Anda di halaman 1dari 162

Anamnese: Penderita - auto anamnese

(history Taking)/ Wawancara Keluarga/pengantar


-allo anamnese
Anamnese menurut urutan :
1. Anamnese Pribadi
2. Anamnese Keluhan Utama
3. Anamnese Peny. Sekarang
4. Anamnese Peny. Terdahulu
5. Anamnese Organ / sistem
6. Anamnese Riwayat pribadi
7. Anamnese Famili
8. Anamnese Sosek
9. Anamnese Gizi
Anamnese +
pemeriksaan fisik
(inspeksi,palpasi,
perkusi, auskultasi)
rekam medik
medical record
(poliklinik, rawat
jalan / inap)
Ringkasan diagnosa kerja / DS/DD?
diikuti pemeriksaan lanjutan /
penunjang dan terapi.
Tehnik komunikasi : patient physician relation ship yang baik

- Dokter harus punya kesabaran,tenang,santun mampu menjadi
pendengar yang baik, menggunakan bahasa yang mudah
dimengerti, menanyakan hal
2
yg logis mengenai penyakit pasien,
tidak membentak,memegang rahasia pasien, punya
pengetahuan yang mendalam mengenai gejala penyakit /
Simtom & tanda penyakit/sign EMPATI (tegas dan sungguh
2

merasakan perasaan pasien dan menanggapinya.
- Pasien disuruh bercerita mengenai keluhan penyakitnya dan
tanda
2
penyakit yang dideritanya, diarahkan tanpa diinterupsi,
jangan diberikan pertanyaan mendesak dgn mengharapkan
jawaban ya atau tidak .
Pasien harus punya motivasi untuk sembuh / diringankan
penyakitnya/keluhannya, pasien harus percaya kepada dokternya.
- Anamnese : verbal dan non verbal (hewan)
non verbal : gelisah,kesakitan,sedih,marah dll) simtom & sign!
Bentuk pertanyaan apa, mengapa, bagaimana, bila mana?/
What, why, how, and when.
Perpaduan pengetahuan mendalam mengenai sign and simtom,
penyakit dan tehnik komunikasi empati dirangkum dengan patient
physician relation ship yang baik dapat membantu mengarahkan
pemeriksaan selanjutnya pemeriksaan fisik dapat menegakkan
diagnosa penyakit + 70 % kadang
2
yang terampil 80 % untuk
mencapai diagnosa yang lebih baik dilakukan pemeriksaan lanjutan /
penunjang :
- Laboratorium klinik, biokimia/serologi, mikrobiologi, parasitologi
- Radiologi : konvensional dan intervensional
- Endoskopi diagnostik dan terapi
- Patologi anatomi

Diperlukan dokter : - knowledge
- attitude / sikap = empati emosi yang baik
- keterampilan / skill
- reaktivasi
Pelanggaran Etika kedokteran kebanyakan karena kekurangan dalam
sikap dan keterampilan
Dokter harus bisa membedakan antara disease dan illness. Disease
penyakit, objektif seperti Hepatitis (ada defenisi,etiologi, patogenesa,
pemeriksaan penunjang), terapi, komplikasi, prognosa, rehabilatasi
dan pencegahan
Disease / penyakit menimbulkan perubahan fungsi organ(organik
dan objektif sedangkan Illness kesakitan / subjektif seperti tidak
nyaman perut / sakit perut, dispepsia.
Target kita bukan kedokteran defensip (mahal,tidak terjangkau)
menata rantai masalah kesehatan dan pilihan pemeriksaan
penunjang dan terapi disesuaikan dengan kemapuan pasien cost
effectiveness . Etika profesi dgn keterampilan tehnik dipadukan
jangan dipisahkan dalam melakukan tugas dokter.
Pendekatan holistik / paripurna manusia adalah mahluk yang punya
badan dan jiwa . Sakit menurut WHO (jasmani, rohani & ekonomi).
Socrates 400 SM : it is not proper to cure the eye with out head, nor
the head without body so neither it is the proper to cure the body
without soul (mind and body medicine)
1. Anamnese Pribadi :
- Nama
- Umur
- Kelamin
- Alamat
- Bangsa/Suku
- Kawin/tdk kawin
- Pekerjaan
- Agama

2. ANAMNESE KELUHAN UTAMA :
Alasan / keluhan pasien datang berobat :
- keluhan :
1. mencret , lamanya keluhan mulai semalam, frekwensi keluhan : 10 x
selama 5 jam, mencret ada darah, lendir, mulas, cara timbulnya akut
dan berangsur - angsur, faktor pencetus ?
2. demam
3. ikterus (badan kuning).
4. dll / organ terlibat
Kronologis perkembangannya mengajukan pertanyaan dgn pendekatan klinik
(clinical approach) terhadap gejala yang disampaikan. Dalam pikiran pemeriksa
/ dokter sudah langsung muncul mekanisme terjadinya gejala tsb, sudah itu
disusun daftar diagnosa banding (DD) dari gejala tadi bila perlu nanti
ditanyakan kepada pasien. Pertanyaan terbuka, diolah kira
2
menuju kemana
dari DD sudah itu diajukan pertanyaan spesifik, faktor penyebab,komplikasi,
keluhan tambahan yang menyertai.
Bukan keluhan utama :
- Sakit Jantung / Maag, ?
- Lemas, tidak bisa tidur, tidak selera atau bisa makan
- Lama sakit ?,lokasi sakit?, keluhan menurun atau bertambah berat?
Lansia Activity Daily Living / ADL, menyapu lantai? Depresi, tes memori
melihat dimensia
Organ terlibat Keluhan utama
Paru-paru
Batuk
2
, sesak nafas, batuk darah,
demam
2
, nyeri dada
Kardio-vaskular
Debar
2
, sesak nafas, kaki bengkak,
lekas capek, nyeri dada, bibir biru,
berkalikali b.a.k. Malam
Sal. perncernaan
Mual, muntah
2
,muntah darah, mencret
2
,
berak darah, sakit di ulu hati dll
Hati & Sal. empedu
Sakit perut kanan atas, b.a.k spt teh
dan pekat, mata kuning, b.a.b. Spt
dempul dll
Ginjal & Sal.kencing
Muka sembab, sakit pinggang, kencing
berdarah, gangguan kencing
Sendi
2
/ tulang
Ada perasaan sakit dari persendian
serta bengkak dan merah
Darah
Gusi mudah berdarah, perdarahan lama
baru berhenti, hematoma, muka pucat,
pembengkakan kelenjar
2

Endokrin
Ggn sexual,kuat makan badan kurus,
terlalu kuat minum,banyak
kencing,terganggu pertumbuhan badan,
5P !
3. ANAMNESE RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG :
Data yang diinginkan dari pasien :
1. Waktu dan lamanya keluhan berlangsung
2. Sifat dan beratnya serangan akut / mendadak /
perlahan, terus menerus, hilang timbul, cenderung
tambah berat / kurang
3. Lokalisasi dan penyebaran menetap, menjalar,
berpindah pindah
4. Hubungan dgn waktu : pagi lebih sakit / sebaliknya
terus menerus.
5. Hubungan dgn aktivitas : tambah sakit / ringan
6. Keluhan yg menyertai serangan, mendahului serangan
7. Keluhan pertama kali, berulang kali
8. Faktor resiko / pencetus serangan, makan / lapar
9. Saudara / teman dekat menderita sakit sama
10. Riwayat ke daerah endemik / malaria, hepatitis
11. komplikasi / sisa gangren
12. upaya obat
2
an tindakan medik lain : hasil DS / DD ?
4. RIWAYAT PENYAKIT TERDAHULU :
Kemungkinan hubungan penyakit sekarang dan
terdahulu SH / KHP dengan hepatitis B/C. Kecelakaan,
penyakit berat yang pernah dialami, obat yang pernah
digunakan pasien selama ini - operasi - PSC - tukak
peptik, alergi obat, / makanan, lama perawatan
sembuh/tidak sembuh, obat steroid, jamu, kemoterapi,
transfusi, radiasi / imunisasi, konstrasepsi, ginekologi,
hasil endoskopi yang pernah dilakukan, paps smear,
mamografi, torax foto
Riwayat obstetri untuk pasien perempuan
menstruasi, menarke, menstruasi teratur / tidak
disertai rasa nyeri, climakterium, menopause,
persalinan, keguguran, sectio secaria
5. ANAMNESE ORGAN SUSUNAN SISTEM REGIO :
1. Kepala : sefalgi, vertigo, nyeri sinus, trauma kepala
2. Mata : visus, diplopia, fotofobia, lakrimasi
3. Telinga : pendengaran, tinitus, sekret, nyeri
4. Hidung : pilek, obstruksi, epistaksis, bersin
5. Mulut : geligi, stomatitis, saliva
6. Tenggorok : nyeri menelan, susah menelan, tonsilitis,
kelainan suara
7. Leher : pembesaran gondok, kelenjar getah bening
8. Jantung : sesak nafas, ortopnu, palpitasi, hipertensi
9. Paru : batuk, riak, hemoptisis, asma
10. Gastrointestinal : nafsu makan,defekasi,mual,muntah,diare,
konstipasi, obsipasi, hematemesis, melena, hematokezia,
hemoroid
11. Saluran kemih: nokturia,disuria,polakisuria,oligosuria,poliuria,
retensi urin, anuria, hematuria
12. Alat kelamin :fungsi seks, mentruasi, kel. Ginekologik,
good morning discharge
13. Payudara : perdarahan, discharge, benjolan
14. Neurologik:kesadaran,ggn saraf otak,paralisis,kejang,anastesi,
parestesi,ataksia,ggn fungsi luhur
15. Psikologik : perangai,orientasi,anxietas,depresi,psikosis
16. Kulit : gatal, ruam, kelainan kuku, infeksi kulit
17. Endokrin:struma,tremor,diabetes,akromegali,kelemahan umum
18. Muskulosketal:nyeri sendi,bengkak sendi,nyeri otot,
kejang otot, kelemahan otot,nyeri tulang,riwayat gout.
6. Anamnese Riwayat Pribadi
Kebiasaan (merokok, minuman keras, narkoba) minum obat
tidur / penenang, minum jamu, alergi obat/makanan/udara
berapa anak, suami / istri masih hidup?,meninggal? karena
sakit apa ?, harmonisan rumah tangga (broken home),
keadaan anak
2
/ cucu, perjalanan ke luar daerah / malaria,
riwayat seksual ?.
7. Anamnese Famili : apakah diantara keluarga ada,
hipertensi, penderita DM, kelainan darah /thalasemia, asma
bronkeal, penyakit jiwa & kematian mendadak, stroke, TBC,
lepra, hepatitis
8. Anamnese Sosial & Ekonomi : keuangan, perumahan,
pendapatan keluarga, lingkungan dan daerah tenmpat
tinggal keluarga. Rumah tempat tinggal, sanitasi, sumber
air minum, ventilasi dan pembuangan sampah / WC,
anamnese ke arah anxietas dan depresi
9. Anamnese Gizi : 4 sehat 5 sempurna, BB kurus, gemuk
dan ideal DS / DD
CONTOH ANAMNESE
Anamnese Pribadi :
Nama : Ny. R
Jenis kelamin : Wanita
Umur : 63 tahun
Agama : Islam
Kawin/tdk kawin : Janda pensiunan PNS
Suku : Tapanuli Selatan
Alamat : Jl. Malaka Medan
Masuk ruangan I RSU. Dr. Pirngadi Medan pada tanggal 17/04/1982
Keluhan utama : mata dan nbadan seluruhnya berwarna kuning
Penyakit sekarang :
Penyakit terdahulu : selama ini penderita tidak pernah sakit sakit, hanya
sekali kali kena flu
Anamnese organ/sistem : mual mual (+), menceret(+), muntah(+), buang air
kecil seperti teh pekat (+), mata kuning (+), berak
seperti dempul (-), gatal2 dikulit (-), sakit perut
kanan atas (+)
Penderita hidup sendiri dirumah, tidak punya anak, dan suami telah
meninggal + 4 tahun yang lalu. Penderita selalu memakan makanan yang
telah dipanaskan panaskan (makanan yang telah bebera hari)
Mengenal tanda-tanda patologis pada tubuh dengan melakukan
inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi
Penggunaan alat
2
: stetoskop, tensi meter, spatel lidah, lampu senter,
palu reflex, pita meteran, termometer dll
Sebelum melakukan pemeriksaan klinis umum/khusus organ dilakukan
terlebih dahulu pemeriksaan keadaan umum / status presen
(hemodinamik, respiratori dan neurologi)
STATUS PRESENS :
1. Tingkat kesadaran
2. Keadaan umum
3. Keadaan gizi
4. Keadaan penyakit
5. Bentuk dan habitus
6. Tanda vital
TINGKAT KESADARAN :

1. Composmentis (sadar penuh)
2. Apatis : acuh tak acuh
3. Delirium : kesadaran menurun, kekacauan motorik, siklus
tidur bangun terganggu, gelisah, disorientasi, meronta - ronta
4. Somnolent (letargi) : mengantuk, bangun bila dirangsang,
tanpa rangsangan pasien kembali tidur
5. Stupor / sopor : ngantuk dalam, bangun bila dirangsang kuat,
nyeri, tidak terbangun sempurna, tidak bisa menjawab verbal
6. Semi koma : tanpa jawaban terhadap rangsangan verbal ,
tidak dapat dibangunkan sama sekali,refleks kornea, pupil(+),
respon rangasangan nyeri tidak jelas
7. Koma : penurunan kesadaran sangat dalam tanpa gerakan
spontan, tidak respon terhadap rangsangan nyeri.
SINKOP
Gangguan /hilang kesadaran sementara / transient akibat :
penurunan aliran darah di otak
1. Tonus vaskuler / vol. darah, sinkop vasovagal dan hipotensi
ortostatik
2. Kardio vaskuler (aritmia, MCI)
3. Cerebro vaskuler
Juga oleh sebab lain : anemia, histeri, hipoxia, hipoglikemi,
anxietas dapat menimbulkan sinkop

PRE SINKOP :nyeri kepala, pusing, kelemahan umum :
muntah, penglihatan kabur, tinitus, berkeringat, pucat .
Sinkop bisa datang tiba
2
atau didahului pre sinkop.
Sinkop dibedakan dengan epilepsi ada aura (halusinasi,
mencium bau yg aneh) serangan lebih lama dari pada sinkop.
2. Menetapkan keadaan umum: (wajah/sikap,tanda vital):
- wajah bentuk tubuh, kesadaran, sesak, bengkak
tubuh/muka,warna kulit kuning/ ikterus, pucat/anemia,
keadaan gizi.
- gaya jalan
- tanda spesifik (eksoftalmus, cusingoid, parkinsonisme)
- gizi : (habitus piknikus, atletikus, asterikus)
IMT / BMI : BB/ TB
2
(Cm
2)

< 18,5 : kurus, > 18,5 : ideal, > 25-30 : BB berlebih, > 30 : obesitas
Sakit ringan, sakit sedang, sakit berat atau gawat darurat.
Tanda vital : TD, POLS, TEMP, RR
Suhu 36
0
(pagi), 37
0
(sore) : - rektum>0,5 (2-5 menit)
- mulut > 0,5 ( 10 menit)
- axilla > 0,5 (15 menit)
3. Menetapkan keadaan penyakit kesan : ringan, sedang dan
berat

4. Menetapkan keadaan gizi : IMT / BMI : (BB Kg)
(TB cm2)
Normal / ideal : (18,5-25 Kg/cm2), kurus (<18,5 kg/cm2),
BB berlebih (25-30 kg/cm2) dan obesitas ( >30 40 Kg/cm2 )

5. Menetapkan bentuk badan dan habitus :
- Piknikus/endomorf : gemuk dan lunak, perut menonjol,
pertumbuhan organ intestinal obesitas bukan penyakit tapi
merupakan sumber penyakit, hipertensi,osteoartritis,PJK).
Piknikus orangnya periang,suka tertawa,sering makan/
minum berlebihanObesitas!(penyakit jiwa/depresi).
- Atletikus : mesomorf/tampan, tegap,sikap tenang, tidak
terlalu ramah, tidak mengasingkan diri
- Astenikus: ektomorf / kurus ramping,berwatak pesimis,
sering termenung, mudah tersinggung, cepat
mengasingkan diri. (Tukak Peptik, Kolitis,
Schizophrenia).
Tinggi Badan :

Pertumbuhan raksasa gigantismus tulang2 tumbuh secara berlebihan.
Orang kerdil pertumbuhannya abnormal disebut cretinisme, pertumbuhan
dengan perbandingan wajar & sempurna antara anggota badan & gerak tetapi
semuanya lebih kecil muka & mental terbelakang, rambut kasar, bibir tebal.
Hubungan endokrin hormon dengan tinggi dan berat badan. Ciri2
pertumbuhan tulang dinamakan echondroplasia bila tidak disertai
pertumbuhan organ tubuh lainnya.
Gaya Jalan :

Parkinson gaya berjalan yang khas yaitu tubuhnya agak membungkuk, lengan
setengah dilipat pada sendi siku dan melekat pada badannya tungkai agak
dilipat pada sendi lutut, langkah lambat dan kaku. Arteriosclerosis cerebral
langkah pendek
2
sambil setengah menyeret kakinya kedepan, seperti orang
mabuk dijumpai pada penyakit cerebellum dan tabes dorsalis.

