Anda di halaman 1dari 67

SKRIPSI

2014
HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN LINGKUNGAN
TERHADAP KEBIASAAN MEROKOK
PELAJAR SMA NEGERI 5 MAKASSAR
TAHUN AJARAN 2012/2013
OLEH:
RAISSA ALFAATHIR HERI
C11108197
PEMBIMBING
dr. IRWIN ARAS, M.Epid
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN
IKM-IKK FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU KEDOKTERAN
KOMUNITAS FAKULTAS KEDOKTERAN
Hubungan Pengetahuan,
Merokok Pelajar SMA Negeri 5 Makassar Tahun Ajaran 2012/2013
TELAH DISETUJUI UNTUK DICETAK DAN
BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU KEDOKTERAN
KOMUNITAS FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Lingkungan Terhadap Kebiasaan
Merokok Pelajar SMA Negeri 5 Makassar Tahun Ajaran 2012/2013
TELAH DISETUJUI UNTUK DICETAK DAN
DIPERBANYAK
MAKASSAR, MARET 2014
PEMBIMBING
dr. Irwin Aras, M.Epid
BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU KEDOKTERAN
Sikap dan Lingkungan Terhadap Kebiasaan
Merokok Pelajar SMA Negeri 5 Makassar Tahun Ajaran 2012/2013
TELAH DISETUJUI UNTUK DICETAK DAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
Skripsi dengan judul
Terhadap Kebiasaan Merokok Pelajar SMA Negeri 5 Makassar Tahun Ajaran
2012/2013 telah diperiksa, disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Pe
Skripsi Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Kedokteran Komunitas
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin pada:
Hari/Tanggal
Waktu
Tempat
Anggota I
(Dr. dr. Sri Ramadhany, M.Kes)
PANITIA SIDANG UJIAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
Skripsi dengan judul Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Lingkungan
Terhadap Kebiasaan Merokok Pelajar SMA Negeri 5 Makassar Tahun Ajaran
2012/2013 telah diperiksa, disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Pe
Skripsi Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Kedokteran Komunitas
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin pada:
Hari/Tanggal : Jumat, 28 Maret 2014
: 10.00 WITA
: Ruang Seminar IKM-IKK FKUH PB.622
Ketua Tim Penguji:
(dr. Irwin Aras, M.Epid)
Anggota Tim Penguji:
Anggota I Anggota II
(Dr. dr. Sri Ramadhany, M.Kes) (dr. Muh. Rum Rahim, M.Kes)
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Lingkungan
Terhadap Kebiasaan Merokok Pelajar SMA Negeri 5 Makassar Tahun Ajaran
2012/2013 telah diperiksa, disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Kedokteran Komunitas
IKK FKUH PB.622
(dr. Muh. Rum Rahim, M.Kes)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat ALLAH SWT, atas berkat dan rahmat-Nya sehingga
segala sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan dan penyusunan skripsi ini
dapat terlaksana. Judul skripsi ini HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP
DAN LINGKUNGAN TERHADAP KEBIASAAN MEROKOK PELAJAR
SMA NEGERI 5 MAKASSAR TAHUN AJARAN 2012/2013, yang penulis
buat dalam penyelesaian tugas kepaniteraan klinik pada Bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat dan Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin Makassar.
Berbagai kesulitan dan hambatan penulis temukan baik dalam tahap
persiapan maupun penyelesaian skripsi ini. Namun dengan bimbingan dan
pengarahan dari Staf Dosen IKM dan IKK Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin Makassar, serta bantuan moril yang diberikan oleh semua pihak yang
tidak dapat disebutkan satu persatu, terutama dr. Irwin Aras, M.Epid yang telah
meluangkan waktunya disela-sela kesibukan sebagai staf Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin guna membimbing dan mengarahkan penulis hingga pada
penyelesaian skripsi ini.
Untuk semua itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih setulus-
tulusnya kepada:
1. Pembimbing skripsi penulis dr. Irwin Aras, M.Epid
2. Kepala bagian IKM-IKK, KPM bagian IKM-IKK serta seluruh staf dosen
dan staf tata usaha bagian IKM-IKK Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin
3. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
4. Gubernur Kepala Daerah Tingkat 1 Propinsi Sulawesi Selatan
5. Walikota Makassar
6. Kepala Dinas Pendidikan Kota Makassar
7. Kepala SMA Negeri 5 Makassar
8. Orang tua serta saudara-saudara penulis yang dengan penuh kesabaran
selalu memberi bantuan moril dan material serta bimbingan dan semangat
kepada penulis
9. Pelajar SMA Negeri 5 Makassar periode 2012/2013 yang telah ikhlas
membantu penulis
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu namanya yang
telah memungkinkan rampungnya tulisan ini.
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda atas semua
bimbingan, arahan dan bantuan tersebut.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak luput dari kesalahan dan
kekurangan. Untuk itu penulis sangat menghargai kritik dan masukan dari
pembaca.
Harapan penulis sekiranya tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan
masyarakat luas.
Makassar, 1 April 2014
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
PERNYATAAN PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR......................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................................ iii
DAFTAR SKEMA............................................................................................... v
DAFTAR TABEL................................................................................................ vi
ABSTRAK...........................................................................................................vii
BAB I. PENDAHULUAN.................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang Masalah.................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................. 4
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian............................................................................. 5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA........................................................................ 6
2.1 Pengetahuan....................................................................................... 6
2.2 Sikap................................................................................................... 7
2.3 Praktek................................................................................................ 8
2.4 Rokok.................................................................................................10
2.5 Kandungan Rokok..............................................................................11
2.6 Penyakit Akibat Rokok......................................................................13
2.7 Perilaku Merokok...............................................................................15
BAB III. KERANGKA KONSEP...................................................................... 20
3.1 Dasar Pemikiran Variabel Penelitian................................................. 20
3.2 Defenisi Operasional.......................................................................... 21
3.3 Hipotesis............................................................................................. 25
BAB IV. METODE PENELITIAN..................................................................... 26
4.1 Jenis Penelitian................................................................................... 26
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian............................................................ 26
4.3 Populasi dan Sampel.......................................................................... 26
4.4 Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian....................... 28
4.5 Manajemen Penelitian........................................................................ 28
4.6 Etika Penelitian.................................................................................. 29
BAB V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN................................. 30
5.1 Identitas Sekolah............................................................................... 30
5.2 Visi, Misi, Tujuan Sekolah................................................................ 30
BAB VI. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN................................... 33
6.1 Hasil Penelitian.................................................................................. 33
6.2 Pembahasan....................................................................................... 36
BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................... 42
7.1 Kesimpulan........................................................................................ 42
7.2 Saran.................................................................................................. 43
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR SKEMA
Skema Halaman
Skema 3.1. Kerangka konsep penelitian Pengetahuan,
Sikap, dan Praktek Pelajar SMA Negeri 5 Makassar
Terhadap Bahaya Merokok................................................................................... 21
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 6.1: Distribusi responden berdasarkan umur dan jenis kelamin................ 33
Tabel 6.2: Distribusi pengetahuan, sikap dan lingkungan serta kebiasaan merokok
pelajar SMA Negeri 5 Makassar 2012/2013....................................................... 34
Tabel 6.3: Tabulasi silang pengetahuan, sikap dan lingkungan terhadap kebiasaan
merokok pelajar SMA Negeri 5 Makassar periode 2012/2013........................... 35
SKRIPSI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
April, 2014
Raissa Alfaathir Heri, C11108197
dr. Irwin Aras, M.Epid
HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN LINGKUNGAN TERHADAP
KEBIASAAN MEROKOK PELAJAR SMA NEGERI 5 MAKASSAR
TAHUN AJARAN 2012/2013
(vii + 43 halaman + 1 skema + 3 tabel + lampiran)
ABSTRAK
Latar Belakang : Rokok merupakan masalah global dalam dunia kesehatan saat
ini. Sejauh ini, rokok berada pada peringkat utama penyebab kematian yang dapat
dicegah di dunia. Rokok dapat menjadi faktor predisposisi terjadinya penyakit
jantung koroner, stroke, kanker, penyakit ginjal, pankreas, dan paling banyak
menyebabkan penyakit paru. Indonesia merupakan urutan ketiga negara dengan
perokok terbanyak di dunia. Industri tembakau memandang remaja menjadi
sasaran penting untuk memperluas pasar dan secara aktif mempromosikan
penggunaan tembakau di kalangan anak dan remaja. SMA Negeri 5 Makassar
merupakan salah satu SMA unggulan di kota Makassar, sehingga logikanya
pelajarnya memiliki pengetahuan yang cukup baik di segala bidang, termasuk
tentang rokok. Namun hal ini cukup kontras dengan masih banyaknya siswa yang
merokok di sekolah ini.
Metode : Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan cross
sectional, dilakukan di SMA Negeri 5 Makassar tanggal 14 16 November 2014,
dimana populasi merupakan pelajar SMA Negeri 5 Makassar tahun ajaran
2012/2013 sejumlah 810 orang. Ukuran dan besar sampel dihitung menggunakan
rumus slovin menggunakan angka kesalahan 5% sehingga menghasilkan jumlah
sampel 268 orang, sedangkan penarikan sampel menggunakan sistem stratified
random sampling. Data kemudian dianalisis menggunakan SPSS 16.0 dan diuji
dengan menggunakan uji chi square dan odd ratio. Hasil penelitian kemudian
disajikan dalam bentuk tabel.
Hasil : Untuk variabel pengetahuan, dari 39 responden yang merokok, 15
diantaranya memiliki pengetahuan cukup, dan 24 responden memiliki
pengetahuan kurang. Sedangkan untuk 229 responden yang tidak merokok, 211
diantaranya memiliki pengetahuan cukup, dan hanya 18 responden yang memiliki
pengetahuan kurang. Untuk variabel sikap, dari 39 responden yang merokok, 18
diantaranya memiliki sikap negatif terhadap rokok, dan 21 responden memiliki
sikap positif. Sedangkan untuk 229 responden yang tidak merokok, 44
diantaranya memiliki sikap negatif terhadap rokok, dan hanya 185 responden
memiliki sikap positif terhadap rokok. Sedangkan untuk variabel lingkungan,
diperoleh data bahwa dari 39 responden yang merokok, 21 diantaranya memiliki
lingkungan yang mendukung rokok, dan 18 responden memiliki lingkungan yang
tidak mendukung rokok. Sedangkan untuk 229 responden yang tidak merokok, 14
diantaranya memiliki lingkungan yang mendukung, dimana lingkungan yang
paling berperan adalah lingkungan bermain diluar sekolah. Berdasarkan hasil uji
chi square, didapatkan data bahwa semua variabel yang diteliti memiliki nilai
probabilitas (p) 0,00 (dibawah 0,05), sehingga hipotesis nol ditolak. Selain itu,
untuk odd ratio, didapatkan nilai >1 untuk seluruh variabel menunjukkan
hubungan sebagai faktor resiko.
Kesimpulan : Dari hasil penelitian Hubungan Pengetahuan, Sikap dan
Lingkungan Terhadap Kebiasaan Merokok Pelajar SMA Negeri 5 Makassar
Periode 2012/2013, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pengetahuan, sikap dan
lingkungan memiliki hubungan yang signifikan, dimana pengetahuan yang
kurang, sikap yang negatif dan lingkungan yang mendukung ke perilaku merokok
merupakan faktor resiko dari perilaku merokok.
Kata Kunci : skripsi, daftar pustaka
Daftar Pustaka : 11 (2001 2012)
THESIS
FACULTY OF MEDICINE
UNIVERSITAS HASANUDDIN
April, 2014
Raissa Alfaathir Heri, C11108197
dr. Irwin Aras, M.Epid
THE RELATIONSHIP BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND
ENVIRONMENT INTO SMOKING HABIT AT STUDENTS OF SENIOR
HIGH SCHOOL 5 MAKASSAR PERIOD OF 2012/2013
(vii + 43 pages + 1 scheme + 3 tables + attachments)
ABSTRACT
Background: Smoking is becoming a health global issue nowadays. Smoking is
on the top main cause of preventable death. Smoking can also act as predisposing
factor of coronary heart disease, stroke, cancer, kidney disease, pancreas and most
of lung diseases. Indonesia itself is the third most amount of smoker country in
the world. Cigarrete companies is seeing teenager as an important target in
widening their market and actively promoting cingarrete use in children and
teenagers. Senior High School 5 Makassar is one of top high schools in Makassar,
which logicly, students who are coming from this school are having a good
knowledge in all aspects include the bad effect of smoking. But then, it quite
contradict with the fact that the amount of students who actively smoke in this
school is still high.
