Anda di halaman 1dari 6

Transpor Pasif

Transpor pasif merupakan transpor ion, molekul, senyawa dari luar atau dalam sel tanpa
memerlukan energi. Zat-zat yang ditranspor bergerak dari daerah berkonsentrasi tinggi
hingga daerah berkonsentrasi rendah. Proses transpor pasif ini dapat terjadi secara difusi
dan osmosis.

a. Difusi
Difusi adalah gerakan acak partikel-partikel, atom, maupun molekul gas atau cairan, dari
daerah berkonsentrasi tinggi menuju daerah berkonsentrasi rendah hingga mencapai
kesetimbangan. Zat-zat tersebut akan berdifusi menurun sesuai gradien konsentrasi.
Perhatikan Gambar 1.


Gambar 1. Mekanisme difusi pada molekul
Transpor difusi terdiri dari dua cara yaitu difusi dipermudah dengan protein dan difusi
dipermudah dengan protein pembawa. Kita pahami penjelasannya sebagai berikut.

Difusi dipermudah disebut juga difusi terfasilitasi. Pada proses difusi yang terfasilitasi
oleh protein, molekul-molekul seperti asam amino, gula, tidak dapat melalui membran
plasma. Akan tetapi, molekul tersebut melewati saluran yang dibentuk oleh suatu protein
membran yang disebut protein integral. Perhatikan Gambar 2.a. Sedangkan proses difusi
zat dipermudah dengan protein pembawa mirip dengan proses difusi dipermudah
dengan protein. Letak perbedaannya, protein membran membentuk saluran dan
mengikat molekul yang ditranspor. Protein ini dinamakan protein pembawa.
Molekul yang ditranspor seperti glukosa dan asam amino berdifusi dan menurun sesuai
gradien konsentrasinya. Perhatikan Gambar 2.b.


Gambar 2. Difusi zat (a) dipermudah dengan protein (b) terfasilitasi dengan protein pembawa
Difusi berlangsung dipengaruh oleh beberapa faktor, antara lain konsentrasi zat, ukuran
zat, wujud zat, dan suhu. Gradien konsentrasi yang berbeda di antara dua tempat yakni
luar sel dan dalam sel meng akibatkan proses difusi berlangsung dengan cepat. Proses
difusi akan berjalan dengan lambat, apabila ukuran zat lebih besar. Termasuk juga wujud
zat padat yang akan melambatkan terjadinya proses difusi dibandingkan wujud cair dan
gas. Sementara itu, suhu yang tinggi akan membuat proses difusi berjalan lebih
cepat. Nah, itulah proses terjadinya difusi zat pada membran, baik di dalam membran sel
atau membran organel sel.

b. Osmosis

Selain berlangsung secara difusi, molekul zat dapat pula bergerak secara osmosis.
Osmosis adalah perpindahan zat pelarut melalui membran selektif permeabel dari
konsentrasi zat pelarut tinggi menuju konsentrasi zat pelarut rendah. Zat pelarut ini
dapat keluar masuk melewati membran secara bebas. Hanya saja zat terkecil merupakan
zat yang sudah terseleksi.

Suatu larutan yang memiliki zat pelarut berkonsentrasi tinggi akan memiliki zat terlarut
berkonsentrasi rendah. Keadaan ini disebut hipotonik (hipo artinya kurang). Sebaliknya,
larutan yang memiliki zat pelarut dengan konsentrasi rendah akan mempunyai zat
terlarut berkonsentrasi tinggi. Kondisi yang demikian disebut hipertonik (hiper berarti
lebih). Zat pelarut dan zat terlarut dapat pula berkonsentrasi sama. Keadaan demikian
dinamakan isotonik (iso berarti sama).

Salah satu penyebab zat dapat bergerak secara osmosis adalah adanya perbedaan
konsentrasi zat total. Akibat keadaan ini, molekul air yang berada pada larutan hipotonik
dapat berpindah menuju larutan hipertonik. Namun, keadaan ini juga bisa berlangsung
sebaliknya. Meskipun zat terlarut banyak terkandung pada larutan hipotonik, proses
transpor zat akan tetap terjadi secara osmosis. Sementara itu, andaikan dua larutan
bersifat isotonik, molekul air akan berpindah melalui membran dengan kelajuan sama.
Akibatnya, selisih osmosis tidak terjadi pada dua larutan. Perhatikan Gambar 3.


Gambar 3. Osmosis dan larutan
Proses osmosis pada sel hewan terjadi saat kondisi sel dengan lingkungannya ingin
dipertahankan. Cara yang dilakukan adalah dengan mempertahankan konsentrasi zat
dalam sel dengan konsentrasi zat luar sel agar selalu sama. Apabila konsentrasi larutan
sel lebih rendah dibandingkan konsentrasi lingkungan luarnya, air dalam sel akan
keluar secara osmosis. Peristiwa ini dinamakan penyusutan sel atau krenasi, yang dapat
menyebabkan sel tidak hidup alias mati.

