Lesi multipel : bermacam macam, terjadi pada atau mengenai berbagai bagian tubuh sekaligus Core : massa sentral bahan nekrotik di dalam suatu bisul Gluteus sinistra : bokong bagian kiri Nodul eritematosa : bisul yg berwarna kemerah-merahan M&M Bakteri Bakteri : mikroorganisme prokariotik uniseluler yang umumnya memperbanyak diri dengan pembelahan sel dan selnya tipikal terdapat di dalam suatu dinding sel. M&M Bakteri Morfologi Dibagi 3 kelompok utama : 1. Kokus :bulat 2. Basil : silinder/batang 3.Spiral:Batang melengkung/melingkar- lingkar
a. Aerob dan/atau fakultatif anaerob * Micrococcaceae Genus : Micrococcus Micrococcus luteus Micrococcus roseus Genus : Staphylococcus Staphylococcus aureus Staphylococcus epidermidis * Streptococcaceae Genus : Streptococcus Streptococcus pyogenes Streptococcus pneumoniae Streptococcus agalactiae Genus : Leuconostoc Klasifikasi Bakteri :(Bergeys Manual of Determinative Bacteriology ed. 8, 1974) b. Anaerob * Peptococcaceae Genus :Peptococcus Genus :Peptostreptococcus P.anaerobius Genus : Sarcina Sarcina lutea BAKTERI GRAM POSITIF 1. Coccus Diplococcus : berpasangan Streptococcus : tersusun seperti rantai Tetrads : tersusun rapi dalam kelompok 4 sel Sarcina : kelompok 8 sel yang tersusun rapi membentuk paket kubus Staphylococcus : seperti kelompok buah anggur 2. A. Batang Pembentuk Spora * Bacillaceae Genus : Bacillus Bacillus anthracis Genus : Clostridium Clostridium botulinum Clostridium perfringens Clostridium tetani 2.B. Batang tak Berspora dan Actinomycetes * Lactobacillaceae Genus : Lactobacillus Lactobacillus acidophilus Genus : Listeria Listeria monocytogenes Genus : Erysipelothrix Erysipelothrix rhusiopathiae
* Propionibacteriaceae Genus : Propionibacterium Propionibacterium acnes Genus : Eubacterium Eubacterium lentum * Corynebacteriaceae Genus : Corynebacterium Corynebacterium diphtheriae * Mycobacteriaceae Genus : Mycobacterium Mycobacterium tuberculosis Mycobacterium leprae * Nocardiaceae Genus : Nocardia Nocardia asteroides Bakteri Gram Negatif COCCUS DAN COCCOBACILLUS * Neisseriaceae Genus : Neisseria Neisseria meningitidis Neisseria gonorrhoeae Genus : Branhamella Branhamella catarrhalis Genus : Moraxella Moraxella lacunata Genus : Acinetobacter
COCCUS ANAEROB * Veillonellaceae Genus : Veillonella Veillonella parvula Genus : Acidaminococcus Acidaminococcus fermentana BACILLUS DAN COCCUS AEROB * Pseudomonadaceae Genus : Pseudomonas Pseudomonas aeruginosa * Genera of uncertain affilation Genus : Brucella Brucella abortus Brucella melitensis Brucella suis Genus : Bordetella Bordetella pertussis Genus : Francisella Francisella tularensis Genus : Alcaligenes Alcaligenes faecalis Genus : Acetobacter BACILLUS ANAEROB FAKULTATIF
* Enterobacteriaceae Genus : Escherichia Escheria coli Genus : Edwardsiella Edwardsiella tarda Genus : Citrobacter Citrobacter freundii Genus : Salmonella Salmonella typhi Salmonella sp Genus : Shigella Shigella dysenteriae Shigella flexneri Shigella sonnei Genus : Klebsiella Klebsiella pneumoniae
