Disusun oleh : Fajar Eka Setiawan 131011030 TEKNIK KIMIA Drs. Syukri M.Hum Senin, 14.10-15.50
JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT SAINS & TEKNOLOGI AKPRIND YOGYAKARTA 2014
Kelompok 6 A. Pengertian paradigma Paradigma adalah kumpulan tata nilai yang membentuk pola pikir seseorang sebagai titik tolak pandangannya sehingga akan membentuk citra subjektif seseorang mengenai realita dan akhirnya akan menentukan bagaimana seseorang menanggapi realita itu. Istilah paradigama ilmu pertama kali diperkenalkan oleh Thomas Kuhn melalui bukunya yang berjudul The Structur of Science Revolution. Kuhn menjelaskan paradigma dalam dua pengertian. Di satu pihak paradigma berarti keselurahan konstelasi kepercayaan, nilai, teknik yang dimiliki bersama oleh anggota masyarakat ilmiah tertentu. Di pihak lain paradigma menunjukkan sejenis unsur pemecahan teka-teki yang konkrit yang jika digunakan sebagai model, pola atau contoh dapat menggantikan kaidah- kaidah yang secara eksplisit sebagai atau menjadi dasar bagi pemecahan permasalahan dan teka-teki normal sains yang belum tuntas. Paradigma membantu seseorang dalam merumuskan tentang apa yang harus dipelajari, persoalan apa yang harus dijawab dan aturan apa yang harus diikuti dalam menginterpretasikan jawaban yang diperoleh. Dalam masalah ini, istilah paradigma berkembang menjadi terminologi yang mengandung konotasi pengertian sumber nilai, kerangka pikir, orientasi dasar, sumber asas serta arah dan tujuan dari suatu perkembangan, perubahan serta proses dalam suatu bidang tertentu termasuk dalam bidang pembangunan, reformasi maupun pendidikan B. Pancasila sebagai paradigma pembangunan Untuk mencapai tujuan negara yang telah disebutkan di pembukaan UUD 1945, bangsa indonesia harus melaksanakan pembangunan nasional. Secara filosofis hakikat kedudukan pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional mengandung suatu konsekuensi bahwaa dalam segala aspek pembangunan nasional kita harus berlandaskan pancasila. Pembangunan nasional harus meliputi aspek jiwa yang mencakup akal, rasa dan kehendak, asepk raga, aspek individu, aspek makhluk sosial, aspek pribadi dan juga aspek kehidupan ketuhanannya. Kemudian dijabarkan dalam bebagai bidang pembangunan antara lain politik, ekonomi, sosial, budaya, hukum, pendidikan, ilmu pengetahuan, teknologi serta agama. a. Pancasila sebagai paradigma pengembangan iptek Ilmu pengetahuan dan tekhnologi pada hakikatnya merupakan hasil kreativitas manusia dalam rangka mewujudkan kesejahteraannya dengan mengolah kekayaan alam yang disediakan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Pancasila telah memberikan dasar nilai nilai dalam pengembangan IPTEK, yaitu didasarkan moral ketuhanan,keadilan dan keberadaban. Dengan kata lain dalam hal ini manusia tidak ditempatkan sebagai pusatnya melainkan bagian yang sistematik dari alam yang diolahnya. b. Pancasila sebagai paradigma pembangunan POLEKSOSBUD HANKAM Pembangunan nasional dirinci diberbagai bidang antara lain politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan yang penjabarannya tertuang pada GBHN. Pembangunan yang sifatnya humanitis dan pragmatis harus mendasarkan pada hakekat manusia sebagai pelaksana sekaligus tujuan pembangunan, sebagai pengembangan Poleksosbudhankam, maka pembangunan pada hakekatnya membangun manusia secara utuh, secara lengkap, meliputi seluruh unsur hakekat manusia yang monopluralis.