Sikap badan:

Kepala yang selalu miring ke satu sisi menandakan kontraktur pada otot atau
tulang leher (torticolis).
Sikap badan yang kaku sehingga leher dan seluruh badan harus diputar
apabila hendak melihat kesamping dijumpai pada penderita penyakit
ankylospondi\ylosis.

6. Menetapkan tanda vital : TD, nadi, suhu, pernafasan

MENETAPKAN TANDA
2
VITAL :
1. PENGUKURAN TEKANAN DARAH :
Alat yang biasa digunakan adalah sphygmomanometer air raksa,
tensimeter elektronik
TD sistolik adalah ketukan pertama,TD diastolik ketukan menghilang.

Kesalahan2 tehnis waktu pengukuran tekanan darah :

- Auscultatory Gap, Cuff / manchet terlalu kecil / orang gemuk
Auskultasi gap : dengarkan suara jantung pertama bila ketukan
pertama tidak tajam lagi kita mengulangmengukur TD dari angka
240 mmHg dan diturunkan sampai terdengar suara ketokan pertama
Manset terlalu kecil hasil TD terlalu tinggi seperti orang gemuk. Bila
perlu dapat digunakan manset biasa dengan balutan tambahan.

- Penderita kurang tenang / istirahatkan beberapa menit diajak
berkomunikasi, penurunan tekanan cuff yang terlalu cepat
2. PENILAIAN NADI (CARA MERABA NADI )

Jari kedua, ketiga dan keempat dari tangan kanan pemeriksa
diletakkan diatas arteri radialis dextra dan ibu jari memegang dari
bawah.
penilaian yang dapat diambil : Frekwensi, Ritme, Aequalitet
Tegangan, Gelombang, Volume

- Frekwensi nadi normal > 60 dan kurang 100. Nadi cepat :
tachycardia atau pulsus frequens(anemi, demam,tirokositosis,
infeksi), nadi lambat : bradycardia, tifoid, demam enterikus.

- Arhytmia sinus adalah gangguan irama nadi dimana frekwensi
lebih cepat waktu inspirasi dan lambat waktu ekspirasi.

- Pulsus begiminus : tiap tiap 2 denyut dipisahkan selamanya oleh
waktu yang lama karena satu antara tiap
2
2 denyut menghilang.

- Pulsus trigeminus:tiap
2
3 denyut dipisahkan antara denyut nadi
yang lama.
- Ekstra sistolis : Interval nadi yg memanjang dapat ditemukan jika
terdapat satu denyut tambahan yang timbul lebih dini daripada
denyutan
2
yang lain .
- Pulsus irregularis totalis: nadi yang sama sekali tdk teratur dan gejala
dari fibrilasi atrium
- Pulsus anakrot :Gelombang nadi yg lemah mempunyai puncak yg tumpul
dan rendah, seolah olah merangkak = stenosis aorta.
- Pulsus celer: denyutan yang melompat tinggi dan menurun secara cepat
= aorta insufisiensi
- Pulsus paradoxus : denyut nadi yang semakin lemah selama inspirasi
bahkan menghilang waktu bagian akhir inspirasi timbul kembali waktu
ekspirasi (perikarditis, konstriktiva, efusi pericardium).
- Pulsus alternans : nadi mepunyai denyut yang kuat dan lemah berganti-
ganti, menandakan kerusakan pd otot jantung.
- Dikatakan nadi besar (Pulsus magnus ) oleh karena denyutan terasa
sebagai suatu dorongan besar sebaliknya pada gelombang nadi
dengan dorongan kecil (pulsus parvus)
3. PENGUKURAN SUHU :
Normal suhu 36
0
C (pagi), 37
0
C (Sore): - rektum >0,5
0
C(2-5 menit)
Sub febril 38
0
C - mulut > 0,5
0
C(10 menit)
Febris > 38
0
C - axilla (15 menit)
Hiperpereksi > 41
0
C

Kenaikan suhu 1
0
C nadi naik 10 debaran kecuali tipus (bradikardi
relatif). Suhu badan lebih tinggi dibandingkan udara sekitarnya yang
rendah utk menurunkan suhu badan dgn mengalirkan darah ke
perifer timbul radiasi / konversi. Suhu badan rendah dibandingkan
dgn suhu udara sekitar yang tinggi timbul keringat / evaporasi untuk
menurunkan suhu badan
Pusat suhu : hipotalamus,persarafan suhu vargus & nervous simpatis

Follow up pasien SOAP (Subjektif : keluhan pasien, Objektif : tanda
yang didapat, Assement : analisa data, dan Planning (diagnostik :
CT, MRI dan endoskopi, terapi : farmaka dan non farmaka

Penyuluhan Penyakit : kanker, HIV, PPOK
Fastigium:febris continua, febris remitten, febris intermitten. Febris continua :
suhu meningkat tapi perbedaan suhu <1
0
C (hypoid & Pneumonia). Remittent
variasi suhu < 1
0
C, intermittent > 1
0
C disertai menggigil dijumpai pada
sepsis. Malaria, TB miler, endokarditis bakterialis Penurunan suhu perlahan
dinamakan lisis, penurunan suhu cepat dinamakan krisis. Suhu yang sudah
normal naik kembali dinamakan residif, suhu tinggi turun belum mancapai
normal dan naik kembali dinamakan rekrudensi.Grafik suhu yang
bergelombang sehingga didapatkan 2 puncah gelombang dgn variasi antara
1-3 minggu dinamakan febris undulans ( limfoma Hodgkin, kolesistitis, dan
pielonepritis)
Suhu inversus : suhu pagi hari lebih tinggi dari pada sore hari (sikardian suhu
sore hari lebih tinggi dari pada pagi hari).
Febrs hektika : suhu yang sama sekali tidak berarturan dan bisa berlangsung
lama (penyakit berat)
37
0

Dekrementi Inkrementi Fastigium
4. PERNAFASAN / RESPIRATION RATE (RR) :
Frekwensi pernafasan dengan meletakkan tangan diatas dinding
dada dan menentukan frekwensi dgn menghitung berkembangnya
thorax dlm 1 mnt. Normal RR 16-24 x / menit
POLYNOE : pernafasan yang cepat dapat terjadi pd beberapa
keadaan patologis seperti penyakit infeksi, ggn sistem
sirkulasi dan respirasi,psikis
OLIGOPNOE : pernafasan diperlambat, kelainan berat (cerebral, uremi,
dan keracunan)
PERNAFASAN KUSMAULL cepat dan dalam datangnya mendadak
(DM, asidosis, intoxicasi, salisil)
Pernafasan Cheyne-Stokes: Pernafasan yang tidak beraturan,
kerusakan pusat pernafasan disebabkan
keracunan atau ggn sirkulasi
PERNAFASAN BIOT : tidak teratur tiba
2
pernafasan berhenti lebih lama
meningitis
DYSPNOE : dijumpai pada keadaan physiologis sesudah bekerja keras de
effort dan de repos.
Metode pemeriksaan : Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi
1. INSPEKSI : indra penglihatan / mata
Pemeriksaan inspeksi dibagi atas :
- umum : wajah, gerakan tangan/kepala,cara bicara,cara berjalan,
sikap/posisi, hipoktica wajah dengan penyakit berat
- lokal : organ terbuka / tertutup (ganggren).

2. PALPASI : menentukan sesuatu perobahan bagian tubuh dengan
memegang / merasakan dengan tangan baik dgn satu
tangan maupun dua tangan (bimanual)

Umumnya dapat ditentukan : besar, bentuk, konsistensi
Besar, penentuan besar organ secara palpasi harus seteliti mungkin
hendaknya diukur dengan milimeter, centimeter dan inchi dan dapat
membandingkannya dengan kelereng, telur ayam, jeruk atau
kepala bayi dan sebagainya
Bentuk secara umum yang dapat diraba, bulat, lonjong pinggir (tebal
& tipis), permukaan rata atau berbejol
Konsistensi dibedakan: lembek, kenyal (elastis),agak padat,
padat, keras seperti jaringan tulang, berfluktuasi (abses hati)
Data yang diperoleh dengan palpasi dapat menetapkan :

1. Nyeri : superficial (dipermukaan),dalam & referred (nyeri
hantaran)
2. Tonus dari otot
2
:meningginya tekanan, spasme, regiditas
3. Adanya massa tumor :dari kelenjar limf atau organ
2
dalam yang
tidak terlihat pada inspeksi tapi dapat diraba secara palpasi.
Bila didapati massa tumor maka secara palapsi ditetapkan :
1. Lokalisasi dan hubungannya dengan struktur tubuh yang lain
2. Bentuk, besar, simetris atau tidaknya, pinggir dan permukaannya
3. Konsistensi / fluktuasi
4. Nyeri, merah dan panas
5. Gerakan & perlekatannya
6. Pulsasi

3. PERKUSI metode pengetokan dgn jari pada bagian tubuh dan
menentukan suara yang dihasilkan dan tegangan (dasar akustik!).
Bunyi berasal dari getaran
2
benda padat, cair dan gas. Sumber
bunyi diteruskan melalui udara ke telinga (15 - 20.000Hz) siklus
perdetik ayang dapat didengar telinga manusia, frekwensi rendah
terdengar suara dengan nada rendah, frekwensi tinggi terdengar
suara dengan nada tinggi.

Frekwensi getaran tergantung dari :
1. Besarnya benda, makin kecil benda makin besar frekwensi getaran
dan makin tinggi nadanya.
2. Elastisitas dan tegangan benda, tegangan yang besar timbul nada
yang tinggi.

Sifat dari suara yang terdengar pada perkusi tergantung pd rongga
udara yg terdapat diorgan dan dipengaruhi oleh keadaan jaringan
disekitarnya.(tebal lapisan yang terdapat diantaranya, elastisitas dan
pengahantaran)
Tehnik perkusi :
- Langsung dengan jari tangan sulit !
- Tidak langsung - pleximeter jari telunjuk kiri phalang 1-2
- plexor jari tengah tangan kanan/tangan lemas
mengetok dan jangan kaku
Hasil perkusi :
1. Perkusi sonor/resonance:organ paru,resonansi berlebihan hipersonor
= emfisema.
2. Timfani (extreem hipersonor) : usus dan lambung, patologi : pneumo
thorax
3. Perkusi beda : hati / jantung tidak ada terdengar nada
redam / flatness : efusi pleura
Tujuan perkusi :
1. Menentukan batas organ yang mengandung udara dengan organ
yang tidak mengandung udara. (paru / sonor dengan beda dapat
dipisahkan, sonor dengan timfani sukar ditentukan = batas
2
organ
tanpa mengandung udara).
2. Menentukan kelainan pada organ-organ dgn perubahan nada perkusi
(cairan efusi pleura)
4. AUSKULTASI menentukan kelainan dgn mendengarkan suara yang
dihasilkan oleh getaran dari organ yang diperiksa baik secara langsung
maupun melalui stethoscope (Laennec 1816).
2 jenis stetoskop yang dikenal : - Monaural stethoscope (kebidanan)
- Binaural stethoscope
Tujuan auskultasi : menetapkan perubahan
2
suara yg timbul dari
organ yg diperiksa dan dipelajari secara sistematis.
(jantung, paru, pembuluh darah dan abdomen).
Suara
2
yang dikenal secara auskultasi:
1. Paru

paru, suara pernafasan :
vesiculair : halus & berasal dari udara yg melalui jutaan alveoli
Bronchial : Kasar dan kuat berasal dari getaran (vibrasi) dari pita suara
dan struktur sekitarnya.
Suara inspirasi selalu lebih panjang dari pada expirasi malah kadang
2

yang terakhir tidak terdengar. Pada daerah interscapula dan apex kanan
dimana trakea dan bronki dekat kepermukaan suara vesiculer terdengar
lebih kasar - hati
2
!.
Pada anak
2
suara pernafasan sedikit lebih kasar dari pada dewasa juga
dapat timbul akibat exercise. Yang terpenting biasakanlah mendengar
suara yg normal dan suara tambahan.
Suara tambahan : Rhonchi basah dan kering
Yang perlu dikenal :
- Rhonchi basah (course rales / timbul oleh adanya cairan di sal.pernafasan
- Rhonci kering disebabkan secret dilumen bronchus dan terjadinya spasma
dari bronchus
2. Jantung, auskultasi dari suara jantung harus dipelajari secara bed side
terhadap pasien. Perlu pengalaman mengetahui keadaan normal dan
abnormal suara jantung.
Suara jantung :
I : penutupan katub mitral dan trikuspidal bersamaan dgn pembukaan
katub aorta dan pulmonal : kuat, suara lebih panjang, nada rendah
dibanding suara jantung ke II diapek
II : penutupan katub aorta dan pulmonal bersamaan dgn pembukaan
katub mitral dan trikuspidal, sifat lebih keras dibasis jantung
III-IV:sukar didengar
Suara
2
tambahan : desah-desah : berbagai penyakit yang mempengaruhi
sistem sirkulasi dapat menimbulkan suara tambahan berupa desah yang
dapat terjadi pada fase sistolis maupun diastolis.
Anatomi Paru : Paru kanan & paru kiri
Paru kanan : 3 Lobus
Lobus atas : 1. apical, 2. anterior, 3. posterior segmen
Lobus tengah: 1. lateral, 2. medial segmen
Lobus bawah : 1. apical, 2. medial basal, 3. anterior basal,
4. lateral basal, 5. posterior basal segmen
Paru Kiri : 2 lobus
Lobus atas : superior division: ( 1.Apical, 2.Posterior dan 3. anterior
segmen )
Inferior division : 1. Superior lingular
2. Inferior lingular segmen
Lobus bawah: 1. Apical, 2. Antero-basal , 3. Lateral-basal
4. Posterior-basal segmen
Keluhan utama paru: batuk, batuk dahak,batuk darah,sakit dada,
sesak nafas, nafas berbunyi, keluhan umum (demam, keringat malam,
BB )
DD: penyakit kardiovascular, MCI akut dgn komplikasi oedema
paru, sakit dada, sesak nafas dan nafas berbunyi. Pada DM
dengan komplikasi asidosis didapat sesak nafas, BB .
Pada pneumonia : astma, PPOK, dan bronkienctase timbul batuk
berdahak, sesak nafas, tapi punya karakteristik berbeda.
Rincian : awal mula keluhan, lamanya, progresifitas, faktor pemberat /
peringan serta hubungan dengan keluhan
2
lain.

Anatomi Topografi
Garis-garis dan tulang-tulang yg dapat dipakai sebagai orientasi:
Beberapa garis-garis: Midsternalis, Medioclavicularis, Axillaris
aterior, Axillaris posterior, Midaxllaris,
Sternalis, Parasternalis
Tulang-tulang yang menjadi orientasi :
1. Sternum (manubrium sterni, corpus, prosesus Xyphoidus)




prosesus Xyphoidus
Arcus costae (costo chondral junction)
Corpus sternum
Angulus sternalis (Ludovici)
Manubrium sterni
Supra sternal notch
Angulus costae
Iga 1
Iga 2
Iga

2-3
Iga

7
Garis scapularis
2. Clavicula

3. Arcus costae dan angulus costae

4. Scapula yg berbentuk segitiga
5. Costage : iga 1-7 : melekat ke sternum, iga 8-9-10 bersatu melekat ke
iga 7, iga 11-12 melayang.

