Anda di halaman 1dari 7

Nama : Lupita Maulida Munawar

Dept/Angkatan : TIN/47
Kelas Fiqh : Selasa, 15.45

Berikut biografi singkat para Imam Mazhab
1. Abu Hanifah
Numan bin Tsabit bin Zuta bin Mahan at-Taymi (bahasa Arab: ),
lebih dikenal dengan nama Ab anfah, (bahasa Arab: ) (lahir di Kufah, Irak pada
80 H / 699 M meninggal di Baghdad, Irak, 148 H / 767 M) merupakan pendiri dari
Madzhab Hanafi. Abu Hanifah juga merupakan seorang Tabiin, generasi setelah Sahabat
nabi, karena dia pernah bertemu dengan salah seorang sahabat bernama Anas bin Malik,
dan meriwayatkan hadist darinya serta sahabat lainnya.
Guru yang paling berpengaruh dalam pembentukan karakter intelektual dan corak
mazhab Abu Hanifah adalah Hammad ibn Abi Sulaiman. Beliau belajar kepada Hammad
selama 18 tahun sampai Hammad wafat. Dan setelah itu ia mengganti kedudukan Hammad
mengajar di majlis ilmu fiqih di Kufah dengan gelar imam ahl al-ray yaitu seseorang yang
dimintai pendapatnya oleh pemerintah mengenai urusan syariah. Mazhab Al-Hanafiyah
sebagaimana dipatok oleh pendirinya, sangat dikenal sebagai terdepan dalam masalah
pemanfaatan akal/ logika dalam mengupas masalah fiqih. Oleh para pengamat dianalisa
bahwa di antara latar belakangnya adalah:
- Karena beliau sangat berhati-hati dalam menerima sebuah hadits. Bila beliau tidak
terlalu yakin atas keshahihah suatu hadits, maka beliau lebih memlih untuk tidak
menggunakannnya. Dan sebagai gantinya, beliau menemukan begitu banyak formula
seperti mengqiyaskan suatu masalah dengan masalah lain yang punya dalil nash syari.
- Kurang tersedianya hadits yang sudah diseleksi keshahihannya di tempat di mana beliau
tinggal. Sebaliknya, begitu banyak hadits palsu, lemah dan bermasalah yang beredar di
masa beliau. Perlu diketahui bahwa beliau hidup di masa 100 tahun pertama semenjak
wafat nabi SAW, jauh sebelum era imam Al-Bukhari dan imam Muslim yang terkenal
sebagai ahli peneliti hadits.
- Di kemudian hari, metodologi yang beliau perkenalkan memang sangat berguna buat
umat Islam sedunia. Apalagi mengingat Islam mengalami perluasan yang sangat jauh ke
seluruh penjuru dunia. Memasuki wilayah yang jauh dari pusat sumber syariah Islam.
Metodologi mazhab ini menjadi sangat menentukan dalam dunia fiqih di berbagai
negeri.
Imam Hanafi disebutkan sebagai tokoh yang pertama kali menyusun kitab fiqh
berdasarkan kelompok-kelompok yang berawal dari kesucian (taharah), salat dan
seterusnya, yang kemudian diikuti oleh ulama-ulama sesudahnya seperti Malik bin Anas,
Imam Syafii, Abu Dawud, Bukhari, Muslim dan lainnya. Imam Al-Syafii berkata:
Barangsiapa hendak mengetahui ilmu fiqih, maka belajarlah kepada Abu Hanifah dan
murid-muridnya. Karena manusia dalam bidang fiqih membutuhkan Abu Hanifah. Muthi
ibn Al-Hakam berkata: Aku belum pernah melihat seorang ahli hadits yang lebih faqih
daripada Sufyan Al-Tsauri. Tetapi Abu Hanifah lebih faqih daripada Sufyan. Sufyan Al-Tsauri
dan Abdullah ibn Al-Mubarak berkata: Abu Hanifah adalah faqih terbesar di dunia pada
masanya.

