Anda di halaman 1dari 35

B

e
k
e
r
j
a
s
a
m
a

M
e
n
g
h
a
d
a
p
i


Prosiding Seminar Perubahan Iklim
Pangkalan Bun, 5 April 2010
Prosiding ini merupakan kumpulan makalah-makalah dan notulensi hasil
diskusi yang di dalam seminar sehari yang bertema Bekerjasama
Menghadapi Tantangan Perubahan Iklim pada tanggal 5 April 2010 di
pangkalan Bun, Kotawaringin Barat Kalimantan Tengah.
T
a
n
t
a
n
g
a
n

P
e
r
u
b
a
h
a
n

I
k
l
i
m

BKSDA KALTENG
Didukung Oleh
NORAD
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah swt yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah
Nya, sehingga seminar sehari yang melibatkan masyarakat empat desa (Kelurahan Mendawai,
Kelurahan Mendawai seberang, Desa TJ. Terantang, Desa TJ. Putri) dan SKPD di lingkungan PEMDA
KOBAR dapat berjalan dengan baik dan lancar serta menghasilkan beberapa rekomendasi penting
yang diharapkan mampu mendukung upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim di Kabupaten
Kotawaringin Barat.
Fenomena perubahan iklim saat ini tidak hanya menjadi perbincangan dunia secara global,
atau nasional namun sudah menjadi bahan obrolan masyarakat di desa-desa bahkan mungkin di
warung-warung kopi, ini terjadi karena semua orang sudah merasakan dampaknya secara
langsung dalam kehidupan sehari hari.
Para petani mengeluh karena musim tanam mulai sulit di prediksi, para nelayan sudah mulai
kesulitan melaut karena gelombang besar dan angin puting beliung sehingga tangkapan mereka
menurun setiap pergi melaut, begitu pula dengan masyarakat yang tinggal di perkotaan sering
merasakan banjir pada saat musim penghujan dan kesulitan air bersih pada saat musin kemarau.
Prosiding ini merupakan kumpulan makalah-makalah dan notulensi hasil diskusi yang di
dalam seminar sehari yang bertema Bekerjasama Menghadapi tantangan Perubahan Iklim pada
tanggal 5 April 2010 di pangkalan Bun, Kotawaringin Barat Kalimantan tengah.
Dengan tersusunnya prosiding ini, disampaikan penghargaan dan terima kasih kepada semua
pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan Seminar perubahan iklim ini. Kritik dan saran tetap
kami harapkan untuk penyempurnaan penyelenggaraan seminarseminar berikutnya. Semoga
prosiding ini bermanfaat bagi semua pihak khususnya masyarakat dan SKPD dilingkungan PEMDA
yang ada di Kabupaten Kotawaringin Barat.





Pangkalan Bun, April 2010

Editor
Bekerjasama Menghadapi Tantangan Perubahan Iklim
ii
Daftar Isi

Kata Pengantar .................................................................................................. ii
Daftar Isi ........................................................................................................... iii

1. Pendahuluan .................................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2. Tujuan .......................................................................................................... 1
1.3. Hasil yang Diharapkan .................................................................................... 2
1.4. Waktu dan tempat .......................................................................................... 2
1.5. Agenda Seminar ............................................................................................. 3

2. Proses Seminar .............................................................................................. 3
2.1. Pembukaan .................................................................................................. 3
2.2. Presentasi Rumusan Sarasehan Perubahan Iklim Masyarakat 4 Desa .................... 3
2.2.1. Presentasi Desa TJ. Terantang ...................................................................... 3
2.2.2. Presentasi RT 23 Kel. Mendawai .................................................................... 4
2.2.3. Presentasi Desa TJ. Putri .............................................................................. 5
2.2.4. Presentasi Kel. Mendawai Seberang ............................................................... 6
2.2.5. Presentasi Kel. Mendawai ............................................................................. 7
2.2.6. Presentasi Karang Anyar (Kel. Mendawai) ....................................................... 8

2.3. Presentasi Respon Pemerintah Terhadapa Dampak Perubahan Iklim ..................... 10
2.3.1. Strategi Adaptasi Sektor Pertanian dalam Menghadapi Perubahan Iklim di
Kabupaten Kotawaringin Barat ............................................................................... 10
2.3.2. Rencana Adaptasi di Sektor Perikanan (Upaya Dinas Kelautan dan Perikanan
Kabupaten Kotawaringin Barat dalam menghadapi tantangan perubahan Iklim) ........... 11
2.3.3. Upaya Dinas Pekerjaan Umum dalam Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim
di Wilayah Kabupaten Kotawaringin Barat ................................................................ 12

2.4. Diskusi .......................................................................................................... 14

2.5. Presentasi Upaya Mitigasi Perubahan Iklim ........................................................ 17
2.5.1. Peranan SM Sungai Lamandau dalam Mitigasi dan Adaptasi terhadap Perubahan
Iklim ................................................................................................................... 17
2.5.2. Perubahan Iklim dan Pemanasan Global ......................................................... 18
2.5.3. Peranan dan Fungsi Hutan bagi Masyarakat serta Kebijakan Pengelolaannya dalam
Menghadapi Tantangan Perubahan Iklim .................................................................. 19

2.6. Diskusi .......................................................................................................... 21

2.7. Presentasi Memadukan Upaya Mitigasi & Adaptasi Perubahan Iklim ..................... 22
2.7.1. Perencanaan Mitigasi dan Adaptasi terhadap Perubahan Iklim ........................... 22
2.7.2. Perencanaan Tata Ruang dalam Upaya Mitigasi dan Adaptasi terhadap Perubahan
Iklim ................................................................................................................... 23

2.8. Diskusi .......................................................................................................... 23

2.9. Penyusunan Rekomendasi ............................................................................... 26

3. Rekomendasi ................................................................................................. 28

4. Lampiran ........................................................................................................ 29
4.1. Daftar Hadir Peserta Seminar .......................................................................... 29
4.2. Foto Kegiatan Seminar .................................................................................... 31
4.3. Daftar Tim Perumus Rekomendasi .................................................................... 32


Bekerjasama Menghadapi Tantangan Perubahan Iklim
iii
1. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang
Perubahan iklim bukan lagi hanya sekedar wacana global. Berdasarkan hasil Sarasehan
Perubahan Iklim yang digelar oleh Yayorin mulai tanggal 24 Februari sampai dengan 13 Maret 2010
di 4 desa/kelurahan di bagian timur kawasan penyangga Suaka Margasatwa (SM) Sungai
Lamandau, terungkap bahwa masyarakat di keempat desa tersebut juga telah mengenali tanda-
tanda perubahan iklim yang telah terjadi di lingkungannya dan merasakan langsung dampaknya.
Ada beragam permasalahan yang dihadapi oleh mereka akibat dampak perubahan iklim ini. Secara
umum dampak yang paling dirasakan adalah banjir pada musim hujan; kebakaran lahan/hutan dan
kabut asap pada musim kemarau; air asin pada musim kemarau; berkurangnya jumlah tangkapan
ikan; pergeseran waktu tanam padi; meningkatnya serangan hama dan penyakit tanaman; serta
meningkatnya serangan penyakit pada manusia.
Dampak ini telah berpengaruh pada berbagai segi kehidupan masyarakat, mulai dari mata
pencaharian (pertanian, perikanan sungai dan laut), kesehatan, hingga ketersediaan air bersih.
Dalam sarasehan tersebut teridentifikasi berbagai cara yang dianggap sebagai upaya yang telah
dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut, baik dilakukan oleh masyarakat maupun
instansi berwenang. Upaya yang umum dilakukan adalah pembuatan tanggul dan saluran air;
mencari alternatif untuk memperoleh air bersih dengan membeli, membuat sumur bor, atau
menunggu air pasang pada pagi dan sore hari; serta menggunakan masker saat terjadi kabut asap.
Dari berbagai upaya yang teridentifikasi terlihat bahwa masyarakat telah mencoba beradaptasi
terhadap dampak perubahan iklim, meskipun kebanyakan di antaranya masih belum berhasil atau
hanya sekedar untuk bertahan.
Selain upaya yang telah dilakukan, dalam sarasehan tersebut juga teridentifikasi berbagai
upaya yang perlu dilakukan untuk mengatasi dampak perubahan iklim. Di antara berbagai upaya
yang teridentifikasi, upaya yang dinilai paling potensial adalah reboisasi; pengembangan budidaya
ikan (kolam atau keramba); penyuluhan dan pendampingan dari Dinas Pertanian, Peternakan, dan
Perkebunan; serta peningkatan pelayanan kesehatan untuk mengatasi meningkatnya serangan
penyakit (sarana, prasarana, tenaga medis, dan penyuluhan).
Hasil sarasehan tersebut menunjukkan bahwa perubahan iklim telah membawa dampak serius
pada kehidupan masyarakat, khususnya di pedesaan dan upaya untuk mengatasi permasalahan ini
membutuhkan kerja sama antar berbagai pihak terkait. Apa yang telah dan akan dilakukan oleh
instansi terkait untuk menghadapi perubahan iklim dan mengatasi dampaknya? Seberapa efektif
upaya tersebut dapat mengatasi permasalahan akibat dampak perubahan iklim? Hal ini akan coba
digali dalam kegiatan Seminar Perubahan Iklim. Tukar menukar informasi dan pengalaman antara
masyarakat dengan instansi terkait dalam seminar ini diharapkan menjadi langkah awal kerja sama
yang dibutuhkan untuk mengatasi permasalahan akibat dampak perubahan iklim yang semakin
berat tantangannya di masa depan.

1.2 Tujuan
1. Menyampaikan hasil identifikasi masyarakat tentang dampak perubahan iklim dan
upaya yang telah dan perlu dilakukan untuk mengatasinya.
2. Mengetahui program dan rencana program pemerintah (instansi terkait) dalam menghadapi
perubahan iklim [upaya-upaya adaptasi dan mitigasi (pencegahan)].
3. Menjajagi kemungkinan kerja sama antar pihak dalam upaya mengatasi dampak perubahan
iklim.
Bekerjasama Menghadapi Tantangan Perubahan Iklim
1
Bekerjasama Menghadapi Tantangan Perubahan Iklim
Waktu Sesi Acara Keterangan
07.30 08.00 Pembukaan Registrasi peserta dan pembukaan oleh Direktur
Yayorin
MC: Triana
08.00 09.00 Penyampaian hasil
sarasehan perubahan
iklim
Presentasi tentang dampak perubahan iklim yang
dirasakan dan upaya yang telah dan perlu
dilakukan untuk mengatasinya:
Desa Tanjung Putri
Desa Tanjung Terantang
Kelurahan Mendawai:
RT 23 ( Terantang Bawah)
Karang Anyar
Mendawai kota
Kelurahan Mendawai Seberang
Moderator: Alliah
09.00 09.15 Rehat
09.15 11.15 Presentasi dan diskusi :
Respon pemerintah
terhadap dampak
perubahan iklim di
sektor pertanian,
perikanan, dan
pengairan
Strategi Adaptasi Sektor Pertanian dalam
Menghadapi Perubahan Iklim di Kabupaten
KOBAR (Dinas Pertanian dan Peternakan)
Rencana adaptasi di sektor perikanan (Upaya
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten KOBAR
dalam menghadapi tantangan perubahan iklim)
Upaya Dinas Pekerjaan Umum dalam Adaptasi
dan Mitigasi Perubahan Iklim
Moderator: Sutoyo
(WE)
Diskusi
11.15 12.15 Presentasi dan diskusi:
Upaya mitigasi
(pencegahan)
perubahan iklim
Peranan SM Sungai Lamandau dalam Mitigasi dan
Adaptasi terhadap Perubahan Iklim (BKSDA SKW
II)
Perubahan Iklim dan Pemanasan Global (BLH)
Peranan dan Fungsi Hutan bagi Masyarakat serta
Kebijakan Pengelolaannya dalam Menghadapi
Tantangan Perubahan Iklim (Dinas Kehutanan)
Moderator: Iman
Diskusi
12.15 13.15 ISHOMA (Istirahat Sholat & Makan)
13.15 14.45 Presentasi dan diskusi:
Memadukan upaya
mitigasi dan adaptasi
terhadap perubahan
iklim
Perencanaan mitigasi dan adaptasi terhadap
perubahan iklim (RARE)
Perencanaan Tata Ruang dalam Upaya Mitigasi
dan Adaptasi terhadap Perubahan Iklim
(BAPPEDA)
Moderator: Fahrizal
Fitri (BLH)
Diskusi
14.45 15.15 Rumusan Penyusunan rumusan hasil seminar oleh
perwakilan masyarakat dan instansi terkait
Fasilitator: Suwardi dan
Sunarto
15.15 15.30 Penutupan Penutupan dan pemberian kenang-kenangan
1.3 Hasil yang Diharapkan
1. Rumusan bersama tentang perubahan iklim yang telah terjadi dan dampaknya; serta upaya
yang telah dan akan dilakukan oleh berbagai pihak untuk mengatasinya.
2. Hasil rumusan seminar dapat disampaikan kembali kepada masyarakat dan menjadi bahan
pertimbangan dalam penyusunan program oleh pemerintah daerah.