Genus : Enterobacter Enterobacter aerogenes Genus : Serratia Serratia marcescens Genus : Hafnia Genus : Proteus Proteus mirabilis Proteus vulgaris Genus : Yersinia Yersinia enterocolitica Yersinia pestis Genus : Erwinia
* Vibrionaceae Genus : Vibrio Vibrio cholerae Vibrio parahaemolyticus Genus : Aeromonas Aeromonas hydrophila Genus : Plesiomonas Plesiomonas shigelloides
* Genera of uncertain affiliation Genus : Chromobacterium Chromobacterium violaceum Genus : Flavobacterium Flavobacterium meningosepticum Genus : Haemophilus Haemophillus influenzae Genus : Pasteurella Pasteurella multocide Genus : Actinobacillus Actinobacillus lignieresii Genus : Cardiobacterium Cardiobacterium hominis Genus : Streptobacillus Streptobacillus moniliformis Genus : Calymatobacterium Calymatobacterium granulomatis
M&M Faktor yang Berperan dalam Respon Imun Faktor yang berperan dalam respon imun non spesifik ( Determinan ) : a. Spesies diantara berbagai spesies ada perbedaan kerentanan yang jelas terhadap mikroba b. Keturunan dan Usia menunjukan resistensi terhadap infeksi. Infeksi lebih sering terjadi dan lebih berat pada anak usia balita dibanding dewasa. Hal ini disebabkan karena sitem imun yang belum matang. Pada usia lanjut disertai penurunan resistensi terhadap infeksi terutama virus. Pada usia lanjut sering ditemukan kekurangan nutrisi sehingga respon selular seperti proliferasi limfosit sintesis sitokin dan respon antibodi berkurang. M&M Faktor yang Berperan dalam Respon Imun c. Hormon Androgen yang dilepas pria bersifat imunosupresif. Pada wanita respon imun berintegrasi dengan sistem endokrin yang tujuannya agar janin dalam kandungan tidak ditolak selama hamil d. Suhu Mis : Genokok dan troponema akan mati pada suhu diatas 40 derajat celcius e. Nutrisi Nutrisi buruk menurunkan resistensi terhadap infeksi. f. Flora bakteri normal di kulit dapat memproduksi berbagai bahan antimikrobial seperti bakteriosin dan asam. Pada waktu yang sama, flora normal berkompetisi dengan patogen untuk mendapatkan nutrisi esensial. FAKTOR PREDISPOSISI Faktor Predisposisi Efek Thd Sistem Imun Jenis Infeksi Obat / sinar x pd imunosupresi, Resipien allograft ginjal, sumsum tulang, jantung & terapi kanker Imunitas seluler & humoral m Infeksi paru, bakteriemi, infeksi jamur, saluran kencing Virus Imunosupresi (rubella, herpes, virus EB, virus hepatitis, HIV) Replikasi virus dlm sel limfoid yg mengakibatkan gguan fungsi Infeksi bakteri sekunder (juga jamur & protozoa pd AIDS) Tumor Replacement sel sistem imun Bakteriemi, pneumoni, infeksi saluran kencing FAKTOR PREDISPOSISI Malnutrisi
Hipoplasi limfoid Limfosit dlm sirkulasi m Kemampuan fagositosis m Campak, tuberkulosis, infeksi salran napas & cerna Rokok, inhalasi partikel (silika, spora jamur) Inflamasi paru, endapan kompleks imun thd spora jamur Infeksi saluran napas, respons alergi Penyakit endokrin kronik (diabetes) Kemampuan fagositosis m Infeksi staphylococcus, tuberkulosis, infeksi saluran napas, bakteriemi, dsb Defisiensi imun primer Imunitas seluler &/ humoral m M&M PATOFISIOLOGI INFEKSI BAKTERI Pendahuluan Bakteri ekstraseluler akan mengaktifkan sistem imun nonspesifik dan dilanjutkan dengan sistem imun spesifik (antibodi dan komplemen).