6. Tulang punggung :
prosesus spinosus vertebral 7 menonjol
Angulus Ludovici / sternalis adalah :

a. Tempat costa kedua melekat padasternum atau manubrium
b. Kira-kira setinggi ruas dada keempat
c. Setinggi batas atas dari aurikel / atrium jantung
d. Setinggi bifucatio trachea
e. Tempat pertemuan kedua paru dengan jantung
Pemeriksaan torax :

Anamnese
inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Anamnese + fisik (+ Kelainan struktural/morfologi,
infiltrat, jaringan ikat,cairan).+ foto torax, fungsi
paru DX
I. ANAMNESE: sebelum pem. fisik dilakukan anamnese
keluhan utama paru. 6 gejala pernafasan yang
utama : Dyspnoe, batuk, sputum, hemoptysis,
nyeri dada, Wheezing
1. Dyspnoe: diketahui jika ditanyakan ataupun diberitahukan
penderita kepada kita Paru + Jantung, anemia, psikis
dyspnoe deffort & repos
2. Batuk : batuk kering : pembendungan & peradangan aktif
(sputum) oleh infeksi, iritasi, debu, asap rokok
produksi exudat (bronchitis kronik, bronchiectasi)
batuk pendek INF, pleuritis/ nyeri
batuk panjang whooping cough & bronchitis
Tumor dan aneurysma menekan trachea +
brassy cough recurent laryngeal bovine
cough. Pemakaian obat ACE inhibitor pada peny.
Hipertensi dapat menimbulkan batuk kering
terutama perempuan
3. Sputum : pada bronkiectase dahak banyak & sulit dikeluarkan

Sputum terbagi atas :
3.1 Serous : jernih,encer,berbusa merah muda (oedem paru akut)
berbusa kemerahan (alveolar sel karsinoma)
3.2 Mucoid : jernih keabu-abuan (bronhitis kronik), putih kental
(asma)
3.3 Purulen : kuning (pneumonia),kehiajauan (bronkiectase, abses
paru), cokelat purulen (amoebic liver abses yg masuk ke
bronchus paru)
3.4 Haemorrhagic/ rusty : kuning tua/coklat/merah kecoklatan
seperti warna karat (pneumococal, pneumonia, dan oedema
paru)
3.5 Bahan padat / Solid material : sputum dgn struktur menyerupai
cacing merupakan cetakan bronkus didapat pada asm,a dan alergic
broncho pulmonary aspergilosis.
Jumlah sputum :
- purulen banyak dipengaruhi posisi (bronkiectase),
mendadak abses / empiema / paru yang pecah, kemerahan
(edema paru),
- encer banyak kemerahan (oedema paru)
- encer banyak bersbusa merah : alveolar cell karcinoma

Warna : jernih (PPOK, inhalasi zat iritan),kekuningan infeksi
sal. Pernafasan bawah, .asma), kehijauan (bronkiectase)

Bau : busuk kuman anaerob (bronkiectase dgn infeksi
sekunder), abses paru dan empiema

4. Perbedaan Antara Haemoptysis & Haematemesis sbb :

Haernoptysis Hoematemesis

Didahului batuk Didahului mual dan muntah /
dispepsia
Darah berbuih bercampur Umumnya tdk mengandung
air udara
Sputum berwarna merah Warna berubah karena cairan
muda lambung menjadi merah tua
atau coklat
Ada riwayat penyakit paru Ada riwayat gangguan pencernaan
Konfermasi bronchoscopy Konfermasi gastroscopy.
5. Nyeri Dada :

Nyeri Pleura : parietal 6 iga atas : nyeri terlokalisir, pleura
parietal iga 6 ke bawah dan lapisan luar diafragma menjalar
keabdomen bagian atas, nyeri pleura parietal meliputi diafragma
disarafi nervous prenikus menjalar ke leher atas dan puncak bahu.
Nyeri dada : (dd dada, pleura dan organ mediasternum)
diuraikan secara rinci lokasi nyeri dan penyebaran, awal mula
keluhan, derajat nyeri, faktor pemberat / peringan, efek terhadap
pernafasan dan pergerakan
Nyeri dd dada : saluran nafas & muskuloskletal
beda nyeri pleura dgn dada : nyeri dada timbul mendadak terlokalisir
setelah mengalami batuk hebat dan trauma langsung injuri otot
2
,
interkostal ataupun fraktur iga.
Herpes Zoster dan kompresi radik nervous interkostalis nyeri
sesuai dengan dermatom. Kanker paru + metastse nyeri tumpul
tanpa ada kaitan dgn pernafasan.
Nyeri mediasternum : bersifat sentral / retrosternal tanpa ada
hubungan dengan pernafasan dan batuk
Trombo emboli paru masif : nyeri sentral .menyerupai iskemik
miokard.
Nyeri tumpul progresif keganasan kelenjar getah bening
mediasternum akibat timoma.
Pemeriksaan Umum : Gejala umum & spesifik

II. INSPEKSI : pemeriksaan pertama yang dilakukan hanya
melihat penderita.
Pemeriksaan Torax :

Posisi duduk / dd belakang, posisi berbaring / tidur / dada depan, paru
tidak berkembang sempurna bisa kelihatan kelebihan asimetris, sonor
beda ?. Lemah posisi tidur miring kekiri dan kanan.

Gejala umum :
- Clubbing dari jari ( penyakit paru supuratif, Ca. bronchial,
Bronchiectasi, abscess & cystic paru, fibrosing alveolitis, empyema,
TBC Paru kronik,Mesothelioma, Congenitalheart disease yang
cyanose)
- Hypertrophic pulmonary osteorthropathy
- Flapping tremor (HE, retensi CO
2
akut)
- Cyanosis : sentral & perifer
- Karat tangan ( perokok berat)
- Tangan mengecil : pankoast tumor
- Sindroma Horner : ptosis, miosis, enopthalmos, hemifasialis,
- Stridor (suara pernafasan musikal akibat penyempitan glottis,
trachea atau bronchi besar). Penderita disuruh batuk dan bernafas
dengan mulut terbuka tumor didalam / diluar saluran nafas.
- Mendengar suara :
- Wheezing / mengi : suara pernafasan musikal bisa didengar
tanpa alat stetoskop,lebih keras pada expirasi dari pada inspirasi
akibat penyernpitan saluran nafas perifer (asthma, bronchitis
kronis dan empysema), pencetus : udara, asap, rokok, debu.
- Stridor : suara nafas mendengkur secara teratur akibat
penyumbatan daerah laring, terdiri dari stridor inspiratoar dan
ekspiratoar. Terbanyak inspiratoar pada wanita (tumor,
peradangan trakea, benda aing di trakea)
- Hoarseness : suara serak : kelumpuhan nervous laringus dari
pita suara

Kelainan-kelainan inspeksi thorax dapat berupa :
1. Kelainan bentuk thorax, 2. kelainan simetri thorax,
3. Kelainan pergerakan thorax, 4. kelainan-kelainan lokal.

1. Kelainan bentuk thorax :
Bentuk thorax : normal & tidak normal (paralitik & emfisemitous)
Normal : diameter antrior posterior < lateral pada pergerakan pernafasan
iga-iga bawah bergerak keatas.
- Thorax paralitik : kecil pada seluruh diameter, sela iga sempit dan
tulang
2
iga lebih miring,angulus costae < 90
0
. TBC Paru, Malnutrisi
- Thorax empisema / Barel chest shape : besar / mengembang pada seluruh
diameter dan diameter anterior posterior > dari lateral lateral, tulang
punggung melengkung / kifosis, tulang
2
iga horizontal , angulus costae
> 90
0
. Empisema paru, bronkitis kronika, PPOK
- Kelainan dd torax : akibat kelainan-kelainan dinding thorax,
pleura,rongga pleura, jaringan paru dan bronchus. (Cacat post
Mastektomi, Schwarte Pleura, Efusi Pleura & Pneumo Thorax.)
2. Kelainan simetri thorax : Simetri thorax dalam pergerakkan :
Simetri thorax dalam keadaan statis belum menjamin simetri
dalam pergerakan. Fibrosis dan empisema tidak bergerak kelihatan
simetris tapi bila bergerak asimetris !
3. Kelainan Pergerakan thorax / frekwensi pernafasan :

Pernafasan normal : Wanita sehat :thoracal atau thoraco abdominal,
pria sehat abdominal. Bila wanita bernafas abdominal dan pria
thoracal hati
2
adanya penyakit alat pernafasan . Frekwensi pernafasan
16 24 tiap menit : bradypneu dan tachypneu, dispneu pernafasan yg
disertai dengan perasaan sesak / kekurangan udara / O2.
Pernafasan tidak teratur :

- Takipneu : cepat dan dangkal, Bradipneu : lambat
- Pernafasan Cheyne Stoke : suatu tipe pernafasan apneu & dyspneu, fase
dyspneu mula-mula pernafasan lambat dan dangkal kemudian menjadi
cepat & dalam hingga mencapai puncaknya kemudian akan berangsur -
angsur lambat demikian seterusnya (kerusakan otak / hipoksi kronik )
- Pernafasan Kussmaul : dalam & cepat ( asidasi karena diabetikum/ DM)
- Penafasan Biot : pernafasan tdk teratur (frekwensi dan amplitudo)
dgn periode opneu yg lama (cedera otak, obesitas waktu tidur
pertanda kurang baik sighing respiration pernafasan yang diselingi
oleh tarikan nafas yang dalam .
4. Kelainan Lokal :

Pada kulit, subcutis, otot, tulang-tulang. Misalnya: cacat
karena luka terbakar pada kulit dapat menghalangi
pergerakkan thorax.

Pectus excavatum dan Carinatum/ dada burung, kel.
congenital tulang iga da sternum / familier.
III. PALPASI : perabaan dengan tangan :

Palpasi statis :
1. Kelainan dinding thorax : kulit, subcutis, otot-otot, tulang, suhu
badan, basah kering kulit, aliran pemb.darah, vena jugularis, tumor
dan radang, kel. getah bening, supra klavicularis Ca.paru
Letak trakea ditentukan dgn jari telunjuk pada suprasternal notch
2. Kelainan yg lebih dalam : menentukan ictus jantung dan thrill,
kelenjar getah bening, keadaan mamma, letak trachea, kelenjar
tyroid dan sebagainya.
Palpasi dinamis : mengamati pergerakkan kedua klavikula.
Pengembangan paru dgn meletakkan kedua telapak tangan secara
simetris pada kedua bagian paru basal muka (arcus costae) dan
belakang lihat pengembangan simetris dan asimetris
1. Pergerakkan thorax, berkurang satu sisi patologis
2. Fremitus suara : pemeriksaan getaran suara yg dpt diraba
padadinding thorax. Mengucapkan kata
2
77
Fremitus melemah dan mengeras :mengeras bila udara paru
menghilang diganti dengan infiltrat dan melemah bila udara paru
bertambah emfisema.
Fremitus yang mengeras :
1. Pneumonia lobaris, udara dalam alveolus & broncheolus diganti
dgn infiltrat
2. Suatu cavitas/rongga, mempunyai hubungan dgn bronchus besar
sehingga getaran suara disalurkan sampai dinding thorax
3. Atelectase kompressi, jaringan paru dikempiskan oleh sesuatu
disekitarnya, udara melemah berada padat mengeras
Fremitus melemah :
Orang gemuk karena dinding thorax menebal penghantaran
getaran berkurang
Penebalan pleura / schwarte
Rongga perut berisi cairan atau jaringan padat / tumor sehingga
penghantaran berkurang.
Adanya penumpukan udara didalam rongga pleura dan
membesarnya volume udara dalam jaringan paru.
Suatu cavitas bila hubungannya dgn bronchus tertutup.
Obstruction atelectase, penyumbatan total sehingga getaran
suara tidak sampai ke dinding thorax.
Pada radang kronik, bermacam macam timbul fremitas /
mengeras, melemah tergantung pada penyakit yang diderita.
IV. PERKUSI : pemeriksaan dgn ketokan pada dinding dada baik
langsung ataupun dgn landasan yang disebut pleximeter
flexor (pengetok)
Perkusi paru normal = Sonor !
Pada perkusi selain didengar suara ketokan didapat
dirasakan pada jari .

- Udara paru bertambah suara perkusi = sonor menjadi hipersonor /
hyper resonance (Emfisema paru kavitas besar letak superfisial
pneumotorax dan bula besar )
- Udara paru berkurang bising terdengar sonor memendek / redup /dul
infiltrat (TBC, Pneumonia, efusi pleura sedang)
- Udara paru hilang, bila sama sekali diganti cairan / efusi pleura masif
tumor paru (pekak / flat , beda, redup).
- Pada usus dan lambung : timpani
Batas paru hati : ketokan dilakukan pada garis midklavilkularis kanan,
sonor sonor memendek -batas paru relatif tarik nafas disertai
tahan nafas ketokan lemah sonor sonor memendek kembali
batas paru absolut S VI peranjakan 2 jari !.

(Sonor memendek : infiltrat / TBC & pneumonia_
Beda : pleura efusi , kolaps paru, fibrosis, Schwarte / penebalan pleura
Hipersonor = Empisema )_
Segitiga Garland
Segitiga Grocco
Garis Ellis
dumosieau
Cairan
Pleura
Pendangan belakang
Pendangan samping
V. AUSKULTASI : Bising pernafasan dan bising tambahan

Bising pernafasan harus diperhatikan :
- Lamanya inspirasi atau expirasi
- Tingginya nada inspirasi atau expirasi
- Sifat umum bising tersebut.
Bising pernafasan ini terdiri dari :
Vesikuler : suara nafas lembut,fekwensi rendah,fase inspirasi lebih lama
langsung diikuti ekspirasi tanpa jeda (3:1) dapat didengar
pada kedua lapangan paru orang sehat
Broncheal :suara nafas keras, udara keluar masuk melalui bronkus,
frekwensi tinggi ekspirasi lebih panjang dari inspirasi diselingi
jeda seperti tiupan dlm tabung lokasi manubrium sterni
Bronko vesikuler : suara nafas dengan intensitas dan frekwensi
sedang, fase ekspirasi memanjang menyamai inspirasi
kadang
2
diselingi jeda, normal pada dinding anterior dada SI-II
dan interscapula
Tracheal : suara sangat keras dan kasar pada trakea dan leher, tidak
punya arti klinik
Amforik : suara nafas bila ada rongga / kaverne, letak perifer dan
berhubungan dgn bronkus seperti tiupan dlm botol kosong.
Vesikuler berasal dari alvioli terdengar seluruh lapangan paru.
Sebaliknya bronkeal tidak terdengar karena getaran suara berasal dari
bronkus tidak dihantarkan ke dinding dada oleh udara sebagai
penghantar buruk. DD : Pneumoni/infiltrat udara dalam alvioli
berkurang atau mennghilang, dan infiltrat sebagai penghantar yang
baik menghantarkan suara bronkeal ke dinding dada suara nafas
bronko vesikuler atau bila seluruh udara alveoli diganti infiltrat
terdengar suara bronkeal.

Vocal resonance bila suara melengking = oegoponi, seperti suara
kambing mengembek bila AAA EEE !
BIla penderita menyebutkan 99 dengan stetoskop terdengar
whisper resonance positif.

Vesikuler = F , brocheal / tracheal KH, amforik WU nyaring /
metalik.

Penyebab-penyebab bising broncheal yg sering ialah :

- Kelainan kelainan paru berupa konsilidasi atau infiltrat akut
- Kelainan berupa lapisan efusi pleura yg tipis
- Kelainan yg berupa kolaps / kompresi atelektase
Penyebab bising broncheal yg jarang :

Pneumotoraks ( kadang-kadang )
Rongga yg besar dekat permukaan atau dinding dada

Bising / suara tambahan :

1. Crepitatio :
2. Ronchi basah
3. Ronchi kering :
4.Gesekan pleura

1. Crepitatio: bising yg terjadi hanya pada akhir inspirasi karena
terbukanya alveolus yang sebelumnya mengempis
seperti suara rambut yang digesekan diantara jari
2
ronchi basah halus (fibrosis paru)
krepitasi nyaring pnemoni, tidak nyaring
oedema paru
2. Rhonchi basah/Crackles/rales : suara nafas terputus-putus, non
musikal terjadi pada insipirasi dan ekspirasi karena udara
melewati cairan dalam saluran nafas.

