Anda di halaman 1dari 17

Glaukoma Sudut Terbuka 1

I. PENDAHULUAN

Glaukoma adalah suatu neuropati optik kronik didapat yang ditandai oleh pencekungan (cupping)
diskus optikus, pengecilan lapangan pandang; biasanya disertai peningkatan tekanan intraokuler. Pada
glaukoma akan terdapat melemahnya fungsi matadengan terjadinya cacat lapang pandang dan kerusakan
anatomi berupa ekskavasi (penggaungan) serta degenerasi papil saraf optik yang dapat berakhir dengan
kebutaan. Berdasarkan etiologi, glaukoma dibagi menjadi 4 bagian yaitu glaukoma primer,glaukoma kongenital,
glaukoma sekunder dan glaukoma absolut sedangkan berdasarkanmekanisme peningkatan tekanan
intraokular glaukoma dibagi menjadi dua, yaitu glaukomasudut terbuka dan glaukoma sudut tertutup.
Pada sebagian besar kasus, glaukoma tidak disertai dengan penyakit mata lainnya (glaukoma primer).
Glaukoma primer sudut terbuka merupakan bentuk yang tersering, bersifat kronik dan bersifat progressive,
menyebabkan pengecilan lapangan pandang bilateral progressive asimptomatik yang muncul perlahan
dan sering tidak terdeteksi sampai terjadi pengecilan lapangan pandang yang ekstensif. Diagnosa
glaukoma primer sudut terbuka jika pada pemeriksaan didapatkan adanya peningkatan tekanan
intraokular, gambaran kerusakandiskus optikus dan defek lapangan pandang. Adapun bentuk lain dari glaukoma
yaituglaukoma primer sudut tertutup, glaukoma sekunder sudut terbuka, glaukoma sekunder suduttertutup, glaukoma
kongenital dan glaukoma absolut. Mekanisme peningkatan tekanan intraokuler pada glaukoma adalah
gangguan alirankeluar aqueous humor akibat kelainan sistem drainase sudut bilik mata depan (glaukomasudut terbuka)
atau gangguan akses aqueous humor ke sistem drainase (glaukoma suduttertutup). Pada semua pasien glaukoma,
perlu tidaknya diberikan terapi dan efektifitas terapiditentukan dengan melakukan pengukuran tekanan
intraokuler (tonometri), inspeksi diskusoptikus dan pengukuran lapangan pandang secara teratur.







Glaukoma Sudut Terbuka 2

II. PEMBAHASAN
GLAUKOMA SUDUT TERBUKA

2.1 Anatomi
Sudut bilik mata depan terletak pada pertautan antara kornea perifer dan pangkal iris. Ciri-ciri
anatomi utama sudut ini adalah garis Schwalbe, anyaman trabekula (yang terletak diatas kanal
Schlemm), dan sklera (sclera spur). Garis Schwalbe menandai berakhirnya endotel kornea. Struktur
ini merupakan tepi membrane Descement dan terdiri dari suatu jaringan atau pinggiran yang sempit
dimana bagian dalam kornea bertemu dengan sklera, dengan jari-jari kelengkungan yang berbeda.
Dapat terlihat seperti sebuah garis atau pembukitan berwarna putih dan berbatasan dengan bagian
anterior anyaman trabekula.
Anyaman trabekula berbentuk segitiga pada potongan melintang, dengan dasar yang mengarah
ke corpus ciliare. Anyaman ini tersusun atas lembar-lembar berlubang jaringan kolagen dan elastik
yang membentuk suatu filter dengan pori yang semakin mengecil ketikamendekati kanal Schlemm.
Bagian dalam anyaman ini, yang menghadap ke bilik mata depan dikenal sebagai anyaman uvea;
bagian luar yang berada dekat kanal Schlemm disebut anyaman korneoskleral. Serat-serat longitudinal
otot siliaris menyisip ke dalam anyaman trabekula tersebut.
Penyebab terjadinya glaukoma adalah terjadinya peningkatan tekanan intraokuler (relative).
Tekanan intraokuler ditentukan oleh kecepatan pembentukan humor akueous dan tahanan terhadap
aliran keluarnya dari mata. Humor akueous adalah suatu cairan jernih yang mengisi camera oculi
anterior dan camera oculi posterior. Volumenya adalah sekitar 250 L,dan kecepatan
pembentukannya memiliki variasi diurnal adalah 2,5 L/menit. Tekanan osmotiknya lebih tinggi
dibandingkan plasma. Komposisi humor akueous serupa dengan plasma, kecuali bahwa cairan ini
memiliki konsentrasi askorbat, piruvat dan laktat yang lebihtinggi serta protein, urea dan glukosa yang
lebih rendah. Cairan bilik mata (humor akueous) dibentuk oleh epitel tak berpigmen corpus ciliare, masuk ke dalam
bilik mata belakang (camera oculi posterior) kemudian melaui pupil masuk ke bilik mata depan (camera oculi
anterior), ke sudut camera oculi anterior melalui trabekulake kanal Sclemm, saluran kolektor,
kemudian masuk ke dalam pleksus vena di jaringansklera dan episklera juga ke dalam vena siliaris
anterior di corpus ciliare.
Glaukoma Sudut Terbuka 3







