Anda di halaman 1dari 10

ARTIKEL

PERBANDINGAN NILAI KAPASITAS VITAL PARU PADA WANITA REMAJA YANG


BEROLAHRAGA RENANG DENGAN WANITA REMAJA YANG TIDAK
BEROLAHRAGA




OLEH
BAIDURI YASINTIANI
H1A009047


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MATARAM
2013



ABSTRAK
PERBANDINGAN NILAI KAPASITAS VITAL PARU PADA WANITA REMAJA YANG
BEROLAHRAGA RENANG DENGAN WANITA REMAJA YANG TIDAK
BEROLAHRAGA
Baiduri Yasintiani*, Salim S. Talib**, Muthia Cenderadewi***

*Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Mataram. email: uyqueen@gmail.com
**Dosen Spesialis Paru Fakultas Kedokteran Universitas Mataram
***Dosen Fakultas Universitas Mataram

Latar belakang: Olahraga telah mendapat tempat dalam dunia kesehatan sebagai
salah satu faktor penting dalam usaha pencegahan penyakit. Berbagai macam
kemunduran fungsi organ dapat dicegah melalui olahraga, salah satu organ vital yaitu
paru. Jika fungsi paru mengalami penurunan maka seluruh sistem kerja tubuh juga akan
ikut terpengaruh. Usaha dalam memaksimalkan kerja paru menjadi sangat penting
dalam mencegah gangguan organ pernapasan tersebut serta menghindari dari
kemungkinan komplikasi berbagai gangguan sistem pernapasan. Beberapa penelitian
menemukan bahwa berenang dapat meningkatkan daya tahan otot pernapasan dan
keseimbangan, serta membantu dalam mendapatkan postur fisik yang lebih baik,
sehingga telah diakui sebagai olahraga yang terbaik untuk paru.
Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kapasitas vital paru
pada wanita remaja yang berolahraga renang dengan owanita remaja yang tidak
berolahraga.
Metode: Penelitian menggunakan desain penelitian Quasi Eksperimental dengan
menggunakan Two group pre and post test control group design. Penelitian ini
menggunakan 2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Perlakuan
pada kedua kelompok diberikan selama 12 minggu. Pada kelompok kontrol tidak
diberikan perlakuan berupa olahraga apapun termasuk olahraga renang, sementara
kelompok perlakuan melakukan olahraga renang dengan frekuensi 2 kali dalam
seminggu selama 12 minggu. Pengambilan data kapasitas vital paru secara paksa
(FVC) menggunakan alat spirometri dilakukan sebelum dan setelah 12 minggu
penelitian berlangsung.
Hasil: Terdapat peningkatan kapasitas vital paru secara paksa (FVC) yang siginifikan
pada kelompok perlakuan setelah 12 minggu penelitian berlangsung (p<0.05).
Simpulan: Melakukan olahraga renang 2 kali dalam seminggu selama 12 minggu dapat
meningkatkan nilai kapasitas vital paru paksa (FVC) secara signifikan (p<0,05).

Kata kunci: Olahraga Renang, 12 minggu, Kapasitas Vital Paru Secara Paksa (FVC)

ABSTRACT
COMPARISON OF LUNG VITAL CAPACITY VALUE IN YOUNG WOMAN WHO
EXERCISE SWIM WITH YOUNG WOMEN WHO DO NOT EXERCISE
Baiduri Yasintiani*, Salim S. Talib**, Muthia Cenderadewi***
*Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Mataram. email: uyqueen@gmail.com
**Dosen Spesialis Paru Fakultas Kedokteran Universitas Mataram
***Dosen Fakultas Universitas Mataram