Rhonchi basah 3 jenis :
- Rhonchi basah halus (kecil) adanya cairan dalam alveoli dan
bronchioles seperti suara air mendidih yg halus : pneumonia,
TBC, kolaps Paru, oedema paru lebih halus lagi = krepitasi
- Rhonchi basah sedang seperti air mendidih yg sedang :
bronchitis, fibrosis bronchiectasi
- Rhonchi basah besar : bronchietasi

3. Rhonchi kering : bising yg kontinue dan sifatnya musikal
frekwensi relatif rendah terjadi karena udara mengalir melalui
bronchus yg menyempit oleh mukus yang liat / kental (sonores /
menderu (bronkus besar) dan sibilantes / siutan (bronkus kecil)).
Ronchi kering difus:asma dan bronchitis, ronchi kering lokal :
bronkus lokal & stenosis lokal karena benda asing / peradangan.
Wheezing adalah ronchi kering dengan frekwensi tinggi dan
panjang timbul pada serangan astma.
4. Gesekan pleura/pleura friction rub : radang pleura ( paritale dan
viserale) permukaannya kasar saling bergesekan menimbulkan
suara pada akhir inspirasi dan awal ekspirasi

Crepitatio : udara dalam sub cutis pijat dgn stetoskop kedengaran
bunyi seperti biskuit diremas dekat telinga

Hippocrates succution : suara cairan pada rongga dada terdengar bila
paru / tubuh / dada digoyang - goyangkan (hidropneumotorax)

Keras dan lemahnya bising pernafasan :
Melemah :
- Orang gemuk (dinding thorax tebal)
- Emphisema dan Schwarte = alveoli tidak berkembang
- Efusi pleura alveoli terdesak dan tidak dapat berkembang

Mengeras :
- Anak-anak & orang dewasa yg asthenis/ bronchus kecil arus udara
lebih cepat
- Awal pneumoni sebab bronciolus menyempit disebut bising
vesikuler keras
PEMERIKSAAN JANTUNG

1. Anamnestik / keluhan
2. Inspkesi
3. Palpasi
4. Perkusi
5. Auskultasi
DF + EKG + ECHO + Thorax foto +
Treadmil + cateterisasi DX
1. Anamnestik / keluhan

- Jantung berdebar-debar / palpitaliodosis
- Sakit didaerah dada kiri (precordial, chest pain)
- Sesak nafas kalau berjalan (dyspnoe deffort), istirahat
(dyspnoe drepos) posisi duduk (ortopnoe)
- Batuk-batuk, sesak nafas (Paroxysmal Noeturnal Dyspnoe /
PND)
- Mudah capek
- Denyut jantung kuat
- Kelainan jantung congenital/acquisita kecil dewasa
- Familiar kelainan hipertensi, perokok, kegemukan, DM
2. Inspeksi
Pasien buka baju terlihat thorax jelas,terlentang
Pengamatan pasien dari kanan penderita
Torax simetris / asimetris ?, cardiac Bulging (Vaus sure cardiagn),
torax excavation, pyramid, emphysemateus
Ictus / pulsasi sinkron dengan a radialis / a. carotis
Ictus positif/normal, negatif, ictus normal=pulsasi a. radialis
Ictus melebar bila pulsasi melebar / menyebar tidak terlokalisir
Patologis :ictus (-), a.radialis
ictus tdk jelas : tdk kelihatan = emphysema paru, kegemukan,
Lokasi iktus : ICR V satu jari medial dari midclavicula kiri
Getaran-getaran = vibrasi / fremissement
- vibrasi fase sistolis
- vibrasi fase diastolis
- vibrasi fase sistolis dan diastolis
Kelainan katub (Reuma & Congenital) vibrasi diastolis
Pulsasi a. carotis, supra sternalis
Anatomikal position
3. Palpasi

Tehnik : utk palpasi ictus pakai phalanx ke II & III jari ke-2 dan ke-3.
Kesan: 1. Ictus (+) : normal = radialis / carotis
2. Ictus (-) : patologis spt pericarcitis
3. Ictus tdk ada : normal org gemuk,patologi kelainan paru /
emphysema
4. Ictus kuat angkat : kurus, kelainan patologis pada jantung
(Tyrotoxicosis, anemia).
5. Ictus melebar : getaran daerah ictus meluas ke sekitarnya
Getaran = Vibrasi = fremissement
Tehnik : ujung metatarsal & phalanx.
Mitral --------------- daerah ICR IV kiri
Aorta---------------- daerah ICR II-III kanan
Pulmonal------------ daerah ICR II-III kiri
Tricuspidal --------- daerah ICR IV Paraseternal kiri
4. Perkusi

Jari II phalanx III kiri plessimeter precursor
Batas batas jantung terdiri dari / batas relatif
- Batas kanan ------- midsternalis
- Batas kiri ---------- satu jari kedalam midclavicularis kiri
- Batas atas --------- ICR II-III kiri
- Batas bawah ----- tidak ada karena berbatasan dgn diafragma
Tehnik penentuan batas
2
jantung:
- Kiri Perkusi mulai dari lateral / l.m axillaris
- Batas kanan l.m.c kanan setinggi bats paru hati
- Batas atas thorax kiri mulai dibawah Clavicula
5. Auskultasi

- Pendengaran dokter, tidak ada kerusakan selaput genderang telinga,
- Cerumen prop yg menghambat aliran suara, Stetoscope baik
- Tali + 50 cm

Daerah-daerah auskultasi :
- Bunyi jantung I : - Penutupan katub mitral & Trikuspidal bersamaan
dengan pembukaan aortal dan pulmonal
- Systolic Sound, First Heart Sound
- permulaan systolic ventrikel,
- Low pitched, Dull longer
- Bunyi jantung II - Second Heart Sound
- penutupan katub-katub aorta & pulmonal
bersamaan dgn pembukaan mitral & trikuspidal
- High pitched
- Bunyi jantung III - Fase diastolik, - getaran dari dinding ventrikel,
- atrio Ventrikuler Valva, - Low pitched
- Bunyi jantung IV - Atrial Sound, Low pitched, kontraksi atrium
Mitral : B + I & II, MI & MII daerah apex cardia SI V
dekat midclavikularis kiri
Daerah pulmonal : Normal : P2 > P1
Daerah Aorta : Normal A2 > A1
Daerah Trikuspidal : suara katup Tricuspidal pada daerah presternal kiri
Pemeriksaan Jantung Patologis

1. Inspeksi :- gerakan pernafasan cepat, dalam & dangkal, posisi
membungkuk / fawler / ortophnoe
- pembengkakkan precordial bagian kiri Cardiac Bulging,
proses intra thoracal mendorong organ
2
thoracal menonjol
- kelainan katub Rheumatic biasanya penyakit jantung
congenital, Pulsasi dari uktus melebar, (Mitral S / MI)
- Pulsasi epigastrium yang sering CPC
2. Palpasi : - Ictus melebar kekiri tanpa kebawah, tertarik dan terdorong
terangkat = asites
- Ictus melebarkekiri & kebawah, Ictus angkat kuat melebar,
- Fibrasi daerah mitral baik sistolik dan diastolik
- getaran daerah pulmonal, aorta, trikuspidal
- gesekan pericard pericarditis
- pulsasi epigastrium penderita paru kronis
3. Perkusi
Batas jantung bagian kiri / ventrikel melebar ke ictus kiri :
- Pembesaran jantung kiri kekiri dan bawah
- penarikan jantung kekiri
- pendorongan jantung kekiri
Batas jantung kiri makin ke medial :
- Pendorongan jantung kekanan (pneumothorax kiri),
- Penarikan jantung oleh proses intra thoracal dikanan,
- Emphysema paru bagian kiri
Batas jantung kanan bertambah :
- Pembesaran jantung kanan
- pendorongan jantung kekanan
- penarikan jantung kekanan
Batas jantung sukar ditentukan :
- Emphysema paru-paru
- Orang gemuk
Batas jantung kanan makin ke kiri
- Pendorongan jantung kekiri, penarikan jantung kekiri
4. Auskultasi
a. Bunyi jantung I : mengeras s/d mengentak
- Pembesaran jantung
- Mitral Stenosis
- Gangguan ritme jantung
b. BJI melemah
- Fungsi myocard, kegagalan sirculasi perifer,
Konduksi Atrio Ventricular
c. BJI berobah
Gangguan rytme jantung mis: prematurebeat
d. Reduplikasi BJI Splitted = Doubling pada daerah apex
terdengar sebagai trupp = trupp sulit dibedakan dengan
irama gallop
Phatologis BJ II : A/P
Muda : Normal P2>A2, pertengahan P2=A2, Tua A2>P2

a. P2 mengentak (accentuated) : - MS-MI, DC kiri
- Penyakit paru-paru (lobar
pnie/empisema)
- Fibrosis paru-paru
- Emboli Paru-paru
- Penyakit jantung kongenital
b P2 melemah : DC kanan, Pulmonary Stenosis
c. A2 mengentak : Hypertensi systemic, Elastisitas Aorta (lues artero
sclerose)
d. A2 melemah : (berkurang aliran darah dlm Ao)
Ao stenosis :- Mitral stenosis, DC kiri, kegagalan
sirkulasi perifer, gangguan irama (AF,PB),
Systemic hypotension, penyakit katub aorta
e. A2 dan P2 mengentak ( sirkulasi perifer & paru)
f. BJ II Splitting = reduplikasi (terbelah BJ I > BJ II : hypertensi
pulmonal/sistemik, BBB)
BJ III = Normal pd anak-anak dan dewasa muda, patologi
pada org tua, pericarditis constrictiva.
BJ IV : BJI splitted, Aurico ventricular blok ringan, HHD,
IHD, Myocarditis, overload systolic
Irama Gallop : seperti cangklang kuda, daerah ictus
ICR II-IVsternum kiri
Dibagi atas 3 bagian :
a. Proto diastolic=Early diastolic=ventrikel gallop = BJ III
b. Prasystolic pada akhir diastolic
c. Mid. Diastolic : pertengahan diastolic
d. systolic gallop karena fibrasi aorta yang melebar.
Irama diastolic gallop: penyakit hipertensi, jantung koroner ,
Myocarditis, payah jantung
Irama systolic gallop : sukar didengar, irama timbul antara BJ I-BJ II,
daerah apex, jarang didengar /non klinik
Opening snap : suara tambahan berasal dari katub jantung atrioventriculer,
disaat darah dari atrium mengalir ke ventrikel.
ICR III-IV kiri kadang ICR II kiri (high pitched) MS &
T.stenosis
Bising Jantung = Desah Jantung (Cardiac Murmur)
Desah systolik sifatnya fungsionil, patologis.
Fungsionil : PJA,Thyrotoxicosis, demam. Patologis : MI
Desah diastolik patologis : MS, Fungsional anemi
Sifat-sifat bising (desah) :
1 Cyclus : desah systole dan desah diastole ?
2 Daerah terjadinya desah : mitral, pulmonal, aorta, trikuspidal,
punctum maksimum ?
3 Qualitas : Low Pitched, high pitched ?
4 Intensitasnya dipengaruhi : - kecepatan aliran darah,
- cardiac output,
- besarnya jantung,
- perubahan pada katub,
- tebal jaringan
Intensitas terbagi 6: 1. amat sulit didengar,2. Sulit didengar,
3. mudah didengar,4. terdengar keras,
5. Amat keras setelah diletakkan
6. amat keras tanpa diletakkan
5 Perubahan desah akibat pergerakan & perunbahan posisi
Klasifikasi Desah : A. Fisiologis, Patologis,
B. Intra cardiac, Extra cardiac
Desah Fisologis : desah systole,kadang-kadang diastolik
(anemi, demam, Thyrotoxicosis)
Desah Patologis : Bisa systole dan diastolik
Penyebab desah patologis :
a. Penyakit katub : RHD, Shyhilitic heart disease
b. Dilatasi bagian jantung (atrium dan ventrikel), HHD,
arteriosclerosis aorta dilatasi (Aorta Hyperdinamic sirkulasi)
c. Penyakit jantung kongenital (ASD, VSD, PS, PI)
d. Ruptur struktur Intra kardiac (perforasi katub, trauma jantung,
MCI, ruptur, septum intra ventrikular, intra arterial
e. Adanya vegetasi yg terdiri dari fibrin/bakterial endocarditis)
Desah Systolic :
1. Pada fase systole yaitu segera atau pertengahan
2. lemah dan halus
3. Tidak terikat tempatnya
4. Bersifat physiologis, patologis
5. Tidak ada kelainan-kelainan irama nadi.
A. Pada Apex : Fungsional, berasal dari Mitral Insuffisiensi
penjalaran desah berasal dari aorta stenosis
B. Pulmonal : (sela iga III kiri ) Fisiologis : anak
2
, orang muda
terutama (org kurus) Patologis : Pulmonal stenosis,
PDA, perjalanan desah systole dari aorta
C. Aorta : (Sela iga II kanan) kebanyakan patologis !
Etiologi : Dilatasi Aorta ok : sklerosis, hipertensi, luas
Aorta Stenosis (AS)
Aneurysma
Penyebaran desah dari tempat lain
D. Daerah sela iga III-IV kiri dekat sternum defek inter ventrikuler
septum (VSD)
E. Daerah bawah sternum berasal Insufficiency Trikuspidal
a. Mayor pattern : ejection type, Pansytoli Holosystol type
b. Minor pattern : Late systolic, Circumscribe, Decrescend
1. Tipe ejection :
- Jalan keluar ventrikel menyempit
- Jalan keluar normal tapi volume bertambah (AST, PJA,
PJT, Bradikardial)
- pembuluh darah aorta & pulmonal melebar
- volume darah normal tapi katub aorta sclerosis
- Bising innocent (tdk diketahui penyebab)
2. ansystolic (Holosystolic): terjadi pada fase systolic - MI,TI, VSD,
PDA, Ductus Arteriosus)
3. Late systolic : - kelainan jantung berat
- Hypertrofi sub-aorticostenosis
- Coarctatio Aortae
- LBBB (Left Bundle Branch Blook)
- pericarditis
4. Circumscribe systolic : tidak jelas terdengar, pendek, mid systolic
pericarditis
5. Decrescend systolic: segera setelah BJ I berakhir pada pertengah
systolic (MS murni, VSD,PVR, jantung normal)
Desah Diastolik :
- Fase diastolic
- Kasar terkadang menggeletar / fremisented palpasi
- Lokalisasinya terikat pada suatu tempat dimana intensitas
diastole yang paling tinggi
- Bersifat patologis
- Irama tidak teratur

Daerah Apex :
1. MS (kesan kasar, lebih jelas miring ke kiri disertai thrill
diastole kadang lokasi tdk diapex tetapi lebih medial.
2. AI, ICR II kanan kadang terdengar desah. presistolic diapex
tanpa MS (Austin Flint)
Daerah Pulnomal :
PI dilatasi arteri peninggian tekanan arteri pulmonalis, aorta
regurgitasi P2 menguat/mengeras MS terdengar desah diastolik
didaerah pulmonal kanan PI relarif (Graham Murmur)
3. Aorta : Kelainan katup aorta
a. Rhematik, Lues, kalsifikasi seperti setelah BJ II
b. AI Relatif dilatasi katup aorta (lues,atherosklerosis)
thyrotoksikosis, diastole hipertensi, anemia berat / diastole
c. Perjalanan desah diastole dari daerah lain

4. Trikuspidalis : T Stenosis :
- Early Diastolik segera setelah BJ II (low pitch, kasar,
ireguler) sukar dibedakan dari BJ II ( (Splitted )
- Presistolik ( akhir diastolik = cresendo
- Holodiastolik - Pandiastolik
PENYAKIT - PENYAKIT KATUB JANTUNG :

Diagnosa dibagi 2 :
A. Diagnose organis
B. Diagnosa fungsional

Penyakit jantung organis : Acqusitas & kongenital

1. Acqusitas (Rhematik, lues, atherosklerosis), katub mitral, aorta,
pulmonal, Tricuspidal secara terpisah atau kombinasi
2. Kongenital bayi atau anak-anak

Penyakit
2
Katub Mitralis :
A. Stenosis (Inkompetensi)
B. Insufisiensi (Regurgitasi )

Mitral Stenosis :
Anamnese : batuk, sesak nafas, batuk darah, influensa, tidak
tahan olah raga,jantung berdebar-debar, riwayat
demam rematik (+).
Inspeksi : Cardiac Bulging (Voussure cardiaque), Fibrasi apex,
Pulsasi Epigastrik, Iktus normal
Palpasi : Fibrasi apex fase diastole, Pulsasi Epigastrik
(lanjutan mitral stenosis )
Perkusi : Tidak ada kelainan

Auskultasi : Apex : BJ I mengeras
pulmonal : BJ II mengeras
opening snap apex atau lebih ke medial
kadang ada gangguan irama jantung
desah diastolik : kasar daerah apex, terlokalisir
(presistolik atau middiastolik), tidak menjalar.
Mitral Insufisiensi = Mitral Regurgitasi Pembesaran
Ventrikel Kanan

Anamnese : Mudah capek, jantung berdebar, batuk
Inspeksi : Iktus bergeser kekiri, kuat angkat, melebar
Palpasi : Iktus bergeser kekiri , kuat angkat, melebar
(fibrasi sistolik pre kordial)
Perkusi : Batas jantung kiri melebar (membesar)
Auskultasi : Apex BJ I (MI) melemah dan bersatu dgn desah
sistolik
Desah holosystolik punctum maximal di apex
menjalar ke axilla, infraclavikula dan punggung.
Aorta Stenosis : (Pembesaran ventikel kiri)

Anamnese : keluhan umum pada penyakit jantung
Inspeksi : Iktus bergeser kekiri dan kebawah
Palpasi : Iktus kuat angkat, melebar bergeser kekiri dan
bawah
Perkusi : Batas-batas jantung membesar kiri & bawah
Auskultasi : - Daerah aorta : BJ II (A2) melemah
- Desah sistolik type ejection

Aorta Insufisiensi ( Aorta Regurgitasi)

Inspeksi : Iktus kuat angkat, bergeser kekiri, bawah, pulsasi
kapiler kuku jari tangan
Palpasi : Iktus kuat angkat, bergeser kekiri dan bawah,
Walter Hammer Pulses
Perkusi : Pembesaran jantung kekiri dan bawah
Auskultasi : BJ II (A2) mengeras
desah diastolik punctum maksimum pada aorta
atau selaiga III/IV Ka, desah halus & lembut
Tanda perifer: Pulsus seler, denyut kapiler, bising durozoir,
pistolshoot sound, pulsasi supra sternal & karotis
Tricuspidal Insufficiensi : pengertian peny. katup lain,
kelainan kongenital

Inspeksi: iktus tidak berubah, pembesaran jantung kanan,
pulsasi epigastrium, ascites, pulsasi vena leher jelas
(tanda sesak nafas, batuk
2
, mudah capek)

Palpasi : Iktus normal, pulsasi di epigastrium, Thrill systolik,
hepar membesar, pulsasi vena leher

Perkusi : ascites, hepar membesar

Auskultasi : - desah systolik pada sela iga IV V kanan
- desah pembuluh darah pada hepar.

