Anda di halaman 1dari 4

Indonesian Center for Environmental Law 10 Oktober 2013

Diskusi Kampus Transparansi Pemilu Aula Terapung Perpustakaan Pusat UI




PERANAN MAHASISWA DALAM MENDORONG TRANSPARANSI
PENYELENGGARAN PEMILU 2014
Oleh : M. Arwani Thomafi


1. Dalam sistem politik yang demokratis, Pemilu sangat penting artinya karena merupakan
mekanisme yang sah dan legitimit untuk membentuk pemerintahan. Sistem politik
demokratis selalu menempatkan kedaulatan rakyat sebagai prinsip utamanya. Dalam
konteks Indonesia prinsip kedaulatan rakyat sesungguhnya juga merupakan amanat dan
hendak diwujudkan sesuai dengan ketentuan dalam UUD Tahun 1945. Secara tegas
dalam pembukaan UUD Tahun 1945 Bab I, Pasal 1 ayat (2) disebutkan bahwa kedaulatan
berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar. Diantara
prinisp-prinsip yang telah digariskan dalam konstitusi dan berkorelasi langsung dengan
perwujudan kedaulatan rakyat adalah penyelenggara Negara baik eksekutif maupun
legislative pada tingkat nasional dan daerah yang dipilih.
2. Pemilihan umum dalam UUD Tahun 1945 hasil amandemen, mendapatkan pengaturan
yang sangat kuat dibanding sebelumnya. Hal ini dapat dilihat dalam ketentuan dalam
Pasal 6A ayat (1) dan ayat (2) yang mengatur tentang Pemilu Presiden dan Wakil
Presiden dan pengaturan dalam Pasal 19 ayat (1) yang menentukan bahwa anggota
Dewan Perwakilan Rakyat dipilih melalui pemilihan umum. Juga dalam Pasal 22C ayat (1)
terkait pengaturan anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) yang dipilih juga melalui
pemilihan umum. Selanjutnya terkait penyelenggaraan Pemilu diatur dalam suatu bab
tersendiri yaitu Bab VIIB yang mengatur mengenai asas, peserta dan penyelenggara
Pemilu. Pengaturan Pemilu yang begitu kuat dalam UUD 1945 hasil amandemen,
merupakan suatu kemajuan yang sangat nyata dibanding dengan ketentuan dalam UUD
1945 sebelum perubahan yang tidak mengatur sama sekali tentang Pemilu.
3. Dalam konteks reformasi, Pemilu juga merupakan agenda utama reformasi dan hanya
berselang setahun setelah reformasi diselenggarakan Pemilu pertama yaitu Pemilu
Indonesian Center for Environmental Law 10 Oktober 2013
Diskusi Kampus Transparansi Pemilu Aula Terapung Perpustakaan Pusat UI

1999. Pemilu tahun 1999 menjadi tonggak awal dibangunnya sistem politik yang
demokratis dan sampai saat ini telah diselenggarakan 3 (tiga) kali Pemilu yang dari
waktu ke waktu terus diupayakan agar penyelenggaraanya semakin berkualitas baik
pada aspek prosedur (prosesnya) maupun out put (hasilnya wakil-wakil rakyat) yang
terpilih dapat melaksanakan fungsi representasi dan agregasi kepentingan masyarakat
secara optimal.
4. Dalam setiap penyelenggaraan Pemilu, prinsip transparansi merupakan suatu hal yang
mendasar dan sangat urgen. Secara eksplisit dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun
2011 tentang Penyelenggara Pemilu, khususnya pada Pasal 2 dinyatakan bahwa salah
satu asas dalam penyelenggaraan Pemilu adalah asas keterbukaan (transparansi) dan
akuntabilitas. Penegasan kedua asas penyelenggara, memiliki dasar argumentasi yang
sangat kuat yaitu Pemilu akan lebih diterima dan legitimasinya akan kuat apabila
prosesnya berjalan baik, terbuka dan akuntabel. Pemilu yang memiliki legitimasi kuat,
adalah modal untuk membangun pemerintahan yang kredibel dan mendapat dukungan
rakyat.
5. Begitu pentingnya transparansi dan akuntabilitas proses pemilu maka dalam setiap
pelaksanaan tahapan Pemilu sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 8
Tahun 2012 tentang Pemilu Anggota DPR, DPD dan DPRD, dibuat mekanisme yang
sejalan dengan prinsip tranparansi seperti adanya publikasi, partisipasi
public/stakeholder dan perbaikan berdasarkan input masyarakat:
a. Pada tahapan Pendaftaran dan Penetapan Daftar Pemilih harus selalu diumumkan
ke publik dan mendapatkan masukan untuk perbaikan DPT sampai tahap akhir
menjelang pemungutan (seperti dalam pengaturan menganai DPT Tambahan dan
DPT khusus). Bahkan untuk Pemilu 2014 nanti penyelenggara Pemilu harus
menyelenggarakan sistem informasi data pemilih untuk menjamin transparansi
penyusunan data pemilih.
b. Dalam tahapan verifikasi penetapan calon anggota DPR, DPD, DPRD terdapat ruang
untuk masyarakat menilai dan memberi masukan berkaitan dengan perilaku dan
track record Caleg yang dapat mempengaruhi penetapan Calon.
Indonesian Center for Environmental Law 10 Oktober 2013
Diskusi Kampus Transparansi Pemilu Aula Terapung Perpustakaan Pusat UI

