Anda di halaman 1dari 47

Makalah Sistem Koloid

A. Sistem Koloid
1. Pengertian Koloid

Sistem koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya terletak antara
larutan dan suspensi (campuran kasar). Sistem koloid ini mempunyai sifat-sifat
khas yang berbeda dari sifat larutan atau suspensi. Keadaan koloid bukan ciri dari
zat tertentu karena semua zat, baik padat, cair, maupun gas, dapat dibuat dalam
keadaan koloid.
Sistem koloid sangat berkaitan erat dengan hidup dan kehidupan kita sehari-hari.
Cairan tubuh, seperti darah adalah sistem koloid, bahan makanan seperti susu,
keju, nasi, dan roti adalah sistem koloid. Cat, berbagai jenis obat, bahan kosmetik,
tanah pertanian juga merupakan sistem koloid. Karena sistem koloid sangat
berpengaruh bagi kehidupan sehari-hari, kita harus mempelajarinya lebih
mendalam agar kita dapat menggunakannya dengan benar dan dapat bermanfaat
untuk diri kita.

Tabel perbandingan sifat larutan sejati, koloid, dan suspensi

Larutan Sejati(Dispersi molekuler): Diameter partikel <10-7 cm,Homogen dan
transparan,Dispersan tidak tampak di bawah
ultra,Tak dapat disaring dan Contoh: air gula,
alkohol dalam air.
Koloid:Diameter partikel:10-7 - 10-5 cm,Dispersan tampak dibawah ultra,Tidak
dapat
menembus membran semipermiabel mikroskop,dapat disaring dengan kertas
saring
ultra,dan Contoh: susu.
Suspensi: Diameter partikel >10-5 cm,Campuran heterogen,Jika dibiarkan agak
lama,
dispersan akan mengendap, Tidak dapat menembus membran
semipermiabel,Dapat
disaring dengan kertas saring ultra.


2. Koloid dalam kehidupan sehari-hari

Berberapa contoh larutan, koloid, dan suspensi
contoh larutan : larutan gula, garam, spiritus, alkohol 70%, larutan cuka,
air laut,udara yang bersih
contoh koloid : buih, susu, santan, selai, jeli, mentega, mayonaise, cat
contoh suspensi : air sungai yang keruh, campuran air-pasir
Fakta : air sungai = setelah disaring masih mengandung zat terlarut dan
partikel koloid

3. Jenis-jenis koloid

Penggolongan koloid didasarkan atas fase terdispersi dan medium pendispersinya
Untuk fase terdispersi padat : sol (sol padat, sol cair, sol gas). Pengertian
secara umum : sol padat = sol, sol gas = aerosol
Untuk fase terdispersi cair : emulsi (emulsi padat, emulsi cair, emulsi gas).
Pengertian secara umum : emulsi cair = emulsi, emulsi
gas = aerosol cair / aerosol
Untuk fase terdispersi gas : buih (buih padat dan buih cari). Buih gas (tidak ada)
= larutan, bukan koloid
4. Jenis-jenis koloid

Fase Terdipersi Medium Pendispersi Jenis
(Nama Koloid) Contoh
Padat
Cair
Gas
Padat Sol padat
Emulsi padat
Busa padat Mutiara, kaca warna
Keju, mentega
Batu apung, kerupuk
Padat
Cair
Gas
Cair Sol, gel
Emulasi
Busa Pati dalam air, cat, jeli
Susu, mayones, santan
Krim, pasta
Padat
Cair
Gas Aerosol padat
Aerosol cair Debu, asap
Awan, kabut

Koloid yang setengah kaku, antara padat dan cair disebut gel
Dapat terbentuk dari suatu sol yang zat terdispersinya mengadsorbsi medium
pendispersinya sehingga terjadi koloid yang agak padat
Contoh : agar-agar, lem kanji, selai, gelatin, gel sabun, gel silika

4. Penggunaan koloid

Koloid merupakan satu-satunya cara untuk menyajikan suatu campuran dari zat-
zat yang tidak saling melarutkan secara homogen dan stabil
Contoh pemanfaatan sifat ini : cat yang terdiri dari zat warna (pigmen) tak larut
dalam air / medium cat, dengan koloid didapat campuran yang homoge dan
stabil
Contoh lain : industri kosmetik, farmasi, makanan, tektil, sabun/detergen



B. Sifat Sifat Koloid
1. Efek Tyndal

Merupakan efek penghamburan cahaya, sehingga nampak adanya berkas cahaya
bila cahaya dilewatkan ke dalamnya
Contoh : sorot lampu mobil, lampu proyektor bila ada yang merokok, berkas
sinar matahari melalui celah dedaunan

2. Gerak Brown
Adalah gerak zig-zag dan terus menerus dari partikel koloid
Ditemukan pertama kali oleh Robert Brown (ahli biologi dari Inggris)
Terjadi akibat tumbukan antara partikel-partikel medium dengan partikel koloid.

3. Elektroforesis
Merupakan gerakan partikel koloid akibat pengaruh medan listrik, yang
menunjukkan bahwa partikel koloid bermuatan listrik
Partikel koloid bermuatan negatif akan bergerak ke arah anoda (elektrode
positif)
Sebaliknya, partikel koloid bermuatan positif akan bergerak ke arah katode
(elektrode negatif)

4. Adsorbsi
Adalah kemampuan partikel koloid untuk menyerap ion / partikel lain pada
permukaannya
Adsorbsi ion menyebabkan partikel koloid bermuatan listrik





a. Sol Fe(OH)3, bermuatan positif akibat adsorbsi ion-ion positif (ion-ion Fe3+)
b. Sol As2S3, bermuatan negatif akibat adsorbsi ion-ion negatif (ion-ion S-)



5. Koloid pelindung

Merupakan koloid yang dapat berfungsi sebagai pelindung bagi koloid lain
Koloid liofil bersifat lebih stabil daripada koloid liofob, sehingga koloid liofil
berfungsi sebagai koloid pelindung
Contoh gelatin pada es krim untuk mencegah pembentukan kristal besar es atau
gula

5. Dialisis
Merupakan cara pemisahan partikel-partikel koloid dari ion-ion atau molekul
sederhana menggunakan selaput semipermeabel (contoh : kertas selofan, usus
kambing)
Mesin dialisis dapat digunakan untuk alat cuci darah

7. Koloid liofil dan liofob

Dibedakan berdasarkan afinitas (daya tarik-menarik) antara fasa terdispersi dan
medium pendispersinya
Pada koloid liofil, fasa terdispersi mempunyai kecenderungan untuk menarik
medium pendispersinya
Pada koloid liofil, fasa terdispersi mempunyai kecenderungan kecil untuk
menarik (atau bahkan menolak) medium pendispersinya










Perbedaan sifat-sifat sol liofil dan sol liofob:



8. Koagulasi
Merupakan peristiwa peristiwa peng-gumpalan akibat bergabungnya partikel-
partikel koloid membentuk partikel yang lebih besar
Dapat terjadi jika muatan partikel koloid dilucuti atau penambahan suatu
elektrolit, sehingga muatannya ternetralkan yang berakibat hilangnya kestabilan
koloid
Hilangnya kestabilan koloid berbuntut pada terjadinya koagulasi (pengendapan)

















C. Pembuatan Koloid

Cara Dispersi Cara Kondensasi
Mengubah partikel besar menjadi kecil Mengubah partikerl larutan menjadi
partikel koloid
1. Secara Mekanik 1. Secara Kimia
Hidrolisis FeCl3(aq) + 3 H2O(l) Fe(OH)3 (koloid) + 3 HCl(aq)
Redoks 2 H2S(g) + SO2(aq) 2 H2O(l) + 3 S (koloid)
Agregasi Ionik 2 H3AsO3(aq) + 3 H2S(aq) As2S3(koloid) + 6 H2O(l)

2. Peptisasi (penambahan ion sejenis), pembentukan sol Al(OH)3 2.
Mencampurkan dua jenis larutan
3. Proses Bredig: Pembuatan sol logam dengan loncatan bunga listrik

D. Pengelompokan Sistem Koloid

No Fase Terdispersi Medium Pendispersi Nama Contoh
1 Cair Gas Aerosol Cair Kabut
2 Padat Gas Aerrosol Padat asap, debu
3 Gas Cair Buih Busa sabun
4 Cair Cair Emulsi Susu,santan
5 Padat Cair Sol=suspensi Cat, larutan kanji
6 Gas Padat Busa padat Batu apung, karet busa
7 Cair Padat Emulsi padat Keju, mentega, mutiara
8 Padat Padat Sol padat Paduan logam, permata

E. Pemisahan Koloid

1) Elektroforensis: pemisahan koloid bermuatan oleh pengaruh medan listrik.
Contoh: emisahan protein, penangkapan debu pada cerobong
asap, penentuan muatan koloid.
2) Penyaringan Ultra: memisahankan koloid melewati membran, berdasar
perbadaan tekanan osmosis.
3) Dialisis: memisahkan koloid melewati membran berdasar perbedaan laju
transpor partikel.






F. Macam Macam Koloid
1. Aerosol: Suatu sistem koloid jika padat atau cair terdispersi dalam gas.
Contoh: debu, kabut dan awan
2. Sol: Suatu sistem koloid jika partikel padat terdipersi dalam zat cair
3. Emulsi: Suatu sistem koloid jika partikel cair terdispersi dalam zat cair
4. Emulgator: Zat yang dapat menstabillkan emulsi
Sabun adalah emulgator campuran air dan minyak.
Kasein adalah emulgator lemak dalam air.
5. Gel: Adalah koloid liofil setengah kaku.
Gel terjadi jika medium pendispersi di absorbsi oleh partikel koloid sehingga
terjadi koloid
yang agak padat. Larutan sabun dalam air yang pekat dan panas dapat berupa
cairan tapi
jika dingin membentuk gel kaku. Jika dipanaskan cair lagi.


Daftar Pustaka

Purba, Michael.2010.Kimia Untuk SMA Kelas XI . Jakarta: ERLANGGA















MAKALAH KIMIA ( KOLOID )
05.43 Diposkan oleh Andika Artha Putra I Wayan
Label: KIMIA, Materi Pelajaran
BAB I

PENDAHULUAN


1.1 LATAR BELAKANG
Dilingkungan kita banyak sekali penerapan ilmu-ilmu kimia salah satunya
adalah penggunaan KOLOID dalam kehidupan sehari hari , jadi kita atau
khusunya seorang siswa sebaiknya mengerti apa itu sebenarnya koloid , sifat
sifatnya serta kegunaanya karena itu sangat berguna serta memang menjadi salah
satu materi kimia yang harus dikuasai.

1.2 RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang diatasa dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
a. Apa itu koloid ?
b. Apa saja jenis jenis koloid ?
c. Apa saja sifat sifat dari koliod ?
d. Bagaimana cara pembuatan koloid ?
e. Dimana saja koloid itu dipergunakan ?

1.3 TUJUAN PENULISAN
a. Agar para pembaca mengetahui apa itu koloid beserta jenis-jenisnya .
b. Agar para pembaca mengetahui sifat sifat dari koloid .
c. Agar para pembaca mengetahui cara-cara pembuatan koloid.
d. Agar para pembaca mengetahui cara penggunaan koloid .

1.4 MANFAAT PENULISAN
Tujuan penulisan karya ilmiah ini, selain sebagai syarat untuk
menyelesaikan tugas kimia, juga diharapkan untuk memberi manfaat bagi saya
sendiri, dan para pembaca khusunya siswa agar lebih mengerti tentang materi
kimia khususnya materi KOLOID .



BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN KOLOID
Ada kehidupan sehari-hari ini, sering kita temui beberapa produk yang
merupakan campuran dari beberapa zat, tetapi zat tersebut dapat bercampur secara
merata/ homogen. Misalnya saja saat ibu membuatkan susu untuk adik, serbuk/
tepung susu bercampur secara merata dengan air panas. Produk-produk seperti itu
adalah sistem koloid.
Koloid adalah suatu campuran zat heterogen (dua fase) antara dua zat atau
lebih di mana partikel-partikel zat yang berukuran koloid (fase terdispersi/yang
dipecah) tersebar secara merata di dalam zat lain (medium pendispersi/ pemecah).
Ukuran partikel koloid berkisar antara 1-100 nm. Ukuran yang dimaksud dapat
berupa diameter, panjang, lebar, maupun tebal dari suatu partikel. Contoh lain dari
sistem koloid adalah adalah tinta, yang terdiri dari serbuk-serbuk warna (padat)
dengan cairan (air). Selain tinta, masih terdapat banyak sistem koloid yang lain,
seperti mayones, hairspray, jelly, dll.
Keadaan koloid atau sistem koloid atau suspensi koloid atau larutan koloid
atau suatu koloid adalah suatu campuran berfasa dua yaitu fasa terdispersi dan
fasa pendispersi dengan ukuran partikel terdispersi berkisar antara 10
-7
sampai
dengan 10
-4
cm. Besaran partikel yang terdispersi, tidak menjelaskan keadaan
partikel tersebut. Partikel dapat terdiri atas atom, molekul kecil atau molekul yang
sangat besar. Koloid emas terdiri atas partikel-partikel dengan bebagai ukuran,
yang masing-masing mengandung jutaan atom emas atau lebih. Koloid belerang
terdiri atas partikel-partikel yang mengandung sekitar seribu molekul S
8
. Suatu
contoh molekul yang sangat besar (disebut juga molekul makro) ialah
haemoglobin. Berat molekul dari molekul ini 66800 s.m.a dan mempunyai
diameter sekitar 6 x 10
-7
.







2.2 JENIS-JENIS KOLOID
Sistem koloid tersusun dari fase terdispersi yang tersebar merata dalam
medium pendispersi. Fase terdispersi dan medium pendispersi dapat berupa zat
padat, cair, dan gas. Berdasarkan fase terdispersinya, sistem koloid dapat
dikelompokkan menjadi 3, yaitu:
A. Koloid Sol
Seperti yang telah dijelaskan, sol merupakan jenis koloid dimana fase
terdispersinya merupakan zat padat. Berdasarkan medium pendispersinya, sol
dapat dibagi menjadi:
1. Sol Padat
Sol padat merupakan sol di dalam medium pendispersi padat. Contohnya adalah
paduan logam, gelas berwarna, dan intan hitam.
2. Sol Cair (Sol)
Sol cair merupakan sol di dalam medium pendispersi cair. Contohnya adalah cat,
tinta, tepung dalam air, tanah liat, dll.
3. Sol Gas (Aerosol Padat)
Sol gas merupakan sol di dalam medium pendispersi padat. Contohnya adalah
debu di udara, asap pembakaran, dll

B. Koloid Emulsi
Seperti yang telah dijelaskan, emulsi merupakan jenis koloid dimana fase
terdispersinya merupakan zat cair. Kemudian, berdasarkan medium
pendispersinya, emulsi dapat dibagi menjadi:
1. Emulsi Gas (Aerosol Cair)
Emulsi gas merupakan emulsi di dalam medium pendispersi gas. Aerosol cair
seperti hairspray dan baygon, dapat membentuk system koloid dengan bantuan
bahan pendorong seperti CFC. Selain itu juga mempunyai sifat seperti sol liofob
yaitu efek Tyndall, gerak Brown.
2. Emulsi Cair
Emulsi cair merupakan emulsi di dalam medium pendispersi cair. Emulsi cair
melibatkan campuran dua zat cair yang tidak dapat saling melarutkan jika
dicampurkan yaitu zat cair polar dan zat cair non-polar. Biasanya salah satu zat
cair ini adalah air dan zat lainnya seperti minyak.
Sifat emulsi cair yang penting ialah:
a. Demulsifikasi
Kestabilan emulsi cair dapat rusak akibat pemanasan, pendinginan, proses
sentrifugasi, penambahan elektrolit, dan perusakan zat pengelmusi.
b. Pengenceran
Emulsi dapat diencerkan dengan penambahan sejumlah medium pendispersinya.
C. Emulsi Padat atau Gel
Gel merupakan emulsi didalam medium pendispersi zat padat. Gel dapat dianggap
terbentuk akibat penggumpalan sebagian sol cair. Pada penggumpalan ini,
partikel-partikel sol akan bergabung membentuk suatu rantai panjang. Rantai ini
kemudian akan saling bertaut sehingga terbentuk suatu struktur padatan di mana
medium pendispersi cair terperangkap dalam lubung-lubang struktur tersebut.
Berdasarkan sifat keelastisitasnya, gel dapat dibagi menjadi:

1. Gel elastic
Gel yang bersifat elastis, yaitu dapat berubah bentuk jika diberi gaya dan kembali
ke bentuk awal jika gaya ditiadakan. Contoh adalah sabun dan gelatin.
2. Gel non-elastis
Contoh adalah gel silica.

D. Koloid Buih
Buih merupakan koloid dimana fase terdispersinya merupakan gas. Kemudian,
berdasarkan medium pendispersinya, buih dapat dibagi menjadi:
1. Buih Cair (Buih)
Buih cair adalah sistem koloid dengan fase terdispersi gas dan medium
pendispersi zat cair. Biasanya fase terdispersi gas berupa udara atau CO2.
Kestabilan buih diperoleh karena adanya zat pembuih (surfaktan). Zat ini
teradsorpsi ke daerah antar fase dan mengikat gelembung-gelembung gas
sehingga diperoleh kestabilan. Contohnya adalah buih yang dihasilkan alat
pemadam kebakaran dan kocokan putih telur.
Sifat-sifat buih cair ialah:
a. Struktur buih cair berubah dengan waktu karena drainase (pemisahan medium
pendispersi) akibat kerapatan fas dan zat cair yang jauh berbeda, rusaknya film
antara dua gelembung gas, dan ukuran gelembung gas menjadi lebih besar akibat
difusi.
b. Struktur buih cair dapat berubah jika diberi gaya dari luar

2. Buih Padat
Buih padat adalah sistem koloid dengan fase terdispersi gas dan medium
pendispersi
zat padat. Kestabilan buih padat diperoleh dari zat pembuih (surfaktan). Beberapa
buih padat yang kita kenal adalah roti, styrofoam, batu apung,dll
Sebagai catatan, tidak terdapat buih gas, dimana medium pendispersi dan
fase terdispersi sama-sama berupa gas. Hal itu karena campuran dari keduanya
tergolong sebagai larutan.

2.3 SIFAT-SIFAT KOLOID
A. Efek Tyndall
Efek Tyndall ialah gejala penghamburan berkas sinar (cahaya) oleh
partikel-partikel koloid. Hal ini disebabkan karena ukuran molekul koloid yang
cukup besar. Efek tyndall ini ditemukan oleh John Tyndall (1820-1893), seorang
ahli fisika Inggris. Oleh karena itu sifat itu disebut efek tyndall.
Efek tyndall adalah efek yang terjadi jika suatu larutan terkena sinar. Pada
saat larutan sejati (gambar kiri) disinari dengan cahaya, maka larutan tersebut
tidak akan menghamburkan cahaya, sedangkan pada sistem koloid (gambar
kanan), cahaya akan dihamburkan. hal itu terjadi karena partikel-partikel koloid
mempunyai partikel-partikel yang relatif besar untuk dapat menghamburkan sinar
tersebut. Sebaliknya, pada larutan sejati, partikel-partikelnya relatif kecil sehingga
hamburan yang terjadi hanya sedikit dan sangat sulit diamati.
B. Gerak Brown
Jika kita amati system koloid dibawah mikroskop ultra, maka kita akan
melihat bahwa partikel-partikel tersebut akan bergerak membentuk zigzag.
Pergerakan zigzag ini dinamakan gerak Brown. Pergerakan tersebut dijelaskan
pada penjelasan berikut:
Partikel-partikel suatu zat senantiasa bergerak. Gerakan tersebut dapat
bersifat acak seperti pada zat cair dan gas, atau hanya bervibrasi di tempat seperti
pada zat padat. Untuk system koloid dengan medium pendispersi zat cair atau gas,
pergerakan partikel-partikel akan menghasilkan tumbukan dengan partikel-
partikel koloid itu sendiri. Tumbukan tersebut berlangsung dari segala arah. Oleh
karena ukuran partikel cukup kecil, maka tumbukan yang terjadi cenderung tidak
seimbang. Sehingga terdapat suatu resultan tumbukan yang menyebabkan
perubahan arah gerak partikel sehingga terjadi gerak zigzag atau gerak Brown.
Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak Brown
terjadi. Demikian pula, semakin besar ukuran partikel kolopid, semakin lambat
gerak Brown yang terjadi. Hal ini menjelaskan mengapa gerak Brown sulit
diamati dalam larutan dan tidak ditemukan dalam zat padat (suspensi).
Gerak Brown juga dipengaruhi oleh suhu. Semakin tinggi suhu system
koloid, maka semakin besar energi kinetic yang dimiliki partikel-partikel medium
pendispersinya. Akibatnya, gerak Brown dari partikel-partikel fase terdispersinya
semakin cepat. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah suhu system koloid,
maka gerak Brown semakin lambat.

C. Adsorbsi
Beberapa partikel koloid mempunyai sifat adsorbsi (penyerapan) terhadap
partikel atau ion atau senyawa yang lain.
Penyerapan pada permukaan ini disebut adsorbsi (harus dibedakan dari absorbsi
yang artinya penyerapan sampai ke bawah permukaan).
Contoh :
(i) Koloid Fe(OH)
3
bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion H
+
.
(ii) Koloid As
2
S
3
bermuatan negatit karena permukaannya menyerap ion S
2
.

D. Koagulasi
Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan.
Dengan terjadinya koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid.
Koagulasi dapat terjadi secara fisik seperti pemanasan, pendinginan dan
pengadukan atau secara kimia seperti penambahan elektrolit, pencampuran koloid
yang berbeda muatan.

E. Koloid Liofil dan Koloid Liofob
Koloid ini terjadi pada sol yaitu fase terdispersinya padatan dan medium
pendispersinya cairan.
1. Koloid Liofil: sistem koloid yang affinitas fase terdispersinya besar terhadap
medium pendispersinya.
Contoh: sol kanji, agar-agar, lem, cat
2. Koloid Liofob : sistem koloid yang affinitas fase terdispersinya kecil terhadap
medium pendispersinya.
Contoh: sol belerang, sol emas.





F. Dialisis
Dialisis ialah pemisahan koloid dari ion-ion pengganggu dengan cara ini
disebut proses dialisis. Yaitu dengan mengalirkan cairan yang tercampur dengan
koloid melalui membran semi permeable yang berfungsi sebagai penyaring.
Membran semi permeable ini dapat dilewati cairan tetapi tidak dapat dilewati
koloid, sehingga koloid dan cairan akan berpisah

G. Elektroforesis
Elektroferesis ialah peristiwa pemisahan partikel koloid yang bermuatan dengan
menggunakan arus listrik.

2.4 PEMBUATAN SISTEM KOLOID
Jika kita atau sebuah industri akan memproduksi suatu produk berbentuk
koloid, bahan bakunya adalah larutan (partikel berukuran kecil) atau suspensi
(partikel berukuran besar). Didasarkan pada bahan bakunya, pembuatan koloid
dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu sebagai berikut.

