Anda di halaman 1dari 10

ANALISA PERTUMBUHAN MIKROBA PADA FERMENTASI

SALMAH

Program Studi Teknik Kimia
Fakultas Teknik
Universitas Sumatera Utara

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Mikroba Sebagai Suatu Alat Dalam Proses Industri
Proses teknologi fermentasi mendayagunakan sifat biokimia suatu mikroba tertentu
atau campurannya. Mikroba dipakai sebagai alat pada proses industri dengan alasan-
alasan sebagai berikut:
berukuran kecil, rasio permukaan terhadap volume besar, sehingga
memungkinkan penyerapan bahan makanan banyak dan cepat, dan berakibat
laju reaksi metabolik menjadi cepat.
berdasarkan keanekaragaman aktivitas biologis mikroba terhadap makanan,
memungkinkan mikroba dapat memakai tidak hanya satu jenis bahan
makanan saja, hal ini terlihat pada pemanfaatan limbah molase sebagai
pengganti bahan makan.
mudah beradaptasi.
terdapat di mana-mana di alam bebas.
tidak menyebabkan gangguan ekologi lingkungan yang berarti karena bahan
kimia yang dipakai relatif sedikit.
Indonesia yang merupakan sumber plasma nutfah yang luas, sehingga
memiliki peluang untuk pengembangan bioteknologi.

1.2. Aktivitas Mikroba
Bila ditinjau dari segi mikrobiologi industri, kegiatan mikroba dapat dibedakan
atas:
kegiatan produksi:
produksi biomassa sel (sel ragi dan lainnya).
produksi bioenzim, dimana keuntungannya lebih banyak dibandingkan
dengan enzim yang berasal dari tanaman atau hewan, karena dapat
diproduksi dalam jumlah besar dengan cara fermentasi, dimana
induksi dapat dilakukan dengan memasukkan zat penginduksi, represi
balik dapat dihilangkan dengan mutasi.
produksi metabolit, umumnya metabolit primer yang dihasilkan
merupakan produk yang bernilai ekonomi tinggi.
produksi biokonversi (transformasi), sel mikroba dapat dipakai untuk
konversi suatu senyawa menjadi senyawa lain yang mempunyai
struktur sama tetapi bernilai ekonomi lebih tinggi.
kegiatan pengolahan:
pengolahan limbah, minyak, zat warna dan lainnya.
pembentukan senyawa xenobiotik.
pelindian bijih.
kegiatan perusakan:
terhadap bahan baku proses.
terhadap peralatan, tangki, pipa, penukar panas, dan alat lainnya.

2004 Digitized by USU digital library
1

1.3. Rangkaian Proses Fermentasi
Kegiatan utama proses fermentasi dibagai atas:
perlakuan hulu
pengawasan selama proses.
perlakuan hilir.

Perlakuan hulu:
Pemilihan mikroba:
Dipilih satu jenis atau lebih, mikroba yang sudah dipelajari galurnya, dan bila
mungkin diperbaiki dengan cara induksi mutasi. Peningkatan laju produksi dapat
juga dengan cara pemuliaan dan fusi protoplasma gel mikroba, dan teknik
pengubahan genetik agar mikroba dapat menghasilkan produk murni dengan laju
tinggi, perkembangan ini dikenal sebagai rekayasa genetika, yang membentuk
hasil rekombinasi DNA untuk menghasilkan produk yang tidak umum dihasilkan
oleh mikroba. Di sini diharapkan mikroba berperan untuk menghasilkan produk
baru dalam skala komersial.

