L dan momentum sudut spin S setiap nukleon :
I =_(k=1)^AL_k+_(k=1)^AS_k
Dengan L_k dan S_kmasing masing adalah momentum sudut orbital dan momentum
sudut spin dari nukleon ke k. Nilai skalar momentum sudut inti memenuhi :
I=(i(i+I))
Dengan i menyatakan bilangan kuantum momentum sudut total inti.

MOMEN MAGNETIK
Setiap partikel elementer mempunyai sifat mekanika kuantum intrinsik yang dikenal
dengan nama spin. Spin beranalogi denganmomentum sudut suatu objek yang berputar
pada pusat massanya, walaupun secara kaku partikel tidaklah berperilaku seperti ini.
Spin diukur dalam satuan tetapan Planck tereduksi (), dengan elektron, proton, dan
neutron semuanya memiliki spin , atau "spin-". Dalam atom, elektron yang
bergerak di sekitar inti atom selain memiliki spin juga memiliki momentum sudut
orbital, manakala inti atom memiliki momentum sudut pula oleh karena spin nuklirnya
sendiri.
Medan magnet yang dihasilkan oleh suatu atom (disebut momen magnetik) ditentukan
oleh kombinasi berbagai macam momentum sudut ini. Namun, kontribusi yang terbesar
tetap berasal dari spin. Oleh karena elektron mematuhi asas pengecualian Pauli, yakni
tiada dua elektron yang dapat ditemukan pada keadaan kuantum yang sama, pasangan
elektron yang terikat satu sama lainnya memiliki spin yang berlawanan, dengan satu
berspin naik, dan yang satunya lagi berspin turun. Kedua spin yang berlawanan ini akan
saling menetralkan, sehingga momen dipol magnetik totalnya menjadi nol pada beberapa
atom berjumlah elektron genap.
Pada atom berelektron ganjil seperti besi, adanya keberadaan elektron yang tak
berpasangan menyebabkan atom tersebut bersifatferomagnetik. Orbital-orbital atom di
sekeliling atom tersebut saling bertumpang tindih dan penurunan keadaan energi dicapai
ketika spin elektron yang tak berpasangan tersusun saling berjajar. Proses ini disebut
sebagai interaksi pertukaran. Ketika momen magnetik atom feromagnetik tersusun
berjajaran, bahan yang tersusun oleh atom ini dapat menghasilkan medan makroskopis
yang dapat dideteksi. Bahan-bahan yang bersifat paramagnetik memiliki atom dengan
momen magnetik yang tersusun acak, sehingga tiada medan magnet yang dihasilkan.
Namun, momen magnetik tiap-tiap atom individu tersebut akan tersusun berjajar ketika
diberikan medan magnet.
Inti atom juga dapat memiliki spin. Biasanya spin inti tersusun secara acak oleh karena
kesetimbangan termal. Namun, untuk unsur-unsur tertentu (seperti xenon-129), adalah
mungkin untuk memolarisasi keadaan spin nuklir secara signifikan sehingga spin-spin
tersebut tersusun berjajar dengan arah yang sama. Kondisi ini disebut sebagai
hiperpolarisasi. Fenomena ini memiliki aplikasi yang penting dalam pencitraan resonansi
magnetik.
Di dalam inti atom nukleon dapat dianggap menjalani gerak orbital. Untuk proton,
hubungan antara momen magnetik Mp dengan momentum sudut orbital proton Lp
memenuhi :
M_lp=(e/2m_p ) L_p
Komponen momen magnetik proton dalam arah sumbu z memenuhi :
M_lpz=(e/2m_p ) L_pz
Dengan L_pz= m_1 . Nilai skalar besaran momen magnetik sudut orbital proton dalam
arah sumbu z dapat dinyatakan :
M_lpz=(e/2m_p ) m_l=m_l _N
Dengan _N adalah magneton nuklir.
Karena selain menjalani gerak orbital proton juga mengalami gerak spin, maka hubungan
antara momen magnetik spin proton Msp dengan momentum sudut spin proton Sp
memenuhi :
M_sp=g_s (e/2m_p ) S_p
Selanjutnya nilai skalar momen magnetik sudut spin proton dalam arah sumbu z :
M_spz=g_s (e/2m_p ) m_s=g_s m_s _N
Dengan cara yang sama hubungan antara momen magnetik sudut spin dan momentum
sudut spin untuk neutron memenuhi :
M_sn=g_s (e/2m_n ) S_n
Selanjutnya nilai skalar momen magnetik sudut spin neutron dalam arah sumbu z :
M_snz=g_s (e/2m_n ) m_s=g_s m_s _N
Dengan g_s adalah tetapan giromagnetik, yang nilainya bergantung pada jenis nukleon.
Untuk proton memiliki g_s=+5,5855, yang menunjukkan bahwa M_sp sejajar dan searah
(paralel) dengan S_p. Sedangkan untuk neutron memiliki g_s=-3,82633. Hal ini berarti
bahwa M_sn sejajar tetapi berlawanan (anti-paralel) arah dengan S_n.
Untuk inti atom hubungan antara momen magnetik nuklir dengan spin nuklir memenuhi
:
M_l=g_s _N I
Momen magnetik nuklir dalam arah sumbu z :
M_lz=g_l _N I_z=g_l _N m_l
Dengan g_l adalah tetapan giromagnetik nuklir, I_z adalah m_l ,m_l adalah
bilangan kuantum spin nuklir.

