Anda di halaman 1dari 9

Langkah Model Pembelajaran Contextual

Teaching and Learning (CTL)


Written By Aliz Bomb on Monday, 1 July 2013
Berikut Langkah-langkah Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) :



1. Kegiatan Awal
Guru menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses
pembelajaran,
Apersepsi, sebagai penggalian pengetahuan awal siswa terhadap materi yang akan
diajarkan.
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan pokok-pokok materi yang akan
dipelajari
Penjelasan tentang pembagian kelompok dan cara belajar.
2. Kegiatan Inti
Siswa bekerja dalam kelompok menyelesaikan permasalahan yang diajukan guru.
Guru berkeliling untuk
Siswa wakil kelompok mempresentasikan hasil penyelesaian dan alasan atas jawaban
permasalahan yang diajukan guru.
Siswa dalam kelompok menyelesaikan lembar kerja (LKS: soal cerita perkalian
terlampir) yang diajukan guru. Guru berkeliling untuk mengamati, memotivasi, dan
memfasilitasi kerja sama,
Siswa wakil kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok dan kelompok yang
lain menanggapi hasil kerja kelompok yang mendapat tugas,
Dengan mengacu pada jawaban siswa, melalui tanya jawab, guru dan siswa
membahas cara penyelesaian masalah yang tepat,
Guru mengadakan refleksi dengan menanyakan kepada siswa tentang hal-hal yang
dirasakan siswa, materi yang belum dipahami dengan baik, kesan dan pesan selama
mengikuti pembelajaran.
3. Kegiatan Akhir
Guru dan siswa membuat kesimpulan cara menyelesaikan soal cerita perkalian
bilangan,
Siswa mengerjakan lembar tugas (LTS: soal cerita perkalian terlampir),
Siswa menukarkan lembar tugas satu dengan yang lain, kemudian, guru bersama
siswa membahas penyelesaian lembar tugas dan sekaligus dapat memberi nilai pada
lembar tugas sesuai kesepakatan yang telah diambil (ini dapat dilakukan apabila
waktu masih tersedia

2.2 Langkah-langkah dalam Cooperative Learning
Langkah-langkah pembelajaran cooperative learning dapat dituliskan dalam
table sebagai berikut:
Langkah Indikator Tingkah Laku Guru
Langkah 1 Menyampaikan tujuan dan
memotivasi siswa.
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
dan mengkomunikasikan kompetensi dasar
yang akan dicapai serta memotivasi siswa.
Langkah 2 Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa
Langkah 3 Mengorganisasikan siswa ke
dalam kelompok-kelompok
belajar
Guru menginformasikan pengelompokan
siswa
Langkah 4 Membimbing kelompok
belajar
Guru memotivasi serta memfasilitasi kerja
siswa dalam kelompokkelompok belajar
Langkah 5 Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang
materi pembelajaran yang
telah dilaksanakan
Langkah 6 Memberikan penghargaan Guru memberi penghargaan hasil belajar
individual dan kelompok.