Method: This was an analytic study with cross sectional approach, done in Senior
High School 5 Makassar, 14th to 16th of November 2012, where the population is
all students of Senior High School 5 Makassar period of 2012/2013 which around
810 students. The amount of sample taken was calculated by slovin formula with
5% of error rate and ended up as 268 of samples which then distributed by
stratified random sampling system. The data then was analyzed by SPSS 16.0
then tested by chi square and odd ratio test. The result of this research then was
shown in the form of tables
Result : Among 39 respondens who smoke, in knowledge aspect 15 of them are
having enough knowledge while 24 are having less knowledge about the bad
effect of smoking, in attitude aspect 18 of them are having negative attitude while
39 of them are having positive attitude in responding to smoking habit, and in
environment aspect 21 of them are living in supportive smoking environment and
while only 18 of them are having non-supporting smoking environment. Among
229 respondens who dont smoke, in knowledge aspect 211 of them are having
enough knowledge while 18 of them are having less knowledge, in attitude aspect
44 of them are having negative attitude while 185 of them are having positive
attitude in responding to smoking habit, in environment aspect 14 of them are
living in supportive smoking environment and friends out of school play the
biggest role in influencing them to smoke. According to chi square test, proven
that all variables were having probability (p) 0,00 which is less than 0,05, so
hypothesis 0 could be rejected. In odd ratio test, proven that all variables were
having >1 odd ratio so all variables are risk factors to smoke.
Conclusion : According to this research, several conclusion was taken, where
knowledge, attitude and environment are having significant relationship with
smoking habit. Related to that, also shown that less knowledge, negative attitude
and supportive environment are risk factors of smoking habit.
Key words: thesis, bibliography
Bibliography: 11 (2001 2012)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Rokok merupakan masalah global dalam dunia kesehatan saat ini. Sejauh
ini, rokok berada pada peringkat utama penyebab kematian yang dapat dicegah di
dunia. Rokok menyebabkan satu dari 10 kematian orang dewasa di seluruh dunia,
dan mengakibatkan 5,4 juta kematian tahun 2006. Ini berarti rata-rata satu
kematian setiap 6,5 detik. Kematian pada tahun 2020 akan mendekati dua kali
jumlah kematian saat ini jika kebiasaan konsumsi rokok saat ini terus berlanjut.
1,2
Indonesia merupakan urutan ketiga negara dengan perokok terbanyak di
dunia. Jumlah konsumsi rokok tahun 2008 di Indonesia mencapai angka 240
milyar batang, atau sekitar 658 juta batang rokok per hari, dan kematian akibat
rokok mencapai 427.948 orang/tahun, atau 1172 orang per hari.
3
Jumlah perokok baru semakin meningkat dari tahun ke tahun. Untuk usia
diatas 19 tahun, prevalensi merokok pada tahun 1995 mencapai 27% dari jumlah
penduduk, tahun 2001 mencapai 31,5% dari jumlah penduduk, dan sebesar 34,4%
pada tahun 2004. Tidak hanya pada usia dewasa, jumlah perokok pada usia remaja
juga meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 1995, jumlah perokok usia 15-19
tahun mencapa 7,1%, kemudian mencapai 12,7% pada tahun 2001, dan mencapa
17,3% pada tahun 2004.
3
Saat ini sudah banyak industri rokok beroperasi di Indonesia, yang
jumlahnya mungkin sudah mencapai ratusan perusahaan, ditambah lagi dengan
perwakilan perusahaan atau industri rokok asing di Indonesia. Kesemuanya
membuat produksi dan konsumsi rokok di Indonesia semakin meningkat, sejalan
dengan meningkatnya jumlah tenaga kerja yang mereka pekerjakan serta cukai
rokok yang mereka hasilkan.
4
Hal ini cukup miris, karena semakin banyak industri rokok yang
beroperasi, maka semakin banyak rokok yang dihasilkan, dan kemungkinan
prevalensi perokok baru dapat semakin meningkat. Hal ini sangat berbahaya,
mengingat rokok dapat menjadi faktor predisposisi terjadinya penyakit jantung
koroner, stroke, kanker, penyakit ginjal, pankreas, dan paling banyak
menyebabkan penyakit paru.
3
Rokok merupakan faktor predisposisi yang cukup memiliki pengaruh
signifikan terhadap penyakit paru, hal ini terlihat pada hasil penelitian yang
dilaksanakan di poliklinik paru Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar.
Dari 46 pasien TB Paru, 35 diantaranya terpapar rokok. Untuk penyakit PPOK,
dari 16 pasien, 13 diantaranya terpapar rokok. Pada penyakit bronkiektasis,
diantara 7 pasien, semuanya terpapar rokok, sama halnya dengan 3 orang pasien
Tumor paru yang kesemuanya terpapar rokok.
5
Industri tembakau memandang remaja menjadi sasaran penting untuk
memperluas pasar dan secara aktif mempromosikan penggunaan tembakau di
kalangan anak dan remaja.
4
Remaja berbeda dengan orang dewasa dalam memberi persepsi akan suatu
hal. Remaja memiliki resiko lebih tinggi dalam perilaku negatif dibandingkan
orang dewasa. Rokok dapat memberikan efek negatif terhadap kesehatan, namun
juga memiliki beberapa efek positif pada lingkungan sosial. Orang dewasa akan
lebih cenderung menghindari resiko negatif terhadap sisi kesehatan, dibandingkan
memilih efek positif dari rokok tersebut, sedangkan remaja akan lebih cenderung
memilih efek interaksi sosial dibandingkan memperdulikan efek-efek negatif
rokok terhadap kesehatan.
6
Banyak penelitian yang memeprlihatkan bahwa lingkungan memberi
pengaruh yang sangat penting tentang kebiasaan merokok seorang remaja,
terutama keluarga dan teman-teman. Resiko untuk merokok meningkat pada
keadaan dimana seorang remaja memiliki teman-teman yang merokok, dan orang
tua yang memiliki sikap tak acuh terhadap efek-efek yang ditimbulkan oleh
rokok.
8
Selain lingkungan, pengetahuan dan sikap juga mempengaruhi kebiasaan
merokok seorang remaja. Dikatakan bahwa pengetahuan yang kurang tentang
bahaya merokok dapat mempengaruhi kebiasaan merokok seorang remaja. Selain
itu sikap yang positif juga cukup dapat menghindarkan seorang remaja dari
kebiasaan buruk merokok.
4,8
Kebanyakan orang mulai merokok pada usia remaja, dan akan terus
merokok sampai melewati usia 50an. Remaja yang merokok cenderung memiliki
teman baik yang juga merokok, tapi masih belum jelas apakah pilihan untuk
merokok muncul dari diri sendiri, akibat pengaruh temannya yang merokok, atau
ada penyebab lain.
2,9
Ada banyak masalah yang dapat timbul pada remaja yang merokok. Dari
segi kesehatan, banyak penyakit kronis yang dapat timbul karena rokok. Dari segi
sosial, remaja yang merokok bisa saja dikucilkan apabila berada pada lingkungan
orang-orang yang tidak merokok, terlebih lagi merokok merupakan perilaku yang
adiktif, sehingga sulit dihindari. Dari segi keuangan, seorang remaja merupakan
usia yang belum cukup produktif untuk bekerja dan menghasilkan uang,
sedangkan seorang perokok perlu mengeluarkan cukup banyak dana untuk
memenuhi kebutuhan rokok sehari-hari. Semua hal tersebut memperlihatkan efek
buruk rokok pada remaja yang sangat kontras mengingat remaja merupakan usia
persiapan untuk menghadapi dunia global yang membutuhkan kesiapan fisik dan
mental.
7
SMA Negeri 5 Makassar merupakan salah satu SMA unggulan di kota
Makassar, sehingga logikanya pelajarnya memiliki pengetahuan yang cukup baik
di segala bidang, termasuk tentang rokok. Namun hal ini cukup kontras dengan
masih banyaknya siswa yang merokok di sekolah ini. Faktor lain yang mungkin
berpengaruh adalah lingkungan sekolah yang berbeda dengan sekolah lain,
dimana sekolah ini berlokasi ditengah pemukiman penduduk dengan tingkat
ekonomi menengah kebawah, sehingga sangat mudah ditemukan penduduk yang
merokok disekitar lingkungan luar sekolah.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka disusunlah penelitian yang
berjudul Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Lingkungan Terhadap Kebiasaan
Merokok pada Pelajar SMA Negeri 5 Makassar.
1.2. Rumusan Masalah
Mengingat betapa besar kerugian yang dapat diakibatkan oleh rokok, maka
untuk mencari solusi yang terbaik, terlebih dahulu perlu dilakukan upaya
pencegahan dan mengatasi perilaku merokok tersebut. Berdasarkan latar belakang
tersebut, maka masalah penelitian ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan
sebagai berikut: Bagaimanakah hubungan pengetahuan, sikap dan lingkungan
terhadap kebiasaan merokok pada pelajar SMA Negeri 5 Makassar Tahun Ajaran
2012/2013?
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan pengetahuan, sikap dan lingkungan terhadap
kebiasaan merokok pada pelajar SMA Negeri 5 Makassar Tahun Ajaran
2012/2013
1.3.2. Tujuan Khusus
1.3.2.1. Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan kebiasaan
merokok pada pelajar SMA Negeri 5 Makassar Tahun Ajaran 2012/2013
1.3.2.2. Untuk mengetahui hubungan antara sikap dan kebiasaan merokok
pada pelajar SMA Negeri 5 Makassar Tahun Ajaran 2012/2013
1.3.2.3. Untuk mengetahui hubungan antara lingkungan dan kebiasaan
merokok pada pelajar SMA Negeri 5 Makassar Tahun Ajaran 2012/2013
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi institusi
pendidikan dalam mengatasi kebiasaan merokok di kalangan pelajar.
1.4.2. Bagi institusi kesehatan dalam program pencegahan merokok bagi pelajar,
perlu diadakan seminar dan penyuluhan mengenai bahaya merokok
menyangkut zat-zat yang dikandung oleh rokok.
1.4.3. Sebagai salah satu sumber informasi yang diharapkan dapat menambah
ilmu pengetahuan dan bermanfaat untuk penelitian selanjutnya.
1.4.4. Bagi peneliti sendiri sebagai pengalaman berharga dalam memperluas
wawasan dan pengetahuan melalui penelitian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi
melalui panca indra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia di ketahui oleh mata dan
telinga.
Pengetahuan yang dicakup didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat
yakni:
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini
adalah tingkat pengetahuan yang paling rendah.
2. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar
tentang obyek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut
secara benar.
3. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya).
4. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu struktur
organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis (synthesis)
Sintesis ialah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
formulasi-formulasi yang ada. Misalnya: dapat menyusun, dapat
merencanakan, dapat meringkaskan dan dapat menyesuaikan terhadap
suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek.
4
2.2. Sikap
Sikap adalah reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap
suatu stimulus atau obyek. Dapat disimpulkan bahwa manifestasi sikap itu tidak
dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku
yang tertutup. Nercomb, salah satu ahli psikologi sosial, menyatakan bahwa sikap
itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan
pelaksana motif tertentu.
Dalam bagian lain Allport menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3
komponen pokok yakni:
a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek
b. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek
c. Kecenderungan untuk bertindak
Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh
(total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berfikir,
keyakinan dan emosi memegang peranan penting.
Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari beberapa
tingkatan yakni:
1. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subyek), mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (obyek)
2. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
3. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan
orang lain terhadap suatu masalah.
4. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan
segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi.
4
Suatu sikap dapat mempengaruhi tingkah laku. Ada 2 teori yang
menjelaskan hubungan antara sikap dan perilaku, yaitu Teori tindakan yang
beralasan (theory of reasoned action) merupakan sebuah teori yang menyatakan
bahwa keputusan untuk melakukan tingkah laku dipertimbangkan, konsekuensi
dan hasil dari tingkah laku dievaluasi dan sebuah keputusan sudah dibuat apakah
akan bertingkah laku tertentu atau tidak, kemudian keputusan ini direfleksikan
dalam tujuan tingkah laku, yang sangat berpengaruh terhadap tingkah laku yang
tampil. Teori tingkah laku terencana (theory of planned behavior) merupakan
perluasan dari teori tindakan beralasan, menyatakan bahwa selain sikap terhadap
tingkah laku dan norma-norma subyektif terhadap hal tersebut, individu juga
mempertimbangkan kontrol tingkah laku dalam berbagai keadaan dan terbukti
berhasil. Sebagai contoh, kedua teori ini telah digunakan untuk memprediksikan
intensi seseorang untuk menggunakan berbagai macam obat, seperti mariyuana,
alkohol, dan tembakau.