Background: Sports has gotten place in the health world as one of the important factors
in disease prevention efforts. Various deterioration of organ function can be prevented
through exercise, one of the vital organs is lung. If lung function decline then the whole
system of the body will be affected. Various efforts to maximize the lung functions
performance becomes very important in preventing the respiratory organ disorders and
avoid possible complications from respiratory system related disease. Several studies
have found that swimming can improve the respiratory muscle endurance and balance
and help in getting a better physical postures, thus have been recognized as the best
physical exercises.
Goal: The purpose of this study was to determine the difference of lung vital capacity in
female that performed routine swimming sessions in compre to those who didnt perform
any exercises.
Method : This study is an Quasi Experimental research using Two group pre and post
test control group design. The samples were devided into two group, the control group
and the treatment group. The treatment were applied in 12 weeks. The samples of
control group wasnt given any treatment, while the treatment group performed routine
swimming session 2 times per week for 12 weeks. Retrieval of data of Forced Vital
Capacity (FVC) using spirometry were performed before and after the 12 weeks of
treatment.
Results: There was a significant improvement the Forced Vital Capacity (FVC) of the
treatment group samples after 12 weeks of treatment (p<0.05).
Conclusion: Routine swimming session 2 times per week for 12 weeks can improve the
value of Forced Vital Capacity (FVC) of the lung significantly (p<0.05).

Keywords: Swimming, 12 weeks, Forced Vital Capacity (FVC)

PENDAHULUAN
Dalam perkembangan ilmu
kedokteran, usaha-usaha di bidang
kesehatan telah mengalami
perkembangan. Tidak terbatas pada
usaha kuratif dan rehabilitatif, tetapi juga
usaha promotif dan preventif. Olahraga
telah mendapat tempat dalam dunia
kesehatan sebagai salah satu faktor
penting dalam usaha pencegahan
penyakit. Seseorang yang memiliki
kesegaran jasmani prima dapat
melakukan kegiatan sehari-hari dengan
optimal dan tidak cepat lelah, serta
masih memiliki cadangan energi untuk
melakukan kegiatan lain.
1
Dewasa ini, pola hidup
masyarakat lebih cenderung tidak
banyak melakukan aktifitas fisik. Hal ini
merupakan sesuatu yang patut
diwaspadai karena dapat berdampak
pada kemunduran fungsi organ yang
nantinya akan berakibat pada
kesehatan. Studi WHO (2000)
menyatakan bahwa gaya hidup duduk
terus-menerus dalam bekerja adalah 1
dari 10 penyebab kematian dan
kecacatan di dunia. Lebih dari dua juta
kematian setiap tahun disebabkan oleh
kurangnya bergerak atau aktifitas fisik.
Sebagian besar orang dewasa di dunia,
yaitu sekitar 60% hingga 85% tidak
cukup beraktifitas fisik. Selain itu, dari
hasil penelitian yang dilakukan oleh
Dede Kusmana (2002) memperlihatkan
bahwa orang yang mempunyai gaya
hidup seperti tidak merokok,
berolahraga secara teratur, dan
melakukan kerja fisik, ternyata
berpeluang lima kali lebih tinggi
terhindar dari penyakit jantung dan
stroke daripada yang bergaya hidup
sebaliknya.
Di Indonesia, prevalensi nasional
kurang aktifitas fisik pada penduduk usia
>10 tahun adalah 48,2%. Sebanyak 16
provinsi mempunyai prevalensi kurang
aktifitas fisik pada penduduk usia >10
tahun di atas prevalensi nasional, yaitu
Nanggroe Aceh Darussalam, DKI
Jakarta, Nusa Tenggara Barat,
Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan,
Papua Barat, dan lain-lain.
2

Berbagai macam kemunduran
fungsi organ tubuh dapat dicegah
melalui olahraga, salah satu organ yang
penting yaitu organ paru. Paru-paru
adalah salah satu organ vital yang
bertugas memasok oksigen (O
2
) ke
setiap sel tubuh agar terus hidup dan
menjalankan fungsinya dengan baik.
Paru-paru juga bertanggung jawab
dalam pengeluaran zat karbondioksida
(CO
2
) dari dalam tubuh. Jika fungsi paru
mengalami penurunan atau gangguan,
maka seluruh sistem kerja tubuh juga
akan ikut terpengaruh. Oleh karena itu,
usaha memaksimalkan kerja paru
menjadi penting untuk mencegah
gangguan organ pernapasan ini serta
menghindari kemungkinan komplikasi
penyakit.
3
Daya tahan kardiorespirasi
meningkat dari masa anak-anak dan
mencapai puncaknya pada usia 18-23
tahun. Setelah usia ini, daya tahan
kardiorespirasi akan menurun.
4

