Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH HUBUNGAN PENGARUH MSG TERHADAP KESEHATAN

TUBUH

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kualitas pangan yang dikonsumsi harus memenuhi beberapa kriteria, di antaranya
adalah aman, bergizi, bermutu, dan dapat terjangkau oleh daya beli masyarakat (UU Nomor
7 Tahun 1996).
Kemajuan ilmu dan teknologi berkembang dengan pesat diberbagai bidang, termasuk
dalam bidang pangan, kemajuan teknologi ini membawa dampak positif maupun negatif.
Dampak positif teknologi tersebut mampu meningkatkan kuantitas dan kualitas pangan, juga
meningkatkan diversivikasi, hygiene, sanitasi, praktis dan lebih ekonomis. Dampak negatif
kemajuan teknologi tersebut ternyata cukup besar bagi kesehatan konsumen dengan adanya
penggunaan zat aditif yang berbahaya. Zat aditif adalah bahan kimia yang dicampurkan ke
dalam makanan dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas, menambahkan rasa dan
memantapkan kesegaran produk tersebut (Anonimous 2000).
Makanan jajanan sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan
masyarakat, baik di perkotaan maupun di pedesaan.Konsumsi makanan jajanan di masyarakat
diperkirakan terus meningkat mengingat terbatasnya waktu anggota keluarga untuk mengolah
makanan sendiri.Keunggulan makanan jajanan adalah murah dan mudah didapat, serta cita
rasayang sesuai dengan masyarakat.
Makanan olahan buatan pabrik, dari mi instan sampai dengan makanan cepat saji.
Dari keripik kentang sampai dengan makanan di warung-warung tegal, yang biasa
dikonsumsi, terutama pada saat makan siang. Semuanya mengandung bumbu penyedap atau
yang biasa dikenal dengan vetsin atau MSG.Vetsin atau monosodium glutamate (MSG)
adalah penyedap rasa yang sering digunakan saat memasak untuk menyedapkan masakan.
Setelah diberi sedikit vetsin, makanan dapat menjadi sedap karena di dalam vetsin itu
terkandung asam sodium glutanik (glutanic acid sodium).
Dari berbagai senyawa pembangkit citarasa yang beredar bebas di pasaran seperti
misalnya MSG, 5 nukleotida, maltol (soft drink), dioctyl sodium sulfosuccinate (untuk susu
kaleng) dan lain sebagainya, ternyata hanya monosodium glutamat (MSG) yang banyak
menimbulkan kontroversi antara produsen dan konsumen (Winarno 2004).
Usia anak-anak atau masa pertumbuhan lebih sensitif terhadap efek MSG daripada
kelompok dewasa. Sementara untuk efek terjadinya kejang dan urtikaria (gatal-gatal dan
bengkak di kulit seperti pada kasus alergi makanan), masih belum bisa dibuktikan.World
Health Organization (WHO) dan Food and Agricultural Organization (FAO) menyatakan
bahwa ancaman potensial dari residu bahan makanan terhadap kesehatan manusia dibagi
dalam 3 katagori yaitu : 1) aspek toksikologis, katagori residu bahan makanan yang dapat
bersifat racun terhadap organ-organ tubuh, 2) aspek mikrobiologis, mikroba dalam bahan
makanan yang dapat mengganggu keseimbangan mikroba dalam saluran pencernaan, 3)
aspek imunopatologis, keberadaan residu yang dapat menurunkan kekebalan tubuh. Dampak
negatif zat aditif terhadap kesehatan dapat secara langsung maupun tidak langsung, dalam
jangka pendek maupun jangka panjang.
Banyak orang mengetahui akan bahaya monosodium glutamat dan jika mereka
mengetahui efek samping dari MSG, harusnya masyarakat mulai mengurangi penggunaan
MSG, akan tetapi hal yang terjadi malah tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, banyak
masyarakat yang masih mengonsumsi MSG secara berlebihan, dengan asumsi makin banyak
MSG makin enak.
Oleh karena itu, dari latar belakang di atas, penulis mengangkat judul Pengaruh
Jajanan yang Mengandung MSG yang Berbahaya bagi Kesehatan Tubuh.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan MSG (Monosodium Glutamat) ?
2. Apa yang dimaksud dengan makanan jajanan?
3. Apa saja bahaya mengkonsumsi makanan yang mengandung MSG (Monosodium Glutamat)
bagi kesehatan tubuh ?

