Anda di halaman 1dari 15

Pelanggaran Hak Kekayaan

Inteletual
Oleh : Fosinema Hulu
100840058
Latar Belakang Masalah
Hak kekayaan intelektual disebut sebagai Intelectual Property Rights
(IPR) dalam bahasa Inggris memiliki makna segala hasil produksi kecerdasan
daya pikir dalam berbagai bidang yang berguna bagi manusia. (wikipedia.org)
Pelanggaran terhadap hak milik intelektual ini telah banyak terjadi dari dulu
maupun pada masa sekarang sehingga berdirilah sebuah organisasi yang
mengatur dan mengontrol agar tidak terjadinya pelanggaran hak kekayaan
intelektual. Organisasi ini bernama World Intellectual Property Organization
(WIPO). (http://www.wipo.int/ )
Indonesia telah menjadi anggota dari organisasi internasional WTO
(World Trade Organization) yang mana mengatur berbagai macam peraturan
maupun prosedur akan perdagangan dunia dan memiliki visi yang selaras
dengan WIPO. Salah satu perjanjian yang turut disetujui oleh Indonesia
sebagai anggota WTO adalah perjanjian Trade Related Aspects of Intellectual
Property Rights (TRIPS) yang mengatur hukum akan Hak Kekayaan Intelektual.
Indonesia sebagai negara berkembang telah diberikan sedikit perkecualian
akan persetujuan TRIPS (yang kemudian dituangkan pada Undang Undang
Nomor 19 Tahun 2002 ) dimana impelementasi perjanjiannya dapat
diperpanjang hingga 2005.

PEMBAHASAN
1. Pengertian Etika
Etika jika ditilik dari asal usul katanya, etika berasal dari bahasa Yunani
ethos yang berarti adat istiadat/ kebiasaan yang baik . Lebih lanjut etika adalah
studi tentang kebiasaan manusia berdasarkan kesepakatan, menurut ruang dan
waktu yang berbeda, yang menggambarkan perangai manusia dalam kehidupan
pada umumnya disebut juga filsafat moral adalah cabang filsafat yang berbicara
tentang praxis (tindakan) manusia. Etika tidak mempersoalkan keadaan manusia,
melainkan mempersoalkan bagaimana manusia harus bertindak.
2. Etika Profesi Bisnis
Etika bisnis adalah suatu cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang
meliputi berbagai aspek perorangan atau individu, perusahaan sampai masyarakat
luas. Etika Bisnis dalam suatu perusahaan dapat membentuk nilai, norma dan tata
krama perilaku pekerja serta pimpinan dalam membangun komunikasi yang adil dan
sehat dengan pelanggan/mitra kerja, pemegang saham, masyarakat.
Suatu Instansi meyakini prinsip bisnis yang baik adalah bisnis yang beretika,
yakni bisnis dengan kinerja unggul dan berkesinambungan yang dijalankan dengan
mematuhi nilai-nilai yang tercantum pada etika tersebut agar selaras dengan hukum
dan peraturan yang berlaku.
Didalam dunia bisnis sendiri etika bisnis dapat digunakan sebagai pedoman
dan tuntunan bagi seluruh karyawan termasuk staf divisi manajemen dan
menjadikannya sebagai pedoman untuk melaksanakan pekerjaan sehari-hari dengan
dilandasi moral yang luhur, jujur, transparan dan sikap yang profesional.

Pembahasan
Tiga pendekatan dasar dalam perumusan tingkah laku etika bisnis,
antara lain :
Utilitarian Approach : setiap perilaku didasarkan pada
konsekuensinya. Oleh karena itu, dalam bertindak seseorang
seharusnya mengikuti cara-cara yang dapat memberi manfaat
berarti pada masyarakat, dengan asumsi tidak membahayakan dan
biaya seminim mungkin.
Individual Rights Approach : setiap orang dan kelakuan memiliki hak
dasar yang harus dihormati. Namun tindakan ataupun tingkah laku
tersebut diharuskan untuk dihindari apabila diperkirakan akan
menyebabkan terjadi benturan dengan hak orang lain.
Justice Approach : para pembuat keputusan mempunyai kedudukan
yang dam, dan gerinda adil dalam memberikan pelayanan kepada
pelanggan baik secara perseorangan ataupun secara kelompok.