1) Pancasila sebagai paradigma pengembangan bidang politik Manusia Indonesia selaku warga negara harus ditempatkan sebagai subjek atau pelaku politik bukan sekadar objek politik. Pancasila bertolak dari kodrat manusia maka pembangunan politik harus dapat meningkatkan harkat dan martabat manusia. Sistem politik Indonesia yang bertolak dari manusia sebagai subjek harus mampu menempatkan kekuasaan tertinggi pada rakyat. Kekuasaan adalah dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Sistem politik Indonesia yang sesuai pancasila sebagai paradigma adalah sistem politik demokrasi bukan otoriter. Sehingga dalam pemerintahan, kebijakan-kebijakan yang diambil haruslah bersumber dari kepentingan rakyat bukan kepentingan pribadi ataupun golongan. Pancasila sebagai paradigma pembangunan politik, artinya bahwa nilai-nilai pancasila sebagai wujud cita-cita Indonesia diimplementasikan sebagai berikut : a) Penerapan dan pelaksanaan keadilan sosial mencakup keadilan politik, budaya agama dan ekonomi dalam kehidupan sehari-hari. b) Mendahulukan kepentingan rakyat/demokrasi dalam pengambilan keputusan. c) Melaksanakan keadilan sosial dan penentuan perioritas kerakyatan berdasarkan konsep mempertahankan kesatuan bangsa. d) Dalam pelaksanaan pencapaian tujuan keadilan menggunakan pendekatan kemanusiaan yang adil dan beradab. e) Nilai-nilai kejujuran, toleransi harus bersumber pada nilai-nilai ketuhanan YME. 2) Pancasila sebagai paradigma pengembangan ekonomi Diartikan sebagai pengembangan ekonomi bukan hanya mengejar pertumbuhan saja, tetapi demi kemanusiaan, demi kesejahteraan seluruh bangsa, didasarkan atas kekeluargaan seluruh bangsa. Menurut Mubyarto, pengembangan ekonomi tidak bias dipisahkan dengan nilai-nilai moral kemanusiaan, ekonomoi kerakyatan yaitu ekonomi yang humanistic dengan mendasar pada tujuan demi kesejahteraan rakyat secara luas. Tujuan ekonomi untuk memmenuhi kebutuhan manusia agar lebih sejahtera, maka ekonomi harus menghindarkan diri dari persaingan bebas, dari monopoli, ekonomi harus menghindari yang menimbulkan penderitaan manusia dan yang menimbulkan penindasan manusia satu dengan yang lain. Jadi, dalam ekonomi kerakyatan politik/kebijakan ekonomi harus untuk sebesar-besar kemakmuran/kesejahteraan rakyat yang harus mampu mewujudkan perekonomian nasional yang lebih berkeadilan bagi seluruh warga masyarakat. 3) Pancasila sebagai paradigma pengembangan sosial budaya Mengandung pengertian bahwa pancasila adalah etos budaya persatuan dalam masyarakat majemuk. Semboyan Bhineka Tunggal Ika dan pelaksanaan UUD 45 yang menyangkut pembangunan kebudayaan bangsa hendaknya menjadi perioritas, karena kebudayaan nasional diperlukan sebagai landasan atau media sosial yang memperkuat persatuan. Berdasar sila persatuan Indonesia, pembangunan sosial budaya dikembangkan atas dasar penghargaan terhadap nilai sosial dan budaya-budaya yang beragam dari seluruh wilayah Nusantara menuju pada tercapainya rasa persatuan sebagai bangsa. Namun pada kenyataannya, Indonesia dihadapkan dengan berbagai permasalahan. Banyaknya fanatisme etnis di berbagai daerah mengakibatkan lumpuhnya keberadaban masyarakat. Perlu ada pengakuan dan penghargaan terhadap budaya dan kehidupan sosial berbagai kelompok bangsa Indonesia sehingga mereka merasa dihargai dan diterima sebagai warga bangsa. Dengan demikian, pembangunan sosial budaya tidak menciptakan kecemburuan, kesenjangan, diskriminasi, dan ketidakadilan sosial. 4) Pancasila sebagai paradigma pengembangan hankam Salah satu tujuan bernegara Indonesia adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Hal ini mengandung makna bahwa tugas dan tanggung jawab tidak hanya oleh penyelenggara negara saja, tetapi juga rakyat Indonesia secara keseluruhan, sehingga tidak mengakibatkan negara menjadi totaliter atau otoriter. Sistem pembangunan pertahanan dan keamanan Indonesia disebut sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta (sishankamrata). 