C. Tujuan Pembahasan
1. Menghasilkan paparan tentang MSG (Monosodium Glutamat).
2. Menghasilkan paparan tentang Makanan Jajanan.
3. Menghasilkan paparan mengenai bahaya mengkonsumsi jajanan yang mengandung MSG
(Monosodium Glutamat) bagi kesehatan tubuh.

D. Manfaat Pembahasan
1. Manfaat Teoritis
Menambah teori tentang MSG ( Monosodium Glutamat).
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Penulis
1) Menambah ilmu pengetahuan penulis, khususnya dalam pembuatan makalah
2) Menjadi masukan bagi penulis.
3) Penulis dapat mengetahui dan akhirnya menghindari makanan jajanan yang mengandung
MSG yang berbahaya bagi kesehatan tubuh.
b. Bagi Pembaca
1) Menjadi masukan bagi pembaca.
2) Dapat dijadikan refrensi bagi para pembaca dan para penulis lainnya di masayang akan
datang.
3) Pembacadapat memmahami dan mengetahui dan akhirnya menghindari makanan jajanan
yang mengandung MSG yang berbahaya bagi tubuh.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Monosodium Glutamat (MSG)
1. Sejarah Monosodium Glutamat (MSG)
Manfaat asam amino glutamat sebagai penyedap rasa baru diketahui pada tahun 1908
oleh seorang ilmuwan Jepang bernama Dr. Kikunae Ikeda.
Penemuan MSG oleh Dr. Ikeda diawali oleh keprihatinannya terhadap kondisi fisik
rakyat Jepang pada waktu itu. Sewaktu belajar ilmu Kimia modern di Jerman, dia
membandingkan tubuh orang Jerman yang lebih tinggi dari pada orang Jepang. Dia juga
mengamati makanan Jerman dan merasakan kesamaan cita rasa unik pada makanan Jerman
yang juga ada pada makanan Jepang.
Setelah kembali ke Jepang, Dr. Ikeda memusatkan penelitiannya pada bumbu
tradisional Jepang, yaitu kaldu yang terbuat dari rumput laut (Kombu). Dia berhasil
mengisolasi sumber rasa unik tersebut, yaitu asam Glutamat. Rasa ini kemudian
diperkenalkannya dalam bahasa Jepang sebagai rasa Umami.
Penemuan Glutamat sebagai sumber rasa Umami mengukuhkan ambisi Ikeda untuk
memperbaiki kondisi fisik bangsanya, yaitu melalui bumbu masak yang menambah citarasa
dan kelezatan makanan Jepang. Dr. Ikeda mendapatkan paten atas metode produksi MSG.
Namun, asam Glutamat murni yang dihasilkannya tidak menarik secara komersial karena
sifat fisik dan kimianya. Hingga akhirnya Dr. Ikeda berhasil mensenyawakan glutamate
dengan sodium menjadi Monosodium Glutamat (MSG). Dengan membagi hak patennya
dengan seorang pemilik pabrik Iodine, Saburousuke Suzuki, Dr Ikeda kemudian berhasil
mewujudkan hasratnya memproduksi dan memasarkan MSG secara massal.
Demikianlah, MSG mulai dipasarkan di Jepang pada tahun 1909. Pada waktu itu
MSG diproduksi melalui proses ekstraksi gluten hingga tahun 1960-an. Proses produksi ini
tidak dapat memenuhi permintaan yang meningkat dengan cepat dari pasar Jepang dan dunia.
Inovasi teknologi fermentasi pada tahun 1956 kemudian membantu usaha meningkatkan
produksi MSG yang terus diterapkan hingga sekarang. MSG sekarang umumnya diproduksi
dengan menggunakan bahan baku yang kaya glukosa seperti tetes tebu, singkong, jagung,
gandum, sagu dan beras. Proses fermentasi merupakan proses pengolahan makanan
traditional yang juga digunakan untuk membuat tape, tempe, kecap dan lain lain.
Meskipun MSG baru ditemukan oleh Dr Ikeda 100 tahun yang lalu, namun bumbu
masak yang kaya glutamat ternyata sudah digunakan di zaman kuno dulu. Kecap ikan yang
menjadi bumbu wajib di Asia tenggara ternyata sudah dipakai untuk melezatkan makanan
oleh orang-orang Yunani dan Romawi 2500 tahun yang lalu. Kecap ikan sangat kaya
kandungan glutamat bebasnya, yaitu 1370mg/100g. Di sepanjang Teluk Mediterania dan Laut
Hitam ditemukan gerabah-gerabah kuno yang dipakai untuk membuat dan menyimpan kecap
ikan oleh penduduk Yunani dan Romawi kuno. Pada masa Yunani kuno kecap ikan
dinamakan Garon, sementara pada masa Romawi kuno dinamakan Garum atau Liquamen.
2. Pengertian Monosodium Glutamat (MSG)
Mononatrium glutamat yang juga disebut monosodium glutamat (MSG) atau
mononatrium glutamat adalah kombinasi ikatan garam natrium dari asam glutamat yang
berfungsi sebagai penguat rasa makanan. Kandungan MSG biasanya terdapat dalam beberapa
jenis makanan, terutama bumbu penyedap rasa dan sebagian snack untuk cemilan sehari-hari.