4
2.3. Praktek
Praktek adalah cara melaksanakan secara nyata apa yang disebut dalam
teori. Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior).
Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor
pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain fasilitas.
4
Tingkat-tingkat praktek
1. Persepsi (perception)
Mengenai dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang
akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama. Misalnya
seorang ibu dapat memilih makanan yang bergizi tinggi bagi anak
balitanya.
4
2. Respon terpimpin (guided respons)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan
contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua. Misalnya seorang
ibu dapat memasak sayur dengan benar, mulai dari cara mencuci dan
memotong-motong, lamanya memasak, menutup pancinya dan
sebagainya.
4
3. Mekanisme (mechanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara
otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka ia sudah
mencapai praktek tingkat tiga. Misalnya seorang ibu yang sudah
mengimunisasikan bayi pada umur-umur tertentu, tanpa menunggu
perintah atau ajakan orang lain.
4
4. Adaptasi (adaptation)
Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang
dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya sendiri tanpa
mengurangi kebenaran tindakan tersebut. Misalnya ibu dapat memilih dan
memasak makanan yang bergizi tinggi berdasarkan bahan-bahan yang
murah dan sederhana.
4
Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung, yakni dengan
wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam,
hari atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara
langsung yakni dengan mengobservasi tindakan atau tindakan responden.
4
2.4. Rokok
Seperti yang dikatakan oleh Harissons, merokok adalah membakar
tembakau yang kemudian dihisap asapnya, baik menggunakan rokok batangan
maupun menggunakan pipa. Asap rokok yang dihisap atau asap rokok yang
dihirup melalui dua komponen: komponen yang lekas menguap berbentuk gas dan
komponen yang bersama gas terkondenisasi menjadi pertikulat. Dengan demikian,
asap rokok yang dihisap dapat ebrupa gas sejumlah 85% dan sisanya berupa
partikel.
7
Menurut Sitepoe (2000), asap rokok yang dihisap melalui mulut disebut
mainstream smoke, sedangkan asap rokok yang terbentuk pada ujung rokok yang
terbakar serta asap rokok yang dihembuskan ke udara oleh si perokok disebut
sidestream smoke. Kedua asap tersebut mengakibatkan seseorang menjadi
perokok pasif.
7
Asap rokok yang dihisap mengandung berbagai jenis bahan kimia dengan
berbagai jenis daya kerja terhadap tubuh, asap rokok mengandung 4000 jenis
bahan kimia, beberapa bahan kimia yang terdapat didalam rokok memberikan
efek mengganggu kesehatan antara lain adalah: nikotin, tar, gas karbon monoksida
dan berbagai logam berat lainnya. Oleh karenanya seseorang akan terganggu
kesehatannya bila merokok terus menerus.
7
Ada beberapa jenis rokok yang dikenal di masyarakat yaitu rokok putih,
rokok keretek, rokok kelembak atau rokok siong, rokok cerutu, rokok tingwe,
rokok pipa dan lain-lain. Rokok putih adalah rokok yang dibuat dari daun
tembakau saja tanpa dicampuri bahan-bahan yang lain sedangkan rokok kretek
adalah rokok yang terbuat dari tembakau dan juga cengkeh. Rokok kelembak
yaitu rokok yang dibuat dari tembakau dan dicampur dengan kelembak. Rokok
cerutu terbuat dari daun tembakau kering yang dirajang agar lebar disusun
sedemikian rupa yang kemudian dibalut dengan daun tembakau, pembalut cerutu
yang termashur diseluruh dunia adalah daun tembakau Deli. Rokok tingwe adalah
rokok yang dibuat sendiri oleh perokok yang bahan bakunya dari tembakau
rajangan kering dan biasanya dicampuri dengan cengkeh rajangan, kelembak dan
terkadang juga kemenyan.
7
Terdapat lebih dari 3040 jenis bahan kimia yang dijumpai didalam daun
tembakau kering. Bahan-bahan kimia ini berasal dari penrtumbuhan daun
tembakau itu sendiri, yang bersumber dari tanah, udara dan bahan-bahan kimia
yang digunakan dalam proses pembuatan tembakau maupun sewaktu penanaman
tembakau. Diantara bahan kimia tersebut yang bersifat toksis adalah: nikotin,
karsinogenik nitrosamine yang bersumber dari nitrit, amine, protein, dan alkaloid
didalam daun tembakau; elemen radio aktif yang diadopsi dari udara dan tanah;
logam-logam berat yang diperoleh dari tanah dan udara yang tercemar. Pada
waktu rokok dibakar berarti semua zat kimia yang terkandung didalam bahan
baku rokok dan bahan tambahan lainnya ikut terbakar maka akan terbentuk bahan
kimia hasil pembakaran.
7
2.5. Kandungan Rokok
Bahan kimia yang terkandung dalam asap rokok dan juga didalam
tembakau yang tidak dibakar adalah sebagai berikut:
2.5.1. Nikotin
Nikotin bersifat toksik terhadap jaringan saraf, juga menyebabkan tekanan
darah sistolik dan diastolik mengalami peningkatan, denyut jantung bertambah,
kontraksi otot jantung seperti dipaksa, pemakaian oksigen bertambah, aliran darah
pada pembuluh koroner bertambah, dan vasokkonstriksi pembuluh darah perifer.
Nikotin meningkatkan kadar gula darah, kadar asam lemak bebas kolesterol LDL,
dan meningkatkan agregasi sel pembekuan darah. Nikotin juga menyebabkan
seseorang ketagihan rokok.
7
Akibat adanya nikotin seseorang menjadi perokok dan selalu ingin
merokok lagi atau ketagihan terhadap rokok. Sebaliknya, merokok yang hanya
sekali-kali belum tentu akan terganggu kesehatannya. Benowitz NL menyatakan
akdar nikotin sejumlah 5mg per hari dari rokok yang dihisap akan menimbulkan
ketagihan.
7
2.5.2. Tar
Sumber tar adalah tembakau, cengkeh, pembalut rokok, dan bahan organik
lainnya yang dibakar. Tar hanya dijumpaipada rokok yang dibakar. Eugenol atau
minyak cengkeh juga diklasifikasikan sebagai tar. Tetapi, pabrik rokok kretek
Indonesia selalu menyatakan Eugenol tidak termasuk tar. Didalam tar dijumpai
karsinogenik: polisklinik hidrokarbon aromatis yang memicu kanker paru. Selain
itu dijumpai Nitrosamine nikotin didalam rokok yang berpotensi besar sebagai
karsinogenik terhadap jaringan paru. Bahan ini terdapat dalam tembakau, tetapi
tidak dijumpai dalam cengkeh.
7
2.5.3. Gas Karbon Monoksida (CO)
Dalam rokok terdapat 2-6% gas CO pada saat merokok, sedangkan gas CO
yang dihisap oleh perokok paling rendah 400 ppn (part permilion) sudah dapat
meningkatkan kadar karboksi-haemoglobin dalam darah sejumlah 2-16%. Kadar
normal karboksi-haemoglobin hanya 1% pada bukan perokok. Apabila keadaan
terus berjalan maka terjadi polisitemia yang akan mempengaruhi saraf pusat.
Kandungan gas karbonmonoksida didalam rokok kretek lebih rendah daripada
kandungan karbonmonoksida dalam rokok putih.
7
2.5.4. Timah Hitam (Pb)
Timah hitam merupakan partikel asap rokok. Setiap satu batang rokok
yang dihisap diperhitungkan mengandung 0,5 mikrogram timah hitam. Bila
seseorang menghisap satu bungkus perhari (10 batang) berarti menghasilkan 10
mikrogram perhari dan apabila seseorang menghidap rokok lebih dari 20 batang
perhari maka kadar Pb dalam tubuh mencapai 20 mikrogram sedangkan batas
bahaya Pb dalam tubuh adalah 20 mikrogram perhari.
7
2.5.5. Eugenol
Seperti yang dikatakan oleh Guidotti (1989), eugenol hanya dijumpai di
rokok kretek dan tidak dijumpai dalam rokok putih. Eugenol dapat ditemukan
didalam cengkeh yang dapat memberikan bintik minyak pada rokok kretek
sehingga memberikan pandangan yang kurang menyenangkan. Eugenol dapat
dijumpai baik didalam rokok yang sedang dihisap, didalam asap rokok yang
dihisap, maupun didalam rokok kretek yang tidak dihisap. Eugenol atau minyak
cengkeh adalah cairan yang tidak berwarna atau juga berwarna kekuning-
kuningan dan tidak larut didalam air. Eugenol yang digunakan sebagai antiseptik,
anastetik, dan juga sebagai antipiretik ini belum diketahui efek karsinogeniknya.
7
2.6. Penyakit Akibat Rokok
Kebiasaan merokok telah terbukti berhubungan dengan sedikitnya 25 jenis
penyakit dari berbagai alat tubuh manusia, seperti kanker paru, bronkitis kronik,
emfisema dan berbagai penyakit paru lainnya. Selain itu ada kanker mulut,
tenggorokan, pankreas dan kandung kencing, penyakit pembuluh darah, ulkus
peptikum dan lain-lain. Satu-satunya penyakit yang menunjukkan asosiasi negatif
dengan kebiasaan merokok, yaitu kanker paru, bronkitis kronik, emfisema,
penyakit jantung iskemik dan penyakit kardiovaskuler lain, ulkus peptikum,
kanker mulut, kanker tenggorokan, penyakit pembuluh darah otak dan gangguan
janin dalam kandungan.
7
2.6.1. Penyakit Kardiovaskuler
Menurut jurnal kardiologi Indonesia tahun 1995 penyakit kardiovaskuler
menduduki urutan pertama penyebab kematian di Indonesia. Hal ini dapat dilihat
pada peningkatan persentase penyebab kematian kardiovaskuler dari 9,7% pada
tahun 1992 menjadi 16% pada tahun 2000. Merokok adalah salah satu faktor
resiko utama timbulnya morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler yaitu
meningkatnya kadar kolesterol serum, penyakit jantung koroner dan penyakit
pembuluh darah perifer.
7
Menurut data dari Rumah Sakit Jantung Harapan Kita angka kematian
disebabkan oleh kardiovaskuler menduduki urutan pertama di Indonesia sejak
tahun 1993 dan masih bertahan hingga tahun 1998. Masih menurut Rumah Sakit
Harapan Kita sejak mulai dilaksanakan bedah pintas koroner sampai tahun 1993,
penderita bedah pintas koroner tercatat 90% pria, berusia 50 tahun keatas, 65%
nya perokok. Penyakit kardiovaskuler dipicu oleh perubahan pola hidup antara
lain pola makan yang berlebihan, stres dan merokok.
7
2.6.2. Kanker Paru
Penyakit kanker paru ini lebih berbahaya daripada penyakit TBC Paru,
apalagi pada stadium lanjut. Penyakit ini paling sering ditemukan pada pria. Di
Amerika Serikat, diperkirakan bahwa 80-90% kanker paru pada pria dan 70%
pada wanita disebabkan oleh kebiasaan merokok. Penelitian di Inggris
menunjukkan bahwa paparan asap rokok pada mereka yang tidak merokok atau
perokok pasif ternyata meningkatkan terjadinya kanker paru sampai 30% lebih
tinggi. Penyakit kanker paru ini sering dihubungkan dengan kebiasaan merokok
sebagai penyebab utamanya.
7
2.6.3. Gangguan kehamilan
Merokok pada wanita hamil memberikan resiko tinggi terhadap
keguguran, kematian janin, kematian bayi sesudah lahir, dan kematian mendadak
pada bayi. Merokok pada saat hamil juga mengganggu perkembangan fisik
maupun intelektual bayi yang akan tumbuh.
