Tugas : Keperawatan HIV Dosen : Ns. Huriati, S.Kep., M.Kes
MAKALAH SIFILIS
Oleh :
NURDIANA LIANA NURAHMAT 70300111061 Keperawatan B 1
JURUSAN ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR 2014
Jurusan Keperawatan Page | 2 Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh. Alhamdulillah, Segala puji bagi Allah SWT Sang Sutradara seluruh kehidupan semesta. Penghormatan tinggi penulis berikan kepada Baginda Rasulullah Muhammad SAW. Penulis hanturkan ucapan terima kasih kepada dosen mata kuliah Keperawatan HIV, ns. Huriati, S.Kep. M.Kes. Makalah ini merupakan salah satu bentuk penugasan yang diberikan kepada penulis. Makalah ini berjudul Makalah Sifilis. Didalamnya berisikan konsep medis meliputi definisi, etiologi, manifestasi klinis dll serta konsep keerawatan bagi pasien dengan penyakit sifilis. Dalam penyusunannya, makalah ini hanya difokuskan pada hal-hal yang penulis anggap penting sehingga memungkinkan adanya kekurangan dalam makalah ini. Oleh sebab itu, maka kami membuka diri sekiranya ada pihak-pihak yang hendak memberikan masukan berupa saran perbaikan demi menutupi kekurangan tersebut. Harapan penulis, makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca, baik dalam hal menambah pengetahuan pembaca maupun menjadi referensi yang berguna bagi pembaca.
Wassalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh.
Samata, 30 April 2014
Penulis
Jurusan Keperawatan Page | 3 Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar DAFTAR ISI
Kata pengantar ................................................................................................. Daftar isi ........................................................................................................... Bab I Pendahuluan ........................................................................................... A. Latar belakang ..................................................................................... B. Rumusan masalah................................................................................ C. Tujuan ................................................................................................. Bab II Tinjauan pustaka ................................................................................... A. Definisi ................................................................................................. B. Etiologi ................................................................................................. C. Aspek imunologis pasien infeksi HIV ................................................. D. Manifestasi klinis ................................................................................. E. Patofisiologi ......................................................................................... F. Pemeriksaan penunjang ........................................................................ G. Terapi ................................................................................................... H. Komplikasi ........................................................................................... Bab III Asuhan Keperawatan ........................................................................... A. Pengkajian ............................................................................................ B. Diagnosa keperawatan ......................................................................... C. Intervensi .............................................................................................. Bab IV Penutup ................................................................................................ A. Kesimpulan .......................................................................................... B. Saran ..................................................................................................... Daftar pustaka ..................................................................................................