5) Pancasila sebagai paradigma pengembangan kehidupan beragama Pancasila memberikan kebebasan pada rakyat Indonesia untuk memeluk agamanya masing-masing. Namun yang perlu digaris bawahi, hal ini seharusnya tidak menimbulkan konflik yang bersumber pada masalah SARA seperti yang terjadi dewasa ini di Indonesia. Karena Tuhan menciptakan manusia laki-laki dan perempuan kemudian Ia menjadikan manusia itu kelompok-kelompok agar manusia dapat hidup damai dan saling toleransi. Oleh karena itu, sudah seharusnya kehidupan beragama di Indonesia dikembangkan ke arah terciptanya kehidupan bersama yang penuh toleransi, saling menghargai berdasarkan nilai kemanusiaan yang beradab. C. Pancasila sebagai paradigma reformasi Reformasi adalah suatu wujud keinginan masyarakat untuk menjadikan Indonesia berubah, yaitu menata kembali kehidupan berbangsa dan bernegara demi terwujudnya masyarakat madani yang sejahtera, masyarakat yang bermartabat kemanusiaan yang menghargai HAM, masyarakat yang demokratis yang bermoral religius serta masyarakat yang bermoral dan beradab. Reformasi dengan melakukan perubahan dalam berbagai bidang yang sering diteriakkan dengan jargon reformasi total tidak mungkin melakukan perubahan terhadap sumbernya itu sendiri. Betapapun perubahan dan reformasi yang terjadi di Indonesia tidak akan menghilangkan nilai religiusnya, nilai kemanusiaannya, nilai persatuannya, nilai kerakyataannya, dan nilai keadilannya. Reormais harus memiliki tujuan, dasar, cita-cita serta platform yang jelas dan bagi bangsa Indonesia. Sehingga reformasi yang dilakukan bangsa Indonesia bukanlah untuk menghancurkan dan membubarkan negara Indonesia, tetapi mengembalikan tatanan negara sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. a. Gerakan Reformasi Semasa pemerintahan orde baru, Indonesia menghadapi bencana hebat. Krisis ekonomi yang terjadi di Asia Tenggara menyebabkan stabilitas politik goyah, pemerintahan hanya membawa kebahagiaan semu, ekonomi rakyat menjadi terpuruk, terlebih lagi praktik KKN merajalela pada hampir seluuh instansi pemerintahan, serta penyalahgunaan kekuasaan dan wewenang para pejabat dan pelaksana pemerintahan negara membawa rakyat semakin menderita. Masyarakat Indonesia menginginkan perubahan tatanan negara yang sesuai dengan pancasila. Awal keberhasilan gerakan Reformasi ditandai dengan mundurnya Presiden Soeharto pada 21 Mei 1998 yang kemudian disusul dengan dilantiknya Wakil Presiden Prof. Dr. B. J. Habibie menggantikan kedudukan Presiden. Kemudian diikuti dengan pembentukan Kabinet Reformass Pembangunan. Pemerintahan Habibie inilah yang merupakan pemerintahan transisi yang akan mengantarkan rakyat Indonesia untuk melakukan reformasi secara menyeluruh, terutama pengubahan 5 paket UU. Dengan demikian, reformasi harus diikuti juga dengan reformasi hukum bersama aparat penegaknya serta reformasi pada berbagai instansi pemerintahan. 1) Gerakan Reformasi dan Ideologi Pancasila Makna serta pengertian reformasi dewasa ini banyak disalah artikan sehingga gerakan masyarakat yang melakukan perubahan yang mengatasnamakan gerakan reformasi juga tidak sesuai dengan pengertian reformasi sendiri. Hal ini terbukti dengan maraknya garakan masyarakat dengan mengatasnamakan gerakan reformasi , melakukan kegiatan yang tidak sesuai dengan makna reformasi itu sendiri. Secara harfiah reformasi memiliki makna : suatu gerakan untuk memformat ulang, menata ulang atau menata kembali hal hal yang menyimpang untuk dikembalikan pada format atau bentuk semula sesuai dengan nilai nilai ideal yang dicita citakan rakyat.
Oleh karena itu suatu gerakan reformasi memilki kondisi syarat syarat sebagai berikut : a) Suatu gerakan reformasi dilakukan karena adanya suatu penyimpangan penyimpangan. b) Suatu gerakan reformasi dilakukan harus dengan suatu cita cita yang jelas ( landasan ideologis ) tertentu, dalam hal ini pancasila sebagai ideologi bangsa dan Negara Indonesia. c) Suatu gerakan reformasi dilakukan dengan berdasar pada suatu kerangka struktural tertentu ( dalam hal ini UUD ) sebagai kerangka acuan reformasi. d) Reformasi dilakukan kearah suatu perubahan ke arh kondisi serta keadaan yang lebih baik. e) Reformasi dilakukan dengan suatu dasar moral dan etik sebagai manusia yang Berketuhanan Yang Maha Esa, serta terjaminnya persatuan dan kesatuan bangsa. 2) Pancasila sebagai dasar cita-cita reformasi Pancasila sebagai dasar filsafat Negara Indonesia. Sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia dalam perjalanan sejarah. Nampaknya tidak diletakan dalam kedudukan dan fungsi sebenarnya. Pada masa orde lama pelaksanaan dalam Negara yang secara jelas menyimpang bahkan bertentangan.
Asas kekeluargaan sebagaimana terkandung dalam nilai pancasila disalahgunakan menjadi praktek nepotisme, sehingga merajalela kolusi dan korupsi.