2. Imam Malik
Mlik ibn Anas bin Malik bin mr al-Asbahi atau Malik bin Anas (lengkapnya: Malik
bin Anas bin Malik bin `Amr, al-Imam, Abu `Abd Allah al-Humyari al-Asbahi al-Madani),
(Bahasa Arab: ), lahir di (Madinah pada tahun 714 (93 H), dan meninggal pada
tahun 800 (179 H)). Ia adalah pakar ilmu fikih dan hadits, serta pendiri Mazhab Maliki.
Imam Malik dilahirkan di Madinah al Munawwaroh. sedangkan mengenai masalah
tahun kelahiranya terdapat perbedaaan riwayat. Imam yahya bin bakir meriwayatkan bahwa
ia mendengar malik berkata :aku dilahirkan pada 93 H. dan inilah riwayat yang paling
benar (menurut al-Samani dan ibn farhun). Ia menyusun kitab Al Muwaththa, dan dalam
penyusunannya ia menghabiskan waktu 40 tahun. Selama waktu itu, ia menunjukan kepada
70 ahli fiqh Madinah. Kitab tersebut menghimpun 100.000 hadits, dan yang meriwayatkan
Al Muwaththa lebih dari seribu orang, karena itu naskahnya berbeda beda dan seluruhnya
berjumlah 30 naskah, tetapi yang terkenal hanya 20 buah.
Kitab Al-Muwaththa berarti yang disepakati atau tunjang atau panduan yang
membahas tentang ilmu dan hukum-hukum agama Islam. Al-Muwaththa merupakan sebuah
kitab yang berisikan hadits-hadits yang dikumpulkan oleh Imam Malik serta pendapat para
sahabat dan ulama-ulama tabiin. Kitab ini lengkap dengan berbagai problem agama yang
merangkum ilmu hadits, ilmu fiqh dan sebagainya. Semua hadits yang ditulis adalah sahih
kerana Imam Malik terkenal dengan sifatnya yang tegas dalam penerimaan sebuah hadits.
Dia sangat berhati-hati ketika menapis, mengasingkan, dan membahas serta menolak
riwayat yang meragukan. Dari 100.000 hadits yang dihafal beliau, hanya 10.000 saja diakui
sah dan dari 10.000 hadits itu, hanya 5.000 saja yang disahkan sahih olehnya setelah diteliti
dan dibandingkan dengan al-Quran. Menurut sebuah riwayat, Imam Malik menghabiskan 40
tahun untuk mengumpul dan menapis hadits-hadits yang diterima dari guru-gurunya. Imam
Syafi pernah berkata, Tiada sebuah kitab di muka bumi ini setelah al qur`an yang lebih
banyak mengandungi kebenaran selain dari kitab Al-Muwaththa karangan Imam Malik.
inilah karangan para ulama muaqoddimin
Imam malik jatuh sakit pada hari ahad dan menderita sakit selama 22 hari kemudian
10 hari setelah itu ia wafat. sebagian meriwayatkan imam Malik wafat pada 14 Rabiul awwal
179 H. Sahnun meriwayatkan dari abdullah bin nafi: imam malik wafat pada usia 87 tahun
ibn kinanah bin abi zubair, putranya yahya dan sekretarisnya hubaib yang memandikan
jenazah imam Malik. imam Malik dimakamkan di Baqi
Imam Malik menerima hadits dari 900 orang (guru), 300 dari golongan Tabiin dan
600 dari tabiin tabiin, Tabiin adalah orang yang bertemu langsung dengan Rasulullah. ia
meriwayatkan hadits bersumber dari Numain al Mujmir, Zaib bin Aslam, Nafi, Syarik bin
Abdullah, az Zuhry, Abi az Ziyad, Said al Maqburi dan Humaid ath Thawil, muridnya yang
paling akhir adalah Hudzafah as Sahmi al Anshari.
Mazhab Maliki adalah kebalikan dari mazhab Al-Hanafiyah. Kalau Al-Hanafiyah
banyak sekali mengandalkan nalar dan logika, karena kurang tersedianya nash-nash yang
valid di Kufah, mazhab Maliki justru kebanjiran sumber-sumber syariah. Sebab mazhab ini
tumbuh dan berkembang di kota Nabi SAW sendiri, di mana penduduknya adalah anak
keturunan para shahabat. Imam Malik sangat meyakini bahwa praktek ibadah yang
dikerjakan penduduk Madinah sepeninggal Rasulullah SAW bisa dijadikan dasar hukum,
meski tanpa harus merujuk kepada hadits yang shahih para umumnya. Berikut beberapa
testimony mengenai Imam Malik
- An Nasai berkata, Tidak ada yang saya lihat orang yang pintar, mulia dan jujur,
tepercaya periwayatan haditsnya melebihi Malik, kami tidak tahu dia ada meriwayatkan
hadits dari rawi matruk, kecuali Abdul Karim. (Ket: Abdul Karim bin Abi al Mukharif al
Basri yang menetap di Makkah, karena tidak senegeri dengan Malik, keadaanya tidak
banyak diketahui, Malik hanya sedikit mentahrijkan haditsnya tentang keutamaan amal
atau menambah pada matan).
- Ibnu Hayyan berkata, Malik adalah orang yang pertama menyeleksi para tokoh ahli fiqh
di Madinah, dengan fiqh, agama dan keutamaan ibadah.
- Imam as-Syafii berkata : Imam Malik adalah Hujjatullah atas makhluk-Nya setelah para
Tabiin .
- Yahya bin Main berkata :Imam Malik adalah Amirul mukminin dalam (ilmu) Hadits
- Ayyub bin Suwaid berkata :Imam Malik adalah Imam Darul Hijrah (Imam madinah) dan
as-Sunnah ,seorang yang Tsiqah, seorang yang dapat dipercaya.
- Ahmad bin Hanbal berkata: Jika engkau melihat seseorang yang membenci imam malik,
maka ketahuilah bahwa orang tersebut adalah ahli bidah
- Seseorang bertanya kepada as-Syafii : apakah anda menemukan seseorang yang (alim)
seperti imam malik? as-Syafii menjawab :aku mendengar dari orang yang lebih tua
dan lebih berilmu dari pada aku, mereka mengatakan kami tidak menemukan orang
yang (alim) seperti Malik, maka bagaimana kami(orang sekarang) menemui yang seperti
Malik?*3+