Jurusan Keperawatan Page | 4 Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang Insiden sifilis telah menurun dalam beberapa tahun terakhir, dilaporkan 53.000 kasus pada tahun 1996, sedangkan pada tahun 1992 113.000 kasus. Namun, jumlah kasus sifilis primer dan sekunder meningkat pada tahun 2000-2007. Pada tahun 2007, 11.466 kasus dilaporkan kepada US Centers for Disease Control and Prevention. Sebagian besar dari peningkatan ini terjadi pada pria, terutama pada pria yang berhubungan seks dengan pria lain. Keseluruhan kasus yang dilaporkan pada wanita menurun. Lebih dari 80% kasus yang dilaporkan di selatan Amerika Serikat. Kecenderungan untuk kasus sifilis kongenital terjadi penurunan selama sepuluh tahun terakhir. Angka Kematian dan Kesakitan. Komplikasi utama pada orang dewasa meliputi neurosifilis, sifilis kardiovaskular, dan gumma. Kematian akibat dari sifilis terus terjadi. Satu studi menemukan bahwa dari 113 kematian akibat penyakit menular seksual, 105 disebabkan oleh sifilis, dengan jantung dan neurosifilis; Angka-angka ini terus meningkat sejak munculnya epidemi AIDS, karena penyakit ulkus kelamin (termasuk sifilis) adalah kofaktor untuk penularan HIV. Selain itu, pasien yang tidak diobati beresiko mengalami perkembangan yang cepat untuk neurosifilis dan untuk komplikasi; Kongenital sifilis adalah hasil yang paling serius sifilis pada wanita telah menunjukkan bahwa proporsi yang lebih tinggi bayi terpengaruh jika ibu telah diobati sifilis sekunder, dibandingkan dengan sifilis laten yang tidak diobati dini.Karena Treponema pallidum tidak menginvasi jaringan atau plasenta janin sampai usia kehamilan bulan kelima, sifilis menyebabkan keguguran, bayi lahir mati, atau kematian segera setelah melahirkan. Di Amerika Serikat, sifilis yang lebih umum di kalangan orang- orang dari ras dan etnis minoritas. Prevalensi sifilis yang dilaporkan Jurusan Keperawatan Page | 5 Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar antara orang kulit hitam agak lebih tinggi daripada kelompok etnis lain. Namun demikian, tingkat ini telah menurun secara drastis dalam beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2000-2003, sifilis menurun dari 12 kasus per 100.000 penduduk hingga 7,8 kasus per 100.000 penduduk pada kelompok etnis ini. Di Indonesia, pada beberapa puluh tahun yang lalu, nama PHS yang paling terkenal adalah Raja Singa, yang menjadi korban umunya adalah kaum dewasa, antara usia 19-35 tahun. Tetapi yang kini muncul dan lebih memprihatinkan adalah penderita penderita PHS bukan hanya orang-orangyang telah dewasa, tetapi dari kalangan remaja telah menjadi korbannya. Hal ini, bukan rahasia lagi. B. Rumusan masalah 1. Apa yang dimaksud dengan sifilis ? 2. Apa penyebab sifilis ? 3. Bagaimana manifestasi klinis pada penyakit sifilis ? 4. Bagaimana aspek imunologis pasien yang terinfeksi HIV ? 5. Bagaimana patofisiologi penyakit sifilis ? 6. Apa pemeriksaan penunjang untuk penyakit sifilis ? 7. Apa terapi yang diberikan kepada pasien sifilis dengan terinfeksi HIV ? 8. Apa komplikasi yang bisa terjadi pada penyakit sifilis ? C. Tujuan 1. Untuk mengetahui pengertian sifilis. 2. Untuk mengetahui penyebab sifilis. 3. Untuk mengetahui manifestasi klinis penyakit sifilis. 4. Untuk mengetahui aspek imunologis pasien yang terinfeksi HIV. 5. Untuk mengetahui patofisiologi penyakit sifilis. 6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang penyakit sifilis. 7. Untuk mengetahui terapi yang diberikan kepada pasien sifilis dengan terinfeksi HIV. 8. Untuk mengetahui komplikasi penyakit sifilis. Jurusan Keperawatan Page | 6 Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Sifilis adalah salah satu penyakit menular seksual. Penyakit tersebut ditularkan melalui hubungan seksual, penyakit ini bersifat laten atau dapat kambuh lagi sewaktu-waktu selain itu bisa bersifat akut dan kronis. Penyakit ini dapat cepat diobati bila sudah dideteksi sejak dini. Sifilis adalah penyakit seksual yang disebabkan oleh Treponema pallidum. Penyakit menular seksual adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. Penyakit ini sangat kronik, bersifat sistemik dan menyerang hampir semua alat tubuh.
