Anda di halaman 1dari 6

APLIKASI TYRISTOR

PADA PENGONTROLAN MOTOR LISTRIK DC



Iqbal Rifqi. 20110120033
Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Abstrak

Penggunaan komponen elektronika khususnya SCR sebagai pengendali/pengontrol
motor listrik memiliki beberapa keuntungan diantaranya : tidak ada kontak yang aus
karena terbakar, tidak akan menimbulkan bunga api karena tidak ada pelepasan kontak,
sedikit sekali menggunakan peralatan tambahan dan penggunaan daya yang sangat kecil.
Oleh karena itu penggunaan komponen elektronika seperti thyristor sangat efisien dan efektif
dalam sistem kontrol motor listrik. Thyristor atau SCR (Silicon Control Reactifired) mempunyai
karakteristik yang hampir sama dengan transistor, karena thyristor dapat dipandang sebagai
dua buah transistor. Thyristor dapat mengendalikan motor listrik karena thyristor dapat
difungsikan sebagai sakelar statik. Hal ini dilakukan dengan mengatur arus yang melalui
terminal gate. Apabila kuat arus dalam rangkaian lebih besar dari harga holding current (arus
genggam=arus yang mempertahankan kerja thyristor) maka thyristor akan tetap dalam
kondisi tertutup (kondisi on). Sebaliknya jika arus dalam rangkaian menurun hingga besarnya
dibawah harga holding current maka thyristor akan membuka (kondisi off). Karakteristik
kerja thyristor inilah yang selanjutnya digunakan dalam mengatur kerja motor listrik, baik itu
motor DC, motor AC dan motor universal.

Kata kunci : Thyristor, Kendali, Motor listrik

Perkembangan teknologi di
bidang kontrol atau kendali motor listrik
telah mencapai perkembangan yang sangat
pesat. Dimulai dengan kontrol yang
sangat sederhana dengan starter tangan
lalu dikembangkan sistem kontrol dengan
menggunakan sakelar megnet dan relay,
dan selanjutnya disusul dengan
perkembagan sistem kontrol dengan piranti
elektronika. Perkembangan sistem kontrol
dengan piranti elektronika juga telah
mencapai perkembangan yang sangat maju.
Dimulai dengan komponen-komponen
seperti transistor, photo resistor, diac,
triac, SCR rangkaian digital,
microprosessor dan servo system. Kini
sistem kontrol dapat dilaksanakan secara
otomatis dan memungkinkan mengontrol
mesin-mesin yang sangat kompleks yang
disertai dengan efisiensi dan efektifitas
yang sangat tinggi dengan menggunakan
sistem kontrol yang terpogram atau lebih
dikenal dengan PLC (programmable logic
control, (Oman Sumantri,1993)
Menurut Oman Sumantri (1993),
pengontrolan diartikan sebagai pengaturan,
pelayanan atau pengawasan terhadap
pekerjanya motor listrik yang
dipergunakan untuk menggerakkan mesin-
mesin yang selanjutnya dapat melakukan
proses pekerjaan sesuai dengan kegiatan
menjalankan, menghentikan, mengerem,
membalikkan putaran, mengatur kecepatan,
mengatur waktu kerja, proteksi motor listrik
dan perlengkapannya dan lain-lain. Proses ini
dapatdilakukan dengan menggunakan satu
sistem pengontrolan yang merupakan
kombinasi dari beberapa proses pengontrolan.
Melihat karakteristik dari beberapa
komponen elektronika, maka dapat
dikembangkan sutu sistem kontrol yang dapat
digunakan untuk mengontrol kerja motor
listrik. Komponen elektronika tersebut hanya
berfungsi sebagai alat kendali terhadap
bekerjanya relay yang dihubungkan dengan
motor.



SUSUNAN PHYSIS DIODA EMPAT
LAPIS
Untuk mengenal thyristor, terlebih
dahulu akan dikemukakan susunan physis
dioda empat lapis. Komponen ini terdiri atas
empat lapisan bahan sehingga mempunyai 3
pertemuan (junction). Lapisan pertama bahan
P, lapisan kedua bahan N, lapisan ketiga bahan
P dan lapisan keempat bahan N. Bahan bagian
luar P disebut anoda (A) dan bahan bagian luar
lainnya disebut katoda (K), (Wasito, 2004).
Susunan physis dioda 4 lapis ditunjukkan oleh
gambar berikut:













Untuk lebih memahami sifat dan kerja dari
thyristor, terlebih dahulu akan dijelaskan
rangkaian PNPN junction dengan sumber
tegangan DC.