Kemampuan fisik wanita sekitar
20% lebih rendah dari pria pada usia
yang sama. Hal ini dikarenakan adanya
perbedaan hormonal yang
menyebabkan wanita memiliki
konsentrasi hemoglobin lebih rendah
dan lemak tubuh lebih besar. Wanita
juga memiliki massa otot lebih kecil
daripada pria. Pada usia 10 tahun,
kapasitas vital paru anak laki-laki
menjadi lebih tinggi, yaitu sekitar 12%
dari anak perempuan. Pada usia 12
tahun, perbedaannya menjadi sekiat
20%, dan pada usia 16 tahun kapasital
vital paru anak laki-laki 37 lebih tinggi
dibandingkan anak perempuan.
5

Olahraga renang merupakan
olahraga yang digunakan untuk
meningkatkan kemampuan fisik pada
umumnya. Olahraga renang merupakan
olahraga yang menyehatkan karena
hampir semua otot tubuh bergerak.
6
Olahraga renang merupakan olahraga
yang terbaik untuk paru-paru. Menurut
beberapa penelitian, berenang juga
dapat meningkatkan kekuatan dan
fleksibilitas, daya tahan otot dan
keseimbangan. Renang juga dapat
membantu mendapatkan postur fisik
yang lebih baik, serta obat yang cepat
dan efektif dalam hal penyembuhan
otot.
7
Gaya renang yang paling sering
digunakan dalam aktifitas berenang
adalah gaya dada gaya bebas. Gaya
dada adalah gaya yang paling mudah
digunakan oleh pemula pada
umumnya.
8
Sebuah penelitian tahun 2011
yang dilakukan menggunakan metode
Quasi Experimental Two Groups Parallel
Pretest-Posttest, menunjukkan bahwa
latihan renang yang dilakukan
terprogram 2 kali dalam seminggu
selama 12 minggu dapat meningkatkan
arus puncak ekspirasi secara bermakna.
Terdapat perbedaan pada perubahan
nilai arus puncak eskpirasi yang
bermakna antara kelompok yang
mendapat latihan renang selama 12
minggu dengan kelompok yang tidak
mendapatkan latihan.
9
Bermacam-macam pemeriksaan
dapat dilakukan untuk mengetahui nilai
faal paru, seperti pengukuran yang
sederhana untuk kapasitas vital,
ventilasi atau pertukaran gas. Untuk itu,
pemeriksaan faal paru dapat dilakukan
dengan menggunakan spirometri.
Spirometri merupakan pemeriksaan
dasar dalam mengevaluasi faal paru
secara kuantitatif untuk memeriksa
kondisi paru-paru. Pemeriksaan faal
paru dengan spirometri dapat
menggambarkan beberapa keadaan
paru. Pengukuran FEV1 merupakan
pemeriksaan yang dapat menunjukkan
kelainan obstruktif pada saluran nafas,
sedangkan pada pengukuran VC akan
menunjukkan kelainan yang bersifat
restriktif. Keadaan ini dapat terjadi
karena pengurangan jaringan paru yang
berfungsi, terbatasnya pengembangan
dinding toraks dan atau gerakan
diafragma.
10
Dari uraian di atas, maka
penelitian ini dilakukan bertujuan untuk
mengetahui perbedaan kapasitas vital
paru orang yang berolahraga renang
dengan orang yang tidak berolahraga.
Suatu penelitian meta-analisis
menyebutkan bahwa mayoritas
penelitian mengenai kapasitas vital paru
pada anak-anak atau remaja masih
menggunakan laki-laki sebagai
subyeknya.
1
Dengan demikian,
penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan remaja perempuan
sebagai subyeknya.