Penyediaan bahan makanan.
Sel hidup berisi senyawa polimer dengan bobot molekul tinggi seperti protein,
asam nukleat, polisakarida, lipida, lemak dan lainnya. Biopolimer ini membentuk
struktur elemen dalam gel hidup, misalnya dinding sel berisi polisakarida, protein,
lipida, sitoplasma gel berisi protein terutama dalam bentuk enzim. Selain itu juga
berisi metabolit dalam bentuk garam anorganik seperti
NH
4
+
,PO
4
3+
,K
+
,Ca
2+
,Na
+
,SO
4
2-
dan metabolit antara seperti piruvat, asetat, vitamin.
Komposisi elemen yang dibutuhkan pada sel bakteri kira-kira 50% C,20% O. 14%
N, 3% P. 1% S dan sejumlah kecil K
+
, Na
+
, Ca
2+
. Mg
2+
. C1
-
, vitamin. Elemen-
elemen ini diperoleh dari bahan makan yang tersedia.

Sterilisasi
Setiap materi yang terlibat dalam proses fermentasi harus dalam keadaaan bebas
kontaminasi.

Pengawasan selama proses:
Karena sel mikroba terdiri dari senyawa organik seperti protein, yang sangat
mudah berubah sifat akibat perubahan fisika atau kimia, selama proses di dalam
bejana fermentasi harus diperhatikan beberapa faktor fisika atau kimia yang
mungkin timbul yang dapat mempengaruhi jalannya proses. Faktor-faktor tersebut
antara lain:
keberadaan air
pH
keberadaan oksigen, yang mempengaruhi mikroba aerob atau anaerob.
suhu, bila terlalu tinggi akan memecah protein.
kekentalan, yang akan mempengaruhi tegangan permukaan.
homogenitas.
kemungkinan kontaminasi.
kemungkinan timbulnya busa.

Perlakuan hilir:
Hasil proses fermentasi adalah bermacam-macam produk yaitu biomassa gel,
bioenzim, metabolit, biokonversi, sisa makanan, dan hasil samping yang tidak
diinginkan. Sudah tentu untuk memperoleh hasil masing-masing produk yang
diinginkan, harus dipisahkan dan dimumikan agar diperoleh produk yang bermutu.
2004 Digitized by USU digital library
2
Teknik pemisahan yang dilakukan tergantung produk yang akan dipisahkan dengan
memperhatikan ukuran partikel, sifat fisika dan kimia produk, dan pertimbangan
ekonomi lain.
Yang umum, teknik pemisahan itu meliputi:
pemisahan senyawa larut dan tidak larut, dengan beberapa teknik filtrasi,
sentrifugasi, pemecahan gel.
isolasi, dengan teknik ekstraksi dan adsorpsi.
pemurnian produk, dengan teknik kromatografi, pengendapan, ultrafiltrasi
dan elektroforesa.
pekerjaan akhir, dengan teknik kristalisasi, pengeringan, pengendalian dan
tindakan terhadap kemungkinan pengotoran lain.
Selain kegiatan untuk memperoleh produk yang diinginkan juga tidak kalah
pentingnya adalah perlakuan terhadap sisa proses dan limbah yang dihasilkannya,
baik yang harus dibuang atau yang dapat dimanfaatkan kembali.

1.4. Isolasi Mikroba
Flora mikroba di lingkungan mana saja pada umumnya terdapat dalam
populasi campuran. Dapat dikatakan sangat jarang mikroba ditemui sebagai satu
spesies tunggal di alam. Untuk mencirikan dan mengidentiflkasi suatu spesies
mikroba tertentu, pertama-tama spesies tersebut harus dapat dipisahkan dari
organisme lain yang umum dijumpai dalam habitatnya, lalu ditumbuhkan menjadi
biakan murni yaitu biakan dimana sel-selnya berasal dari pembelahan satu sel
tunggal.
Biakan murni itu diperlukan karena semua metoda mikrobiologis yang
digunakan untuk menelaah dan mengidentifikasi mikroba, termasuk penelaahan ciri-
ciri kultural, morfologis, fisiologis, maupun serologis, memerlukan suatu populasi
yang terdiri dari satu macam mikroba saja.
Ada beberapa metoda untuk memperoleh biakan murni dari suatu biakan
campuran. Dua diantaranya yang paling sering digunakan ialah teknik cawan gores
dan cawan tuang. Kedua metoda ini didasarkan pada prinsip sama yaitu
mengencerkan organisme sedemikian sehingga individu spesies dapat dipisahkan
dari lainnya, dengan anggapan bahwa setiap koloni terpisah yang tampak pada
cawan petri setelah inkubasi berasal dari satu sel tunggal.