MOMENT LISTRIK INTI
Sebuah quadrupole atau kuadrapol adalah salah satu dari urutan konfigurasi-untuk biaya
misalnya-listrik atau arus, atau gravitasi massa yang bisa eksis dalam bentuk yang ideal,
tetapi biasanya hanya bagian dari ekspansi multipole dari struktur yang lebih kompleks
mencerminkan berbagai perintah kompleksitas.
Momen kuadrupol inti pertama kali dideteksi oleh Schuler dan Schmidt pada tahun 1935
pada saat mereka menjelaskan hyperfine structure splitting Eu^151 dan Eu
^153. Muatan di titik (x,y,z)adalah q, sehingga momen dipol listrik didefinisikan sebagai
berikut :
P_x=_iq_i x_i
P_y=_iq_i y_i
P_z=_iq_i z_i
Momen kuadrupol listrik merupakan tensor dengan enam komponen sebagai berikut :
P_xx=_iq_i x_i^2
P_yy=_iq_i y_i^2
P_zz=_iq_i z_i^2
P_xy=_iq_i x_i y_i
P_xz=_iq_i x_i z_i
P_yz=_iq_i y_i z_i
Untuk distribusi muatan di dalam inti kontinu dan uniform maka momen dipol listrik
inti dapat dinyatakan :
P_x=(r ) xd
P_y=(r ) yd
P_z=(r ) zd
Demikian pula momen koadrupol listrik inti dapat dinyatakan :
P_xx=(r ) x^2 d
P_yy=(r ) y^2 d
P_zz=(r ) z^2 d
P_xy=(r ) xyd
P_yz=(r ) yzd
P_xz=(r ) xzd
Pada umunya inti-inti yang berbeentuk tidak bulat (lonjong) hanya mempunyai momen
kuadrupol saja. Momen kuadrupol listrik sebuah inti atom memenuhi :
Q=4/5 ZR^2
= (b-a)/R
R=(b+a)/2
Dengan a dan b masing-masing meyatakan setengah sumbu panjang dan setengah
sumbu pendek ellipsoid.
Sebuah distribusi umum muatan listrik dapat dicirikan oleh muatan bersih, dengan
momen dipol nya, saat quadrupole dan momen orde tinggi. Sebuah kuadrapol dasar
dapat direpresentasikan sebagai dua dipol antiparalel berorientasi

Salah satu penggunaan yang paling umum dari kuadrupol listrik dalam karakterisasi inti.
Inti memiliki muatan, tapi tidak momen dipol karena semua positif. Tetapi jika inti tidak
bola simetris, itu akan memiliki momen quadrupole.
Quadrupole dan ketertiban multipol tinggi tidak penting untuk karakteristik bahan
dielektrik. Bidang Dipole jauh lebih kecil dari bidang biaya terisolasi, tetapi dalam
dielektrik mana tidak ada biaya gratis, efek dipol yang dominan. Tidak ada keadaan
seperti mendukung efek quadrupole, karena mereka harus timbul dari jumlah molekul
yang sama sebagai efek dipol. Scott mengatakan bahwa efek quadrupole makroskopik
lebih kecil dari efek dipol sekitar rasio dimensi atom dengan jarak pengamatan
eksperimental.

Contoh paling sederhana dari sebuah quadrupole listrik terdiri dari bolak muatan positif
dan negatif, diatur di sudut-sudut persegi.

Monopole saat ini (hanya total biaya) dari pengaturan ini adalah nol. Demikian pula,
momen dipol adalah nol, tanpa melihat asal koordinat yang telah dipilih. Tapi saat
quadrupole penataan dalam diagram tidak dapat dikurangi menjadi nol, terlepas dari
mana kita menempatkan asal koordinat. Potensi listrik dari muatan listrik quadrupole
diberikan oleh :

Anda mungkin juga menyukai