3. Proses Pembuatan MSG
Monosodium glutamat merupakan senyawa sintetik, dengan kata lain MSG
merupakan zat aditif buatan. Proses pembuatan MSG menurut Profesor Dr. Umar Anggara
Jenie, guru besar Fakultas Farmasi UGM dan PAU-Bioteknologi UGM adalah sebagai
berikut:
a. MSG dibuat melalui proses fermentasi dari tetes gula (molases) oleh bakteri (Brevibacterium
lactofermentum). Dalam proses fermentasi ini, pertama-tama akan dihasilkan asam glutamat.
Asam glutamat yang terjadi dari proses fermentasi ini, kemudian ditambah soda (Sodium
Carbonate), sehingga akan terbentuk monosodium glutamat (MSG). MSG yang terjadi ini,
kemudian dimurnikan dan dikristalisasi, sehingga merupakan serbuk kristal murni, yang siap
dijual di pasar.
b. Sebelum bakteri (pada butir 1) tersebut digunakan untuk proses fermentasi pembuatan
MSG, maka terlebih dahulu bakteri tersebut harus diperbanyak (dalam istilah
mikrobiologi: dibiakkan atau dikultur) dalam suatu media yang disebut Bactosoytone.
Proses pada butir 2 ini dikenal sebagai proses pembiakan bakteri, dan terpisah sama
sekali (baik ruang maupun waktu) dengan proses pada butir 1. Setelah bakteri itu
tumbuh dan berbiak, maka kemudian bakteri tersebut diambil untuk digunakan
sebagai agen biologik pada proses fermentasi membuat MSG (proses pada butir 1).
c. Bactosoytone sebagai media pertumbuhan bakteri, dibuat tersendiri (oleh Difco
Company di AS), dengan cara hidrolisis enzimatik dari protein kedelai (soyprotein).
Dalam bahasa yang sederhana, protein kedelai dipe-cah dengan bantuan enzim
sehingga menghasilkan peptida rantai pendek (pepton) yang dinamakan Bactosoytone
itu. Enzim yang dipakai pada proses hidrolisis inilah yang disebut Porcine, dan enzim
inilah yang diisolasi dari pankreas babi.
d. Perlu dijelaskan disini bahwa, enzim Porcine yang digunakan dalam proses
pembuatan media Bactosoytone, hanya berfungsi sebagai katalis, artinya enzim
tersebut hanya mempengaruhi kecepatan reaksi hidrolisis dari protein kedelai menjadi
Bactosoytone, tanpa ikut masuk ke dalam struktur molekul Bactosoytone itu. Jadi
Bactosoytone yang diproduksi dari proses hidrolisis enzimatik itu, jelas bebas dari
unsur-unsur babi, selain karena produk Bactosoytone yang terjadi itu mengalami
proses klarifikasi sebelum dipakai sebagai media pertumbuhan, juga karena memang
unsur enzim Porcine ini tidak masuk dalam struktur molekul Bactosoytone, karena
Porcine hanya sebagai katalis saja.
proses clarification yang dimaksud adalah pemisahan enzim Porcine dari
Bactosoytone yang terjadi. Proses ini dilakukan dengan cara pemanasan 160F selama
sekurang-kurangnya 5 jam, kemudian dilakukan filtrasi, untuk memisahkan enzim
Porcine dari produk Bactosoytone-nya. Filtrat yang sudah bersih ini kemudian
diuapkan, dan Bactosoytone yang terjadi diambil.
e. Perlu dijelaskan, bahwa proses pembuatan media Bactosoytone ini merupakan suatu
media pertumbuhan bakteri, dan dijual di pasar, tidak saja untuk bakteri pembuat
MSG, tetapi juga untuk bakteri-bakteri lainnya yang digunakan untuk keperluan
pembuatan produk biotik-industri lainnya.
catatan: nama Bactosoytone merupakan nama dagang, yang dapat diurai sebagai
berikut: Bacto adalah nama dagang dari Pabrik pembuatnya (Difco Co); Soy dari asal
kata soybean: kedelai, tone, singkatan dari peptone; jadi Bactosoytone artinya pepton
kedelai yang dibuat oleh pabrik Difco.
f. Setelah bakteri tersebut ditumbuhkan pada media Bactosoytone, kemudian
dipindahkan ke Media Cair Starter. Media ini sama sekali tidak mengandung
Bactosoytone. Pada Media Cair Starter ini bakteri berbiak dan tumbuh secara cepat.
g. Kemudian, bakteri yang telah berbiak ini dimasukkan ke Media Cair Produksi, dimana
bakteri ini mulai memproduksi asam glutamat; yang kemudian diubah menjadi MSG. Media
Cair Produksi ini juga tidak mengandung Bactosoytone. Bakteri penghasil MSG adalah
Brevibacterium lactofermentum atau Corynebacterium glutamicum, adalah bakteri yang
hidup dan berkembang pada media air. Jadi bakteri itu terma-suk aqueous microorganism.

