Anda di halaman 1dari 12

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara yang jumlah penduduknya terbanyak dan menempati posisi ke
4 didunia. Dengan adanya jumlah penduduk yang banyak akan menimbulkan beban dan
masalah bagi Negara. Contoh : kemiskinan, kriminalitas dan kelaparan, namun masalah yang
paling vital adalah kemiskinan merupakan masalah yang harus diminimalisir karena
kemiskinan akan menimbulkan berbagai macam persoalan akan kemiskinan merupakan akar
dari semua masalah yang dihadapi Negara saat ini. Berbagai upaya yang dilakukan
pemerintah saat ini, namun pada halnya kemiskinan belun juga teratasi hingga kini.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud kemiskinan
2. Jelaskan karakteristik ekonomi penduduk miskin
3. Sebutkan tiga bentuk perangkap kemiskinan.
4. Apa kaitannya kemiskinan dan kesenjangan
5. Bagaimana kemiskinan didunia ketiga.

C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui pengertian kemiskinan
2. Menjelaskan karakteristik ekonomi penduduk miskin
3. Menyebutkan tiga bentuk perangkap kemiskinan.
4. Memaparkan kemiskinan dan kesenjangan
5. Menguraikan kemiskinan didunia ketiga.







2

BAB II
TEORI YANG MENDUKUNG

Teori - Teori Tentang Kemiskinan
Menurut Sayogya, 1997 : Mengatakan bahwa alat ukur pendapatan perkapita dan alat
ukur krbutuhan relative yang dianggap lebih maju masih juga memiliki kelemahan,
maka dikembangkan alat ukur kemiskinan lain yang mendasarkan diri atas batas
minimal jumlah kalori yang dikomsumsi per orang dan diambil persamaannya dengan
beras.
Gardu Taskin, 1998 : Kepedulian pemerintah terhadap penanggulangan kemisinan
dapat dilihat melalui program gerakan terpadu penanggulangan kemiskinan.
Somantri Confusion, 1999 : Pemberdayaan masyarakat digunakan secara luas oleh
berbagai lapisan masyarakat. Digunakan seperti pembuat kebijakan kalangan praktisi
pelaksanaan program atau protek petugas sosial dan kelompok professional.
Siswanto, 1998 : Kemiskinan adalah ketidakmampuan memenuhi kebutuhan pokok,
sehingga ia mengalami kesusahan, kesengsaraan atau kemelaratan dalam setiap
langkah hidupnya.
Soeiti, 1998 : Sumber daya alam adalah semua benda yang merupakan hadiah alam,
baik ada dipermukaan tanah atau yang menyimpan didalamnya untuk dipergunakan
dalam proses produksinya.
Simon, Schum Peter, 1990 ) : Pandangan optimis yang berpendapat bahwa penduduk
adalah aset yang memungkinkan untuk mendorong pembangunan ekonomi dan
promosi inovasi teknologi dan institusional
Ehrlich, 1981 : Pandangan pesismis yang berpendapat bahwa penduduk dapat
mengantarkan dan mendorong terjadinya pengurasan sumberdaya, kekurangan
tabungan dan kerusakan lingkungan.
Peter, 1990 ) : Pandangan optimis ase yang memungkinkan untuk mendorong
perkembangan ekonomi dan promosi inovasi teknolog




3

BAB III
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kemiskinan
Ketidak mampuan memenuhi kebutuhan pokok sehingga ia mengalami kesusahan,
kesengsaraan atau kemelaratan dalam setiap langka kehidupannya ( Siswanto, 1998 )
Kemiskinan timbul dari berbagai faktor yang setiap faktornya memerlukan pananganan
khusus.

1. Terbatasnya Sumber Daya Alam Pada Hakikatnya Adalah Karunia Tuhan
Sumber daya alam adalah semua benda yang merupakan hadiah alam, baik ada dipermukaan
tanah atau yang menimpan didalamnya untuk dipergunakan dalam prosos produksi ( Soeiti,
1998 ) Sumber daya alam bukanlah pilihan atau buatan manusia, tetapi sudah tersedia dibumi
dan manusia dapat mengambil manfaat darinya. Kalau sumber daya alam ini buatan
seseorang atau bangsa, tentu Negara yang miskin sumber daya alam akan berusaha untuk
membuatnya.
Pengolahan yang kurang baik, selain tidak dapat memberikan manfaat yang optimal juga
tidak dapat dilestarikan dan diwariskan kepada generasi berikutnya.