Waktu dan Tempat
Seminar Perubahan Iklim diselenggarakan pada:
Hari/Tanggal : Senin, 5 April 2010
Waktu : 07.30 15.00 WIB
Tempat : Aula BAPPEDA, Jalan HM. Rafii, Pangkalan Bun

1.4 Agenda Seminar
2
2. Proses Seminar

2.1 Pembukaan
Seminar Perubahan Iklim di buka oleh sambutan Sdr. Eddy santoso perwakilan dari Yayorin
pada jam 08.30. Penyelenggaraan seminar ini dimundurkan 30 menit dari jadwal dikarenakan
banyak peserta seminar yang agak terlambat kedatangannya.
Sambutan Sdr. Eddy Santoso mencakup beberapa hal berikut :
Dasar pemikiran terselenggaranya kegiatan seminar ini adalah
bahwa Perubahan Iklim bukanlah hanya sekedar wacana global.
Berdasarkan hasil saraeshan di 4 desa (Tanjung Putri, Tanjung
Terantang, Mendawai, dan Mendawai Seberang terungkap bahwa
dampak perubahan iklim telah dirasakan oleh penduduk di desa -
desa tersebut.
Dampak-dampak perubahan iklim yang dirasakan yaitu seperti
adanya banjir di musim penghujan, kabut asap akibat kebakaran
dan air asin di musim kemarau, jumlah tangkapan ikan menurun
serta semakin meluasnya penyebaran hama dan penyakit tanaman.
Dampak perubahan iklim telah dirasakap berbagai bidang
kehidupan masyarakat dari mata pencaharian hingga masalah air
bersih yang berkaitan erat dengan aspek kesehatan.
Dengan penyelenggaraan seminar ini diharapkan ada tukar informasi antara warga, instansi
terkait dan LSM untuk dapat mencegah dan mengatasi perubahan iklim secara bersama-sama.

2.2 Presentasi Rumusan Sarasehan perubahan Iklim Masyarakat 4 Desa
(Moderator Alliah/Yayorin)
2.2.1 Desa Tanjung Terantang
Penyampai rumusan : Bpk. Hariyanto
Hal-hal yang di sampaikan : Meningkatnya suhu udara menjadi
lebih panas

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM
1. Banjir sehingga tanaman sulit hidup
2. Kemarau panjang
a.Air asin
Sulit air bersih
Masuk ke lahan pertanian
b. Kesulitan air bersih
c. Kebakaran lahan
Kabut asap
Penyakit sesak nafas
d. Kesuburan tanah menjadi sangat berkurang
e. Tanaman mati karena kekurangan air
3. Berkurangnya jumlah tangkapan ikan
4. Pancaroba yang menyebabkan tanaman mudah terserang hama penyakit
5. Terjangkitnya berbagai penyakit misal; flu, demam dan sesak nafas

UPAYA YANG TELAH DILAKUKAN
1. Membiarkan tanah untuk tidak ditanami guna mengembalikan kesuburan tanah
2. Membuat tanggul-tanggul untuk mengurangi banjir
3. Pembuatan saluran air
Bekerjasama Menghadapi Tantangan Perubahan Iklim
3
POTENSI
1. Normalisasi saluran irigasi dan perbaikan tanggul
2. Normalisasi muara Sungai Lamandau sebab muara sungai dangkal
3. Reboisasi
4. Lebih hati-hati dalam mengolah lahan pertanian (pembakaran)
5. Dibendungnya aliran Sungai Bengaris
6. Pemasangan pipa dari aliran Sungai Bengaris
7. Penggunaan kompos dan pupuk kandang untuk mengembalikan kesuburan tanah
8. Peningkatan penyuluhan pertanian untuk mengatasi hama dan penyakit tanaman
9. Upaya pengembangan kolam ikan
10. Peningkatan pelayanan kesehatan

2.2.2 RT 23 Kelurahan Mendawai
Penyampai rumusan : Bpk. Yohanis
Pengantar
1. Pergantian musim antara musim kemarau dan musim hujan yang
tidak teratur
2. Suhu udara mengalami panas berlebihan dibandingkan beberapa
tahun lalu

Dampak Perubahan Iklim
1. Musim tanam padi tidak dapat dilaksanakan tepat waktu
2. Musim kemarau panjang menyebabkan air laut masuk kedalam
aliran sungai sehingga menjadi asin
a. Kesulitan air mandi dan minum
b. Kesulitan air untuk pengairan tanaman
3. Kemarau panjang yang menyebabkan kebakaran
a. Kabut asap tebal menimbulkan gangguan kesehatan dan kegiatan warga
b. Kebun dan rumah terbakar
4. Musim pancaroba sehingga menimbulkan angin yang semakin kencang
a. Tanaman banyak yang roboh
b. Nelayan tidak bisa ke laut karena ombak besar
5. Nelayan sungai kesulitan menangkap ikan akibat;
a. Air keruh berlebihan
b. Cara menangkap ikan dengan menggunakan setrum dan racun
6. Tanaman sayuran semakin banyak terserang hama dan penyakit seperti cabe dan terong yang
terserang penyakit pelet
7. Musim hujan, tanaman terendam banjir

Upaya yang Telah Dilakukan dan Potensi

Upaya yang Telah Dilakukan Potensi
Menanam sayuran ditanggul
Membeli air minum atau air bersih untuk
keperluan sehari-hari
Untuk mandi, menunggu air asin surut (pada
saat kemarau panjang)
Bergotong royong memadamkan api
(kebakaran) dengan air dan menggunakan
ember hanya sekedar untuk menjaga rumah
agar tidak terbakar
Memerlukan arah dan bimbingan Dinas Pertanian
Meminta bantuan pengadaan sumur bor pada Dinas
Pengairan
Penanaman padi disesuaikan dengan kondisi awal
musim hujan
Upaya pembuatan penangkal hama dan penyakit
dari hasil olahan tumbuh-tumbuhan sekitar kita
Menanam pohon (mendukung dan terlibat program
penanaman 1000 pohon)
Menanam pohon karet di lahan masing-masing
Bekerjasama Menghadapi Tantangan Perubahan Iklim
4
Catatan khusus:
1. Adanya pembangunan DAM patok 15 memberikan dampak :
Kesulitan air bersih dari Sungai Bengaris
Terhambatnya arus transportasi (menjadi berputar atau pilihannya perahu ditenggelamkan)
2. Adapun solusi yang telah dilakukan selama ini yaitu dengan :
Menunggu air pasang untuk keperluan mandi dan cuci
Kebutuhan air minum dengan membeli atau menampung air hujan

2.2.3 Desa Tanjung Putri
Penyampai Rumusan : Bpk. Joko

Pengantar
1. Pergantian musim tidak dapat diprediksi atau diperkirakan
2. Jangka waktu atau masa (periode) antara musim kemarau dan
musim hujan tidak seimbang

Dampak Perubahan Iklim
Dampak Umum
1. Pasang laut meninggi atau lebih meningkat daripada tahun-tahun
sebelumnya
2. Pada saat kemarau panjang air asin masuk ke sungai dan
bertahan lebih lama
3. Peningkatan dan perubahan kecepatan angin secara tiba-tiba
4. Kebakaran lahan di musim kemarau menghasilkan kabut asap

Dampak Spesifik

Upaya yang Telah Dilakukan
1. Pintu air tapi masih belum bisa menanggulangi banjir pasang
2. Pembuatan tanggul untuk mengatasi masuknya air asin ke lahan (tapi masih belum teratasi)
3. Penghijauan yaitu dari kegiatan dari Yayorin dan Dinas Kehutanan melalui Kelompok Tani
Serumpun
4. Pembuatan saluran primer dan kolektor
5. Pindah lokasi tangkap (dari laut ke sungai ataupun lokasi lain yaitu ke Tanjung Puting)
6. Membuat sumur namun masih tetap asin
7. Membeli air atau mencari ke Sungai Buluh
8. Gotong royong untuk meningkatkan kebersihan lingkungan
Nelayan (Perikanan) Petani (Pertanian)
Hasil tangkapan tidak menentu dan cenderung
menurun pada musim pancaroba
Beberapa kapal tenggelam akibat angin
kencang
Nelayan sulit melaut akibat kabut asap
Masa tanam tidak sesuai rencana
Tanaman banyak mati akibat air asin
Banjir laut mengakibatkan tanaman terendam
dan mati
Peningkatan serangan hama dan penyakit
pada tanaman
Kesehatan
Kesulitan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari (minum, mandi dan cuci) akibat air asin
Mewabahnya penyakit seperti diare, muntahber pada musim kemarau
Meningkatnya penyakit demam, DBD, dan malaria pada musim hujan
Munculnya penyakit ispa (gangguan pernapasan) akibat kabut asap
Bekerjasama Menghadapi Tantangan Perubahan Iklim
5
9. Mengganti tanaman yang mati terendam
10. Berobat ke puskesmas
11. Berangkat ke laut lebih siang (menunggu kabut asap berkurang)

POTENSI
1. Pengalihan alat tangkap
2. Tenaga kesehatan perlu ditambah
3. Tidak membakar hutan/ lahan
4. Pembuatan pintu air lainnya dan pemetakan lokasi pertanian
Catatan:
Penyebab terjadinya perubahan iklim;
1. Tangkapan nelayan berkurang akibat limbah beracun (penambangan emas), penggunaan
setrum dan racun
2. Perairan kurang bersih (tercemar) mengakibatkan mewabahnya penyakit malaria, muntahber

2.2.4 Presentasi Kel. Mendawai Seberang
Penyampai Rumusan : Bpk. Reban Nur Jaman

Dampak Perubahan Iklim
Dampak Umum
1. Banjir pada saat musim hujan akibat penggundulan hutan dan
pendangkalan muara Sungai Lamandau dan Arut (muara laut)
2. Suhu meningkat menjadi lebih panas akibat penggundulan hutan
3. Berubahnya musim ribut/ barat dari bulan 11/ 12 ke bulan 1 dan 2
4. Kabut asap di musim kemarau mengganggu aktivitas warga sehari
- hari
5. Perubahan masuknya air asin ke sungai pada saat kemarau
panjang (dulu 6 bulan, sekarang 3 bulan sudah asin)
6. Tidak menentunya pasang surut air laut

Dampak Spesifik

Upaya yang Telah Dilakukan
1. Penghijauan tapi belum memadai
2. Penyemprotan hama
3. Penyulaman tanaman yang mati
4. Pengalihan sementara pekerjaan di daratan pada saat musim barat (puya, ujung atap, bertani)
5. Melakukan bakar gilir untuk mengurangi kebakaran (tapi belum berhasil)
6. Memakai masker pada saat musim kabut asap (upaya individu)
7. Mencari air bersih ke hulu atau ke sumur di seberang
Nelayan (Perikanan) Petani (Pertanian)
Penghasilan nelayan berkurang (hasil
tangkapan) terutama ketika di musim ribut
(nelayan laut) dan musim banjir (nelayan
sungai)
Selama musim kemarau, padi selalu mati
karena kekeringan dan hama penyakit
Gagal panen karena banjir
Sulit menentukan musim tanam
Kesehatan
Menimbulkan penyakit beragam seperti ispa akibat kabut asap
Kesulitan air bersih karena adanya air asin
Berkembangnya jenis penyakit disebabkan nyamuk atau serangga (di musim hujan)
Bekerjasama Menghadapi Tantangan Perubahan Iklim
6
Potensi
1. Meningkatkan penghijauan
2. Peningkatan penyuluhan dan pembinaan kelompok tani dari pemerintah daerah
3. Penyediaan informasi tentang pasang surut air laut dari instansi terkait
4. Peningkatan dan pengembangan budidaya ikan
5. Perbaikan sarana dan prasarana serta kualitas air PDAM
6. Penyuluhan serta solusi pencegahan kabut asap dari BKSDA atau instansi terkait
7. Pengadaan pelayanaan kesehatan (masker, tenaga medis)
8. Pembuatan kanal dan pengerukan muara sungai Pangkalan Bun

2.2.5 Presentasi Kelurahan Mendawai
Penyampai Rumusan : Bpk. Zainal Abidin
Dampak Perubahan Iklim
Dampak Umum
1. Di musim kemarau yang menghasilkan kabut asap mengganggu
aktivitas warga sehari-hari
2. Adanya banjir di musim hujan
3. Kebakaran hutan/ lahan di musim kemarau
4. Jalan berdebu dan tanah retak-retak
5. Cuaca sering berubah-ubah, bisa sangat panas dan sangat dingin
(pancaroba)
6. Adanya angin kencang (pancaroba)