2.2 Faktor Risiko
Glaukoma bisa menyerang siapa saja. Deteksi dan perawatan dini glaukoma adalah satu-
satunya jalan untuk menghindari hilangnya penglihatan. Beberapa faktor resiko terjadinya
glaukoma sudut terbuka adalah :
Umur lebih dari 40 tahun
Peningkatan tekanan intraokuler
Riwayat trauma ocular
Penggunaan kortikosteroid topikal, sistemik ataupun endogen
Myopia
Diabetes mellitus
Penyakit vascular karotis
Anemia
Riwayat hipertensi sistemik
Insufisiensi vascular








Glaukoma Sudut Terbuka 4

2.3 Klasifikasi
Klasifikasi berdasarkan sudut adalah sebagai berikut:

1. Glaukoma Primer Sudut Terbuka
a. Definisi
Glaucoma primer sudut terbuka merupakan neuropati optic yang bersifat kronik, progresif,
yang ditandai degan kerusakan saraf optic dan kelainan lapang pandang yang khas. Keadaan
ini disebut glaucoma primer karena tidak tahu pasti penyebab atau idiopatik. Glaucoma ini
biasanya bersifat genetic yang diturunkan secara poligenik atau multifaktorial. Hambatan
aliran cairan akuos terjadi pada trabekulum itu sendiri yaitu pada celah celah trabekulum
yang sempit sehingga cairan akuos tidak dapat keluar dari bola mata dengan lancar.
Sempitnya celah celah trabekulum itu disebabkan oleh timbunan matriks interseluler.
b. Gejala
Glaucoma primer sudut terbuka biasanya bersifat bilateral, perjalanannya progresif sangat
lambat sifatnya tenang, dan sering tidak menimbulkan keluhan sehingga sulit menegakkan
diagnosis pada stadium dini. Kalau penderita sudah mulai mengeluh dan datang ke dokter
biasanya penyakitnya sudah dalam keadaan lanjut dengan lapangan pandang sangat sempit.
Gejala tidak ada atau sangat ringan, biasanya keluhan hanya ada rasa tidak nyaman atau
pegal di mata. Penglihatan tetap jelas pada fase awal, karena penglihatan sentral belum
terlibat. Selanjutnya lapang pandang mulai menyempit. Gejala lain adalah kesulitan berjalan,
misalnya sering tersandung kalau naik turun tangga ata tidak tahu benda disampingnya
karena hilangnya lapang pandang perifer.