1. Kondensasi
Kondensasi adalah cara pembuatan koloid dari partikel kecil (larutan)
menjadi partikel koloid. Proses kondensasi ini didasarkan atas reaksi kimia; yaitu
melalui reaksi redoks, reaksi hidrolisis, dekomposisi rangkap, dan pergantian
pelarut.

a) Reaksi Redoks

Contoh

1. Pembuatan sol belerang dari reaksi redoks antara gas H
2
S dengan larutan SO
2
.
Persamaan reaksinya: 2 H
2
S (g) + SO
2
(aq) 2 H
2
O (l) + 3 S (s) (sol belerang)

2. Pembuatan sol emas dari larutan AuCl
3
dengan larutan encer formalin (HCHO).
Persamaan reaksinya:
2 AuCl
3
(aq) + 3 HCHO (aq) + 3H
2
O (l) 2 Au (s) + 6HCl (aq) + 3 HCOOH
(aq) (sol emas)
b) Reaksi Hidrolisis
Contoh,
1. pembuatan sol Fe(OH) 3 dengan penguraian garam FeCl 3 Persamaan reaksinya
adalah: mengunakan air mendidih.
FeCl
3
(aq) + 3 H
2
O (l) Fe(OH) 3 (s) + 3 HCl ( aq) (sol Fe(OH) 3)
c) Reaksi Dekomposisi Rangkap
Contoh
1) Pembuatan sol As
2
S
3
, dibuat dengan mengalirkan gas H
2
S dan asam arsenit
(H
3
AsO
3
) yang encer.
Persamaan reaksinya: 2 H
3
AsO
3
(aq) + 3H
2
S (g) As
2
S
3
(s) + 6H
2
O (l) (sol As

2
S
3
)
2) Pembuatan sol AgCl dari larutan AgNO 3 dengan larutan NaCl encer.
Persamaan reaksinya: AgNO
3
(aq) + NaC1 (aq) AgCl (s) + NaNO
3
(aq)
Sol AgCl

d) Reaksi Pergantian Pelarut

Contoh, pembuatan sol belerang dari larutan belerang dalam alkohol
ditambah dengan air. Persamaan reaksinya:

S (aq) + alkohol + air S (s) Larutan S sol belerang







2. Dispersi
Dispersi adalah pembuatan partikel koloid dari partikel kasar (suspensi).
Pembuatan koloid dengan dispersi meliputi: cara mekanik, peptisasi, busur
Bredig, dan ultrasonik.

a) Proses Mekanik
Proses mekanik adalah proses pembuatan koloid melalui penggerusan atau
penggilingan (untuk zat padat) serta dengan pengadukan atau pengocokan (untuk
zat cair). Setelah diperoleh partikel yang ukurannya sesuai dengan ukuran koloid,
kemudian didispersikan ke dalam medium (pendispersinya). Contoh, pembuatan
sol belerang.
b) Peptisasi
Peptisasi adalah cara pembuatan koloid dengan menggunakan zat kimia
(zat elektrolit) untuk memecah partikel besar (kasar) menjadi partikel koloid.
Contoh, proses pencernaan makanan dengan enzim dan pembuatan sol belerang
dari endapan nikel sulfida, dengan mengalirkan gas asam sulfida.
c) Busur Bredig
Busur Bredig ialah alat pemecah zat padatan (logam) menjadi partikel
koloid dengan menggunakan arus listrik tegangan tinggi. Caranya adalah dengan
membuat logam, yang hendak dibuat solnya, menjadi dua kawat yang berfungsi
sebagai elektrode yang dicelupkan ke dalam air; kemudian diberi loncatan listrik
di antara kedua ujung kawat. Logam sebagian akan meluruh ke dalam air sehingga
terbentuk sol logam. Contoh, pembuatan sol logam.
d) Suara Ultrasonik
Cara ini hampir sama dengan cara busur Bredig, yaitu sama-sama untuk
pembuatan sol logam. Ka1au busur Bredig menggunakan arus listrik tegangan
tinggi, maka cara ultrasonik menggunakan energi bunyi dengan frekuensi sangat
tinggi, yaitu di atas 20.000 Hz.






2.5 KEGUNAAN KOLOID
Sistem koloid banyak digunakan pada kehidupan sehari-hari, terutama
dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini disebabkan sifat karakteristik koloid yang
penting, yaitu dapat digunakan untuk mencampur zat-zat yang tidak dapat saling
melarutkan secara homogen dan bersifat stabil untuk produksi dalam skala besar.
Berikut ini adalah tabel aplikasi koloid:
Jenis industri Contoh aplikasi
Industri makanan Keju, mentega, susu, saus salad
Industri kosmetika dan perawatan tubuh Krim, pasta gigi, sabun
Industri cat Cat
Industri kebutuhan rumah tangga Sabun, deterjen
Industri pertanian Peptisida dan insektisida
Industri farmasi Minyak ikan, pensilin untuk suntikan

Berikut ini adalah penjelasan mengenai aplikasi koloid:
1. Pemutihan Gula
Gula tebu yang masih berwarna dapat diputihkan. Dengan melarutkan gula
ke dalam air, kemudian larutan dialirkan melalui sistem koloid tanah diatomae
atau karbon. Partikel koloid akan mengadsorpsi zat warna tersebut. Partikel-
partikel koloid tersebut mengadsorpsi zat warna dari gula tebu sehingga gula
dapat berwarna putih.

2. Penggumpalan Darah
Darah mengandung sejumlah koloid protein yang bermuatan negatif. Jika
terjadi luka, maka luka tersebut dapat diobati dengan pensil stiptik atau tawas
yang mengandung ion-ion Al
3+
dan Fe
3+.
Ion-ion tersebut membantu agar partikel
koloid di protein bersifat netral sehingga proses penggumpalan darah dapat lebih
mudah dilakukan.



3. Penjernihan Air
Air keran (PDAM) yang ada saat ini mengandung partikel-partikel koloid
tanah liat,lumpur, dan berbagai partikel lainnya yang bermuatan negatif. Oleh
karena itu, untuk menjadikannya layak untuk diminum, harus dilakukan beberapa
langkah agar partikel koloid tersebut dapat dipisahkan. Hal itu dilakukan dengan
cara menambahkan tawas (Al
2
SO
4
)
3
.Ion Al
3+
yang terdapat pada tawas tersebut
akan terhidroslisis membentuk partikel koloid Al(OH)
3
yang bermuatan positif
melalui reaksi:
Al
3+
+ 3H
2
O Al(OH)
3
+ 3H
+

Setelah itu, Al(OH)
3
menghilangkan muatan-muatan negatif dari partikel koloid
tanah liat/lumpur dan terjadi koagulasi pada lumpur. Lumpur tersebut kemudian
mengendap bersama tawas yang juga mengendap karena pengaruh gravitasi.



















BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

o Partikel koloid dapat menghamburkan cahaya sehingga berkas cahaya yang melalui
sistem koloid. Dapat diamati dari samping sifat partikel koloid ini disebut efek
Tyndall.
o Jika diamati dengan mikroskop ultra ternyata partikel koloid senantiasa bergerak
dengan gerak patah-patah yang disebut gerak Brown. Gerak Brown terjadi karena
tumbukan tak simetris antara molekul medium dengan partikel koloid.
o Koloid dapat mengadsorpsi ion atau zat lainpada permukaannya, dan oleh karena
luas permukaannya yang relatif besar, maka koloid mempunyai daya adsorpsi
yang besar.
o Adsorpsi ion-ion oleh partikel koloid membuat partikel koloid menjadi bermuatan
listrik. Muatan koloid menyebabkan gaya tolak-menolak di antara partikel koloid,
sehingga menjadi stabil (tidak mengalami sedimentasi).
o Muatan partikel koloid dapat ditunjukkan dengan elektroforesis, yaitu pergerakan
partikel koloid dalam medan listrik.
o Penggumpalan partikel koloid disebut koagulasi. Koagulasi dapat terjadi karena
berbagai hal, misalnya pada penambahan elektrolit. Penambahan elekrolit akan
menetralkan muatan koloid, sehingga faktor yang menstabilkannya hilang.
o Campuran koloid dapat dipisahkan dari ion-ion atau partikel terlarut lainnya
melalui dialisis.
o Koloid yang medium dispersinya berupa cairan dibedakan atas koloid liofil dan
koloid liofob. Koloid liofil mempunyai interaksi yang kuat dengan mediumnya;
sebaliknya, pada koloid liofob interaksinya tersebut tidak ada atau sangat lemah.
o banyak sekali produk industri dalam bentuk koloid, terutama karena dengan bentuk
koloid, maka zat-zat yang tidak saling melarutkan dapat disajikan homogen secara
makroskopis.
o Pengolahan air bersih memanfaatkan sifat koloid, yaitu adsorpsi dan koagulasi.
Pada pengolahan air bersih digunakan tawas (alumunium sulfat), kaporit (klorin)
dan kapur.
o Koloid dapat dibuat dengan cara dispersi atau kondensasi. Pada cara dispersi,
bahan kasar dihaluskan kemudian didispersikan ke dalam medium dispersinya.
Pada cara kondensasi, koloid dibuat dari larutan di mana atom atau molekul
mengalami agregasi (pengelompokan), sehingga menjadi partikel koloid.
o Sabun dan detergen bekerja sebagai bahan aktif permukaan yang fungsinya
mengelmusikan lemak ke dalam air.
o Asbut adalah suatu bentuk pencemaran yang merupakan sistem koloid.






BAB I
PENDAHULUAN


1.1. Latar Belakang
Sistem koloid merupakan suatu bentuk campuran dua atau lebih zat yang
bersifat homogen namun memiliki ukuran partikel terdispersi yang cukup besar (1
- 100 nm), sehingga terkena efek Tyndall. Bersifat homogen berarti partikel
terdispersi tidak terpengaruh oleh gaya gravitasi atau gaya lain yang dikenakan
kepadanya; sehingga tidak terjadi pengendapan, misalnya. Sifat homogen ini juga
dimiliki oleh larutan, namun tidak dimiliki oleh campuran biasa (suspensi).
Koloid mudah dijumpai di mana-mana: susu, agar-agar, tinta, sampo, serta awan
merupakan contoh-contoh koloid yang dpat dijumpai sehari-hari. Sitoplasma
dalam sel juga merupakan sistem koloid. Kimia koloid menjadi kajian tersendiri
dalam kimia industri karena kepentingannya.
2.1 Tujuan
1. Memahami pengertian Koloid
2. Memahami jenis-jenis Koloid
3. Memahami sifat-sifat Koloid
4. Memahami pembuatan sistem Koloid
5. Memahami kegunaan Koloid

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Koloid
Koloid adalah suatu campuran zat heterogen (dua fase) antara dua zat
atau lebih di mana partikel-partikel zat yang berukuran koloid (fase
terdispersi/yang dipecah) tersebar secara merata di dalam zat lain (medium
pendispersi/ pemecah). Ukuran partikel koloid berkisar antara 1-100 nm. Ukuran
yang dimaksud dapat berupa diameter, panjang, lebar, maupun tebal dari suatu
partikel. Contoh lain dari sistem koloid adalah adalah tinta, yang terdiri dari
serbuk-serbuk warna (padat) dengan cairan (air). Selain tinta, masih terdapat
banyak sistem koloid yang lain, seperti mayones, hairspray, jelly, dll.
Keadaan koloid atau sistem koloid atau suspensi koloid atau larutan
koloid atau suatu koloid adalah suatu campuran berfasa dua yaitu fasa terdispersi
dan fasa pendispersi dengan ukuran partikel terdispersi berkisar antara 10-7
sampai dengan 10-4 cm. Besaran partikel yang terdispersi, tidak menjelaskan
keadaan partikel tersebut. Partikel dapat terdiri atas atom, molekul kecil atau
molekul yang sangat besar. Koloid emas terdiri atas partikel-partikel dengan
bebagai ukuran, yang masing-masing mengandung jutaan atom emas atau lebih.
Koloid belerang terdiri atas partikel-partikel yang mengandung sekitar seribu
molekul S8. Suatu contoh molekul yang sangat besar (disebut juga molekul
makro) ialah haemoglobin. Berat molekul dari molekul ini 66800 s.m.a dan
mempunyai diameter sekitar 6 x 10-7.