B. Etiologi Sifilis disebabkan oleh Treponema Pallidum yang termasuk ordo Spriochaeta. Organisme ini bersifat anaerob mudah dimatikan oleh sabun, oksigen, sapranin bahkan aquades serta dapat mati dalam waktu 3 hari pada suhu lemari es namun dapat tertular melalui transfusi darah. Selain itu, kontak kulit dengan lesi yang mengandung kuman ini juga akan menularkan penyakit sifilis. Sifilis dan infeksi menular seksual lain yang menyebabkan lesi genital atau respons inflamasi merupakan faktor resiko penting dalam transmisi HIV. Faktor pada sifilis yang diperkirakan memiliki kontribusi untuk terjadinya proses transmisi HIV adalah : 1. Kerusakan sawar epitel sebagai pintu masuk (atau keluar) HIV. 2. Kedatngan sejumlah besar makrofag dan sel T membuat lingkungan kaya akan reseptor HIV. 3. Produksi sitokin oleh makrofag yang distimulasi lipoprotein terponemal dapat meningkatkan replikasi HIV. 4. Treponema pallidum dapat menginduksi ekspresi gen HIV-5 dari monosit dan makrofag. Jurusan Keperawatan Page | 7 Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar 5. Lipoprotein T. Pallidum dapat menginduksi CCR5 dari monosit yang merupakan ko-reseptor utama transmisi HIV
C. Aspek imunologi sifilis pada infeksi HIV Pasien dengan infeksi HIV mengalami disregulasi respons imun tubuh. Hal tersebut menyebabkan turunnya jumlah sel Th (helper) dan limfopenia. Limfosit T tidak dapat memproduksi interleukin-2 dalam jumlah normal, respons hipersensitivitas tipe lambat melemah, dan aktivitas sel natural killer menurun. Produksi antibodi spesifik dapat terganggu. Treponema pallidum tidak banyak memiliki lipopolisakarida, tetapi kuman tersebutmengandung banyak lipoprotein. Secara in vitro maupun in vivo telah dibuktikan bahwa lipid-modified protein merupakan aktivator poten terhadap sel efektor yang berkaitan dengan imunitas nonspesifik. Oleh karena itu, pada awal pembentukan chancre respons imun nonspesifik yang akan berperanterutama adalah monosit, makrofag, dan sel endotelial terhadap Treponema Sifilis mengaktifkan baik imunitas humoral maupun selular, dan keduanya diperlukan untukeradikasi kuman. Kini telah ditemukan bahwa hipersensitivitas tipe lambat merupakan mekanismeimun yang utama untuk pemusnahan bakteri dan penyembuhan lesi sifilis. Pada pasien terinfeksi HIV terjadi gangguan sistem imun humoral dan selular. Perubahankualitas imunologis pada pasien dengan infeksi HIV dapat menyebabkan penyembuhan lesi primersifilis yang lambat, akselerasi terjadinya lesi sifilis sekunder, atau keduanya.Penurunan atauhilangnya imunitas selular pada pasien terinfeksi HIV menyebabkan peningkatan kemampuan Treponema untuk bermultiplikasi di berbagai jaringan, sehingga dapat terjadi ulserasi genital persisten, guma, dan progresivitas neurosifilis yang lebih cepat. Kofoed dkk melaporkan bahwa pada pasien terinfeksi HIV, jumlah sel limfosit T, CD4 menurun dan jumlah virus HIV meningkat selama infeksi sifilis. Keadaan tersebut secara statistik bermakna hanya pada Jurusan Keperawatan Page | 8 Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar sifilis primer dan sifilis sekunder, dengan jumlah awal sel limfosit T CD4 sebelum terinfeksi sifilis sebesar 500 sel/L. Setelah terapi sifilis, jumlah sel limfosit T CD4+ akan meningkat dan jumlah virus HIV akan menurun seperti keadaan awal sebelum terinfeksi sifilis. Namun, Sadiq dkk. melaporkan bahwa tidak terdapat hubungan antara perubahan jumlah sel limfosit T CD4+ dan jumlah virus HIV-1 dalam darah dan semen dengan kejadian sifilis stadium dini.
D. Manifestasi klinis Sifilis primer (stadium I) ditandai oleh chancre sifilis dan adenitis regional. Papula tidak nyeri, tampak pada tempat pemasukan 2-6 minggu setelah kuman masuk. Papula segera berkembang menjadi ulkus bersih, tidak nyeri dengan tepi menonjol yang disebut chancre.