Dampak Spesifik

Upaya yang Telah Dilakukan
1. Sistem semai pada musim hujan
2. Perawatan irigasi untuk mengatur keluar masuk air (kadang berhasil kadang tidak, tergantung
pada besar kecilnya banjir yang datang)
3. Peningkatan penggunaan pupuk untuk menyuburkan tanaman (urea, TSP, NPK)
4. Pembakaran sistem bergilir untuk mengurangi terjadinya kebakaran
5. Penggunaan insektisida untuk menanggulangi serangan hama (penggunaan sivin untuk padi
pada saat mulai berbuah, kadang berhasil kadang tidak)
6. Menggunakan masker di musim kabut asap
7. Koordinasi dengan Dinas Kesehatan untuk menanggulangi penyakit-penyakit yang ada
Pertanian Kesehatan
Keterlambatan musim tanam
Tanaman tidak subur karena kekurangan
air (di musim kemarau)
Hama dan penyakit tanaman meningkat
seperti orong-orong/ anjing tanah, ulat
gantung, walang sangit (di musim
kemarau)
Tidak bisa dilakukan penanaman padi dan
sayur mayur karena banjir
Hama penyakit seperti jamur, ulat
pengerek batang, pipit dan tikus (musim
hujan)
Gagal panen disebabkan oleh banjir
Gangguan kesehatan seperti sesak nafas
(akibat kabut asap)
Gangguan kesehatan seperti diare akibat
kekurangan air bersih (musim kemarau)
Air konsumsi rumah tangga tercemar air
kotor dari rawa karena banjir
Sering terjadi demam berdarah, gatal-gatal
dan malaria (di musim hujan dan
pancaroba)
Penyebaran nyamuk meluas (pancaroba)
Perikanan/ Peternakan
Berkurangnya jumlah tangkapan ikan akibat setrum dan penggunaan racun baik di musim
kemarau maupun hujan
Banyaknya penyakit menyerang peternakan seperti tetelo pada ayam
Bekerjasama Menghadapi Tantangan Perubahan Iklim
7
8. Mengadakan diskusi/ koordinasi dengan pihak kelurahan untuk menannggulangi adanya
penyetruman dan pemakaian racun
9. Penggunaan poradan pada lahan sebelum penanaman (menanggulangi hama di musim hujan)
10. Penggunaan obat Dunia Gemini untuk membersihkan air
11. Bubuk Abate untuk mencegah jentik penyebab adanya demam berdarah
12. Penyemprotan antiseptik alat ternak seperti pakan dan lain-lain
13. Hama pipit dan tikus dicegah dengan pengusiran dan racun (tapi belum berhasil)

Potensi
1. Mendalamkan sumur dan membuat parit untuk menyirami tanaman
2. Pengadaan sumur bor dan melakukan pendalaman pada sumur-sumur yang ada untuk
mendapatkan air bersih
3. Mengolah lahan tanpa bakar
4. Reboisasi
5. Waspada dengan api
6. Banjir belum bisa diatasi
7. Peningkatan kemampuan masyarakat dalam mengatasi penyakit ternak (seperti pelatihan)

2.2.6 Presentasi Karang Anyar (Kelurahan Mendawai)
Pembawa Rumusan : Bpk. Junaedi

Dampak Perubahan Iklim
Catatan Khusus
1. Pencemaran air sungai akibat sampah, limbah industri dan
penambangan, racun, menyebabkan; 1) kesulitan menangkap dan
membudidayakan ikan (keramba), 2) air tidak bisa dikonsumsi
2. Penurunan kesuburan tanah akibat penggunaan bahan kimia
berlebih (seperti rondup)

Dampak Umum
Musim hujan dan kemarau tidak menentu atau sulit diperkirakan

Dampak Spesifik

Pertanian Kesehatan
Sulit mengatur musim tanam. Jika dulu
dapat menanam di bulan 10 atau 11
maka sekarang sudah tidak menentu
Hasil panen (padi) sudah tidak maksimal
(dulu bisa mencapai 100 kw dan
sekarang hanya + 25 kw
Hama dan penyakit tanaman semakin
banyak (tikus, wereng) dan ada hama
baru yang muncul (burung gerja dan
gerpit)
Tanaman terendam banjir
Panen sebelum waktunya pada saat
banjir besar

Perkembangbiakan nyamuk terutama di
musim hujan dan akibat sampah
Kesulitan air bersih akibat air asin pada
musim kemarau atau berkarat
Kabut asap mengganggu kesehatan
(gangguan pernafasan) dan juga aktifitas
sehari-hari
Penyebaran penyakit akibat cuaca yang
berubah-ubah (flu, demam, pilek, DBD)
Keterbatasan pengambilan air bersih dari
sumur pompa di musim kemarau
Perikanan/ Peternakan
Berkembangnya penyakit ayam yang tidak menentu pada waktunya
Bekerjasama Menghadapi Tantangan Perubahan Iklim
8
Upaya yang Telah Dilakukan dan Potensi


Upaya yang Telah Dilakukan Potensi
Budidaya ikan (keramba) dari Dinas
Perikanan
Pembuatan irigasi/ saluran air
Penyemprotan racun untuk mengatasi
hama penyakit tapi tidak berhasil
(memunculkan hama yang lain)
Pengadaan sumur pompa untuk
mendapatkan air bersih
Pengadaan traktor tangan untuk
mengatasi lahan tebas bakar tapi tidak
digunakan karena tidak sesuai dengan
keadaan di lapangan (banyak sisa-sisa
pohon besar)
Menggunakan masker untuk
mengatasi kabut asap
Penyemprotan dan pembersihan
lingkungan
Pengambilan air bersih (di musim
kemarau) dilakukan di malam atau
pahi hari
Sosialisasi/ penyuluhan dari Dinas
Pertanian tapi tidak rutin dilakukan
(belum berhasil)
Pengadaan bibit (tanaman pertanian
dan perkebunan) pernah ada akan
tetapi tidak dilakukan pendampingan
oleh dinas terkait
Reboisasi diikuti upaya menghentikan
perluasan tanaman sawit dan
penebangan hutan
Berusaha mendapatkan informasi cuaca
dari BMG
Memperbanyak penyuluhan kesehatan
Menjaga kesehatan kita dan lingkungan
Mengembangkan TOGA (Tanaman Obat
Keluarga)
Membiasakan program 3 M
Penanaman harus dilakukan lebih awal
Mencari bibit unggul yang panennya
lebih cepat (untuk tanaman padi)
Pembuatan penyangga air (DAM)
Menggarap lahan secara serempak
Harus ada ketegasan dari instansi terkait
untuk mengatasi pencemaran air sungai
(sanksi dipertegas)
Penyaringan air
Penyuluhan dari Dinas Peternakan
Menjaga kebersihan kandang
Bekerjasama Menghadapi Tantangan Perubahan Iklim
9
2.3 Presentasi Respon Pemerintah Terhadapa Dampak Perubahan Iklim
(Moderator : Sutoyo/WE)
2.3.1 Strategi Adaptasi Sektor Pertanian dalam Menghadapi Perubahan Iklim
di Kabupaten Kotawaringin Barat (Haryo Prabowo /DISTANAK)
Pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat rentan terhadap
perubahan iklim yang berdampak pada produktivitas tanaman dan
pendapatan petani. Untuk itu pengembangan berbagai upaya yang adaptif
dengan situasi yang terjadi akibat dampak perubahan iklim perlu dilakukan
antara lain dengan:
1. Pemetaan ulang dan reinventarisasi potensi dan karakterisasi
sumberdaya tanah dan air.
2. Penyesuaian dan pengembangan infrastruktur pertanian, terutama
pengairan/irigasi sesuai dengan perubahan sistem hidrologi dan potensi
sumberdaya air.
3. Penyesuaian sistem usahatani dan agribisnis, terutama pola tanam,
budidaya, jenis tanaman dan varietas, dan sistem pengolahan tanah.
Pembangunan dan pengembangan pertanian berwawasan lingkungan dan berkelanjutan ialah
suatu cara bertani yang mengintegrasikan secara komprehensif aspek lingkungan hingga sosial
ekonomi masyarakat pertanian. Suatu mekanisme bertani yang dapat memenuhi kriteria:
keuntungan ekonomi, keuntungan sosial bagi keluarga tani dan masyarakat, serta konservasi
lingkungan secara berkelanjutan. Untuk dapat mewujudkan pembangunan dan pengembangan
pertanian berwawasan lingkungan dan berkelanjutan antara lain harus didasari oleh:
Penyeragaman persepsi
Rencana dan upaya pembangunan dan pengembangan pertanian harus memiliki kesamaan
persepsi antar stake holder yang ada, sehingga pembangunan dan pengembangan di sektor
pertanian akan berjalan selaras sesuai yang diharapkan dan tidak mengganggu sektor lain.
Permasalahan yang sering timbul di lapang adalah ketidaksamaan persepsi.
Kesadaran dan kepedulian publik
Kesadaran publik dan stake holder perlu dibangun agar program yang telah direncanakan
dapat berjalan dengan baik dan tidak merusak lingkungan. Kesadaran publik tersebut dapat
terwujud dengan adanya komunikasi dan kepedulian yang baik diantara stake holder dan
masyarakat.
Pengembangan penelitian
Penelitian dapat dilakukan oleh berbagai pihak baik pemerintah, swasta/LSM maupun petani
sendiri. Informasi hasil penelitian yang dilakukan oleh berbagai pihak/stake holder diperlukan guna
mendukung penerapan teori-terori yang lebih aplikatif dan adaptif di lapangan.
Penyiapan inovasi teknologi
Inovasi teknologi memegang peranan strategis dalam pembangunan dan pengembangan
pertanian. Rekayasa teknologi dapat dilakukan dengan penggunaan varietas unggul, kalender
tanam, pola tanam, pembukaan lahan tanpa bakar, inovasi teknologi pengelolaan lahan dan air
serta teknologi pemupukan dan pemanfaatan limbah pertanian yang ramah lingkungan Penerapan
teknologi berdasarkan atas informasi/hasil penelitian yang telah dilakukan di lapang, sehingga
teknologi tersebut akan tepat guna. Penerapan teknologi tepat guna tersebut memerlukan
kesamaan persepsi dan kesadaran stake holder sehingga tanpa menonjolkan ego sektoral serta
berdasarkan kebutuhan yang ada di lapang.
Beberapa hal yang telah dan sedang digalakkan oleh Dinas Pertanian dan Peternakan
Kabupaten Kotawaringin Barat kepada masyarakat/petani untuk mendukung kelestarian lingkungan
antara lain :
Pertanian organik
Pertanian organik memiliki potensi besar untuk mitigasi perubahan iklim karena kemampuan yang
Bekerjasama Menghadapi Tantangan Perubahan Iklim
10
tinggi dalam penyerapan karbon di dalam tanah dan melalui pengurangan emisi gas rumah kaca
akibat tidak adanya pupuk sintetis dan penggunaan bahan organik. Selain itu, menawarkan potensi
besar dalam hal strategi adaptasi terhadap perubahan iklim.
Pertanian organik merupakan solusi ganda, memancarkan sedikit karbon seperti menggunakan
lebih sedikit input dan mengikat karbon di tanah lebih tinggi, sementara memberikan hasil lebih
baik dalam konservasi keanekaragaman hayati, kesejahteraan binatang dan konservasi tanah.
Keanekaragaman hayati
Strategi adaptasi pertanian yang dipandang efektif dalam menghadapi perubahan iklim
adalah meningkatkan penganekaragaman hayati. Menanam beragam jenis dan varietas tanaman
( multi crops and varieties ) disuatu lokasi, terbukti merupakan metode pertanian yang handal
untuk meningkatkan daya tahan terhadap dampak yang diakibatkan oleh perubahan cuaca.
Keanekaragaman pertanian merupakan teknologi modern terpenting untuk mencapai
ketahanan pangan dalam perubahan iklim. Para ilmuwan telah menunjukkan bahwa
keanekaragaman memberi jaminan alami melawan perubahan ekosistem terbesar, baik yang liar
maupun di dalam pertanian
Jumlah yang besar bermacam spesies atau varietas dalam satu lahan ataupun ekosistem,
kemungkinan besar dapat mengatasi perubahan. Keanekaragaman spesies juga mengurangi
kemungkinan dan kemampuan munculnya hama dan penyakit di lapang.
Program adaptasi harus dilakukan di semua lini secara simultan, yaitu diversifikasi pangan untuk
menurunkan konsumsi beras, perluasan areal tanam, serta peningkatan intensitas tanam dan
produktivitas tanaman. Kerentanan suatu daerah terhadap perubahan iklim atau tingkat ketahanan
dan kemampuan beradaptasi terhadap dampak perubahan iklim, bergantung pada struktur sosial-
ekonomi, besarnya dampak yang timbul, infrastruktur, dan teknologi yang tersedia.
Strategi adaptasi terhadap perubahan iklim merupakan aspek kunci yang menjadi rencana
strategis Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Kotawaringin Barat dalam rangka menyikapi
perubahan iklim. Hal ini bertujuan untuk mengembangkan pertanian yang tahan (resilience)
terhadap variabilitas iklim saat ini dan mendatang. Sehingga perlu pemahaman yang baik terhadap
fenomena dan dampak perubahan iklim global pada sektor pertanian dan strategi antisipasi yang
harus dilakukan.