7
Sekitar 7% dari ibu-ibu hamil yang merokok satu bungkus sehari akan
melahirkan anak yang beratnya kurang dari 2500 gram, dan prosentase ini akan
meningkat menjadi 12% pada ibu-ibu hamil yang menghabiskan dua bungkus
rokok per hari. Penurunan berat badan bayi ini dapat terjadi karena beberapa hal:
rokok yang dihisap si ibu akan mengganggu oksigenasi di tubuh janin karena ikut
masuknya akrbon monoksida (CO) ke peredaran darah janin dan adanya gangguan
enzim-enzim pernafasan janin dalam kandungan. Nikotin juga merupakan zat
vasokonstriktor yang berakibat mengganggu metabolisme protein dalam tubuh
janin yang sedang berkembang, serta nikotin dapat menyebabkan jantung janin
berdenyut lebih lambat dan menimbulkan gangguan pada sistem saraf. Kelainan
bawaan pada bayi yang baru lahir seperti kelainan katup jantung, ternyata juga
lebih sering ditemukan pada bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu yang perokok
dibandingkan dengan yang tidak perokok. Para ahli mulai mendeteksi adanya
kecenderungan gangguan tumbuh kembang anak dari ibu perokok, baik dari sudut
fisik, emosi, maupun kecerdasan. Semua keadaan tersebut terjadi karena pengaruh
bahan-bahan dalam asap rokok seperti gas CO, sianida, tiosianat, nikotin dan
karbonik anhidrase, selain mengganggu kesehatan ibu juga dapat menembus
plasenta dan mengganggu kesehatan janin dalam kandungan.
7
2.6.4. Gangguan fertilitas
Merokok akan mengurangi terjadinya konsepsi atau memiliki anak,
fertilitas pria ataupun wanita perokok akan mengalami penurunan, wanita perokok
akan mengalami masa monopause lebih cepat dibandingkan dengan wanita yang
bukan perokok. Merokok juga dapat menyebabkan impotensi.
7
2.6.5. Gangguan Alat Pencernaan
Sakit maag atau gastritis lebih banyak dijumpai pada mereka yang
merokok, dibandingkan dengan yang bukan perokok. Merokok mengakibatkan
penurunan tekanan pada ujung bawah dan atas lambung sehingga mempercepat
terjadinya maag. Pencernaan protein terhambat bagi mereka yang merokok,
merokok juga mengurangi nafsu makan.
7
2.7. Perilaku Merokok
Perokok dapat dibagi dalam 3 kelompok berdasarkan jumlah dan
keseringan merokok, yaitu:
8
1. Perokok berat merokok sekitar 21-30 batang sehari dengan selang waktu
sejak bangun pagi berkisar antara 6-30 menit.
2. Perokok sedang menghabiskan rokok 11-21 batang dengan selang waktu
31-60 menit setelah bangun pagi.
3. Perokok ringan menghabiskan rokok sekitar 10 batang dengan selang
waktu 60 menit dari bangun pagi.
Menurut Silvan Tomkins (dalam Al Bachri, 1991) ada 4 tipe perilaku
merokok berdasarkan Management of affect theory, yaitu
8
1. Tipe perokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif. Dengan merokok
seseorang merasakan penambahan rasa yang positif. Green (dalam
Psychological Factor in Smoking, 1978) menambahkan ada 3 subtipe ini:
1.1.Pleasure relaxation, perilaku merokok hanya untuk menambah atau
meningkatkan kenikmatan yang sudah didapat, misalnya merokok
setelah minum kopi atau makan.
1.2.Stimulation to pick them up. Perilaku merokok hanya dilakukan
sekedar untuk menyenangkan perasaan.
1.3.Pleasure of handling the cigarette. Kenikmatan yang diperoleh dengan
memegang rokok.
2. Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan negatif. Banyak orang
yang menggunakan rokok untuk mengurangi perasaan negatif, misalnya
bila ia marah, cemas, gelisah dan rokok dianggap sebagai penyelamat.
Mereka menggunakan rokok bila perasaan tidak enak terjadi, sehingga
terhindar dari perasaan yang lebih tidak enak.
3. Perilaku merokok yang adiktif. Oleh Green disebur sebagai psychological
addiction. Mereka yang sudah adiksi, akan menambah dosis rokok yang
digunakan setiap saat setelah efek dari rokok yang dihisapnya berkurang.
Mereka umumnya akan pergi keluar rumah membeli rokok, walau tengah
malam sekalipun, karena ia khawatir kalau rokok tidak tersedia setiap saat
ia menginginkannya.
4. Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan. Mereka menggunakan
rokok sama sekali bukan karena untuk mengendalikan perasaan mereka,
tetapi karena benar-benar sudah menjadi kebiasaan rutin. Dapat dikatakan
pada orang-orang tipe ini merokok sudah merupakan suatu perilaku yang
bersifat otomatis, seringkali tanpa dipikirkan dan tanpa disadari. Ia
menghidupkan api rokoknya bila rokok yang terdahulu telah benar-benar
habis.
Tempat merokok juga mencerminkan pola perilaku perokok. Berdasarkan
tempat-tempat dimana seseorang menghisap rokok, maka dapat digolongkan
atas:
8
1. Merokok di tempat-tempat umum/ruang publik:
1.1.Kelompok homogen (sama-sama perokok), secara bergerombol
mereka menikmati kebiasaannya. Umumnya mereka masih
menghargai satu sama lain, karena itu mereka menempatkan diri di
smoking area.
1.2.Kelompok yang heterogen (merokok ditengah orang-orang lain yang
tidak merokok, anak kecil, orang jompo, orang sakit, dll). Mereka yang
berani merokok ditempat tersebut, tergolong sebagai orang yang tidak
berperasaan, kurang etis dan tidak mempunyai tata krama. Bertindak
kurang terpuji dan kurang sopan, dan secara tersamar mereka tega
menyebar racun kepada orang lain yang tidak bersalah.
2. Merokok di tempat-tempat yang bersifat pribadi:
2.1.Di kantor atau di kamar tidur pribadi. Mereka yang memilih tempat-
tempat seperti ini sebagai tempat merokok digolongkan kepada
individu yang kurang menjaga kebersihan diri, penuh dengan rasa
gelisah yang mencekam.
2.2.Di toilet. Perokok jenis ini dapat digolongkan sebagai orang yang suka
berfantasi.
Kebanyakan perokok memiliki latar belakang yang berbeda mengenai
alasan mereka merokok. Berikut beberapa lingkungan yang dapat menyebabkan
seseorang merokok:
8
1. Pengaruh orangtua
Salah satu temuan tentang remaja perokok adalah bahwa anak-anak muda
yang berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia, dimana orang tua tidak
begitu memperhatikan anak-anaknya dan memberikan hukuman fisik yang
keras lebih mudah untuk menjadi perokok dibanding anak-anak muda
yang berasal dari lingkungan rumah tangga yang bahagia (Baer & Corado
dalam Atkinson, Pengantar psikologi, 1999:294). Remaja yang berasal
dari keluarga konservatif yang menekankan nilai-nilai sosial dan agama
dengan baik dengan tujuan jangka panjang lebih sulit untuk terlibat dengan
rokok/tembakau/obat-obatan dibandingkan dengan keluarga yang permisif
dengan penekanan pada falsafah kerjakan urusanmu sendiri-sendiri", dan
yang paling kuat pengaruhnya adalah bila orang tua sendiri menjadi figur
contoh yaitu sebagai perokok berat, maka anak-anaknya akan mungkin
sekali untuk mencontohnya. Perilaku merokok lebih banyak di dapati pada
mereka yang tinggal dengan satu orang tua (single parent). Remaja akan
lebih cepat berperilaku sebagai perokok bila ibu mereka merokok dari
pada ayah yang merokok, hal ini lebih terlihat pada remaja putri.
2. Pengaruh teman
Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja merokok
maka semakin besar kemungkinan teman-temannya adalah perokok juga
dan demikian sebaliknya. Dari fakta tersebut ada dua kemungkinan yang
terjadi, pertama remaja tadi terpengaruh oleh teman-temannya atau bahkan
teman-teman remaja tersebut dipengaruhi oleh diri remaja tersebut yang
akhirnya mereka semua menjadi perokok. Diantara remaja perokok
terdapat 87% mempunyai sekurang-kurangnya satu atau lebih sahabat
yang perokok begitu pula dengan remaja non perokok.
3. Faktor kepribadian
Orang mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau ingin
melepaskan diri dari rasa sakit fisik atau jiwa, membebaskan diri dari
kebosanan. Namun satu sifat kepribadian yang bersifat prediktif pada
pengguna obat-obatan (termasuk rokok) ialah konformitas sosial. Orang
yang memiliki skor tinggi pada berbagai tes konformitas sosial lebih
mudah menjadi pengguna dibandingkan dengan mereka yang memiliki
skor yang rendah.
4. Pengaruh iklan
Melihat iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan gambaran
bahwa perokok adalah lambang kejantanan atau glamour,
membuat remaja seringkali terpicu untuk mengikuti perilaku seperti yang
ada dalam iklan tersebut.
BAB III
KERANGKA KONSEP
3.1. Dasar Pemikiran Variabel Penelitian
Meskipun telah banyak ditulis tentang bahaya rokok tetapi masih saja
banyak orang yang merokok. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak orang
yang tidak mengerti akan bahaya rokok, karena umumnya bahaya tersebut baru
muncul setelah kebiasaan merokok yang bertahun-tahun. Kebanyakan orang
hanya sekedar tahu, dan belum sampai tahap mengerti akan bahaya rokok, hingga
prevalensi perokok dari tahun ke tahun masih meningkat.
Usia mulai merokok saat ini semakin muda. Merokok yang dimulai sejak
usia muda akan mengakibatkan lebih sulit berhenti, dan menempatkan mereka
pada resiko yang lebih tinggi untuk mendapatkan penyakit akibat rokok pada usia
pertengahan. Untuk itu perlu ada upaya untuk meningkatkan kewaspadaaan akan
bahaya merokok, bagaimana mengatasi pengaruh teman, sehingga prevalensi
perokok di Indonesia bisa diturunkan, atau paling tidak peningkatannya tidak
terlalu signifikan dari tahun ke tahun.
Skema 3.1.Kerangka konsep penelitian Pengetahuan, Sikap, dan Praktek Pelajar
SMA Negeri 5 Makassar Terhadap Bahaya Merokok
3.2. Defenisi Operasional
3.2.1. Pengetahuan
1. Defenisi
Pengetahuan adalah apa yang diketahui oleh responden mengenai
bahaya merokok. Penilaian pengetahuan tentang bahaya merokok
diperoleh dari soal yang diajukan dalam bentuk kuesioner.
2. Alat ukur
Kuisioner
3. Cara ukur
Responden diberikan 10 pernyataan yang berisikan pengetahuan
mengenai rokok, dengan pilihan jawaban benar atau salah
4. Hasil ukur
Jawaban Benar : 1
Jawaban Salah : 0
Kebiasaan
Merokok
Pengetahuan
Sikap
Perilaku
Kriteria obyektif:
1. Pengetahuan dianggap cukup apabila responden memperoleh nilai
7
2. Pengetahuan dianggap kurang apabila responden memperoleh nilai
<7
3.2.2. Sikap
1. Defenisi
Sikap adalah respon positif dan negatif dari responden terhadap apa
yang diketahui tentang bahaya merokok. Sikap tentang bahaya
merokok diajukan dalam bentuk kuisioner dan nilai yang diberikan
tergantung dari pertanyaan, berdasarkan dari kunci jawaban peneliti.
2. Alat ukur
Kuisioner
3. Cara ukur
Responden diberikan 10 pernyataan mengenai sikap terhadap rokok,
dengan pilihan jawaban sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat
tidak setuju
4. Hasil ukur
Untuk pernyataan yang bersifat positif,
1. Sangat setuju : 5
2. Setuju : 4
3. Tidak setuju : 2
4. Sangat tidak setuju : 1
Nilai sebaliknya untuk pertanyaan yang bersifat negatif.
Kriteria obyektif:
1. Sikap positif: apabila responden memperoleh nilai 40
2. Sikap negatif: apabila responden memperoleh nilai <40
3.
3.2.3. Lingkungan
1. Defenisi
Lingkungan dalam penelitian ini terbagi 3, yaitu lingkungan ketika di
rumah, lingkungan di sekolah, dan lingkungan teman bermain diluar
sekolah.