4. Pemanfaatan Monosodium Glutamat (MSG) dalam Makanan
MSG dapat digunakan dalam berbagai makanan yang memiliki rasa gurih termasuk
daging, ikan, berbagai sayuran, berbagai saus, berbagai sup dan berbagai bumbu. MSG
menimbulkan gabungan rasa yang baik antara rasa asin dan asam.

Memang tidak dapat dipungkiri, kelezatan suatu hidangan dapat menambah gairah
santap. Berbagai carapun dilakukan untuk menghasilkan suatu hidangan yang lezat. Salah
satunya dengan menambahkan sedikit bahan penyedap rasa instan (MSG) ke dalam hidangan
tersebut. MSG, yang terdiri dari air, sodium, dan glutamat ini mudah didapat dan harganya
pun murah. Sehingga sering membuat kita lupa akan adanya efek yang ditimbulkan setelah
mengkonsumsi MSG ini.
Di dalam MSG, yang berperan dalam memberikan rasa lezat pada makanan adalah glutamat.
Glutamat merupakan asam amino yang secara alami terdapat pada semua bahan makanan
yang mengandung protein, misalnya keju, daging, susu, ikan, dan sayuran. Glutamat juga
diproduksi oleh tubuh manusia dan sangat diperlukan untuk metabolisme tubuh dan fungsi
otak. Setiap orang rata-rata membutuhkan kurang lebih 11 gram glutamat per hari yang
didapat dari sumber protein alam.