3. Imam Syafii
Muhammad bin Idris asy-Syafi`i (bahasa Arab: ) yang akrab
dipanggil Imam Syafii adalah seorang mufti besar Sunni Islam dan juga pendiri mazhab
Syafii. Imam Syafii juga tergolong kerabat dari Rasulullah, ia termasuk dalam Bani
Muththalib, yaitu keturunan dari al-Muththalib, saudara dari Hasyim, yang merupakan
kakek Muhammad.
Beliau dilahirkan di Ghuzah nama sebuah kampung yang termasuk daerah Palestin,
pada bulan Rejab 150 H atau 767 Masehi. Tempat asal ayah dan bonda beliau ialah di Kota
Makkah. Imam Syafie lahir di Palestin kerana ketika itu bondanya pergi ke daerah itu demi
keperluan penting. Namun di dalam perjalanan menuju Palestin tersebut ayahnya
meninggal dunia, sementara Imam Syafie masih dalam kandungan ibunya. Setelah berumur
dua tahun baru Imam Syafie dan ibunya kembali ke Kota Makkah.
Ketika berumur 9 tahun beliau telah hafal Al-Quran 30 juz. Umur 19 tahun telah
mengerti isi kitab Al-Muwatha, karangan Imam Malik, tidak lama kemudian Al-Muwatha
telah dihafalnya. Kitab Al-Muwatha tersebut berisi hadith-hadith Rasulullah SAW, yang
dihimpun oleh Imam Malik. Karena kecerdasannya pada umur 15 tahun beliau telah
diizinkan memberi fatwa di hadapan masyarakat dan menjawat sebagai guru besar ilmu
hadith serta menjadi mufti dalam Masjidil Haram di Makkah. Ketika berumur 20 tahun
beliau pergi belajar ke tempat Imam Malik di Madinah, setelah itu beliau ke Irak, Parsi dan
akhirnya kembali ke Madinah. Dalam usia 29 tahun beliau pergi ke Yaman untuk menuntut
ilmu pengetahuan. Tentang ketaatan beliau dalam beribadah kepada Allah diceritakan
bahawa setiap malam beliau membagi malam itu kepada tiga bahagian. Sepertiga malam
beliau gunakan kewajipan sebagai manusia yang mempunyai keluarga, sepertiga malam
untuk solat dan zikir dan sepertiga lagi untuk tidur.
Imam Syafii adalah seorang mujtahid mutlak, imam fiqh, hadis, dan ushul. Beliau
mampu memadukan fiqh ahli rayi dan fiqh ahli hadits. Salah satu karangannya adalah Ar-
Risalah buku pertama tentang ushul fiqh dan kitab Al-Umm yang berisi madzhab fiqhnya
yang baru. Dasar madzhabnya: Al-Quran, Sunnah, Ijma dan Qiyas. Beliau tidak mengambil
perkataan sahabat karena dianggap sebagai ijtihad yang bisa salah. Beliau juga tidak
mengambil Istihsan sebagai dasar madzhabnya, menolak maslahah mursalah dan perbuatan
penduduk Madinah. Imam Syafii mengatakan, Barangsiapa yang melakukan istihsan maka
ia telah menciptakan syariat. Penduduk Baghdad mengatakan,Imam Syafii adalah
nashirussunnah ,