Bakteri intraseluler akan mengaktifkan sistem imun seluler (CD4, CD8 dan sel NK)
Diluar membran plasma, bakteri memiliki dinding sel yang terdiri atas mukopeptida yang disebut peptidoglikan. Bagian ini merupakan sasaran lisozim
Mikroorganisme berdasarkan sifat patologik dinding sel dibagi menjadi bakteri gram (+),gram (-), mikobakterium dan spirochaet
Bakteri gram (-) mengeluarkan endotoksin (membran kedua yang terdiri atas lipopolisakarida)
Bakteri gram (+) mengeluarkan eksotoksin Eksotoksin mengganggu fungsi sel tanpa membunuhnya dan merangsang produksi sitokin yang menimbulkan penyakit, merusak fagosit dan jaringan setempat, susunan saraf dan sebagiannya yang dapat merupakan sebab kematian. Bakteri gram positif Bakteri gram negatif Bakteri Gram Positif Bakteri Gram Negatif Staphylococcus aureus Haemophilus influenzae Streptococcus pyogenes Neisseria meningitidis Streptococcus viridans Neisseria gonorrhoeae Streptococcus faecalis Klebsiella pneumoniae Diplococcus pneumoniae Escheria coli Clostridium welchii Salmonella sp. Bacillus anthracis Shigella sp. Corynebacterium diphtheriae Proteus sp. Mycobacterium tuberculosis Pseudomonas aeriginosa A) Bakteri ekstraseluler Bakteri ekstraseluler hidup di luar sel, seperti: jaringan,sirkulasi,jaringan ikat.
Penyakit yang ditimbulkan oleh bakteri ini adalah inflamasi pada jaringan yang menyebabkan kerusakan sehingga menghasilkan nanah / infeksi supuratif
Bakteria dengan kapsul yang kaya polisakarida dapat menahan fagositosis, lebih virulent
Banyak Kapsul pada gram (+) & (-) mengandung sisa sialic acid menghambat aktivasi komplemen (alternatif)
Banyaknya variasi antigen cth: e coli, gonokokus. Pili sebagai antigen. Gen Pilin (protein pada Pili) mempunyai 10^6 variasi antigen
Beberapa bakteria, cth: haemophillus influenza dapat merubah produksi glycosidase perubahan pada permukaan LPS & polisakarida lain B) Bakteri intraseluler Ciri utamanya adalah dapat hidup dan berkembang biak dalam fagosit
Mikroba dapat bersembunyi sehingga tidak terdeteksi oleh antibodi.
Mikroba ini dapat dieliminasi dengan sistem imun seluler Karakteristik bakteri intraseluler dan ekstraseluler Karakteristik Bakteri intraseluler Bakteri ekstraseluler Habitat intrasel (dalam makrofag) Ekstrasel Sel imun yang berperan sel T sel B/Reaksi antibodi Hipersensitifitas delayed type (tipe IV) tipe II dan III Karakteristik Patologi jaringan granulomatus nekrotik/purulen Toksistas terhadap pejamu
relatif rendah relatif tinggi Masa inkubasi jelas/penyakit kronik kurang jelas/penyakit akut Patogenesis
keseimbangan antara kerusakan oleh sistem imun dan persistensi bakteri Kerusakan oleh patogenisitas bakteri Perubahan patologik kerusakan langsung jaringan akibat infeksi bergantung pada sifat agen :
1. Organisme intrasel obligat Nekrosis sel Pembengkakan sel Pembentukan badan inklusi Pembentukan sel datia
2. Organisme intrasel fakultatif Organisme ini (msl : mycobacterium & fungi) sering menyebabkan kerusakan jaringan Kebanyakan pengaruh organisme ini terhadap jaringan menggambarkan peradangan, reaksi imun, dan fibrosis yang merupakan proses penyembuhan 3. Organisme ekstrasel Kerusakan sel yang disebabkan oleh organisme ini terjadi karena beberapa mekanisme :