2. Terbatasnya Sumber Daya Manusia
Bahwa sumber manusia alam tidak dengan sendirinya menjadi sediaan yang langsung
bermanfaat untuk menutupi kebutuhan hidup manusia didaerah atau Negara dengan sumber
daya manusia.
Tingkat kerendahan dan tingkat kemiskinan disuatu Negara tergantung pada dua faktor utama
yakni :
1. Tingkat pendapatan Nasional rata-rata
2. Lebar sempitnya Kesenjangan
Selama dasawarsa 1970-an pada saat minat dan perhatian bagi masalah kemiskinan tengah
meningkat, para ahli ekonomi pembangunan mulai berusaha mengukur luasnya atau kadar
perannya didalam suatu Negara dan antar Negara dengan cara menentukan atau menciptakan
suatu batasan yang lazim disebut sebagai garis kemiskinan.
4

Konsep dimasukan untuk menentukan tingkat pendapatan minimum yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan fisik, minimum setiap orang berupa kecukupan makanan, pakaian serta
perumahan sehingga dapat menjawab kelangsungan hidupnya.
Oleh karena itu, para ahli ekonomi cenderung membuat perkiraan yang serba konservatif atau
sederhana tentang kemiskinan dunia dalam rangkaian menghindari perkiraan yang
berlebihan.
Sehubungan dengan sedemikian terbatasnya informasi-informasi yang tersedia, maka hal
yang relativ paling baik yang bisa dilakukan terhadap erbandingan data statistik antar Negara
tersebut adalah mencoba mengukur persentase kemiskinan absolut terhadap total penduduk
Negara yang bersangkutan.
Satu hal lagi kiranya yang masih perlu dijelaskan mengenai tidak adanya kemiskinan absolut
dalam jumlah besar. Dengan demikian masalah-masalah kemiskinan dan ketimpangan
distribusi pendapatan tersebut sesungguhnya tidak semata-mata disebabkan oleh proses-
proses pertumbuhan ekonomi yang alamiah.

B. Karakteristik Ekonomi Kelompok Penduduk Miskin
Jika distribusi yang sangat tidak merata akan menghasilkan kemiskinan absolut yang parah,
akan tetapi sebagaimana yang telah diungkapkan tingginya tingkat pendapatan perkapita
tidak menjamin labih rendahnya tingkat kemiskinan absolut.
Upaya upaya kemiskinan melalui serangkaian kebijakan dan rencana yang langsung terarah
kepada kemiskinan tampaknya akan lebih efektif baik itu dalam jangka pendek maupun
jangka panjang 3 efek lingkaran perangkap kemiskinan terhadap pembangunan ekonomi.
Perangkap kemiskinan adalah serangkaian kekuatan yang saling mempengaruhi secara
sedemikian rupa sehingga menimbulkan kemiskinan sering didefinisikan dengan kekurangan,
terutama kekurangan bahan pokok. Seperti pangan, kesehatan, sandang, papan dan
sebagainya.
Keadaan disuatu Negara akan tetap miskin dan akan tetap mengalami banyak
kesukaran untuk mencapai tingkat pembangunan yang lebih tinggi.
Dalam mengemukakan teori tentang lingkaran kemiskinan, perangkap kemiskinan pada
hakikatnya nurkse berpendapat bahwa kemiskinan bukan saja disebabkan oleh ketiadaan
pembangunan pada masa lalu tetapi juga menghadirkan hambatan pembangunan dimasa yang
akan datang.
5

Menurut pendapatnya perangkap kemiskinan yang terpenting adalah keadaan-keadaan yang
menyebabkan timbulnya hambatan terhadap terciptanya tingkat pembentukan modal yang
tinggi.
Jadi menurut nurkse terdapat dua jenis lingkaran perangkap kemiskinan yang menghalangi
Negara berkembang mencapai tingkat pembangunan yang pesat, dari segi penawaran modal
dan dari segi permintaan modal.

