Anda di halaman 1dari 19

CONTOH PERUSAHAAN MULTINASIONAL

DIBAWAH INI MERUPAKAN SALAH SATU CONTOH PERUSAHAAN


MULTINASIONAL .
MULTINASIONAL DUNKINDONUTS
di INDONESIA
Dewasa ini pertumbuhan Perusahaan Multinasional (Multinational Corporations)
semakin berkembang pesat. Eksistensi Multinational Corporations (selanjutnya
disebut MNC) sendiri sudah ada sejak lama, bahkan sejak sebelum Perang Dunia I
dimulai. Sejak awal kehadirannya, hingga pertengahan tahun 1980an MNC sudah
tumbuh berkali-kali lipat lebih cepat dibandingkan pertumbuhan perdagangan
dunia. MNC memiliki jenis-jenis yang beragam, mulai dari perusahaan eksplorasi
tambang migas dan mineral, perusahaan-perusahaan manufaktur, hingga ke bidang
pendidikan serta gerai-gerai pangan seperti kafe. Salah satu Perusahaan
Multinasional yang bergerak di bidang kafe ataupun gerai-gerai pangan adalah
Dunkin Donuts, atau yang lebih akrab disingkat dengan sebutan DD.
Dunkin Donuts sendiri mulai masuk ke Indonesia pada tahun 1985, dengan gerai
pertamanya di Jl. Hayam Wuruk, Jakarta Pusat. Sebenarnya, Dunkin Donuts
bukan merupakan perusahaan donut multinasional pertama yang masuk ke
Indonesia. Di tahun 1968, American Donut merupakan perintis donat pertama
yang digoreng dengan mesin otomatis di Pekan Raya Jakarta. Selain membuka
gerainya di pekan raya, American Donut juga membuka gerainya di berbagai
tempat di Jakarta. Selain itu, masih ada perusahaan-perusahaan multinasional
donut lainnya yang juga berusaha mengimbangi gerak Dunkin Donuts, seperti
Country Style Donuts asal Kanada, Donuts Xpress asal Australia, Krispy Kreme
yang juga berasal dari AS, serta masih banyak lagi perusahaan-perusahaan donut
lainnya.
Meskipun demikian, Dunkin Donuts-lah yang dinilai paling berhasil dalam
meluaskan jaringan pasarnya di Indonesia, bahkan di dunia.Dunkin Donuts telah
berhasil membuka lebih dari 8.800 gerai donatnya di lebih dari 35 negara di
berbagai benua. Di Indonesia sendiri Dunkin Donuts telah membuka 200 gerai
lebih di kota-kota besar di seluruh Indonesia, seperti Medan, Yogyakarta,
Bandung, Bali, Surabaya, Makassar, Jakarta, dan kota-kota lainnya di Indonesia.
DunkinDonuts telah berhasil menjadi model dalam hal pelayanan serta konsep
gerai yang dimilikinya. Bahkan DunkinDonuts terkadang dianggap sebagai
bayang-bayang bagi perusahaan donut lainnya. Di Jogjakarta, Dunkin Donuts
telah merambah ke mall-mall, swalayan serba ada, jalan-jalan di malioboro, hingga
ke bookstore-bookstore seperti Gramedia.
Kembali kepada isu mengenai MNC yang mengundang banyak polemik dari
berbagai kalangan, terutama mengenai kehadirannya di Negara-Negara Dunia
Ketiga. Perusahaan-perusahaan Multinasional dianggap sebagai ancaman bagi
usaha-usaha lokal di negara tempat ia berada. Namun, meskipun demikian,
pemerintah negara-negara tersebut tetap saja saling berlomba-lomba (bidding
wars) untuk menarik investor agar mau menanamkan modalnya di negara mereka
dalam bentuk Foreign Direct Investment. Kehadiran MNC terkadang memang
membawa keuntungan dan kerugian. Hal inilah yang menjadi perdebatan antara
pihak-pihak yang pro dan kontra atas kehadiran Perusahaan Multinasional di
negara mereka.
Pihak yang kontra berpendapat bahwa Perusahaan Multinasional dalam praktiknya
membawa lebih banyak kerugian daripada keuntungan bagi negara mereka. Salah
satu isu yang paling kontroversial mengenai kehadiran MNCterutama di negara-
negara berkembangadalah isu mengenai outsourcing. Selain itu, terkadang
kedaulatan nasioal juga tergadaikan dengan adanya upaya MNC untuk masuk ke
dalam negara tersebut. Upaya alih teknologi yang pada mulanya diisukan sebagai
keunggulan dari masuknya perusahaan multinasional di negara-negara berkembang
ternyata tidak terbukti. Di samping itu, masih banyak lagi reaksi-reaksi negatif
lainnya yang bermunculan akibat masuknya perusahaan multinasional di negara-
negara dunia ketiga.
Namun, terkadang orang menjadi lupa bahwa kehadiran Perusahaan Multinasional
sebenarnya tidak hanya membawa dampak yang negatif saja bagi negara penerima.
Selain membawa modal asing dan pemasukan berupa pajak, MNC sebenarnya juga
membawa dampak positif lainnya. Perbincangan mengenai MNC tidak akan
berkembang jika hanya mengenai dampak negatif yang dibawa oleh MNC saja.
Kehadiran MNC sebenarnya bisa menjadi stimulus bagi berkembangnya usaha-
usaha lokal sejenis yang ada bagi negara penerima. Salah satu contoh kasus yang
disajikan dalam tulisan ini adalah kehadiran DunkinDonuts yang memacu
hadirnya usaha-usaha donut lokal seperti J.CO, I-Crave, Java Donut, dan lain
sebagainya.
Dengan menggunakan studi kasus yang ada, tulisan ini diarahkan untuk menjawab
beberapa pertanyaan berikut: Bagaimana masuknya DunkinDonuts di
Indonesia? Apa dan bagaimana pengaruh kehadirannya di Indonesia? Serta
bagaimana dampak DunkinDonuts terhadap pertumbuhan dan perkembangan
usaha-usaha lokal? Dengan mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas,
tulisan ini berusaha memberikan pemikiran yang positif bahwa kesempatan untuk
memperoleh keuntungan Ekonomi-Politik Internasional melalui kegiatan
Multinational Corporations tidak hanya dimiliki oleh negara-negara ekonomi
maju. Akan tetapi, negara-negara berkembang juga dapat mengupayakan hal yang
sama melalui MNC.