2. Alat ukur
Kuisioner
3. Cara ukur
Responden diberikan 15 pernyataan tentang lingkungan yang
berpengaruh terhadap kebiasaan merokok, dengan pilihan jawaban ya
atau tidak
4. Hasil ukur
Untuk pertanyaan yang bersifat mendukung,
1. Ya : 1
2. Tidak : 0
Nilai sebaliknya untuk pertanyaan yang bersifat tidak mendukung.
Kriteria obyektif:
Untuk menilai lingkungan secara umum, digunakan criteria obyektif
1. Lingkungan mendukung: apabila responden memperoleh nilai 10
2. Lingkungan tidak mendukung: apabila responden memperoleh nilai
<10
Sedangkan untuk menilai faktor lingkungan mana yang paling
berpengaruh, untuk masing-masing faktor lingkungan, digunakan
kriteria obyektif
1. Lingkungan mendukung: apabila responden memperoleh nilai >3
2. Lingkungan tidak mendukung: apabila responden memperoleh nilai
3
3.2.4. Kebiasaan merokok
1. Defenisi
Kebiasaan Merokok dalam penelitian ini adalah praktek yang dilakukan
responden berkaitan dengan bahaya merokok. Dalam hal ini, Kebiasaan
Merokok diklasifikasikan kedalam dua kelompok, yaitu merokok dan
tidak merokok.
2. Alat ukur
Kuisioner
3. Cara ukur
Responden diberikan pertanyaan tentang kebiasaan merokok, dibagian
awal kuisioner, berupa apakah responden merupakan perokok atau
tidak.
4. Hasil ukur
Kriteria obyektif:
1. Merokok
2. Tidak Merokok
3.3. Hipotesis
3.3.1 Hipotesis nol
a. Tidak terdapat hubungan antara pengetahuan dan kebiasaan
merokok pelajar SMA Negeri 5 Makassar periode 2012/2013
b. Tidak terdapat hubungan antara sikap dan kebiasaan merokok
pelajar SMA Negeri 5 Makassar periode 2012/2013
c. Tidak terdapat hubungan antara lingkungan dan kebiasaan
merokok pelajar SMA Negeri 5 Makassar periode 2012/2013
3.3.1 Hipotesis aternatif
a. Terdapat hubungan antara pengetahuan dan kebiasaan
merokok pelajar SMA Negeri 5 Makassar periode 2012/2013
b. Terdapat hubungan antara sikap dan kebiasaan merokok
pelajar SMA Negeri 5 Makassar periode 2012/2013
c. Terdapat hubungan antara lingkungan dan kebiasaan merokok
pelajar SMA Negeri 5 Makassar periode 2012/2013
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
analitik dengan pendekatan cross sectional
4.2. Tempat dan Waktu Penelitian
4.2.1. Tempat Penelitian
Penelitian ini diadakan di SMA Negeri 5 Makassar
4.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan tanggal 14-16 November 2012
4.3. Populasi dan Sampel
4.3.1. Populasi
Populasi adalah pelajar SMA Negeri 5 Makassar Tahun Ajaran
2012/2013
4.3.2. Sampel
Sampel adalah sejumlah pelajar SMA Negeri 5 Makassar Tahun
Ajaran 2012/2013 yang menjadi responden. Pemilihan sampel dilakukan
secara Stratified Random Sampling.
Besar sampel dihitung dengan rumus:
?
1+? (?
2
)
810
1+810 (0,05
2
)
Keterangan:
N = Besar populasi
n = Besar sampel
d = Tingkat kepercayaan/ketetapan yang diinginkan (0,05)
Sampel merupakan pelajar SMA Negeri 5 Makassar tahun ajaran
2012/2013, dengan pengelompokan sebagai berikut
Kelas X : 90 orang
Kelas XI IPA : 44 orang
Kelas XI IPS : 45 orang
Kelas XII IPA : 44 orang
Kelas XII IPS : 45 orang
kriteria seleksi:
1. Kriteria inklusi:
a. Pelajar SMA Negeri 5 Makassar yang terdaftar pada Tahun
Ajaran 2012/2013
b. Bersedia mengikuti penelitian
2. Kriteria eksklusi:
Pelajar SMA Negeri 5 Makassar yang tidak hadir pada saat penelitian
4.4. Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian
4.4.1. Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data
primer diperoleh dengan cara kunjungan ke lokasi penelitian dan
membagikan kuisioner untuk diisi sendiri oleh responden.
Kuesioner yang dibagi berupa pertanyaan untuk mengetahui
pengetahuan, sikap dan perilaku bahaya merokok.
4.4.2. Instrumen Penelitian
Kuisioner digunakan sebagai alat pengumpul data.
4.5. Manajemen Penelitian
1. Pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan setelah memperoleh perizinan dari
pemerintah setempat, dan instansi yang terkait, dalam hal ini SMA
Negeri 5 Makassar. Kemudian kuisoner dibagikan ke responden untuk
diisi, setelah itu hasilnya langsung dimasukkan kedalam tabel yang
telah disediakan.
2. Pengolahan dan Analisa Data
Pengolahan dan analisa data dilakukan dengan aplikasi SPSS 16,0,
mula-mula data dimasukkan dalam tabel, kemudian dianalisa apakah
terdapat hubungan antara pengetahuan, sikap, dan lingkungan
terhadap kebiasaan merokok responden.
3. Penyajian Data
Hasil penelitian ini ditampilkan dalam bentuk tabel.
4.6. Etika Penelitian
Hal-hal yang terkait dengan etika penelitian dalam penelitian ini adalah
1. Menyertakan surat pengantar yang ditujukan kepada pihak pemerintah
setempat sebagai permohonan izin untuk melakukan penelitian
2. Menyertakan surat pengantar yang ditujukan kepada instansi terkait
sebagai lokasi penelitian sebagai permohonan izin untuk melakukan
penelitian
3. Berusaha menjaga kerahasiaan objek penelitian dengan cara tidak
menuliskan nama responden tetapi hanya berupa nomor register ,
sehingga diharapkan tidak ada pihak yang merasa dirugikan atas
penelitian yang dilakukan
4. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada semua
pihak yang terkait sesuai dengan manfaat penelitian yang telah
disebutkan sebelumnya.
BAB V
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
5.1. Identitas Sekolah
SMA Negeri 5 Makassar terletak di Jalan Taman Makam Pahlawan
Nomor 4 Makassar. SMA Negeri 5 Makassar didirikan pada tahun 1979, dan pada
tahun 2007 sekolah ini mulai menggunakan kurikulum tingkat satuan pendidikan
sebelumnya dengan KBK. SMA Negeri 5 Makassar dipimpin oleh Drs. Rahmat
sebagai kepala sekolah, dengan jumlah siswa 1017 siswa (33 siswa per kelas).
SMA Negeri 5 Makassar berdiri berdasarkan Keputusan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No: U.388 / C / 1977 dan
tepatnya tanggal 9 Agustur 1977. Pendirian sekolah ini untuk memenuhi
kebutuhan pendidikan di Sulawesi Selatan dan khususnya di kota Makassar ,
sebagai wadah dan wahana untuk mencetak sumberdaya manusia yang berilmu,
bermutu dan berahlaq sebagaimana amanah Tujuan Pendidikan Nasional yang
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
5.2. Visi, Misi, Tujuan Sekolah
5.2.1. Visi
1. Visi Satuan Pendidikan ( Visi Sekolah Model )
Terwujudnya SMA yang UNGGUL dengan Lulusan yang Cerdas, Lingkungan
yang Asri, Aman dan Nyaman, Warga Sekolah yang Taqwa, Inovatif, dan
Kreatif dalam mempertahankan seni dan budaya lokal, serta mampu bersaing
di era globalisasi melalui peningkatan penguasaan terhadap Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi.
2. Visi Sekolah
Membentuk manusia berilmu, bermutu dan berakhlaq yang mampu bersaing
di dunia global
5.2.2. Misi
Untuk mencapai visi yang telah dicanangkan oleh SMAN 5 Makassar,
maka misi untuk menuju pencapaiannya adalah:
1. Memberdayakan tenaga pendidik dan kependidikan yang memenuhi
standar Nasional Pendidikan yang ditetapkan.
2. Menanamkan kedisiplinan melalui budaya bersih, budaya tertib, dan
budaya kerja.
3. Menumbuhkan penghayatan terhadap budaya dan seni daerah sehingga
menjadi salah satu sumber kearifan berperilaku dan bermasyarakat
4. Menumbuhkan inovasi dalam kehidupan sehari hari yang dapat
menunjang pengembangan profesionalisme
5. Memberdayakan seluruh komponen sekolah dan mengoptimalkan
sumber daya sekolah dalam mengembangkan potensi peserta didik secara
optimal.
5.2.3. Tujuan Sekolah
Dengan tidak terlepas dari tujuan umum pendidikan menengah;
meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta
keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut,
yang diharapkan akan tercapai secara meyeluruh dan berkesinambungan,
maka secara bertahap ditetapkan tujuan khusus yang akan dicapai pada tahun
pelajaran 2011/2012 sebagai berikut:
1. Menyediakan sarana prasarana pendidikan yang memadai,
2. Melaksanakan proses belajar mengajar secara efektif dan efisien,
berdasarkan semangat keunggulan lokal dan global
3. Meningkatkan kinerja masing-masing komponen sekolah (Kepala sekolah,
guru, karyawan, peserta didik, dan komite sekolah) untuk bersama-sama
melaksanakan kegiatan yang inovatif sesuai dengan Tugas Pokok dan
Fungsi (TUPOKSI) masing-masing;
4. Meningkatkan program ekstrakurikuler agar lebih efektif dan efisien
sesuai dengan bakat dan minat peserta didik sebagai salah satu sarana
pengembanmgan diri peserta didik;
5. Mewujudkan peningkatkan kualitas dan jumlah tamatan yang melanjutkan
ke perguruan tinggi;
6. Menyusun dan melaksanakan tata tertib dan segala ketentuan yang
mengatur operasional warga sekolah;
7. Meningkatkan kualitas semua Sumber Daya Manusia baik tenaga
Pendidik, tenaga kependidikan dan peserta didik yang dapat berkompetisi
baik lokal maupun global
BAB VI
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
6.1. Hasil Penelitian
Penelitian ini diadakan di SMA Negeri 5 Makassar, pada tanggal 14
November 16 November 2012 dengan besar sampel 268 orang pelajar kelas X,
XI, dan XII periode 2012/2013. Data yang digunakan merupakan data primer,
pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuisioner tentang pengaruh
pengetahuan, sikap, dan lingkungan terhadap kebiasaan merokok. Setelah semua
informasi diperoleh, kemudian kuisioner dinilai berdasarkan kriteria objektif,
kemudian hasilnya diolah menggunakan SPSS 16.0 dan diuji statistik
menggunakan uji chi square dan odd ratio.
Berikut ini merupakan data-data yang diperoleh dan disajikan dalam
bentuk tabel:
Tabel 6.1 Distribusi responden berdasarkan umur dan jenis kelamin
Distribusi Kategori Frekuensi Presentasi (%)
Umur (Tahun)
13
14
15
16
17
18
1
12
77
85
85
8
0,4
4,5
28,7
31,7
31,7
3,0
Total 268 100
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
135
132
50,4
49,3
Total 268 100
Sumber: Data primer
Dari table 6.1 terlihat bahwa dari total 268 responden, terdapat 1 respoden
yang berumur 13 tahun (0,4%), 12 responden berumur 14 tahun (4,5%), 77
responden berumur 15 tahun (28,7%), 85 responden berumur 16 tahun (31,7%),
85 responden berumur 17 tahun (31,7%), dan 8 responden berumur 18 tahun
(3,0%). Responden yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 135 responden
(50,4%) dan yang berjenis kelamin perempuan berjumlah 132 responden (49,3%).