C. Tiga Bentuk Perangkap Kemiskinan
Dari segi penawaran modal lingkaran kemiskinan, perangkap kemiskinan keadaan ini
selanjutnya akan dapat menyebabkan suatu Negara menghadapi kekurangan barang modal
dan dengan demikian tingkat produktivitas akan tetap rendah di negara negara miskin
perangsang untuk melaksanakan penanaman modal redah karena luas pasar untuk berbagai
jenis barang terbatas dan hal yang belakangan disebutkan ini disebabkan oleh produktivitas
yang rendah.
Di Negara miskin perangsang untuk melaksanakan penanaman modal, corak lingkaran
perangkap untuk melaksanakan penanaman modal rendah karena luas pasar untuk berbagai
jenis barang terbatas dan hal belakangan disebutkan ini disebabkan oleh pendapatan
masyarakat yang rendah.
Dalam bagian lain analisis nurkse ia menyatakan bahwa peningkatan pembentukan modal
bukan saja dibatasi oleh lingkaran perangkap kemiskinan seperti yang dijelaskan diatas, tetapi
juga oleh adanya International Demonstration Effect.
Andai kata keadaan sedemikian berlaku maka International Demonstration Effect akan
memperburuk lagi keadaan lingkaran perangkap kemiskinan yang dihadapi oleh suatu Negara
berkembang.
Lingkaran perangkap kemiskinan ini, Merk dan Baldwn mengemukakan pula suatu lingkaran
kemiskinan lain. Perangkap kemiskinan timbul dari hubungan saling mempengaruhi antara
keadaan masyarakat yang masih terbelakang dan tradisional dengan kekayaan alam yang
belum dikembangkan.
Di Negara berkembang kekayaan alam belumlah sepenuhnya diusahakan dan dikembangkan,
karena tingkat pendidikan msyarakat masih relative rendah, tenaga ahli yang diperlakukan
jumlahnya terbatas dan mobilitas seuber daya juga terbatas.
Kritik terhadap teori perangkap kemiskinan Inti kritik Bauer mengatakan adalah tidak benar
bahwa Negara berkembang terjerat dalam suatu lingkaran perangkap kemiskinan dan
satagnasi. Dia selanjutnya mengatakan, andai kata teori itu benar, individu diberbagai pelosok
6

dunia tidak akan pernah mencapai tingkat kekayaan dan kesejahteraan seperti yang telah
mereka capai sekarang ini. Untuk membuktikan ia mengemukakan beberapa fakta empiris.
Pendapat yeng mengatakan bahwa International Demonstration Effect akan memperburuk
keadaan lingkaran perangkap kemiskinan, karena akan lebih memperkecil tingkat tabungan
dan penanaman modal yang dapat dilakukan dan pada akhirnya akan memperlambat
pembangunan juga disangkal oleh Bauer.
Hubungan tersebut akan mengembangkan pandangan baru, teknik produksi baru, sikap dan
cara baru dalam mengembangkan tanaman baru untuk eksport.
Pada akhirnya keadaan itu akan memperlambat laju pembangunan ekonomi yang dicapai.
Dengan demikian kenaikan tingkat pendapatan akan merangsang penduduk di Negara
berkembang untuk bekerja lebih giat.
Jelas dapat dilihat bahwa antara Bauer dan para pendukung International Demonstration
Effect terdapat perbedaan pandangan mengenai pengaruh dari hubungan dengan dunia luar
terhadap usaha Negara berkembang untuk mempercepat pembangunan ekonominya.
Menurut Bauer adanya perdagangan dengan Negara maju tersebut akan menjadi perangsang
untuk mempertinggi daya usaha masyarakat dan akan menaikan tingkat kegiatan ekonomi,
dengan demikian tingkat perkembangan ekonomi yang dicapai akan menjadi bertambah cepat
dan bukan sebaliknya.
Implikasi proyeksi penduduk terhadap pengangguran dan kemiskinan.
Ada dua pandangan yang berbeda mengenai pengaruh penduduk pada pembangunan :
1. Pandangan pesimis yang berpendapat bahwa penduduk dapat mengantarkan dan
mendorong terjadinya pengurasan sumber daya kekurangan tabungan, kerusakan
lingkungan, kehancuran ekologis yang kemudian dapat memunculkan masalah-
masalah sosial , seperti kamiskinan, katerbelakangan dan kepalaran ( Ehrlich, 1981 ).
2. Pandangan optimis yang berpendapat bahwa penduduk adalah aset yang
memungkinkan untuk mendorong perkembangan ekonomi dan promosi inovasi
teknologi dan instusional ( Simon, Schum Peter, 1990 )
Setidaknya terdapat tiga alasan mengapa pertumbuhan penduduk tinggi akan memperlambat
pembangunan :
1. Akan memersulit pilihan antara meningkatkan konsumsi saat ini dan intervasi yang
dibutuhkan untuk membuat konsumsi dimasa mendatang semakin tinggi.
2. Di Negara yang penduduknya bergantung pada sektor pertanian, pertumbuhan
penduduk mengancam keseimbangan antara sumber daya alam yang langka dan
penduduk.
7