1.5. Metoda Cawan Gores
Metoda ini mempunyai dua keuntungan, yaitu menghemat bahan dan waktu.
Namun untuk memperoleh hasil yang baik diperlukan ketrampilan yang memadai
yang biasanya diperoleh dari pengalaman. Metoda cawan gores yang dilaksanakan
dengan baik akan menyebabkan terisolasinya mikroba seperti yang diinginkan.
Namun, ada dua macam kesalahan yang umum sekali dilakukan terutama bagi yang
baru melakukan pekerjaan adalah:
tidak memanfaatkan permukaan medium dengan sebaik-baiknya untuk
digores sehingga pengenceran mikroba menjadi kurang lanjut.
cenderung untuk menggunakan inokulum terlalu banyak sehingga
menyulitkan pemisahan sel-sel yang digoreskan.

1.6. Metoda Cawan Tuang
Cara lain untuk memperoleh koloni murni dari populasi campuran mikroba
ialah dengan mengencerkan spesimen dalam medium agar yang telah disterilkan dan
dicairkan kemudian didinginkan 50C yang kemudian dituang ke cawan. Karena
kadar sel-sel mikroba di dalam spesimen pada umumnya tidak diketahui
sebelumnya, maka pengenceran perlu dilakukan beberapa tahap sehingga sekurang-
kurangnya satu di antara cawan-cawan tersebut mengandung koloni-koloni terpisah
2004 Digitized by USU digital library
3
di atas permukaan ataupun di dalam agar. Metoda ini memboroskan bahan dan
waktu, namun tidak memerlukan ketrampilan yang terlalu tinggi.

1. 7. Formulasi Medium
Menentukan atau membuat formulasi medium adalah pekerjaan yang penting
ialah merencanakan suatu percobaan di laboratorium, supaya diperoleh pekerjaan
yang diinginkan sesuai, yang kemudian akan berkembang menjadi skala pilot dan
skala industri. Bahan-bahan dalam medium harus mencukupi kebutuhan elemen
yang akan dipergunakan biomassa sel dan produksi metabolit, juga harus cukup
memberi energi untuk biosintesa dan pemeliharaan selama proses.
Karena itu perlu penelitian yang lebih rinci untuk membuat medium yang
cocok untuk proses fermentasi, walupun elemen dasar tertentu yang harus ada pada
setiap medium sudah diketahui.
Semua mikroba membutuhkan air, energi, C, N, elemen mineral,
vitamin,oksigen. Pada skala kecil penentuan dan pemakaian medium ini mudah
diperoleh dan sederhana, tetapi untuk skala industri harus diperhatikan perolehan
sumber makanan yang murah, dan mendapat bibit mikroba yang cocok untuk
medium ini.
Perancangan fermenter juga mempengaruhi kerja medium. Menurut
penelitian yang pernah dilakukan diketahui bahwa kadar N optimum untuk produksi
griseofulvin berbeda-beda pada alat fermentasi yang berbeda.
Pemindahan kondisi dari skala laboratorium ke skala industri juga banyak
faktor yang harus diperhatikan, anatara lain:
aliran udara
kekentalan medium, yang keduanya ini mungkin memerlukan alat pengaduk
yang lebih kuat
pH
pembentukan morfologi mikroba
prekursor, induser, inhibitor
dan lainnya.

BAB II
PRINSIP FORMULASI MEDIUM

Perencanaan bahan makanan dalam medium untuk pertmbuhan gel dan
pembentukan produk adalah langkah kunci untuk menjamin keberhasilan suatu
proses. Medium harus mengandung bahan kimia, elemen-elemen yang dibutuhkan
gel, dan harus diberi energi yang tepat untuk sintesa dan pemeliharaan selama
proses, juga harus mengandung vitamin dan mineral. Untuk itu dapat dilihat suatu
aturan yang umum dipakai.