Glaukoma Sudut Terbuka 5

c. Pemeriksaan
Pemeriksaan pada mata didapatkan mata tampak normal, konjungtiva tidak merah, kornea
jernih, bilik mata depan dalam, dan pupil normal. Funduskopi menunjukkan atrofi papil
saraf optic (C/D 0,6). Semakin luas lekukan (semakin besar rasio C/D) menandakan atrofi
semakin parah. Dapat ditemukan tanda tanda papil glaukomatosa yang lain yaitu lamina
kribrosa Nampak jelas, atrofi retina peripapil, gambaran bayonet, nasalisasi pembuluh darah
dan penipisan bingkai saraf optic. Tekanan intraokuler lebih dari 21 mmHg. Pada
pemeriksaan neurooftalmologis menggunakan perimeter menunjukakn adanya kelainan
lapang pandang dan atau skotoma yang khas yaitu skotoma di daerah Bjerrum, defek
arkuata, nasal step, dan pinhole vision pada fase akhir.
d. Penanganan
Glaucoma primer sudut terbuka adalah dengan menurunkan TIO hingga 20 50 % dari TIO
awal, tekanan yang didapatkan diharapkan merupakan tekanan yang aman bagi penderita
selanjutnya disebut sebagai tekanan target penurunan TIO yang dilakukan dengan
pengobatan atau dilakukan operasi menggunakan laser atau operasi pisau. Setelah dicapai
tekanan target lapang pandang perlu diperiksa tiap 6-12 bulan untuk mengontrol apakah ada
kerusakan lebih lanjut. Jika masih terjadi kerusakan pada tekanan target tersebut maka TIO
harus diturunkan lagi sampai dicapai tekanan target yang lebih rendah sampai tidak terjadi
progresifitas kerusakan saraf optic. Kalau perlu dilakukan operasi filtrasi (pembuatan
saluran) untuk mengalirkan cairan akuos ke subkonjungtiva. Operasi ini dilakukan bila TIO
tidak dapat diturunkan dalam batas tekanan target setelah pemberian obat obatan
sementara lapang pandang terus memburuk. Jenis operasi filtrasi antara lain trepanasi,
sklerektomi, sklerostomi, trabekulektomi dan pemasangan tube implant. Operasi
menggunakan laser yang dapat dilakukan pada glaucoma ini adalah trabekuloplasti laser
Argn dan trabekuloplasti selektif.

Glaukoma Sudut Terbuka 6



2. Glukoma Sekunder Sudut Terbuka
a. Definisi
Glaukoma adalah suatu neuropati optik kronik didapat yang ditandai oleh
pencekungan (cupping) diskus optikus, pengecilan lapangan pandang; biasanya
disertai peningkatan tekanan intraokuler, yang ditemukan penyakit penyebab yang
jelas.
b. Etiologi
Pada glaucoma ini terjadi sumbatan cairan akuos pada anyaman trabekulum atau
produksi cairan akuos yang berlebih. Glaucoma sudut terbuka bisa terjadi karena
adanya sumbatan sebelum trabekulum misal oleh lapisan endotel, selaput peradangan,
atau membrane fibrovaskular, sumbatan pada trabekulum missal karena sumbatan
darah, makrofag, sel neoplastik, partikel pigmen, protein, dan zonula lensa, serta
sumbatan setelah trabekulum missal sumbatan di kanalis Schlemm, dan tekanan vena
episklera yang meningkat karena thrombus atau sumbatan lain. Penyakit yang dapat
menyebabkan glaucoma ini antara lain uveitis, katarak hipermatur, hifema, kerusakan
iridokorneal akibat trauma tumpul, sindroma pseudoeksfoliasi dan sindrom
pigmentari. Selain penyakit di atas terdapat kondisi lain yang dapat menyebabkan
glaucoma sekunder yaitu pemakainan steroid jangka panjang dan sisa zat viskoelastik
di KOA.
c. Gejala
Gejala yang timbul dapat akut misalanya disebabkan oleh uveitis, dan dapat pula
kronis. Yang kronis dapat terjadi pada glaucoma karenan pengobatan steroid jangka
panjang atau pasca trauma. Gejalanya seperti pada glaucoma primer sudut terbuka,
Glaukoma Sudut Terbuka 7