3. Semakin sulit melakukan perubahan yang dibutuhkan untuk meningkatkan perubahan
ekonomi dan sosial.
Kajian Okita dan Kureda ( 1981 ) yang berusaha mengupas perubahan demografis ( transisi )
dan dampak terhadap pembangunan, khususnya pertumbuhan ekomoni menunjukan bahwa
perubahan struktur penduduk uis kerja di Jepang, sebagai akibat pesatnya pertumbuhan
penduduk berpengaruh pada perluasan kapasitas produksi perkapita dan mempunyai
kontribusi cukup penting pada pertumbuhan ekomoni. Dan dari telaahan terhadap beberapa
penelitian tahun 2000 diperoleh kesimpulan :
Pertumbuhan penduduk mempunyai hubungan kuat negatif dan signifikan terhadap
laju pertumbuhan ekomoni.
Penurunan pesat dari fertilitas memberikan konstibusi relevan terhadap pertumbuhan
kemiskinan.
Meningkatnya laju pertumbuhan penduduk yanh disebabkan oleh menurunnya mortalitas
akan memicu pertumbuhan penduduk Sedangkan yang disebabkan oleh peningkatan fertilitas
akan menekan pertumbuhan ekonomi.

D. Kemiskinan Dan Kesenjangan
Pemerataan dan keadilan sosial pada umumnya merupakan salah satu dari tujuan utama rezim
orde baru sebagai mana dikemukakan. Misalnya dalam Trilogi Pembangunan.
Bagi beberapa pihak dan selama beberapa periode, konsep ini belum termasuk penerapannya-
bervariasi.
Bagi para akademis, ahli statistic di BPS dan pemerintahan kemiskinan didefinisikan dan
analisis sebagai orang yang berada dibawah garis kemiskinan yang definisinya bervariasi,
sedangkan distribusi diukur dengan menggunakan kesenjangan.
Baru-baru ini fokusnya diarahkan pada provinsi dibagian timur yang teringgal dibandingkan
di daerah lain terutama di jawa dan Sumatra.
Catatan pengurangan kemiskinan di Indonesia dianggap kisah yang berhasil dimata
internasional. Kemajuan Negara di puji oleh Bank dunia dan kelihatannya merupakan
anggota Negara di Asia Timur yang berprospek bagus.
Bantuan minyak pada tahun 1970-an menempatkan sumber daya yang sangat besar ditangan
individu yang berkuasa didalam sistem politik sentralisasi dimana sistem konstituensi miskin
di edesaan hampir sama sekali tidak memiliki suara memberikan ringkasan gambaran dari
perubahan didalam kemiskinan dan kesenjangan. Rangkaian pemerataan yang lebih panjang
tidak menunjukan perubahan yang signifikan untuk Negara secara keseluruhan selama lebih
8