2.1. Analisa Komposisi Medium
Langkah pertama dalam perencanaan medium adalah pengujian komposisi
yang diperlukan gel, tetapi analisa yang rinci komposisi elemen ini tidak ada, karena
itu dipakai komposisi yang umum seperti pada tabel I di bawah ini, dimana setiap
medium minimum harus mengandung elemen-elemen tersebut dalam jumlah yang
tepat.
Kecuali C, 0, H, formulasi medium untuk bahan makanan berdasarkan tabel
1, kadang-kadang perlu dalam jumlah yang sangat kecil elemen-elemen Fe, Zn, Cu,
Mn, B. Beberapa peneliti berpendapat bahwa pemberian P, K, Zn, Cu, perlu berlebih
sedikit karena P akan dilepas ke medium untuk menambah kapasitas dapar.


2004 Digitized by USU digital library
4
Tabel 1. Komposisi yang dibutuhkan untuk bakteri, ragi, jamur dalam persen berat
kering.

Elemen Bakteri Ragi Jamur
C
H
N
P
S
K
Na
Ca
Mg
Cl
Fe
50-53
7
12-15
2,0-3,0
0,2-1,0
1,0-4,5
0,5-1,0
0,01-1,1
0,1-0,5
0,5
0,02-0,2
45-50
7
7,5-11
0,8-2,6
0,01-0,24
1,0-4,0
0,01-0,1
0,1-0,5
0,1-0,5
-
0,01-0,5
40-65
-
7-10
0,4-4,5
0,1-0,5
0,2-2,5
0,02-0,5
0,1-0,4
0,1-0,5
-
0,1-0,2
sumber : Yeon Woo Ryu, Ah Ju University

Jadi bila diinginkan sintesa 30 gram massa sel ragi tiap liter, perlu dipakai
amonium sulfat sebagai sumber N dan S seberat 12 gram per liter yang akan
memberikan 2,4 gram tiap liter dan 3,0 gram tiap liter masing masing untuk N dan
S.
Tabel 12 menunjukkan perhitungan untuk sintesa 30 gram tiap liter biomassa
agi, Serpihan elemen dalam jumlah kecil diperlukan sebagai kofaktor dan komponen
struktural, namun beberapa mikroba harus dipertimbangkan lebih dahulu, karena
justru tidak dianjurkan adanya serpihan elemen yang berlebih.

Tabel 2. Perencanaan medium pertumbuhan untuk mendukung pertumbuhan dan
produksi 30 gram ragi per liter.
Komponen Medium Kadar (gram/liter)
Sumber energi dan karbon :
metanol
etanol
glukosa
heksa dekana
senyawa organik :
amonium sulfat
kalium hirofosfat
magnesium sulfat
Serpihan mineral:
Cu, Co,Fe,Ce,Ca,Zn,Mo,Mn


60,0
40,0
60,0
30,0

12,0
1,3
1,5

10
-4
M
2004 Digitized by USU digital library
5


Langkah kedua adalah menentukan persamaan stoikiometri untuk
pertumbuhan dan pembentukan produk:

C + Sumber N + dll

sumber energi yang perlu
biomassa gel + hasil + CO
2
+ H
2
O + panas

Persamaan di atas sekurang-kurangnya dapat untuk perkiraan awal
kebutuhan bahan makanan sesuai dengan jumlah biomassa gel dan produk yang
dihasilkan.
Substrat C mempunyai dua peranan yaitu sebagai penyedia biosintesa dan
penyedia energi. Dalam kondisi aerob C yang dibutuhkan diperkirakan sebagai
"koefisien hasil selular" Y yang didefinisikan sebagai berikut:

jumlah sel dalam keadaan kering yang dihasilkan
Y = --------------------------------------------------------------
jumlah karbon substrat terpakai

Beberapa harga Y terlihat pada tabel 3.
Penyediaan sumber C yang cukup, sangat perlu untuk proses pembentukan
produk pada fermentasi. Pada suatu studi yang teliti dan kritis, dibuat suatu analisa
untuk menentukan bagaimana konversi diperoleh dari sumber C menjadi produk
dibandingkan dengan hasil maksimum secara teori. Hal ini mungkin sukar dilakukan
karena pengetahuan yang terbatas tentang tahapan-tahapan biosintesa.