antara lain tidak terasa sakit, mata tenang, sedikit atau tidak menimbulkan keluhan.
Pada uveitis terjadi proses radang, termasuk terbentuknya eksudat eksudat serta
adanya infiltrate sel radang sehingga celah clah trabekulum dapat tertutup yang
mengakibatkan aliran keluar cairan akuos terhambat. Terjadinya sembab trabekulum,
sembab badan siliar, dan iris mengurangi kemampuan pngaliran humor akuos keluar.
Pada katarak yang dibiarkan lama kelamaan korteks lensa bisa mencair kemudian
keluar dari kapsul. Produk protein lensa yang keluar dari kapsul dapat berperan
sebagai antigen kemudian mengakibatkan reaksi radang dalam mata (uveitis). Debris
protein dan sel -sel radang yang tersangkut dalam celah trabekulum mengakibatkan
terhambatnya aliran keluar humor akuos. Glaucoma semacam ini disebut glaucoma
fakolitik.
Penggunaan streroid jangka panjang lebih dari 2 minggu diperkirakan dapat
menimbulkan kerusakan pada trabekulum. Mekanisme steroid sebagai penyebab
glaucoma masih belum jelas, tetapi beberapa teori mengenai glaucoma steroid antara
lain terjadi penimbunan glikosaminoglikan dalam bentuk polimer pada trabekulum
meshwork yang menimbulkan biologic edema sehingga resistensi aliran humor
akuos bertambah, steroid juga diketahui menekan aktifitas fagositosis sel endotel
trabekulum sehingga debris pada cairan akuos tertimbun di trabekulum. Beberapa gen
myocilin, telah dilaporkan berhubungan dengan glaucoma steroid. Pengobatan steroid
pada mata missal anak anak dengan konjungtivitis vernalis. Pada pasien dengan
pengobatan steroid jangka panjang topika atau sistemik perlu dilakukan pengawasan
tekanan intraocular. Glaucoma dapat terjadi pada trauma yang menyebabkan
kerusakan jaringan trabekulum cukup luas sehingga menganggu aliran humor akuos.
Missal trauma karena benturan benda tumpul atau terkena lemparan bola tenis.






Glaucoma fakolitik Glaucoma karena Uveitis

Glaukoma Sudut Terbuka 8

Cara Pemeriksaan Khusus Untuk Glaukoma
1. Ketajaman penglihatan
2. Tonometri
3. Gonioskopi
4. Oftalmoskopi
5. Pemeriksaan lapangan pandangan
6. Tonografi

Di samping anamnesa yang cermat dan teliti.
Pemeriksaan ketajaman penglihatan, bukan merupakan cara yang khusus untuk glaukoma, tetapi
tetap penting, karena ketajaman penglihatan yang baik misalnya 5/5 belum berarti tidak ada glaukoma.
Pada glaukoma sudut terbuka, kerusakan saraf mata dimulai dari tepi lapang pandangan dan lambat laun
meluas ke tengah. Dengan demikian penglihatan sentral (fungsi makula) bertahan lama, walaupun
penglihatan perifer sudah tidak ada, sehingga penderita tersebut seolah olah melihat melalui teropong
(tunnel vision).

- Tonometri
Tonometri diperlukan untuk mengukur besarnya tekanan intraokuler.
Ada 3 macam tonometeri :
1. Cara Digital
Paling mudah, tetapi tidak cermat, sebab pengukurannya berdasarkan perasaan kedua jari telunjuk
kita. Tinggi rendahnya tekanan di catat sebagai berikut :
Tio = N (normal)
Tio = N + 1 (agak tinggi)
Tio = N 1 (agak rendah)
Tio = N + 2 (tinggi), dan sebagainya

2. Cara Mekanis/ Tonometer Schiotz
Tidak begitu mahal, dapat dibawa ke mana mana, mudah mengerjakannya. Penderita terbaring
tanpa bantal, matanya ditetesi pantokain 1 2 % satu kali. Suruh penderita memihat lurus ke atas dan
letakkan tanometer di puncak kornea. Jarum tonometer akan bergerak di atas skala dan menunjuk
pada satu angka di atas skala tersebut.
Glaukoma Sudut Terbuka 9


3. Tonometri dengan Tonometer Aplanasi Dari Goldman
Alat ini selain cukup mahal, juga memerlukan slitlamp yang juga cukup mahal, pula tidak praktis.
Tetapi meskipun demikian, di dalam komunikasi internasional secara tidak resmi, hanya tonometri
dengan aplanasi tonometer sajalah yang diakui.


Tekanan bola mata ini, untuk satu mata tak selalu tetap, tetapi :
- Pada bernafas ada fluktuasi 1 2 mmHg
- Pada jam 5 7 pagi paling tinggi, siang hari menurun, malam hari menaik lagi
Hal ini dinamakan variasi diurnal, dengan fluktuasi 3 mmHg.