MASUKNYA DUNKIN DONUTS DI INDONESIA

DunkinDonuts pertama kali masuk ke Indonesia melalui Penanaman Modal Asing
Langsungnya dengan membuka perusahaan pertamanya di Jakarta. Dunkin
Donuts sebelumnya juga telah membuka cabang-cabangnya (franchise) di berbagai
negara, seperti negara-negara di Eropa.
Sebelumnya, dengan mengacu pada UU No. 1 Tahun 1967 tentang Penanaman
Modal Asing, mari kita lihat terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan
penanaman modal asing: Pengertian penanaman modal asing di dalam undang-
undang ini hanyalah meliputi penanaman modal asing secara langsung yang
dilakukan berdasarkan ketentuan-ketentuan undang-undang . dan yang
digunakan untuk menjalankan Perusahaan di Indonesia Sedangkan yang
dimaksud dengan Modal Asing dalam undang-undang tersebut adalah: Alat
pembayaran luar negeri yang tidak merupakan bagian dari kekayaan devisa
Indonesia, yang dengan persetujuan Pemerintah digunakan untuk pembiayaan
Perusahaan di Indonesia. Salah satu bentuk pembiayaan yang dilakukan oleh
Perusahaan Multinasional di Indonesia adalah dalam bentuk pajak (taxation).
DunkinDonuts pada mulanya tumbuh dan berkembang di kota Boston, Amerika
Serikat pada tahun 1940 (dengan nama awal Open Kettle). Kemudian perusahaan
ini terus tumbuh dan berkembang hingga akhirnya pada tahun 1970,
DunkinDonuts telah berhasil menjadi perusahaan dengan merek internasional.
Kemudian pada tahun 1983 perusahaan DunkinDonuts dibeli oleh Domecq Sekutu
(Allied Domecq) yang juga membawahi Togos dan Baskin Robins. Di bawah
Allied Domecq, perluasan pasar DunkinDonuts secara internasional semakin
diintensifkan. Hingga akhirnya gerai DunkinDonuts tersebar tidak hanya di benua
Amerika saja, tetapi juga meluas ke benua-benua seperti Eropa dan Asia.
Di Indonesia sendiri, Dunkin Donuts mulai merambah pasarnya pada tahun 1985
dengan gerai pertama didirikan di Jalan Hayam Wuruk, Jakarta Pusat. Khusus
wilayah Indonesia, master franchise DunkinDonuts dipegang oleh Dunkin
Donuts Indonesia. Saat pertama kali DunkinDonuts membuka gerai pertamanya di
Indonesia (pada tahun 1980-an), tidak ada reaksi keras dari masyarakat yang
menentang perusahaan tersebut untuk masuk. Masyarakat cenderung menganggap
positif atas upaya perusahaan tersebut dalam memperluas jaringan pasarnya.
Mereka justru cenderung merasa senang atas hadirnya DunkinDonuts di
Indonesia.

PENGARUH KEHADIRAN DUNKIN DONUTS DI
INDONESIA

Hadirnya suatu Perusahaan Multinasional baru, tentunya membawa pengaruh bagi
negara penerima perusahaan tersebut. Demikian pula kehadiran DunkinDonuts
sendiri yang juga membawa pengaruh bagi masyarakat.
Secara sosial, pengaruh yang dibawa oleh perusahaan DunkinDonuts tidak
membawa dampak yang signifikan bagi pola kehidupan masyarakat. Ada yang
berpendapat bahwa kehadiran MNC dapat mengubah pola hidup masyarakat
menjadi lebih konsumtif. Masyarakat dinilai akan saling berlomba-lomba dalam
menggunakan (mengonsumsi) produk dari Perusahaan Multinasional tersebut
untuk menunjukkan strata sosial mereka dalam kehidupan bermasyarakat. Namun,
dalam hal ini tidak terjadi demikian. Sebelum kehadiran DunkinDonuts sendiri
(tahun 1985), sudah ada American Donuts yang masuk terlebih dahulu pada tahun
1968. Sementara, donuts sendiri bukanlah suatu produk makanan yang baru. Ia
sudah ada dan populer di tengah-tengah masyarakat sama seperti halnya roti
Sedangkan mengenai isu outsourcing yang juga dinilai akan memberikan
kontribusi bagi peningkatan jumlah penduduk perumahan kumuh di daerah
perkotaan tidak berlaku bagi kehadiran perusahaan ini. Produksi donut yang
dihasilkan dari perusahaan ini menggunakan teknologi mesin penggoreng otomatis.
Sehingga, tenaga manusia yang digunakan lebih banyak bergerak di bidang
Manajemen dan Pelayanan. Hal ini justru membawa dampak yang positif bagi
masyarakat, yaitu yang paling pokok adalah mengurangi angka pengangguran
dan memberdayakan produktivitas sumber daya manusia. Selain itu, bagi
masyarakat pribadi, hal ini dapat meningkatkan keterampilan mereka dalam bidang
manajemen dan pemasaran ditambah lagi dengan perluasan jaringan kerja (work
networking).
Sedangkan secara ekonomi, kehadiran dan keberadaan DunkinDonuts tidak
sampai mengancam eksistensi (keberadaan) usaha-usaha donut lokal yang ada.
Buktinya saja sampai saat ini kita masih menjumpai penjual-penjual yang
menjajakan donut buatan industri rumah tangga ataupun industri kecil. Baik di
pasar-pasar tradisional, sekolah-sekolah maupun kantor, warung, serta pedagang-
pedagang keliling. Kehadiran DunkinDonuts dianggap sebagai salah satu varian
dari jenis-jenis donut yang ada. Selain itu, adanya segmentasi pasar tersendiri dari
Dunkin Donut, membuat eksistensi usaha-usaha donut lokal yang ada tetap
terjaga.
Ada satu hal yang menarik dari pengaruh kehadiran Perusahaan Multinasional
DunkinDonuts di Indonesia. Secara empiris, hadirnya Dunkin Donuts telah
menstimulus timbulnya persaingan dari perusahaan lokal sejenis. Terbukti
saat ini mulai banyak bermunculan perusahaan donut lokal yang menghasilkan
donut-donut berkualitas sampai dengan yang berorientasi pada bentuk resto donut
dan kopi. Sebut saja donut I-Crave, Java Donut, Donut Kampoeng Utami (Dku.
Donuts Indonesia), Ring Master, sampai perusahaan donut J.CO (milik penata
rambut Indonesia ternama, Johnny Andrean) yang semakin digemari para penikmat
donut. Dunkin Donuts yang merupakan restoran donut dan kopi dengan jaringan
terbesar di dunia saat ini terbukti mampu merangsang pertumbuhan perusahaan
donut lokal yang ada.
Saat ini bahkan perusahaan donut J.CO dinilai mampu menandingi DunkinDonuts
dalam hal pelayanan dan kualitas produk yang ditawarkan (berdasarkan jumlah
pengunjung yang datang dan antre setiap harinya). Hal ini mungkin sejalan dengan
istilah laissez-faire (let be atau biarkan saja). Di mana pemerintah membiarkan
Perusahaan masuk dan berkembang hingga akhirnya mampu memicu persaingan
dengan pengusaha lokal. Hal ini mungkin juga sejalan dengan prinsip liberalisme
dalam tulisan Adam Smith (1776), yaitu teori The Invisible Hand. Smith yakin
pada sifat baik manusia yang mau bekerjasama dan konstruktif. Masyarakat bisa
saling bekerja dalam keselarasan dengan sesamanya, walaupun bersaing dalam
melayani pelanggan yang sama ataupun menghasilkan produk yang sama.