2.3.2 Rencana Adaptasi di Sektor Perikanan (Upaya Dinas Kelautan dan Perikanan
Kabupaten Kotawaringin Barat dalam menghadapi tantangan perubahan Iklim) (Adi
Susilo /DISKANLA)
Kondisi fisik, geografis, dan sumber daya alam wilayah pesisir
1. Panjang pantai : 156 Km
2. Tipe pantai : landai
3. Hutan mangrove : ada, kondisi secara umum tumbuh baik tapi tidak
merata sekitar 6.973,80 ha dengan rincian: bagus (6.793,80 ha); sedang
(150,00 ha); dan rusak (30,00 ha).
4. Terumbu karang : ada, kondisi secara umum tumbuh baik dan beragam
dengan luas hamparan 200 ha dengan rincian: bagus (100 ha [50%]);
sedang (60 ha [30%]); dan rusak (40 ha [20%]).
5. Padang lamun : ada, kondisi secara umum tumbuh baik dan menyebar
dengan luas hamparan 210 ha dengan rincian: bagus (50 ha); sedang (90
ha); dan rusak (70 ha).

Hubungan ekosistem mangrove dengan ekosistem lainnya
Ekosistem utama di daerah pesisir adalah ekosistem mangrove, lamun, dan terumbu karang.
Menurut Kaswadji (2001), tidak selalu ketiga ekosistem tersebut dijumpai, namun demikian apabila
ketiganya dijumpai maka terdapat keterkaitan antara ketiganya, dimana masing-masing
mempunyai fungsi tersendiri.
Bekerjasama Menghadapi Tantangan Perubahan Iklim
11
Ekosistem mangrove merupakan penghasil detritus, sumber nutrien dan bahan organik yang
dibawa ke ekosistem padang lamun oleh arus laut. Sedangkan ekosistem lamun berfungsi sebagai
penghasil bahan organik dan nutrien yang akan dibawa ke ekosistem terumbu karang. Selain itu,
ekosistem lamun juga berfungsi sebagai penjebak sedimen (sedimen trap) sehingga sedimen
tersebut tidak mengganggu kehidupan terumbu karang. Selanjutnya ekosistem terumbu karang
dapat berfungsi sebagai pelindung pantai dari hempasan ombak (gelombang) dan arus laut.
Ekosistem mangrove juga berperan sebagai habitat (tempat tinggal), tempat mencari makan
(feeding ground), tempat asuhan dan pembesaran (nursery ground), tempat pemijahan (spawning
ground) bagi organisme yang hidup di padang lamun ataupun terumbu karang.
Di samping hal-hal tersebut di atas, ketiga ekosistem tersebut juga menjadi tempat migrasi
atau sekedar berkelana organisme-organisme perairan, dari hutan mangrove ke padang lamun
kemudian ke terumbu karang atau sebaliknya (Kaswadji, 2001).

Manfaat ekosistem hutan mangrove
1. Fungsi ekologis:
pelindung garis pantai dari abrasi;
mempercepat perluasan pantai melalui pengendapan;
mencegah intrusi air laut ke daratan;
tempat berpijah aneka biota laut;
tempat berlindung dan berkembangbiak berbagai jenis burung, mamalia, reptil, dan
serangga; serta sebagai pengatur iklim mikro.
2. Fungsi ekonomis:
penghasil keperluan rumah tangga (kayu bakar, arang, bahan bangunan, bahan makanan,
obat-obatan);
penghasil keperluan industri (bahan baku kertas, tekstil, kosmetik, penyamak kulit,
pewarna);
penghasil bibit ikan, nener udang, kepiting, kerang, madu, dan telur burung; serta
tempat pariwisata, penelitian, dan pendidikan.

Upaya yang dilakukan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan:
1. Tidak merekomendasikan pembuatan tambak dilokasi yang terdapat tumbuhan mangrove.
2. Pembuatan dan pemasangan terumbu buatan.
3. Untuk wilayah perairan sungai telah diusulkan daerah konservasi sumberdaya ikan:
a. Perairan Sungai Arut berlokasi di perairan Sungai Desa Panahan seluas 1.500 Ha;
b. Perairan Danau Seluluk seluas 200 Ha;
c. Perairan Danau Gatal seluas 1.500 Ha; dan
d. Perairan Danau Masorayan seluas 250 Ha.

2.3.3. Upaya Dinas Pekerjaan Umum dalam Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim di
Wilayah Kabupaten Kotawaringin Barat (Alfan Khusmaini dan Erdi Setiawan )
Indonesia salah satu negara yang mengalami ancaman
terhadap perubahan iklim. Banjir, tanah longsor, dan kekeringan
serta kebakaran hutan dengan intensitas dan frekuensinya ada
kecenderungan semakin meningkat dari tahun ke tahun.
Perubahan iklim akan memicu terjadinya krisis Food, Energy and
Water (FEW) [pangan, energi, dan air]. Menghadapi perubahan
iklim tersebut diperlukan pengelolaan sumber daya air yang
terpadu dan berkelanjutan.
Bekerjasama Menghadapi Tantangan Perubahan Iklim
12
Strategi mitigasi yang dilakukan Dinas Pekerjaan Umum (PU) adalah:
Mengelola tata air pada lahan-lahan gambut (low land) dalam rangka mengurangi kerentanan
kebakaran pada lahan gambut (pengendalian emisi gas rumah kaca).
Meningkatkan kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim.
Menggalakkan kegiatan penghijauan di daerah aliran sungai yang kritis dan kawasan hulu
sungai.
Konservasi sumber air.
Mengkonversi rawa melalui upaya penstabilan muka air tanah.
Early Warning System & Disaster Risk Management (sistem peringatan dini dan pengelolaan
resiko bencana).
Mengembangkan teknologi tepat guna.
Kesadaran publik terhadap global warming (pemanasan global).
Mengembangkan kearifan lokal dalam pengelolaan SDA (sumber daya air).
System Information Management (sistem informasi manajemen).

Strategi adaptasi yang dilakukan Dinas PU adalah:
Peningkatan kapasitas (capacity building).
Antara lain melalui meningkatkan pengetahuan pengelola air dalam menggunakan informasi
iklim agar dapat mengelola risiko iklim misalnya kemampuan mengalokasikan air secara
optimal selama musim kering ekstrem.
Transfer teknologi.
Antara lain dengan pembuatan sistem peringatan dini yang efektif dengan menggunakan
satelit, radar, dan sebagainya.
Pembuatan perangkat dan metode untuk menetapkan dampak, kerentanan, dan upaya-
upaya adaptasi yang diperlukan.
Penyusunan standar dan kriteria untuk perencanaan bangunan prasarana SDA dan
perencanaan tata ruang yang tahan atau mampu beradaptasi atas perubahan iklim.

Adapun rencana dan praktek adaptasi di bidang sumber daya air yang dilakukan oleh Dinas PU
adalah:
Mengadakan inventarisasi sumber air untuk air minum dan irigasi dan luas daerah irigasi yang
mungkin dipengaruhi oleh kenaikan muka air laut seperti salinasi dan mengidentifikasi upaya-
upaya yang diperlukan untuk menahan terjadinya salinasi dan intrusi air laut.
Merehabilitasi dan meningkatkan jaringan hidrologi pada wilayah sungai.
Mengadakan inventarisasi daerah aliran sungai yang mengalami pencemaran berat dan
menyusun upaya-upaya untuk memulihkannya.
Melanjutkan pembangunan waduk-waduk skala kecil dan menengah untuk menambah
kapasitas tampungan air pada daerah-daerah yang telah mengalami deisit air, di antaranya
pulau-pulau Jawa, Madura, Bali, Nusa Tenggara.
Melanjutkan program rehabilitasi dan perbaikan serta pembangunan baru jaringan irigasi
dalam pembangunan jaringan irigasi baru untuk pertanian di daerah pantai agar
memperhitungkan skenario kenaikan muka air laut.
Meningkatkan program pembangunan jaringan sanitasi.
Memperkuat dan mengintensifkan program efisiensi untuk semua pengguna air, misalnya
SRI, dan sebagainya.
Memperbaiki daya dukung daerah tangkapan air untuk meningkatkan debit aliran sungainya
melalui pengelolaan daerah tangkapan air seperti terasering, sumur resapan, dan upaya
penggunaan vegetasi.

Bekerjasama Menghadapi Tantangan Perubahan Iklim
13
Menyiapkan standar perencanaan dan konstruksi jaringan sanitasi yang beradaptasi atas
dampak perubahan iklim.
Melaksanakan re-evaluasi pengaturan operasi dan jadwal pemeliharaan waduk dan bangunan
pelengkapnya untuk mengakomodasi dampak perubahan iklim dalam hal bertambahnya atau
berkurangnya intensitas curah hujan.
Menyiapkan rencana pengelolaan lahan gambut yang berwawasan lingkungan beserta
rencana tata ruang yang sesuai.
Menyiapkan rencana pengelolaan tata air untuk mendukung implementasi pengelolaan lahan
gambut yang berwawasan lingkungan berikut rencana tata ruang yang menunjangnya.

Kesimpulan
1. Air sebagai sumber kehidupan, ketersediaannya
dibatasi ruang dan waktu dan kualitasnya sangat rentan.
2. Pengelolaan SDA harus dilakukan secara menyeluruh dan terpadu, dan pelaksanaannya perlu
didukung oleh sistem kelembagaan yang kuat dan bertanggung jawab.
3. Pembentukan wadah koordinasi pengelolaan SDA merupakan hal yang esensial dalam
mengakomodasi aspirasi dan kepentingan berbagai pihak yang terkait dengan SDA.
4. Semua pihak yang terkait perlu berperan secara konsisten dalam keseluruhan proses
pengelolaan SDA.
5. Pengelolaan SDA yang optimal, efektif, dan berkelanjutan perlu didukung program sosialisasi
dan kampanye yang konsisten dan terus menerus.
6. Pengelolaan SDA butuh dukungan dana yang berkelanjutan, karenanya penerima manfaat jasa
pengelolaan selayaknya ikut berkontribusi.