Pembahasan
Hak Kekayaan Intelektual
Pengertian Hak kekayaan intelektual menurut Saidin, H. OK. adalah
hak kebendaan, hak atas sesuatu benda yang bersumber dari hasil kerja otak,
hasil kerja rasio. Hasil dari pekerjaan rasio manusia yang menalar. Hasil
kerjanya itu berupa benda immaterial, benda tidak berwujud.
Sedangkan menurut WIPO (World Intellectual Property Organitation)
mendefenisikan Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) atau Hak Milik
Intelektual (HMI) ini sebagai padanan dari bahasa Inggris Intellectual Property
Right. Kata intelektual tercermin bahwa obyek kekayaan intelektual
tersebut adalah kecerdasan, daya pikir, atau produk pemikiran manusia (the
Creations of the Human Mind) (WIPO, 1988:3).
HKI ini berasal dari Intellectual Property Rights yang dibahas oleh
organisasi World Intellectual Property Organization (WIPO). WIPO membagi
hak kekayaan intelektual ini menjadi 2 bagian yaitu hak cipta (copyright)
dan hak kekayaan industri (industrial property right). Hak kekayaan industri
adalah hak yang mengatur segala sesuatu tentang milik perindustrian
terutama yang mengatur perlindungan hukum.
Pembahasan
Prinsip-prinsip yang mendasari HAKI
1. Prinsip Keadilan (The Principle of Natural Justice)
Berdasarkan prinsip ini, hukum memberikan perlindungan kepada pencipta berupa suatu
kekuasaan untuk bertindak dalam rangka kepentingan yang disebut hak. Pencipta yang menghasilkan
suatu karya bedasarkan kemampuan intelektualnya wajar jika diakui hasil karyanya.
2. Prinsip Ekonomi (The Economic Argument)
Berdasarkan prinsip ini HAKI memiliki manfaat dan nilai ekonomi serta berguna bagi
kehidupan manusia. Nilai ekonomi pada HAKI merupakan suatu bentuk kekayaan bagi pemiliknya,
pencipta mendapatkan keuntungan dari kepemilikan terhadap karyanya seperti dalam bentuk
pembayaran royalti terhadap pemutaran musik dan lagu hasil ciptanya.
3. Prinsip Kebudayaan (The Cultural Argument)
Berdasarkan prinsip ini, pengakuan atas kreasi karya sastra dari hasil ciptaan manusia
diharapkan mampu membangkitkan semangat dan minat untuk mendorong melahirkan ciptaan baru.
Hal ini disebabkan karena pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan, seni dan sastra sangat
berguna bagi peningkatan taraf kehidupan, peradaban dan martabat manusia. Selain itu, HAKI juga akan
memberikan keuntungan baik bagi masyarakat, bangsa maupun negara.
4. Prinsip Sosial (The Social Argument)
Berdasarkan prinsip ini, sistem HAKI memberikan perlindungan kepada pensipta tidak hanya
untuk memenuhi kepentingan individu, persekutuan atau kesatuan itu saja melainkan berdasarkan
keseimbangan individu dan masyarakat. Bentuk keseimbangan ini dapat dilihat pada ketentuan fungsi
sosial dan lisensi wajib dalam undang-undang hak cipta Indonesia.

Pembahasan
Hak Cipta
Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta
atau Pemegang Hak Cipta untuk mengumumkan atau
memperbanyak Ciptaannya, yang timbul secara otomatis
setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi
pembatasan menurut peraturan perundang-undangan
yang berlaku(Pasal 2 ayat 1 UUHC). Dikatakan hak khusus
atau sering juga disebut hak eksklusif yang berarti hak
tersebut hanya diberikan kepada pencipta dan tentunya
tidak untuk orang lain selain pencipta.
Hak khusus meliputi :
hak untuk mengumumkan;
hak untuk memperbanyak.

Pembahasan
Pengertian Paten
Dalam pasal 1 butir 1 Undang undang
Nomor 14 Tahun 2001 tetang Paten. Paten
merupakan hak eksklusif yang diberikan oleh
Negara kepada inventor atas hasil invensinya di
bidang teknologi untuk selama waktu tertentu
melaksanakan sendiri invensinya atau
memberikan persetujuan kepada pihak lain
untuk melaksanakan.

Pembahasan
Pengertian Hak Merek
Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Nomor 15
Tahun 2001 tentang Merek, merek adalah tanda yang
berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka,
susunan warna, atau kombinasi dari unsure-unsur
tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan
dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa. Hak atas
merek adalah hak eksklusif yang diberikan oleh Negara
kepada pemilik merek yang terdaftar dalam daftar umum
merek untuk jangka waktu tertentu dengan
menggunakan sendiri merek atau memberikan izin
kepada pihak lain untuk menggunakanya.