DAMPAK KEHADIRAN DUNKIN DONUTS
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN
PERKEMBANGAN USAHA LOKAL

Telah dibahas pada bagian sebelumnya bahwa keberadaan Perusahaan
Multinasional DunkinDonuts terbukti tidak sampai mengancam eksistensi
(keberadaan) perusahaan lokal yang ada. Pedagang-pedagang tradisional banyak
yang menjajakan donut-donut dari usaha industri kecil ataupun usaha rumah
tangga. Bahkan saat ini pun industri rumahan tersebut banyak yang mengadaptasi
adonan kue donat yang lebih lembut. Adanya segmentasi pasar juga menjamin
keberlangsungan perusahaan donut-donut lokal. Sehingga kehadiran
DunkinDonuts tidak terlalu mengancam usaha-usaha tersebut.
Di samping itu, saat ini pun sudah mulai banyak perusahaan-perusahaan donut
lokal yang mampu menghasilkan produk-produk donut berkualitas. Bahkan
sebagian dari mereka sudah mempunyai nama ataupun membuka gerai berkonsep
resto donut dan kopi seperti halnya DunkinDonuts. Sebut saja donut I-Crave, Java
Donut, J.CO, Donut Oishii, Mister Donut, dan lain sebagainya. Donut-donut lokal
ini juga tidak kalah digemarinya oleh para penikmat donut. Sebuah polling dalam
sebuah situs internet baru-baru ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kegemaran
para penikmat donut terhadap rasa dari jenis-jenis donut yang ada, baik lokal
maupun yang dari luar.
Poll Question: Donat mana yang paling Anda sukai?
Dunkin Donuts
11 (29.7%)
J. CO
18 (48.6%)
Krispy Kreme
0 (0%)
iCrave
1 (2.7%)
Donat pasar (yg tidak bermerek)
4 (10.8%)
Donat Kentang
2 (5.4%)
Tidak suka donat sama sekali
1 (2.7%)


Total Voters: 37
Keterangan:
Donut Lokal = J.CO, iCrave, Donut Pasar dan Donut Kentang
Donut dari Perusahaan Multinasional = DunkinDonuts dan Krispy
Kreme
Di sini terlihat bahwa jumlah para penikmat donut lokal ternyata jumlahnya justru
lebih banyak (sekitar 70%) dibandingkan jumlah penikmat donut dari Perusahaan
Multinasional seperi DunkinDonuts (30% sisanya). Hal ini karena adanya
segmentasi pasar yang berbeda selain karena adanya permasalahan mengenai cita
rasa.
Salah satu dari perusahaan-perusahaan donut lokal yang mampu bersaing dengan
Perusahaan DunkinDonuts adalah J.CO (perusahaan milik penata rambut Johnny
Andrean). J.CO mulai berdiri sejak tahun 2005. Perusahaan ini bahkan dianggap
mampu menyaingi DunkinDonuts dalam hal cita rasa dan pelayanan. J.CO pun
telah membuka gerai-gerainya di mall-mall besar di kota-kota besar di Indonesia.
J.CO dianggap sebagai salah satu perusahaan donut lokal yang mampu keluar dari
bayang-bayang Perusahaan Multinasional DunkinDonuts.
Perusahaan donut J.CO dianggap sebagai perusahaan donut lokal yang berhasil
membuat gebrakan dalam bisnis di bidang resto donut dan kopi. J.CO dianggap
berhasil tampil beda dengan para pemain sebelumnya karena berhasil
menawarkan konsep gerai baru. J.CO menggunakan konsep gerai Open Kitchen
(sama seperti Bread Talk, keduanya juga berada dalam satu payung perusahaan
yang sama). Namun, bukan hanya konsep gerai saja yang membuat J.CO dianggap
lebih unggul daripada DunkinDonuts. Kualitas jasa (tingkat pelayanan) J.CO juga
dinilai lebih baik daripada tingkat pelayanan DunkinDonuts.
Di samping itu, kualitas produk dalam hal rasa dan bahan J.CO juga dinilai lebih
baik dan lebih berkualitas. J.CO dinilai lebih legit dan lebih lembut bagi para
penikmat donut dibandingkan dengan rasa Dunkin Donuts. Bahan-bahan yang
digunakan juga dinilai baik dan sehat. Misalnya, coklat putih Belgia, yoghurt dan
susu bebas lemak, biji kopi yang dikembangkan dari Brazildan lain
sebagainyayang memang dinilai sebagai bahan-bahan yang berkualitas. Selain
itu, teknologi mesin penggoreng yang digunakan juga diimpor langsung dari
Amerika Serikat.

Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan lokal juga mampu memiliki kualitas
dalam hal produk, pelayanan, maupun sistem manajemen yang tidak kalah dengan
Perusahaan-Perusahaan Multinasional. Ditambah lagi, perusahaan J.CO juga
memiliki wadah komunitas berupa J.CO Community dan jejaring sosial berupa
facebook. Sehingga memudahkan J.CO untuk menyalurkan info-info kepada para
pelanggannya, baik berupa launching gerai ataupun outlet baru, promosi produk,
sampai dalam hal pelayanan baru misalnya berupa Midnite Sale. Event-event
ataupun kegiatan-kegiatan yang diadakan perusahaan tersebut, biasanya juga
diinformasikan melalui sarana media tersebut. Hal ini membuat perusahaan J.CO
semakin dekat dengan para pelanggannya.
Tidak hanya memasarkan produknya di dalam negeri (tingkat lokal) saja. J.CO
Donuts & Coffee Indonesia juga telah membuka cabang-cabangnya di negara-
negara Asia Tenggara.seperti Malaysia, Singapura dan Filipina. Di Malaysia
sendiri, J.CO Donuts & Coffee telah membuka gerainya di Kuala Lumpur dan
Petaling Jaya, Selangoryang dianggap sebagai pusat kegiatan ekonomi Malaysia.
Saat ini bahkan J.CO dianggap sebagai waralaba resto Donut & Coffe yang laju
pertumbuhannya paling cepat di Asia Tenggara.
Fakta-fakta tersebut di atas menunjukkan bahwa, perusahaan-perusahaan lokal
terbukti juga tidak kalah bersaing dengan Perusahaan-Perusahaan Multinasional
yang berasal dari luar negeri. Bisnis di bidang pangan berupa resto Donut & Coffe
merupakan salah satu contoh kemajuan yang dimiliki oleh usaha-usaha lokal.
Masih banyak lagi usaha-usaha lokal yang juga memiliki nama di tingkat
regional bahkan global. Misalnya saja perusahaan Mustika Ratu ataupun Sari Ayu
yang merupakan produk di bidang kecantikan. Hal ini tentunya juga menjadi
pemicu bagi perusahaan-perusahaan lokal lainnya untuk turut bersaing di era
globalisasi ini. Tidak selamanya Perusahaan Multinasional hanya dikuasai oleh
negara-negara ekonomi maju. Bahkan saat ini disebutkan bahwa para pelaku MNC
dari negara-negara ekonomi maju eksistensinya mulai terancam, karena
mendapatkan saingan yang cukup ketat dari negara-negara industri berkembang
serta negara-negara berkembang lainnya (new emergent forces).
























BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang
Perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya baik perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa
maupun barang mempunyai tujuan yang sama yaitu memperoleh keuntungan. Selain itu
perusahaan juga ingin memberikan kepuasan kepada konsumen atas produk yang yang
dihasilkannya, karena kepuasan konsumen menjadi tolak ukur dari keberhasilan perusahaan
dalam menghasilkan produk yangberkualitas, dan yang diinginkan oleh konsumen.

Dalam mencapai strategi pemasaran yang tepat dan terbaik untuk diterapkan, salah satunya
perusahaan dapat melihat dari faktor bauran pemasaran. Hal tersebut penting karena bauran
pemasaran merupakan salah satu pokok pertimbangan konsumen dalam melakukan keputusan
pembelian suatu produk. Jika perusahaan tidak peka terhadap apa yang dibutuhkan oleh
konsumen, maka dapat dipastikan bahwa perusahaan akan kehilangan banyak kesempatan untuk
menjaring konsumen dan produk yang ditawarkan akan sia-sia.
Pemasaran merupakan salah satu ilmu ekonomi yang telah lama berkembang, dan sampai pada
saat sekarang ini pemasaran sangat mempengaruhi keberhasilan suatu perusahaan untuk bisa
bertahan di dalam pangsa pasar. oleh karena itu diperlukan strategi pemasaran yang dapat
memberikan pengaruh untuk menentukan berhasil atau tidaknya dalam memasarkan produknya.
Apabila strategi pemasaran yang dilaksanakan perusahaan tersebut mampu memasarkan
produknya dengan baik, hal ini akan berpengaruh terhadap tujuan perusahaan.
1.2. Tujuan Pembahasan Makalah.
1. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan teori pemasaran dan semua kegiatan yang
berhubungan dengan pemasaran.
2. Untuk memberikan pengetahuan dasar bagaimana cara melakukan kegiatan pemasaran dan
apa saja yang harus dilakukan dalam kegiatan pemasaran.
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan bauran pemasaran atau marketing mix.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Landasan Teori
2.1.1 Pengertian Pemasaran.
Pemasaran adalah suatu proses sosial manajerial di mana individu dan kelompok mendapatkan
kebutuhan dan keinginan mereka dengan menciptakan, menawarkan dan bertukar sesuatu yang
bernilai satu sama lain. Definisi ini berdasarkan pada konsep inti, yaitu : kebutuhan, keinginan
dan permintaan; pasar, pemasaran dan pemasar.
Tujuan Pemasaran adalah mengenal dan memahami pelanggan sedemikian rupa sehingga produk
yang di jual akan cocok sesuai dengan keinginan pelanggan,sehingga produk tersebut dapat
terjual dengan sendirinya. Idealnya pemasaran menyebabkan pelanggan siap membeli sehingga
yang harus di fikirkan selanjutnya adalah bagaimana membuat produk tersebut tersedia.
Pengertian pemasaran oleh beberapa ahli diartikan menjadi :
1. William J Stanton, menyatakan bahwa:
Pemasaran adalah keseluruhan intern yang berhubungan dengan kegiatan-kegiatan usaha yang
bertujuan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan
barang dan jasa yang akan memuaskan kebutuhan pembeli baik pembeli yang ada maupun
pembeli yang potensial.
2. Philip dan Duncan.
Pemasaran meliputi semua langkah yang digunakan atau diperlukan untuk menempatkan barang-
barang berwujud kepada konsumen.
3. American Marketing Association.
Pemasaran meliputi pelaksanaan kegiatan usaha niaga yang diarahkan pada arus aliran barang
dan jasa dari produsen kepada konsumen.