Sifilis primer pada individu dengan infeksi HIV dapat berupa chancre multipel atau chancre atipikal berupa ulkus nyeri dan lunak di sekelilingnya. Hall dkk melaporkan bahwa individu terinfeksi HIV lebih sering memiliki lesi inisial berupa chancre multipel (70%) dibanding dengan individu HIV-negatif (34%). Pada beberapa pasien terkadang tidak ditemukan atau tidak terlihat chancre primer. Dapat terjadi limfadenopati regional. Chancre menyembuh secara spontan dalam 4-6 minggu, menimbulkan jaringan parut tipis. Penderita yang tidak diobati, berkembang manifestasi sifilis sekunder 2-10 minggu sesudah penyembuhan chancre, meliputi ruam makulo-papuler non pruritus yang dapat meliputi seluruh tubuh yang melinatkan telapak tangan dan telapak kaki. Pada tahap ini termasuk dalam Stadium sekunder (Stadium II). Gambar 1. Sifilis primer Jurusan Keperawatan Page | 9 Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar Kandilomata lata (plak seperti veruka abu-abu putih sampai eritematosa) dapat terjadi pada derah yang lembab sekeliling anus dan vagina dan plak putih disebut mucous patches dapat ditemukan pada membrana mukosa. Pada individu terinfeksi HIV yang mendapatkan obat ARV, ruam tersebut sering salah diagnosis sebagai erupsi obat alergik dan sering muncul dengan concomitant multipel genital ulcer. Sindrom nefrotik merupakan komplikasi ko-infeksi HIV dengan Stadium II
Penyakit seperti flu dengan demam ringan, nyeri kepala, malaise, anoreksia, penurunan berat badan, nyeri tenggorokan, mialgia dan artralgia serta limfadenopati menyeluruh sering ada. Manifestasi ginjal, hati dan mata dapat ditemukan juga meningitis pada 30% penderita sifilis sekunder. Infeksi sekunder menjadi laten dalam 1-2 bulan sesudah muncul ruam selama 1 tahun pertama lalu memasuki tahap tersier dimana mulai menunjukkan manifestasi penyakit tersier yang meliputi neurologis, kardiovaskuler dan lesi gummatosa. Yang terakhir ini adalah granuloma kulit dan sistem muskuloskeletal akibat reaksi hipersensitivitas lambat hospes.
Gambar 2. Sifilis sekunder Jurusan Keperawatan Page | 10 Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
Relapsing sifilis Kekambuhan penyakit sifilis terjadi karena pengobatan yang tidak tepat dosis dan jenisnya. Pada waktu terjadi kekambuhan gejala- gejala klinik dapat timbul kembali, tetapi mungkin juga tanpa gejala hanya perubahan serologinya yaitu dari reaksi STS (Serologis Test for Syfilis) yangnegatif menjadi positif. Gejala yang timbul kembali sama dengan gejalaklinik pada stadium sifilis sekunder.Relapsing sifilis yang ada terdiri dari : a. Sifilis laten Fase tenang yang terdapat antara hilangnya gejala klinik sifilissekunder dan tersier, ini berlangsung selama 1 tahun pertama masa laten(laten awal). Tidak terjadi kekambuhan sesudah tahun pertama disertai sifilislambat yang tidak mungkin bergejala. Sifilis laten yang infektif dapatditularkan selama 4 tahun pertama sedang sifilis laten yang tidak menularberlangsung setelah 4 tahun tersebut. Sifilis laten selama berlangsung tidak dijumpai gejala klinik hanya reaksi STS positif b. Sifilis tersier (Stadium III) Sifilis lanjut ini dapat terjadi bertahun-tahun sejak sesudah gejala sekunder menghilang. Pada stadium ini penderita dapat mulai menunjukkan manifestasi penyakit tersier yang meliputi neurologis, kardiovaskuler dan lesigummatosa, pada kulit dapat terjadi blesi berupa nodul, noduloulseratif ataugumma. Gumma selain mengenai kulit dapat mengenai semua bagian tubuhsehingga dapat terjadi aneurisma aorta, insufisiensi aorta, aortitis dan kelainan pada susunan syaraf pusat (neurosifilis ) c. Sifilis kongenital Sifilis kongenital yang terjadi akibat penularan dari ibu hamil yang menderita sifilis kepada anaknya melalui plasenta. Ibu hamil dengan sifilis dengan pengobatan tidak tepat atau tidak diobati akan mengakibatkan sifilis kongenital pada bayinya. Infeksi intrauterin dengan sifilis mengakibat anak lahir mati, infantille congenital sifilis atau sifilis timbul Jurusan Keperawatan Page | 11 Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar sesudah anak menjadi besar dan bahkan sesudah dewasa. Pada infantil kongenital sifilis bayi mempunyai lesi - lesi mukokutan. Kondiloma, pelunakan tulang - tulang panjang, paralisis dan rinitis yang persisten. Sedangkan jika sifilistimbul sesudah anak menjadi besar atau dewasa maka kelainan yang timbul pada umumnya menyangkut susunan syaraf pusat misalnya parasis atau tabes,atrofi nervous optikus dan tuli akibat kelainan syaraf nervous kedelapan, juga interstitial keratitis, stig mata tulang dan gigi, saddel - nose, saber shin (tulang kering terbentuk seperti pedang ) dan kadang - kadang gigi Hutchinson dapat dijumpai. Prognosis sifilis kongenital tergantung beratnya infeksi tetapi kelainan yang sudah terjadi akibat neurosifilis biasanya sudahbisa disembuhkan.