Gambar 2. Rangakain PNPN junction dengan
sumber tegangan DC

Apabila anoda negatif terhadap
katoda, maka junction J1 dan J3 adalah
reverse bias dan hanya mengalirkan arus
yang sangat kecil. Jika anoda diberi
tegangan positif maka J1 dan J3 akan
forward bias yang berarti dapat
mengalirkan arus listrik (conduct).
Walaupun junction J
2
dalam keadaan
reverse bias dan tahanannya sangat
tinggi, tetapi pada waktu forward bias
tahanan J
2
adalah sangat kecil.
Menghantarnya J
1
dan J
3
menyebabkan
semua tegangan pada junction J
2
hilang
sehingga tegangan baterai perlu
dinaikkan, agar arus mampu melewati J
2
.
Arus ini akan naik seperti keadaan reverse
bias dari dioda. Perhatikan karakteristik
PNPN junction pada Gambar 3.
Jika tegangan baterai terus
dinaikkan lagi, maka J
2
akan mencapai
breakdown sehingga arus mengalir dari
J
1
ke J
2
dan J
3
sesuai dengan besar
kecilnya beban R. Breakdown dari J
2
diperlihatkan dengan garis lengkung 3
seperi terlihat pada gambar di atas.
Setelah J
2
breakdown, arus akan terus
mengalir dan tidak tergantung lagi pada
tegangan dengan syarat arus yang mengalir
tersebut masih cukup besar. Garis lengkung 4
menunjukkan bahwa arus akan terputus bila
arus beban R turun menjadi kecil sekali atau
kurang dari holding current.










Dari uraian ini maka junction J yang
berada di tengah jelas menghalangi
mengalirnya arus. Apabila tegangan dari
junction J ini dapat Dikurangi maka dioda
empat lapis dapat mengalirkan arus yang besar.
Untuk mencapai maksud ini caranya
dengan jalan memotong lapisan kedua dan
ketiga dari dioda empat lapis sehingga sangat
mirip dengan tiga lapisan transistor PNP dan
tiga lapisan transisitor NPN, (Wasito, 2004).
Perhatikan gambar 5.
Apabila diberi tegangan positif pada lapisan
P dan tegangan negatif pada lapisan N pada
tegangan reverse antara lapisan N dan P akan
berkurang. Dengan menghubungkan sebuah
kawat ke lapisan P yang berada diantara dua
lapisan N, akan didapat tambahan satu terminal
keluar yang dinamakan gate (G).
Ditambahkannya satu terminal gate pada dioda
empat lapis maka lahirlah suatu suatu
komponen elektronik yang disebut thyristor
atau lebih dikenal lagi dengan nama SCR
(Silicin Control Reactifired). Komponen-
komponen elektronika lainnya yang termasuk
pada komponen thyristor adalah diac dan triac.

Konstruksi SCR
SCR biasa (Silicon Control
Reactifired) disebut Thyristor yang
mempunyai arti penyearah yang dikemudi
dengan bahan dasar silikon, (Oman Sumantri,
1993). Thyristor dapat digunakan sebagai
pengatur daya dan saklar biasa yang
mempunyai kelebihan atau keuntungan
apabila dibandingkan dengan alat-alat
mekanika biasa.









Gambar 4. Susunan physis dioda 4 lapis
ditinjausebagai 2 transistor

Menurut Wasito (2004), kelebihan
thyristor adalah:
- Tidak ada kontak-kontak yang aus
karena terbakar
-
Tidak akan menimbulkan bunga api
-
Sedikit sekali membutuhkan
komponen- komponen tambahan.
Thyristor juga dapat dipakai untuk
mengatur daya yang sangat besar,
walaupun thyristor itu sendiri hanya
memerlukan daya yang kecil. Berdasarkan
kerja dioda empat lapis seperti telah
dijelaskan di atas, maka susunan physis
thyristor hampur sama dengan susunan
physis dioda empat lapis PNPN, hanya
thyristor mempunya tiga buah elektroda
yaitu anoda, katoda dan gate, elektroda
yang ketiga ini berfungsi sebagai kemudi
atau pengontrol. Perhatikan gambar 6.
Thyristor akan menghantarkan arus
atau conduct apabila anoda dan gate
relatif positif terhadap katoda. Thyristor
akan tetap menghantar apabila arus beban
yang mengalir tetap berada di atas holding
current. Holding current (arus
pengungsi/arus genggam) adalah arus
yang selalu mempertahankan kerja dari
thyristor sehingga apabila arus beban
turun ke bawah holding current maka
thyristor akan off. Thyristor mempunyai
tahanan yang sangat tinggi pada waktu
off dan tahanan yang sangat rendah pada
waktu on sehingga drop tegangannya
mendekati nol.