Fungsi utama mengapa kegiatan pemasaran dilakukan :
1. Untuk memberikan informasi tentang produk yang dijual perusahaan.
2. Untuk mempengaruhi keputusan membeli konsumen.
3. Untuk menciptakan nilai ekonomis suatu barang.
2.1.2 Kegiatan Utama pemasaran
Kegiatan utama pemasaran atau juga disebut marketing mix adalah suatu perangkat perusahaan
yang terdiri dari 4 variable yaitu produk, struktur harga, kegiatanpromosi dan saluran distribusi
dengan tujuan untuk menentukan tingkat keberhasilan pemasaran perusahaan yang bisa
memberikan kepuasan dalam pemenuhan kebutuhan konsumen yang dipilih atau segmen pasar
yang di harapkan.



2.2 Pembahasan.
2.2.1 Bauran Pemasaran
Kotler (2000) mendefinisikan bahwa bauran pemasaran adalah kelompok kiat pemasaran yang
digunakan perusahaan untuk mencapai sasaran pemasarannya dalam pasar sasaran. Sedangkan
Jerome Mc-Carthy dalam Fandy Tjiptono (2004) merumuskan bauran pemasaran menjadi 4 P
(Product, Price, Promotion dan Place).

1. Product (Produk).
Merupakan bentuk penawaran organisasi jasa yang ditujukan untuk mencapai tujuan melalui
pemuasan kebutuhan dan keinginan pelanggan. Produk disini bisa berupa apa saja (baik yang
berwujud fisik maupun tidak) yang dapat ditawarkan kepada pelanggan potensial
untuk.memenuhi kebutuhan dan keinginan tertentu. Produk merupakan semua yang ditawarkan
ke pasar untuk diperhatikan, diperoleh dan digunakan atau dikonsumsi untuk dapat memenuhi
kebutuhan dan keinginan yang berupa fisik, jasa, orang, organisasi dan ide.
Produk merupakan hasil dari kegiatan produksi perusahaan yang nantinya akan di jual
perusahaan atau barang yang dibeli perusahaan untuk dijual kembali kepada konsumen akhir
(bagi perusahaan dagang). Dalam membahas apa itu produk sebagai salah satu dari keempat
variable marketing mix maka kita bagi menjadi 3 bagian :
a. Pemilihan produk
b. Pembungkus barang
c. Merk barang

a. Pemilihan barang/produk
Kebijaksanaan perusahaan dalam memilih produk yang akan dijual atau produk yang akan dibeli
(bagi perusahaan dagang) amat berpengaruh pada penentuan harga, strategi, promosi, yang akan
dilakukan agar berhasil dalam melaksanakan fungsi penjualan dari bidang pemasaran. Pemilihan
barang atau produk yang tepat untuk dipasarkan atau sesuai dengan perilaku pembeli ataupun
daya beli konsumen akan menguntungkan perusahaan sehingga hasil kegiatan perusahaan yang
dicapai akan dapat mempertahankan atau ditingkatkan demi kelangsungan hidup perusahaan.
Yang penting disini adalah bagaimana cara mengantisipasi masalah-masalah yang mungkin
dihadapi perusahaan karena terjadi proses tahapan siklus kehidupan barang. Siklus kehidupan
barang ini akan selalu terjadi di mana pada suatu saat kalau produk tersebut sudah mencapai
tahap kejenuhan akan mengalami penurunan penjualan yang berarti juga terjadi turunnya tingkat
pendapatan perusahaan. Oleh karena itu sebelum perusahaan terlambat dalam mengatasi
perjalanan produk dalam siklus kehidupan produk maka tindakan yang harus dilakukan adalah
strategi apa yang akan dilakukan atau kebijaksanaan apa yang akan dilakukan agar sebelum
produk tersebut sudah tidak laku lagi perusahaan sudah menyiapkan produk baru,sebagai
pengganti atau strategi baru.
Tahap-tahap siklus kehidupan dibagi menjadi 5 tahapan di mana untuk masing-masing tahap
suatu perusahaan harus memasang strategi atau kebijaksanaan yang berlainan untuk menjaga
agar kelangsungan hidup perusahaan terjamin. Lima tahap tersebut adalah sebagai berikut :
1. Tahap perkenalan
2. Tahap pertumbuhan
3. Tahap kedewasaan
4. Tahap kejenuhan
5. Tahap penurunan

Apabila di gambarkan maka akan menjadi sebagai berikut:

Penjualan


1 2 3 4 5
Waktu
Gambar 1. Daur siklus kehidupan barang.
(Produck life cycle)