2.3 Pengelolaan Kelas Menurut Model Cooperative Learning
1. Pengelompokan
1. Kelompok homogen (Ability grouping) adalah praktik memasukkan beberapa
siswa dengankemampuan yang setara dalam kelompok yang sama.
2. Pengelompokan heterogenitas (kemacam-ragaman),dibentuk dengan
memperhatikan keanekaragaman gender, latar belakang sosioekonomi dan
etnik, serta kemampuan akademis.
2. Semangat gotong-royong
Dalam proses pembelajaran ini, agar berjalan secara efektif maka semua anggota
kelompok hendaknya mempunyai semangat bergotong royong yaitu dengan cara membina
niat dan semangat dalam bekerja sama yaitu dengan beberapa cara: a. Kesamaan Kelompok.
b. Identitas Kelompok c. Sapaan dan Sorak Kelompok.
1. Penataan ruang kelas
Dalam hal ini keputusan guru dalam penataan ruang disesuaikan dengan kondisi
dan situasi ruang kelas dan sekolah. Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan adalah: a)
Ukuran ruang kelas, b) Jumlah siswa, c) Tingkat kedewasaan siswa, f) Pengalaman guru dan
siswa dalam melaksanakan metode pembelajaran gotong royong.
2.4 Model Evaluasi belajar Cooperative Learning
Dalam model pembelajaran cooperative learning terdapat tiga model evaluasi, ketiga
model evaluasi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Model Evaluasi Kompetisi
Pada sistem peringkat jelas menanamkan jiwa kompetitif, karena sejak masa awal
pendidikan formal, siswa dipacu agar bisa menjadi lebih baik dari teman-teman sekelas,
sehingga siswa yang jauh melebihi kebanyakan siswa yang dianggap berprestasi, yang
kemampuannya berada di bawah rata-rata kelas dianggap gagal atau tidak berprestasi.
1. Model Evaluasi Individual
Dalam sistem ini, sistem siswa belajar dengan pendekatan dan kecepatan yang sesuai
dengan kemampuan mereka sendiri. Anak didik tak bersaing dengan siapa-siapa, kecuali
bersaing dengan diri mereka sendiri. Teman-teman satu kelas dianggap tidak ada karena
jarang interaksi antar siswa di kelas. Berbeda dengan sistem penilaian peringkat, dalam
penyajian individual guru menetapkan standar untuk setiap murid.
1. Model Evaluasi Cooperative Learning
Sistem ini menganut pemahaman homohomini soclus. Falsafah ini menekankan
saling ketergantungan antar makhluk hidup. Kerjasama merupakan kebutuhan yang sangat
penting artinya bagi kelangsungan hidup. Prosedur sistem penilaian Cooperative
Learning diantaranya adalah tanggung jawab pribadi dan kelompok. Jadi siswa mendapat
nilai pribadi dan nilai kelompok.
1. 3. PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada makalah ini, dapat disimpulkan:
1. 1. Cooperative learning adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekankan
pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama
dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang
atau lebih. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-
tidaknya tiga tujuan pembelajaran yaitu Hasil belajar akademik, penerimaan
terhadap perbedaan individu, dan pengembangan keterampilan sosial.
2. 2. Teori belajar yang melandasi model pembelajaran cooperative learning
adalah teori belajar kognitif dan teori pembelajaran social.
3. Langkah-langkah pembeajaran menurut cooperative learning dibagi dalam
beberapa langkah dengan urutan indikator yaitu: menyampaikan tujuan dan
memotivasi siswa, menyajikan informasi, mengorganisasikan siswa ke dalam
kelompok-kelompok belajar, membimbing kelompok belajar, evaluasi, dan
memberikan penghargaan.
4. Pengelolaan kelas menurut model cooperative learning dijabarkan menjadi
pengelompokan, semangat gotong royong, dan penataan kelas.
5. Dalam model pembelajaran cooperative learning terdapat tiga model evaluasi, yaitu:
model evaluasi kompetisi, evaluasi individual, dan evaluasi cooperative learning.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Cooperative Learning. http://eliku08.blogspot.com/2012/06/cooperative-
learning.html. diakses tanggal 19 oktober 2012.
Emildadiany, Novi. 2008.Cooperative Learning Teknik
Jigsaw.http://Akhmadsudrajat.Wordpress.Com/2008/07/31/Cooperative-Learning-Teknik-
Jigsaw/. diakses tanggal 19 oktober 2012.


























LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK
Berdasarkan pengertian, prinsip utama dan karakteristik PMR uraian di atas, maka
langkah-langkah kegiatan inti pembelajaran matematika realistik dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut.
Langkah 1: Memahami masalah kontekstual.
Guru memberikan masalah (soal) kontekstual dan siswa diminta untuk memahami
masalah tersebut. Guru menjelaskan soal atau masalah dengan memeberikan petunjuk/saran
seperlunya (terbatas) terhadap bagian-bagian tertentu yang dipahami siswa. Pada langkah ini
karakteristik PMR yang diterapkan adalah karakteristik pertama. Selain itu pemberian
masalah kontekstual berarti memberi peluang terlaksananya prinsip pertama dari PMR.
Langkah 2: Menyelesaikan masalah kontekstual.
Siswa secara individual disuruh menyelesaikan masalah kontekstual pada Buku Siswa
atau LKS dengan caranya sendiri. Cara pemecahan dan jawaban masalah yang berbeda lebih
diutamakan. Guru memotivasi siswa untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan
memberikan pertanyaan-pertanyaan penuntun untuk mengarahkan siswa memperoleh
penyelesaian soal tersebut. Misalnya: bagaimana kamu tahu itu, bagaimana caranya, mengapa
kamu berpikir seperti itu dan lain-lain. Pada tahap ini siswa dibimbing untuk menemukan
kembali tentang idea tau konsep atau definisi dari soal matematika. Di samping itu pada
tahap ini siswa juga diarahkan untuk membentuk dan menggunakan model sendiri untuk
membentuk dan menggunakan model sendiri untuk memudahkan menyelesaikan masalah
(soal). Guru diharapkan tidak member tahu penyelesaian soal atau masalah tersebut, sebelum
siswa memperoleh penyelesaiannya sendiri. Pada langkah ini semua prinsip PMR muncul,
sedangkan karakteristik PMR yang muncul adalah karakteristik ke-2, menggunakan model.
Langkah 3: Membandingkan dan mendiskusikan jawaban
Siswa diminta untuk membandingkan dan mendiskusikan jawaban mereka dalam
kelompok kecil. Setelah itu hasil dari diskusi itu dibandingkan pada diskusi kelas yang
dipimpin oleh guru. Pada tahap ini dapat digunakan siswa untuk melatih keberanian
mengemukakan pendapat, meskipun berbeda dengan teman lain atau bahkan dengan gurunya.
Karakteristik PMR yang muncul pada tahap ini adalah penggunaan idea tau kontribusi siswa,
sebagai upaya untuk mengaktifkan siswa melalui optimalisasi interaksi antara siswa dengan
siswa, antara guru dengan siswa dan antara siswa dengan sumber belajar.
Langkah 4: Menarik Kesimpulan
Berdasarkan hasil diskusi kelompok dan diskusi kelas yang dilakukan, guru
mengarahkan siswa untuk menarik kesimpulan tentang konsep, definisi, teorema, prinsip atau
prosedur matematika yang terkait dengan masalah kontekstual yang baru diselesaikan.
Karakteristik PMR yang muncul pada langkah ini adalah menggunakan interaksi antara guru
dengan siswa.
Tahapan atau sintaks model pembelajaran langsung menurut Bruce dan Weil (1996), sebagai
berikut:
Orientasi. Sebelum menyajikan dan menjelaskan materi baru, akan sangat menolong
siswa jika guru memberikan kerangka pelajaran dan orientasi terhadap materi yang
akan disampaikan. Bentuk-bentuk orientasi dapat berupa: (1) kegiatan pendahuluan
untuk mengetahui pengetahuan yang relevan dengan pengetahuan yang telah dimiliki
siswa; (2) mendiskusikan atau menginformasikan tujuan pelajaran; (3) memberikan
penjelasan/arahan mengenai kegiatan yang akan dilakukan; (4) menginformasikan
materi/konsep yang akan digunakan dan kegiatan yang akan dilakukan selama
pembelajaran; dan(5) menginformasikan kerangka pelajaran.
Presentasi. Pada fase ini guru dapat menyajikan materi pelajaran baik berupa konsep-
konsep maupun keterampilan. Penyajian materi dapat berupa: (1) penyajian materi
dalam langkah-langkah kecil sehingga materi dapat dikuasai siswa dalam waktu
relatif pendek;(2) pemberian contoh-contoh konsep; (3) pemodelan atau peragaan
keterampilan dengan cara demonstrasi atau penjelasan langkah-langkah kerja terhadap
tugas; dan (4) menjelaskan ulang hal-hal yang sulit.
Latihan terstruktur. Pada fase ini guru memandu siswa untuk melakukan latihan-
latihan. Peran guru yang penting dalam fase ini adalah memberikan umpan balik
terhadap respon siswa dan memberikan penguatan terhadap respon siswa yang benar
dan mengoreksi respon siswa yang salah.
Latihan terbimbing. Pada fase ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berlatih konsep atau keterampilan. Latihan terbimbing ini baik juga digunakan oleh
guru untuk mengases/menilai kemampuan siswa untuk melakukan tugasnya. Pada
fase ini peran guru adalah memonitor dan memberikan bimbingan jika diperlukan.
Latihan mandiri. Pada fase ini siswa melakukan kegiatan latihan secara mandiri,
fase ini dapat dilalui siswa jika telah menguasai tahap-tahap pengerjaan tugas 85-90%
dalam fase bimbingan latihan.
Di lain pihak, Slavin (2003) mengemukakan tujuh langkah dalam sintaks pembelajaran
langsung, yaitu sebagai berikut.
Menginformasikan tujuan pembelajaran dan orientasi pelajaran kepada siswa.
Dalam tahap ini guru menginformasikan hal-hal yang harus dipelajari dan kinerja
siswa yang diharapkan.
Me-review pengetahuan dan keterampilan prasyarat. Dalam tahap ini guru
mengajukan pertanyaan untuk mengungkap pengetahuan dan keterampilan yang telah
dikuasai siswa.
Menyampaikan materi pelajaran. Dalam fase ini, guru menyampaikan materi,
menyajikan informasi, memberikan contoh-contoh, mendemontrasikan konsep dan
sebagainya.
Melaksanakan bimbingan. Bimbingan dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-
pertanyaan untuk menilai tingkat pemahaman siswa dan mengoreksi kesalahan
konsep.
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih. Dalam tahap ini, guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih keterampilannya atau
menggunakan informasi baru secara individu atau kelompok.
Menilai kinerja siswa dan memberikan umpan balik. Guru memberikan reviu
terhadap hal-hal yang telah dilakukan siswa, memberikan umpan balik terhadap
respon siswa yang benar dan mengulang keterampilan jika diperlukan.
Memberikan latihan mandiri. Dalam tahap ini, guru dapat memberikan tugas-tugas
mandiri kepada siswa untuk meningkatkan pemahamannya terhadap materi yang telah
mereka pelajari.
Langkah-langkah Operasional dalam Proses Pembelajaran
Konsep Dasar (Basic Concept)
Guru atau fasilitator memberikan konsep dasar, petunjuk, referensi, atau link dan skill yang
diperlukan dalam pembelajaran tersebut. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik lebih cepat masuk
dalam atmosfer pembelajaran dan mendapatkan peta yang akurat tentang arah dan tujuan
pembelajaran
Langkah-langkah Operasional dalam Proses Pembelajaran
a. Pendefinisian Masalah (Defining the Problem)
Dalam langkah ini fasilitator menyampaikan skenario atau permasalahan dan peserta didik
melakukan berbagai kegiatan brainstorming dan semua anggota kelompok mengungkapkan
pendapat, ide, dan tanggapan terhadap skenario secara bebas, sehingga dimungkinkan muncul
berbagai macam alternatif pendapat