METODE DAN CARA KERJA
Penelitian ini merupakan penelitian
eksperimental dengan rancangan
penelitian yang digunakan adalah Quasi
experimental two group pre and post
test control group design. Kelompok
kontrol yaitu kelompok yang beraktifitas
biasa atau tidak berolahraga dan
kelompok perlakuan yaitu kelompok
yang berolahraga renang selama 12
minggu.
Populasi pada penelitian ini adalah
remaja perempuan kelompok usia 12
sampai 18 tahun. Kriteria sampel pada
penelitian ini adalah:
a. Kriteria inklusi
1. Bersedia sebagai subjek
penelitian dari awal sampai
selesai dan menandatangani
surat persetujuan sebagai
sampel.
2. Jenis kelamin perempuan.
3. Usia 12 sampai 18 tahun.
4. Indeks massa tubuh normal (18-
25).
b. Kriteria ekslusi
1. Perokok.
2. Sedang menderita penyakit pada
sistem pernapasan (Batuk, flu,
bronchitis akut, bronchiolitis
obliterans, efusi pleura,
tuberculosis, ateletaksis, dan
tumor paru).
3. Mempunyai riwayat penyakit
sistem pernapasan (fibrosis kistik,
bronkitis kronis, tuberkulosis,
pneumonia, dan tumor paru).
4. Sedang mengalami penyakit yang
mengganggu mobilitas (fraktur,
arthritis).
5. Mempunyai riwayat penyakit
jantung.
6. Atlet atau olahragawan.
Estimasi besar sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan rumus untuk data
numerik dengan dengan dua variabel
independen sehingga didapatkan total
sampel sebesar 30 sampel.
Cara pengambilan sampel dalam
penelitian ini adalah simple random
sampling.
Pengukuran Nilai FVC digunakan
dengan alat spirometri. Pengukuran
dilakukan sebelum perlakuan diberikan
dan setelah perlakuan diberikan selama
12 minggu. Data yang didapatkan
kemudian dibandingkan perubahan yang
terjadi.
Pada kelompok perlakuan dilakukan
olahraga renang 2 kali dalam seminggu
selama 12 minggu dengan interval
minimal 1 atau 2 hari. Dalam sehari
olahraga renang dilakukan minimal satu
jam karena memenuhi waktu termasuk
pemanasan yang dilakukan sebelum
berenang 5 sampai 15 menit, olahraga
renang yang dilakukan 20 sampai 40
menit, dan pendinginan yang dilakukan
setelah berenang minimal 5 menit. Gaya
renang yang digunakan untuk penelitian
ini adalah gaya dada karena teknik
pernafasan pada gaya dada lebih
khusus, yaitu mengambil udara
sebanyak mungkin dan
menghembuskannya sedikit demi
sedikit.
11.
Sedangkan, pada kelompok
kontrol diberikan perlakuan berupa
beraktifitas biasa atau tidak berolahraga
selama 12 minggu.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel komparasi nilai FVC sebelum dan
setelah olahraga renang selama 12
minggu
Kel
om
pok
Rerata SB
Rerata
Beda
SB
P
Sebelum
Olahrag
a
Renang
12
minggu
Setelah
Olahra
ga
Renan
g 12
minggu
I
1543,3
409,4
1422,7
373,8
120,6
35,6
0,081


II
1.640
309
1875,3
278,8
-235,3
30,2
0,000


= Uji t-berpasangan
SB = Simpang Baku






Persentasi Perubahan Nilai FVC pada
Kedua Kelompok Sebelum dan Setelah
Perlakuan

Hasil data penelitian yang didapat
bahwa terjadi peningkatan nilai FVC
yang bermakna pada kelompok
perlakuan, yaitu wanita remaja usia 12
sampai 18 tahun yang melakukan
olahraga renang selama 12 minggu,
sementara pada kelompok kontrol, yaitu
wanita remaja usia 12 sampai 18 tahun
yang tidak melakukan olahraga selama
12 minggu didapatkan penurunan yang
tidak signifikan pada nilai FVC.
Kapasitas vital merupakan
parameter nilai faal paru yang dapat
dipengaruhi oleh berbagai faktor. Selain
bergantung pada anatomi seseorang,
faktor-faktor utama yang mempengaruhi
kapasitas vital paru adalah: 1) posisi
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
1800
2000
Nilai FVC
Sebelum
Perlakuan
Nilai FVC
Setelah
Perlakuan
Kelompok I
(Kontrol)
Kelompok II
(Perlakuan)
seseorang ketika kapasitas paru ini
diukur 2) kekuatan otot-otot pernafasan
3) daya renggang atau pengembangan
paru-paru dan rangka dada yang disebut
compliance paru.
12
Demikian hal ini
renang berfungsi meningkatkan
kekuatan otot pernafasan.
Menurut penelitian sebelumnya,
keadaan latihan atau olahraga dapat
menambah kapasitas vital 30-40% di
atas nilai normal atau mencapai 6-7
liter.
12
Dengan meningkatnya ventilasi
pernapasan, maka otot-otot pernapasan
dirangsang untuk bekerja lebih keras
untuk memenuhi kebutuhan oksigen.
Jika otot pernapasan terus diberikan
stimulasi yang cukup untuk bekerja,
maka akan mengakibatkan terjadinya
peningkatan kekuatan otot-otot
pernapasan, yang dapat berpengaruh
terhadap kapasitas vital paru.
13
Berenang melibatkan hampir seluruh
otot utama tubuh terutama otot-otot
pernapasan. Dengan melakukan latihan
renang secara teratur, maka secara
tidak langsung telah berulang kali
melatih otot-otot pernapasan. Hal
tersebut akan berpengaruh pada
peningkatan kemampuan dan daya
tahan otot-otot pernapasan yang
selanjutnya akan berdampak pada
peningkatan nila FVC.
9