4. Imam Hambali
Beliau adalah Abu Abdillah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilal bin Asad bin
Idris bin Abdullah bin Hayyan bin Abdullah bin Anas bin Auf bin Qasith bin Mazin bin
Syaiban bin Dzuhl bin Tsalabah adz-Dzuhli asy-Syaibaniy. Nasab beliau bertemu dengan
nasab Nabi pada diri Nizar bin Mad bin Adnan. Yang berarti bertemu nasab pula dengan
nabi Ibrahim. Ketika beliau masih dalam kandungan, orang tua beliau pindah dari kota
Marwa, tempat tinggal sang ayah, ke kota Baghdad. Di kota itu beliau dilahirkan, tepatnya
pada bulan Rabiul Awwal -menurut pendapat yang paling masyhur- tahun 164 H.
Ketika ia masih berumur 14 tahun, Ahmad bin Hambal telah belajar mengarang dan
menghafal Al-Quran. Beliau bekerja keras dalam menuntut ilmu pengetahuan. Sebagai
seorang ulama yang sangat banyak ilmunya, Ibnu Hambal pun seorang yang teguh imannya,
berani berbuat di atas kebenaran. Dia tidak takut bahaya apa pun terhadap dirinya di dalam
menegakkan kebenaran itu. Ayah beliau, Muhammad, meninggal dalam usia muda, 30
tahun, ketika beliau baru berumur tiga tahun. Kakek beliau, Hanbal, berpindah ke wilayah
Kharasan dan menjadi wali kota Sarkhas pada masa pemeritahan Bani Umawiyyah,
kemudian bergabung ke dalam barisan pendukung Bani Abbasiyah dan karenanya ikut
merasakan penyiksaan dari Bani Umawiyyah. Disebutkan bahwa dia dahulunya adalah
seorang panglima.
Imam Ahmad adalah seorang pakar hadis dan fiqh. Imam Syafii berkata ketika
melakukan perjalanan ke Mesir,Saya keluar dari Baghdad dan tidaklah saya tinggalkan di
sana orang yang paling bertakwa dan paling faqih melebihi Ibnu Hanbal , Dasar madzhab
Ahmad adalah Al-Quran, Sunnah, fatwah sahahabat, Ijam, Qiyas, Istishab, Maslahah
mursalah, saddudzarai. Imam Ahmad tidak mengarang satu kitab pun tentang fiqhnya.
Namun pengikutnya yang membukukannya madzhabnya dari perkataan, perbuatan,
jawaban atas pertanyaan dan lain-lain. Namun beliau mengarang sebuah kitab hadis Al-
Musnad yang memuat 40.000 lebih hadis. Beliau memiliki kukuatan hafalan yang kuat.
Imam Ahmad mengunakan hadis mursal dan hadis dlaif yang derajatnya meningkat kepada
hasan bukan hadis batil atau munkar.