2.4 Diskusi Respon Pemerintah Terhadap Dampak Perubahan Iklim
Penanya/ Penjawab Pertanyaan/ komentar
Bpk. Alfan (PU) Studi Amdal kerusakan yang ada akan digantikan di tempat yang baru. Tolong
ingatkan kami untuk memperhatikan lingkungan ketika dalam proses
pembangunan infrastruktur nantinya.
Mohon partisipasinya kedepan dalam upaya mengatasi pembangunan saluran
irigasi Desa Kumpai Batu Bawah yang berdampak pada kesulitan air bagi warga
di RT 23 Kelurahan Mendawai.
Mulai tahun 2008 hingga kedepan nanti kami sudah dan sedang mengupayakan
adanya permasalahan sampah di Kelurahan Mendawai dan Mendawai Seberang.
Optimalisasi TPA dengan pihak kecamatan-kecamatan di KOBAR untuk
menjangkau TPA-TPA yang tidak dapat dijangkau oleh PU seperti di Kumpai Batu
Atas.
Bpk. Erdi (PU) Perlu diketahu bahwa saat ini di PU, tidak ada bidang pengairan adanya bidang
sumber daya air.
Perubahan iklim yang menyebabkan krisis energi, energi pangan dan krisis air
bersih. Padahak ketiga (energi, pangan dan air bersih) hal tersebut merupakan
kebutuhan hidup manusia.
Peningkatan tren kebutuhan air dikarenakan oleh peningkatann jumlah
penduduk (berkaitan dengan climate change).
Banjir ada 2; banjir dari dataran tinggi dan akibat kenaikan permukaan iar laut.
Pada tahun 2010 melakukan inventarisasi sumber daya air. Kita perlu
masukannya untuk itu.
Bekerjasama Menghadapi Tantangan Perubahan Iklim
14
Kementerian Pekerjaan Umum mengadakan suatu kebijakan untuk bagaimana
sebanyak-banyaknya menyimpan air.
Adaptasi perubahan iklim oleh PU - pengelolaan sungai, Dam Monitoring, dan
pembuatan waduk untuk air bersih KOBAR. Air Sungai Kumai, S. Arut dan
Lamandau tidak bisa digunakan karena terkena air asin ketika musim kemarau.
Dimana kita dapat memperoleh sumber air bersih untuk KOBAR, kita masukannya
untuk itu.
Bpk. Junaedi (Karang
Anyar) Kelompok
Terong
Saran untuk PU tata air secara teknis bagus namun secara non teknis masih ada
kekurangan. Primer yang ada mencakup 3 jalur, mendawai raya 1, mendawai
raya 2 dan karanganyar. Ada pintu air yang diharapkan dapat mengairi lahan
pertanian justru lewat atau langsung keluar ke Sungai Arut. Oleh karenanya
diperlukan pembuatan satu pintu air ditengah untuk dapat diatur pengelolaannya
ke lahan pertanian.
Bpk. Komarudin
(Yayasan Borneo
Lestari)
Saya menyoroti ke dinas-dinas, merasa aneh setiap ada kegiatan lingkungan
kepala dinas jarang hadir. Dinas PU sudah ada peningkatan dilihat dari visinya
untuk 2011-2015 namun jika dilihat kebelakang ada banyak kasus lingkungan
yang diakibatkan oleh program Dinas PU seperti kasus Sungai Sintuk, Sungai
Jejer dan Mirih.
Dulu di Sungai Kumai ketika saya masih kecil airnya tidak pernah asin. Kedepan
diharapkan ada kajian yang dapat melibatkan teman-teman lingkungan untuk
bekerjasama menangani permasalahan lingkungan.
B p k . A n d h a n
(BAPPEDA)
Untuk PU kenapa tidak melakukan MCK berbasis biogass padahal methane
merupakan kontribusi besar terhadap lingkungan (perubahan iklim).
Bpk. Alfan dan Bpk.
Erdi (PU)
Tanggapan u Bpk. Junaedi arah pembangunan sumber daya air ini masih
merujuk pada pemerataan. Untuk di karanganyar terutama untuk primer 3.
Tanggapan u Anggar Samana (BAPPEDA) dana alokasi khusus berdasarkan
perencanaan sebelumnya untuk pembangunan MCK. Program sanitasi kami
mengikuti program nasional yang dananya masih dialokasikan oleh BAPPENAS.
Bukannya kami tidak mau mengikuti program daerah tapi untuk saat ini kami
masih mengikuti program-program nasional.
Tanggapan u Bpk. Komarudin dengan kondisi yang seimbang air asin dulu
memang tidak masing. Tapi saat ini air laut di kubu sudah sampai di jalan jadi
sudah berapa puluh kilo air laut masuk akibat global warming dan perubahan
iklim. Jadi yang perlu dipikirkan sekarang adalah bagaimana upaya
memperlambat perubahan iklim untuk mencari keseimbangan baru?
Kami juga telah melibatkan LSM dalam kegiatan MUSREMBANG dalam proses
perencanaan pembangunan.
Bpk. Sutoyo Yang dimaksud adalah setiap membangun sesuatu perlu membangun kajian lebih
dahulu dengan melibatkan dan melakukan koordinasi dengan instansi dan LSM
lain.
Bagaiman jika saluran yang tidak dipakai lebih baik ditutup saja dan membuka
pintu air yang diperlukan.
Bpk. Jayus Mendawai
Seberang)
Penanganan sampah tidak hanya terfokus pada di Mendawai kota tapi juga
Mendawai Seberang agar kami tidak menjadi langganan DB.
Bpk. Sarkawi
(Seberang Gajah)
Bagaimana bapak-bapak yang terkait untuk mensejahterakan petani agar mereka
tidak kabur meninggalkan desanya.
Panen padi kami 60%. Akan tetapi hasil pertanian (ikan, unggas, ternak) yang
lain masih kurang jadi yang kami harapkan adalah solusi untuk membantu usaha
pertanian kami.
Bpk. Hariyanto
(Tanjung Terantang)
Kami perlu pembinaan tidak hanya bantuan material.
Sekarang aliran S. Bengaris, selama musim kemarau kemarin kami kesulitan air
bersih untuk mandi, cuci, mandi. Kapan pintu air akan segera dibangun?
Untuk kegiatan reboisasi perlu dilakukan di daerah pinggiran sungai dan tanggul.
Bekerjasama Menghadapi Tantangan Perubahan Iklim
15
Bpk. Haryo (Din.
P e r t a n i a n &
Peternakan)
Kami juga berpikir agar petani tidak kabur. Diperlukan pemikiran yang panjang dan
bekerjasama. Permasalahannya itu sangat kompleks. Misal, tentang masalah
pengelolaan air yang terkait dengan PU ketika kita bilang bongkar itu salah, ketika
tidak tapi petani butuh air. Jadi makanya nkita perlu duduk bersama dan membuat
persepsi yang sama.
Untuk masalah petani saya akan memback up full. Kami terbuka untuk bisa
membantu para petani. Jika ada kesulitan dan permasalahan dapat menghubungi
kami silahkan saja nomor kontak yang dapat dihubungi:
Pak Haryo (koordinator): 081314354460
Pak Sumadi (masalah hama dan penyakit): 08125085917
Pak Sofyan (masalah hewan): 08129603351
Untuk masalah PPL yang tidak aktif silahkan hubungi KP2KP.
Bpk. Adi Susilo (Din.
K e l a u t a n &
Perikanan)
Masalah kendala dalam pembuatan kolam atau keperluan bibit dan pangan silahkan
ajukan proposal atau konsultasi dengan dinas perikanan yang nantinya akan kami
pertimbangkan.
Sutoyo Ajukan pembuatan usulan atau proposal melalui desa.
Bpk. Alfan dan Bpk.
Erdi (PU)
Hasil dari Musrembang, tahun depan kami akan membuat TPS- TPS tidak hanya di
Mendawai Seberang tapi juga hingga daerah Raja seberang sepanjang aliran sungai
dan jadwal atau teknis pengangkutan sampah.
Kesluitan air bersih menjadi tantangan kami. Kami masih mencari sumber air bersih
untuk KOBAR secara keseluruhan. Kedepan kami akan berkoordinasi dengan
instansi terkait atau pertanian kami akan menetapkan kawasan mana yanga akan
dijadikan kawasan rice estate (kawasan penanaman padi) terutama padi rawa .
Ataukah daerah sungai bamban- sungai rengas 8500ha, natai kerbau 200ha,
bedaun atau sekonyer atau sebuai yang akan dijadikan kawasan tersebut?
Bertanam sawit (keuntungan + 3.500.000/ha) dan karet menjadi ketertarikan
utama penduduk untuk ditanam.
Berdasarkan hasil analisis potensi pengembangan Rengas padi di sepanjang Sungai
Bamban hingga Sungai menghasilkan 30 milyar untuk
Baru 20% yang baru ditanam di daerah Karang Anyar. Sebenarnya potensi
menanam padi itu besar sekali. Apakah penanaman sawit tidak memberi dampak
lingkungan?
Kesimpulan :
1. Kita semua berkontribusi pada pemanasan global, penanggulangannya adalah dengan
menciptakan keseimbangan laju industri dan upaya pelestarian lingkungan
2. Dinas Pertanian dapat mendorong pertanian menetap
3. Dinas Pertanian dapat mendorong pertanian ramah lingkungan dengan melakukan
pengurangan jumlah pemakaian pupuk kimia dan menggunakan pupuk organik
4. Dinas PU dapat membuat kesesuaian irigasi di lahan gambut dan berkoordinasi dengan dinas-
dinas yang terkait juga LSM dalam melakukan pengkajian pembangunan
5. Untuk menjaga ketersedian air bersih dapat dengan cara memelihara hulu sungai tidak beralih
fungsi karena pembukaan lahan dan penebangan pohon
6. Dinas Perikanan sudah merekomendasikan untuk tidak membuka lahan tambak di wilayah
mangrove
Bekerjasama Menghadapi Tantangan Perubahan Iklim
16
2.5 Presentasi Upaya Mitigasi Perubahan Iklim
(Moderator : Iman/yayorin)
2.5.1 Peranan SM Sungai Lamandau dalam Mitigasi dan Adaptasi
terhadap Perubahan Iklim (Lisna Yulianti/BKSDA)
Pemanasan global yang ditandai dengan peningkatan suhu rata-rata
permukaan bumi telah menyebabkan terjadinya dampak perubahan iklim, Ini
diantaranya diakibatkan oleh beberapa hal seperti kebakaran hutan dan
meningkatnya emisi karbon, akibat penggunaan energi fosil (bahan bakar
minyak, batu bara, dsb). Sehingga diperlukan adanya upaya pengurangan
(mitigasi) dan penyesuaian (adaptasi) menyangkut strategi menghadapi
dampak perubahan iklim.

Suaka Margasatwa Sungai Lamandau
Kawasan hutan Suaka Margasatwa (SM) Sungai Lamandau ditetapkan berdasarkan
Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 162/Kpts-II/1998 Tanggal 26 Februari 1998 seluas
76.110 Ha. Namun luasannya berkurang menjadi 56.584 Ha setelah Balai Pemantapan Kawasan
Hutan Wilayah V Banjarbaru, Badan Planologi Kehutanan, Departemen Kehutanan melakukan
kegiatan pemancangan batas kawasan pada tahun 2004 yang meliputi dua kabupaten, yaitu
Kabupaten Kotawaringan Barat dan Kabupaten Sukamara.

Kawasan SM Sungai Lamandau tidak hanya memiliki potensi flora dan fauna penting yang
dilindungi. Kawasan ini juga memliki fungsi:
1. Pengendali daur dan penyedia air
Hutan dengan penyebarannya yang luas, dengan struktur dan komposisi yang beragam
diharapkan mampu menyediakan manfaat lingkungan yang amat besar bagi kehidupan manusia
antara lain jasa pencegah banjir, erosi, dan sedimentasi, serta jasa pengendalian daur air. Akar
pohon dapat menahan surface run off (aliran permukaan), menyimpan cadangan air sehingga pada
musim kemarau, mata air tidak mengalami kekeringan. Sehingga walaupun musim kemarau
masyarakat tidak mengalami krisis air.
2. Mencegah intrusi air laut ke dalam air tanah dan sungai
Dengan adanya ekosistem hutan yang baik yang terdiri dari pepohonan dan perakaran yang
kuat maka SM Sungai Lamandau dapat berfungsi sebagai pencegah intrusi air laut. Sehingga,
sumber air bersih tidak tercemar menjadi asin dan masyarakat hutan dapat memanfatkan sumber
air bersih tersebut.
3. Penyerap karbon
Komposisi gas-gas rumah kaca (GRK) terutama terdiri dari gas CO2 (Karbon dioksida), selain
gas-gas lain seperti CH4 (Metan), N2O (Nitrous Oksida), HFCs (Hydrofluorocarbons), PFCs
(Perfluorocarbons), dan SF6 (Sulphur hexafluoride). Aktifitas-aktifitas yang menghasilkan GRK
diantaranya dari kegiatan perindustrian, penyediaan energi listrik, transportasi, dan hal lain yang
bersifat membakar suatu bahan. Sedangkan dari peristiwa secara alam juga menghasilkan/
mengeluarkan GRK seperti dari letusan gunung berapi, rawa-rawa, kebakaran hutan, peternakan
hingga kita bernafas pun mengeluarkan GRK. Pohon melakukan fotosintesis dengan cara
mengubah CO2 dan H2O (air) menjadi O2 (oksigen) dan karbohidrat. Oleh karena itu pohon sangat
berfungsi untuk mengubah CO2 menjadi O2, suatu unsur yang sangat berguna bagi manusia dan
hewan untuk melakukan respirasi (pernapasan).
4. Sebagai pengatur lingkungan (mikro)
Vegetasi akan menimbulkan hawa lingkungan setempat menjadi sejuk, nyaman, dan segar.
Hal ini dapat mengurangi dampak dari pemanasan global, yaitu dengan meningkatnya suhu bumi.
5. Pencipta lingkungan hidup (ekologis)
Dengan adanya hutan, makhluk hidup seperti manusia, tumbuhan, dan binatang dapat tetap
hidup dalam lingkungan hidup (ekologis) yang baik, yang tidak tercemar oleh polusi sehingga tetap
dapat melangsungkan hidup dan bereproduksi dengan baik.
Bekerjasama Menghadapi Tantangan Perubahan Iklim
17
6. Penyeimbangan alam (adaphis)
Merupakan pembentukan tempat-tempat hidup alam bagi satwa yang hidup di sekitarnya.
7. Perlindungan (protektif),
Perlindungan terhadap kondisi fisik alami sekitarnya (angin kencang, terik matahari, gas atau
debu-debu)
Pemanasan global mempengaruhi penipisan ozone antara lain meningkatnya intensitas sinar
ultra violet yang mencapai permukaan bumi menyebabkan gangguan pada kesehatan, seperti
kanker kulit, katarak, penurunan daya tahan tubuh, dan lain-lain. Dengan adanya hutan dapat
melindungi makhluk hidup yang ada di muka bumi ini dari sinar matahari langsung.

Upaya-upaya pelestarian kawasan
Dalam rangka memulihkan, mempertahankan, dan meningkatkan fungsi hutan SM Sungai
Lamandau maka dilakukan kegiatan rehabilitasi hutan melalui kegiatan :
1. Reboisasi;
2. Penghijauan;
3. Pemeliharaan;
4. Pengayaan tanaman;
5. Penerapan teknik konservasi tanah secara vegetatif dan teknis pada lahan kritis dan tidak
produktif.

Ada 3 pokok kegiatan dalam rangka konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya
yaitu: Perlindungan,Pengawetan dan Pemanfaatan.

2.5.2 Perubahan Iklim dan Pemanasan Global (Syahrani/BLH)
Mengapa fenomena ini terjadi?
Perubahan iklim global
Pemanasan global
Emisi Gas Rumah Kaca (GRK):
CO2, CH4, N20, HFC, PFC, SF6

Perubahan iklim
Perubahan Iklim adalah terjadinya perubahan pola dan unsur cuaca
(terutama temperatur) secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama.
Hasil kajian IPCC (2007) menunjukkan bahwa sejak tahun 1990 hingga
tahun 2005 temperatur rata-rata global telah meningkat antara 0,15oC
hingga 0,3 oC per dekade, sehingga kenaikan temperatur global sampai
tahun 2005 adalah 0,76 oC. Sedangkan laju kenaikan muka laut obesrvasi dari abad ke 19 sampai
abad ke 20 menunjukkan telah terjadi peningkatan, diperkirakan kenaikan total abad ke 20
sebesar 0,17 m.