- Gonioskopi
Merupakan suatu cara untuk menilai lebar sempitnya sudut bilik mata depan. dengan gonioskopi
dapat dibedakan glaukoma sudut tertutup atau sudut terbuka, juga dapat dilihat apakah terdapat perlekatan
Glaukoma Sudut Terbuka 10

iris bagian perifer ke depan (peripheral anterior sinechiae). Dengan alat ini dapat pula diramalkan apakah
suatu sudut akan mudah tertutup di kemudian hari


- Oftalmoskopi
Yang harus diperhatikan adalah papil, yang mengalami perubahan penggaungan (cupping) dan
degenerasi saraf optik (atrofi). Yang mungkin disebabkan beberapa faktor :
Peninggian tekanan intraokuler, mengakibatkan gangguan perdarahan pada papil, sehingga terjadi
degenerasi berkas- berkas serabut saraf pada papil saraf optik.
Tekanan intraokuler, menekan pada bagian tengah optik, yang mempunyai daya tahan terlemah dari
bola mata. Bagian tepi papil relatif lebih kuat dari bagian tengah terjadi penggaungan pada papil ini.
Memang sampai saat ini patofisiologi dari penggaungan dan atrofi ini masih diperdebatkan terus, kita
harus waspada terhadap adanya ekskavasio glaukoma bila :
Terdapatnya penggaungan lebih dari 0.3 diameter papil, terutama bila diameter vertikal lebih besar
daripada diameter horizontal.
Penggaungan papil yang tidak simetris antara mata kanan dan mata kiri.
Pada stadium permulaan tentu sukar untuk menentukan apakah ekskavasi yang terlihat itu
glaukoma atau bukan. Ada baiknya bila kita bandingkan kedua papil dari mata kanan dan mata kiri. Kita
gambarkan ekskavasinya sehingga dapat dibandingkan dengan keadaan pada pemeriksaan berikutnya.
Glaukoma Sudut Terbuka 11

12/4/2007 33
Optic disc changes in glaucoma

Tanda penggaungan :
Pinggir papil bagian temporal menipis. Ekskavasi melebar dan mendalam tergaung, sehingga dari
depan tampak ekskavasi melebar, diameter vertikal lebih besar dari diameter horizontal. Bagian
pembuluh darah di tengah papil tak jelas, pembuluh darah seolah olah menggantung di pinggir dan
terdorong ke arah nasal. Jika tekanan cukup tinggi akan terlihat pulsasi arteri.
Tanda atrofi papil :
Termasuk atrofi primer, warna pucat, batas tegas, lamina kribrosa tampak jelas
Pada pembuluh darah dapat ditemukan :
Pulsasi arteri, pembuluh darah diskus optikus yang terekspos, pergeseran kearah nasal (nasalisasi),
dilatasi vena

- Pemeriksaan Lapang Pandangan
Dibedakan :
I. Lapang pandangan sentral, seluas 30 derajat, diperiksa dengan layar hitam Byerrum pada jarak 1
m dengan menggunakan objek 1 mm putih (isopter 1 / 1000) atau pada jarak 2 mm dengan objek
sebesar 2 mm (isopter 2 / 2000).

Glaukoma Sudut Terbuka 12

II. Lapang pandangan perifer, yang dapat diukur dengan perimeter atau kampimeter. Pada keadaan
normal didapatkan :
Superior : 55 derajat
Nasal : 60 derajat
Inferior : 70 derajat
Temporal : 90 derajat
Titik buta (blindspot = papil N.II) terletak 15 20 derajat temporal dari titik fiksasi, dapat dicari
dengan layar Byerrum. Secara kasar lapang pandangan dapat diperiksa dengan tes konfrontasi, di mana
pada jarak 0,5 m dari penderita, pemeriksa menggerakkan tangannya dari luar ke dalam, sedang penderita
satu matanya ditutup. Dengan tes konfrontasi ini, hanya kerusakan yang luas saja yang dapat diukur.
Kelainan lapang pandangan pada glaukoma disebabkan adanya kerusakan serabut saraf. Yang
paling dini berupa skotoma relatif atau absolut yang terletak pada daerah 30 derajat sentral.
Kelainan yang mulai terjadi adalah pembesaran blindspot dengan bearing of the blindspot, kemudian
disusul dengan kelainan saraf yang lain.