Imam Malik
Dalam menetapkan hukum Islam, berikut Imam Malik berdasar pada urutan berikut:
1. Al-Quran
Dalam memegang Al-Quran ini meliputi pengambilan hukum berdasarkan atas nash
Al-Quran atau keumumannya.

2. Sunnah
Dalam berpegang kepada sunnah sebagai dasar hukum, Imam Malik mengikuti cara
yang dilakukannya dalam berpegang kepada Al-Quran. Apabila dalil syari menghendaki
adanya pentawilan, maka yang dijadikan pegangan adalah arti tawil tersebut. Apabila
terdapat pertentangan antara makna zhahir Al-Quran dengan makna yang terkandung
dalam sunnah sekalipun syahir (jelas) maka yang dipegang adalah makna zhahir Al-Quran.
Tetapi apabila makna yang dikandung oleh sunnah tersebut dikuatkan oleh ijma ahli al-
Madinah, maka ia lebih mengutamakan makna yang terkandung dalam sunnah dari
pada zhahir Al-Quran (sunnah yang dimaksud di sini adalah sunnah al-Muwatir).

3. Ijma ahlul madinah
Ijma Ahli al-Madinah yang asalnya dari al-Naql hasil dari mencontohkan Rasulullah
SAW. Ijma semacam ini dijadikan hujjah oleh Imam Malik. Dikalangan madzhab Maliki, Ijma
ahli al-madinah lebih diutamakan dari pada khabar ahad, sebab ijma ahli al-
madinah merupakan pemberitaan oleh jamaah sedang khabar ahad hanya merupakan
pemberitaan perorangan. Ijma ahli al-madinah ini ada beberapa tingkatan, yaitu :
a. Kesepakatan ahli al-madinah yang asalnya al-Naql
b. Amalan ahli al-madinah sebelum terbunuhnya Ustman bin Affan. Ijma ahli al-
madinah yang terjadi sebelum masa itu merupakan hujjah bagi madzhab Maliki
c. Amalan ahli al-madinah itu dijadikan pendukung atau pentarjihatas dua dalil yang saling
bertentangan
d. Amalan ahli al-madinah sesudah masa keutamaan yang menyaksikan amalan Nabi
Muhammad SAW, amalan ahli al-madinah seperti ini bukan hujjah

4. Qiyas
Imam Malik tidak mengakui khabar ahad sebagai sesuatu yang datang dari
Rasulullah SAW, jika khabar ahad itu bertentangan dengan sesuatu yang sudah dikenal oleh
masyarakat Madinah, sekalipun hanya dari hasil istinbath kecuali khabar ahad tersebut
dikuatkan oleh dalil-dalil lain yang qathi. Dalam menggunakan khabar ahad ini, Imam Malik
tidak selalu konsisten, kadang-kadang ia mendahulukan qiyas dari pada khabar ahad.
Dengan demikian, maka khabar ahad tersebut tidak digunakan sebagai dasar hukum, tetapi
ia menggunakan qiyas dan mashlahah.