Etika Pelanggaran Hak Kekayaan Intelektual dari Sudut Pandang Hukum
Negara Indonesia
Sesuai dengan pembahasan sebelumnya dapat diketahui bahwa
pencurian / pembajakan ide tau hak kekayaan intelektual dengan berbagai
cara yang telah dijelaskan dalam pasal-pasalnya adalah suatu kejahatan yang
melanggar UU nomor 19 tahun 2002. Sehingga seharusnya di Indonesia tidak
ada praktik pelanggaran HKI.
Namun yang harus kita ketahui, bahwa untuk mendapatkan hak
kekayaan intelektual di Indonesia maka pelaku harus terlebih dahulu
mendaftarkan kepada DJHKI (Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual).
Jika belum mendaftar, maka segala bentuk perlindungan HKI tidak bisa kita
dapatkan. Selain itu jika ingin mengajukan gugatan pihak penggugat harus
memiliki bukti-bukti yang kuat dan tentu saja harus ada modal untuk
menyewa pengacara.
Kendala inilah yang mengakibatkan Usaha Mikro Kecil Menengah
sangat rentan tidak terlindungi oleh payung hukum sebab pendaftaran HKI
membutuhkan waktu dan biaya dan jika mengajukan gugatan pun dibutuhkan
biaya yang tidak kecil pula. Akibatnya tidak ada yang bisa dilakukan UMKM
untuk menyuarakan haknya, di sinilah celah hukum yang sayangnya
dimanfaatkan oleh beberapa pihak yang kurang bertanggung jawab.

Pembahasan
Etika Pelanggaran Hak Kekayaan Intelektual dari Sudut Pandang
Masyarakat Indonesia
Seperti yang telah tim penulis ceritakan di bab pendahuluan akan
peran Indonesia sebagai salah satu anggota WTO yang secara tidak langsung
menyatakan komitmen Indonesia akan memerangi segala bentuk
pembajakan, pencurian yang mana dinyatakan melanggar hak kekayaan
intelektual. Sayang sekali sejak UU itu dikeluarkan hingga sekarang belum ada
kemajuan yang cukup signifikan akan perlindungan HKI.
Banyak sekali kasus akan pelanggaran HKI yang dilakukan oleh
individu , misalkan saja penggunaan softwarekomputer bajakan, pembelian
DVD film maupun lagu bajakan,mengunduh lagu-lagu secara gratis,
mengambil gambar orang lain dan kemudian menggunakannya secara pribadi
maupun diupload di situs-situs sosial merupakan hal-hal kecil yang terjadi
sehari-hari di masyarakat Indonesia, dan agaknya kebiasaan yang turun
menurun ini kemudian menjadi sebuah budaya. Budaya yang kemudian
dibenarkan oleh masyarakat Indonesia sebab tidak sadar akan apa salahnya
melakukan hal-hal tersebut.

Pembahasan

Etika Pelanggaran Hak Kekayaan Intelektual dari Sudut Pandang Konsumen
Banyaknya pengusaha yang memutuskan untuk menggeluti bisnis yang
melanggar hak kekayaan intelektual ini rupanya disebabkan oleh minat pasar atau
minat konsumen yang besar pula. Buktinya sampai saat ini banyak sekali bisnis yang
berjalan di bidang itu dan buktinya ramai-ramai saja dan bahkan terbilang sukses.
Saat ini marak sekali usaha produksi barang tiruan yang dikenal dengan
nama KW yang marak terjadi di Indonesia. Mulai dari baju, kosmetik, sepatu, sandal
dan lain-lain yang sudah jelas melanggar HKI. Tapi tampaknya hal ini bukan masalah
besar bagi konsumen, mereka tetap saja membeli merk-merk gadungan tersebut.
Konsumen tidak takut ataupun merasa bersalah membeli barang-barang KW , malah
mencari dan menanti barang KW sebab harganya lebih murah, tetapi bisa
mendapatkan nama dari merk terkenal. Memang sebagian besar konsumen ini adalah
menengah ke bawah yang tidak begitu peduli akan HKI dan bisa dikatakan kurang
menghargai hasil karya orang lain. Tetapi yang patut diperhitungkan adalah konsumen
kelas menengah yang memiliki pilihan untuk membeli barang asli atau palsu. Dan dari
observasi tim penulis baik dari observasi kehidupan nyata tim penulis, maupun
observasi bisnis pasar online menunjukkan banyaknya permintaan pasar akan produk-
produk tiruan.