1. Tahap Perkenalan
Tahap perkenalan ini menunjukan bahwa barang yang dipasarkan benar-benar baru atau
masyarakat belum tahu atau belum mengenalnya sehingga perlu memperkenalkan barang
tersebut pada masyarakat melalui penyampaian informasi dengan kegiatan promosi yang gencar
dan agresif menekankan merk penjualan, kelebihannya dibandingkan dengan produk sejenis
ataupun bagaimana kegunaanya bagi konsumen dan lain-lain.
Tahap perkenalan ini biasanya memerlukan ongkos promosi yang sangat tinggi sedangkan hasil
penjualan masih berjumlah sedikit dalam memberikan tambahan pendapatan produsen. Tujuan
utama promosi adalah agar konsumen tahu dan mengenal dengan baik produk perusahaan dan
mulai menyukainya.
2. Tahap Pertumbuhan
Tahap pertunbuhan ditunjukan dengan meningkatnya volume penjualan dengan cepat karena
produk sudah menempatkan pada segmen pasar yang sesuai. Usaha yang dilakukan dalam tahap
ini adalah menurunkan kegiatan promosinya untuk diganti dengan memperluas dan
meningkatkan distribusi ke daerah-daerah (lokasi-lokasi segmen pasar) yang belum dimasuki
atau kegiatan promosi digantikan dengan persaingan harga dengan perusahaan pesaing.
Pada tahap ini bermunculan perusahaan-perusahaan pesaing yang mencoba merebut segmen
pasar yang kita kuasai dengan menggunakan strategi-strategi yang dengan perlahan dan pasti
dapat menggeser kedudukan perusahaan yang lebih dulu masuk pasar.
3. Tahap kedewasaan dan kejenuhan
Tahap kedewasaan merupakan titik puncak kejayaan perusahaan yang ditunjukan dengan
peningkatan volume penjualan yang sangat tinggi. Pada tahap ini produk perusahaan sudah
dikenal dengan baik oleh konsumen, sehingga usaha promosi amat sedikit peranannya dalam
meningkatkan atau menambah volume penjualan.
Tambahan volume penjualan sudah dilakukan sedangkan bagian pasar yang kita kuasai sudah
banyak yang dimasuki produk-produk pesaing yang sedikit demi sedikit mulai mengikis segmen
pasar kita, ditambah lagi dengan konsumen sudah mulai melirik produk sejenis lainnya yang
sekiranya mempunyai keunggulan lebih banyak atau dengan kata lain konsumen sudah mulai
jenuh dengan produk yang kita jual.

4. Tahap kemunduran/penurunan
Akibat buruk perilaku konsumen tersebut menurunkan volume penjualan perusahaan sehingga
perusahaan harus cepat-cepat mengambil kebijaksanaan agar perusahaan tidak bangkrut. Adapun
kebijaksanaan yang akan di ambil oleh perusahaan pada umumnya terdiri dari 2, yaitu :

1. Menghentikan produk yang sudah tidak dapat bersaing dengan digantikan oleh barang yang
benar-benar baru dan lain dibandingkan dengan produk lama. Kebijaksanaan ini dapat berjalan
dengan lancar asalkan perusahaan mempunyai tenaga yang punya kemampuan dalam membuat
motivasi baru, kreasi, atau menciptakan barang yang akan menggantikannya.

2. Tetap mempertahankan barang lama tetapi memperbaharui atribut-atribut lamanya baik dari
segi kemasan atau dapat juga menonjolkan kelebihan lain. Kalau alternatif ini tidak dapat
dilakukan perusahaan harus dapat membuat barang yang benar-benar baru yang memerlukan
penelitian dari awal baik dari segi mutu, merk dagang, pembungkus, cara mendistribusikan dan
lain-lain.
b. Pembungkus barang
Bungkus barang merupakan pertimbangan ke dua setelah produk yang sejenis ternyata
mempunyai kualitas yang sama kualitas yang sama, rasa yang sama atau kegiatan yang relative
berbeda. Maka bagi pembeli yang merasa bingung dengan berbagai merk tersebut akhirnya akan
mempertimbangkan bungkus luar produk yang akan dipilih. Oleh karena itu bungkus juga
memegang peranan penting dalam penjualan produk.
Untuk membuat bungkus agar menarik pembeli maka perusahaan harus mempertimbangkan dari
berbagai aspek baik aspek ekonomis, keindahan maupun praktisnya.
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembungkusan diantaranya:
Bungkus yang membangkitkan hasrat untuk membeli.
Bungkus yang mudah diingat.
Bungkus yang tidak menambah harga jual sehingga tidak dapat besaing dengan produk sejenis
yang lain.
Bungkus di design agar dapat menjaga mutu barang, memudahkan pengangkutan,
penyimpanan, penyusunan di rak took, atau memmpunyai kegiatan setelah dipakai habis (ada
kegiatan ganda).
c. Merk Barang
Merk barang yang dinyatakan dengan kata-kata saja atau disertai dengan gambar tertentu untuk
mempertegaskan adalah sangat penting bagi perusahaan untuk membedakan perusahaan yang
satu dengan yang lain. Dengan melihat merk seseorang yang sudah menggemari atau fanatic
terhadap rasanya, mutunya atau keadaanya tidak akan nemilih lagi dalam memilih lagi dalam
membeli barang cukup hanya dengan melihat gambar tertentu atau kata-kata tertentu dalam suatu
prroduk menganggap sudah cukup memutuskan untuk membeli.
Dengan merk yang sudah menjadi langganan pemakai dapat menghemat waktu dalam membeli
karena dapat menyuruh orang lain untuk membelinya (praktis) dan membuat anggaran tertentu
dalam memakainya.
Banyaknya manfaat yang dapat diperoleh konsumen ini ternyata terlihat juga oleh produsen
sehingga sering sekali produsen menggunakan merek tersebut sebagai salah satu strategi
pemasarannya dengan jalan perusahaan memproduksi barang yang tidak terlalu berbeda setiap
memakai berbagai merk, hal ini dilakukan untuk menguasai pasar.
2. Price (Harga)
Bauran harga berkenaan dcngan kebijakan strategis dan taktis seperti tingkat harga, struktur
diskon, syarat pembayaran dan tingkat diskriminasi harga diantara berbagai kelompok
pelanggan. Harga menggambarkan besarnya rupiah yang harus dikeluarkan seorang konsumen
untuk memperoleh satu buah produk dan hendaknya harga akan dapat terjangkau oleh
konsumen.
Definisi harga menurut Philip Kotler adalah : price is the amount of money charged for a
product or service. More broadly, price is the sum of all the value that consumers exchange for
the benefits of having or using the product or service. Harga adalah sejumlah uang yang
dibebankan untuk sebuah produk atau jasa. Secara lebih luas, harga adalah keseluruhan nilai
yang ditukarkan konsumen untuk mendapatkan keuntungan dari kepemilikan terhadap sebuah
produk atau jasa. Sedangkan Stanton mendefinisikan harga: Price is the amount of money and
or goods needed to acquire some combination of another goods and its companying services.
Pengertian di atas mengandung arti bahwa harga adalah sejumlah uang dan atau barang yang
dibutuhkan untuk mendapatkan kombinasi dari barang yang lain yang disertai dengan pemberian
jasa. Harga merupakan elemen dari bauran pemasaran yang bersifat fleksibel, dimana suatu saat
harga akan stabil dalam waktu tertentu tetapi dalam seketika harga dapat juga meningkat atau
menurun dan juga merupakan satu-satunya elemen yang menghasilkan pendapatan dari
penjualan.
Harga adalah sejumlah uang yang harus dibayar oleh pengguna untuk mendapatkan produk.
Dengan kata lain seseorang akan membeli barang kita jika pengorbanan yang dikeluarkan (uang
dan waktu) sesuai dengan manfaat yang diperoleh dari prouksi tersebut (Moenroe, 1990). Jika
hal ini dikaitkan dengan produk layanan, maka seseorang akan datang ke tempat kita jika waktu
atau dana yang dikorbankan untuk mendapatkan produk layanan kita sesuai dengan produk
layanan yang ditawarkan.
Harga dan kebijaksanaan harga adalah elemen yang paling banyak diperdebatkan dalam
pemasaran. Harga adalah satu-satunya variabel strategi pemasaran yang berkaitan dengan
pemasukan, bagaimanapun harga mendatangkan masalah tersendiri. Condous (1983)
menyarankan, apabila pengenaan biaya (charging) merupakan suatu keharusan, maka
besarnya harus disesuaikan dengan kemampuan pengguna.
Dalam hal pemasaran jasa, kreatifitas dan keahlian manajemen paling banyak dibutuhkan dalam
masalah penetapan harga. Ciri-ciri yang dimiliki jasa menyebabkan dampak yang penting dalam
penetapan harga. Ciri-ciri yang dimiliki jasa menyebabkan dampak yang penting dalam
penetapan harga. Hal yang menarik sekali adalah bahwa para penjual kerap kali mengetahui
permintaan in-elastis. Oleh karena itu mereka menetapkan harga yang paling tinggi. Akan tetapi
mereka lalai bertindak yang sebaliknya, jika menghadpi permintaan yang elastis, walaupun harga
lebih rendah akan menaikkan penjualan unit, pendapatan total, penggunaan fasilitas dan mungkin
juga naiknya laba bersih.
Prinsip penetapan harga barang dapat juga diterapkan daam penetapan harga jasa. Secara singkat
prinsip-prinsip penetapan harga menurut Zeithaml dan Bitner (1996) adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan harus mempertimbangkan sejumlah faktor dalam menetapkan harganya, yang
mencakup: pemilihan tujuan penetapan harga, menentukan tingkat permintaan, prakiraan biaya,
menganalisis harga yang ditetapkan dan produk yang ditawarkan pesaing, pemilihan metode
penetapan harga, dan menentukan harga akhir.
2. Perusahaan tidak selalu harus berupaya mencari profit makasimum melalui penetapan harga.
Sasaran lain yang bisa mereka capai adalah mencakup survival, memakasimumkan penerimaan
sekarang, memakasimumkan pertumbuhan penjualan, memakasimumkan penguasaan
(skimming) pasar dan kepemimpinan produk atau kualitas.
3. Para pemasar hendaknya memahami seberapa responsif permintaan terhadap perubahan harga.
Untuk mengevaluasi sensitifitas harga, para pemasar bisa menghitung elastisitas permintaan,
yang dapat dirumuskan sebagai berikut:

Elastisitas = Persen (%) perubahan dalam kuantitas yang dibeli
Persentase perubahan dalam harga

4. Berbagai jenis biaya harus sipertimbangkan dalam menetapkan harga, termasuk di dalamnya
adalah biaya langsung dan tidak langsung, biaya tetap dan biaya variabel, biaya tidak langsung
yang bisa dilacak, dan biaya-biaya yang teralokasi. Bila suatu produk atau jasa harus
mendatangkan keuntungan bagi perusahaan, harga harus mampu menutup semua biaya
mencakup mark-upnya.
5. Harga-harga para pesaing akan mempengaruhi tingkat permintaan barang dan jasa yang
ditawarkan peruasahaan dan karenanya harus dipertimbangkan dalam proses penetapan harga.
6. Berbagai cara penetapan yang ada mencakup mark-up, sasaran perolehan, nilai yang bisa
diterima, going rate, sealed-bid, dan harga psikologis.
7. Setelah menetapkan struktur harga, perusahaan menyesuikan harganya dengan menggunakan
harga geografis, diskon harga, harga promosi, dan harga diskrimiasi, serta harga bauran produk.

Dalam situasi tertentu, pengguna melakukan penilaian atau menghitung-hitung tentang apa yang
akan mereka peroleh sebagai balasan dari apa yang mereka berikan. Dengan demikian, harga
merupakan pembatas (trade-of) untuk sejumlah benefit (nilai) yang akan diberikan oleh suatu
produk (barang atau jasa) dengan sejumlah biaya yang dikaitkan dengan sejumlah biaya yang
dikaitkan dengan penggunaan produk tersebut (Yazid), 1999). Pusat informasi yang
menghendaki profit harus mampu menutup semua biaya yang berkaitan dengan proses
memproduksi dan memasarkan suatu jasa. Selanjutnya menetapkan marjin secukupnya sehingga
mampu memberikan keuntungan yang memuaskan.