MSG dijual dalam berbagai bentuk produk dan kemasan, produk penyedap rasa
seperti Ajinomoto atau Royco mengandung MSG sebagai salah satu bahan penyedap rasa.
Produk makanan siap saji, makanan beku maupun makanan kaleng juga mengandung MSG
dalam jumlah yang cukup besar. Selain lada dan garam, botol berlabel penyedap rasa yang
mengandung MSG juga dapat dengan mudah ditemukan di rak bumbu dapur maupun di atas
meja restoran. Umumnya, Restoran Cina banyak menggunakan MSG untuk menyedapkan
masakan-masakannya. MSG juga terdapat pada makanan ringan (Snack) yang banyak
beredar di masyarakat, seperti Chiki, Chitato, Cheetos, Taro Snack, Smax,dan lain
sebagainya.
5. MSG pada Wanita Hamil dan Menyusui
Glutamat hanya akan menembus placenta bila kadarnya dalam darah ibu mencapai 40
50 kali lebih besar dari kadar normal. Sementara kalau ibu menyusui menyantap MSG 100
mg/kg berat badan, mungkin kadar glutamat dalam darahnya akan naik, tetapi tidak dalam
ASI.
Batasan aman yang pernah dikeluarkan oleh badan kesehatan dunia WHO (World
Health Organization), asupan MSG per hari sebaiknya sekitar 0-120 mg/kg berat badan. Jadi,
jika berat seseorang 50 kg, maka konsumsi MSG yang aman menurut perhitungan tersebut 6
gr (kira-kira 2 sendok teh) per hari(berlaku pada orang dewasa. WHO tidak menyarankan
penggunaan MSG pada bayi di bawah 12 minggu).(Anonimous2001).
MSG dapat melakukan penetrasi pada penghalang placenta dan mendistribusi hampir
di antara jaringan-jaringan embrio. MSG juga dapat menyebabkan kematian neuron yang
dapat menghasilkan pengurangan kemampuan belajar. Disarankan bagi ibu hamil untuk tidak
mengkonsumsi makanan yang mengandung monosodium glutamat dan memperhatikan
kembali tingkat protein dan asam amino selama kehamilan.
B. Makanan Jajanan
1. Pengertian
Makanan jajanan (Street Foods) adalah jenis makanan yang dijual dikaki lima,
pinggiran jalan , di stasiun, di pasar, di tempat pemukiman serta lokasi yang sejenis.
(Winarno, 1997)

2. Jenis-Jenis Makanan Jajanan
Pada umumnya makanan jajanan dapat dibagi menjadi empat kelompok yaitu:
(Winarno, 1997)
a. Makanan utama atau main dish yaitu nasi rames, nasi rawon, nasi pecel, dan sebagainya.
b. Panganan atau snak yaitu kue, onde-onde, pisang goreng, dan lain
sebagainya.
c. Golongan minuman yaitu es teler, es buah, the, kopi, dewet, jenang, dan sebagainya.
d. Buah-buahan segar yaitu mangga, durian, dan sebagainya

Jenis makana jajanan banyak disukai oleh anak balita, apalagi banyak makanan jajan
yang beredar untuk anak. Pemberian makanan jajanan pada anak harus memperhatikan dari
segi kesehatan, serta cocok tidaknya untuk anak seperti zat aditif yang ditambahkan pada
makanan untuk diawetkan dan penampilan tapim mempunyai efek yang tidak baik

C. Bahaya Mengkonsumsi Monosodium Glutamat (MSG)
Glutamat dalam bentuk bebas seperti MSG merupakan senyawa beracun yang dapat
menimbulkan masalah kesehatan diantaranya:

1. Menurunnya fungsi otak
Ketika sel-sel neuron di otak menerima senyawa Monosodium Glutamat (MSG),
mereka menjadi sangat bergairah dan meningkatkan impulsnya sampai pada tingkat kelelahan
yang sangat tinggi. Tapi, beberapa jam kemudian neuron-neuron tersebut mati seakan-akan
bergairah untuk mati. Jika banyak sel neuron yang mati, maka fungsi otak pun bisa menurun,
yang tentunya sangat berbahaya bagi perkembangan otak, terutama anak-anak. Dalam suatu
percobaan, anak-anak yang mengonsumsi sup mengandung MSG dan meminum Nutrasweet
(soft drink) darahnya akan mempunyai tingkat excitotoxin (keracunan) enam kali lebih besar
dari excitotoxin yang menghancurkan hypothalamus neuron pada bayi tikus.Jadi , MSG dapat
menyebabkan menurunnya fungsi otak dan semakin muda anak yang mengonsumsi MSG,
semakin besar bahaya yang dapat ditimbulkan MSG pada otak.
2. Chinese Restaurant Syndrome ( Sindrom Restotran Cina)
Masakan cina banyak menggunakan MSG. Karena itulah gejala yang dialami
seseorang sehabis menyantap banyak MSG disebut Chinese Restaurant Syndrome.
Walaupun sebagian besar orang dapat mengkonsumsi MSG tanpa masalah, beberapa
orang memiliki alergi bila mengkonsumsi berlebihan yaitu gejala seperti pening, mati rasa
yang menjalar dari rahang sampai belakang leher, sesak nafas dan keringat dingin. Secara
umum, gejala-gejala ini dikenal dengan nama sindrom restoran cina. Penyebabnya adalah
terjadinya defisiensi vitamin B6 karena pembentukan alanin dari glutamat mengalami
hambatan ketika diserap. Konon menyantap 2 12 gram MSG sekali makan sudah bisa
menimbulkan gejala ini. Akibatnya memang tidak fatal betul karena dalam 2 jam Cinese
Restaurant Syndromes sudah hilang.
3. Kanker
MSG dapat menyebabkan kanker karena Glutamat dapat membentuk pirolisis akibat
pemanasan dengan suhu tinggi dan dalam waktu lama. pirolisis ini sangat karsinogenik.
Padahal masakan protein lain yang tidak ditambah MSG pun, bisa juga membentuk senyawa
karsinogenik bila dipanaskan dengan suhu tinggi dan dalam waktu yang lama. Karena asam
amino penyusun protein, seperti triptopan, penilalanin, lisin, dan metionin juga dapat
mengalami pirolisis dari penelitian tadi jelas cara memasak amat berpengaruh.
4. Alergi
MSG tidak mempunyai potensi untuk mengancam kesehatan masyarakat umum,
tetapi juga bahwa reaksi hypersensitif atau alergi akibat mengkonsumsi MSG memang dapat
terjadi pada sebagian kecil sekali dari konsumen. Beberapa peneliti bahkan cenderung
berpendapat nampaknya glutamat bukan merupakan senyawa penyebab yang efektif, tetapi
besar kemungkinannya gejala tersebut ditimbulkan oleh senyawa hasil metabolisme seperti
misalnya GABA (Gama Amino Butyric Acid), serotinin atau bahkan oleh histamin
5. Adiktif.
Adiktif atau zat yang membuat ketagihan diduga terdapat dalam MSG. Kebanyakan
orang obesitas menyukai snack yang mengandung MSG, sehingga memperberat derajat
kelebihan berat badan orang tersebut.
6. Hipertensi.
Kandungan natrium di dalam MSG beserta sifat adiktif yang ada pada MSG, dan
sebagai salah satu penyebab hipertensi (tekanan darah tinggi).
7. Obesitas.
MSG mengganggu hubungan endokrin antara meta-thermoregulatory modulators
(neuropeptida dan leptin) dan brown fat. MSG mengurangi thermogenicity brom fat sambil
menekan asupan makanan. Artinya, MSG berpotensi menyebabkan obesitas bahkan ketika
seseorang mengurangi asupan makanan sekalipun.
8. Kerusakan Retina
Retina adalah suatu lapisan pada mata yang berfungsi menerima cahaya sebelum
diteruskan ke otak untuk diterjemahkan sebagai suatu objek penglihatan. Berbagai studi telah
dilakukan tentang kerusakan retina akibat penggunaan MSG. MSG dalam dosis tertentu
diketahui dapat merusak neuron-neuron (sel-sel saraf) pada lapisan dalam retina mata.
9. Kerusakan hipotalamus dan struktur otak lain, sakit kepala (magrain) memperberat keadaan
autisme dan hiperaktifitas, memperberat serangan asma, dan menimbulkan alergi..
10. Diabetes
Glutamat melakukan ikatan dengan reseptornya di dalam pankreas. Akibatnya, pankreas akan
memproduksi insulin lebih banyak dari biasanya. Dengan dipacunya produksi insulin,
otomatis perombakan kadar gula dalam darah mengalami peningkatan. Itulah yang membuat
glutamat bisa sebagai salah satu faktor penyebab diabetes. Pankreas yang mendapat
perlakuan dengan glutamat mengeluarkan insulin lebih banyak dibandingkan dengan biakan
pankreas yang tanpa glutamat. Inilah yang membuat kelenjar pankreas makin lama
mengalami kerusakan. Dalam keadaan normal, peningkatan insulin berkaitan erat dengan
melonjaknya kadar gula dalam darah. Gula yang berlebih itu, dengan bantuan insulin, akan
dirombak menjadi energi yang kemudian disimpan dalam jaringan tubuh seperti otot, jaringan
lemak, dan hati. Peneliti tersebut menemukan bahwa efek dari glutamat itu lebih nyata bila
dibarengi tingginya kadar gula. Namun, dalam kadar gula yang rendah pun, pengeluaran
insulin masih terus berlangsung jika kelebihan glutamat.