E. Patofisiologi 1. Stadium Dini Pada sifilis yang didapat, Treponema pallidum masuk ke dalam kulit melalui mikrolesi atau selaput lendir, biasanya melalui senggama. Kumantersebut berkembang biak, jaringan bereaksi dengan membentuk infiltratyang terdiri atas sel-sel limfosit dan sel-sel plasma, terutama di perivaskuler,pembuluh- pembuluh darah kecil berproliferasi dikelilingi oleh Treponemapallidum dan sel-sel radang. Enarteritis pembuluh darah kecil menyebabkan perubahan hipertrofi endotelium yang menimbulkan obliterasi lumen (enarteritis obliterans). Pada pemeriksaan klinis tampak sebagai S I. Sebelum S I terlihat, kuman telah mencapai kelenjar getah bening regional secaralimfogen dan berkembang biak, terjadi penjalaran hematogen yang menyebarke seluruh jaringan tubuh. Multiplikasi diikuti oleh reaksi jaringan sebagai SII yang terjadi 6-8 minggu setelah S I. S I akan sembuh perlahan-lahan karenakuman di tempat tersebut berkurang jumlahnya. Terbentuklah fibroblas-fibroblas dan akhirnya sembuh berupa sikatrik. S II juga mengalami regresiperlahan-lahan lalu Jurusan Keperawatan Page | 12 Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar menghilang. Timbul stadium laten. Jika infeksi T.pallidum gagal diatasi oleh proses imunitas tubuh, kuman akan berkembangbiak lagi dan menimbulkan lesi rekuren. Lesi dapat timbul berulang- ulang. 2. Stadium Lanjut Stadium laten berlangsung bertahun-tahun karena treponema dalam keadaandorman. Treponema mencapai sistem kardiovaskuler dan sistem saraf padawaktu dini, tetapi kerusakan perlahan-lahan sehingga memerlukan waktubertahun-tahun untuk menimbulkan gejala klinis. Kira-kira dua pertiga kasusdengan stadium laten tidak memberi gejala.
F. Pemeriksaan penunjang Untuk menentukan diagnosis sifilis maka dilakukan pemeriksaanklinik, serologi atau pemeriksaan dengan mengunakan mikroskop lapangangelap (darkfield microscope). Pada kasus tidak bergejala diagnosisdidasarkan pada uji serologis treponema dan non protonema. Uji nonprotonema seperti Venereal Disease Research Laboratory ( VDRL ). Untuk mengetahui antibodi dalam tubuh terhadap masuknya Treponema pallidum.Hasil uji kuantitatif uji VDRL cenderung berkorelasi dengan aktifitaspenyakit sehingga amat membantu dalam skrining, titer naik bila penyakitaktif (gagal pengobatan atau reinfeksi) dan turun bila pengobatan cukup.Kelainan sifilis primer yaitu chancre harus dibedakan dari berbagai penyakityang ditularkan melalui hubungan kelamin yaitu chancroid, granulomainguinale, limfogranuloma venerium, verrucae acuminata, skabies, dankeganasan ( kanker )
Jurusan Keperawatan Page | 13 Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar Diagnosis sifilis pada pasien terinfeksi HIV didasarkan pada kriteria konvensional yaitu : 1. Demonstrasi T.pallidum (dari lesi atau kelenjar getah bening yang terinfeksi pada sifilis dini) a. Mikroskop lapangan gelap (dark field microscopy) b. Direct flourescent antibody (DFA) test c. Polymerase chain reaction (PCR) test 2. Tes serologi sifilis (TSS) G. Terapi Pada dasarnya terapi sifilis pada pasien terinfeksi HIV secara umum sama dengan pasien tanpa infeksi HIV, bergantung pada stadium dan ada atau tidaknya neurosifilis. Namun, pasien dengan infeksi HIV sering mengalami abnormalitas neurologis yang sulit dibedakan dengan neurosifilis. Sehingga sebagian ahli berpendapat pengobatan neurosifilis sebaiknya diberikan kepada