Prinsip Kerja SCR
Menurut Oman Sumantri (1993),
untuk memahami kerja dari thyristor maka
thyristor tersebut harus dipandang
sebagai dua buah transistor yang jenisnya
berbeda tetapi karakteristiknya sama.
Perhatikan gambar 5, sedangkan gambar 6.a
menunjukkan SCR dipandang sebagai dua
buah transistor dan gambar 6.b
memperlihatkan simbol thyristor. Apabila kaki
gate dibuat lebih positif terhadap katoda, maka
akan mengalir arus yang kecil antara basis dan
emitor transistor 1.


Gambar 5. Susunan physis hyristor

Arus basis ini akan menyebabkan
mengalirnya arus I
2
yang melewati kaki
kolektor transisitor 1 sehingga arus I2 ini juga
adalah arus basis transistor 2. Karena pada
transistor 2 terdapat arus basis, maka akan
mengalir arus I3 atau arus kolektor transistor 2
tersebut akan mengalir masuk ke basis
transistor 1, akibatnya kaki basis transistor 1
akan mendapatkan arus basis yang lebih besar
lagi. Kejadian ini akan menaikkan hantaran
transistor 1 dan transistor 2, sehingga akan
terjadi umpan balik.


Gambar 6. (a). Thyristor dipandang sebagai
dua transistor, dan (b). Simbol Thyristor

Karena pada transistor 2 terdapat arus basis,
maka akan mengalir arus I
3
atau arus kolektor
transistor 2 tersebut akan mengalir masuk ke
basis transistor 1, akibatnya kaki basis
transistor 1 akan mendapatkan arus basis yang
lebih besar lagi. Kejadian ini akan menaikkan
hantaran transistor 1 dan transistor 2, sehingga
akan terjadi umpan balik. Walaupun arus
gate yang digunakan penyulutan pertama
ditiadakan, tetapi thyristor tersebut akan
tetap menghantarkan arus dari anoda ke
katoda. Cara untuk menghentikannya
adalah dengan jalan meniadakan tegangan
anoda, atau arus anoda dikecilkan
sehingga kurang dari arus genggam SCR
tersebut.



Gambar 7. Konstruksi SCR

Karakteristik Thyristor
Thyristor atau SCR akan tetap
dalam kondisi tertutup, atau menghantar
selama kuat arus di dalam sirkuit lebih
besar dari harga holding current (I
h
),
dan apabila arus di dalam sirkuit menurun
hingga besarnya di bawah harga I
h
maka
thyristor tersebut akan membuka atau
off. Demikian pula kalau tegangan anatara
anoda dan katoda turun, hingga tidak
dapat mempertahankan kuat arus sebesar
harga I
h
, maka thyristor itu akan
membuka atau off. Gambar di bawah ini
menunjukkan karakteristik maju dan
karakteristik mundur thyristor.