2.2 Jenis-Jenis Koloid
Sistem koloid tersusun dari fase terdispersi yang tersebar merata dalam
medium pendispersi. Fase terdispersi dan medium pendispersi dapat berupa zat
padat, cair, dan gas. Berdasarkan fase terdispersinya, sistem koloid dapat
dikelompokkan menjadi 3, yaitu:
1. Sol (fase terdispersi padat)
a. Sol padat adalah sol dalam medium pendispersi pada
Contoh: paduan logam, gelas warna, intan hitam
b. Sol cair adalah sol dalam medium pendispersi cair
Contoh: cat, tinta, tepung dalam air, tanah liat
c. Sol gas adalah sol dalam medium pendispersi gas
Contoh: debu di udara, asap pembakaran

2. Emulsi (fase terdispersi cair)
a. Emulsi padat adalah emulsi dalam medium pendispersi padat
Contoh: Jelly, keju, mentega, nasi
b. Emulsi cair adalah emulsi dalam medium pendispersi cair
Contoh: susu, mayones, krim tangan
c. Emulsi gas adalah emulsi dalam medium pendispersi gas
Contoh: hairspray dan obat nyamuk
3. Buih (fase terdispersi gas)
a. Buih padat adalah buih dalam medium pendispersi padat.
Contoh: Batu apung, marshmallow, karet busa, Styrofoam
b. Buih cair adalah buih dalam medium pendispersi cair
Contoh: putih telur yang dikocok, busa sabun
Untuk pengelompokan buih, jika fase terdispersi dan medium pendispersi sama-
sama berupa gas, campurannya tergolong larutan

2.3 Sifat-Sifat Koloid
a. Efek Tyndall
Efek Tyndall ialah gejala penghamburan berkas sinar (cahaya) oleh partikel-
partikel koloid. Hal ini disebabkan karena ukuran molekul koloid yang cukup
besar. Efek tyndall ini ditemukan oleh John Tyndall (1820-1893), seorang ahli
fisika Inggris. Oleh karena itu sifat itu disebut efek tyndall.
Efek tyndall adalah efek yang terjadi jika suatu larutan terkena sinar. Pada saat
larutan sejati (gambar kiri) disinari dengan cahaya, maka larutan tersebut tidak
akan menghamburkan cahaya, sedangkan pada sistem koloid (gambar kanan),
cahaya akan dihamburkan. hal itu terjadi karena partikel-partikel koloid
mempunyai partikel-partikel yang relatif besar untuk dapat menghamburkan sinar
tersebut. Sebaliknya, pada larutan sejati, partikel-partikelnya relatif kecil sehingga
hamburan yang terjadi hanya sedikit dan sangat sulit diamati.
b. Gerak Brown
Gerak Brown ialah gerakan partikel-partikel koloid yang senantiasa bergerak lurus
tapi tidak menentu (gerak acak/tidak beraturan). Jika kita amati koloid dibawah
mikroskop ultra, maka kita akan melihat bahwa partikel-partikel tersebut akan
bergerak membentuk zigzag. Pergerakan zigzag ini dinamakan gerak Brown.
Partikel-partikel suatu zat senantiasa bergerak.
Gerakan tersebut dapat bersifat acak seperti pada zat cair dan gas, atau hanya
bervibrasi di tempat seperti pada zat padat. Untuk koloid dengan medium
pendispersi zat cair atau gas, pergerakan partikel-partikel akan menghasilkan
tumbukan dengan partikel-partikel koloid itu sendiri. Tumbukan tersebut
berlangsung dari segala arah. Oleh karena ukuran partikel cukup kecil, maka
tumbukan yang terjadi cenderung tidak seimbang. Sehingga terdapat suatu
resultan tumbukan yang menyebabkan perubahan arah gerak partikel sehingga
terjadi gerak zigzag atau gerak Brown. Semakin kecil ukuran partikel koloid,
semakin cepat gerak Brown terjadi. Demikian pula, semakin besar ukuran partikel
koloid, semakin lambat gerak Brown yang terjadi. Hal ini menjelaskan mengapa
gerak Brown sulit diamati dalam larutan dan tidak ditemukan dalam zat padat
(suspensi). Gerak Brown juga dipengaruhi oleh suhu. Semakin tinggi suhu system
koloid, maka semakin besar energi kinetic yang dimiliki partikel-partikel medium
pendispersinya. Akibatnya, gerak Brown dari partikel-partikel fase terdispersinya
semakin cepat. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah suhu system koloid,
maka gerak Brown semakin lambat.
c. Absorpsi
Absorpsi ialah peristiwa penyerapan partikel atau ion atau senyawa lain pada
permukaan partikel koloid yang disebabkan oleh luasnya permukaan partikel.
(Catatan : Absorpsi harus dibedakan dengan absorpsi yang artinya penyerapan
yang terjadi di dalam suatu partikel). Contoh : (i) Koloid Fe(OH)3 bermuatan
positif karena permukaannya menyerap ion H+. (ii) Koloid As2S3 bermuatan
negatif karena permukaannya menyerap ion S2.
d. Muatan koloid
Dikenal dua macam koloid, yaitu koloid bermuatan positif dan koloid bermuatan
negatif.
e. Koagulasi koloid
Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan. Dengan
terjadinya koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid.
Koagulasi dapat terjadi secara fisik seperti pemanasan, pendinginan dan
pengadukan atau secara kimia seperti penambahan elektrolit, pencampuran koloid
yang berbeda muatan.
f. Koloid pelindung
Koloid pelindung ialah koloid yang mempunyai sifat dapat melindungi koloid lain
dari proses koagulasi.
g. Dialisis
Dialisis ialah pemisahan koloid dari ion-ion pengganggu dengan cara ini disebut
proses dialisis.
h. Elektroforesis
Elektroferesis ialah peristiwa pemisahan partikel koloid yang bermuatan dengan
menggunakan arus listrik.

2.4 Pembuatan Sistem Koloid
Reaksi dekomposisi rangkap
Misalnya:
Sol As2S3 dibuat dengan gaya mengalirkan H2S dengan perlahan-lahan melalui
larutan As2O3 dingin sampai terbentuk sol As2S3 yang berwarna kuning terang;
As2O3 (aq) + 3H2S(g) As2O3 (koloid) + 3H2O(l)
(Koloid As2S3 bermuatan negatif karena permukaannya menyerap ion S2-)
Sol AgCl dibuat dengan mencampurkan larutan AgNO3 encer dan larutan HCl
encer;
AgNO3 (ag) + HCl(aq) AgCl (koloid) + HNO3 (aq)
Pemanasan nitrat
Jika dipanaskan, kebanyakan nitrat cenderung mengalami dekomposisi
membentuk oksida logam, nitrogen dioksida berupa asap coklat, dan oksigen.
Sebagai contoh, nitrat Golongan 2 yang sederhana seperti magnesium nitrat
mengalami dekomposisi dengan reaksi sebagai berikut :
Pada Golongan 1, ithium nitrat mengalami proses dekomposisi yang sama -
menghasilkan lithium oksida, nitrogen dioksida dan oksigen.Akan tetapi, nitrat
dari unsur selain lithium dalam Golongan 1 tidak terdekomposisi sempurna
(minimal tidak terdekomposisi pada suhu Bunsen) - menghasilkan logam nitrit
dan oksigen, tapi tidak menghasilkan nitrogen oksida.Semua nitrat dari natrium
sampai cesium terdekomposisi menurut reaksi di atas, satu-satunya yang
membedakan adalah panas yang harus dialami agar reaksi bisa terjadi. Semakin ke
bawah golongan, dekomposisi akan semakin sulit, dan dibutuhkan suhu yang
lebih tinggi.
Pemanasan karbonat
Jika dipanaskan, kebanyakan karbonat cenderung mengalami dekomposisi
membentuk oksida logam dan karbon dioksida.Sebagai contoh, karbonat
Golongan 2 sederhana seperti kalsium karbonat terdekomposisi sebagai berikut :
Pada Golongan 1, lithium karbonat mengalami proses dekomposisi yang sama
menghasilkan lithium oksida dan karbon dioksida.
Karbonat dari unsur-unsur selain lithium pada Golongan 1 tidak terdekomposisi
pada suhu Bunsen, walaupun pada suhu yang lebih tinggi mereka akan
terdekomposisi. Suhu dekomposisi lagi-lagi meningkat semakin ke bawah
Golongan.

2.5 Kegunaan Koloid
Sistem koloid banyak digunakan pada kehidupan sehari-hari, terutama dalam
kehidupan sehari-hari. Hal ini disebabkan sifat karakteristik koloid yang penting,
yaitu dapat digunakan untuk mencampur zat-zat yang tidak dapat saling
melarutkan secara homogen dan bersifat stabil untuk produksi dalam skala besar.
Berikut ini adalah tabel aplikasi koloid:

Jenis industri Contoh aplikasi
Industri makanan Keju, mentega, susu, saus salad
Industri kosmetika dan perawatan tubuh Krim, pasta gigi, sabun
Industri cat Cat
Industri kebutuhan rumah tangga Sabun, deterjen
Industri pertanian Peptisida dan insektisida
Industri farmasi Minyak ikan, pensilin untuk suntikan
Berikut ini adalah penjelasan mengenai aplikasi koloid :
1. Pemutihan Gula
Gula tebu yang masih berwarna dapat diputihkan. Dengan melarutkan gula ke
dalam air, kemudian larutan dialirkan melalui sistem koloid tanah diatomae atau
karbon. Partikel koloid akan mengadsorpsi zat warna tersebut. Partikel-partikel
koloid tersebut mengadsorpsi zat warna dari gula tebu sehingga gula dapat
berwarna putih.
2. Penggumpalan Darah
Darah mengandung sejumlah koloid protein yang bermuatan negatif. Jika terjadi
luka, maka luka tersebut dapat diobati dengan pensil stiptik atau tawas yang
mengandung ion-ion Al3+ dan Fe3+. Ion-ion tersebut membantu agar partikel
koloid di protein bersifat netral sehingga proses penggumpalan darah dapat lebih
mudah dilakukan.
3. Penjernihan Air
Air keran (PDAM) yang ada saat ini mengandung partikel-partikel koloid tanah
liat,lumpur, dan berbagai partikel lainnya yang bermuatan negatif. Oleh karena
itu, untuk menjadikannya layak untuk diminum, harus dilakukan beberapa
langkah agar partikel koloid tersebut dapat dipisahkan. Hal itu dilakukan dengan
cara menambahkan tawas (Al2SO4)3.Ion Al3+ yang terdapat pada tawas tersebut
akan terhidroslisis membentuk partikel koloid Al(OH)3 yang bermuatan positif
melalui reaksi:
Al3+ + 3H2O Al(OH)3 + 3H+
Setelah itu, Al(OH)3 menghilangkan muatan-muatan negatif dari partikel koloid
tanah liat/lumpur dan terjadi koagulasi pada lumpur. Lumpur tersebut kemudian
mengendap bersama tawas yang juga mengendap karena pengaruh gravitasi.
Berikut ini adalah skema proses penjernihan air secara lengkap.