semua pasien HIV-positif dengan infeksi sifilis. Pasien HIV-positif pada stadium sifilis dini mempunyai resiko gagal terapi menggunakan rejimen penisilin benzatin,namun tidak terdapat penelitian controlled trial dengan rejimen terapi apapun untuk sifilis lanjut. Menurut CDC (1998) individu asimtomatik dengan ko-infeksi HIV dan sifilis lanjut yang umumnya disertai dengan keterlibatan neurologis sebaiknya diterapi dengan rejimen penisilin prokain. Banyak ahli berpendapat bahwa pasien sifilis stadium dini dengan infeksi HIV sebaiknya diterapi dengan penisilin dosis lebih tinggi dari dosis yang direkomendasikan oleh CDC karena invaso T.pallidum pada SSP terjadi pada sifilis stadium dini. H. Komplikasi Sifilis yang tidak diobati dengan serius dapat berakibat fatal yaitu dapat menyebabkan kerusakan pada sistem saraf, tumor, kebutaan, dan demensia.Ada beberapa kasus kerusakan otak akibat penyakit sifilis, salah satunya adalah Neurosifilis. Neurosifilis adalah infeksi otak atau sumsum Jurusan Keperawatan Page | 14 Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar tulang belakang yang terjadi pada orang yang memiliki sifilis namun tidak diobati selama bertahun-tahun. Itulah mengapa semua jenis penyakit baik yang ringan apalagi yang berat harus segera diobati. Penyakit neurosifilis disebabkan oleh bakteri yang bernama T.pallidum,bakteri ini merupakan bakteri yang menyebabkan penyakit sifilis Neurosifilis biasanya terjadi sekitar 10 sampai 20 tahun setelah seseorang pertama terinfeksi sifilis, dan tidak segera diobati oleh penderitanya. Namun begitu, tidak semua orang yang memiliki sifilis akan mengembangkan komplikasi ini. Sebab hanya penderita penyakit sifilis yang tidak diobatilah yang sering memiliki komplikasi penyakit neurosifilis ini. Ada lima bentuk yang berbeda dari neurosifilis sebagai akibat penyakit sifilis,diantaranya adalah: 1. Asimtomatik (bentuk yang paling umum), artinya tanpa gejala. Dianggap asimtomatik jika Telah pulih dari penyakit dan tidak lagi memiliki gejala,Memiliki penyakit tetapi tidak memiliki gejala. 2. Paresis Umum, gangguan fungsi mental yang disebabkan oleh kerusakan otak. Terjadi antara 3- 30 tahun setelah mendapatkan penyakit sifilis. Penderita dapat mengalami perubahan kepribadian atau suasana hati. 3. Meningeal neurosyphilis. Terjadi antara beberapa minggu pertama hingga beberapa tahun pertama setelah mengidap penyakit sifilis. Penderita mengalami sakit kepala, leher kaku, mual dan muntah. Terkadang juga mengalami kehilangan penglihatan atau pendengaran. 4. Meningovascular, menyebabkan gejala yang sama seperti sifilis meningeal tetapi individu yang terkena dampak juga mengalami stroke. Bentuk neurosifilis ini dapat terjadi dalam beberapa bulan pertama sampai beberapa tahun setelah infeksi. 5. Tabes dorsalis, komplikasi akibat penyakit sifilis yang tidak diobati yang melibatkan kelemahan otot dan sensasi yang abnormal (mati Jurusan Keperawatan Page | 15 Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar rasa dan kesemutan). Ditandai oleh nyeri pada tungkai atau perut, kegagalan koordinasi otot, dan gangguan kandung kemih. Tanda-tanda lainnya penyakit neurosifilis akibat penyakit sifilis diantaranya adalah kehilangan penglihatan, hilangnya refleks dan hilangnya rasa getaran, cara berjalan buruk, dan gangguan keseimbangan. Tabes dorsalis dapat terjadi 5-50 tahun setelah infeksi sifilis awal.