Trikuspidal Stenosis :
1. Kongenital : atresia
2. Aquisita : organis (Rheuma ), fungsional ( trombus atau
vegetasi baoterial yg menutupi katup trikuspidal )
Inspeksi : sesak nafas, mudah capek, pembesaran vena
2

leher, tanda pembesaran jantung kanan, cyanosis
Palpasi : iktus normal :
- thrill diastolik (presistolik daerah trikuspidal)
- pulsasi epigastrium, hepar
Perkusi : - batas jantung kanan membesar
- asites, hepar membesar
Auskultasi Desah diastolik pada daerah trikuspidal = seperti
desah diastolik pada MS
Penyakit Jantung Kongenital
I. ASD = Atrial Septal Defect
1. Defek pada fossa ovalis atau ostium secundum
2. Defek sekitar V. cava inferior
3. Defek sekitar V. cava superior atau pada sinus venosus
4. Defek Atrio Ventrikularis= Ostium Primum
Inspeksi : Left to Right Sbunt cyanosis (-)
Right to Left Sbunt cyanosis (+)
Pulsasi kuatpada epigastrium
Palpasi : Teraba fibrasi pulmonalis sela iga III kiri ,
pulsasi kuat epigastrium
Perkusi : Pembesaran Batas-batas jantung kanan
proses infiltrat (sering terjadi pneumonia)
Auskultasi : Desah sistolik type ejection sela iga II-III kiri,
defek besar terdengar bising middiastolik karena
darah yang mengalir ke ventrikel (flow murmur)
II. V.S.D : Ventricle Septal Defect (L to R Shunt)
1. Defek pars muscularis (kecil)
2. Defek pars membranacea (letak tinggi)
Inpeksi : - Defek kecil keluhan (-)
- Defek besar sesak nafas waktu kerja,mudah capek,
jantung berdebar
- Dada seperti burung
- infeksi saluran pernafasan.
Palpasi : Thrill systolik parasternal, iktus melebar
Perkusi : pembesaran jantung kekiri, kekanan
Auskultasi : desah sistolik (pansistolik sela iga II-IV kiri
parasternal), desah diastolik di apex aliran cepat
melalui katup mitralis
III. PDA. Patent Ductus Arterious : Normal umur bayi
2 minggu ductus Botalli tertutup pada 2/3 kasus sampai
8 minggu masih ada terbuka 12%, 1 thn hanya 1%. Bila
tetap terbuka = PDA hubungan aorta dan a. pulmonalis

Inspeksi : sering pada anak-anak, setelah payah jantung
kiri / DC kiri, sesak nafas, batuk-batuk = VSD ?

Palpasi : Iktus kuat angkat, thrill sistolik pada sela iga II
kiri suprasternal

Perkusi : Bila DC kiri (+), jantung membesar

Auskultasi : Desah sistolik (machinary murmur) sela iga II-III
kiri sternum

IV. Pulmonal Stenosis : jarang

Inspeksi : mudah capek, sincope, chest pain,
parasternal heaving (+) pembesaran ventrikel
kanan
Palpasi : precordial heaving, thrill sistolik ICR III kiri
Perkusi : Pembesaran jantung kekanan
Auskultasi : - Desah sistolik tipe Ejection (maximum ICR II
parasternal kiri)
- P2 melemah
- Desah menjalar ke clavicula ujung lateral
(acromion)
V. Kombinasi kelainan organis yang sifatnya kongenital :

1. Tetralogi Fallot
a. pergeseran muara aorta kekanan
b. VSD
c. Pulmonal stenose, d. Hypertrofi

2. Sindroma Eisenmarger

a. Muara aorta ke ventrikel kiri dan kanan
b. VSD
c. Hipertrofi ventrikel kanan tanpa pulmonal stenose

3. Syndroma Lutenbacker : ASD & MS

DIAGNOSA FUNGSIONAL :
Payah jantung = Dekompensasi Kordis (DC) : 1. DC kiri
2. DC kanan
3. CHF
DC Kiri :
Inspeksi : sesak nafas(de effort de respon orthopnoe),
cyanosis, batuk-batuk, spuctum berbuih,dan berdarah,
berkeringat sampai baju basah, PND (+)= Paroxysmal
Nocturnal Dyspnoe (Asthma Cardiale)
Palpasi : badan dingin, berkeringat,iktus melebar ke kiri, fibrasi,
irama jantung cepat
Perkusi : batas jantung kiri melebar kekiri mungkin kebawah ,
kanan normal
Auskultasi : bunyi jantung I dan II sukar dibedakan, cepat,
terdengar gallop ritme, desah sistolik pada apex,
P2 mengeras/ splitted , Ronchi basah paru ka & ki.
DC Kanan : lanjutan dari DC kiri ( sesak tidak sesak )

Inspeksi : sesak nafas,batuk berdarah, sianosis, oedema
pretibial, dorsum pedis, asites, mudah kenyang,
gembung, mual, nafsu makan berkurang,
berdengung V. Leher
Palpasi : pembesaran jantung kekanan, pulsasi kuat
epipgastrium, peninggian tekanan v. jugularis/TVJ,
hepar membesar, asites, oedema, fibrasi / thrill
sesuai penyebab : MS, jugularis refluks (+)
Perkusi : Batas jantung kanan melebar kekanan, dijumpai
tanda hydrothorax, asites, hepar membesar
Auskultasi : bunyi jantung cepat, melemah, irreguler desah
sesuai penyebab, kelainan pulmonal (ronchi
kering,basah,wheezing,suara pernafasan melemah)
PAYAH JANTUNG KIRI-KANAN
Kriteria Sokolow :
Kriteria mayor : PND / orthopnoe, sesak nafas / batuk,
pembendungan v. jugularis/leher, ronchi basah,
pembesaran jantung, akut oedem paru,
Gallop rytme, tekanan vena centralis / CVP 16
cm H2O, hydrothorax / pleura efusi.

Kriteria Minor : Oedema pretibial, batuk malam hari,
Hepatomegali, pleural effusion, vital
capasity 1/3 dari max, tachycardia /HR 120x/mnt

Mayor & Minor kriteria : BB 4,5 kg dlm 5 hari setelah diobati

Diagnosa pasti : 2 kriteria mayor
1 kriteria mayor + 2 kriteria minor
PENYAKIT JANTUNG TANPA KELAINAN ORGANIS
JANTUNG :

1. PJI (Peny. Jantung Ischemik) / PJK (Peny. Jantung Koroner)
2. PJH = Hipertensive Heart Disease / HHD
3. PJT = Penyakit jantung Thyroid / THD
4. PJA = Penyakit Jantung Anemi
5. Penyakit Jantung Pulmonik (CPC)
1. Peny. Jantung Koroner : kelainan jantung yang
disebabkan oleh penyakit
A. koronaria sehingga terjadi
gangguan penyediaan darah
pada myokard secara akut /
menahun

Ada beberapa tingkatan :

1. Asimtomatik
2. Angina pektoris
3. Akute Koroner Insufisiensi,
4. Myokard Infark,
5. Gangguan irama jantung
6. DC

1. Asimtomatik : tdk ada keluhan dan sering diabaikan
2. Angina pektoris: suatu sindroma klinik berupa serangan
mendadak pada waktu exercise yang
lokalisasinya terletak pada substernal dan
menjalar ke apex leher, dagu, hilang
setelah istirahat atau makan obat nitrit.
Keluhan nyeri: seperti tertekan, timpa beban berat,
sesak, terbakar, masuk angin, ditusuk
2

Presipitasi : execise, udara dingin, emosi, rokok,
mengedan, banyak bicara, ggn pencernaan
Inspeksi : ketakutan, memegang daerah prekordial, susah
bernafas, keringat dingin
Palpasi : tak ada yg khas, mengidap penyakit hipertensi
Perkusi : sesuai dgn penyakit dasar, baik adanya organis
ataupun fungsional
Auskultasi: tidak ada khas kecuali ada penyakit dasar
3. Akut koroner Insufisiensi = Unstable angina = Pre infark
Lebih parah dp AP/keluhan,frekwensi & lamanya serangan .


Inspeksi : Chest pain, ketakutan, berkeringat, pucat,
memegang daerah precordial, mual & muntah
Palpasi : syok dgn nadi halus, bunyi jantung lemah,
mungkin diketahui penyakit dasar, demam
Perkusi : Analog dengan AP
Auskultasi: Bunyi jantung lemah, terdengar seperti bunyi
jantung bayi = tic tac (embryocardial).
Gallop ritme, Pericardial friction rub,
kelainan penyakit dasar lain
4. Myocard Infark : harus dikenali, angka kematian sangat
tinggi

Inspeksi : nyeri dada, pucat, ketakutan, sesak nafas,
berkeringat banyak, mual,muntah, kolik
abdomen

Palpasi : denyut jantung lemah, iktus tdkteraba,
berkeringat dengan demam (subfebris),
nadi halus iregular

Perkusi : Analog dengan akut koroner Insufisiensi

Auskultasi : Bunyi jantung halus / muffle heart sound,
desah sistolik, gallop ritme, percardial friction
rub, edema paru ( Ronchi basah )
2. HHD = Penyakit Jantung Hipertensi : T 120/80 : - 145/90 HHD
- 130/80 (N)
1. akut koroner insufisiensi , DC kiri akut, Dc ki & ka (CHF)
Gabungan PJK dgn PJH pada Atherosclerotic Heart Disease dimana PJH
disertai AP / MCI
Kriteria : Hipertensi (TD diastolik) 100 mmHg
Pembesaran jantung kekiri baik secara palpasi, perkusi Ro
ataupun EKG, ada/tdknya DC
3. Penyakit Jantung Thyroid (PJT) Throtoxicosis memperberat
kerja jantung
Kriteria : - tanda struma toksik,
- pembesaran jantung kekiri + kanan
- ada DC
- ggn irama jantung
4. Penyakit Jantung Anemi (PJA)
Kriteria : - Hb rendah (5 g %) berlangsung lama
- tanda DC atau tidak
Penyakit Jantung Pulmonik=Cor Pulmunale Chronicum (CPC)
Defenisi : suatu pembesaran jantung kanan yg disebabkan
proses penyakit primer pada paru
Inspeksi : sesak nafas, cyanosis, batuk berdahak, perokok
berat, asites, oedema, pembendungan vena 2 di
leher, kesadaran menurun
Palpasi : tekanan vena jugularis (TVJ), gerakan pernafasan,
sela iga semakin melebar, pulsasi kuat diepigastrium,
hepatojugular refluks (+), hepar membesar, asites.
Perkusi : batas paru hati , pembesaran jantung kanan, hepar
membesar, asites
Auskultasi :
Kelainan jantung : HR cepat, aritmia, P2 mengeras, bunyi jantung melemah
Kelainan paru : - Emphysema paru dgn suara pernafasan melemah ,
- Ronchi 2 kering, basah, wheezing
Gangguan Irama Jantung
Normal 60-100 x / menit
Rangsangan ritme normal berasal dari SA node / Keith Flack
terletak pada muara v. cava superior kedalam atrium kanan ke
dinding otot antrium kanan, kiri kontraksi atrium ke nodus
tawara (A-V Node bundle of his bercabang ke 2 arah
ventrikel kanan dan kiri ke berkas Purkinje kontraksi
ventrikel .
Gangguan irama jantung : SA node, Sistem Konduksi, fokus
ektopic pada atrium, fokus ektopic
pada ventrikel
Fisik diagnostik : adanya gangguan irama jantung
Diagostik pasti dgn EKG
Klasifikasi : 1. Tachycardia, 2. Bradicardia,
3. Gangguan konduksi, 4. Aritmia
1. Tachycardia :

a. sinus tachycardi
b. atrial tachycardi (Paroxysmal, Flutter, Fibrilasi)
c. ventrikel tachycardi (Paroxysmal, Fibrilasi)

a. Sinus tachycardi (HR > 100 x/mnt s/d 150 x/mnt)
Anamnese / Inspeksi : Jantung berdebar,anemia, demam,
struma toxic, infeksi, ketakutan, OR

Palpasi : denyut jantung cepat, panas / dingin berkeringat ,
pols cepat / halus, stimulai n.vagus, HR

Perkusi : Tergantung pd penyakit penyebab

Auskultasi : - denyut jantung cepat, desah sistol / fungsional,
- HR cepat (130 x/mnt) desah sulit ditentukan
b. Atrial tachycardi : sering terjadi pada atrial & mendadak cepat dan
berhenti mendadak
Inspeksi / keluhan : Jantung berdebar cepat,sakit & sesak didada,
lemah / pingsan
Palpasi : debaran jantung cepat,nadi cepat, TD
Perkusi : tergantung pd penyakit dasar intra/ extra cardial,
pembesaran jantung
Auskultasi : denyut jantung cepat kadang sulit dihitung pasti EKG
Atrial Fibrilasi : jenis tachycardi atrial yg sifatnya irreguler klinis. Perbedaan
HR/nadi/POLS Pulsus defisit=Auskultasi adanya perbedaan nadi.
Bila pemakai digitalis os mengalami : keracunan digitalis
Palpasi : tergantung pada peny. Dasar
Perkusi : tergantung penyakit dasar.
Auskultasi : daerah iktus didengar suatu denyut jantung yang kacau
AF (kacau serambi) yang ventriole Rate tinggi, AF cepat tidak
dapat didengar jelas adanya denyut
- Keluhan : mual, muntah, berdebar, hoyong, pening gejala ini jelas bila
frekwensinya makin tinggi (AF = rapid), sesak nafas, shock
Diagnosa pasti jenis aritmia adalah EKG
Atrial Flutter : secara klinis sama dgn fibrilasi tetapi iramanya reguler
Diagnosa pasti adalah EKG
c. Ventrikular Tachicardi : disebabkan oleh fokus ektopik yg
berkumpul dan asalnya dari ventrikel.
Etiologi : Komplikasi MCI yg lama, keracunan digitalis yang lama,
penyakit RHD, penyakit jantung 12 %
Keluhan : chest pain , syok sindrome, sesak nafas, kesadaran
Palpasi : denyut jantung dan nadi (160 1180 x/menit)
kulit dingin dan basah
Perkusi : tergantung pada dasar penyebab
Auskultasi: denyut jantung cepat, BJ I-II sukar dibedakan, Muffled
Heart Sound pada MCI
Ventrikel Fibrilasi : lebih berat dari ventrikular tachycardi .
Ektopik beat banyaki tdk teratur datangnya sehingga respon dari ventrikel
sudah tidak menentu lagi dan ventrikel seperti bergetar saja
Etiologi : komplikasi : MCI, Sindroma Adams Stokes, Intoxicasi
digitalis, Lanjutan ventrikular tachicardi, perangsangan
listrik, Kathekolamin dosis tinggi
Keluhan : kesadaran s/d koma, syok sindrome, chest pain
Palpasi : syok sindrome
Perkusi : tergantung pada penyakit dasar
Auskultasi: BJ I II sulit didengar dan dibedakan, biasanya penderita
akan meninggal bila tdk cepat ditangani
2. Sinus Bradikardi : dimana irama jantung normal dari SA Node dengan
kecepatan (60x/mnt)
Etiologi
Fisiologis : pada waktu hamil, atlit
Patologis : lesi pada otak, peny. a caronaria, ikterus,
keracunan obat (digitalis, B blocker, prokainamide ),
hipertensi, tekanan intrakranial , thyphus Adominalis,
Myxedema
HR > 30 x / menit tampak keluhan
Klinis : BIla HR < 20 : sakit dada, hoyong,shock,pusing
2
, sincope
Palpasi : Iktus lambat, tergantung pada peny. dasar
perkusi : tergantung pd penyakit dasar
Auskultasi : HR lambat60 x/mnt, tergantung pd peny. Dasar
Diagnosa pasti EKG

3. Gangguan Sistem Konduksi:
Terjadi pada tempat :
SA AV NODE BUNDLE OF HISS ------- PURKINJE FIBER
1. First Degree AV- Block terjadi perlambatan penghantaran rangsang
SA Node Ke AV Node pasti dgn EKG PR Interval memanjang
(> 0,21 detik)
2. Gangguan berasal dari AV Node -------ventrikel
a. Partial AV Blok
b. Complet AV Blok
a. Partial AV Block
Kerusakan biasanya pd Bundle Of Hisssehingga ahantaran
rangsang dari atrium tdk sampai ke ventrikel.
Block 2:1 : tiap 2 denyut atrium diikuti 1 denyut ventrikel
Block 3:1 : tiap 3 denyut atrium diikuti 1 denyut ventrikel
Block 4:1 : dst

b. Complet AV Block
Rangsang dari SA Node terlambat mencapai ventrikel sehingga
ventrikel berkontraksi sendiri bebas dari pengaruh atrium
Klinis : lemah,pusing,tdk sadar,sincope,kejangAdam Stokes
Sindrome
Palpasi : denyut jantung lemah, lambat, POLS lambat
Perkusi : Tergantung pada peny.dasar
Auskultasi : Denyut jantung lambat, bunyi jantung I bisa terbelah

Etiologi : Kerusakan serius dari myocard seperti PJK, PJR,
Diptheria, Lues dan penyakit
2
infeksi lain
c. Bundle Branch Block :
Kerusakan terjadi pada cabang-cabang dari Bundle of Hiss ke
daerah ventrikel kanan dan kiri. Klinis tidak ada yang khas - pasti
EKG
4. Aritmia Jantung

Sinus aritmia ( snius aritmia Respirator) : suatu gangguan
irama jantung disebabkan pengaruh pernafasan dimana
terjadi penambahan denyut jantung selama fase inspirasi
dan pengurangan denyut jantung selama fase espirasi
peninggian pengaruh vagus
PREMATURE BEAT (EXTRA SISTOLE) : Suatu denyut jantung
yang disebabkan suatu fokus diluar fokus normal. Berasal dari
atrium, ventrikel dan AV Node. Gangguan irama pada atrium
disebut Atrial Premature Beat (APB) dan VPB/VES.