b. Pembelajaran Mandiri (Self Learning)
Peserta didik mencari berbagai sumber yang dapat memperjelas isu yang sedang diinvestigasi.
Sumber yang dimaksud dapat dalam bentuk artikel tertulis yang tersimpan di perpustakaan,
halaman web, atau bahkan pakar dalam bidang yang relevan.

c. Tahap investigasi (investigation)
Tahap investigasi memiliki dua tujuan utama, yaitu: (1) agar peserta didik mencari informasi dan
mengembangkan pemahaman yang relevan dengan permasalahan yang telah didiskusikan di kelas,
dan (2) informasi dikumpulkan dengan satu tujuan yaitu dipresentasikan di kelas dan informasi
tersebut haruslah relevan dan dapat dipahami.


d. Pertukaran Pengetahuan (Exchange knowledge)
Setelah mendapatkan sumber untuk keperluan pendalaman materi dalam langkah pembelajaran
mandiri, selanjutnya pada pertemuan berikutnya peserta didik berdiskusi dalam kelompoknya untuk
mengklarifikasi capaiannya dan merumuskan solusi dari permasalahan kelompok. Pertukaran
pengetahuan ini dapat dilakukan dengan cara peserrta didik berkumpul sesuai kelompok dan
fasilitatornya.


5. Penilaian (Assessment)

Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek pengetahuan (knowledge), kecakapan (skill), dan
sikap (attitude). Penilaian terhadap penguasaan pengetahuan yang mencakup seluruh kegiatan
pembelajaran yang dilakukan dengan ujian akhir semester (UAS), ujian tengah semester (UTS), kuis,
PR, dokumen, dan laporan.Penilaian terhadap kecakapan dapat diukur dari penguasaan alat bantu
pembelajaran, baik software, hardware, maupun kemampuan perancangan dan pengujian.
Contoh Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based
Learning)
Sebelum memulai proses belajar-mengajar di dalam kelas, peserta didik terlebih dahulu diminta
untuk mengobservasi suatu fenomena terlebih dahulu. Kemudian peserta didik diminta mencatat
masalah-masalah yang muncul.
Setelah itu tugas guru adalah meransang peserta didik untuk berpikir kritis dalam memecahkan
masalah yang ada. Tugas guru adalah mengarahkan peserta didik untuk bertanya, membuktikan
asumsi, dan mendengarkan pendapat yang berbeda dari mereka.