Jurusan Keperawatan Page | 16 Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian 1. Identitas klien 2. Pemeriksaan fisik a. Periksa keadaan umum b. Periksa kesadaran, keadaan gizi, TB, BB, suhu, TD, nadi, respirasi. c. Lakukan pemeriksaan sistemik: kepala (mata, hidung, telinga, gigi & mulut), leher (terdapat pembesaran tyroid/ tidak), tengkuk, dada, genetalia, ekstremitas atas dan bawah. 3. Aktivitas Gejala : kelelahan terus menerus, kaku kuduk, malaise. Tanda : kelemahan, perubahan tanda-tanda vital 4. Sirkulasi Gejala : komplikasi kardiovaskuler, aneurisma. Tanda : tekanan darah kadang naik. 5. Integritas ego Gejala : ansietas, kuatir dan takut, kurang pengetahuan tentang penyakit. Tanda : cemas, gelisah, bertanya-tanya terus tentang penyakit, menyendiri. 6. Eliminasi Gejala : penurunan berkemih, nyeri pada saat kencing, kencing keluat nanah. Tanda : kencing bercampur nanah, nyeri pada saat kencing. 7. Makanan dan cairan Gejala : anoreksia, nausea Tanda : vomiting
Jurusan Keperawatan Page | 17 Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar 8. Hygiene Gejala : kurang kebersihan genitalia. 9. Neurosensori Gejala : pusing, paresis Tanda : kerusakan SSP, atralgia 10. Nyeri dan kenyamanan Gejala : nyeri BAK Tanda : gelisah dan perilaku menghindari nyeri. 11. Interaksi sosial. Gejala : kurang percaya diri bergaul dengan masyarakat.
B. Diagnosa 1. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan jaringan sekunder ulkus mole, pasca drainase. 2. Hipertermi berhubungan dengan respons sistermik ulkus mole. 3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya ulkus pada genetalia. 4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan ulkus merah pada penis dan anus serta demam subfebris. 5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan cara penularan penyakit.
Jurusan Keperawatan Page | 18 Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan Penyakit sifilis adalah penyakit kelamin menular yang disebabkan oleh bakteri spiroseta, Treponema pallidum. Ketika bakteri penyebab sifilis sudah masuk ke dalam tubuh manusia melalui selaput lendir, misalnya melalui vagina, mulut atau melalui kulit, dalam beberapa jam, bakteri akan sampai ke kelenjar getah bening terdekat. Kemudian menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah. Manifestasi klinis yang muncul bergantung pada stadium penyakit yakni primer, sekunder, tersier, kongenital, kekambuhan. Perjalanan penyakit sifilis bermula pada stadium dini hingga stadium lanjut. Adapun komplikasi yang bisa saja terjadi seperti demensia dan kerusakan otak yang paling sering terjadi adalah Neurosifilis yakni infeksi otak atau sumsum tulang belakang yang terjadi pada orang yang memiliki sifilis namun tidak diobati selama bertahun-tahun. B. Saran Untuk menanggulangi , maka penulis mensarankan : 1. Perlu pengobatan yang tepat 2. Perlu peningkatan penyuluhan bidang kesehatan 4. Perlu kerjasama dengan perawat dan dokter praktik partikuler 5. Perlu peningkatan fasilitas diagnosis dan pengobatan 6. Perlu prioritas program pemerintah
Jurusan Keperawatan Page | 19 Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar DAFTAR PUSTAKA
Djuanda, Adhi. 1999. I lmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Jakarta: FKUI. http://id.wikipedia.org/wiki/Sifilis http://viethanurse.wordpress.com/2009/03/05/asuhan-keperawatan-klien-dengan- sifilis/ Manuaba, Ida Bagus. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : EGC Nyoman, dkk. 2013. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Sifilis. STIKES Wira Medika PPNI Bali Wahab, samik. 2000. I lmu Kesehatan Anak, Nelson, Edisi 2. EGC : Jakarta