Klinis : jantung berdebar tdk teratur,tertekan didada, chest pain

Palpasi : - Tergantung pada penyakit dasar, diantara nadi yg
teratur tiba
2
nadi yang berbeda dari yg biasa
- Iktus = apex beat yang biasa tiba
2
timbul apex
beat yang berbeda

Perkusi : tergantung pada penyakit biasa

Auskultasi: ada denyut jantung yang lain dari biasa, dengan
compensatory pause yang lebih lama dari pada
sebelumnya
Diagnosa pasti EKG
- Penyokong tubuh
- Pelindung organ vital
- Alat pergerakan pemeriksaan tulang belakang / corpus vertebra
anggota gerak tangan - kaki
Inspeksi palpasi
Asukultasi : mengetahui crepitasi (pergerakan
sendi dan patah tulang)

Pemeriksaan tulang belakang :
1.Corpus vertebra / saling berhubungan
keluhan : nyeri radikuler, nyeri leher bila bergerak, nyeri sela iga,
tungkai bawah, sekitar tulang belakang.
2.Deformitas leher / cervicalis, thorakalis, pelvis
3.Gangguan kencing
4.Kelemahan tungkai
SISTEM SKELETAL (RANGKA)
1. Inspeksi
2. Palpasi & Perkusi
3. Uji Pergerakan / Mobilitas

I. Inspeksi : arah belakang ( normal susunan tulang membentuk garis
lurus dibagian tengah terlihat :
- arah samping leher cekung dorsal thorax cekung frontral
lumbal cekung dorsal
- penonjolan Cervicalis VII (belakamg bawha leher)

Perhatikan ! : kelainancurvatura/ lengkungan tb, penonjolan tb dari
garis tengah tubuh, penonjolan sepanjang tb. Kelainan
lain sekitar tb dan kulit yang menutupi tb.

Deformitas : a. Cervikalis
b. Thorakalis
c. Lumbalis
DEFORMITAS
a. Cervicalis :
1. Torticolis : leher berputar secara menetap di satu sisi
- Torticolis organik : hemiatropi facialis, pergerakan leher
yang terbatas dan curvature cervikalis abnormal
- psikosomatik tortikolis (spasmodik torticolis) / normal bila
dibantu menegakkan kembali, spasme klonis mm
sternokleidomastoideus dan mm trapezeus.
2. Mislokasi tergelincirnya salah satu ruas tb terhadap lainnya.
Whiplash lesion trauma diikuti ggn persarapan (Tetraplegia)
Bila dengan melibatkan Medulla Oblongata kematian tiba
2
.

3. Lordosis cervicalis pendataran cekungan cervicalis HNP
Cervicalis. Keluhan nyeri leher menjalar kelengan, parasthesia
radiculer, nyeri seperti sengatan listrik di lengan bila kepala
flexi / extensi (Lermitte Sign !).
b. Thoracalis
- Gibbus Angularis : penonjolan tajam pada garis processus karena
menipisnya anterior corpus vertebralis (spondilitis
Tuberkulosis dimana sulit dijumpai tapi dijumpai
agar dapat diobati. Gibbus kecil / nyeri intercostal
waktu batuk/nafas dalam, rasa pegal/kaku tulang
belakang setempat
- Gibbus Arquatus / bungkuk spondilitis ankilopoeitika (deformans)
deformitas tb pada usia lanjut (pergerakkan terbatas)
- Kiposkoliosis Thorakalis congenital, poliomyelitis ?
kelumpuhan sejak anak-anak
- Skoliosis tulang vertebra thoracalis sering kelainan organik biasa
normal pada tb lumbal. Penyebab bisa satu tungkai lebih pendek,
bekas operasi thorakoplastik atau pneumectomi dan deformitas pelvis
c. Lumbalis :
- Skoliosis lumbalis : pembengkokan susunan tb lumbal
mem bentuk garis cekung kesatu sisi / concaf,tidak lurus / garis
tengah disertai lordosis lumbalis mendatar .
- Lardosis Lumbalis : HNP,spondilitis,ankilopoeitika berlebihan :
Tendon Achilles pendek, Distropia Muscolorum Progressiva,
koksitis.
- Spina Bipida : anak-anak
- Okulta : anak-anak lebih besar
- Cystika : tumor tulang belakang :
- Selaput Modulla Spinalis berisi cairan cerebrospinalis
- Spinalis cairan cerebrospinalis
- Kista dermoid, teratoma sakroksigis dan kelainan kulit
lainnya.
II. Palpasi dan Perkusi tb :
Menekan dengan jari telunjuk processus Spinosus dari atas
kebawah ditentukan ketidak rataan processus spinosus
(penonjolan & kelukan)
Gibbus runcing / tidak bulat, rasa nyeri : trapezeus, scalenus,
sternocleidomastoideus
spasme,HNP,kompressi Fraktur,fraktur lamina, Whiplash lession
Tes telunjukorganik bila tepat lokasi setelah diulangi kembali,
bila ragu
2
non organik
Perkusi : ketukan jari pada ujung proc. Spinosus : normal, tidak
sakit bila diketuk (HNP, fraktur, peradangan TBC,
tumor canalis, vertebralis )
III. Uji gerakan (Morbilitas)
Cervical : - extensi-Flexi + 45
o



- kesamping / lateral kira-kira 45
o

- kepala berputar / rotasi 60
0

- ada kelainan sakit / nyeri
Mobilitas thorax dan lumbal.
membungkuk: - kedepan - 80
o

- belakang - 30
o

- kesamping
Pembatasan pergerakan nyeri / fiksasi : HNP, TBC,
fraktur, Osteolytik, osteoporesis dan spandilitis tbc.
PEMERIKSAAN ANGGOTA GERAK
1. Inspeksi
2. Palpasi
3. Uji pergerakan, Kekuatan dan Kordinasi otot
I. Inspeksi : Kulit, bentuk anggota gerak
Kulit : - ikterus, Palmar eritema ( thenar & hipothermi), cyanosis
ujung jari, purpura & petichiae (ggn pembekuan darah,
infeksi virus, leukemia, ggn fungsi hati, alergi obat),
eritema nodosum : bercak merah, tebal, nyeri
(peny.sarcoidosis, TBC, infeksi streptococcus dan elergi
obat )
- Bercak merah, coklat atau putih / panu tidak ada rasa
M. Hansen / Lepra
- Kulit tegang, atrofi kilat Scleroderma
- Clubing Fingers / kuku cembung ujung jari bulat,:
Bronchiectasis, Emphysema paru, ggn pencernaan kronis
(steatore, peny. Crohns/ilitisregionalis, kolitis ulserosa)
- Penyakit jamur
BENTUK ANGGOTA GERAK ATAS
Anggota gerak atas :
Bentuk :
Bentuk bahu : simetris + asimetris (fraktur humerus bagian
atas,dislokasi sendi bahu, atropi otot, deltoideus, osteoartritis
sendi bahu dan periarthri otot leher dan bahu).
Bentuk siku : trauma, kelainan bawaan, peradangan (osteoartritis
dan penimbunan cairan ), inspeksi dan dari belakang posisi siku
flexi dan lurus perubahan bentuk lebih sering ditemukan benjolan.
Bentuk tangan : perubahan bentuk : OA, RA, artritis gout, artritis
psoriatika, hypertropic, pulmonary osteoartropati diikuti clubing
fingers.
Anggota gerak bawah
Panggul : posisi anatomical supine flexi kaki sendi paha.
tinggi lutut - tidak sama ?
- fraktur leher, sendi paha, dislokasi, atrofi otot tungkai.
Radang sendi panggul tungkai atas sisi sakit berada
pada posisi adduksi dan sendi panggul sedikit
terangkat disertai lordosis lumbalis yang berlebihan
Lutut : pembengkakkan lutut OA / deformitas lutut charcot, tidak
sakit, radang sendi, radang sendi. Infeksi sakit (+) pembengkakan
hiperemis & panas.
Tungkai bawah dan kaki
- oedem pitting (DC,Neprotik sindrom,Sirosis hepatis,malnutrisi)
- Solid odema/pembekakan tidak lunak, kulit menebal, satu
sisi saja (filariasis/ tersumbat aliran lymphe) hemiparesis
dengan kelumpuhan tungkai.
- Atrofi otot tungkai bawah : poliomielitis,miopati,
polineurodegenerasi, distrofi muskulorum progresiv
Rachitis tibia ki dan ka lengkungan O / Genu Varum kaki X /
Genu Valgum
Deformitas pergelangan kaki / tumit secara infeksi : oedem dan
artritis
Acromegali : kaki besar dari normal hormon hipopise
Metatarsus varus : 1. adducsi forefoot, 2. memendek tendon
achilles kontraktur flexi dan plantar, 3. inversi kaki
4. torsio (terputar) tibia kedalam
Kelainan metatarsal I adduksi - Metatarsus Primus Varus
Pes Calvus - berjalan bertumpu pada ujung depan kaki
poliomielitis, ataxia freidrich, siringomielia, spina bipida,
peroneal muscular atrofi.
Flat foot (peronated foot/pes palnus) : pronatio dan eversi. Pada
anak
2
normal, menimbulkan keluhan tungkai tb.
Hallux Vagus : adduksi metatarsus I dan exostosis dorsum dan
medial dari kepala metatarsal I (caput metatarsal I ) deviasi
kelateral dari ibu jari kaki Bursitis kronik pada metatarsal I
Drum stick / Clubbing, Clubbing Foot penyebab sama dengan
Clubbing Finger.
II. Palpasi anggota gerak

a. Nadi / POLS :
a. Radialis, Brachialis, Subclavia, Dorsalis pedis, Tibialis Posterior,
Poplitea, Femoralis.
Normal mudah dipalpasi, sakit (solid oedema, peny.pembuluh
darah / srteri Pols less (Takayasus Arteritis)
b. Konsistensi otot-otot lembek / atropi spasme (tortikolis, tetanus,
distonia muskulorum)
c. Kelenjar limfa ketiak / paha (infeksi, keganasan, peny darah +
lipatan paha, ketiak kiri dan kanan )
Uji Pergerakan, kekuatan dan kordinasi otot
(kelemahan, kelumpuhan,keterbatasan pergerakan anggota gerak)
pergerakan lengan dan tungkai dapat teganggu akibat :
- nyeri membatasi pergerakan
- kelemahan otot primer
- gangguan sistem saraf otot ( neuro muskular)

Pergerakan aktip dan pasip
- aktip : pergerakan yang dilakukan penderita sesuai instruksi si
pemeriksa.
- pasip : pergerakan anggota gerak penderita yang dilaukan
si pemeriksa
Pada normal gerakan aktip dan pasip dapat dilakukan sipenderita
dengan sempurna

Periartritis humeroscapularis gerakan pasip dan aktip disendi bahu
terasa nyeri sekitar Olekranon, coracoidea atau tuberositas humeri.
Frozen shoulder tidak dapat menyisir rambut, mengancingkan
baju. Penderita mengeluh akan kelemahan otot dan ggn pergerakan
tidak sempurna
Uji otot Extremitas Superior :
- Trapezeus : mengangkat bahu dan bahu ditekan
- Romboideus mayor / minor : berkacak pinggang siku digerakan
ke belakang dan pemeriksa menahan gerakan tsb dengan
memberikan tahanan siku belakang
- Seratus anterior : tekanan dgn tangan pada dinding pada posisi
tangan lurus, pemeriksa melihat pinggir medial scapula akan
mencuat.
- Deltoideus : angkat lengan kesamping dan pemeriksa menahan
tangan dan menahan lengan bawah.
Uji otot lengan bawah dan atas :
- m.biseps brachil, m.brachialis penderita menekuk
lengannya pada sendi siku dan pemeriksa menahan
dengan menarik pergelangan tangan .
- m.brachioradialis : tekuk sendi siku penderita dan
pemeriksa menahan dengan menarik pergelangan tangan.
- m.Triseps brachii flexi legan kemudian diluruskan
kembali dengan pemeriksa menahan gerakan ini .
Otot 2 tangan :

- Flexor : tangan kepal tangan dan flexi menahan dan menarik
gerakan tersebut
- Extension : kepal dan flexi kedorsal sambil sipemeriksa
menahan gerakan ini dgn jalan menahan pada bagian dorsal
tangan penderita.
- Otot flexor digitorum sublimis : luruskan jari tangan tekukan
jari
2
pada persendian interphalank.
- Otot flexor digitorum fropundus : luruskan jarinya dan menekan
ujung jari, penderita dan disuruh menekukan jari pada
persendian interphalanx ke II.
- Otot interosei dorsalis :
- Otot abduktor ibu jari tangan
Wrist drops dgn Finger drops kelumpuhan nervus radialis.
- Claw hand tanpa adanya Horner Sindrom n.Ulnaris
- Claw hand dgn Horner Sindrom pada sisi yang lumpuh
plexus brachialis bawah

Tungkai bawah : pergerakan dan kekuatan

Nyeri pergerakan sendi panggul - fraktur leher femur
- periartritis
- sendi panggul
- fibrosis m sakrospinalis
- NHP
Nyeri spontan bisa menjalar ke paha, lipatan gluteus sampai ke tumit
tungkai bawah belakang.