dari 28 tahun. Sampai tahun 1993 bagian dari golongan termiskin, berdasarkan Gu Intile
tidak banyak berubah dan tampak sedikit menurun pada akhir 1970-an, namun naik
sepanjang tahun 1980-an sampai ke angka yang lebih tinggi ketimbang angka pada tahun
1969 / 70.
Untuk semua tahun, kecuali dua tahun pertama, kesenjangan lebih rendah di daerah pedesaan.
Rasio urban menunjukan sedikit perubahan sepanjang periode ini, yang berpuncak pada tahun
1987 pada saat minyak berada dilevel tinggi. Sebagai akibatnya jumlah kemiskinan menurun
dengan tajam : pada tahun 1993, presentasi populasi yang hidup dalam kemiskinan di daerah
urban dan pedesaan adalah sekitar sepertiga dari tahun 1976, secara khusus urbanisasi yang
cepat menjelaskan mengapa angka absolut dari kau miskin urban cukup banyak pada periode
ini, meskipun terjadi penurunan tajam.
Dipandang dari segi presentasi, kritik terhadap dekade pada pertama masa rezim orde baru
mangakui bahwa memang ada keuntungan output signifikan, namun juga menambahkan
bahwa distribusi sangat buruk, kemiskinan hampir tidak berkurang.
Selain itu ia menekankan pada persoalan yang akan kita bahas sebentar lagi yaitu
meningkatkan disparitas pengeluaran perkapita seperti dicatat oleh susenas dan naiknya
pengeluaran konsusmsi pribadi seperti dicatat dalam laporan nasional. Ia juga berpendapat
bahwa catatan susenas banyak mengabaikan berbagai aspek.
Beberapa pihak yang pada tahun 1970-an merasa pesimis, kini melihat fajar tenaga kerja
tradisional yang semakin ketat bahkan kenaikan upah Riil sebuah trend yang tidak
terbayangkan satu dekade sebelumnya. Lebih jauh kesimpulannya, tampaknya menjadi
kenyataan katika berupa analisis kuantitatif yang lebih canggih menunjukan arah yang sama,
keberatan ini mungkin melemahkan beberapa penilaian terkuat sehubungan dengan
penurunan kemiskinan, namun beragam keberatan tersebut tidak menjungkirbalikan profesi
fubdamental yaitu bahwa catatan ekuitas orde baru secara komfaratif adalah bagus.
1. Hasilnya tergantung kepada satu set data dan banyak dipolitisasi jelas adanya
kekurangan dalam laporan data pengeluaran dikarenakan diskrepensasi yang
berfluktuasi lumayan besar antara rata-rata pengeluaran dari susenas dan konsumsi
perkapita personal dari laporan nasional.
2. Beberapa peneliti pedesaan, terutama para antropolog malaporkan studi kasus tentang
memburuknya keadaan. Menurut analisa ini hampir seluruhnya difokuskan pada
pedesaan dijawa, terlihat semakin banyaknya orang tidak punya lahan, munculnya
kecenderungan kearah kuli kontrak, penerapan teknologi yang baru mengurangi
kebutuhan tenaga kerja, hilangnya lembaga pedesaan tradisional yang memberikan
9

beberapa perlindungan kepada kelompok yang paling miskin dan untuk petani kecil,
akses yang tidak setara kepada teknologi, kredit dan pelayanan pemerintah. Poin yang
perlu ditekankan dalam mengevaluasi data kemiskinan dan kesenjangan ditingkat
makro adalah bahwa kesenjangan hanya mengacu kepada pengeluaran dan
pendapatan rumah tangga.
Garis kemiskinan yang biasa digunakan di Indonesia lebih rendah ketimbang Negara-negara
lain dan definisi alternativ telah menimbulkan beragam penafsiran faktor apa yang
menjelaskan catatan Indonesia yang secara komparatif baik dalam hal distribusi dan
pengurangan kemiskinan sejak 1996.
1. Warisan sejarah adalah konsis awal yang mendukung, karena pengalaman Indonesia
tampaknya memberikan konfirmasi empiris dan proposisi bahwa kondisi awal
memainkan peran kecil dalam menentukan hasil distribusional bahwa lebih sulit
melakukan retdistribusi ketika proses pertumbuhan pertumbuhan ekonomi yang pesat
telah dimulai.
2. Lintasan pertumbuhan Indonesia kondusif untuk hasil yang adil, setidaknya dalam
dua hal penting.
3. Sektor hasil pangan secara Inheren cenderung dialokasikan dengan distribusi
pendapatan dan kekayaan yang lebih merata, karena itu singkatnya sementara catatan
ini dapat lebih ditingkatkan, kebijakan publik telah memainkan peran signifikan
dalam mengurangi jumlah kemiskinan pertengahan 1960-an.