Dampak perubahan iklim di Indonesia
Laju kenaikan permukaan laut di Indonesia bervariasi 1 100 mm/tahun (tertinggi di pelabuhan
Semarang).
Fenomena rob (penggenangan areal pesisir selama spring tide) di Demak sejak 1995,
berdampak lebih dari 650 ha di 6 desa.
Update: berita BBC dilansir TV-One pagi hari Minggu, 25 Oktober 2009: kenaikan suhu +6 oC
dan muka air laut akan meningkat 3 cm lebih tinggi dari perkiraan sebelum ini.
Perubahan iklim diperkirakan mengakibatkan peningkatan 2 3 % curah hujan per tahun di
Indonesia.
Kebakaran hutan dan lahan KOBAR > 20.181 ha (> - Rp. 365 M).
Bekerjasama Menghadapi Tantangan Perubahan Iklim
18
Di Indonesia, dalam periode 2003-2005 saja, terjadi 1.429 kejadian bencana. Sekitar 53,3%
adalah bencana terkait dengan hidro-meteorologi.
Menurut Departemen Kelautan dan Perikanan, dalam dua tahun saja (2005-2007) Indonesia
telah kehilangan 24 pulau kecil: Nanggroe Aceh Darussalam 3 pulau; Sumatra Utara 3 pulau;
Papua 3 pulau, Kepulauan Riau 5 pulau, Sumatra Barat 2 pulau, Sulawesi Selatan 1 pulau, dan
Kepulauan Seribu Jakarta 7 pulau.

Upaya penurunan emisi CO2
Melalui bauran energi dan penghematan energi secara lintas sektor: pembangkit listrik,
industri, transportasi, serta rumah tangga dan komersial.

Upaya penurunan polusi
1. Menerapkan standar emisi;
2. Penggunaan bahan bakar rendah emisi (Biopremium, Biodiesel, LPG);
3. Transportasi berkelanjutan;
4. Pengolahan sampah; dan
5. Penanaman pohon.

2.5.3 Peranan dan Fungsi Hutan bagi Masyarakat serta Kebijakan Pengelolaannya dalam
Menghadapi Tantangan Perubahan Iklim (M. Subali/DISHUT)
Hutan merupakan sumberdaya alam yang memberikan manfaat besar
bagi kesejahteraan manusia, baik manfaat tangible (manfaat langsung),
maupun intangible (manfaat tidak langsung). Persoalannya, dalam
perkembangannya seringkali keberadaan dan manfaat hutan dikurangi
nilainya hanya sebatas dalam sisi ekonominya. Sedangkan keberagaman
nilai ekosistem, potensi hasil hutan non kayu dan jasa lingkungan hutan
lainnya dalam menunjang sistem kehidupan masyarakat masih cenderung
diabaikan. Peranan hutan sebagai penyangga keberlanjutan ekosistem kini
sangat dirasakan manakala lingkungan mengalami disfungsi ekosistem
dengan terjadinya banjir bandang dan tanah longsor di musim hujan serta
bencana kekeringan dan kebakaran kebakaran hutan di musim kemarau.
Sektor kehutanan juga berperan signifikan dalam menjaga keseimbangan
ekosistem termasuk stabilisasi emisi global. Namun di sisi lain, penebangan pohon dan alih fungsi
lahan hutan menghasilkan emisi gas rumah kaca yang dapat menyebabkan terjadinya pemanasan
global. Untuk keberlanjutan peran dan fungsi hutan serta sebagai upaya mitigasi perubahan iklim,
kegiatan pelestarian dan rehabilitasi kawasan hutan yang rusak harus dilakukan.
UU No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan, UU No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang,
Peraturan Pemerintah (PP) No. 6 tahun 2007 dan penyempurnaannya dalam PP No. 3 tahun 2008
memberikan kerangka dan dasar hukum yang kuat dalam mitigasi perubahan iklim melalui upaya
pengurangan emisi dan deforestasi dan degradasi hutan, termasuk mengakomodir pemberian
akses dan pengelolaan sumber daya hutan kepada masyarakat sekitar hutan. Sedangkan sebagai
bagian dari upaya penanganan akar masalah dari terjadinya deforestasi yang tidak terencana,
Departemen Kehutanan telah mengeluarkan berbagai peraturan yang memberikan empat macam
peluang untuk perbaikan akses dan hak terhadap sumber daya hutan. Peraturan tersebut meliputi
Kolaborasi Pengelolaan Kawasan Lindung (Permenhut No 19 tahun 2004), Hutan Kemasyrakatan,
Hutan Tanaman Rakyat serta Hutan Adat (PP No. 6 tahun 2007).
Berdasarkan kedelapan kebijakan prioritas sektor kehutanan, Dinas Kehutanan Kabupaten
Kotawaringin Barat telah melakukan berbagai upaya dalam pencegahan perubahan iklim melalui:
1. Pemantapan Kawasan Hutan
Dilakukan melalui:
Bekerjasama Menghadapi Tantangan Perubahan Iklim
19
Pengendalian penggunan kawasan hutan.
Upaya pembentukan kesatuan pengelolaan hutan berupa KPHP (Kesatuan Pengelolaan Hutan
Produksi) dan KPHL (Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung).

2. Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) dan peningkatan daya dukung DAS (Daerah Aliran
Sungai)
RHL dimaksudkan untuk memulihkan, mempertahankan, dan meningkatkan fungsi
sumberdaya hutan dan lahan baik fungsi produksi, fungsi lindung, maupun fungsi konservasi yang
dilakukan secara bertahap. Kegiatan RHL dilakukan di dalam kawasan hutan dan di luar kawasan
hutan, dan diselenggarakan menurut urutan DAS prioritas yang diterapkan berdasarkan kriteria
DAS prioritas. Pelaksanaan kegiatan RHL diselenggarakan melalui kegiatan: 1) reboisasi; 2)
penghijauan; 3) pemeliharaan; 4) pengayaan tanaman; dan 5) penerapan teknik konservasi tanah
secara vegetatif dan pembuatan bangunan konservasi tanah secara sipil teknis pada lahan kritis
dan tidak produktif. Sampai dengan tahun 2009 telah terlaksana kegiatan reboisasi dan
penghijauan (pembuatan hutan rakyat) seluas 8.994 Ha yang tersebar di 6 kecamatan.

3. Perlindungan dan pengamanan hutan
Kegiatan ini terdiri dari:
Pemberantasan illegal logging. Dilaksanakan dengan membentuk Tim Satgas Illegal Logging
tingkat kabupaten yang melibatkan instansi terkait sampai tingkat kecamatan, melaksanakan
patroli rutin dalam rangka pengawasan peredaran hasil hutan, dan penindakan hukum jika
menemukan praktek-praktek pelanggaran hukum. Pada tahun 2009 telah diselesaikan 15 kasus
illegal logging secara hukum, sedangkan hasil lelang kayu sitaan berupa kayu bulat berjumlah
60,86 m3 dan kayu olahan berjumlah 116,1009 m3.
Pengendalian kebakaran hutan. Kegiatan yang dilaksanakan meliputi; 1) membentuk posko
pengendalian kebakaran hutan dan lahan; 2) melaksanakan pencegahan, pengendalian, dan
penindakan kebakaran hutan dan lahan; dan 3) berkoordinasi dengan instansi terkait dalam
pengendalian kebakaran hutan dan lahan di wilayah Kabupaten Kotawaringin Barat, Pada tahun
2009 kebakaran yang terjadi seluas 161 Ha, yang sebagian besar merupakan lahan/
pekarangan

4. Pemberdayaan masyarakat sekitar hutan (HKM, Hutan Desa, HTR)
Hutan Kemasyarakatan.
Hutan kemasyarakatan adalah hutan negara yang pemanfaatan utamanya ditujukan untuk
memberdayakan masyarakat setempat. Kawasan hutan yang dapat ditetapkan sebagai areal kerja
hutan kemasyarakatan adalah kawasan hutan lindung dan hutan produksi, dengan ketentuan:
1) belum dibebani hak atau izin dalam pemanfaatan hasil hutan;
2) menjadi sumber mata pencaharian masyarakat setempat.
Hutan Desa.
Hutan desa adalah hutan negara yang dikelola oleh desa dan dimanfaatkan untuk
kesejahteraan desa serta belum dibebani izin/hak.
Hutan Tanaman Rakyat (HTR)
HTR adalah hutan tanaman pada hutan produksi yang dibangun oleh perorangan atau
koperasi untuk meningkatkan potensi dan kualitas hutan produksi dengan menerapkan silvikultur
dalam rangka menjamin kelestarian sumber daya hutan.
Penetapan areal HTR adalah pencadangan areal kawasan hutan oleh menteri kehutanan untuk
lokasi hutan tanaman rakyat pada kawasan hutan produksi yang tidak produktif dan tidak
terbebani hak dan yang akan dikelola oleh suatu kelompok pemegang ijin dan/atau koperasi.
Di Kabupaten Kotawaringin Barat telah dicadangkan lokasi HTR seluas 11.942 Ha di Kecamatan
Aruta dan Pangkalan Banteng.
Bekerjasama Menghadapi Tantangan Perubahan Iklim
20
2.6 Diskusi Upaya Mitigasi Perubahan Iklim
Penanya/ Penjawab Pertanyaan/ Jawaban
B p k . H a r i y a n t o Sejak tahun 2008 hingga saat ini belum ada pelatihan untuk menghadapi
Bpk. Haryo (Dinas
P e r t a n i a n &
Peternakan)
SMSL hanya seperti monumen yang mati. Apakah hanya untuk research atau kah
juga dibuka untuk umum? Misalnya apabila dibuka untuk pariwisata itun kan juga
dananya bisa digunakan untuk pengembangan konservasi atau mungkin ada
Bpk. Narto Apa saja yang sudah dilakukan oleh BKSDA Kalteng terhadap perubahan iklim?
Ibu Lisna (BKSDA) Fungsi SMSL itu sendiri untuk pembinaan terhadap satwa. Tapi bisa dilakukan
untuk kegiatan lainnya misalnya untuk kegiatan wisata tapi wisata terbatas
(research). Untuk mengembangkan konservasi terhadap masyarakat kita telah
melakukan beberapa kegiatan seperti kelompok Bina Cinta Alam pada tingkatan
anak SMA.
Kegiatan perlindungan koperasi
Kegiatan pengawetan penanaman dan pengkayaan pohon untuk orang utan di
Iman Sapari Sektor kehutanan menjadi penyumbang emisi terbesar ketiga di dunia.
Bpk. Yohanis (RT 23
kel. Mendawai)
Saya mendukung keberadaan SMSL. Yayorin telah melakukan kerja nyata dengan
kegiatan SL untuk perubahan iklim yang dikontribusikan kepada petani.
Bagaimana jika kegiatan tersebut juga diimplementasikan kepada anak-anak
Bpk. Fajar (OFI) Tahun 2010 pemerintah telah mengeluarkan PP, kegiatan kepariwisataan juga
bisa dilakukan di dalam kawasan Suaka Margasatwa (PP No. 36 tahun 2010)
Monitoring kebakaran terdapat hot spot dan kabut mulai tahun 2006,
2007,2008 hingga tahun 2009 memiliki dampak yang cukup signifikan. Menyimak
pada Permenhut No. 52, apa yang akan dilakukan pihak-pihak instansi terkait
(BKSDA, Dinas Kehutanan, BLH) untuk menghadapi ancaman kebakaran yang
K a d e s T a n j u n g
Terantang
Pemanasan global atau perubahan iklim (sebenarnya ini permasalahan dunia dan
Indonesaia yang dikambing hutankan karena permasalahan hutannya?) Apakah
kegiatan seperti ini juga disosialisasikan di seluruh dunia? Untuk mencegah iklim
Bpk. Syahrani (BLH) Menurut PP No. 36 tahun 2010 - mendorong adanya ekowisata (pemanfaatan
hutan tapi jangan sampai merusak).
Mengenai antisipasi kebakaran terdapat banyak lahan tidur yang tidak ditanami
adalah rawan kebakaran. Sawit dan juga tanaman palam termasuk tanaman yang
boros unsur hara, cepat mengeringkan tanah, dan rendah daya serap air.
Sedangkan tanaman dengan akar tunjang memiliki kemampuan tinggi untuk
menyerap karbon. Contohnya seperti tanaman karang besi seperti yang
dianjurkan oleh presiden.
Global warming dan perubahan iklim adalah tanggung jawab semua negara.
Terdapat mekanisme untuk pengukuran karbon seperti Clean Development
Mechanism (CDM) namun konsepnya masih hingga tataran pusat ---> penjualan
karbon.
Untuk penanganan masalah kebakaran, saat ini telah ada perangkat hukum yaitu
Perda No. 5 tahun 2003 yang memuat sanksi hukum berupa penjara 1 tahun dan
denda 5 juta bagi mereka yang melakukan pembakaran.
Bpk. Subali (Dishut) Kami juga telah melakukan kegiatan reboisasi di daerah penyangga yang luasnya
yaitu 200ha dengan menggunakan dana Gerhan. Kegiatan penanaman
merupakan jenis pulai dan jelutung di derah Mendawai Seberang yang
merupakan lahan bekas kebakaran pada tahun 2000 (lokasi di sebelah baratnya
merupakan kawasan SMSL).
Untuk menghadapi kemarau panjang tahun 2010, hal-hal yang telah kami
persiapkan antara lain seperti kegiatan keamanan kebakaran dengan menyiapkan
6 mesin 1 unit mobil tangki 1 pick up untuk mengangkut personil dan kordinasi
Bekerjasama Menghadapi Tantangan Perubahan Iklim
21
Ibu Lisna (BKSDA) Pihak BKSDA telah melakukan Bina Cipta Alam dan Kader Konservasi.
Persiapan tahun 2010 untuk menghadapi kebakaran hutan dengan pengadaan
posko 3 regu; 2 regu di Pangkalan Bun dan 1 regu di Sampit. Selain itu juga
melakukan kegiatan pencegahan dengan kampanye , penyuluhan dan
pengendalian kebakaran hutan.
Wisata terbatas kegiatan wisata alam dapat dilakukan tapi harus tetap mengacu
pada UU No. 41 tentang Kehutanan yang posisinya lebih tinggi daripada PP No. 36
Kesimpulan:
1. Perlu adanya kegiatan riil untuk masyarakat dan generasi muda untuk mitigasi dan adaptasi
perubahan iklim.
2. Ekowisata di SMSL/ kawasan konservasi bisa menjadi salah satu alternatif ekonomi
3. Perlu aksi bersama/ bekerjasama dalam upaya menghadapi kebakaran hutan dan lahan
4. Penanman tanaman-tanaman potensial ekonomi untuk membantu mengurangi dampak-dampak
perubahan iklim di lahan kritis.