Tabel 3. Koefisien hasil selular (Y) dari bakteri dengan substrat C yang berbeda
beda

Substrat Y
metan
n-alkana
metanol
etanol
asetat
maleat
glukosa/molase
0,62
1,03
0,04
0,68
0,34
0,36
0,51
Sumber : Yeon Woo Ryu, Ah ju University

2.2. Kebutuhan Biokimia Spesifik
Kebanyakan mikroba mampu tumbuh dengan baik pada medium garam
mineral sederhana dimana akan dibutuhkan satu atau lebih senyawa biokimia yang
spesifik.
Hal ini karena beberapa mikroba tak mampu mensintesa semua komponen
biokimianya sendiri. Yang sering dibutuhkan adalah vitamin dan asam amino. Yeast,
kadang-kadang perlu biotin, thiamin, dan riboflavin.




2004 Digitized by USU digital library
6
2.3. Media Fermentasi
Pada skala besar secara umum harus dipakai sumber makanan yang relatif
murah untuk mengembangkan medium, namun juga harus memenuhi beberapa
syarat sebagai berikut:
1. harus memproduksi hasil sebanyak-banyaknya yaitu produksi atau biomassa
per gram bahan makanan terpakai.
2. harus memenuhi kadar produk atau biomassa sebanyak-banyaknya.
3. harus memproduksi produk yang tak diinginkan sekecil-kecilnya.
4. harus murah, mutu terjamin, mudah diperoleh.
5. harus menimbulkan efek sekecil-kecilnya akibat samping selama proses
produksi khusus seperti aerasi, agitasi, ekstraksi, pemurnian, dan pengolahan
limbah.
Yang selalu dipakai secara umum adalah molase tebu, molase bit, gandum,
pati, glukosa, dan gula lain sebagai sumber C. Garam amonium, urea, nitrat, cairan
atau rendaman jagung, kacang kedelem limbah ternak, sisa fermentasi sebagai
sumber N, dan sumber -sumber ini cenderung memenuhi kriteria di atas.