BAB III
PENUTUP


3.1. Kesimpulan
Partikel koloid dapat menghamburkan cahaya sehingga berkas cahaya yang
melalui sistem koloid. Dapat diamati dari samping sifat partikel koloid ini disebut
efek Tyndall.
Jika diamati dengan mikroskop ultra ternyata partikel koloid senantiasa bergerak
dengan gerak patah-patah yang disebut gerak Brown. Gerak Brown terjadi karena
tumbukan tak simetris antara molekul medium dengan partikel koloid.
Koloid dapat mengadsorpsi ion atau zat lainpada permukaannya, dan oleh karena
luas permukaannya yang relatif besar, maka koloid mempunyai daya adsorpsi
yang besar.
Adsorpsi ion-ion oleh partikel koloid membuat partikel koloid menjadi bermuatan
listrik. Muatan koloid menyebabkan gaya tolak-menolak di antara partikel koloid,
sehingga menjadi stabil (tidak mengalami sedimentasi).
Muatan partikel koloid dapat ditunjukkan dengan elektroforesis, yaitu pergerakan
partikel koloid dalam medan listrik.
Penggumpalan partikel koloid disebut koagulasi. Koagulasi dapat terjadi karena
berbagai hal, misalnya pada penambahan elektrolit. Penambahan elekrolit akan
menetralkan muatan koloid, sehingga faktor yang menstabilkannya hilang.
Koloid yang medium dispersinya berupa cairan dibedakan atas koloid liofil dan
koloid liofob. Koloid liofil mempunyai interaksi yang kuat dengan mediumnya;
sebaliknya, pada koloid liofob interaksinya tersebut tidak ada
Koloid dapat dibuat dengan cara dispersi atau kondensasi. Pada cara dispersi,
bahan kasar dihaluskan kemudian didispersikan ke dalam medium dispersinya.
Pada cara kondensasi, koloid dibuat dari larutan di mana atom atau molekul
mengalami agregasi (pengelompokan), sehingga menjadi partikel koloid.
Asbut adalah suatu bentuk pencemaran yang merupakan sistem koloid.


D. KEGUNAAN KOLOID

Sistem koloid banyak digunakan pada kehidupan sehari-hari. Hal ini
disebabkan sifat karakteristik koloid yang penting, yaitu dapat digunakan untuk
mencampur zat-zat yang tidak dapat saling melarutkan secara homogen dan
bersifat stabil untuk produksi dalam skala besar.

Sistem koloid peranannya sangat penting dalam kehidupan sehari-hari,
mulai dari dapur, kosmetik, pertanian, farmasi sampai indutri yang lain.
Contohnya :

1) Indutri kosmetik
Antara lain : susu pembersih kulit muka, parfum talk
2) Industri makanan
Antara lain : agar-agar, bumbu selada, mentega, keju dan roti
3) Industry farmasi
Antara alin : sirup dan obat-obatan
4) Industry pertanian
Antara lain : obat-obat pembunuh serangga, obat senprot pertanian.
5) Industry lain
Antara lain : cat, keramik, plastic, kertas, film foto, lem, tinta, semen, karet.

Proses yang melibatkan sistem koloid adalah pemutihan,
menghilangkan bau, menyamak kulit, mewarnai, pemurnian serta pengapungan
bahan-bahan galian. Semua ini melibatkan peristiwa adsorbsi pada permukaan
materi kolid.







E. DAMPAK NEGATIF SISTEM KOLOID

Selain memberikan manfaat, sistem koloid juga dapat menimbulkan dampak
negatif terhadap lingkungan.

1. Asbut
Asbut adalah sistem koloid yang terdiri atas berbagai partikel gas dan partikel -
partikel zat cair. Asbut (smog) merupakan kombinasi asap (smog) dan kabut (fog).
2. Debu
Debu adalah sistem koloid yang terdiri atas partikel - partikel padat yang
terdispersi dalam udara. Contoh debu yang menyebabkan pencemaran udara dan
dapat menyebabakan gangguan kesehatan adalah debu asbes.
3. Sol
Sol adalah sistem koloid yang terdiri atas partikel terdispersi padat di dalam
medium pendispersi cair.
4. Buih
Buih adalah sistem kolid yang terdiri atas fase terdispersi gas dan medium
pendispersi cair

Diposkan oleh gEK@ co cweet di Selasa, Maret 15, 2011


Sistem koloid
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa


Susu adalah koloid teremulsi dari lemak susu dalam air
Sistem koloid (selanjutnya disingkat "koloid" saja) merupakan suatu bentuk
campuran (sistem dispersi) dua atau lebih zat yang bersifat homogen namun
memiliki ukuran partikel terdispersi yang cukup besar (1 - 1000 nm), sehingga
terkena efek Tyndall. Bersifat homogen berarti partikel terdispersi tidak
terpengaruh oleh gaya gravitasi atau gaya lain yang dikenakan kepadanya;
sehingga tidak terjadi pengendapan, misalnya. Sifat homogen ini juga dimiliki
oleh larutan, namun tidak dimiliki oleh campuran biasa (suspensi).
Koloid mudah dijumpai di mana-mana: susu, agar-agar, tinta, sampo, serta awan
merupakan contoh-contoh koloid yang dapat dijumpai sehari-hari. Sitoplasma
dalam sel juga merupakan sistem koloid. Kimia koloid menjadi kajian tersendiri
dalam kimia industri karena kepentingannya.
Macam-macam koloid
Koloid memiliki bentuk bermacam-macam, tergantung dari fase zat pendispersi
dan zat terdispersinya. Beberapa jenis koloid:
Aerosol yang memiliki zat pendispersi berupa gas. Aerosol yang memiliki
zat terdispersi cair disebut aerosol cair (contoh: kabut dan awan)
sedangkan yang memiliki zat terdispersi padat disebut aerosol padat
(contoh: asap dan debu dalam udara).
Sol Sistem koloid dari partikel padat yang terdispersi dalam zat cair.
(Contoh: Air sungai, sol sabun, sol detergen, cat dan tinta).
Emulsi Sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat cair lain,
namun kedua zat cair itu tidak saling melarutkan. (Contoh: santan, susu,
mayonaise, dan minyak ikan).
Buih Sistem Koloid dari gas yang terdispersi dalam zat cair. (Contoh: pada
pengolahan bijih logam, alat pemadam kebakaran, kosmetik dan lainnya).
Gel sistem koloid kaku atau setengah padat dan setengah cair. (Contoh:
agar-agar, Lem).
Sifat-sifat Koloid
Efek Tyndall
Efek Tyndall ialah gejala penghamburan berkas sinar (cahaya) oleh
partikel-partikel koloid. Hal ini disebabkan karena ukuran molekul koloid
yang cukup besar. Efek Tyndall ini ditemukan oleh John Tyndall (1820-
1893), seorang ahli fisika Inggris. Oleh karena itu sifat itu disebut efek
tyndall.
Efek Tyndall adalah efek yang terjadi jika suatu larutan terkena sinar. Pada
saat larutan sejati disinari dengan cahaya, maka larutan tersebut tidak akan
menghamburkan cahaya, sedangkan pada sistem koloid, cahaya akan
dihamburkan. hal itu terjadi karena partikel-partikel koloid mempunyai
partikel-partikel yang relatif besar untuk dapat menghamburkan sinar
tersebut. Sebaliknya, pada larutan sejati, partikel-partikelnya relatif kecil
sehingga hamburan yang terjadi hanya sedikit dan sangat sulit diamati.
Gerak Brown
Gerak Brown ialah gerakan partikel-partikel koloid yang senantiasa
bergerak lurus tapi tidak menentu (gerak acak/tidak beraturan). Jika
diamati koloid dibawah mikroskop ultra, maka kita akan melihat bahwa
partikel-partikel tersebut akan bergerak membentuk zigzag. Pergerakan
zigzag ini dinamakan gerak Brown.
Partikel-partikel suatu zat senantiasa bergerak. Gerakan tersebut dapat
bersifat acak seperti pada zat cair dan gas( dinamakan gerak brown),
sedangkan pada zat padat hanya beroszillasi di tempat ( tidak termasuk
gerak brown ). Untuk koloid dengan medium pendispersi zat cair atau gas,
pergerakan partikel-partikel akan menghasilkan tumbukan dengan
partikel-partikel koloid itu sendiri. Tumbukan tersebut berlangsung dari
segala arah. Oleh karena ukuran partikel cukup kecil, maka tumbukan
yang terjadi cenderung tidak seimbang. Sehingga terdapat suatu resultan
tumbukan yang menyebabkan perubahan arah gerak partikel sehingga
terjadi gerak zigzag atau gerak Brown.
Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak Brown yang
terjadi. Demikian pula, semakin besar ukuran partikel koloid, semakin
lambat gerak Brown yang terjadi. Hal ini menjelaskan mengapa gerak
Brown sulit diamati dalam larutan dan tidak ditemukan dalam campuran
heterogen zat cair dengan zat padat (suspensi).
Gerak Brown juga dipengaruhi oleh suhu. Semakin tinggi suhu sistem
koloid, maka semakin besar energi kinetik yang dimiliki partikel-partikel
medium pendispersinya. Akibatnya, gerak Brown dari partikel-partikel
fase terdispersinya semakin cepat. Demikian pula sebaliknya, semakin
rendah suhu sistem koloid, maka gerak Brown semakin lambat.
Adsorpsi
Adsorpsi ialah peristiwa penyerapan partikel atau ion atau senyawa lain
pada permukaan partikel koloid yang disebabkan oleh luasnya permukaan
partikel. Adsorpsi harus dibedakan dengan absorpsi yang artinya
penyerapan yang terjadi di dalam suatu partikel.
Contoh:
(i) Koloid Fe(OH)
3
bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion
H+.
(ii) Koloid As
2
S
3
bermuatan negatif karena permukaannya menyerap ion
S2.
Muatan koloid
Dikenal dua macam koloid, yaitu koloid bermuatan positif dan koloid
bermuatan negatif.
Koagulasi koloid
Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan.
Dengan terjadinya koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk
koloid.
Koagulasi dapat terjadi secara fisik seperti pemanasan, pendinginan dan
pengadukan atau secara kimia seperti penambahan elektrolit, pencampuran
koloid yang berbeda muatan.
Koloid pelindung
Koloid pelindung ialah koloid yang mempunyai sifat dapat melindungi
koloid lain dari proses koagulasi.
Dialisis
Dialisis ialah pemisahan koloid dari ion-ion pengganggu dengan cara
mengalirkan cairan yang tercampur dengan koloid melalui membran semi
permeable yang berfungsi sebagai penyaring. Membran semi permeable
ini dapat dilewati cairan tetapi tidak dapat dilewati koloid, sehingga koloid
dan cairan akan berpisah.
Elektroforesis
Elektroferesis ialah peristiwa pemisahan partikel koloid yang bermuatan
dengan menggunakan arus listrik.
Aerosol
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa
Aerosol secara teknis merujuk pada partikel padat yang ada di udara (juga disebut
abu atau partikulat) maupun tetesan cair. Dalam bahasa sehari-hari, aerosol
merujuk pada tabung semprot aerosol maupun isi tabung itu.
Istilah aerosol berasal dari kenyataan bahwa bahan yang "melayang" di udara
adalah suspensi (campuran di mana partikel padat, cair, maupun gabungan
keduanya disuspensikan di cairan). Untuk membedakan suspensi dari larutan yang
sesungguhnya, istilah sol yang semula berkembang berarti meliputi dispersi
partikel tipis (sub-mikroscopik) dalam sebuah cairan. Dengan studi dispersi di
udara, istilah aerosol berkembang dan kini mencakupi tetesan padat, partikel
padat, dan gabungan keduanya.
Sol
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Halaman ini telah dihapus atau dipindahkan. Sebagai referensi, berikut adalah log
penghapusan atau pemindahan halaman ini.
Apabila Anda berpendapat bahwa halaman ini seharusnya tidak dihapus atau
dipindahkan, Anda dapat meninggalkan pesan ke salah satu Pengurus atau
tinggalkan pesan di Wikipedia:Evaluasi penghapusan
29 Juli 2009 07.20 Kembangraps (bicara | kontrib) menghapus halaman
Sol (isinya hanya berupa: '1. Sol (fase terdispersi padat) a. Sol padat
adalah sol dalam medium pendispersi padat Contoh: paduan logam, gelas
warna, intan hita...' (dan satu-satunya penyumbang adalah
'125.164.119.253'))
12 April 2009 10.52 IvanLanin (bicara | kontrib) menghapus halaman Sol
(Tulisan ngawur)
30 November 2008 00.40 Borgx (bicara | kontrib) menghapus halaman Sol
(tidak dikembangkan sampai batas waktu)
21 Juli 2008 02.53 REX (bicara | kontrib) menghapus halaman Sol (Tidak
dikembangkan)
19 April 2008 16.30 Jagawana (bicara | kontrib) menghapus halaman Sol
(Uji coba: isinya hanya berupa: 'fase terdispersinya padat.' (dan satu-
satunya penyumbang adalah '118.137.38.189'))
Saat ini tidak ada teks di halaman ini. Anda dapat melakukan pencarian untuk
judul ini di halaman lain atau mencari log terkait.
Sejak Desember 2009 Wikipedia bahasa Indonesia telah membatasi pembuatan
halaman-halaman baru hanya untuk pengguna yang telah masuk log.
Jika Anda belum membuat akun, silakan mendaftarkan diri dulu yang hanya
memakan waktu 1 menit.
Emulsi
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa

A. Proses sebelum emulsi.
B. Fase II dalam proses emulsi.
C. Emulsi tak stabil.
D. Emulsi yang stabil
Emulsi merupakan jenis koloid dengan fase terdispersi berupa zat cair.
Berdasarkan medium pendispersinya, emulsi dapat dibagi menjadi: emulsi gas,
emulsi cair, dan emulsi padat.
Daftar isi
1 Emulsi gas (aerosol cair)
2 Emulsi cair
o 2.1 Demulsifikasi
o 2.2 Pengenceran
3 Emulsi padat (gel)
4 Referensi
Emulsi gas (aerosol cair)
Emulsi gas merupakan emulsi di dalam medium pendispersi gas. Aerosol cair
seperti hairspray dan baygon, dapat membentuk sistem koloid dengan bantuan
bahan pendorong seperti CFC. Selain itu juga mempunyai sifat seperti sol liofob
yaitu efek Tyndall, gerak Brown.
Emulsi cair
Emulsi cair merupakan emulsi di dalam medium pendispersi cair. Emulsi cair
melibatkan campuran dua zat cair yang tidak dapat saling melarutkan jika
dicampurkan yaitu zat cair polar dan zat cair non-polar. Biasanya salah satu zat
cair ini adalah air dan zat lainnya seperti minyak. Contohnya adalah pada susu.
[1]

Sifat emulsi cair yang penting ialah: demulsifikasi dan pengenceran.
Demulsifikasi
Kestabilan emulsi cair dapat rusak akibat pemanasan, pendinginan, proses
sentrifugasi, penambahan elektrolit, dan perusakan zat pengelmusi.
[2]

Pengenceran
Emulsi dapat diencerkan dengan penambahan sejumlah medium pendispersinya.
Buih
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar Wikipedia
Merapikan artikel bisa berupa membagi artikel ke dalam paragraf atau wikifikasi artikel.
Setelah dirapikan, tolong hapus pesan ini.
Buih adalah koloid dengan fase terdisperasi gas dan medium pendisperasi zat cair
atau zat padat. Berdasarkan medium pendisperasinya, buih dikelompokkan
menjadi dua, yaitu: buih cair dan buih padat.
Buih cair
Buih cair adalah sistem koloid dengan fase terdisperasi gas dan dengan medium
pendisperasi zat cair. Fase terdisperasi gas pada umumnya berupa udara atau
karbondioksida yang terbetuk dari fermentasi. Kestabilan buih dapat diperoleh
dari adanya zat pembuih (surfaktan). Zat ini teradsorbsi ke daerah antar-fase dan
mengikat gelembung-gelembung gas sehingga diperoleh suatu kestabilan. Ukuran
kolid buih bukanlah ukuran gelembung gas seperti pada sistem kolid umumnya,
tetapi adalah ketebalan film (lapisan tipis) pada daerah antar-fase dimana zat
pembuih teradsorbsi, ukuran kolid berkisar 0,0000010 cm. Buih cair memiliki
struktur yang tidak beraturan. Strukturnya ditentukan oleh kandungan zat cairnya,
bukan oleh komposisi kimia atau ukuran buih rata-rata. Jika fraksi zat cair lebih
dari 5%, gelembung gas akan mempunyai bentuk hamper seperti bola. Jika kurang
dari 5%, maka bentuk gelembung gas adalah polihedral.
Beberapa sifat buih cair yang penting:
Struktur buih cair dapat berubah dengan waktu, karena:
pemisahan medium pendispersi (zat cair) atau drainase, karena kerapatan
gas dan zat cair yang jauh berbeda,
terjadinya difusi gelembung gas yang kecil ke gelembung gas yang besar
akibat tegangan permukaan, sehingga ukuran gelembung gas menjadi lebih
besar,
rusaknya film antara dua gelembung gas.
Struktur buih cair dapat berubah jika diberi gaya dari luar. Bila gaya yang
diberikan kecil, maka struktur buih akan kembali ke bentuk awal setelah gaya
tersebut ditiadakan. Jika gaya yang diberikan cukup besar, maka akan terjadi
deformasi. Contoh buih cair:
Buih hasil kocokan putih telur
Karena udara di sekitar putih telur akan teraduk dan menggunakan zat pembuih,
yaitu protein dan glikoprotein yang berasal dari putih telur itu sendiri untuk
membentuk buih yang relative stabil. Sehingga putih telur yang dikocok akan
mengembang.
Buih hasil akibat pemadam kebakaran
Alat pemadam kebakaran mengandung campuran air, natrium bikarbonat,
aluminium sulfat, serta suatu zat pembuih. Karbondioksida yang dilepas akan
membentuk buih dengan bamtuam zat pembuih tersebut.
Buih padat
Buih padat adalah sistem kolid dengan fase terdisperasi gas dan dengan medium
pendisperasi zat padat. Kestabilan buih ini dapat diperoleh dari zat pembuih juga
(surfaktan). Contoh-contoh buih padat yang mungkin kita ketahui:
Roti
Proses peragian yang melepas gas karbondioksida terlibat dalam proses
pembuatan roti. Zat pembuih protein gluten dari tepung kemudian akan
membentuk lapisan tipis mengelilingi gelembung-gelembung karbondioksida
untuk membentuk buih padat.
Batu apung
Dari proses solidifikasi gelas vulkanik, maka terbentuklah batu apung.
Styrofoam
Styrofoam memiliki fase terdisperasi karbondioksida dan udara, serta medium
pendisperasi polistirena.
Gel
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa
Gel (dari bahasa Latin gelu membeku, dingin, es atau gelatus membeku)
adalah campuran koloidal antara dua zat berbeda fase: padat dan cair. Penampilan
gel seperti zat padat yang lunak dan kenyal (seperti jelly), namun pada rentang
suhu tertentu dapat berperilaku seperti fluida (mengalir). Berdasarkan berat,
kebanyakan gel seharusnya tergolong zat cair, namun mereka juga memiliki sifat
seperti benda padat. Contoh gel adalah gelatin, agar-agar, dan gel rambut.
Biasanya gel memiliki sifat tiksotropi (Ing.: thyxotropy) : menjadi cairan ketika
digoyang, tetapi kembali memadat ketika dibiarkan tenang. Beberapa gel juga
menunjukkan gejala histeresis.
Dengan mengganti cairan dengan gas dimungkinkan pula untuk membentuk
aerogel ('gel udara'), yang merupakan bahan dengan sifat-sifat yang khusus,
seperti massa jenis rendah, luas permukaan yang sangat besar, dan isolator panas
yang sangat baik.
Pada 2005 sebuah efek sound induced gelation didemonstrasikan.
Macam-macam koloid
Koloid merupakan suatu sistem campuran metastabil (seolah-olah stabil, tapi
akan memisah setelah waktu tertentu). Koloid berbeda dengan larutan; larutan
bersifat stabil. Di dalam larutan koloid secara umum, ada 2 zat sebagai berikut :
- Zat terdispersi, yakni zat yang terlarut di dalam larutan koloid
- Zat pendispersi, yakni zat pelarut di dalam larutan koloid
Berdasarkan fase terdispersinya, sistem koloid dapat dikelompokkan menjadi 3,
yaitu:
1. Sol (fase terdispersi padat)
a. Sol padat adalah sol dalam medium pendispersi padat
Contoh: paduan logam, gelas warna, intan hitam
b. Sol cair adalah sol dalam medium pendispersi cair
Contoh: cat, tinta, tepung dalam air, tanah liat
c. Sol gas adalah sol dalam medium pendispersi gas
Contoh: debu di udara, asap pembakaran
2. Emulsi (fase terdispersi cair)
a. Emulsi padat adalah emulsi dalam medium pendispersi padat
Contoh: Jelly, keju, mentega, nasi
b. Emulsi cair adalah emulsi dalam medium pendispersi cair
Contoh: susu, mayones, krim tangan
c. Emulsi gas adalah emulsi dalam medium pendispersi gas
Contoh: hairspray dan obat nyamuk
3. Buih (fase terdispersi gas)
a. Buih padat adalah buih dalam medium pendispersi padat
Contoh: Batu apung, marshmallow, karet busa, Styrofoam
b. Buih cair adalah buih dalam medium pendispersi cair
Contoh: putih telur yang dikocok, busa sabun
Untuk pengelompokan buih, jika fase terdispersi dan medium pendispersi sama-
sama berupa gas, campurannya tergolong larutan.
Adsorpsi koloid
Partikel sol padat ditempatkan dalam zat cair atau gas, maka partikel zat cair atau
gas akan terakumulasi. Fenomena disebut adsorpsi. Jadi sdsorpsi terkait dengan
penyerapan partikel pada permukaan zat. Partikel koloid sol memiliki kemampuan
untuk mengadsorpsi partikel pendispersi pada permukaanya. Daya adsorpsi
partikel koloid tergolong besar Karenna partikelnya memberikan sesuatu
permukaan yang luas. Sifat ini telah digunakan dalam berbagai proses seperti
penjernihan air.

d. Muatan koloid sol
Sifat koloid terpenting adalah muatan partikel koloid. Semua partikel koloid
memiliki muatan sejenis (positif dan negatif). Maka terdapat gaya tolak menolak
antar partikel koloid. Partikel koloid tidak dapat bergabung sehingga memberikan
kestabilan pada sistem koloid. Sistem koloid secara keseluruhan bersifat netral.

i. Sumber muatan koloid sol
Partikel-partikel koloid mendapat mutan listrik melalui dua cara, yaitu dengan
proses adsorpsi dan proses ionisasi gugus permukaan partikelnya.
- Proses adsorpsi
Partikel koloiddapat mengadsorpsi partikel bermuatan dari fase pendispersinya.
Jenis muatan tergantung dari jenis partikel yang bermuatan. Partikel sol Fel (OH)3
kemampuan untuk mengadsorpsi kation dari medium pendisperinya sehingga
bermuatan positif, sedangkal partikel sol As2S3 mengadsorpsi anion dari medium
pendispersinya sehingga bermuatan negatif.
Sol AgCI dalam medium pendispersi dengan kation Ag+ berlebihan akan
mengadsorpsi Ag+ sehingga bermuatan positif. Jika anion CI- berlebih, maka sol
AgCI akan mengadsorpsi ion CI- sehingga bermuatan positif.

