Vektor (“vector”, English) adalah besaran-besaran fisis yang memiliki besar (magnitude) dan arah
(direction). Vektor mengikuti kaidah penjumlahan tertentu. Hasil penjumlahan vektor- vektor disebut
resultan (“resultant”, English).
Vektor dinyatakan dengan gambar anak panah. Panjang anak panah mewakili besar (magnitude)
vektor yang digambarkan dengan skala. Misalnya, gaya 10 N digambarkan dengan anak panah yang
panjangnya 5 cm, artinya 1 cm sama dengan 5 N. Sedangkan ujung mata anak panah menggambarkan
arah (direction) vektor.
Di dalam buku-buku teks, simbol vektor menggunakan huruf yang dicetak tebal, misalnya: a.
Sedangkan dalam tulisan tangan, untuk mudahnya, vektor disimbolkan dengan huruf yang diberi anak
panah di atasnya, misalnya: a. Namun ada pula buku teks lain yang menuliskan simbol vektor dengan
huruf yang diberi garis mendatar di atasnya, misalnya: ā.
Untuk menjumlahkan kedua tersebut secara geometris, perhatikan langkah- langkah berikut
a+b= r (1-1)
Gambar 1.2 Langkah-langkah men ju mlah kan dua vektor secara geometris.
Penjumlahan vektor mengikuti hukum yang juga berlaku pada penjumlahan bilangan biasa atau
besaran skalar, yaitu
Kedua hukum ini bermakna bahwa penjumlahan vektor tidak mempedulikan urutan penjumlahan
maupun mana kelompok vektor yang dijumlahkan terlebih dahulu (pada persoalan penjumlahan lebih
dari dua vektor).
Operasi pengurangan vektor dapat dipandang sebagai operasi penjumlahan biasa namun dengan
membalik arah vektor yang mengurangi
a – b = a + (- b) (1-4)
Sebelum menjumlahkan vektor-vektor secara analitik, terlebih dahulu kita harus mampu menguraikan
komponen-komponen dari suatu vektor.
Bayangkan vektor berada dalam sebuah koordinat tegak lurus (kartesian). Titik pusat koordinat (0,0)
berimpit pada pangkal vektor.
Gambar 1.3 Contoh-contoh penguraian vektor menjad i ko mponennya dalam koordinat kartesian.
Dengan demikian, dimanapun posisi vektor digeser-geser, asalkan sudut terhadap sumbu koordinat
dapat dijaga tetap, komponennya pun tidak akan berubah. Komponen ax dan ay dalam Gambar 1.3
dapat diperoleh dari
𝑎𝑥 = 𝑎 cos 𝜃
dan
𝑎𝑦 = 𝑎 sin 𝜃
(1-5)
dengan θ adalah sudut yang dibentuk oleh vektor a dengan sumbu x positif yang diukur berlawanan
arah dengan jarum jam dari sumbu ini. Dari Gambar 1.3 juga diperoleh
𝑎= 𝑎𝑥 2 + 𝑎 𝑦 2
(1-6a)
dan
𝑎𝑦
𝜃 = tan−1
𝑎𝑥
(1-6b)
Vektor Dalam Ruang
Dalam sistem koordinat siku-siku tiga dimensi biasanya digunakan lambang khusus i, j, dan k untuk
menyatakan vektor satuan dalam arah sumbu x, y, dan z positif. Perhatikan Gambar 1.4 berikut
Gambar 1.4 Vektor satuan i, j, dan k untuk menentukan arah sumbu x, y, dan z.
Sumbu-sumbu kerangka acuan didefinisikan menurut „kaidah tangan kanan‟, rotasi (putaran) dari i ke j
menyebabkan „sekrup kanan‟ bergerak ke arah k positif.
Gambar 1.5 Contoh penguraian komponen-ko mponen vektor dalam ruang tiga dimensi.