SIMPULAN
Terdapat perbedaan perubahan
nilai FVC yang bermakna antara
kelompok yang mendapat pelakuan
olahraga renang selama 12 minggu
dengan kelompok yang tidak
mendapatkan perlakuan (p<0,05).
DAFTAR PUSTAKA
1. Uliyandari, Adhikarmika. (2009),
Pengaruh Latihan Fisik Terprogram
Terhadap Prubahan Nilai Konsumsi
Oksigen Maksimal (VO
2
MAX) pada
Siswi Sekolah Bola Voli Tugu Muda
Semarang Usia 11-13 Tahun.
Semarang : Universitas Diponegoro.
2. Depkes. (2007), Laporan Hasil Riset
Kesehatan Dasar (RISKESDAS)
Nasional 2007, Jakarta Badan
Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan DEPKES RI. Available
from www.depkes.go.id
3. Rasyid, R.A. (2009). Kapasitas Paru-
Paru Sebelum dan Sesudah
Berolahraga. Semarang : Universitas
Diponegoro.
4. Guyton, A.C., dan Hall, J.E. (2008),
Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC,
hal 496-506.
5. Madina, D.S. (2007), Nilai Kapasitas
Paru dan Hubungannya dengan
Karakteristik Fisik pada Atlet
Berbagai Cabang Olahraga.
Bandung : Fakultas Kedokteran
Universitas Padjajaran.
6. Pramesti, Danar. (2007), Hubungan
Kekuatan Otot Tungkai dan
Kapasitas Vital Paru Terhadap
Kecepatan Renang 1500 Meter
Gaya Crawl pada Atlet PJP dan
PPOP Club Renang Tri Cakti
Semesta Semarang Tahun 2007.
Semarang : Program Pendidikan
Sarjana Universitas Negeri
Semarang.
7. Yusufsila. (2011), Jenis Olahraga
Terbaik untuk Paru-Paru. Nusa
Tenggara Timur : Fakultas Ilmu
Pendidikan.
8. Mulyana, Boyke. (2006), Aktivitas
Aquatik. Bandung: IKIP.
9. Mareta, R.I. (2011), Perbedaan
Antara Nilai Arus Puncak Ekspirasi
Sebelum dan Sesudah Olahraga
Renang Selama Dua Belas Minggu.
Semarang : Program Pendidikan
Sarjana Kedokteran Universitas
Diponegoro.
10. Wibawa, Ari. (2008), Hubungan
Antara Posisi Tubuh Terhadap
Volume Statis Paru. Surakarta :
Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
11. Ermawan, S. 2009. Olahraga
Renang Sebagai Hidrotherapy
Dalam Mengatasi Masalah-Masalah
Kesehatan. Jogjakarta: Pendidikan
Olahraga.
12. Budiono, Irwan. (2007). Faktor
Resiko Gangguan Fungsi Paru pada
Pekerja Pengecatan Mobil di Kota
Semarang. Semarang. Program
Magister Epidemiologi Universitas
Diponegoro.
13. Gottschall S, Jinger, (2004), Energy
Cost and Muscular Activity Required
for Leg Swing During Walking,
Colorado, Department of Integrative
Physiology University of Colorado.

Anda mungkin juga menyukai