c. Pada tahapan kampanye diwajibkan adanya rekening dana khusus yang harus
memberikan laporan secara berkala dan pada kahirnya akan diaudit oleh akuntan
public.
d. Pada tahapan pemungutan dan perhitungan suara selalu ditegaskan agar
dilaksanakan secara terbuka dan hasilnya dapat dilihat dan diakses oleh public.
6. Peranan Mahasiswa dalam mendorong transparansi penyelenggaraan Pemilu diperlukan
sebagai bagian dari komponen masyarakat yang berkepentingan langsung dengan
proses dan hasil pemilu yang kredibel. Sebab mahasiswa selalu diposisikan sebagai
kelompok penting dalam masyarakat yang dicirikan dengan sikap kritis dan independen
dan dalam konteks Pemilu peranan itu dapat diaplikasikan antara lain:
a. Melakukan kerja-kerja pengawasan setiap tahapan Pemilu pada semua tingkatan
penyelenggaraan Pemilu baik nasional maupun daerah. Pengawasan ini menjadi
andil penting karena pengawasan formil oleh lembaga pengawas Pemilu sering
terbatas area dan cakupannya.
b. Melakukan pendidikan dan penyadaran pemilih untuk mendorong partisipasi
masyarakat dalam Pemilu.
c. Melakukan advokasi terhadap kasus-kasus kecurangan Pemilu melalui saluran
kelembagaan yang ada (Lembaga Pengawas Pemilu dan DKPP (Dewan Kehormatan
Penyelenggara Pemilu)
7. Khusus berkaitan dengan transparansi dan pengaruhnya terhadap elektabilitas Caleg,
lebih pada aspek yang berkaitan dengan pengelolaan dana kampanye. Apabila merujuk
pada pengaturan dana kampanye sebagaimana pada Pasal 132 yang menentukan bahwa
kegiatan Kampanye Pemilu anggota DPR, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota
didanai dan menjadi tanggung jawab Partai Politik Peserta Pemilu masing-masing. Dana
Kampanye Pemilu bersumber dari dana partai politik, caleg dan sumbangan yang sah.
Dana Kampanye Pemilu ditempatkan pada rekening khusus dana kampanye Partai
Politik Peserta Pemilu pada bank. Dana Kampanye Pemilu berupa sumbangan dalam
bentuk barang dan/atau jasa dicatat berdasarkan harga pasar yang wajar pada saat
sumbangan itu diterima. Dana Kampanye Pemilu dicatat dalam pembukuan penerimaan
dan pengeluaran khusus dana Kampanye Pemilu yang terpisah dari pembukuan
keuangan partai politik. Pembukuan dana Kampanye Pemilu sebagaimana dimaksud
dimulai sejak 3 hari setelah partai politik ditetapkan sebagai Peserta Pemilu dan ditutup
1 (satu) minggu sebelum penyampaian laporan penerimaan dan pengeluaran dana
Kampanye Pemilu kepada kantor akuntan publik yang ditunjuk KPU.
8. Berdasarkan kerangka pengaturan diatas, maka sesungguhnya berkaitan dengan dana
kampanye menjadi kewajiban peserta Pemilu (Parpol dan Caleg DPD/Peserta Pemilu
perseorangan). Sedangkan Caleg DPR dan DPRD tidak memiliki kewajiban pelaporan
Indonesian Center for Environmental Law 10 Oktober 2013
Diskusi Kampus Transparansi Pemilu Aula Terapung Perpustakaan Pusat UI

dana kampanye, karena undang-undang menentukan mekanisme pelaporan dan
pertanggungjawaban dan kampanye melalui Parpol. Dengan demikian Caleg berada
pada domain pengaturan melalui Parpol yang mencalonkan baik pengumpulan dana
maupun pelaporannya, Apalagi pengumpulan dana kampanye, bagi Caleg DPR/DPRD
sesungguhnya tidak diatur secara jelas dalam undang-undang Pemilu. Namun demikian
sebagai bentuk transparansi dan akuntabilitas Caleg dapat melaporkan dananya
kampanyenya melalui Parpol. Pola ini yang berjalan dan berlaku dalam pemilu 2009.

9. Menyongsong Pemilu 2014 yang kurang lebih tinggal 6 bulan lagi focus peran
mahasiswa dalam mendorong transparansi penyelenggaraan Pemilu diarahpan pada
tahapan Pemilu yang krusial dan menentukan seperti pendaftaran dan penetapan
Daftar Pemilih (DPT) yang sampai saat ini masih terjadi permasalah seperti akurasi dan
validitas data pemilih yang berpotensi menghilangkan hak pilih warga negara. Selain itu
tentu tahapan pemungutan dan perhitungan suara yang juga rawan dengan potensi
kecurangan yang dapat merusak dan melemahkan kredibilitas Pemilu.***

M. Arwani Thomafi ; Sekretaris Fraksi PPP DPR RI - Dapil Jateng III (Kab Rembang, Pati, Blora
dan Grobogan).

Anda mungkin juga menyukai