Pembahasan
Dampak Pelanggaran Hak Kekayaan Intelektual bagi Pelaku Bisnis
Dunia bisnis yang terkenal begitu kejam walaupun berisikan
kalangan yang terpelajar dan eksekutif. Saatnya berkaca pada cermin
Indonesia negara kita Dimana kita berada, saat ini begitu menjamur
bisnis pribadi dan franchise. Bisa dilihat ada beberapa mungkin hampir
semua bisnis propietory (perorangan) yang mengorbit di dunia bisnis
dengan mengadopsi nama perusahaan bisnis dari luar negeri, bahkan
sampai seluruh proses bisnisnya dan barang yang ditawarkan.
Pernahkah anda mendengar Frenta Cola, Oriorio, Blueberry,
Balibong ? , mungkin anda kurang terlalu akrab dan asing mendengar
merk tersebut, tentunya anda akan lebih sering mendengar Fanta,
Coca Cola, Oreo, Blackberry dan Billabong. Merk diatas adalah jiplakan
pelaku bisnis Indonesia yang meniru nama dari merk terkenal yang
laku dipasaran luas.

Pembahasan
Dampak Pelanggaran Hak Kekayaan Intelektual bagi Masyarakat
Indonesia
Peredaran barang illegal yang melanggar kekayaan intelektual
dapat merugikan bagi pasar yang potensial dan juga masyarakat.
Barang-barang yang diproduksi palsu dan dijual ke pasar, selain dapat
merugikan para pencipta juga mengurangi pendapatan pajak negara
dan penurunan kualitas barang yang dapat dinikmati oleh masyarakat.
Masalah ini sudah menjadi sebuah tuntutan masyarakat Internasional
terhadap bangsa dan negara Indonesia yang dinilai masih rendah
dalam menghargai HAKI.
Kasus-kasus pencurian dan pelanggaran hak cipta tentunya
sangat merugikan masyarakat itu sendiri. Pada tahun 2011, Direktorat
Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan HAM
menilai bahwa pelanggaran hak cipta berpotensi merugikan negara
melampaui 100 miliar rupiah. Dengan bukti ditanganinya 60 kasus
berupa pemalsuan merek mauapun sengketa paten. Dalam kasus
tersebut, kasus pelanggaran hak cipta lah yang paling sering di jumpai
dan sangat merugikan negara serta masyarakat Indonesia.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dari pembahasan penulis akan mencoba memberikan
kesimpulan untuk menjawab pertanyaan apakah pada aHAKIrnya pelanggaran hak
kekayaan intelektual ini dibenarkan atau tidak. Sesuai dengan hakikat bisnis yang
berhubungan dengan beberapa stakeholder, maka etika benar atau salah pun terkait
dengan aktor yang ada dalam lingkup primer dan sekunder dimana primer lebih
berpengaruh dalam jalannya bisnis.
Pada stakeholder primer terdapat sudut pandang organisasi pelaku bisnis
dan konsumen yang penulis bahas. Dari pembahasan terlihat bahwa tindakan
pelanggaran hak kekayaan Intelektual ini dibenarkan oleh organisasi juga oleh
konsumen. Organisasi membenarkan sebab keadaan ekonomi yang kurang kondusif
serta keadaan pasar yang sangat mendukung adanya bisnis ilegal ini. Sedangkan
konsumen membenarkan etika ini sebab belum adanya kesadarkan akan hak kekayaan
intelektual serta didukung oleh budaya masyarakat.
Sedangkan pada lingkup sekunder penulis membahas pemerintah, dalam hal
ini hukum dan masyarakat secara luas . Dari sisi pemerintah / hukum praktik bisnis ini
jelas merupakan ilegal dan terlarang. Namun banyaknya celah dalam hukum serta
dalam praktiknya hukum tidak tegas berdiri menjadikan argumen hukum menjadi
lemah. Belum lagi dari pihak masyarakat secara luas terlihat bahwa budaya akan
melanggar atau acuh akan hak kepemilikan intelektual sudah mendarah daging yang
aHAKIrnya menyuarakan bahwa praktik bisnis ini sah-sah saja.

Anda mungkin juga menyukai