Oleh karena itulah maka gerakan reformasi harus tetap diletakkan dalam kerangka perspektif pancasila sebagai landasan cita cita dan ideologi, sebab tanpa adanya suatu dasar nilai yang jelas maka suatu reformasi akan mengarah pada suatu disintegrasi, anarkisme, brutalisme serta pada akhirnya menuju pada kehancuran bangsa dan Negara Indonesia. b. Pancasila sebagai paradigma reformasi hukum Kerusakan parah yang ingin dibenahi dari pemerintahan Orde Baru adalah kerusakan hukum. Produk hukum yang jauh dari nilai kemanusiaan, kerakyatan, serta keadilan. Oleh karena itu kerusakan atas subsistem hukum yang sangat menentukan dalam berbagai bidang misalnya politik, ekonomi , dan bidang lainnya maka bangsa Indonesia ingin melakukan suatu reformasi , menata kembali subsistem yang mengalami kerusakan tersebut. c. Pancasila sebagai paradigma reformasi politik Politik sangat berperan penting dalam peningkatan harkat dan martabat manusia, karena sistem politik negara harus berdasarkan hak dasar kemanusiaan, atau yang lebih dikenal dengan hak asasi manusia. Sehingga sistem politik negara pancasila mampu memberikan dasar-dasar moral, diharapakan supaya para elit politik dan penyelenggaranya memiliki budi pekerti yang luhur, dan berpegang pada cita-cita moral rakyat yang luhur.Kekuasaan adalah dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Karena Pancasila sebagai paradigma dalam berpolitik, maka sistem politik di indonesia berasaskan demokrasi, bukan otoriter. Berdasar pada hal diatas, pengembangan politik di indonesia harus berlandaskan atas moral ketuhanan, moral kemanusiaan, moral persatuan, moral kerakyatan, dan moral keadilan, apabila pelaku politik baik warga negara maupun penyelenggaranya berkembang atas dasar moral tersebut maka akan menghasilkan perilaku politik yang santun dan bermoral yang baik. d. Pancasila sebagai paradigma reformasi ekonomi Secara khusus, sistem ekonomi harus mandasarkan pada moralitas ketuhanan, dan kemanusiaan. Hal ini untuk menghindari adanya pengembangan ekonomi yang cenderung mengarah pada persaingan bebas, yaitu yang terkuat dialah yang akan menang, seperti yang pernah terjadi pada abad ke-18, yaitu tumbuhnya perekonomian kapitalis. Ekonomi yang humanistik mendasarkan pada tujuan demi mensejahterakan rakyat luas, sistem ekonomi ini di kembangkan oleh mubyarto, yang tidak hanya mengejar pertumbuhan saja melainkan demi kemanusiaan dan kesejahteraan seluruh bangsa. Tujuan ekonomi adalah memenuhi kebutuhan manusia, agar manusia menjadi lebih sejahtera, oleh sebab itu kita harus menghindarkan diri dari persaingan bebas, monopoli dan yang lainnya yang berakibat pada penderitaan dan penindasan manusia. D. Aktualisasi Pancasila Aktualisasi Pancasila dibedakan menjadi 2 macam yaitu aktualisasi objektif dan subjektif. Secara objektif yaitu aktualisasi Pancasila dalam berbagai bidang kehidupan kenegaraan. Adapun secara subjektif adalah aktualisasi Pancasila pada setiap individu terutama dalam aspek moral dalam kaitannya dengan hidup negara dan masyarakat.
E. Tridharma Perguruan Tinggi Perguruan tinggi memiliki tiga tugas pokok, meliputi : 1. Pendidikan tinggi Pendidikan tinggi harus menghasilkan ilmuwan intelektual serta pakar yang bermoral Ketuhanan yang mengabdi pada kemanusiaan. 2. Penelitian Intelektual yang melakukan penelitian haruslah bermoral Ketuhanan dan Kemanusiaan. 3. Pengabdian kepada masyarakat Perguruan tinggi sebagai lembaga masyarakat harus senantiasa mengembangkan kegiatannya demi kepentingan masyarakat. F. Budaya Akademik Warga dari suatu perguruan tinggi adalah insan-insan yang memiliki wawasan dan integritas ilmiah. Oleh karena itu masyarakat akademik harus senantiasa mengembangkan budaya ilmiah yang merupakan esensi pokok dari aktivitas perguruan tinggi. G. Kampus sebagai moral force pengembangan hukum dan HAM Masyarakat kampus harus senantiasa bertanggung jawab secara moral atas kebenaran objektif, tanggung jawab terhadap masyarakat bangsa dan negara, serta mengabdi kepada kesejahteraan kemanusiaan. Kampus sebagai Sumber Pengembangan Hukum Dalam penyusunan dan pengembangan hukum aspirasi dan realitas kehidupan masyarakat dan rakyat merupakan sumber materi dalam penyusunan dan pengembangan hukum. Kampus sebagai Kekuatan Moral Pengembangan HAM Dalam penegakan HAM mahasiswa sebagai kekuatan moral harus bersifat objektif dan benar-benar berdasarkan kebenaran moral demi harkat dan martabat manusia bukan karena kepentingan politik dan konspirasi kekuatan internasional yang ingin menghancurkan negara Indonesia.