Gambar 8. Karakteristik thyristor

APLIKASI THYRISTOR SEBAGAI
PENGONTROL MOTOR DC
Seperti diketahui bahwa thyristor
merupakan sakelar DC yang penutupan
dan pembukaan kontak antara anoda (A)
dan katoda (K) dilakukan dengan
mengatur arus gate (I
g
). Apabila arus gate
(I
g
) harganya di bawah arus holding
current (I
h
) maka kontak antara anoda
dan katoda dari thyristor belum dapat
melakukan penutupan atau kontaknya
masih tetap membuka. Dalam kondisi
demikian maka tidak akan terjadi
pengaliran arus dari anoda ke katoda
(I
a-k
) atau dengan kata lain thyristor
tidak menghantarkan arus atau belum
conduct sehingga motor DC belum
berputar. Jika harga I
g
lebih besar
dari harga I
h
, maka antara anoda dan
katoda dari thyristor akan terjadi
penutupan sehingga menjadi conduct,
mengakibatkan motor berputar (Oman
Sumantri, 1993).
Disamping digunakan sebagai
sakelar DC, thyristor juga digunakan
sebagai pengatur daya yang diberikan
pada beban. Pengaturan daya yang
diberikan pada motor dilakukan dengan
mengatur besar kecilnya arus gate (I
g
),
sehingga putaran motor DC
kecepatannya dapat diatur. Perhatikan
gambar 8, disini rangkaian motor
DC dikontrol oleh sumber tegangan
DC gelombang penuh dengan
menggunakan thyristor.
Apabila digunakan osiloskop
untuk melihat bentuk tegangan
thyristor akan tampak seperti pada
gambar 9. Pada gambar tersebut
diperlihatkan bentuk arus beban, arus
gate dan bentuka arus sumber yang
diberikan pada thyristor.


















Gambar 9. Rangkaian motor DC
dikontrol oleh tegangan DC gelombang
penuh dengan thyristor.

Berdasarkan gambar 9 dapat dilihat
bahwa dengan tegangan DC gelombang penuh
tanpa filter, maka SCR masih mengalami off
maka arus pada setiap setengah gelombang
turun ke bawah holding current (I
h
). Karena itu
untuk setengah gelombang berikutnya SCR
tetap membutuhkan pentrigeran lagi atau triger
tidak dapat dilepas. Dengan dipasangnya
kapasitor C paralel dengan R
2
sebesar 7 K pada
rangkaian gate, akan meyebabkan timbulnya
pergeseran fase sehingga pada setengah
gelombang pertama akan terjadi
penundaaan waktu dalam pentrigeran.
Kalau R- nya makin besar maka waktu
yang diperlukan mengisi C semakin cepat.
Jika R-nya kecil maka waktu pengisian C
makin lama dan bila pengisian C makin
lama maka waktu untuk pentrigeran juga
semakin lama.
Apabila rangkaian penyearah
gelombang penuh terdapat dalam
gambar 8 dipasang suatu filter C sebesar
40 F maka arus thyristor atau arus beban
tidak akan pernah turun ke bawah holding
current. Perhatikan gambar 10. Karena
arus tidak turun ke bawah holding current
(I
h
), maka sekali ditriger thyristor itu akan
conduct meskipun trigernya dilepas.
Begitu pula kecepatan putaran motor
sudah tidak dapat diatur lagi.
SCR dapat kembali off bila
bebannya diturunkan terus sehingga arus
beban turun ke bawah holding current
atau sumber tegangannya di-off-kan
dahulu.






KESIMPULAN

Thyristor atau SCR yang yang
dapat digunakan sebagai sakelar statis
dapat diaplikasikan sebagai alat kontrol
kerja motor listrik. Penggunaannya
sebagai alat kontrol dilakukan hanya
dengan mengatur arus gate. Dengan
mempertahankan arusnya tetap dapat
berada di bawah holding current
membuat thyristor tidak dapat
menghantarkan arus (kondisi off) dan
sebaliknya dengan mempertahankan
arusnya di atas holding current membuat
thyristor akan tetap dapat menghantarkan
arus (kondisi off). Thyristor dapat
digunakan untuk mengontrol motor DC
atau AC. Thyristor mempunyai
keuntungan sebagai alat kontrol
dibandingkan dengan sakelar magnet
karena dengan thyristor akan didapatkan
sistem kontrol yang memiliki efektifitas
dan efesiensi yang sangat tinggi.


DAFTAR PUSTAKA

Boylestad, R and Nashelsky, L. 1992.
Electronic Device and Circuit
Theory. Fifth Edition. New Jersey:
Prentice-Hall, Inc.
Elektuur. 1993. 302 Rangkaian
Elektronika (Alih bahasa: P.
Pratomo). Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo.
Somantri, Oman. 1993. Sistem
Pengontrolan Motor di Industri. Cet-1.
Jakarta: Pusat Perbukuan Depdikbud,
Jakarta
Rashid, H, M,. 1993. Power Electronics:
Circuits, Devices, and Aplications,
Second Editin. New Jersey: Prentice-
Hall, Inc.
Wasito S. 2004. Vademekum Elektronika.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Anda mungkin juga menyukai