Cosinus Arah
Arah suatu vektor dalam ruang tiga dimensi ditentukan oleh sudut yang dibentuk oleh vektor tersebut
dengan ketiga sumbu kerangka acuan. Perhatikan Gambar 1.6 berikut
Gambar 1.6 Contoh penguraian cosinus arah pada suatu vektor.
Misalkan
𝑂𝑃 = 𝑎i + 𝑏j + 𝑐k
maka
𝑎
cos 𝛼 =
𝑟
(1-9a)
𝑏
cos 𝛽 =
𝑟
(1-9b)
𝑐
cos 𝛾 =
𝑟
(1-9c)
Sesuai dengan namanya, perkalian skalar antara dua vektor memberikan hasil berupa besaran skalar.
Pada dasarnya, operasi ini adalah proyeksi suatu vektor pada vektor yang lain.
𝐴 . 𝐵 = 𝐴 𝐵 cos 𝜃
(1-10a)
Dari Pers. (1-10a) tersebut dapat disimpulkan bahwa perkalian titik antara dua vektor yang saling
tegak lurus akan menghasilkan nol karena cos 90° = 0.
Misalkan kedua vektor pada Gambar 1.7 dinyatakan dalam vektor satuan sebagai berikut
𝐴 = 𝑎𝑥 i + 𝑎 𝑦 j + 𝑎𝑧 k
dan
𝐵 = 𝑏𝑥 i + 𝑏𝑦 j + 𝑏𝑧 k
maka
𝐴 . 𝐵 = 𝑎𝑥 𝑏𝑥 + 𝑎𝑦 𝑏𝑦 + 𝑎𝑧 𝑏𝑧
(1-10b)
Atau dengan kata lain, kita tinggal mengalikan koefisien-koefisien vektor satuan pada sumbu yang
bersesuaian dan menjumlahkan seluruh hasilnya.
Harus diingat, bahwa perkalian vektor antara dua vektor, atau disebut juga perkalian silang, akan
memberikan hasil berupa vektor baru yang memiliki besar dan arah pula.
Kembali mengacu kepada Gambar 1.7, besar vektor hasil perkalian silang dinyatakan sebagai
𝐴 × 𝐵 = 𝐴 𝐵 sin 𝜃
(1-11a)
Untuk menentukan arahnya kita gunakan „kaidah tangan kanan‟ dengan memutar „sekrup kanan‟ dari
𝐴 ke 𝐵 . Dengan demikian, 𝐴 × 𝐵 dan 𝐵 × 𝐴 akan menghasilkan vektor baru yang besarnya sama
namun arahnya berlawanan, lihat Gambar 1.8.
Pada perkalian silang, jika kedua vektor saling sejajar satu sama lain maka hasilnya sama dengan nol,
karena sin 0° = 0.
Hasil perkalian silang jika kedua vektor diketahui vektor satuannya dapat diperoleh dari persamaan
sebagai berikut
𝐴 × 𝐵 = 𝑎𝑦 𝑏𝑧 − 𝑎𝑧 𝑏𝑦 i − 𝑎𝑧 𝑏𝑥 − 𝑎𝑥 𝑏𝑧 j + 𝑎𝑥 𝑏𝑦 − 𝑎𝑦 𝑏𝑥 k
(1-11b)
atau kita bisa menggunakan pola operasi determinan untuk mendapatkan Pers. (1-11b)
1.E SUDUT ANTARA DUA VEKTOR
Perhatikan kembali sub bahasan cosinus arah sebelumnya. Untuk mendapatkan sudut antara dua vektor
kita gunakan persamaan berikut
dimana
θ = sudut antara kedua vektor
indeks 1 = vektor pertama
indeks 2 = vektor kedua
Referensi:
Halliday & Resnick, Fisika, jilid 1, edisi ketiga
K.A. Stroud, Matematika untuk Teknik, edisi keempat
This material is for education use only. You are free to copy and redistribute.