Anda di halaman 1dari 21

Badi Soerachman

Prinsip Adhesi Enamel dan Dentin


Adhesi : Ketertarikan atom/molekul antara
dua permukaan yang
berhubungan karena ada gaya
permukaan dari dua spesies berbeda.

Ketika dua spesies material berkontak, terdapat :
1. Adhesif : Substansi yang menyebabkan adhesi
2. Adheren : Material yang dilekati atau dilekatkan


Adhesif bonding :
Proses menggabungkan dua material dengan
agen adhesi yang mengeras selama terjadi proses
bonding

- Mechanical bonding
Adhesi mekanis yang berhubungan dengan
ikatan antara bahan adhesif dan permukaan adheren
yang kasar.
a. Micromechanical : iregularitas permukaan
b. Macromechanical : undercut yang dibuat pada
gigi untuk beberapa bahan tambal sebagai retensi

Beragam sistem adhesif yang tersedia di pasaran dapat
membingungkan para praktisi untuk memilihnya. Semua
sistem adhesif yang tersedia memiliki mekanisme ikatan
terhadap enamel dan dentin yang fundamental:
Enamel conditioning untuk mendapatkan permukaan yang
retentif.
Dentin conditioning dengan menggunakan senyawa asam
atau dengan primer yang bersifat asam untuk membuka
collagen network,
Saturasi collagen network dengan dentin primer agar
terbentuk hybrid layer untuk mendapatkan retensi
mikromekanik
Stabilisasi dengan bahan adhesif yang akan berikatan
secara kimia dengan hybrid layer.

Sistem bonding generasi awal yang hanya
mengandalkan ikatan mikromekanis yang didapat
dari enamel memberikan peranan yang besar
terhadap masalah ini.

Ketika ikatan mikromekanis dengan enamel
terganggu, maka karies rekuren akan menjadi
masalah yang tidak bisa dihindari.


Untuk menanggulangi hal tersebut, selanjutnya
dikembangkan teknik total etch yang
memungkinkan pengetsaan enamel dan dentin
secara simultan, untuk mendapatkan daerah
retentive yang lebih luas serta membuat dentin
menjadi tahan bocor karena penetrasi resin yang
membentuk hybrid layer.
9

Kelompok sistem adhesif generasi 1-2,
mengkombinasikan dentin conditioning (acidic
pretreatment) dan proses dentin priming.
1,2


Kelompok berikutnya adalah sistem adhesif yang
mengaplikasi teknik total etch, yaitu proses etsa
enamel dan dentin yang dilakukan secara simultan
dalam satu kali aplikasi.
Jenis ini tersedia dalam bentuk multi bottle adhesive,
dengan langkah aplikasi primer dan adhesive yang
terpisah dan sebagai one bottle adhesive yang
menggabung primer dan adhesive dalam bentuk
liquid.
Beberapa diantaranya harus diaplikasi dalam dua
lapisan, dan pada perkembangan selanjutnya cukup
diaplikasi sebanyak satu lapis saja. (adhesif generasi
3-5)
1



Acid Etch
Apply
Adhesive
Light Cure
Kelompok terakhir adalah kelompok self etching
system, yang mengandung larutan yang memiliki
sifat keasaman tertentu yang dapat mengetsa
enamel dan dentin, serta dalam waktu yang
bersamaan monomer senyawa primernya akan
berpenetrasi pada permukaan yang telah
terdemineralisasi. (adhesif generasi 6-7)
1


APLIKASI SISTEM ADHESIF
ENAMEL-
COND.
DENTIN-
CONDITIONING
DENTIN-
PRIMING
ADHESIVE

Syntac Classic

A.R.T. Bond
Contact Plus
Denthesive II
Solobond

EBS
Gluma CPS
Optibond FL
Scotchbond MP
Solidbond
Prime & Bons 2.1
Sintac SC

One Coat Bond
Optibond Solo
Prime & Bond NT
Scotchbond SB
Solobond Mono
Excite

Clearfill SE Bond
AquaPrime &Mb
NRC/P&B NT
Etch & Prime 3.0
Prompt L-Pop
GEN.