E. Kemiskinan di Dunia Ketiga
Hal terpenting berikutnya yang harus dikemukakan disini adalah jika kita hanya
menggunakan Kurs untuk mengkonversikan pendapatan perkapita Negara tersebut kedalam
satuan Dolar tanpa memperhitungkan variasi daya beli uang dimasing-masing Negara, maka
ketimpangan antara pendapatan perkapita di Negara maju dan berkembang akan nampak jauh
mencolok, karena perhitungan seperti itu tidak mencerminkan kenyataan yang sebenarnya
Maka para ekonom berusaha mencari ukuran indikator baru agar mereka dapat menghitung
pendapatan perkapita Riil suatu Negara dengan memperhitungkan daya beli mata uangnya.
Meskipun demikian sekalipun variasi daya beli itu telah diperhitungkan, ternyata
ketimpangan pendapatan perkapita Riil antara Negara maju dan berkembang masih cukup
besar pertumbuhan yang memiskinkan.
10

Sudah jatuh tertimpa tangga inilah yang biasa disebut sebagai kasus pertumbuhan yang
memiskinkan. Namun untunglah fenomena pertumbuhan memiskinkan yang mengerikan itu
jarang ditemukan di dalam kenyataan sehari-hari.
Pendapatan perkapita Riil di Negara berkembang itu akan meningkat jauh lebih pesat,
seandainya saja jumlah penduduknya tidak terus berkembang sebanyak sekarang.
Kemiskinan dibeberapa Negara berkembang yang paling miskin masih banyak Negara
berkembang paling miskin terutama kawasan Subsahara Afrika, tetap menghadapi
kemiskinan paling buruk. Masalah hutang luar negeri, stagnasi ekonomi serta semakin
melebarnya jurang ketidak adilan standar hidup.
Sistem ekonomi yang telah menyebarkan keuntungan perdagangan internasional dan
spesialisasi secara merata tidak dapat dikatakan tidak berfungsi sempurna apalagi disebut
talah memberikan keadilan dunia yang dipenuhi oleh jutaan orang yang kelaparan, bukan saja
tidak diterima dari sisi etika namun juga akan sulit mewujudkan suatu dunia yang aman dan
sentosa.



















11

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kemiskinan adalah ketidakmampuan memenuhi kebutuhan pokok, sehingga ia mengalami
kesusahan, kesengsaraan atau kemelaratan dalam setiap langkah hidupnya.
Perangkap kemiskinan adalah serangkaian kekuatan yang saling mempengaruhi secara
demikian rupa sehingga menimbulkan kemiskinan
Di Negara miskin perangsang untuk melaksanakan penanaman modal rendah, karena luas
pasar untuk berbagai jenis barang terbatas dan hal belakangan disebutkan ini disebabkan oleh
pendapatan masyarakat yang rendah.
Dalam bagian lain dari analisis nurkse, ia menyatakan bahwa peningkatan pembentukan mdal
bukan saja dibatasi oleh perangkap kemiskinan seperti di jelaskan diatas, tetapi juga oleh
adanya International Demonstration Effect.
Andai kata keadaan sedemikian berlaku maka International Demonstration Effect akan
memperburuk lagi keadaan lingkaran perangkap kemiskinan yang dihadapi oleh suatu Negara
berkembang.

B. Saran dan Kritik
Ketidak mampuan memenuhi kebutuhan pokok sehingga ia mengalami kesusahan,
kesengsaraan atau kemelaratan dalam setiap langka kehidupannya, sehingga kemiskinan
merajalela baik di dunia berkembang maupun di dunia maju seperti zaman sekarang ini, dan
terjadi kesenjangan antara yang miskin dan yang kaya.
Tentunya makalah ini masih sangat jauh dari sempurna. Untuk itu kepada Dosen Pengampu
kami minta masukannya demi perbaikan pembuatan makalah kami di masa yang akan datang.








12

DAFTAR PUSTAKA

http://www.wikipedia.com/
http://www.google.com/
http://sudjilah.lecture.ub.ac.id/2010/05/ekonomi-pembangunan-2/

Anda mungkin juga menyukai