BAB III
PENUTUP
A. Simpulan

1. Mononatrium glutamat yang juga disebut monosodium glutamat (MSG) adalah kombinasi
ikatan garam natrium dari asam glutamat yang berfungsi sebagai penguat rasa makanan.
Kandungan MSG biasanya terdapat dalam beberapa jenis makanan, terutama bumbu
penyedap rasa dan sebagian snack untuk cemilan sehari-hari.
2. Makanan jajanan (Street Foods) adalah jenis makanan yang dijual dikaki lima, pinggiran
jalan , di stasiun, di pasar, di tempat pemukiman serta lokasi yang sejenis. (Winarno, 1997)
3. Glutamat dalam bentuk bebas seperti MSG merupakan senyawa beracun yang dapat
menimbulkan masalah kesehatan diantaranya:
a. Menurunnya fungsi otak
b. Chinese Restourant Syndrom (Sindrom restoran cina)
c. Kanker
d. Alergi
e. Adiktif
f. Hipertensi
g. Obesitas
h. Kerusakan retina
i. Kerusakan hipotalamus dan struktur otak lain, sakit kepala
(migrain) memperberat keadaan autisme dan hiperaktifitas, memperberat serangan asma, dan
menimbulkan alergi
j. Diabetes
B. Saran
1. Bagi Konsumen
a. Hati-hati dalam memilih makanan jajanan yang mengandung MSG.
b. Tidak boleh mengkonsumsi makanan yang mengandung MSG lebih dari takaran, takaran
yang sudah ditentukan yaitu 6 mg/kg berat badan manusia perhari untuk orang dewasa.
c. Anak kecil atau Ibu yang sedang hamil, harus hati-hati supaya jauh dari pengaruh negative
makanan jajanan yang berbahaya bagi kesehatn.

Diposkan oleh Nur Maziyah Hurin'in di 01.07
http://anaa-ziiyah.blogspot.com/2012/04/makalah-hubungan-pengaruh-msg-terhadap.html

Anda mungkin juga menyukai