2.7 Presentasi Memadukan Upaya Mitigasi & Adaptasi Perubahan Iklim
2.7.1 Perencanaan Mitigasi dan Adaptasi terhadap Perubahan Iklim (Harry Kushardanto/
RARE)
Dampak Perubahan Iklim
Dampak perubahan iklim telah dirasakan langsung oleh setiap orang dan
setiap hari bukti-bukti bahwa iklim dunia sudah berubah terlihat sangat jelas:
musim panas dan musim penghujan yang tidak lagi sama dengan pola musim
sebelumnya, curah hujan yang berkepanjangan, suhu udara yang semakin
panas, dan sebagainya.
Perubahan iklim sendiri berlangsung dalam kurun waktu yang cukup lama.
Meningkatnya gas rumah kaca seperti dan terutamanya adalah karbon dioksida
(CO2), metana (CH4), nitrogen oksida (NO), dipercaya sebagai penyebab
terjadinya perubahan ikim ini. Gas rumah kaca dengan jumlah yang sudah
sangat tinggi akan melingkupi bumi ini sehingga sinar matahari yang masuk ke
atmosfir bumi akan terpan-tulkan kembali dan menyebabkan meningkatnya suhu udara dan cuaca
di bumi. Meningkatnya gas rumah kaca di atmosfir sampai sedemikian tinggi, adalah akibat
aktifitas manusia:
pembakaran bahan bakar fosil (BBM) untuk kendaraan bermotor dan pembangkit listrik
(termasuk pembangkit listrik batu bara),
industrialisasi,
peningkatan sektor peternakan dan sektor perkebunan
pembukaan lahan gambut dan lahan hutan sehingga menurunkan kemampuan pohon untuk
menyerap karbon dioksida2, semua ini adalah contoh aktifitas manusia yang menyebabkan
meningkatnya jumlah gas rumah kaca di atmosfir.
Sayangnya perubahan iklim ini membawa banyak akibat (negatif) bagi manusia dan
lingkungan tempat hidup manusia. Perubahan pola cuaca menyebabkan musim kemarau yang
sangat kering dan musim hujan yang berkepanjangan: suhu udara yang sangat panas
menyebabkan sumber air di beberapa tempat menjadi kering sedangkan ketika musim hujan air
meluap bahkan bisa menjadi banjir yang tidak biasa.

Mengurangi atau menghambat laju perubahan iklim (mitigasi)
Mitigasi perubahan iklim artinya adalah mengurangi atau mengecilkan laju perubahan iklim
ini. Perubahan tidak bisa dihindari akan tetapi bisa diperbaiki arah dan laju perubahannya. Kita
tidak bisa tidak membangun akan tetapi kita bisa membuat arah pembangunan yang benar. Kita
masih tetap boleh berkendaraan, karena sampai saat ini bahan bakar kendaraan kita masih tetap
Bekerjasama Menghadapi Tantangan Perubahan Iklim
22
bahan bakar fosil, tapi kita merubah pola kita berkendaraan. Kita masih tetap boleh mendorong
pertumbuhan di sektor industri akan tetapi kita membuat industri yang rendah emisi karbonnya
atau dikenal dengan industri yang ramah lingkungan (green industry).
Di sektor kehutanan, kita tentunya harus menjaga kawasan hutan yang memiliki fungsi
sebagai paru-paru tetap memiliki kemampuan untuk menangkap gas karbon dioksida dan
melepaskan oksigen, bahkan kalau perlu luasan hutan kita tambah. Menurunkan laju pembukaan
hutan dan meningkatkan luas tutupan hutan dalam suatu kurun waktu adalah program kerja yang
dapat diambil agar sektor kehutanan dapat memberikan kontribusi bagi penurunan laju perubahan
iklim.

Beradaptasi dengan perubahan iklim
Adaptasi terhadap perubahan iklim secara singkat artinya menerima perubahan iklim ini dan
membuat beberapa penyesuaian sehingga kehidupan tetap berlangsung. Ada dua jenis adaptasi:
(1) autonomi dan (2) yang direncanakan. Adaptasi autonomi artinya adalah adaptasi yang
dilakukan secara mandiri misalnya petani yang mengganti pola tanamnya atau mengganti jenis
tanaman yang ditanamnya, pembangunan rumah dengan disain rumah panggung di daerah-daerah
yang menjadi langganan banjir. Sedangkan adaptasi yang direncanakan adalah suatu strategi atau
kebijakan dari pengelola atau pemerintah untuk memfasilitasi suatu adaptasi. Misalnya
dikeluarkannya peraturan untuk memberikan subsidi kepada tanaman yang tahan kekeringan dan
cepat panen, ijin mendirikan rumah hanya akan diberikan jika disainnya adalah rumah panggung,
dan sebagainya yang berkaitan dengan kebijakan dan peraturan.
Di sektor kehutanan dan perkebunan, adaptasi untuk perubahan iklim ini harus dimulai
dengan arahan yang jelas mengenai kemana sektor kehutanan dan perkebunan akan dibawa serta
peran sektor kehutanan dan perkebunan di masa datang. Arah ini yang kemudian diubah menjadi
kebijakan dan untuk seterusnya diturunkan menjadi peraturan bagi pelaksanaan pembangunan
sektor kehutanan dan perkebunan.

Tahapan dalam membuat perencanaan adaptasi:
1. Memilih strategi yang tepat: menentukan apakah suatu strategi dapat membantu masyarakat
beradaptasi dengan perubahan iklim, pilihan-pilihan strategi apa yang tersedia yang secara politik,
sosial dan ekonomi dapat dilaksanakan
2. Menentukan sumberdaya yang tersedia: bagaimana strategi adaptasi yang telah dipilih dapat
dilaksanakan, apa implikasi keuangan yang mungkin muncul, bagaimana kerangka waktu
adaptasinya dan sebagainya
3. Mengevalusi keberhasilan: tentukan ukuran keberhasilan (misalnya jumlah panen, nilai ekonomi
akibat bencana banjir, dan sebagainya, kemudian mengukur pencapaian dalam suatu waktu
tertentu.

2.7.2 Perencanaan Tata Ruang dalam Upaya Mitigasi dan Adaptasi terhadap Perubahan
Iklim (Joni Gultom/ BAPPEDA)
Pendahuluan
Berbicara mengenai ruang berarti berbicara mengenai lingkungan hidup.
Melaksanakan penataan ruang berarti melakukan tindakan pengelolaan
lingkungan hidup, dan melaksanakan pengelolaan lingkungan hidup berarti
menjalankan seluruh asas asas penataan ruang.

Tata ruang dan hukum
Mau tidak mau, antisipasi terhadap dampak perubahan iklim sangat
ditentukan kebijakan tata ruang nasional. Agar memberikan kepastian hukum
dan keadilan, penataan ruang haruslah diatur melalui suatu kebijakan atau
politik hukum. Beruntung, Indonesia sudah memiliki Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang
Bekerjasama Menghadapi Tantangan Perubahan Iklim
23
1. Sektor kehutanan sebagai sumber mekanisme carbon sink (pemeliharaan hutan
berkelanjutan, pencegahan deforestasi dan degradasi hutan, pencegahan illegal logging,
pencegahan kebakaran hutan dan lahan).
2. Sektor energi untuk mengurangi emisi GRK yang berasal dari pembangkitan energi,
transportasi, industri, perkotaan dan lahan gambut.
Upaya adaptasi merupakan tindakan penyesuaian sistem alam dan sosial untuk menghadapi
dampak negatif dari perubahan iklim. Namun upaya tersebut akan sulit memberikan manfaat
secara efektif apabila laju perubahan iklim melebihi kemampuan beradaptasi. Upaya ini
bertujuan untuk :
1. Mengurangi kerentanan sosial-ekonomi dan lingkungan yang bersumber dari perubahan iklim,
2. Meningkatkan daya tahan (resilience) masyarakat dan ekosistem,
3. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal (mengentaskan kemiskinan).

Tata ruang dan perubahan Iklim
Upaya lain adalah dibidang LULUCF (Land Use, Land Use Change, Forestry). Seperti kita
ketahui bersama, pada awalnya hutan di Indonesia kurang lebih sebesar 140 jutaan ha. Namun
menurut data Departemen Kehutanan pada tahun 2007 luas hutan di Indonesia hingga 120,35 juta
ha. Dari luasan tersebut 53,9 juta ha di antaranya terdegradasi dengan berbagai tingkatannya.
Dari kondisi hutan yang terdegradasi tersebut diperkirakan menyebabkan hilangnya potensi
serapan karbon sebesar 2,1 Gt CO2 per tahun pada tahun 2005. Pembukaan lahan juga terus
meningkat seiring dengan bertambahnya penduduk yang diperlukan untuk permukiman, pertanian,
perkebunan, sarana prasarana jalan, perambahan hutan, ilegal logging, kebakaran hutan, dan lain-
lain.
Pada saat ini prinsip pembangunan yang berkelanjutan, dengan sebagai tonggaknya adalah
pembangunan ekonomi, sosial, dan perlindungan lingkungan yang setara, masih banyak diabaikan.
Oleh karena itu, dengan UU Penataan Ruang yang baru dimana sanksi pidana juga akan diberikan
untuk pelanggaran terhadap pemberi izin yang bertentangan dengan kriteria yang ditetapkan
peraturan perundangan, dapat dijadikan sebgai acuan dalam pelaksanaan pembangunan dengan
memperhatikan perubahan iklim.

Kesimpulan
1. Dari upaya mitigasi LULUCF dan adaptasi perubahan Iklim ini sangatlah jelas bahwa penataan
ruang dangan berperan untuk menjadi awal dari pembangunan di Indonesia. Dari beberapa
kriteria yang ditetapkan dalam PP 47 tahun 1999 yang kemudian diperbaharui menjadi PP No.
26/2008 tentang RTRWN, telah dinyatakan beberapa syarat tentang kawasan lindung antara
lain sempadan sungai, garis pantai, kemiringan lahan, kedalaman lahan gambut, dan lain
sebagainya. Contoh yang mengindahkan kriteria tata ruang dalam pembangunan dan
pembukaan lahan adalah yang memperhatikan resiko tinggi terhadap bencana lingkungan
misalnya banjir, longsor, kebakaran hutan disertai dengan anomali cuaca akibat perubahan
iklim.
2. Dalam upaya mitigasi, penataan ruang yang dijalankan yang sesuai dengan lingkungan yang
tercantum RTRWN, RTRW Provinsi dan RTRW Kabupaten akan membantu untuk meningkatkan
penyerapan CO2.
3. Untuk mencegah dampak terjadinya banjir dan longsor, maka penataan ruang adalah basis
kebijakan yang harus dilaksanakan secara konsisten.
4. Mencegah terjadinya dampak kenaikan muka air laut yang menimbulkan banjir, abrasi, dan
intrusi air laut, maka penataan ruang pantai perlu dilakukan sesuai dengan kriteria yang
ditetapkan dan diupayakan untuk mempertahankan kawasan hutan mangrove yang masih
tersedia dan bilamana dimungkinkan dapat ditingkatkan.