2.4. Pengukuran Kuantitatif Populasi Mikroba
Pengukuran kuantitatif populasi mikrova seringkali amat diperlukan di dalam
berbagai macam penalaahan mikrobiologi. Pada hakikatnya ada dua macam
pengukuran dasar, yaitu penentuan jumlah gel dan penentuan massa gel.
Pengukuran jumlah gel biasanya dilakukan bagi organisme bersel tunggal, misalnya
bakteri, sedangkan penentuan massa sel dapat dilakukan tidak hanya bagi
organisme bersel tunggal tetapi juga bagi organisme berfilamen seperti jamur.
Ada berbagai cara untuk mengukur jumlah sel, antara lain dengan hitungan
cawan, hitungan mikroskopik langsung atau secara elektronis dengan bantuan alat
yang disebut penghitung Coulter. Cara lain untuk menentukan jumlah sel ialah
dengan menyaring sampel dengan suatu saringan membran, saringan tersebut lalu
diinkubasikan pada permukaan medium yang sesuai. Jasad-jasad renik yang
tertahan pada permukaan saringan menyerap nutrien dari medium dan
menghasilkan koloni-koloni, masing-masing berasal dari saru gel tunggal yang dapat
hidup.
Massa gel juga dapat ditentukan dengan berbagai metoda. Salah satu yang
paling umum ialah pengukuran kekeruhan suspensi gel. Cara lain ialah mengukur
berat kering gel atau filamen miselium sampel di dalam suatu volume tertentu.
Sampel mula-mula disentrifugasi atau disaring, lalu dicuci, dikeringkan dan beratnya
ditimbang.
Pada metoda hitungan mikroskopik langsung, sampel ditaruh di suatu ruang
hitung, seperti hemasitometer, dan jumlah gel dapat ditentukan secara langsung
dengan bantuan mikroskop. Keuntungan metoda ini adalah pelaksanaannya cepat
dan tidak memerlukan banyak perlatan. Kelemahannya ialah tidak dapat
membedakan sel-sel yang hidup dan yang mati, dengan perkataan lain hasil yang
diperoleh adalah jumlah total sel yang ada di dalam populasi. Pada beberapa macam
sel eukariotik, penambahan zat warna tertentu, misalnya biru metilen 0,1%, pada
sampel yang akan dihitung dapat dibedakan sel hidup dan yang mati. Pada sel
khamir misalnya baik sel hidup maupun gel mati akan menyerap biru metilen namun
hanya sel hidup dapat mereduksi zat warna tersebut secara enzimatik menjadi tidak
berwarna, jadi gel-gel mati akan tampak biru.
Kelemahan lain metoda mikroskopik langsung adalah sulitnya menghitung sel
yang berukuran sangat kecil seperti batten karena ketebalan hemasitometer tidak
memungkinkan digunakannya lensa objektif celup minyak. Hal ini biasanya diatasi
dengan cara mewarnai gel sehingga menjadi lebih mudah dilihat. Kelemahan lain lagi
ialah kadang-kadang sel cenderung bergerombol sehingga sukar membedakan set
2004 Digitized by USU digital library
7
gel individu. Cara mengatasinya ialah menceraiberaikan gerombolan sel-sel tersebut
dengan menambahkan bahan anti gumpal seperti dinatrium etilen diamin tetraasetat
daD Tween 80 sebanyak 0,1%
Pelaksanaan:
suspensi khamir Saccharomyces cerevisiae, yang telah diencerkan sedemikian
sehingga tampak hanya sedikit keruh, suspensi demikian akan mengandung
kira-kira 500 sel dalam 80 kotak kecil, yaitu luasan 0,2 mm
2
, pada
hemasitometer.
hemasitometer Levy dengan garis-garis pembagian Naubauer
pipet Pasteur.

Cara kerja:
1. Bersihkan permukaan hitung hemasitometer dengan secarik kertas lensa yang
telah dibasahi dengan setetes air suling. Juga bersihkan kaca tutup
hemasitometer sampai tidak lagi tertinggal sisa-sisa minyak pada permukaannya.
2. Letakkan kaca tutup hemasitometer di atas permukaan hitung hemasitometer.
3. Kocok suspensi sel khamir baik-baik, jaga agar sumbat tabung tidak terbasahi,
dan dengan menggunakan pipet Pasteur ambil suspensi sebanyak 0,1 sampai 0,5
ml. Pengamabilan suspensi dengan pipet Pasteur dapat dilakukan dengan cara
memasukkkan pipet tersebut ke dalam suspensi lalu menutup lubang pangkal
pipet dengan telunjuk.
4. Dengan cermat taruh ujung pipet Pasteur pada lekukan berbentuk V pada tepi
kaca tutup hemasitometer dan biarkan ruang hemasitometer terpenuhi suspensi
secara kapiler. Gunakan telunjuk untuk mengatur aliran suspensi mencegah
banjir bahagian bawah kaca tutup oleh aliran yang berlebihan. Usahakan agar
tidak ada cairan masuk di antara kaca tutup yang sebenarnya harns berukuran
tepat 0,1 mm. Bila sampai terjadi hal demikian, maka seluruh prosedur harus
diulang.
5. Taruhlah hemasitometer di atas pentas mikroskop dengan hati-hati. Amati
dengan objektif kekuatan rendah dan hitung jumlah sel yang terdapat pada 80
buah kotak kecil yang terletak di dalam kotak bagian tengah yang berukuran 1
mm
2
itu.
6. Cara menghitung, pembagian hemasitometer dapat dilihat pada gambar.
Seluruhnya ada sembilan area masing-masing berukuran 1mm
2
. Kotak yang di
tengah, kesemua sisi dibatasi dengan garis ganda, juga berukuran 1mm
2
dan
akan dibagi menjadi 25 kotak besar. Setiap kotak besar ini dibagi-bagi menjadi
16 kotak kecil, dengan demikian di dalam kotak tengah tersebut seluruhnya
terdapat 400 kotak kecil (25 x 16).
7. Contoh perhitungan: andaikan menurut pengamatan terdapat 500 sel khamir di
dalam 80 kotak kecil. Maka jumlah sel khamir yang terdapat di dalam setiap ml
suspensi asal dapat dihitung dengan cara berikut:
80 kotak kecil mempunyai luas 0,2 mm
2
, jadi di dalam setiap mm
2
terdapat
500 x 5 atau 2500 sel.
kedalaman cairan dibawah hemasitometer 0.1 mm, maka volume cairan yang
tercakup oleh kotak berukuran 1 mm
2
ialah 0.1 mm
3
, artinya terdapat 2500
sel / 0,1 mm
3
atau 25.000 sel / mm
3
.
1 ml = 1cm
3
atau 100 mm
3
, maka jumlah sel khamir yang terdapat di dalam
suspensi asal ialah 2,5 x 107 sel / ml.