Tabel 6.2 Distribusi pengetahuan, sikap, lingkungan serta kebiasaan
merokok pelajar SMA Negeri 5 Makassar 2012/2013
Variabel Kategori Frekuensi Presentase(%)
Total
N %
Pengetahuan
Kurang 42 15,7
268 100,0
Cukup 226 84,3
Sikap
Negatif 62 23,1
268 100,0
Positif 206 76,9
Lingkungan
Mendukung 35 13,1
268 100,0
Tidak Mendukung 233 86,9
Kebiasaan
Merokok
Merokok 39 14,6
268 100,0
Tidak Merokok 229 85,4
Sumber: Data primer
Berdasarkan tabel 6.2, diperoleh data bahwa 226 responden (84,3%)
memiliki pengetahuan cukup, dan 42 responden (15,7%) memiliki pengetahuan
kurang. Untuk variabel sikap responden trerhadap rokok, 206 responden (76,9%)
memiliki sikap positif, dan hanya 62 responden (23,1%) yang memiliki sifat
negatif. Untuk variabel lingkungan, diperoleh data bahwa 35 responden (13,1%)
memiliki lingkungan yang cenderung mendukung ke perilaku merokok, dan 233
responden (86,9%) memiliki lingkungan yang tidak mendukung ke perilaku
merokok. Sedangkan untuk kebiasaan merokok, 39 responden (14,6%) merokok,
dan 229 responden (85,4%) tidak merokok.
Tabel 6.3 Tabulasi silang pengetahuan, sikap, dan lingkungan terhadap
kebiasaan merokok pelajar SMA Negeri 5 Makassar periode
2012/2013
Variabel Kategori
Merokok
Tidak
Merokok
Jumlah
P
value
OR 95%CI
N % n % N %
Pengetah
uan
Kurang 24 57,10 18 42,85 42 100
0,00 18,76
8,387
41,94
Cukup 15 6,63 211 93,37 226 100
Sikap
Negatif 18 29,03 44 70,96 62 100
0,00 3,604
1,771
7,332
Positif 21 10,19 185 89,80 206 100
Lingkung
an
Mendukung 21 60 14 40 35 100
0,00 17,92
7,814
41,081
Tidak
Mendukung
18 8,07 215 96,41 233 100
Lingkungan
rumah
Mendukung 14 48,3 15 51,7 29 100
0,00 7,989
3,456
18,468
Tidak
Mendukung
25 10,5 214 89,5 239 100
Lingkungan
sekolah
Mendukung 35 39,6 55 60,4 91 100
0,00 37,964
11,251
128,101
Tidak
Mendukung
3 1,7 174 98,3 177 100
Lingkungan
luar sekolah
Mendukung 35 48,6 37 51,4 72 100
0,00 45,404
15,225
135,411
Tidak
Mendukung
4 2,0 192 98,0 196 100
Sumber: Data primer
Tabel 6.3 menunjukkan hasil tabulasi silang pengetahuan, sikap dan
lingkungan terhadap kebiasaan merokok pelajar SMA Negeri 5 Makassar, yang
kemudian di uji dengan chi square dan odd ratio. Untuk variabel pengetahuan,
dari 39 responden yang merokok, 15 diantaranya memiliki pengetahuan cukup
tentang rokok, dan 24 responden memiliki pengetahuan kurang. Sedangkan untuk
229 responden yang tidak merokok, 211 diantaranya memiliki pengetahuan
cukup, dan hanya 18 responden yang memiliki pengetahuan kurang. Untuk
variabel sikap, dari 39 responden yang merokok, 18 diantaranya memiliki sikap
negatif terhadap rokok, dan 21 responden memiliki sikap positif. Sedangkan untuk
229 responden yang tidak merokok, 44 diantaranya memiliki sikap negatif
terhadap rokok, dan hanya 185 responden memiliki sikap positif terhadap rokok.
Sedangkan untuk variabel lingkungan, diperoleh data bahwa dari 39 responden
yang merokok, 21 diantaranya memiliki lingkungan yang mendukung rokok, dan
18 responden memiliki lingkungan yang tidak mendukung rokok. Sedangkan
untuk 229 responden yang tidak merokok, 14 diantaranya memiliki lingkungan
yang mendukung rokok, dan 215 sisanya memiliki lingkungan yang tidak
mendukung rokok. Dari Variabel lingkungan sendiri, ada 3 faktor yang diteliti,
dengan hasil bahwa dari faktor lingkungan rumah, terdapat 14 orang yang
merokok dengan lingkungan rumah yang mendukung, dan 25 orang yang
merokok dengan lingkungan rumah tidak mendukung. Kemudian, terdapat 15
orang yang tidak merokok dengan lingkungan rumah mendukung dan 214 orang
yang tidak merokok dengan lingkungan rumah yang tidak mendukung. Dari faktor
lingkungan sekolah, terdapat 35 orang yang merokok dengan lingkungan sekolah
yang mendukung, dan 3 orang yang merokok dengan lingkungan sekolah tidak
mendukung. Kemudian, terdapat 55 orang yang tidak merokok dengan lingkungan
sekolah mendukung dan 174 orang yang tidak merokok dengan lingkungan
sekolah yang tidak mendukung. Dari faktor lingkungan luar sekolah, terdapat 35
orang yang merokok dengan lingkungan luar sekolah yang mendukung, dan 4
orang yang merokok dengan lingkungan luar sekolah tidak mendukung.
Kemudian, terdapat 37 orang yang tidak merokok dengan lingkungan luar sekolah
mendukung dan 192 orang yang tidak merokok dengan lingkungan luar sekolah
yang tidak mendukung.
Berdasarkan hasil uji chi square, didapatkan data bahwa semua variabel
yang diteliti memiliki nilai probabilitas (p) 0,00 (dibawah 0,05), sehinga hipotesis
nol (Ho) ditolak, dan dapat disimpulkan bawa terdapat hubungan antara
pengetahuan, sikap, dan lingkungan terhadap kebiasaan merokok pelajar SMA
Negeri 5 Makassar.
Selain itu, untuk odd ratio, didapatkan nilai >1 untuk seluruh variabel
(pengetahuan 18,76; sikap 3,604; lingkungan 17,92 dengan faktor lingkungan
rumah 7,989, lingkungan sekolah 37,964 dan lingkungan bermain diluar sekolah
45,404).
6.2. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian Hubungan Pengetahuan, Sikap dan
Lingkungan Terhadap Kebiasaan Merokok Pelajar SMA Negeri 5 Makassar
Periode 2012/2013, maka berikut akan dibahas variabel-variabel yang diteliti.
a. Pengetahuan dan Kebiasaan Merokok
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Sebagian besar
pengetahuan manusia diketahui oleh mata dan telinga. Pengetahuan
mempunyai 6 tingkatan terdiri dari tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis
dan evaluasi. Pengetahuan mengenai rokok mencakup dampak rokok bagi
kesehatan, serta zat-zat yang terkandung dalam rokok.
Hasil penelitian yang diikuti oleh 268 responden menunjukkan sebagian
besar responden telah memiliki pengetahuan yang cukup tentang rokok, yaitu
sebanyak 226 responden (84,3%) dan hanya 42 (15,7%) yang memiliki
pengetahuan kurang. Pada penelitian ini penilaian tingkatan pengetahuan
responden hanya pada tingkatan tahu mengenai rokok diartikan sebagai
mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya mengenai rokok
dimana sumber informasinya dapat dari lingkungan, maupun media-media.
Melihat hasil tabulasi silang dan uji chi square, dapat disimpulkan bahwa
terdapat hubungan antara pengetahuan dan kebiasaan merokok, dimana
sebagian besar siswa yang merokok, yaitu 24 responden, memang memiliki
pengetahuan yang kurang tentang rokok itu sendiri. Sedangkan sebanyak 211
orang responden yang tidak merokok, memang sudah memiliki pengetahuan
yang cukup tentang rokok. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Estiananda, Dwi pada tahun 2008 yang menyatakan tidak
terdapat hubungan antara pengetahuan dengan perilaku merokok seseorang.
Perbedaan ini mungkin dikarenakan perbedaan tingkat kesulitan dari
pertanyaan-pertanyaan pada kuisioner, serta tingkat pengetahuan responden itu
sendiri. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa pengetahuan cukup
memberikan peranan penting terhadap pelajar dalam memilih akan merokok
atau tidak, dimana semakin baik pengetahuan seseorang tentang rokok,
semakin kurang kecenderungannya untuk merokok.
Setelah diuji dengan odd ratio, didapatkan hasil 18,756 dengan 95%CI
8,378-41,944, sehingga disimpulkan bahwa faktor pengetahuan bertindak
sebagai faktor resiko terhadap kebiasaan merokok pelajar SMA Negeri 5
Makassar periode 2012/2013.
b. Sikap dan Kebiasaan Merokok
Sikap merupakan salah satu bentuk operasional reaksi atau respon
seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau obyek. Seperti
halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari 4 tingkatan yakni menerima,
merespon, menghargai dan bertanggung jawab. Sikap mengenai rokok
mencakup sikap positif dan sikap negatif.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dari 268 responden yang
mengisi kuisioner, 62 responden (23,1%) memiliki sikap negatif, yang artinya
cenderung mendukung perilaku merokok, dan 206 responden (76,9%) memiliki
sikap positif, yang artinya cenderung menjauhi perilaku merokok. Sikap positif
disini diartikan sebagai sikap yang cenderung mengetahui bahaya rokok bagi
kesehatan dan mempunyai sikap peduli akan kesehatannya serta orang-orang
sekitarnya.
Melihat hasil tabulasi silang dan uji chi square, dapat disimpulkan bahwa
terdapat hubungan antara sikap dan kebiasaan merokok. Diantara 39 responden
yang merokok, 18 diantaranya memiliki sikap yang cenderung negatif, dan 21
memiliki sikap positif. Hal ini memperlihatkan bahwa, pelajar yang memiliki
sikap negatif, memang cenderung memilih merokok sebagai pola hidup
mereka. Sebaliknya, diantara 229 responden yang tidak merokok, sebagian
besar dari mereka (185 responden) memiliki sikap positif. Hal ini
memperlihatkan bahwa pelajar yang memiliki sikap positif memang cenderung
untuk tidak memilih merokok sebagai pola hidup mereka. Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan Rudi Sandek pada februari 2007, dimana
didapatkan bahwa semakin positif sikap seseorang, semakin rendah
kecenderungannya untuk memilih perilaku merokok.
Setelah diuji dengan odd ratio, didapatkan hasil 3,604 dengan 95%CI
1,771-7,332, sehingga disimpulkan bahwa faktor sikap bertindak sebagai faktor
resiko terhadap kebiasaan merokok pelajar SMA Negeri 5 Makassar periode
2012/2013.
c. Lingkungan dan Kebiasaan Merokok
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi seseorang untuk
merokok. Diantaranya, pengaruh orang tua, pengaruh teman, faktor
kepribadian, dan pengaruh iklan (media massa, media elektronik, dll). Dalam
penelitian ini, lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan rumah, yang
mencakup orang tua dan anggota keluarga lainnya, lingkungan sekolah,
mencakup guru-guru, petugas kebersihan, dan pegawai lainnya, serta lingkunga
teman sekitar diluar sekolah.
Berdasarkan hasil penelitian yang diikuti oleh 268 responden, terlihat
bahwa lingkungan yang dimiliki oleh sebagian besar pelajar SMA Negeri 5
Makassar periode 2012/2013, yaitu 233 responden (86,9%), sudah cukup baik,
yang artinya tidak mendukung ke arah perilaku merokok. Namun, tidak dapat
dipungkiri bahwa memang masih ada 35 responden (13,1%) yang masih
memiliki lingkungan yang mendukung ke arah perilaku merokok. Lingkungan
memang cukup beragam. Dari lingkungan keluarga, memang masih ada
beberapa keluarga yang cukup liberal, dan terkadang tidak perduli anaknya
merokok atau tidak. Dari segi lingkungan sekolah, dimana pelajar biasanya
menghabiskan tujuh sampai sembilan jam sehari, juga terkadang dapat
mendukung ke arah perilaku merokok. Hal ini dapat dilihat dari berbagai
variabel, seperti ada tidaknya guru atau pegawai yang merokok pada saat jam
sekolah, atau ada tidaknya larangan merokok disekolah. Hal ini cukup besar
berpengaruh mengingat sekolah merupakan tempat edukasi, dan siswa bisa saja
menjadikan guru mereka sebaia role model, sehingga perilaku guru sangat
cenderung untuk diikuti oleh siswanya. Faktor lain yang berpengaruh adalah
lingkunga teman luar sekolah, apalagi mengingat usia pelajar yang masih
rentang 15-17 tahun, dimana usia ini sangat rentan untuk mendapatkan
pengaruh negatif dari orang-orang sekitarnya.