Pelepasan enzim yang bersifat lokal Enzim ini akan merusak berbagai molekul yang bersifat sebagai substratnya Menghasilkan vaskulitis lokal Menghasilkan toksin-toksin : Endotoksin Di dalam darah, endotoksin bekerja pada pembuluh darah kecil menimbulkan vasodilatasi perifer menyeluruh (terjadi syok), kerusakan sel endotel, dan mengaktifkan rangkaian koagulase (terjadi DIC). Endotoksin juga menimbulkan demam serta mengaktifkan komplemen Eksotoksin Enterotoksin Enterotoksin melekat pada resptor permukaan sel mukosa usus dan menimbulkan kerusakan jaringan atau perubahan fungsi
M&M RESPON IMUN TERHADAP BAKTERI INFEKSI BAKTERI Infeksi bakteri ekstraseluler Infeksi bakteri intraseluler IMUNITAS TERHADAPA BAKTERI EKSTRASELULER Bakteri ekstraseluler dapat hidup dan berkembang biak diluar sel pejamu misalnya dalam sirkulasi, jaringan ikat dan rongga-rongga jaringan seperti lumen saluran napas dan saluran cerna. Penyakit yang ditimbulkan bakteri ekstraseluler dapat berupa inflamasi yang menimbulkan destruksi jaringan di tempat infeksi dengan membentuk nanah/infeksi supuratif seperti yang terjadi pada infeksi streptokokus. IMUNITAS NONSPESIFIK
Komponen utama : komplemen, fagositosiss, dan respon inflamasi. Bakteri yang mengekspresikan manosa pada permukaannya, dapat mengikat lektin yang homolog dengan C1q, sehingga akan mengaktifkan komplemen melalui jalur lektin, meningkatkan opsonisasi dan fagositosis. Produk sampingan aktivasi komplemen berperan dalam mengerahkan dan mengaktifkan leukosit dalam inflamasi. Fagosit yang diaktifkan juga melepas sitokin yang menginduksi infiltrasi leukosit ke tempat infeksi. Sitokin juga menginduksi panas dan sintesis protein fase akut. IMUNITAS SPESIFIK Humoral Ab merupakan komponen imun protektif utama terhadap bakteri ekstraseluler yang berfungsi untuk menyingkirkan mikroba dan menetralisasi toksinnya. Sitokin Respon imun pejamu terhadap bakteri ekstraseluler adalah produksi sitokin oleh makrofag yang diaktifkan yang menimbulkan inflamasi dan syok septik. IMUNITAS TERHADAP BAKTERI INTRASELULER Ciri utama bakteri intraseluler adalah kemampuannya untuk hidup bahkan berkembang biak dalam fagosit. Mikroba tersebut mendapat tempat tersembunyi yang tidak dapat ditemukan oleh Ab dalam sirkulasi, sehingga untuk eliminasinya memerlukan mekanisme imun seluler. IMUNITAS NONSPESIFIK Komponen utama : fagosit dan sel NK. Fagosit menelan dan mencoba menghancurkan mikroba tersebut, namun mikroba resisten terhadap efek degradasi fagosit. Bakteri intraseluler dapat mengaktifkan sel NK secara direk atau melalui aktivasi makrofag yang memproduksi IL-12, sitokin poten yang mengaktifkan sel NK. Sel NK memproduksi IFN- yang kembali akan mengaktifkan makrofag. Iminologi Bakteri Intraseluler Imunitas Nonspesifik Fagosit dan Sel NK Fagosit Mikroba Menelan Mikroba resisten Sel NK Aktivkan Secara direk IFN-gamma IL-12, sitokin poten Makrofag Mikroba hancur Menghancurkan Mengaktivkan Mengaktivkan Aktifkan IMUNITAS SPESIFIK Terdiri atas 2 tipe reaksi, yyaitu aktivasi makrofag oleh CD 4 dan lisis sel terinfeksi oleh CD 8/CTL. Makrofag yang diaktifkan dapat pula menimbulkan kerusakan jaringan berup[a granuloma. CD 4 dan CD 8 bekerja sama dlam pertahanan terhadap mikroba. Bakteri intraseluler dimakan makrofag dan dapat hidup dlam fagosom dan masuk ke dalam sitoplasma. CD 4 memberikan respon terhadap peptida antigen-MHC II asal bakteri intravesikular, memproduksi IFN- yang mengaktifkan makrofag untuk menghancurkan mikroba dalam fagosom. CD 8 memberika respon terhadap MHC-I yang berasal dari antigen sitosol dan membunuh sel terinfeksi. INFEKSI PATOGENESIS PERTAHANAN UMUM C. diphteriae Faringitis Noninvasif Toksin Imunoglobulin yang menetralisir V. Cholerae Enteritis Noninvasif