Contoh Penerapan
Memanfaatkan lingkungan peserta didik untuk memperoleh pengalaman belajar. Guru memberikan
penugasan yang dapat dilakukan di berbagai konteks lingkungan peserta didik, antara lain di sekolah,
keluarga dan masyarakat.

Penugasan yang diberikan oleh guru memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk belajar diluar
kelas. Peserta didik diharapkan dapat memperoleh pengalaman langsung tentang apa yang sedang
dipelajari. Pengalaman belajar merupakan aktivitas belajar yang harus dilakukan peserta didik dalam
rangka mencapai penguasaan standar kompetensi, kemampuan dasar dan materi pembelajaran.

Langkah-langkah pembelajaran probing prompting dijabarkan melalui tujuh tahapan teknik
probing (Sudarti, 2008:14) yang dikembangkan dengan prompting adalah sebagai berikut:
1. Guru menghadapkan siswa pada situasi baru, misalkan dengan memperhatikan
gambar, rumus, atau situasi lainnya yang mengandung permasalahan.
2. Menunggu beberapa saat untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk
merumuskan jawaban atau melakukan diskusi kecil dalam merumuskannya.
3. Guru mengajukan persoalan kepada siswa yang sesuai dengan tujuan pembelajaran
khusus (TPK) atau indikator kepada seluruh siswa.
4. Menunggu beberapa saat untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk
merumuskan jawaban atau melakukan diskusi kecil dalam merumuskannya.
5. Menunjuk salah satu siswa untuk menjawab pertanyaan.
6. Jika jawabannya tepat maka guru meminta tanggapan kepada siswa lain tentang
jawaban tersebut untuk meyakinkan bahwa seluruh siswa terlibat dalam kegiatan yang
sedang berlangsung. Namun jika siswa tersebut mengalami kemacetan jawab dalam
hal ini jawaban yang diberikan kurang tepat, tidak tepat, atau diam, maka guru
mengajukan pertanyaan-pertanyaan lain yang jawabannya merupakan petunjuk jalan
penyelesaian jawab. Lalu dilanjutkan dengan pertanyaan yang menuntut siswa
berpikir pada tingkat yang lebih tinggi, sampai dapat menjawab pertanyaan sesuai
dengan kompetensi dasar atau indikator. Pertanyaan yang dilakukan pada langkah
keenam ini sebaiknya diajukan pada beberapa siswa yang berbeda agar seluruh siswa
terlibat dalam seluruh kegiatan probing prompting.
7. Guru mengajukan pertanyaan akhir pada siswa yang berbeda untuk lebih menekankan
bahwa TPK/indikator tersebut benar-benar telah dipahami oleh seluruh siswa.
Pola umum dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan teknik probing melalui
tiga tahapan (Rosnawati, 2008:24), yaitu sebagai berikut:
1. Kegiatan awal : Guru menggali pengetahuan prasyarat yang sudah dimiliki siswa
dengan menggunakan teknik probing. Hal ini berfungsi untuk introduksi, revisi dan
motivasi. Apabila prasyarat telah dikuasi siswa maka langkah yang keenam dari
tahapan teknik probing tidak perlu dilaksanakan. Untuk memotivasi siswa, pola
probing cukup tiga langkah saja yaitu langkah 1, 2, dan 3.
2. Kegiatan inti : pengembangan materi maupun penerapan materi dilakukan dengan
menggunakan teknik probing.
3. Kegiatan akhir : teknik probing digunakan untuk mengetahui keberhasilan siswa
dalam belajarnya setelah siswa selesai melakukan kegiatan inti yang telah ditetapkan
sebelumnya. Pola meliputi ketujuh langkah itu dan diterapkan terutama untuk
ketercapaian indikator.
Daftar Pustaka
Rosnawati, H. (2008). Penggunaan Teknik Probing Untuk Meningkatkan Pemahaman
Konsep Matematika Siswa SMP. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Matematika UPI Bandung:
tidak diterbitkan.

Anda mungkin juga menyukai