5. Perkataan sahabat
Yang dimaksud dengan sahabat di sini adalah sahabat besar, yang pengetahuan
mereka terhadap suatu masalah di dasarkan pada al-Naql. Ini berarti bahwa yang dimaksud
dengan fatwa shahabat itu adalah berwujud hadits-hadits yang wajib diamalkan. Menurut
Imam Malik, para sahabat besar tersebut tidak akan memberi fatwa, kecuali atas dasar apa
yang dipahami Rasulullah SAW. Namun beliau mensyaratkan fatwa sahabat tersebut tidak
boleh bertentangan dengan hadits marfu yang dapat diamalkan dan fatwa sahabat yang
demikian ini lebih didahulukan dari pada qiyas. Juga adakalanya Imam Malik menggunakan
fatwa tabiin besar sebagai pegangan dalam menentukan hukum.

6. Al istihsan
Menurut madzhab Maliki, al-Istihsan adalah menurut hukum dengan mengambil
maslahah yang merupakan bagian dalam dalil yang bersifat kully (menyeluruh) dengan
maksud mengutamakan al-istidlal al-mursal dari pada qiyas, sebab
menggunakan istihsan itu tidak berarti hanya mendasarkan pada pertimbangan perasaan
semata, melainkan mendasarkan pertimbangannya pada maksud pembuat syara secara
keseluruhan.
Ibnu al-Araby salah seorang diantara ulama Malikiyah memberikan komentar,
bahwa istihsan menurut madzhab Malikiyah, bukan berarti meninggalkan dalil dan bukan
berarti menetapkan hukum atas dasar rayu semata, melainkan berpindah dari satu dalil ke
dalil lain yang lebih kuat yang kandungannya berbeda dari dalil yang ditinggalkan tersebut.

7. Al mashlahah Al mursalah
Maslahah al-mursalah adalah mashlahah yang tidak ada ketentuannya, baik secara
tersurat atau sama sekali tidak disinggung oleh nash, dengan demikian, maka mashlahah
mursalah itu kembali kepada memelihara tujuan syariat diturunkan.

8. Sadd adz-dzarai
Maksud dari sadd adz-dzarai adalah sesuatu yang mengakibatkan terjadinya
perbuatan haram adalah haram, dan yang dapat membawa kepada yang halal maka
hukumnya halal sesuai dengan ukurannya. Dan setiap yang dapat membawa kerusakan
maka haram hukumnya.

9. Al urf wal adah
Dari segi bahasa al-urf bermaksud berikut-ikut atau menurut. Al-Urf juga berarti
sesuatu yang diketahui oleh manusia dan menjadikan sesuatu itu sebagai tatacara
kehidupan. Urf juga didefinisikan sebagai berterusan. Maksudnya: Demi (makhluk-
makhluk) Yang dihantarkan berturut-turut (menjalankan tugasnya). Secara ringkasnya, urf
berkaitan dengan berturutan. Karena sesuatu tidak dikira sebagaiurf dari segi istilah kecuali
jika ia berturutan dan berulang-ulang sehingga kekal dan sebati dalam kehidupan. Para
ulama Malikiyah membagi urf menjadi tiga: pertama, urf yang diambil oleh semua ulama
yaitu urf yang berdasarkan nash. Kedua, urf yang jika diambil berarti mengambil sesuatu
yang dilarang oleh syara. Ketiga, urf yang dilarang syara dan tidak ditunjuk untuk
mengamalkannya

10. Al istishhab
Imam Malik menjadikan istishhab sebagai landasan dalam menetapkan hukum.
Istishhab adalah tetapnya suatu ketentuan hukum untuk masa sekarang atau yang akan
datang, berdasarkan atas ketentuan hukum yang sudah ada di masa lampau. Jadi sesuatu
yang sudah diyakini adanya, kemudian datang keraguan atas hilangnya sesuatu yang telah
diyakini adanya tersebut, hukumnya tetap seperti hukum pertama, yaitu tetap ada, begitu
juga sebaliknya.

Anda mungkin juga menyukai