- Kerusakan pada serabut 1, menimbulkan Seidel sign
- Kerusakan pada serabut 2, menimbulkan skotoma Byerrum
- Kerusakan pada serabut 3, menimbulkan skotoma arkuata
- Kerusakan pada serabut 3 + 4, menimbulkan ring skotoma dengan Rhone nasal step (5)
Biasanya penderita tidak sadar akan adanya kerusakan ini, karena tidak mempengaruhi ketajaman
penglihatan sentral. Pada glaukoma yang lanjut, timbul pula kelainan lapang pandangan perifer, yang
Glaukoma Sudut Terbuka 13

dimulai dari bagian nasal atas. Kerusakan ini kemudian dapat meluas ke tengah dan bergabung dengan
kelainan lapang pandangan yang terdapat di tengah. Pada tahap yang sudah lanjut seluruh lapang
pandangan telah rusak, terkecuali tersisa suatu pulau kecil kira kira 5 derajat sekitar titik fiksasi, dengan
tajam penglihatan sentral (asies visus) masih normal, sehingga penderita seolah olah melihat melalui
suatu teropong (tunnel vision). Dengan demikian nyatalah, bahwa tajam penglihatan sentral tidak dapat
dipakai sebagai ukuran terhadap kerusakan yang ditimbulkan oleh glaukoma sehingga juga tidak dapat
menentukan apakah seseorang menderita glaukoma atau tidak


- Tonografi
Untuk mengukur cairan bilik mata yang dikeluarkan mata melalui trabekula dalam satu satuan waktu.
Caranya : Tonometer diletakkan di kornea selama 4 menit dan tekanan intraokuler
dicatat dengan suatu grafik. Dengan suatu rumus, dari grafik tersebut dapat diketahui
banyaknya cairan bilik mata yang meninggalkan mata dalam satu satuan waktu (normal :
C = 0,13). Akhir akhir ini tonografi banyak yang meragukan kegunaannya, sehingga
banyak yang telah meninggalkannya.

2.4 Penatalaksanaan
a. Medikamentosa
Terapi glaukoma selalu memegang prinsip tertentu. Pertama semakin tinggi TIO semkin besar
kerusakan. Kedua terdapat faktor lain selain TIO dalam glaucoma. Misalnya pada hipertensi,
hipotensi, atau DM, aliran darahnya buruk sehingga mudah menjadi kerusakan saraf optic. Ketiga
perlu follow up terus menerus. Keempat pertimbangkan efek samping dan biaya, karena terapi
glaucoma bersifat panjang, bahkan seumur hidup. Kelima pertahankan penglihatan yang baik
dengan efek samping minimal dan biaya ringan.
Pembagian obat obat glaucoma:
Glaukoma Sudut Terbuka 14

1. Obat topical
a. golongan kolinergik : pilokarpin, karbakhol
b. golongan agonis adrenergic : epinefrin, dipivefrin, brimonidin
c. golongan penyekat reseptor beta: timolol
d. golongan analog prostaglandin
e. golongan inhibitor karbonik anhidrase topical
2. Obat sistemik
a. golongan inhibitor karbonik anhidrase
b. zat hiperosmotik
b. Operatif
Laser Trabeculoplasty (LTP)
Indikasikan pada pasien glaukoma yang telah mendapat dosis maksimal obat yang bisa
ditoleransi dimana dengan gonioskopi merupakan glaukoma sudut terbuka dan menuntut
penurunan TIO. Kontraindikasi : Pada pasien dengan inflamasi glaukoma, iridokorneal
endothelial (ICE), glaukoma neovaskularisasi atau sinekia sudut tertutup pada pasien
dengan glaukoma yang progresif.



Trabekulektomi
Trabekulektomi adalah suatu prosedur operasi yang bertujuan membuat saluran atau
lubang yang menghubungkan bilik depan mata dengan daerah subkonjungtiva atau
subtenon, sehingga pada kondisi ini cairan akuos dapat mengalir langsung dari bilik mata
belakang ke bilik mata depan dan masuk kedaerah subkonjungtiva melalui partial thickness
flap sclera sehingga tekanan intraocular turun. Prosedur trabekulektomi tidak dilakukan
apabila visus sudah 0 atau buta karena akan berisiko menimbulkan oftamia simpatika pada
mata sebelahnya atau pada glaucoma neovaskular karena risiko kegagalan yang sangat
tinggi.
Glaukoma Sudut Terbuka 15










2.5 Prognosi
Glaukoma tidak dapat disembuhkan, namun demikian dapat dikendalikan. Semakin dini deteksi
seorang penderita glaukoma, maka dengan terapi yang tepat akan mengurangi morbiditas, menghambat
hilangnya penglihatan lebih lanjut.


