Melihat hasil tabulasi silang dan uji chi square, dapat disimpulkan bahwa
terdapat hubungan antara lingkungan dan kebiasaan merokok. Diantara 39
responden yang merokok, 21 diantaranya memang memiliki lingkungan yang
cenderung mendukung mereka untuk melakukan perilaku merokok.
Sebaliknya, untuk responden yang tidak merokok (269 responden), 215
diantaranya memang memiliki lingkungan yang cukup mendukung mereka
untuk tidak melakukan praktek merokok. Dari data ini dapat disimpulkan
bahwa, lingkungan cukup memberi pengaruh terhadap kebiasaan merokok
seorang pelajar. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Rima Ima Hati pada tahun 2011, bahwa hampir semua responden merokok
karena faktor lingkungan yang mendukung.
Setelah diuji dengan odd ratio, didapatkan hasil 17,917 dengan 95%CI
7,814-41,081, sehingga disimpulkan bahwa faktor lingkungan bertindak
sebagai faktor resiko terhadap kebiasaan merokok pelajar SMA Negeri 5
Makassar periode 2012/2013.
Lingkungan ini sendiri terbagi atas 3 faktor, yaitu lingkungan rumah,
lingkungan sekolah dan lingkungan luar sekolah. Untuk ketiga faktor ini,
semuanya memiliki hasil chi square 0,00 yang berarti terdapat hubungan antara
lingkungan rumah, lingkungan sekolah dan lingkungan bermain diluar sekolah
terhadap kebiasaan merokok siswa SMA Negeri 5 Makassar tahun ajaran
2012/2013. Dari hasil uji odd ratio, didapatkan bahwa ketiga faktor ini merupakan
faktor resiko terhadap kebiasaan merokok. Lingkungan bermain diluar sekolah
merupakan faktor resiko yang terbesar, dimana lingkungan luar sekolah yang
mendukung ke perilaku merokok memberikan resiko lebih besar 45 kali lipat
membentuk perilaku merokok siswa dibandingkan lingkungan luar sekolah yang
tidak mendukung. Lingkungan sekolah menempati urutan kedua, dimana
lingkungan sekolah yang mendukung ke arah perilaku merokok memberikan
resiko 37 kali lipat lebih besar ke arah perilaku merokok siswa dibandingkan
lingkungan yang tidak mendukung. Lingkungan rumah yang mendukung ke arah
perilaku merokok memiliki resiko 17 kali lipat terhadap perilaku merokok siswa
dibandingkan dengan lingkungan rumah yang tidak mendukung.
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Lingkungan
Terhadap Kebiasaan Merokok Pelajar SMA Negeri 5 Makassar Periode
2012/2013, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat hubungan antara pengetahuan dan kebiasaan merokok, dan
pengetahuan merupakan faktor resiko terhadap kebiasaan merokok pelajar
SMA Negeri 5 Makassar periode 2012/2013
2. Terdapat hubungan antara sikap dan kebiasaan merokok, dimana sikap
merupakan faktor resiko terhadap kebiasaan merokok pelajar SMA Negeri
5 Makassar periode 2012/2013.
3. Terdapat hubungan antara lingkungan dan kebiasaan merokok, dimana
lingkungan merupakan faktor resiko terhadap kebiasaan merokok pelajar
SMA Negeri 5 Makassar periode 2012/2013
7.2. Saran
1. Penyuluhan mengenai rokok dan dampak yang ditimbulkannya masih
perlu ditingkatkan untuk membantu mencegah dampak negatif yang dapat
ditimbulkan oleh rokok.
2. Peranan orang tua dan lingkungan sekolah dalam memberikan informasi
yang benar dan tepat mengenai bahaya merokok perlu ditingkatkan agar
remaja (pelajar) dapat terhindar dari praktek merokok.
3. Sekolah diharapkan dapat memperketat aturan-aturan mengenai larangan
merokok di lingkungan sekolah, serta guru-guru juga dapat menyelipkan
larangan merokok ketika proses belajar mengajar berlangsung.
4. Memperbanyak kegiatan-kegiatan positif tanpa asap rokok sehingga
semakin banyak pengaruh positif yang dapat diperoleh para pelajar dari
pergaulan orang-orang sekitarnya.
5. Mengingat faktor lingkungan diluar sekolah merupakan faktor yang paling
berpengaruh terhadap perilaku merokok, pelajar disarankan untuk berhati-
hati dalam memilih lingkungan pergaulan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Perdana, Rizky dr. Fakta-fakta Rokok dan Perokok di Indonesia.
[online]. 2008. [cited 2012 October 19]; [5 Screen]. Available
from:URL:http://rizkyp13.multiply.com
2. Jefferis, B., Graham. H., Manor, O. (2003). Cigarrete Consumption and
Socio-economic Circumstances in Adolescence as Predictors of Adult
Smoking, London: Society for the study of Addiction to Alcohol and
Other Drugs
3. Ahsan, Abdillah., Soerojo, Widyastuti., Wibisana, Widyastuti. Dampak
tembakau dan pengendaliannya di Indonesia, Lembaga Demografi
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia;2009
4. Nurhana, A., Pengeran, Rahmat R., Pengetahuan, Sikap dan Praktek
Pelajar, Guru dan Pegawai SMA Negeri 17 Makassar Terhadap
Bahaya Merokok. Universitas Hasanuddin; Makassar;2007
5. Sajinadisaya, IGK., Bagiada, IM., Ngurah Rai, IB. Prevalensi dan Risiko
Merokok Terhadap Penyakit Paru di Poliklinik Paru Rumah Sakit
Umum Pusat Sanglah Denpasar. Denpasar;2010
6. Chassin, L. Et al.(2001).From Adolescence to Adulthood: Age-Related
Changes in Beliefs About Cigarette Smoking in a Midwestern
Community Sample, U.S.A:American Physiological Association
7. Akari, Yume. Dampak Negatif Rokok. [online]. 2012. [cited 2012
October 28]; [4 Screen]. Available from:
URL:http://yumeakari.blogspot.com
8. Wiltshire, S. Et al.(2005). Image, Context, and Transition Smoking in
Mid-to-late Adolescence, London: Elsevier Ltd
9. Molyneux, Andrew, Et al.(2004). Prospective Study of the Effect of
Exposure to Other Smokers in High School Tutor Groups on the Risk
of Incident Smoking in Adolescence, U.S.A: Americal Journal of
Epidemiology
10. Sumarna, Riny(2009). Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Merokok,
Jakarta: Universitas Indonesia
11. Mutadin, Zainun. Remaja & Rokok. [online]. 2002. [cited 2012 October
31]; [3 screen]. Available from:URL:http//www.e-psikologi.com
HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN LINGKUNGAN
TERHADAP KEBIASAAN MEROKOK PADA
PELAJAR SMA NEGERI 5 MAKASSAR
Nama :
Jenis kelamin: L / P
Umur :
Kelas : X / XI / XII
Tanggal :
Apakah anda perokok?
a. Ya b. Tidak
Jika anda perokok, berapa batang rokok yang bisa anda habiskan dalam satu hari?
a. 10 b. 11-20 c.>20
PETUNJUK:
1. Kuesioner terdiri dari pertanyaan tentang pengetahuan, sikap dan praktek
tentang bahaya merokok
2. Jawablah dengan sejujurnya pertanyaan dibawah ini
3. Jawablah dengan cara melingkari memberikan (V) jawaban yang benar
menurut anda
4. Jawaban anda tidak ada hubungannya dengan nilai akademik anda
5. Identitas dan jawaban anda dijamin kerahasiaannya
A. PENGETAHUAN
No. Pernyataan Benar Salah
1. Merokok selain membahayakan kesehatan perokok, juga dapat
membahayakan kesehatan orang-orang yang berada disekitar
perokok
2. Tar merupakan zat dalam rokok yang dapat menyebabkan kanker
3. Karbonmonoksida adalah zat dalam rokok yang dapat membuat
perokok merasa rileks
4. Gas karbonmonoksida yang terkandung dalam rokok bisa
mengurangi jumlah oksigen yang dapat kita gunakan
5. Merokok dapat menyebabkan banyak penyakit paru
6. Merokok dapat menyebabkan gangguan janin
7. Merokok merupakan perilaku yang adiktif
8. Nikotin merupakan salah satu zat dalam rokok
9. Lingkungan dapat mempengaruhi seseorang untuk merokok
10. Merokok selain dapat merusak kesehatan juga dapat mengganggu
orang disekitarnya
B. SIKAP
Berilah jawaban pernyataan dengan tanda (v) pada kolom yang tersedia
sesuai dengan pendapat saudara, (kasih positif negatif)
No. Pernyataan STS TS S SS
1. Saya senang membaca artikel-artikel tentang bahaya
merokok
2. Menurut saya, merokok tidak membuat orang terlihat
keren
3. Saya akan menegur jika melihat orang merokok di
tempat umum
4. Merokok bukan hal yang menyenangkan
5. Walaupun teman-teman saya merokok, saya tidak akan
merokok
6. Merokok bukan tolak ukur seseorang dikatakan gaul
7. Untuk diterima dalam pergaulan, saya harus merokok
8. Merokok tidak membuat saya percaya diri
9. Saya akan menghindar jika ada orang yang merokok
disamping saya
10. Merokok merupakan hak asasi setiap orang, tidak perlu
dicampuri ataupun ditegur
Keterangan:
STS = Sangat Tidak Setuju
TS = Tidak Setuju
S = Setuju
SS = Sangat Setuju
C. Lingkungan
No. Pernyataan Ya Tidak
LINGKUNGAN KELUARGA
1. Salah satu/kedua orang tua saya merokok
2. Ada orang dirumah saya (selain ayah dan ibu) yang merokok
3. Dirumah saya disediakan asbak buat tamu yang ingin merokok
4. Ibu/ayah saya kadang menasehati saya tentang bahaya merokok
5. Ibu/ayah saya terkadang menanyakan apakah saya merokok atau
tidak
LINGKUNGAN SEKOLAH
1. Di sekolah saya ada tanda larangan untuk merokok
2. Ada guru yang merokok di sekolah
3. Ada pegawai/cleaning service/petugas di sekolah saya yang
merokok
4. Di beberapa ruangan di sekolah saya, disediakan asbak untuk
perokok
5. Guru saya terkadang menyelipkan larangan untuk merokok di sela-
sela jam mengajarnya
LINGKUNGAN TEMAN DILUAR SEKOLAH
1. Beberapa/semua teman pergaulan saya merokok
2. Ada teman saya yang sering mengajak saya untuk merokok
3. Ada/beberapa teman saya terkadang mengejek orang-orang yang
tidak merokok sebagai orang yang tidak mengikuti pergaulan
4. Teman-teman saya sering merokok di tempat umum
5. Teman saya yang merokok didukung oleh orang tuanya
*terima kasih*
No.
