Sengketa antara KPK VS Polisi adalah salah satu puncak ketidakpastian hukum.
Celakanya supremasi hukum merupakan salah satu pilar pertimbangan investor untuk
menanamkan modalnya di Indonesia. Pasalnya mafia hukum bukan sekedar mafia kasus
(markus), melainkan juga meliputi oknum-oknum internal kepolisian, kejaksaan, pengadilan
maupun KPK itu sendiri.
Kemampuan merekayasa ini tergambar melalui rekaman Anggodo Widjoyo dan para
penegak hukum perihal skenario kriminalisasi Bibit-Chandra. Pengakuan Wiliardi Wizardi
yang dipaksa terlibat dalam skenario menjerat Antasari Azhar semakin memperkuat
kemampuan itu. Bila tindakan itu dapat menimpa para penegak hukum, lalu apa yang
menghalanginya terjadi juga pada para pengusaha.
Pengusaha yang ketakutan terpaksa membayar uang sesuai permintaan. Pemerasan itu
memang tidak langsung mendongkrak biaya produksi, tetapi pasti berdampak pada cashflow
(aliran modal) perusahaan. Dalam jangka panjang akhirnya tindakan itu akan berdampak
negatif terhadap kelangsungan perusahaan. Djimanto Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia
(APINDO) pernah memperkirakan kalau tambahan biaya para pengusaha yang berpekara di
meja hijau dapat mencapai 30 % dari total produksi.