Glaukoma Sudut Terbuka 16

III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Glaukoma adalah neuroptik optic yang disebabkan tekanan intrakular yang relative tinggi,
ditandai dengan adanya kelainan lapang pandang yang khas dan atrofi papil saraf optic. Galukoma
disebut sebagai pencuri penglihatan dan penyebab kebutaan No.2 di Indonesia setelah katarak.
Dibagi menjadi dua menurut sudutnya yaitu glaucoma sudut terbuka dan tertutup. Pada glaucoma
sudut terbuka diagi menjadi dua yaitu primer yang tidak diketahui penyebabnya dan sekunder yang
disebabkan oleh penyakit lain seperti uveitis, katarak hipermatur, trauma dan penggunaan steroid
yang lama. Gejala klinis dari glaucoma sudut terbuka sangat ringan bahkan tidak menimbulkan
gejala. Penanganan yang dilakukan yaitu medika mentosa dan operatif seperti Laser Trabeculoplasty
(LTP)dan trabekulektomi. Penanganan yang cepat dan tepat dapat meringankan prognosis dan
mengatasi terjadinya kebutaan pada glaukoma sudut terbuka primer atau sekunder.














Glaukoma Sudut Terbuka 17

Daftar Pustaka

1. Suhardjo SU. Prof. dr, dkk., Glaucoma, dalam : Suhardjo SU. Prof. dr, IImu Kesehatan Mata. Ed.1,
FKUGM, Yogyakarta 2007. p147.
2. Anonim, Glaucoma, dikutip dari http://www.conectique.com
3. Anonim, Glaucoma, dikutip dari http://www.medicinenet.com/glaucoma/article.htm.
4. Anonim, Glaucoma, dikutip dari http://www.republika.co.id
5. Anonim, Angka kebutaan di Indonesia capai tiga juta jiwa, dikutip dari http://www.republika.co.id.
6. Newell W.F., The Glaucomas, in : Newell W.F, Ophtalmology Principles and Concepts, sixth edition,
The C.V. Mosby company, St. Louis, 1986. p.378-395.
7. Ilyas S. Prof. dr., Glaucoma, dalam : Ilyas S. Prof. dr, Ilmu Penyakit Mata. Ed.3, FKUI, Jakarta,
2004. p.212.
8. Sumantri I. dr, SpM. Deteksi Dini Glaucoma, dikutip dari http://www.kompas-
cetak/0512/16/kesehatan/2291118.htm.
9. Anonim, Glaucoma. http://www.klinikmatanusantara.com
10. Newell W.F., Anatomy and Embriology, in : Newell W.F, Ophtalmology Principles and Concepts,
sixth edition, The C.V. Mosby company, St. Louis, 1986. p.32.
11. Newell W.F., Physiology and Biochemistry of the Eye, in : Newell W.F, Ophtalmology Principles and
Concepts, sixth edition, The C.V. Mosby company, St. Louis, 1986. p.82-84.
12. Anonim, Glaucoma, dikutip dari http://www.mayoclinic.com
13. Ilyas S. Prof. dr, dkk, Glaucoma, dalam : Ilmu Penyakit Mata untuk Dokter Umum dan Mahasiswa
Kedokteran, Ed.2, C.V Sagung Seto, Jakarta, 2002. hal.239-261
14. Lloyd B.MD, Understanding Glaucoma Symptom, dikutip dari http://www.webmd.com
15. Vaughan, D.G, Asbury, T. Riodan-Eva, P. Glaukoma, dalam : Oftalmologi Umum, Ed.14, Jakarta,
Widya Medika, 2000. Hal: 220-232
16. Drayton H, Glaukoma.. http://www.paperpen.com/glaukoma

Anda mungkin juga menyukai