Pergerakan pasip : angkat tungkai posisi lurus (Laseque). Normal dapat
diangkat sampai 90
0
. HNP, koksitia, fraktur leher femur nyeri sebelum
90
0
(HNP 30
0
60
0
). Laseque bila menimbulkan sisi satu ke kesisi
lainnya.
= Brudzinski II Meningitis !
Kerning : tekuk sendi panggul dengan lutut flexi pelan
2
flexi lutut
sakit kerning.
Pergerakan pasip : kaku otot pasien tertahan = Cogwheel
Bila tonus terus menerus spasitisitis .
Tenaga otot :

0 Tidak dapat bergerak sama sekali
1 pergerakan minimal
2 Tidak dapat bergerak maksimal
3 Pergerakan sempurna tapi ada tahanan pada pemeriksaan
4 Tahanan ada tapi masih kurang
5 Pergerakan sempurna + tahanan cukup
SENDI CARA PERGERAKAN
Rahang Membuka dan menutup mulut gerakan ke kiri dan ke
kanan protrusi dan retraksi
Tulang belakang, leher
dan thoraco lumbal
Flexion dan extension, lateral flexion (kiri & kanan) rotasi
(kiri dan kanan
Bahu Fexi dan extensi, abduction dan adduction, rotation
internal dan external
Siku Flexi
Pergelangan tangan Flexi dan extensi, deviate ulnar dan radial, pronasi &
suppinasi
Jari (interphalangeal) Flexi dan extensi, abductie ( adductie, rotasi internal dan
external
Lutut Flexi
Tumir dan kaki Flexi plantar & dorsal, inversion dan eversion
Jari kaki Flexi dan extensi (sendi metacarpophalanx) eversion,
inversion dan flexion, (sendi interphalangeal)
PEMERIKSAAN SISTEM SYARAF / REFLEKS
Saraf otak / perifer
Pemeriksaan refleks perlu dilakukan pada :
- penderita koma
- stroke
- neuropati diabetik
Refleks adalah jawaban motorik atas rangsangan sensorik :
Pembagian reflex :
1.Reflex tendon(reflex regang otot,periost,dalam)
2.Reflex permukaan
3.Reflex patologik
Cara perujutan refleks :
1. Relaksasi sempurna
2. Ketegangan optimal pada otot yang akan diperiksa
3. Rangsangan regangan yang cukup
4. Penguatan refleks
Perhatian penderita jangan tambahkan pada otot yang akan diperiksa
- Bawah : Jendrassik kedua tangan pasien saling menarik
- Atas : mengatubkan gigi telinganya sekuatnya
Reflex fisiologik
PENILAIAN REFLEKS :
- Penilaian tergantung pada faktor :
1. Kecepatan kontraksi otot dan relaksasinya
2. Kekuatan kontraksi otot
3. Derajat pemendekkan otot
- Nilai refleks :
1. Arefleksi (refleks (-), 2. Hiporefleksi (refleks (+))
3. Refleksi normal (+), 4. Hiperrefleksi (++)
- Pemeriksaan khusus :
1. REFLEKSI TENDON :
1.1 Refleks biseps (n. muskulokutaneua, C5-6)
1.2 Refleks brakioradialis (n.radialis C 5-6)
1.3 Refleks trisep (n.radialis C 6-7-8 )
1.4 Refleks lutut, refleks kuadriseps feromis (n.femoralis
I 2-3-4)
1.5 Refleks tumit, refleks gastroknemius dan soleus
(n.tibilais , L5 S 1-2)
Respon refleks tendon yang normal :

Refleks bisep : respon normal berupa fleksi dari siku
dan tampak kontraksi otot biseps
Refleks brakioradialis : fleksi dari siku dan tampak ekstensi
lemah jari tangan
Refleks trisep : Ekstensi dari siku dan tampak kontraksi
otot trisep
Refleks lutut : gerakan dari tungkai disertai kontraksi
otot kuadriseps
Refleks tumir : fleksi plantar dari kaki dan kontraksi otot
gastroknemius


2. REFLEKS PERMUKAAN :

2.1 Refleks kulit
2.1.1. Refleks kulit perut (epigastrium, Th 6-9,
abd tengah, Th 9 - 11, hipogastrium, Th 11, L 1)
2.1.2. Refleks kremaster (L 1 2 )
2.1.3. Refles anus ( S 3 4 5 )
2.1.4. Reflek sbulbokavernosus ( S 3 4 )
2.1.5. Refleks plantar ( 1 5, S 1 - 5 )

2.2 Refleks selaput lendir
2.3 Refleks kornea
3. REFLEKS PATOLOGIK

3.1 Refleks Babinski
3.2 Refleks Chaddock
3.4 Refleks Oppenheim
3.5 Refleks Gordon
3.6 Refleks Schaefer
3.7 Refleks Rossolimo
3.8 Refleks Mendel Rechterew
3.9 Refleks Hoffmann - Tromner
3.10 Refleks Refleks Leri
3.11 Refleks Mayor
3.12 Klonus (gastroknemius dan soleus pada tumit )
Dosorfleksi kaki dan tetap dipertahankan posisi dorso
flexi regang otot yang hiperaktip.

TANDA-TANDA PERANGSANGAN SELAPUT OTAK :
1. Tanda kaku kuduk
2. Tanda kerning
3. Tanda Laseque (Straight leg raising test )
4. Tanda Brudzinski-leher (Brudzinski I)
5. Tanda Brudzinski-kontralateral-tungkai (Brudzinski II)
1. Tanda Kaku kuduk : khas untuk gejala meningngitis,
tetanus dll
Pemerikasaan : pasien berbaring terlentang dan dilakukan
pergerakkan pasif : fleksi, ekstensi dan
rotasi kepala
Cara penilaian : tanda (+) bila dijumpai kekakuan dan
tahanan pada pergerakkan fleksi kepala
disertai nyeri dan spasma otot dagu tdk
dapat disentuh kedada dan didapat
tahanan pada hiperekstensi dan rotasi kepala.
2. Tanda Kerning :
Cara pemeriksaan : pasien berbaring terlentang dan dilakukan
fleksi sendi panggul kemudiaan ekstensi pada sendi lutut sejauh
mungkin tanpa rasa nyeri.
Penilaian : tanda (+) bila ekstensi sendi lutut tdk mencapai
sudut 135 derajat disertai spasme otot paha,
biasanya diikuti rasa nyeri. Hemiplegia maka + flexi
hanya tungkai yang tidak plegi.
3. Tanda Laseque : Straight leg raising test
Cara pemeriksaan : pasien rileks berbaring terlentang dan
dilakukan fleksi sendi panggul
sewaktu tungkai dalam ekstensi
Penilaian : tanda ini ada bila sudah timbul rasa nyeri dilekuk
iskiadikus atau adanya tahapan pada waktu dilakukan
fleksi kurang dari 60 derajat.

4. Tanda Brudzinski-leher (Brudzinski I) :
Cara pemeriksaan : pasien terlentang dan pemeriksa meletakkan
tangan kirinya dibawah kepala & tangan kanan di dada pasien.
Dilakukan flexi kepala dgn cepat kearah dada sejauh
mungkin.
Penilaian : tanda ini (+) bila terjadi fleksi involunter pd kedua
tungkai.
5. Tanda Brudzinski-kontralateral-tungkai (Brudzinski II) :
Cara pemeriksaan : pasien terlentang dan dilakukan fleksi
pasif pada sendi panggul
Penilaian : tanda ini (+) bila terjadi fleksi involunter pd sendi
panggul dan lutut kontralateral.(lebih jelas bila sendi
lutut dalam posisi ekstensi).

PEMERIKSAAN SISTEM SENSIBILITAS
Sensibilitas terdiri :
1. Sensibilitas permukaan (rasa raba, nyeri dan suhu)
2. Sensibilitas dalam(sikap, getar, nyeri dalam (struktur otot, ligamen, fasia,
tulang)
3. Fungsi kortikal utk sensibilitas (stereognosis, pengenalan duatitik dan
pengenalan bentuk rabaan)
Syarat pemeriksaan :
1. Pasien harus sadar, cukup inteligen dan cukup koperatif
2. Perlu diterangkan kepada pasien maksud cara dan respons yang
diharapkan pada pemeriksaan
3. Dilakukan secara rileks dan tidak melelahkan pasien
Alat Pemeriksaan:(kapas,garpu penala,kapiler atau jangka)
1. Kapas yang digulung memanjang, jarum, rader dan 2 botol berisi air
dingin (10 derajat Celcius) & air panas ( 43 derajat Celcius )
2. Garpu penala
3. Sebuah kapiler atau jangka
Pemeriksaan secara khusus :
1. Pemeriksaan sensibilitas permukaan :
1.1 Pemeriksaan rasa raba
1.2 Pemeriksaan rasa nyeri
1.3 Pemeriksaan rasa suhu
2. Pemeriksaan sensibilitas dalam
2.1 Pemeriksaan rasa sikap
2.2 Pemeriksaan rasa getar
2.3 Pemerikasaan rasa nyeri dalam

3. Pemeriksaan Fungsi kortikal utk sensibilitas
3.1 Stereogrosis
3.2 Pengenalan 2 titik atau test jangka
3.3 Pengenalan bentuk rabaan
PEMERIKSAAN KORDINASI Cerebelum
Ketidakmampuan koordinasi otot ini akan terjelma dalam
bentuk kelainan ataxisdismetri, disdiadokinesis dan tremor
kasar.
Pembagian test koordinasi terdiri dari :

1. Observasi pd sat pasien melakukan gerakan
2
biasa
2. Test hidung jari telunjuk
3. Test Jari hidung
4. Test pronasi-supinasi
5. Test tumit-lutut
1. Observasi
Sebelum melakukan test perlu diobservasi gerakan
2
yang
dilakukan oleh pasien selama anamnesis, selama ia
menanggalkan pakaian, mengambil benda & gerakan lain. Perlu
diperhatikan kecepatan, ketangkasan dan ketepatan dari
gerakan
2
tadi.
2. Test hidung jari telunjuk
Dari sikap lengan ekstensi penuh pasien disuruh menunjuk hidungnya
sendiri kemudian menunjuk jari telunjuk pemeriksa secara berganti-
ganti (dilakukan perlahan cepat, dan sebaiknya tangan dan kiri
3. Test jari hidung
Test ini sama dengan test hidung jari telunjuk, dapat dilakukan dengan
mudah pada posisi berbaring.
4. Test pronasi-supinasi
Dalam sikap duduk, pasien disuruh meletakkan tangan diatas bagian
distal paha, mula-mula secara pronasi (telapak tangan kebawah)
kemudian supinasi (telapak tangan keatas) secara berganti-ganti
(tangan kanan dan kiri)
5. Test tumit-lutut
Dalam pasien berbaring pasien disuruh meletakkan tumit kakii kiri
diatas lutut kanannya, kemudian menggerakkan tumit tersebut
menyusuri tulang tibia kearah distal sampai dorsum kaki dan ibu jari
kaki (berlawan arah dan kiri dan kanan)
Penilaian : Koordinasi dinilai terutama berdasarkan
ketangkasan dan ketepatan gerak yg dilakukan
pada semua test
Fisik Diagnostik : Abdominal, Urogenital, Anorektal


A. Pemeriksaan Mulut
1. Bibir
- Warna : anemia / pucat, cyanose / kebiru-biruan
- Ketebalan : tebal pd penderita Miksudema & akromegali
- Menonjol terbalik : Mukosa bibir berada diluar/Miopati
- Pecah
2
& retak
2
: Avitaminosis, demam
2. Gigi
- Jumlah : lengkap, berkurang
- warna : discoloration sehubungan dental hygiene
- Keadaan : ada caries / gigi busuk ?
3. Gusi
- Tanda - tanda : mudah berdarah bila ditekan dgn kapas
- Pus : menekan sisi dari gusi akan keluar nanah
- warna : pucat / anemia, kebiruan, keracunan / timah / Pb

4. Lidah
- Kering / basah : kering / basahnya menentukan keadaan
hidrasi / dehidrasi dari tubuh.
- warna : kotor seperti lumpur pada perokok berat karena
bernafas lewat mulut, beslag warna putih/kecoklatan pada
penyakit infeksi (tifus abdominalis)
- Permukaan :licin atrofi dari pada papil-papil lidah,(penderita
anemia pernisiosa, anemia defisiensi besi).
- Penting diketahui fungsi persayarafan lidah, pengeluaran
lidah, lidah menyimpang ke sisi lesi (N XII unilateral)
tremor yang menunjukkan adanya kecemasan, delirium
tremens atau, demensia paraltika.
B. Pemeriksaan Esofagus : disfagia (sulit menelan), regurgitasi
(makanan keluar kembali dari mulut tanpa ada muntah)
Pemeriksaan abdomen : Abdomen mencakup bagian tubuh mulai dari
arkus kosta sampai garis lipat paha. Terbagi atas 9 bagian yang
dipisahkan oleh 2 garis vertikal midclavicularis ki dan ka dan 2 garis
horizontal melalui titik bawah arcus costae dan sias ki dan ka

Bagian atas : hipokhondrium kanan,epigastrium,hipokhondriumkiri
Bagian tengah : Lumbal kanan, umbilikal, lumbal kiri
Bagian bawah : Illiaka kanan, Hipogastrium, Illiaka kiri
Letak organ2 abdomen :

Hati didaerah epigastrium dan Hipokhondrium kanan
Lambung : didaerah epigastrium
Limpa : hipokondrium kiri
Kandung empedu: pada perbatasan hipokhondrium kanan
dan epigastrium
Kandung kencing yang penuh dan uterus wanita hamil daerah
Hipogastrium(dpt diraba)
Appendiks : antara daerah illiaka kanan, lumbal kanan, bagian
bawah daerah umbilikal. Macbourney 1/3 sias kanan dgn umbilikus
= letak apendiks
B. Pemeriksaan Abdomen : Inspeksi & palpasi, perkusi & auskultasi
kurang banyak gunanya. Posisi
penderita anatomikal dgn pemeriksa
berada pada sisi kanan penderita
B.1 Inspeksi Abdomen :
B.1.1 Bentuk perut
B.1.2 Keadaan dinding perut/permukaan simetris dan asimetris
B.1.3 Gerakan dinding perut
B.1.4 Denyutan dinding perut

B.1.1. Bentuk perut
- normal : bentuk perut adalah simetrik. Bila terjadi penimbunan
cairan dlm rongga peritoneum (asites) perut akan membesar juga
secara simetris (perut kodok)
- kehamilan, tumor rongga perut, tumor ovarium,dll asimetrik
- pembengkakkan hati, limpa, ginjal, kandung empedu asimetris
- Kadang terdengar bunyi usus / peristaltik (3x/menit) dgn stetoskop tanpa
stetoskop terdengar bunyi borborigni
B.1.2. Keadaan dinding perut/permukaan perut
- Kulit menjadi keriput/mengerut, akibat perut pernah distensi
hebat dinding perut. Wanita hamil yang beruntun, asites
Pelebaran vena abdomen terlihat benjolan berliku-liku adanya
penyumbatan pada venaporta atau vena cava inferior, vena
berliku sekitar pusat dan mengarah ke pusat (caput medusa)
- pembesaran perut(asites) perut menjadi tegang, licin dan tipis,
berkilat
- Ikterus warna perut menjadi kuning dan pada wanita berulang
melahirkan terdapat garis-garis bekas pembesaran perut disebut
striae. Daerah umbilikus berwarna biru atau agak kekuningan
menunjukkan adanya proses perdarahan didaerah
intraperitoneal (Pankreatitis akut disebut Cullen Sign/Umbilicus
dan Grey Turner Sign di lipatan paha_
- Benjolan-benjolan kecil disekitar umbilikus tanda adanya metastase
keganasan dari intraabdominal
B.1.3. Gerakan Dinding Perut
- perut mengempis/mengecil ekspirasi, mengembang/membesar inspirasi
- Dinding perut menjadi tegang tdk begerak seperti kuburan (peritonitis)
- gerakan peristaltik kadang terlihat pada org tua/kurus
- Pergerakan peristaltik dinding perut menyerupai gelembung pada
permukaan air yg berjalan dari kiri ke kanan Darm steifung / Maag
steifung (pilorik stenosis)
B.1.4. Denyutan Dinding Abdomen
- Terutama dilihat didaerah epigastrium, (org kurus, pembesaran
ventrikel kanan )
- Daerah Hipokhondrium kanan berasal dari denyutan vena hati,
Sinkron dengan denyut sistolik jantung (insufisiensi trikuspidalis).

B.1.5. Succutio Splasing : pasien duduk , digoyang./kocok perut berbunyi
dan succutio (+) Stenosis Pilorik !
B2. Palpasi Abdomen : Anatomikal posisi
Penderita harus berbaring terlentang dgn kepala sedikit ditinggikan
(diatas bantal), kedua lengan berada disisinya dengan kedua
lututnya ditekukkan dan bernafas tenang dengan mulut terbuka.
Mula-mula dilakukan palpasi dengan menggunakan satu tangan/
manual, diletakkan tangan
2
dan jari
2
harus sama kuatnya menekan
dinding perut. Jangan menekan dengan ujung
2
jari saja, tetapi harus
dengan telapak tangan dan juga sendi
2
metakarpo falangeal.
Pada pemeriksaan abdomen bawah kedua tungkai posisi lurus
Dengan palpasi ini kita memperhatikan :
B.2.1. Nyeri tekan / tenderness
B.2.2. Ketegangan/rigid
B.2.3. Pembesaran organ-organ
B.2.4. Tumor dalam perut
B.2.5. Cairan bebas di dalam rongga perut
B.2.1. Nyeri tekan / tenderness
Dimulai dari daerah normal dilanjutkan ke daerah nyeri
tekan. Nyeri tekan menunjukkan kelainan : peritonium,
usus atau organ lainnya, apendisitis akut (macbourney,
kolesistitisa akut, pankreatitis akut
B.2.2. Ketegangan / Rigidity
Normal dinding perut tidak tegang supel. Dinding
perut menjadi tegang karena reaksi dari pada dinding perut
untuk melindungi daerah organ yang dibawahnya.
Ketegangan dinding perut biasanya disebut defence
musculare dapat ditemui pada penderita peritonitis.
B.2.3. Pembesaran Organ2 :
B.2.3.a Palpasi hati : diletakkan secara mendatar dengan ujung2 jari
yang lembut berada dibawah tepi iga, sebaiknya dari lumbal
kanan ke daerah arcus kosta sebelah kanan sampai sisi
radialis jari telunjuk menyentuh tepi hati yang membesar.
Penting diperhatikan pada hati :

Tepi / pinggirnya, permukaaanya, derajat pembesaran, nyeri tekan atau
tidak, konsistensi. Hati tidak teraba pada normal.
1. Tepi hati : tajam pada hepatitis, sukar diraba oleh karena
pelemakkan, reguler pada dekompensatio cordis,
ireguler pada neoplasma.
2. Permukaan hati : tidak rata & berbenjol-benjol kecil pada SH,
berbenjol besar pada kanker hati.
3. Derajat Pembesaran hati : dgn memakai ukuran centimeter teraba
hati dibawah arcus kosta / BAC dan
prosessus siphoideus / BPX.
Pinggir hati menurun bukan membesar
pada emfisiema pulmonum
Dijumpai pada : Neoplasma, Abses hati, Sirosis Hati, dekompensasi
kordis, Penyakit
2
darah
4. Nyeri tekan : muka penderita kelihatan kesakitan tanpa
penekanan hati, disamping rasa sakit tekan
bila hati ditekan
- Obstruksi saluran empedu
- Sirosis hepatis, abses hati, karsinoma hati
- Limphoma Hodgkin, Leukemia, malaria dll
5. Konsistensi hati : lunak (perlemakkan hati), keras (neoplasma,
dekompensasio kordis), fluktuasi : abses hati
B.2.3.b.Palpasi Kandung Empedu : Palpasi dilakukan dibawah
arkus kosta kanan antara prosesus sifoideus dan pinggang
kanan, terasa nyeri / massa peradangan. Bila disuruh
menarik nafas dalam dan pada persentuhan dgn jari os
segera menahan nafas tiba
2
karena nyeri Murphy sign.