Jenis
Kelamin
Umur Kelas Praktek Pengetahuan Sikap Lingkungan
1 L 15 Tahun X Tidak Merokok Kurang Negatif Tidak Mendukung
2 L 16 Tahun XI Merokok Cukup Negatif Tidak Mendukung
3 L 16 Tahun XI Merokok Cukup Negatif Mendukung
4 L 16 Tahun XI Merokok Kurang Negatif Mendukung
5 L 16 Tahun XI Merokok Cukup Negatif Tidak Mendukung
6 L 16 Tahun XI Merokok Cukup Negatif Tidak Mendukung
7 L 16 Tahun XI Merokok Cukup Negatif Tidak Mendukung
8 P 16 Tahun XI Merokok Cukup Negatif Tidak Mendukung
9 L 16 Tahun XI Merokok Cukup Negatif Mendukung
10 P 16 Tahun XI Merokok Cukup Negatif Mendukung
11 L 15 Tahun X Merokok Cukup Negatif Mendukung
12 L 15 Tahun X Merokok Cukup Negatif Tidak Mendukung
13 L 15 Tahun X Merokok Cukup Negatif Tidak Mendukung
14 L 16 Tahun XI Tidak Merokok Cukup Positif Mendukung
15 P 15 Tahun X Tidak Merokok Cukup Positif Mendukung
16 P 15 Tahun X Tidak Merokok Cukup Positif Mendukung
17 L 16 Tahun XI Merokok Cukup Negatif Tidak Mendukung
18 L 16 Tahun XI Tidak Merokok Cukup Negatif Tidak Mendukung
19 L 16 Tahun XI Tidak Merokok Cukup Negatif Tidak Mendukung
20 L 16 Tahun XI Tidak Merokok Cukup Negatif Tidak Mendukung
21 L 16 Tahun XI Tidak Merokok Cukup Negatif Tidak Mendukung
22 P 16 Tahun XI Tidak Merokok Cukup Negatif Tidak Mendukung
23 L 16 Tahun XI Tidak Merokok Cukup Negatif Tidak Mendukung
24 P 16 Tahun XI Tidak Merokok Cukup Negatif Tidak Mendukung
25 P 15 Tahun XI Tidak Merokok Cukup Negatif Tidak Mendukung
26 P 16 Tahun XI Tidak Merokok Cukup Negatif Tidak Mendukung
27 L 14 Tahun X Tidak Merokok Cukup Negatif Tidak Mendukung
28 L 15 Tahun X Tidak Merokok Cukup Negatif Tidak Mendukung
29 L 15 Tahun X Tidak Merokok Cukup Negatif Tidak Mendukung
30 L 15 Tahun X Tidak Merokok Cukup Negatif Tidak Mendukung
31 L 15 Tahun X Tidak Merokok Cukup Negatif Tidak Mendukung
32 L 15 Tahun X Tidak Merokok Cukup Negatif Tidak Mendukung
33 P 15 Tahun X Tidak Merokok Cukup Negatif Tidak Mendukung
34 P 15 Tahun X Tidak Merokok Cukup Negatif Tidak Mendukung
35 L 15 Tahun X Tidak Merokok Cukup Negatif Tidak Mendukung
36 L 14 Tahun X Tidak Merokok Cukup Negatif Tidak Mendukung
37 L 14 Tahun X Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
38 L 14 Tahun X Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
39 P 14 Tahun X Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
40 L 15 Tahun X Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
41 L 17 Tahun XI Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
42 P 16 Tahun XI Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
43 L 16 Tahun XI Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
44 P 16 Tahun XI Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
45 P 16 Tahun XI Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
46 P 17 Tahun XI Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
47 L 15 Tahun X Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
48 L 15 Tahun X Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
49 L 14 Tahun X Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
50 L 15 Tahun X Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
51 P 15 Tahun X Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
52 L 15 Tahun X Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
53 P 15 Tahun X Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
54 P 15 Tahun X Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
55 P 14 Tahun X Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
56 P 15 Tahun X Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
57 P 16 Tahun X Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
58 L 15 Tahun X Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
59 P 16 Tahun X Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
60 P 15 Tahun X Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
61 P 15 Tahun X Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
62 P 15 Tahun X Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
63 P 15 Tahun X Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
64 L 15 Tahun X Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
65 L 15 Tahun X Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
66 L 15 Tahun X Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
67 L 15 Tahun X Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
68 P 15 Tahun X Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
69 L 15 Tahun X Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
70 P 15 Tahun X Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
71 P 15 Tahun X Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
72 P 15 Tahun X Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
73 P 15 Tahun X Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
74 P 15 Tahun X Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
75 P 14 Tahun X Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
76 L 15 Tahun X Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
77 L 16 Tahun X Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
78 P 15 Tahun X Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
79 P 13 Tahun X Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
80 P 15 Tahun X Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
81 L 15 Tahun X Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
82 L 15 Tahun X Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
83 L 15 Tahun X Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
84 P 15 Tahun X Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
85 L 16 Tahun X Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
86 L 15 Tahun X Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
87 P 15 Tahun X Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
88 L 15 Tahun X Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
89 L 15 Tahun X Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
90 P 15 Tahun X Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
91 P 15 Tahun X Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
92 P 15 Tahun X Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
93 P 15 Tahun X Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
94 L 15 Tahun X Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
95 P 15 Tahun X Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
96 L 15 Tahun X Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
97 L 15 Tahun X Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
98 L 15 Tahun X Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
99 L 15 Tahun X Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
100 L 15 Tahun X Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
101 L 15 Tahun X Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
102 L 15 Tahun X Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
103 L 15 Tahun X Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
104 P 15Tahun X Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
105 P 15 Tahun X Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
106 L 15 Tahun X Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
107 P 15 Tahun X Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
108 P 15 Tahun X Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
109 P 15 Tahun X Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
110 P 15 Tahun X Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
111 P 16 Tahun X Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
112 P 14 Tahun X Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
113 L 14 Tahun X Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
114 P 14 Tahun X Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
115 P 14 Tahun X Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
116 L 17 Tahun XII Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
117 P 16 Tahun XII Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
118 L 17 Tahun XII Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
119 L 17 Tahun XII Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
120 L 16 Tahun XII Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
121 L 17 Tahun XII Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
122 P 17 Tahun XII Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
123 P 17 Tahun XII Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
124 P 17 Tahun XII Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
125 17 Tahun XII Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
126 P 17 Tahun XII Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
127 L 16 Tahun XII Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
128 L 18 Tahun XII Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
129 P 17 Tahun XII Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
130 P 18 Tahun XII Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
131 L 15 Tahun XI Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
132 P 16 Tahun XI Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
133 L 16 Tahun XI Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
134 P 16 Tahun XI Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
135 P 16 Tahun XI Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
136 L 16 Tahun XI Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
137 P 15 Tahun XI Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
138 P 15 Tahun XI Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
139 P 16 Tahun XI Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
140 P 16 Tahun XI Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
141 P 16 Tahun XI Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
142 L 16 Tahun XI Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
143 P 16 Tahun XI Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
144 P 16 Tahun XI Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
145 P 16 Tahun XI Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
146 L 16 Tahun XI Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
147 L 16 Tahun XI Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
148 P 16 Tahun XI Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
149 L 15 Tahun XI Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
150 L 16 Tahun XI Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
151 L 16 Tahun XI Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
152 P 16 Tahun XI Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
153 L 16 Tahun XI Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
154 P 17 Tahun XII Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
155 P 16 Tahun XII Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
156 P 16 Tahun XII Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
157 P 18 Tahun XII Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
158 P 17 Tahun XII Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
159 P 17 Tahun XII Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
160 P 16 Tahun XII Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
161 L 17 Tahun XII Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
162 L 17 Tahun XII Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
163 P 17 Tahun XII Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
164 P 17 Tahun XII Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
165 P 17 Tahun XII Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
166 P 16 Tahun XII Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
167 P 17 Tahun XII Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
168 L 17 Tahun XII Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
169 P 17 Tahun XII Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
170 L 17 Tahun XII Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
171 L 17 Tahun XII Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
172 P 17 Tahun XII Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
173 P 16 Tahun XII Tidak Merokok Cukup Negatif Tidak Mendukung
174 P 17 Tahun XII Tidak Merokok Cukup Negatif Tidak Mendukung
175 P 17 Tahun XII Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
176 L 17 Tahun XII Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
177 L 17 Tahun XII Tidak Merokok Cukup Negatif Tidak Mendukung
178 P 17 Tahun XII Tidak Merokok Cukup Negatif Tidak Mendukung
179 P 17 Tahun XII Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
180 P 17 Tahun XII Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
181 P 17 Tahun XII Tidak Merokok Cukup Negatif Tidak Mendukung
182 L 17 Tahun XII Tidak Merokok Cukup Negatif Tidak Mendukung
183 P 16 Tahun XII Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
184 L 17 Tahun XII Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
185 L 17 Tahun XII Tidak Merokok Cukup Negatif Tidak Mendukung
186 P 17 Tahun XII Tidak Merokok Cukup Negatif Tidak Mendukung
187 P 17 Tahun XII Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
188 L 17 Tahun XII Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
189 P 17 Tahun XII Tidak Merokok Cukup Negatif Tidak Mendukung
190 L 17 Tahun XII Merokok Cukup Negatif Tidak Mendukung
191 L 17 Tahun XII Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
192 P 17 Tahun XII Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
193 L 17 Tahun XII Tidak Merokok Cukup Negatif Tidak Mendukung
194 L 16 Tahun XII Tidak Merokok Cukup Negatif Tidak Mendukung
195 L 17 Tahun XII Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
196 L 17 Tahun XII Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
197 P 17 Tahun XII Tidak Merokok Cukup Negatif Tidak Mendukung
198 P 17 Tahun XII Tidak Merokok Cukup Negatif Tidak Mendukung
199 L 17 Tahun XII Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
200 L 18 Tahun XII Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
201 L 17 Tahun XII Merokok Cukup Negatif Tidak Mendukung
202 P 17 Tahun XII Tidak Merokok Cukup Negatif Tidak Mendukung
203 L 17 Tahun XII Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
204 P 16 Tahun XII Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
205 L 17 Tahun XII Tidak Merokok Cukup Negatif Tidak Mendukung
206 P 17 Tahun XII Tidak Merokok Cukup Negatif Tidak Mendukung
207 P 18 Tahun XII Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
208 L 18 Tahun XII Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
209 P 17 Tahun XII Tidak Merokok Cukup Negatif Tidak Mendukung
210 P 16 Tahun XII Tidak Merokok Cukup Negatif Tidak Mendukung
211 P 17 Tahun XII Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
212 L 17 Tahun XII Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
213 L 17 Tahun XII Tidak Merokok Cukup Negatif Tidak Mendukung
214 L 17 Tahun XII Tidak Merokok Cukup Negatif Tidak Mendukung
215 P 18 Tahun XII Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
216 P 17 Tahun XI Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
217 P 16 Tahun XI Tidak Merokok Cukup Negatif Tidak Mendukung
218 P 16 Tahun XI Tidak Merokok Cukup Negatif Tidak Mendukung
219 L 16 Tahun XI Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
220 L 16 Tahun XI Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
221 P 16 Tahun XI Tidak Merokok Cukup Negatif Tidak Mendukung
222 P 15 Tahun XII Tidak Merokok Cukup Positif Mendukung
223 P 17 Tahun XII Tidak Merokok Cukup Positif Mendukung
224 P 17 Tahun XII Tidak Merokok Cukup Positif Mendukung
225 L 17Tahun XII Tidak Merokok Cukup Positif Mendukung
226 P 16 Tahun XII Tidak Merokok Cukup Positif Mendukung
227 P 17 Tahun XII Tidak Merokok Cukup Positif Mendukung
228 P 17 Tahun XII Tidak Merokok Cukup Positif Mendukung
229 P 16 Tahun XI Tidak Merokok Cukup Positif Mendukung
230 L 16 Tahun XI Tidak Merokok Cukup Positif Mendukung
231 L 16 Tahun XI Tidak Merokok Cukup Positif Mendukung
232 L 16 Tahun XI Tidak Merokok Cukup Positif Mendukung
233 L 17 Tahun XII Tidak Merokok Cukup Negatif Mendukung
234 L 17 Tahun XII Merokok Cukup Negatif Mendukung
235 P 16 Tahun XII Tidak Merokok Cukup Negatif Mendukung
236 L 17 Tahun XII Tidak Merokok Cukup Negatif Mendukung
237 L 16 Tahun XII Merokok Cukup Negatif Mendukung
238 L 17 Tahun XII Tidak Merokok Cukup Negatif Mendukung
239 P 17 Tahun XII Tidak Merokok Cukup Negatif Mendukung
240 L 16 Tahun XI Merokok Cukup Negatif Mendukung
241 L 16 Tahun XI Tidak Merokok Cukup Negatif Mendukung
242 L 16 Tahun XI Tidak Merokok Cukup Negatif Mendukung
243 L 16Tahun XI Merokok Cukup Negatif Mendukung
244 P 16 Tahun XI Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
245 P 16 Tahun XI Tidak Merokok Cukup Positif Mendukung
246 P 16 Tahun XI Tidak Merokok Cukup Negatif Mendukung
247 L 16 Tahun XI Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
248 L 16 Tahun XI Merokok Cukup Negatif Tidak Mendukung
249 P 16 Tahun XI Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
250 P 16 Tahun XI Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
251 P 16 Tahun XI Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
252 P 16 Tahun XI Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
253 L 17 Tahun XII Merokok Cukup Negatif Tidak Mendukung
254 L 17 Tahun XII Merokok Cukup Negatif Mendukung
255 L 17 Tahun XII Tidak Merokok Cukup Positif Mendukung
256 L 17Tahun XII Tidak Merokok Cukup Positif Mendukung
257 L 17 Tahun XII Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
258 L 17 Tahun XII Tidak Merokok Cukup Negatif Tidak Mendukung
259 L 17 Tahun XII Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
260 L 18 Tahun XII Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
261 P 16 Tahun XII Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
262 L 17 Tahun XII Merokok Cukup Negatif Mendukung
263 L 17 Tahun XII Merokok Cukup Negatif Mendukung
264 P 17 Tahun XII Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
265 L 17 Tahun XII Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
266 L 17 Tahun XII Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
267 L 17 Tahun XII Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung
268 P 17 Tahun XII Tidak Merokok Cukup Positif Tidak Mendukung

Anda mungkin juga menyukai