2004 Digitized by USU digital library
8

















Gambar1.
A : tampak atas hemasitometer memperlihatkan tempat menaruh sampel.
B : tampak samping hemasitometer memperlihatkan jarak sebesar 0,1 mm antara
permukaan hitung bagian atas hemasitometer dan permukaan bawah kaca tutup.




















Gambar 2.
Pembagian Neubauer pada hemasitometer memperlihatkan garis-garis pembagian
pada kotak tengah yang berukuran 1mm
2
, ke empat sisinya dibatasi dengan garis
ganda.

2.5. Pengukuran Massa Sel
Untuk memeriksa kadar gel sejumlah besar biakan, metoda hitungan cawan
bukan pilihan yang baik karena tidak hanya memakan waktu juga memerlukan
media dan alat dalam jumlah besar. Lebih baik dipakai pengukuran pengeruhan
biakan dengan fotokolorimeter. Namun agar data yang diperoleh dari pengukuran ini
2004 Digitized by USU digital library
9
dapat dinyatakan sebagai kadar organisme, diperlukan suatu kurva baku yang
menyatakan korelasi antara kekeruhan biakan dengan jumlah organisme per ml
biakan.
Kurva semacam ini dapat diperoleh dengan cara memakai metoda hitungan
cawan untuk menentukan hitungan organisme di dalam biakan yang kekeruhannya
diketahui. Sekali kurva baku ini diperoleh, maka sejumlah besar biakan organisme
sejenis dapat dengan cepat diukur kekeruhannya dan kadarnya segera dapat
diketahui dengan cara membaca kurva tersebut.
Pada gambar 3 dan 4 terlihat bagaimana memahami bekerjanya
fotokolorimeter. Sumber cahaya dalam alat tersebut memancarkan seberkas cahaya
putih melalui dua buah lensa dan celah masuk ke suatu kisi difraksi yang pada
gilirannya menyebarkan cahaya menjadi berkas-berkas horizontal dengan semua
warna spektrum, dari warna ungu dan ultra ungu, gelombang cahaya pendek,
sampai kepada merah dan infra merah, gelombang cahaya panjang. Spektrum
cahaya jatuh pada secarik layar gelap yang dilengkapi dengan celah keluar. Hanya
bagian spektrum yang kebetulan jatuh pada celah tersebut memasuki sampel dan
akan menjadi berkas monokromatik. Panjang gelombang mana yang akan masuk
melalui celah tersebut dapat diatur dengan menyesuaikan arah kisi difraksi melalui
pemutaran tombol pengatur panjang gelombang, yang ada pada alat tersebut.
Cahaya yang mengenai gel-gel mikroorganisme di dalam sampel suspensi
akan dihamburkan, sedang cahaya yang lolos diteruskan setelah melewati sampel
akan mengaktivasi foto tabung yang akan mencatat persen transmitans ( % T ) pada
galvanometer. Makin sedikit jumlah gel di dalam suspensi, makin besar intensitas
cahaya yang lolos, makin tinggi pula persen transmitans yang tercatat.
Sebelum alat tersebut digunakan untuk mengukur sampel terlebih dahulu
harus dikalibrasi dengan tabung yang berisi medium steril yang macamnya sama
dengan yang digunakan untuk menumbuhkan organisme yang bersangkutan, untuk
menetapkan menjadi 100 % T. Setelah dikalibrasi, maka kekeruhan sampel biakan
dapat dibaca dengan cara menaruh tabung berisi biakan tersebut ke dalam tempat
sampel pada alat itu. Melalui perhitungan, nilai % T kemudian diubah dan dinyatakan
sebagai nilai absorbans ( A ) atau rapat optis ( optical density atau O.D. ).
Untuk memperoleh korelasi antara kadar sel dengan rapat optis suatu biakan
tertentu, mula-mula perlu diterapkan metoda cawan untuk menghitung kadar sel di
dalam biakan tersebut. Kemudian biakan yang sarna diencerkan dan persen
transmitans berbagai pengenceran diukur. Setelah nilai % T diubah menjadi nilai
G.D. dan kadar sel pada setiap pengenceran itu dihitung, maka kurva yang
menggambarkan korelasi tersebut di atas dapat dibuat.