- Proses ionisasi gugus permukaan partikel
Beberapa partikel koloid memperoleh muatan dari proses ionisasi gugus-gugus
yang ada pada permukaan partikel koloid.

Koloid protein
Koloid protein adalah jenis koloid sol yang mempunyai gugus yang bersifat asam
(-COOH) dan biasa (-NH2). Kedua gugus ini dapat terionisasi dan memberikan
muatan pada molekul protein.
Pada ph rendah , gugus basa NH2 akan menerima proton dan membentuk gugus
NH3. Ph tinggi, gugus COOH akan mendonorkan proton dan membentuk
gugus COO-. Pada ph intermediet partikel protein bermuatan netral karena
muatan NH3+ dan COO- saling meniadakan.

Koloid sabun dan deterjen
Pada konsentrasi relatif pekat, molekul ini dapat bergabung membentuk partikel
berukuran koloid yang disebut misel. Zat yang molejulnya bergabung secara
spontan dalam suatu fase pendispersi dan membentuk partikel berukuran koloid
disebut koloid terasosiasi.
Sabun adalah garam karboksilat dengan rumus R-COO-Na+.
Anion R-COO- terdiri dari gugus R- yang bersifat non pola. Gugus R- atau ekor
non-polar tidak larut dalam air sehingga akan terorientasi ke pusat.

ii. Kestabilan koloid
Muatan partikel koloid adalah sejenis cenderung karena sering tolak-monolak.

iii.Lapisan bermutar ganda
Permukaan partikel Koloid mendapat muatan bahwa partikel-partikel. lapisan
bermuatan listrik ini selanjutnya akan menarik ion-ion dengan

Bagaimana sebenarnya struktur dari lapisan bermuatan ganda ini?
Permukaan lapisan ganda ini mengikuti model Helmoslzt. Sekarang model yang
lebih akurat adalah :
Lapisan padat : koloid menarik ion-ion dengan muatan yang berlawanan.
Lapisandifusi : merupakan lapisan dimana muatan berlawanan dari medium
pendispersi difusi

iv.Elektroforesis :
Partikel koloid sol bermuatan listrik, maka partikel ini akan bergerak dalm medan
listrik. Pergerakan partikel koloid dalam medan listrik disebut elektrofesis.
Femonema elektroforesis dapat digunakan untuk menentukan jenis muatan
partikel koloid.

e. Koagulasi
Partikel-partikel koloid yang bersifat stabil karena memiliki muatan listrik sejenis.
Apabila muatan listrik itu hilang , maka partikel koloid tersebut akan bergabung
membentuk gumpalan. Proses penggumpalan partikel koloid dan pengendapannya
disebut Koagulasi.
Penghilangan muatan listrik pada partikel koloid ini dapat dilakukan empat cara
yaitu :
i. Menggunakan prinsip elektroforesis
Proses elektroforesis adaalh pergerakan partikel koloid yang bermuatan ke
electrode dengan muatan berlawanan. Ketika partikel mencapai electrode, maka
partikel akan kehilangan muatannya.

ii. Penambahan koloid lain dengan muatan berlawanan
Sistem koloid bermuatan positif dicampur dengan sistem koloid lain yang
bermuatan negatif, kedua koloid tersebut akan saling mengadsorpsi menjadi netral
maka terbentuk kogulasi.

iii.Penambahan elektrolit
Elektrolit ditambahkan kedalam sistem koloid maka partikel koloid yang
bermuatan negatif akan menarik ion positif dari elektrolit. Partikel koloid yang
bermuatan positif akan menarik ion negatif dari elektrolit. Menyebabkan partikel
koloid tersebut dikelilingi lapisan kedua yang memiliki muatan berlawanan.

iv.Pendidihan
Kenaikan suhu sistem koloid menyebabkan jumlah tumbukan antara partikel-
partikel sol dengan molekul-molekul air bertambah banyak. Menyebabkan
lepasnya elekrolit yang teradsorpsi pada permukaan koloid.


f. Koloid pelindung
- Sistem koloid dimana partikel terdisperesinya mempunyai daya adsorpsi yang
relatif besar disebut koloid liofil.
- Sistem koloid dimana partikel terdisperesinya mempunyai daya adsorpsi yang
relatif kecil disebut koloid liofob.
- Koloid lioil bersifat stabil, sedangkan koloid liofob kurang stabil. Koloid liofil
yang berfungsi sebagai koloid pelindung.



PEMBUATAN KOLOID SOL

Ukuran partikel koloid berada di antara partikel larutan dan suspensi, karena itu
cara pembuatannya dapat dilakukan dengan memperbesar partikel larutan atau
memperkecil partikel suspensi. Maka dari itu, ada dua metode dasar dalam
pembuatan iystem koloid sol, yaitu:
- Metode kondensasi yang merupakan metode bergabungnya partikel-partikel
kecil larutan sejati yang membentuk partikel-partikel berukuran koloid.
- Metode dispersi yang merupakan metode dipecahnya partikel-partikel besar
sehingga menjadi partikel-partikel berukuran koloid.


Metode Kondensasi
Pembuatan koloid sol dengan metode ini pada umumnya dilakukan dengan cara
kimia (dekomposisi rangkap, hidrolisis, dan redoks) atau dengan penggatian
pelarut. Cara kimia tersebut bekerja dengan menggabungkan partikel-partikel
larutan (atom, ion, atau molekul) menjadi pertikel-partikel berukuran koloid.

* Reaksi dekomposisi rangkap
Misalnya:
- Sol As2S3 dibuat dengan gaya mengalirkan H2S dengan perlahan-lahan melalui
larutan As2O3 dingin sampai terbentuk sol As2S3 yang berwarna kuning terang;
As2O3 (aq) + 3H2S(g) As2O3 (koloid) + 3H2O(l)
(Koloid As2S3 bermuatan negatif karena permukaannya menyerap ion S2-)
- Sol AgCl dibuat dengan mencampurkan larutan AgNO3 encer dan larutan HCl
encer;
AgNO3 (ag) + HCl(aq) AgCl (koloid) + HNO3 (aq)

* Reaksi hidrolisis
Hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air. Misalanya:
- Sol Fe(OH3) dapat dibuat dengan hidrolisis larutan FeCl3 dengan memanaskan
larutan FeCl3 atau reaksi hidrolisis garam Fe dalam air mendidih;
FeCl3 (aq) + 3H2O(l) Fe(OH) 3 (koloid) + 3HCl(aq)
(Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion H+)

- Sol Al(OH)3 dapat diperoleh dari reaksi hidrolisis garam Al dalam air mendidih;
AlCl3 (aq) + 3H2O(l) Al(OH) 3 (koloid) + 3HCl(aq)

* Reaksi reduksi-oksidasi (redoks)
Misalnya:
- Sol emas atau sol Au dapat dibuat dengan mereduksi larutan garamnya dengan
melarutkan AuCl3 dalam pereduksi organic formaldehida HCOH;
2AuCl3 (aq) + HCOH(aq) + 3H2O(l) 2Au(s) + HCOOH(aq) + 6HCl(aq)
- Sol belerang dapat dibuat dengan mereduksi SO2 yang terlarut dalam air dengan
mengalirinya gas H2S ;
2H2S(g) + SO2 (aq) 3S(s) + 2H2O(l) Kestabilan Koloid

Partikel-partikel koloid ialah bermuatan sejenis. Maka terjadi gaya tolak-menolak
yang mencegah partikel-partikel koloid bergabung dan mengendap akibat gaya
gravitasi. Oleh karena itu, selain gerak Brown, muatan koloid juga berperan besar
dalam menjaga kestabilan koloid.

c. Lapisan Bermuatan Ganda

Pada awalnya, partikel-partikel koloid mempunyai muatan yang sejenis yang
didapatkannya dari ion yang diadsorpsi dari medium pendispersinya. Apabila
dalam larutan ditambahkan larutan yang berbeda muatan dengan system koloid,
maka sistem koloid itu akan menarik muatan yang berbeda tersebut sehingga
membentuk lapisan ganda. Lapisan pertama ialah lapisan padat di mana muatan
partikel koloid menarik ion-ion dengan muatan berlawanan dari medium
pendispersi. Sedangkan lapisan kedua berupa lapisan difusi dimana muatan dari
medium pendispersi terdifusi ke partikel koloid. Model lapisan berganda tersebut
tijelaskan pada lapisan ganda Stern. Adanya lapisan ini menyebabkan secara
keseluruhan bersifat netral.

d. Elektroforesis

Oleh karena partikel sol bermuatan listrik, maka partikel ini akan bergerak dalam
medan listrik. Pergerakan ini disebut elektroforesis. Untuk lebih jelas, mari kita
lihat tabung berikut di samping.
Pada gambar, terlihat bahwa partikel-partikel koloid bermuatan positif tersebut
bergerak menuju elektrode dengan muatan berlawanan, yaitu elektrode negatif.
Jika sistem koloid bermuatan negatif, maka partikel itu akan menuju elektrode
positif.


e. Koagulasi

Jika partikel-partikel koloid tersebut bersifat netral, maka akan terjadi
penggumpalan dan pengendapan karena pengaruh gravitasi. Proses penggumpalan
dan pengendapan ini disebut koagulasi.
Penetralan partikel koloid dapat dilakukan dengan 4 cara, yaitu

1. Menggunakan prinsip elektroforesis

Proses elektroforesis adalah pergerakan partikel-partikel koloid yang bermuatan
ke elektrode dengan muatan berlawanan. Ketika partikel ini mencapai elektrode,
maka system koloid akan kehilangan muatannya dan bersifat netral.

2. Penambahan koloid lain dengan muatan berlawanan

Ketika koloid bermuatan positif dicampur dengan koloid bermuatan negatif, maka
muatan tersebut akan saling menghilang dan bersifat netral.

3. Penambahan elektrolit
Jika suatu elektrolit ditambahkan pada system koloid, maka partikel koloid yang
bermuatan negatif akan mengasorpsi ion positif (kation) dari elektrolit. Begitu
juga sebaliknya, partikel positif akan mengasorpsi ion negative (anion) dari
elektrolit. Dari adsorpsi diatas, maka terjadi proses koagulasi.
4. Pendidihan
Kenaikan suhu sistem koloid menyebabkan jumlah tumbukan antara partikel-
partikel sol dengan molekul-molekul air bertambah banyak. Hal ini melepaskan
elektrolit yang teradsorpsi pada permukaan koloid. Akibatnya partikel tidak
bermuatan.
f. Koloid pelindung

Sistem koloid di mana partikel terdispersinya mempunyai daya adsorpsi relatif
besar disebut koloid liofil yang bersifat lebih stabil. Sedangkan jika partikel
terdispersinya mempunyai gaya absorpsi yang cukup kecil, maka disebut koloid
liofob yang bersifat kurang stabil. Yang berfungsi sebagai koloid pelindung ialah
koloid liofil.
Sol liofob/ hidrofob mudah terkoagulasi dengan sedikit penambahan elektrolit,
tetapi menjadi lebih stabil jika ditambahkan koloid pelindung yaiut koloid liofil.
Berikut ini penjelasan yang lebih lengkap mengenai koloid liofil dan liofob:

- Koloid liofil (suka cairan) adalah koloid di mana terdapat gaya tarik-menarik
yang cukup besar
antara fase terdispersi dan medium pendispersi. Contoh, disperse kanji, sabun,
deterjen.
- Koloid liofob (tidak suka cairan) adalah koloid di mana terdapat gaya tarik-
menarik yang lemah atau
bahkan tidak ada sama sekali antar fase terdispersi dan medium pendispersinya.
Contoh, disperse
emas, belerang dalam air.