Toksin Imunoglobulin yang menetralisir dan mencegah adhesi N. Meningitidis Nasofaring Bakteriemi Meningitis Opsonisasi dan dibunuh oleh imunoglobulin dan C litik S. aureus Invasif lokal dan toksik di kulit Opsonisasi oleh imunoglobulin dan C, dibunuh oleh fagosit M. tuberculosis Invasif Toksik lokal Hipersensitifitas Aktivasi makrofag oleh sel T M. leprae Invasif Mengambil tempat Hipersensitifitas Aktivasi makrofag oleh sel T Dampak dari respons imun (Bakteri Ekstraselular) Inflamasi: fagosit yang teraktivasi cytokine dan produk
Septic shock: biasanya pada infeksi gram (+) / (-) berat, yang ditandai: gangguan pernafasan, DIC Akumulasi dari cytokine: IFN-y, IL-12, TNF, terutama cytokine yang dihasilkan dari aktivasi fagosit terhadap bakteria,cth: LPS Septic shock dikaitkan dengan imunodefisiensi. Imunodefisiensi deplesi sel T penyebaran mikroba yang tidak disadari cytokine storm Toxin bakteri ttt: superantigens stimulasi sel T cytokine storm
Chronic stimulation of T cell & macrophage activation Delayed type Hypersensitivity (DTH) Intracellular bacteria may persist for long period chronic antigenic stimulation Granulomas surrounding microbe(granulomatous inflammation) Localize & prevent spreading of bacteria Functional impairment caused of tissue necrosis & fibrosis Dampak dari respons imun (Bakteri Intraselular) M&M Pencegahan
Pentalaksanaan Antimikroba obat pembasmi mikroba, khususnya mikroba yang merugikan manusia (patogen) Antibiotik suatu zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungi yang dapat menghambat/membasmi mikroba jenis lain. Antibiotik terdapat dua jenis Bakteriostatik menghambat pertumbuhan mikroba Bakterisid membunuh mikroba Kadar hambat minimal/ kadar bunuh minimal Antimikroba dibagi menjadi 2 Berspektrum sempit Benzil penisilin dan stretomisin Berspektrum luas Tetrasiklin dan kloroamfenikol Mekanisme kerja antimikroba sangat bergantung pada daya tahan tubuh hospes, peranan lamanya kontak antara mikroba dengan antimikroba
Pentalaksanaan Mekanisme kerja Pengobatan antimikroba AM menghambat metabolisme sel mikroba menggangu sintesis asam folat efek bakteriostatik Sulfonamid Trimetoprim Asam p-aminosalisilat Sulfon AM menghambat sintesis dinding sel mikroba karena tekanan osmotik dalam sel lbh tinggi dr luar sel lisis efek bakterisid Penisilin Sefalosporin Basitrasin Vankomisisn Sikloserin
AM mengganggu keutuhan membran sel mikroba mengubah tegangan permukaan didnding sel permeabilitas selektif dari membran sel mikroba rusak keluarnya komponen penting dari dalam sel mikroba yaitu protein, asam nukleat, nukleotida Polimiksin Golongan polien AM kemoterapeutik Mekanisme kerja Pengobatan antimikroba AM menghambat sintesis asam nukleat sel mikroba Rifampisin (berikatan dgn enzim polimerase-RNA menghambat sintesis RNA dan DNA) Golongan kuinolon (menghambat enzim DNA girase pada kuman yang fingsinya menata kromosom yang sangat panjang menjadi bentuk spiral sehingga bisa muat dalam sel kuman yang kecil) Mekanisme kerja Pengobatan antimikroba AM menghambat sintesis protein sel mikroba Golongan aminoglikosid Makrolid Linkomisin Tetrasiklin Kloramfenikol
Eritomisin beriktan dengan ribosom 5OS menghambat translokasi kompleks tRNA- peptidadari lokasi asam amino ke lokasi peptida tidak dapat menerima kompleks tRNA yang baru Streptomisin AM berikatan dengan komponen ribosom 3OS, menyebabkan kode pada mRNA salah dibaca oleh tRNA pada waktu sintesis protein terbnetuk protein abnormal dan nonfunctional