B.2.3.c Palpasi Limpa : dimulai daerah epigastrium menuju hipokhondrium
kiri teraba insisura limfa / notch .

Dengan cara ini kita dapat menentukan : tepi, konsistensi, permukaan limpa
yang membesar .

Cara menentukan derajat pembesaran limpa :
1. Garis Schuffner, menghubungkan titik potong antara linea
medioklavi kularis dgn arcus kosta kiri dgn spina illiaka anterior
superior kanan.
Dibagi menjadi 8 bagian yg sama, palpasi utk mencari pembesaran
limpa dilakukan sepanjang garis ini
2. Pembesaran limpa kearah bawah sebaiknya dipalpasi dgn ukuran
Hacket yaitu hacket I sampai dengan hacket VIII ( H I-H VIII)
perpotongan l.m kiri dgn arcus costae tegak lurus menuju inguinal)
Memiringkan penderita kearah kanan dan 1 tangan pemeriksaan menarik
tangan kiri penderita kerarah kanan.
Tangan kiri pemeriksa dipinggang kiri dan ditarik kearah kanan dan
selanjutnya dilakukan palpasi teraba insisura / notch
B.2.3.d Palpasi Kolon : Tdk dapat diraba kecuali berisi udara
atau faeses, teraba benjolan yang
berbentuk susis. Kolon desenden
menjadi tegang (spastic colon) akan
teraba sebagai suatu pipa karet di
daerah fosa iliaka kiri yaitu menjulur
kedaerah hipokhondrium kiri.

B.2.3.e. Palpasi ginjal : Bimanual, bila teraba ada ballottement
(+), ada pembesaran ginjal ( tumor,
hidronefrosa) normal ballottement (-)
C. Tumor didalam perut :
diperhatikan : besarnya/ukuran letak,kosistensi, bentuk, mobilitas
Besar / ukuran : dilakukan dgn kedua tangan yaitu meraba dan menekan
sehingga batas & besar ukuran tumor tersebut dapat diketahui. Tumor
dibawah perut dilakukan palpasi dari atas dan bawah pusat. Biasanya
besar tumor kurang dari hasil perabaan karena ditutupi omentum.
Letak tumor : umumnya letak tumor dapat diraba sesuai dgn letak dari
organ tersebut dirongga abdomen.
Konsistensi: Keras, kecuali tumor tersebut berupa kista, tumor metastase
juga keras (hati, limpa)
Bentuk : bila dijumpai tumor pada hati, limpa atau ginjal akan
menyebabkan pembesaran dari organ
2
dan akan merubah bentuk
sehingga sukar ditandai dgn palpasi.
Mobilitas : Tumor
2
yg berasal dari hati, limpa lambung, kandung
empedu akan bergeser ke bawah oleh dorongan diafragma pd
puncak inspirasi.
Tumor pankreas, usus , uterus, ovarium tidak bergerak bila penderita
bernafas. Membedakan tumor dari dd perut atau dalam rongga
perut kepala diangkat dahi ditekan dd perut tegang, bila tumor pada
dinding perut tetap teraba bila dalam rongga perut tumor tdk teraba
D. Cairan bebas dalam rongga perut
Cairan dalam rongga perut/asites mempersulit palpasi dari organ
hati dan limpa. Dilakukan tehnik palpasi dengan
mempergunakan ujung - ujung jari disebut Dipping menekan
dinding perut dgn cepat dan dalam dengan ujung - ujung jari.
Bila perut dimiringkan ke sisi sebelahnya pekak akan hilang dan
muncul kembali timpani shifting dullness positif / pekak
beralih. Bila cairan asites sedikit posisi knee chest, bila banyak,
penuh tidak dijumpai pekak beralih hanya secara inspeksi terlihat
perut besar, licin, dan kulit mengkilat. Pembuktian asites : ketok
perut kanan dengan jari tengah, tangan kanan disisi kiri terdengar
dgn stetoskop suara double sound. (bunyi melewati asites dan dd
perut). Bila tangan pasien diletakkan di mid line tidak terdengar
souble sound.
< 50 cc cairan (USG), > 50 cc knee chest position, > 250 cc fisik
diagnostik shifting dullness double sound, banyak sekali dengan
inspeksi perut berkilat, licin.
Perkusi abdomen :

Dengan perkusi abdomen/ timpani dapat diketahui :
1. Pembesaran organ : kalau terjadi pembesaran hati dan
limpa bunyi perkusi akan redup di daerah tersebut.
2. Adanya udara bebas : daerah Liver demping akan
menghilang bila dijumpai udara bebas didalam rongga
abdomen. (Perforasi usus / lambung)
3. Cairan bebas di dalam rongga abdomen / asites, perkusi
pada daerah ini akan menghasilkan bunyi pekak yang dikenal
sebagai pekak sisi perut.

E. Auskulatasi Abdomen :
Dengan auskultasi abdomen dapat ditentukan :
1. Bunyi peristaltik, hilang bila terjadi kelumpuhan usus (ileus
paralitik), menjadi keras dan sering pada diare, bernada tinggi
/ metalik sound (penyumbatan usus (ileus obstruksi)
2. Bunyi gerakan cairan, dapat didengar dgn auskultasi pada
daerah hipogastrium kiri sambil menggerakkan kedua sisi
secara bergantian. Bila > 5 jam lambung masih penuh dgn
cairan Stenosis pilorik
3. Bising pembuluh darah, terdapat lumen arteri menyempit
atau aorta abdominalis membesar (aneurisma). Aneurisma
tampak sebagai benjolan besar yang berdenyut dan terdengar
bising sistolik. Pada auskultasi daerah hati kadang
2
bisa didengar
adanya bising pembuluh darah yg disebut Arterial Murmur
atau Hepatic Bruit.
Hal ini patognomik utk karsinoma hati(hepatoma) kadang
didengar bising gesekan (Friction rub) disebabkan Perihepatitis.
PEMERIKSAAN UROGENITAL
: Rambut monspubis, kadang sampai ke umbilikus
- Scrotum :
Inspeksi & palpasi kiri > kanan. Kadang
2
testis tidak turun
- Hidorkele:cairan tunika vaginalis testis translunuasi (+)
- Varicecele : varises testis, vena pleksus,panpiniformis,
- Pembengkakan : parotitis epidemika,
- Testis membesar dan lunak dan nyeri orkitis virus,keras tanpa
nyeri infeksi tumor.
- Penis : - Phimosis prefusium : tidak bisa ditarik kebelakang
melewati glanspenis.
- Balanitis radang glanspenis
- Uretritis periureteral abses fistel
- Condilomata
- Herpes
- Hernia dll.
: Rambut monsveneris
- Clitoris
- Labia minor mayor
- Herpes
- Leukoplakia, Ulkus, kondilomata
- Hernia
- Melanoma
- Carcinoma vulva
- Vaginal toucher
- Speculum
- Kelenjar batoleni N(-), infeksi abses (+)

non perawan
PEMERIKSAAN ANO - RECTAL
Lipatan paha / regio inguinale : anorektal dan alat kelamin :
Indikasi pemeriksaan anorectal : Anamnese
- iritasi diregio mucocutoneous, seperti perasaan gatal / terbakar
oleh karena kelainan lokal, sistemik, kelainan kulit yang
umum dan kelainan intestinal.
- sakit waktu buang air besar / tenemus, adanya fissur, fistula,
hemorrhoid, abses, karsinoma rekti, buang air besar mencret
dan berdarah, kelainan daerah pelvic seperti cystitis, prostatitis.
- perubahan kebiasaan buang air besar menceret berisi darah
lendir (alteration in bowel habit)
- melena (PSCA) dan hematochezia (darah merah dan menetes
hemoroid)
- Kelainan lokal / pembengkakan, adanya massa, rasa sakit &
memar
- Penyakit regional, akut appendicitis, prostatitis / hipertrophi,
ca. kandung kencing
- Tiap keluhan daerah sekitar kelamin : hernia inguinalis,
denyutan a. faemoralis thrombosis arteria kaki.
Pemeriksaan lipatan, paha / regio inguinale
Inspeksi daerah inguinal : spermatik card, limfnode inguinal, dan
arteria faemoralis
1. Adanya pembengkakan dengan permukaan yang licin, ataupun
benjol
2
.

2. Hernia inguinalis faemormalis pada satu sisi atau kedua sisi dan bila
penderita disuruh mengedan atau meniup mulut benjolan
bertambah besar, sebaiknya penderita berdiri
3. Pembesaran kelenjar limph lipatan paha dengan benjolan tidak
teratur yang dapat ditetapkan dengan palpasi (infeksi, tumor, abses )
Pemeriksaan perinium + anal : posisi litotomi & Sims
2. P a l p a s i
A. Hernia.
Lembek, terdiri dari jaringan omenntum dan jaringan lemak, bila telah
terisi dengan usus dapat ditetapkan dengan auskultasi (peristaltik usus).
Pada pria dapat dilakukan langsung palpasi untuk mengetahui keadaan
kanalis inguinalis. Dengan jari telunjuk scrotum kita desak kedalam arah
kanalis inguinalis yaitu arah lateral dan atas dari a/v epigastric. Normal
ring ini tidak tertembus oleh jari, tapi bila celah melebar dpt dirasakan
pelebarannya dan sangat lunak sehingga jari bisa masuk. Pasien disuruh
mengedan terasa isi usus menyentuh jari kita = hernia inguinalis, bila isi
dapat dikembalikan reponibilis bila tidak ireponibilis .
Beda hernia inguinalis dan hernia faemormalis : hernia inguinalis atas dan
medial tuberkel pubis, sedangkan hernia faemormalis bawah dan letaral
Hal lain dapat dipalpasi kelainan sekitar anus / didalamnya lokasinya
dicatat menurut arah jarum jam dengan jam 12 pada simfisis.
- Hemoroid eksterna, - Condylomata, - Fossura
Ani/Fistel, - Prolapsus recti, - Eczem /bekas garukan, - abses
B. Palpasi kel. Getah bening (limfa) dapat ditetapkan besar
kelenjar (infeksi, keganasan, TBC, Penyakit kelamin). Bila ada
fluktuasi (abses)

C. Palpasi / auskultasi a femoralis terdengar keras (hipertensi,
insufisiensi aortadan penyakit Basedowi). Aorta insufisiensi
bising Durozoir (sistolik). Dengan tekan pelan
2
bising tambah
keras, tekanan berat bising menghilang palpasi vena fermoralis
medial arteri bila nyeri tekan (tromboplebitis/trombose)
bandingkan denyutan a fermoralis kiri dan kanan



Perlu diperhatikan : :
Anal sphinchter :
1. tonus dari sphincter terasa sempit yang berhubungan
dengan diare yang lama, permakaian pencahar yang
sembrono, fisur ataupun radang, nervositas dan penderita
2

yang sensitip.
2. Relaksasi sphinchter berhubungan dengan perinium yang
longgar sewaktu persalinan, internal hemorrhoid atau
prolapsus mukosa.
3. Sedangkan pada keadaan yang berat diduga kelainan
neurologi. Bila isi dapat dikembalikan ke rongga abdomen
disebut reponibilis dan bila tidak dapat dikembalikan
disebut irreponibilis.
PEMERIKSAAN ANO RECTAL
1. Inspeksi
Pasien dlm keadaan berbaring terlentang dgn kedua lutut di flexikan
dan saling berjauhan litotomi position atau pasien berbaring pada sisi
kiri dgn kedua tungkainya dlm fleximaximal disendi panggul dan lutut
Sims position.
Diperhatian : hemoroid eksterna & keganasan
Adanya lubang (anus), atresia ani pada bayi (tanpa lubang anus)
2. Anal-kanal :
1. spasme (fisura ani)
2. kekakuan / spasme dan fibrosis dari lingkaran anal disertai dgn
penyempitan kanal sering dijumpai oleh karena pembentukan
jaringan ikat yang disebabkan proses radang & trauma.
3. Hemorrhoid interna terabanya seperti lipatan mukosa yang
berjalan longitudinal.
4. Penonjolon dan dengan rasa sakit diduga adanya abses Ischiorectal
ataupun abses perineal.
PALPASI
Diperlukan pemeriksaan palpasi digital yang dilakukan dengan
telunjuk yg dimasukkan kedalam rectum dinamakan Rectal
Toucher / Examination (colok dubur)
Rectal Toucher / Examination (colok dubur)
Waktu si pemeriksa hendak memasukkan jari telunjuk pasien
diminta bernafas dalam dengan mulut terbuka agar perinium
menjadi lemas dan tonus anus tidak keras. Posisi pasien dapat
dalam Sims position atau Litotomi position.
Pemeriksa pakai sarung tangan dan dioles alat pelincin seperti
jelly, vaselin, glycerine
3. Ractal wall dan lumen, pada waktu ini dapat diraba keadaan
2
:
1. Massa yg disebabkan feses ataupun benda asing.
2. Pengerasan / benjolon yang berhubungon dgn karsinoma
dimana biasanya permukaannya berbenjol - benjol.
3. Polip rectal yang bertangkai ataupun tidak
4. Penggembungan dari rectum sebagai tanda dari infeksi
peritoneal.
5. Karsinoma dengan permukaan noduler dan coulillke-flower
kadang
2
sampai penyempitan yg partiel.
4. Kelenjar prostat dan semiluna Vesikales, dapat diraba besar,
konsistensi, bentuk nyeri tekan.
5. Uterus dan Adnexe dapat ditentukan posisi, besar, bentuk,
konsistensi nyeri tekan dan pergerakkan dari uterus .
6. Rongga pelvic, sering dipergunakan untuk diagnosa appendicitis
ataupun abses
Pada waktu jari dikeluarkan perhatikan : adanya darah, merah,
hitam / ter , lendir. Jangan lupa bersihkan dubur pasien.
Penyakit-penyakit anus dan rectum :

1. Pruritis Ani disebabkan adanya parasit, infeksi jamur,
hemoroid, fissure.
2. Hemoroid interna dan externa yg biasanya ditandai
dengan berak darah merah dan menetes.
3. Fissure in Ano
4. Polip dan lain-lain
FISIK : Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi :
B. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum (wajah / sikap, tanda vital) :
- wajah, bentuk tubuh, kesadaran, sesak, bengkak tubuh /
muka, warna kulit kuning / ikterus, pucat / anemia,
keadaan gizi
- gaya jalan
- tanda spesifik (eksoftalmus, cusingoid, parkinsonisme)
- gizi : (habitus piknikus, atletikus, astenikus,)
IMT : BB / TB ( Cm
2)
< 18,5 : kurus, > 18,5 - 25 : ideal, > 25 30 : obesitas,
Sakit ringan , sakit sedang, sakit berat atau gawat darurat
Tanda vital : TD, POLS, TEMP, RR
Suhu 36 (pagi), 37
0
(Sore) : - rektum > 0,5 (2-5 menit)
- mulut > 0,5 (10 menit)
- axilla > 0,5 (15 menit)

kenaikan suhu 1
0
C nadi naik 10 debaran kecuali tipus
(bradikardi relatif). Suhu badan lebih tinggi dibandingkan
udara sekitarnya yang rendah utk menurunkan suhu badan
dgn mengalirkan darah ke perifer timbul radiasi / konversi .
Suhu badan rendah dibandingkan dgn suhu udara sekitar
yang tinggi timbul keringat / evaporasi untuk menurunkan
suhu badan

Pusat suhu : hipotalamus, persarafan suhu vargus dan
nervous simpatis

Follow up pasien SOAP (Subjektif : keluhan pasien, Objektif :
tanda yang didapat, Assement : analisa data, dan Planning
(diagnostik : CT, MRI dan endoskopi, terapi : farmaka dan non
farmaka

Penyuluhan Penyakit : kanker, HIV, PPOK

Anda mungkin juga menyukai