DAFTAR PUSTAKA

Hadioetomo R.S, 1985 .Teknik dan Prosedur Dasar Laboratorium Mikrobiologi.
Jakarta : Gramedia.

Dwidjoseputro ,D, 1984 .Mikrobiologi Dasar. Jakarta ; Jembatan.

Sastramiharja ,I. 1993 Peran Mikrobiologi Seminar Bioteknologi.Bandung

Sastramiharja,I.1993. Isolasi Bakteri Seminar Bioteknologi. Bandung

Partono A. T. 1993. Pertumbuhan Bakteri, Seminar Bioteknologi. Bandung

Surawiria, U. 1987.Mikrobiologi Air.Bandung : Alumni.
2004 Digitized by USU digital library
10

Anda mungkin juga menyukai

  • Tegangan Permukaan
    Tegangan Permukaan
    Dokumen10 halaman
    Tegangan Permukaan
    Evie Christiana
    Belum ada peringkat
  • Kapilaritas
    Kapilaritas
    Dokumen30 halaman
    Kapilaritas
    Silvia Nofrina
    100% (1)
  • BBM 9.3
    BBM 9.3
    Dokumen11 halaman
    BBM 9.3
    Nur Aini Iktikhafsari
    Belum ada peringkat
  • Mikrobiologi
    Mikrobiologi
    Dokumen41 halaman
    Mikrobiologi
    Evie Christiana
    Belum ada peringkat
  • Haemositometer
    Haemositometer
    Dokumen1 halaman
    Haemositometer
    Evie Christiana
    Belum ada peringkat
  • Uji Coliform
    Uji Coliform
    Dokumen14 halaman
    Uji Coliform
    Fadhli
    83% (6)
  • Asam Asetat
    Asam Asetat
    Dokumen2 halaman
    Asam Asetat
    Evie Christiana
    Belum ada peringkat
  • Aseton
    Aseton
    Dokumen1 halaman
    Aseton
    Evie Christiana
    Belum ada peringkat
  • Demokrasi
    Demokrasi
    Dokumen8 halaman
    Demokrasi
    Evie Christiana
    Belum ada peringkat