1
5
4
3
2
7
6
ENAMEL
ETCH
DENTIN COND. PRIMER
TOTAL ETCH
MULTI BOTTLE-ADHESIVE
TWO STEP APLICATION
ONE BOTTLE ADHESIVE
ONE STEP APLICATION
SELF ETCHING SYSTEM


Bonding
Keberhasilan ikatan antara dinding kavitas dengan bahan
restorasi sangat ditentukan oleh jenis bahan bonding yang
dipakai serta prosedur aplikasinya.
Sistem bonding dua komponen,
pertama diaplikasikan bahan primer, kemudian beri waktu
untuk meresap ke dalam porositas selama 20 detik,
semprot dengan tiupan ringan udara, berikutnya aplikasi
bahan adhesif, biarkan selama 20 detik, ratakan dengan
semprotan udara.
2,3

Single component/one step primer/adhesif pada kavitas,
Cairan ini diaplikasikan pada kavitas, dibiarkan selama 20
detik untuk meresap ke dalam porositas dan
mengeringkan solvent-nya. Kavitas kemudian ditiup
dengan semprotan udara ringan selama 1-2 detik.

Sesudah aplikasi bahan bonding, permukaan
dentin harus terlihat mengkilat, kemudian
dilakukan penyinaran light curing unit selama 20
detik atau disesuaikan dengan alat yang
digunakan. Setelah itu kavitas siap diisi dengan
bahan tambal.
Pengelompokan komposit resin yang beredar
untuk penggunaan klinis saat ini adalah sebagai
berikut:
9,3,

Komposit mikrofil, dengan filler berukuran
submicron (0,04 mm) yang biasa digunakan
untuk restorasi gigi anterior serta lesi servikal
Komposit hybrid, biasa dipakai untuk restorasi
gigi posterior berisi macrofiller berukuran 0,6-5
mm yang dikombinasikan dengan microfiller
berukuran 0,04 mm yang dicampurkan di dalam
matriks resin.

Komposit mikrohybrid/ submicron hybrid, dengan
macrofiller berukuran 0,6 0,7 mm
dikombinasikan dengan microfiller berukuran 0,04
mm yang dicampurkan di dalam matriks resin.
untuk penggunaan pada gigi anterior dan
posterior yang biasa disebut komposit universal.

Komposit heavily filled hybrid, biasa disebut juga
condensable atau packable composite dengan
presentase filler sangat besar sehingga
meningkatkan sifat kaku dan mudah dibentuk.
Komposit ini digunakan untuk restorasi klas II
pada gigi posterior serta crown/core build up.
Komposit nano-hybrid, dengan filler berukuran
20-75 nm ( 0,020 0,075 mm ) yang berupa
nanocluster dan nanoparticle.

Komposit flowable, yang biasa dipakai untuk
lapisan dasar semua restorasi komposit serta
restorasi kelas I dan 5 yang berukuran kecil.
Composite tint/Opaque modifier
Berdasarkan kepada kebutuhan klinis,
penggunaan dari kombinasi bahan bahan ini
dapat memberikan hasil yang optimal.
3


PUSTAKA
1. Blunk, U., 2000, Improving Cervical Restorations, Post Symposium Publication International
Symposium, Inovation in Restorative dentistry, CD-ROM, Dentsply, Berlin.
2. Craig, Robert G., 1993, Restorative Dental Material, 9
th
ed., The Mosby Co.
3. Crispin, B. J., 1994, Contemporary Esthetic Dentistry: Practice Fundamentals, Quintessence Publishing
Co. Ltd, Tokyo.
4. Garber. D.A., & Goldstein, R.E., 1994, Porcelain & Composite Inlays & Onlays Esthetic Posterior
Restorations, Quintessence Publishing Co, Inc. Chicago
5. Hickel, R., 2000, The Longevity of Posterior Filling and Cause of Failure, Post Symposium Publication
Intenational Symposium Inovation in Restorative dentistry, CD-ROM, Dentsply, Berlin
6. Jordan, R.E., et al, 1988, Esthetic Composite Bonding Techniques and Materials, B.C. Decker,
Philadelphia
7. Peters, MC., McLean, ME., 2000 , Improving Posterior Restorations, Post Symposium Publication
Intenational Symposium Inovation in Restorative dentistry, CD-ROM, Dentsply, Berlin
8. Roeters.J & Kloet H., 1995, Kosmetdische Tandheelkunde met Composiet, Cip. Gegerens Koninklijke
Bibliotheek, Den Haag.
9. Nash, R.W. & Lowe, R.A., 2001, Recreating Nature Using Todays Composite Materials, APDN, Havas
MediMedia Pacific Ltd., Hongkong.
10. Wei, Stephen H.Y., 2000, Clinical Update of Aesthetic Dentistry for the 21
st
Century, Dentsply, Hongkong.
11. Patil, Ratnadeep,2002, Esthetic Dentistry, an Artists Science, PR Publication, India
12. Manhart, Jurgen, 2005, Core build-Up using Dual Curing and ceramic restoration, Dental Asia, Jan-Feb,
p 44-48

Anda mungkin juga menyukai