Sifat-Sifat Sol Liofil Sol Liofob
Pembuatan Dapat dibuat langsung dengan mencampurkan fase terdispersi dengan
medium terdispersinya Tidak dapat dibuat hanya dengan mencampur fase
terdispersi dan medium pendisperinya
Muatan partikel Mempunyai muatan yang kecil atau tidak bermuatan Memiliki
muatan positif atau negative
Adsorpsi medium pendispersi Partikel-partikel sol liofil mengadsorpsi medium
pendispersinya. Terdapat proses solvasi/ hidrasi, yaitu terbentuknya lapisan
medium pendispersi yang teradsorpsi di sekeliling partikel sehingga menyebabkan
partikel sol liofil tidak saling bergabung Partikel-partikel sol liofob tidak
mengadsorpsi medium pendispersinya. Muatan partikel diperoleh dari adsorpsi
partikel-partikel ion yang bermuatan listrik
Viskositas (kekentalan) Viskositas sol liofil > viskositas medium pendispersi
Viskositas sol hidrofob hampir sama dengan viskositas medium pendispersi
Penggumpalan Tidak mudah menggumpal dengan penambahan elektrolit Mudah
menggumpal dengan penambahan elektrolit karena mempunyai muatan.
Sifat reversibel Reversibel, artinya fase terdispersi sol liofil dapat dipisahkan
dengan koagulasi, kemudian dapat diubah kembali menjadi sol dengan
penambahan medium pendispersinya. Irreversibel artinya sol liofob yang telah
menggumpal tidak dapat diubah menjadi sol
Efek Tyndall Memberikan efek Tyndall yang lemah Memberikan efek Tyndall
yang jelas
Migrasi dalam medan listrik Dapat bermigrasi ke anode, katode, atau tidak
bermigrasi sama sekali Akan bergerak ke anode atau katode, tergantung jenis
muatan partikel

Sifat-Sifat Koloid Sol
1. Efek Tyndall

Efek tyndall ini ditemukan oleh John Tyndall (1820-1893), seorang ahli fisika
Inggris. Oleh karena itu sifat itu disebut efek tyndall.
Efek tyndall adalah efek yang terjadi jika suatu larutan terkena sinar. Pada saat
larutan sejati (gambar kiri) disinari dengan cahaya, maka larutan tersebut tidak
akan menghamburkan cahaya, sedangkan pada sistem koloid (gambar kanan),
cahaya akan dihamburkan. hal itu terjadi karena partikel-partikel koloid
mempunyai partikel-partikel yang relatif besar untuk dapat menghamburkan sinar
tersebut. Sebaliknya, pada larutan sejati, partikel-partikelnya relatif kecil sehingga
hamburan yang terjadi hanya sedikit dan sangat sulit diamati.


2. Gerak Brown

Jika kita amati system koloid dibawah mikroskop ultra, maka kita akan melihat
bahwa partikel-partikel tersebut akan bergerak membentuk zigzag. Pergerakan
zigzag ini dinamakan gerak Brown. Pergerakan tersebut dijelaskan pada
penjelasan berikut:
Partikel-partikel suatu zat senantiasa bergerak. Gerakan tersebut dapat bersifat
acak seperti pada zat cair dan gas, atau hanya bervibrasi di tempat seperti pada zat
padat. Untuk system koloid dengan medium pendispersi zat cair atau gas,
pergerakan partikel-partikel akan menghasilkan tumbukan dengan partikel-
partikel koloid itu sendiri. Tumbukan tersebut berlangsung dari segala arah. Oleh
karena ukuran partikel cukup kecil, maka tumbukan yang terjadi cenderung tidak
seimbang. Sehingga terdapat suatu resultan tumbukan yang menyebabkan
perubahan arah gerak partikel sehingga terjadi gerak zigzag atau gerak Brown.
Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak Brown terjadi.
Demikian pula, semakin besar ukuran partikel kolopid, semakin lambat gerak
Brown yang terjadi. Hal ini menjelaskan mengapa gerak Brown sulit diamati
dalam larutan dan tidak ditemukan dalam zat padat (suspensi).
Gerak Brown juga dipengaruhi oleh suhu. Semakin tinggi suhu system koloid,
maka semakin besar energi kinetic yang dimiliki partikel-partikel medium
pendispersinya. Akibatnya, gerak Brown dari partikel-partikel fase terdispersinya
semakin cepat. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah suhu system koloid,
maka gerak Brown semakin lambat.


3. Adsorpsi koloid

Apabila partikel-partikel sol padat ditempatkan dalam zat cair atau gas, maka
pertikel-partikel zat cair atau gas tersebut akan terakumulasi pada permukaan zat
padat tersebut. Fenomena ini disebut adsorpsi. Beda halnya dengan absorpsi.
Absorpsi adalah fenomena menyerap semua partikel ke dalam sol padat bukan di
atas permukaannya, melainkan di dalam sol padat tersebut.
Partikel koloid sol memiliki kemampuan untuk mengadsorpsi partikel-partikel
pada permukaannya, baik partikel netral atau bermuatan (kation atau anion)
karena mempunyai permukaan yang sangat luas.

4. Muatan Koloid Sol

Sifat koloid terpenting adalah muatan partikel koloid. Semua partikel koloid pasti
mempunyai muatan sejenis (positif atau negatif). Oleh karena muatannya sejenis,
maka terdapat gaya tolak menolak antar partikel koloid. Hal ini mengakibatkan
partikel-partikel tersebut tidak mau bergabung sehingga memberikan kestabilan
pada sistem koloid. Namun demikian, system koloid secara keseluruhan bersifat
netral karena partikel-partikel koloid yang bermuatan ini akan menarik ion-ion
dengan muatan berlawanan dalam medium pendispersinya. Berikut ini adalah
penjelasannya:

KOLOID DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

Sifat karakteristik kolid yang penting, yaitu sangat bermanfaat untuk mencampur
zat-zat yang tidak dapat saling melarutkan secara homogen dan bersifat stabil
untuk produksi skala besar. Oleh karena sifat tersebut, sistem koloid menjadi
banyak kita jumpai dalam industri (aplikasi kolid untuk produksi cukup luas).
Tetapi selain industri, sistem koloid juga banyak dapat kita jumpai dsalam
kehidupan kita sehari-hari, contohnya saja di alam, kedokteran, pertanian, dsb;

- Penggumpalan darah
Darah mengandung sejumlah kolid protein yangbermuatan negative. Jika terdapat
luka kecil, maka luka tersebut dapat doibati dengan pensil stiptik atau tawas yang
mengandung ion-ion Al+3 dan Fe+3, dimana ion-ion tersebut akan membantu
menetralkan muatan-muatan partikel koloid protein danmembnatu penggumpalan
darah.

- Pembentukan delta di muara sungai
Air sungai mengandung partikel-partikel koloid pasir dan tanah liat yang
bermuatan negatif. Sedangkan air laut mengandung ion-ion Na+, Mg+2, dan Ca+2
yang bermuatan positif. Ketika air sungai bertemu di laut, maka ion-ion positif
dari air laut akanmenetralkan muatan pasir dan tanah liat. Sehingga, terjadi
koagulasi yang akan membentuk suatu delta.

- Pengambilan endapan pengotor
Gas atau udara yang dialirkan ke dalam suatu proses industri seringkali
mangandung zat-zat pengotor berupa partikel-partikel koloid. Untukmemisahkan
pengotor ini, digunakan alat pengendap elektrostatik yang pelat logamnya yang
bermuatan akan digunakan untuk menarik partikel-partikel koloid.

- Pemutihan gula
Dengan melarutkan gula ke dalam air, kemudian larutan dialirkan melalui sistem
koloid tanah diatomae atau karbon, partikel-partikel koloid kemudian akan
mengadsorbsi zat warna tersebut. Sehingga gula tebu yang masih berwarna dapat
diputihkan.

Adsorpsi
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa

Artikel ini membutuhkan lebih banyak catatan kaki untuk
pemastian.
Silakan bantu memperbaiki artikel ini dengan menambahkan catatan kaki dari sumber
yang terpercaya.
Adsorpsi atau penjerapan adalah suatu proses yang terjadi ketika suatu fluida,
cairan maupun gas, terikat kepada suatu padatan atau cairan (zat penjerap,
adsorben) dan akhirnya membentuk suatu lapisan tipis atau film (zat terjerap,
adsorbat) pada permukaannya. Berbeda dengan absorpsi yang merupakan
penyerapan fluida oleh fluida lainnya dengan membentuk suatu larutan.
Adsorpsi secara umum adalah proses penggumpalan substansi terlarut (soluble)
yang ada dalam larutan, oleh permukaan zat atau benda penyerap, di mana terjadi
suatu ikatan kimia fisika antara substansi dengan penyerapnya.
Definisi lain menyatakan adsorpsi sebagai suatu peristiwa penyerapan pada
lapisan permukaan atau antar fasa, di mana molekul dari suatu materi terkumpul
pada bahan pengadsorpsi atau adsorben.
Adsorpsi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu adsorpsi fisika (disebabkan oleh gaya
Van Der Waals (penyebab terjadinya kondensasi gas untuk membentuk cairan)
yang ada pada permukaan adsorbens) dan adsorpsi kimia (terjadi reaksi antara zat
yang diserap dengan adsorben, banyaknya zat yang teradsorbsi tergantung pada
sifat khas zat padatnya yang merupakan fungsi tekanan dan suhu)
Adsorpsi kimia
Yaitu reaksi yang terjadi antara zat padat dengan zat terlarut yang teradsorpsi.
Adsorpsi ini bersifat spesifik dan melibatkan gaya yang jauh lebih besar daripada
adsorpsi fisika. Panas yang dilibatkan adalah sama dengan panas reaksi kimia.
Menurut Langmuir, molekul teradsorpsi ditahan pada permukaan oleh gaya
valensi yang tipenya sama dengan yang terjadi antara atom-atom dalam molekul.
Karena adanya ikatan kimia maka pada permukaan adsorben akan terbentuk suatu
lapisan, di mana terbentuknya lapisan tersebut akan menghambat proses
penyerapan selanjutnya oleh bantuan adsorben sehingga efektifitasnya berkurang.

Larutan (Dispersi Molekuler)
Homogen, tak dapat dibedakan walaupun menggunakan mikroskop ultra.
Semua partikel berdimensi (panjang, lebar, atau tebal )kurang dari 1
nm.
Satu fase.
Stabil.
Tidak dapat disaring.
Contoh:
Larutan gula, larutan garam, spirtus, alkohol 70%, larutan cuka, air laut,
udara yang bersih, dan bensin.

Koloid (Dispersi Koloid)
Secara makroskopis bersifat homogen jika diamati dengan mikroskop
ultra.
Partikel berdimensi antara 1 nm sampai 100 nm.
Dua fase.
Pada umumnya stabil.
Tidak dapat disaring, kecuali dengan penyaringan ultra.
Contoh:
Sabun, susu, santan, jeli, selai, mentega, dan mayones.

Suspensi (Dispersi Kasar)
Heterogen
Salah satu atau semua dimensi partikelnya lebih besar dari 100 nm.
Dua fase.
Tidak stabil.
Dapat disaring.
Contoh:
Air sungai yang keruh, campuran air dengan pasir, campuran air dengan
kopi, dan campuran minyak dengan air.

sumber:
buku catatan sekolahku

Read more: http://khairul-anas.blogspot.com/2012/05/perbandinganperbedaan-
sifat-larutan.html#ixzz33CBP2ykS

Anda mungkin juga menyukai