Bekerjasama Menghadapi Tantangan Perubahan Iklim
25
Penataan Ruang. Dalam Undang-Undang ini, kepastian hukum dan keadilan menjadi salah satu
asas penataan ruang. Dengan asas ini berarti penataan ruang diselenggarakan berlandaskan
hukum dan ketentuan peraturan perundang-undangan. Selain itu, penataan ruang dilaksanakan
dengan mempertimbangkan rasa keadilan masyarakat serta melindungi hak dan kewajiban para
pemangku kepentingan.
Asas ini berkorelasi dengan Rencana Aksi Nasional Perubahan Iklim (RAN-PI). Masalah jangka
panjang bagi Indonesia dalam kerangka perubahan iklim adalah bagaimana kebijakan dan
ketentuan yang ada mampu menjawab setiap persoalan. Peraturan dan kebijakan yang dibuat
harus mampu menjamin perbaikan kondisi sosial ekologis. Karena itu, keselarasan dan kebaruan
kerangka kebijakan dan peraturan pengelolaan tata ruang akan menentukan keberlanjutan rencana
aksi tersebut.
Penegakan hukum merupakan kebijakan pendukung, spirit penegakan hukum dalam Rencana
Aksi Nasional Perubahan Iklim dan Undang-Undang Tata Ruang bertemu pada simpul tertentu. RAN
-PI menyatakan penegakan hukum diterapkan secara adil kepada pemberi izin atau peminta izin
pada semua aktivitas yang melanggar tata ruang wilayah ekosistem. UU Penataan Ruang juga
memuat ancaman sanksi jika terjadi pelanggaran atas tata ruang.

Arahan pembangunan berdasarkan tata ruang
Dalam rangka mitigasi dan adaptasi terhadap dampak perubahan iklim kebijakan yang
diambil pemerintah Kabupaten Kotawaringin Barat antara lain:
Meningkatkan penyelenggaraan penataan ruang daerah yang aman (dari ancaman bencana),
nyaman (kualitas lingkungan yang baik), produktif (dalam mendukung kegiatan sosial-ekonomi)
dan berkelanjutan (untuk kebutuhan masa kini dan masa mendatang).
Meningkatkan kualitas pelayanan prasarana dan sarana sumber daya air dalam rangka
memantapkan ketahanan pangan nasional dan mengurangi kerentanan terhadap risiko bencana
banjir, longsor dan kekeringan.
Meningkatkan kualitas pelayanan prasarana dan sarana permukiman pada kawasan perkotaan
dan perdesaan yang bertujuan untuk mengurangi kerentanan terhadap risiko banjir/genangan
serta krisis air bersih dan sanitasi.
Meningkatkan kualitas pelayanan sarana dan prasarana jalan yang mampu memenuhi
kebutuhan sosial-ekonomi masyarakat dalam hal mobilitas yang lebih efisien (mengurangi emisi
gas rumah kaca dan sektor transportasi).

Beberapa langkah strategis yang harus dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten
Kotawaringin Barat
Melakukan mitigasi bidang penataan ruang terhadap dampak perubahan iklim, antara lain:
Mendorong perwujudan 30 % dari luas wilayah kota untuk Ruang Terbuka Hijau (RTH) dalam
rangka
pengendalian iklim mikro, serta pengalokasian lahan parkir air dan resapan.
Mendorong perwujudan 30 % dari luas Daerah Aliran Sungai (DAS) untuk hutan lindung dan
kawasan konsrvasi dalam rangka pengendalian fungsi ekosistem.
Mengarahkan pembentukan struktur dan pola ruang kawasan perkotaan yang lebih efisien
(menghindari terjadinya urban/sub-urban sprawling);
Menorong pemanfaatan transportasi publik untuk mendukung kebutuhan pergerakan orang dan
barang/jasa/logistik yang dituangkan dalam produk-produk RTRW.
Berkaitan dengan perubahan iklim maka upaya-upaya pembangunan yang dilakukan dapat
dibedakan menjadi dua kelompok besar, yaitu upaya mitigasi dan upaya adaptasi:
Upaya mitigasi bertujuan untuk meningkatkan kapasitas penyerapan karbon dan pengurangan
emisi gas-gas rumah kaca (GRK) ke atmosfer yang berpotensi menipiskan lapisan ozon. Untuk
itu, upaya mitigasi terutama difokuskan untuk dua sektor, yaitu:
Bekerjasama Menghadapi Tantangan Perubahan Iklim
24
Penanya/ Penjawab Pertanyaan/ Jawaban
Bpk. Fitri (BLH) Target penurunan emisi yang ditandatangani oleh Presiden SBY dalam
pertemuan perubahan iklim internasional yaitu 26% penurunan emisi .
Sehingga diperlukan tindakan nyata untuk mewujudkannya. Berdasarkan
suhu pengamatan BMKG terjadi kenaikan suhu di Pangkalan Bun (perubahan
Bpk. Hari (RARE) Global Warming merupakan proses alami namun proses percepatannya sejak
abad ke 17 yaitu adanya Revolusi Industri yang mana semua aktifitas
manusia menghasilkan gas. Hal ini semakin cepat dalam 15 tahun terakhir.
Indikasi perubahan iklim yang terjadi adalah menurut para petani:
Musim hujan semakin sulit diprediksi
Jumlah air hujan lebih banyak
Meskipun air dalam jumlah berlimpah namun jumlah air bersih semakin
langka.
Hampir 2 bulan nelayan tidak bisa melaut karena badai di laut dan
gelombang tinggi.
Keanekaragaman juga terancam dalam kepunahan. Dengan banyaknya
spesies yang punah maka menimbulkan semakin beragamnya jenis penyakit
Bpk. Joni (BAPPEDA) Dulu, perencanaan sektoral menjadi panglima kekuatan tersendiri yang
tertuang dalam Rencana Pembangunan Menengah (GBHN). Namun, saat ini
perencanaan didasarkan pada Rencana Pembangunan Menengah secara
nasional, propinsi, sektoral dan juga daerah.
Kotawaringin Barat bisa mempertahankan lebih dari 30% (40%) kawasan
hutannya untuk Ruang terbuka Hijau (RTH) dalam rangka pengendalian iklim
mikro.
Kebijakan otonomi daerah tidak serta merta diikuti oleh peraturan
pemerintah lainnya sehingga membatasi peran pemerintah propinsi dan
daerah dalam kebijakan-kebijakan pembangunan.
Dalam penyusunan perencanaan daerah, Rencana Tata Ruang
Wilayah memegang perencanaan dalam implementasi pembangunan
1. Adanya tumpang tindih peraturan perundangan dalam penataan ruang perlu disinkronkan oleh
gubernur dan bupati serta pemerintah pusat dan menjadi acuan semua pihak dalam membuat
tata ruang wilayah dan/atau kota serta kawasan hutan, pesisir dan laut sehingga dampak
lingkungan akibat perubahan iklim yang negatif dapat dikurangi bahkan bisa ditiadakan.
2. Dalam penyusunan perencanaan daerah, Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) memegang
peranan kunci dalam implementasi pembangunan yang berkelanjutan. Oleh sebab itu Bappeda/
Pemerintah Republik Indonesia menjadikan dokumen RTRW sebagai salah satu induk
perencanaan nasional maupun daerah. Sehingga pembangunan sektoral harus terkoordinasi
dalam RTRW menuju tujuan pembangunan berkelanjutan sebagai acuan pembangunan daerah
dalam upaya mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim.

2. 8 Diskusi Memadukan Upaya Mitigasi & Adaptasi Perubahan Iklim
Bpk. Muhammad Sapawi
(Kel. Tani Terong RT 22)
Tertarik dengan isu stop pembakaran dampak kebakaran yang terkena
adalah petani kecil sedangkan para pengusaha besar masih belum tersentuh.
Solusi kongkrit apa agar kami tidak membakar karena hingga sejauh ini kami
masih kesulitan irigasi?
Bpk. Suharjanto (BMKG
Pangkalan Bun)
Hanya sekedar informasi, keberadaan kami BMKG selain untuk informasi
penerbangan, kami memiliki data klimatologi sejak stasiun kami berdiri yaitu
tahun 1980an. Mari kami gunakan data tersebut secara maksimal, sejauh ini
yang masih menggunakan hanya mahasiswa dan dinas pertanian. Data arah
dena kecepatan angin, suhu udara, curah hujan dan intensitas penyinaran
matahari.
Bekerjasama Menghadapi Tantangan Perubahan Iklim
26
Kesimpulan:
Perubahan iklim telah terjadi di lingkungan kita. Tentu ada upaya adaptasi dan mitigasi yang
perlu dilakukan baik dengan diri sensiri, inisiatif lokal, maupun kebijakan daerah. Upaya mitigasi
dilakukan untuk memperlambat perubahan iklim yang diharapkan peran lokal dapat berkontribusi
hingga tingkat global.

2.9 Penyusunan Rekomendasi
Harapan dalam merumuskan hasil seminar ini adalah:
Wakil Masy. : Dinas PU dan pertanian ada kerjasama yang baik untuk membina petani2 yang
ada.
Wakil Dinas :Bisa menindak lajuti dinas pertanian dengan PU. Kepada masyaraktan untuk
menginventarisir masalah. NGO membantu untuk memikirkan bersama.
Wakil NGO : Kordinasi komunikasi, mekanisme ini.. apa yang mau kita capai kedepan. Tata
ruang masih menjadi permasalahn. Yang diperlukan saat ini adalah membangun
komunikasi. Menyamakan data tentang tata ruang Kotawaringin Barat.
: Semua sektor akan mengalami dampaknya dan akan mengambil tindakan
Adapun kesepakatan hasil rumusan kegiatan seminar perubahan iklim sebagai upaya
mengurangi dan menghambat perubahan iklim :
1. Berladang menetap
2. Pertanian ramah lingkungan
3. Koordinasi dalam lingkungan
4. Tidak ada alih fungsi lahan di daerah hulu
5. Tidak ada alih fungsi lahan mangrove menjadi tambak
6. Bina cipta lingkungan
7. Ikut mengawasi SM lamandau (pam swakarsa)
8. Penanaman di lahan kritis
9. Pengelolaan sampah
Bpk. Taufiq Alimin (Clinton
Climate Initiative)
Yayasan Clinton mulai bekerjasama di Indonesia sejak Tsunami di Aceh
masih terfokus pada persoalan kesehatan. Ketika iklim berubah bukan hanya
kutub utara yang terganggu tapi juga para nelayan dan petani dalam
menjalankan aktivitas ekonominya. Program Yayasan Clinton yaitu
kehutanan dan perkotaan. Soal akses dan jangkauan kami bisa membantu
(pusat) tapi untuk dana kami juga masih mencari.
Bpk. Erdi (PU) Bisa tolong jelaskan RARE ini apa? Saya pernah membaca atau mengkaji
organisasi-organisasi internasional lebih cenderung pada pembahasan
ekonomi. Diharapkan kedepan isu lingkungan hidup lebih diutamakan
daripada isu ekonomi.
Bpk. Hari (RARE) RARE merupakan lembaga konservasi dengan beberapa kegiatan yang salah
satunya bermitra dengan Yayorin di SMSL untuk mengkampanyekan suatu
perubahan. Insentif yang diberikan melalui Yayorin adalah hanya semata-
mata untuk trigger yaitu mendorong adanya perubahan di masyarakat.
Tidah hanya bisa untuk berdiam diri atau menunggu pasar berubah
sementara dampak prubahan iklim terus berlangsung. Sehingga akan lebih
baik bila ada kerjasama antar berbagai pihak.
Bekerjasama Menghadapi Tantangan Perubahan Iklim
27
3. Rekomendasi

Penyusunan rekomendasi seminar perubahan iklim ini disepakati dan di bahas oleh beberapa
orang peserta yang mewakili setiap desa, mewakili setiap SKPD dan wakil-wakil dari NGO yang ada
di wilayah KOBAR yang hadir pada acara ini.
Kegiatan ini difasilitatori oleh bapak Suwardi dan bapak Sunarto, diskusinya berjalan cukup
alot namun konstruktif, menghasilkan beberapa kesepakatan yang akan menjadi hasil rekomendasi
dari acara seminar perubahan iklim ini, adapun hasilnya adalah:

RUMUSAN FINAL SEMINAR PERUBAHAN IKLIM
Pangkalan Bun 05 April 2010

1. Perencanaan pembangunan di Kab Kotawaringin Barat berwawasan
lingkungan.
2. Masyarakat, Pemerintah, dan NGO harus mendukung pertanian menetap.
3. Sinerginya program antara pemerintah, NGO, dan masyarakat serta
komponen yang lain.
4. Mendorong kawasan hulu menjadi daerah tangkapan air.
5. Mempertahankan dan merehabilitasi wilayah mangrove di Kab.
Kotawaringin Barat.
6. Menanami lahan kritis dengan tanaman kehutanan khas Kobar .
7. Meningkatkan Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) di Masyarakat.
Bekerjasama Menghadapi Tantangan Perubahan Iklim
28
4. Lampiran

4.1. Daftar Hadir Peserta Seminar


Bekerjasama Menghadapi Tantangan Perubahan Iklim
29
Bekerjasama Menghadapi Tantangan Perubahan Iklim
30
4.2. Foto Kegiatan Seminar




Bekerjasama Menghadapi Tantangan Perubahan Iklim
31
4.3. Daftar Tim Perumus Rekomendasi
Bekerjasama Menghadapi Tantangan Perubahan Iklim
32

Anda mungkin juga menyukai