Sebaliknya, bila konsentrasi larutan pada sel lebih tinggi dibandingkan lingkungan
luarnya, air di luar sel akan masuk secara osmosis ke dalam sel. Kejadian ini akan
mengkibatkan sel pecah atau terjadi hemolisis. Lihat Gambar 4.


Gambar 4. Keseimbangan air dalam sel hidup
Keadaan hemolisis juga dapat terjadi pada sel tumbuhan. Sel tumbuhan yang berada
pada kondisi hipotonik, misalnya air, bisa mengalami pembengkakan. Kondisi yang
dialami sel tumbuhan ini disebut kondisi turgid atau tekanan turgor. Sebaliknya, sel
tumbuhan dapat pula mengalami kondisi hipertonik. Kondisi yang demikian
akan mengakibatkan cairan protoplasma di dalam sel menyusut melewati dinding sel.
Peristiwa seperti ini dinamakan plasmolisis. Beberapa organisme yang hidup di laut,
seperti porifera, ubur-ubur, dan protozoa serta ikan laut, juga melakukan proses
osmosis. Proses ini akan dilakukan apabila selnya mengalami kondisi isotonis. Jumlah
garam dalam sel akan diseimbangkan dengan air laut di sekeliling oleh organisme
tersebut.

Oleh karena itu, tidak salah bila oleh sebagian besar masyarakat, pengawetan beberapa
bahan makanan seperti manisan dan ikan asin dilakukan dengan menerapkan proses
difusi dan osmosis.

Sel darah merah tidak rusak walaupun ditempatkan pada larutan garam 1%. Namun, jika
ditempatkan pada lingkungan yang hipotonik (konsentrasi air lebih tinggi daripada di
dalam sel, sehingga air masuk ke sel), eritrosit akan pecah (hemolisis). Bila
terjadi sebaliknya terjadi krenasi (Sumber: Campbell, Reece, Mithcell, Biologi 1, 2002.)

Transpor Aktif

Pada saat tertentu, sel hidup mampu menyerap beberapa zat meskipun konsentrasi zat
di dalam selnya lebih tinggi dibandingkan lingkungan di sekitar sel. Artinya, sel
menyerap zat berlawanan dengan gradien konsentrasi. Sehingga, proses tersebut
membutuhkan energi. Proses transpornya dinamakan transpor aktif. Transpor aktif
terkait dengan sejumlah proses yang terjadi di dalam makhluk hidup. Zat-zat yang
diserap melalui transpor aktif, misalnya garam mineral yang diserap akar, kemudian juga
glukosa dan asam amino yang diserap usus kecil pada manusia.

Salah satu contoh proses transpor aktif adalah pompa natrium kalium. Proses ini terjadi
bila konsentrasi ion kalium (K+) di dalam sel lebih tinggi dibandingkan sekelilingnya,
sedangkan ion natrium (Na+)-nya jauh lebih rendah. Karena itu, membran plasma akan
memompakan ion natrium keluar sel dan kalium ke dalam sel, sehingga
diperoleh kesetimbangan. Perhatikan Gambar 5.


Gambar 5. Transpor aktif dan difusi
Selain pompa natrium-kalium, proses transpor aktif dapat pula melibatkan proses
transpor makromolekul. Proses ini terjadi bila molekul besar melewati membran plasma
secara eksositosis dan endositosis. Eksositosis merupakan proses pengeluaran zat dari
dalam sel atau organel sel. Misalnya saja, pengeluaran zat saat pembentukan dinding sel,
sekresi hormon pada sel hewan, dan pengeluaran sisa-sisa pencernaan makanan. Proses
eksositosis ini dapat dilakukan dengan cara pembentukan vesikel (kantong pelapis zat).
Vesikel ini akan bergerak menuju membran plasma dan selanjutnya berdifusi ke luar sel.
Perhatikan Gambar 6.

Gambar 6. Pompa natrium kalium
Sementara itu, endositosis terjadi saat berbagai zat kecil dan makromolekul masuk ke
dalam sel melalui membran. Endositosis pada sel dapat terjadi secara fagositosis dan
pinosi tosis. Fagositosis merupakan proses masuknya molekul padat ke dalam sel,
sedangkan bahan cair masuk ke dalam sel secara pinositosis. Sebagai contoh peristiwa
fagositosis adalah proses memakan bakteri atau benda mikroskopis lainnya
oleh Amoeba, kemudian proses memakan kuman oleh sel-sel darah putih.

Gambar 7. Endositosis pada sel: (a) pinositosis dan (b) fagositosis
Selain cara tersebut, endositosis terjadi secara endositosis yang dibantu reseptor.
Prosesnya sama dengan kedua jenis endositosis di atas. Bedanya, zat yang akan masuk
ke dalam sel ditangkap terlebih dahulu oleh reseptor.

Anda mungkin juga menyukai