Yazid (1999) yang mengatakan bahwa, Harga atau biaya sebuah jasa akan mencakup harga
yang bersifat moneter dan harga yang bersifat non-moneter. Harga yang bersifat moneter
mempuyai peranan penting bagi bagian pemasaran untuk mengukur tingkat atau porsi
penerimaan dari konsumen. Selanjutnya dikatakan bahwa, di samping itu beberapa biaya non-
moneter yang mungkin diperhitungkan konsumen ketika menggunakan suatu jasa mencakup:
1. Waktu. Waktu merupakan komoditas utama bagi sejumlah orang, dan bagi seseorang yang
menawarkan jasa dengan pelayanan yang berbeda kepada setiap individu, tetapi mempunyai
keterbatasan waktu, mereka akan memperhitungkan biaya terhadap waktu yang digunakan dalam
mencari/memburu suatu jasa, karena barangkali waktu yang terbuang itu sebenarnya dapat
digunakan untuk keperluan lain.
2. Upaya-upaya yang bersifat fisik. Biaya untuk melakukan upaya-upaya fisik yang diperlukan
unruk memperoleh sejumlah jasa bisa saja dimasukkan, khususnya bila penyajian jasa dilakukan
secara swalayan.
3. Biaya-biaya sensor. Biaya-biaya ini bisa saja dikenakan sehubungan dengan adanya
kebisingan, bau tidak sedap, aliran udara yang tidak lancar, terlalu panas atau terlalu dingin
ruangannya, tempat duduk yang tidak nyaman, lingkungan yang terkesan jorok, bahkan rasa
yang tidak mengenakkan.
4. Biaya-biaya psikologis. Biaya-biaya ini kadang-kadang dikenakan untuk penggunaan suatu
jasa tertentu, seperti upaya yang bersifat mental (berpikir), perasaan adanya ketimpangan atau
ketidakadilan bahkan rasa takut. (Yazid, 1999)


3. Promotion (Promosi)
Bauran promosi meliputi berbagai metode, yaitu Iklan, Promosi Penjualan, Penjualan Tatap
Muka dan Hubungan Masyarakat. Menggambarkan berbagai macam cara yang ditempuh
perusahaan dalam rangka menjual produk ke konsumen.
3.1.1 Promosi
1. Pengertian Promosi.
Promosi adalah arus informasi atau persuasi satu arah yang dapat mengarahkan organisasi atau
seseorang untuk menciptakan transaksi antara pembeli dan penjual.
Promosi merupakan kegiatan terakhir dari marketing mix yang sangat penting karena sekarang
ini kebanyakan pasar lebih banyak bersifat pasar pembeli di mana keputusan terakhir terjadinya
transaksi jual beli sangat dipengaruhi oleh konsumen. Oleh karena itu pembeli adalah raja. Para
produsen berbagai barang bersaing untuk merebut hati pembeli agar tertarik dan mau membeli
barang yang dijualnya.
Pada dasarnya keputusan membeli sangat dipengaruhi oleh motif-motif pertimbangan secara
emosional, seperti : merasa bangga, sugesti, angan-angan dan sebagainya. Tetapi bisa juga
pembeli membeli secara rasional seperti: karena mempertimbangkan riwatnya, ekonomisnya,
segi kepraktisan, harganya, pengangkutannya dan sebagainya.
Dalam promosi terdapat beberapa kegiatan yang dilakukan, pada umumnya ada 4 kegiatan yang
biasa dilakukan yaitu:
a. Periklanan.
b. Personal selling.
c. Promosi penjualan.
d. Publisitas dan humas.

a. Periklanan (Advertensi)
Periklanan merupakan salah satu bentuk kegiatan promosi yang sering dilakukan perusahaan
melalui komunikasi non individu dengan sejumlah biaya seperti iklan melalui media masa,
perusahaan iklan, lembaga non laba, individu-individu yang membuat poster dan sebagainya.
Periklanan dilakukan untuk memasarkan produk baru, memasuki segmen pasar yang baru atau
yang tidak terjangkau oleh salesman maupun personal selling. Periklanan sering dilakukan baik
melalui surat kabar, radio dan TV, pos langsung atau bahkan melalui biro periklanan.
b. Personal selling
Personal selling adalah kegiatan promosi yang dilakukan antar individu yang sering bertemu
muka yang ditujukan untuk menciptakan, memperbaiki, menguasai atau mempertahankan
hubungan pertukaran yang saling menguntungkan kedua belah pihak.*)
Proses personal selling adalah sebagai berikut:


Pelayanan sesudah penjualan
*) Nichles : Principles of marketing Prentice Hall 1978.
c. Promosi penjualan
Promosi penjualan adalah salah satu bentuk kegiatan promosi dengan menggunakan alat peraga
seperti: Peragaan, pameran, demonstrasi, hadiah, contoh barang dan sebagainya.
d. Publisitas
Publisitas merupakan kegiatan promosi yang hampir sama dengan periklanan yaitu melalui
media masa tetapi informasi yang diberikan tidak dalam bentuk iklan tetapi
berupa berita.
Biasanya lembaga yang dipublisitaskan tidak mengeluarkan biaya sedikitpun tetapi bisa
merugikan kalau lembaga yang dipublisitaskan diberitakan kejelekannya.
4. Saluran Distribusi ( Place )
Merupakan keputusan distribusi menyangkut kemudahan akses terhadap jasa bagi para
pelanggan. Tempat dimana produk tersedia dalam sejumlah saluran distribusi dan outlet yang
memungkinkan konsumen dapat dengan mudah memperoleh suatu produk.

4.1. Pengertian Saluran Distribusi.
Definisi menurut Philip Kotler mengenai distribusi adalah : The various the company
undertakes to make the product accessible and available to target customer. Berbagai kegiatan
yang dilakukan perusahaan untuk membuat produknya mudah diperoleh dan tersedia untuk
konsumen sasaran.
Sebagai salah satu variabel marketing mix, place / distribusi mempunyai peranan yang sangat
penting dalam membantu perusahaan memastikan produknya, karena tujuan dari distribusi
adalah menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan dan diinginkan oleh konsumen pada waktu
dan tempat yang tepat.
4.2 Pemilihan saluran distribusi
Keputusan penentuan lokasi dan saluran yang digunakan untuk memberikan jasa kepada
pelanggan melibatkan pemikiran tentang bagaimana cara mengirimkan atau menyampaikan jasa
kepada pelanggan dan dimana hal tersebut akan dilakukan. Ini harus dipertimbangkan karena
dalam bidang jasa sering kali tidak dapat ditentukan tempat dimana akan diproduksi dan
dikonsumsi pada saat bersamaan. Saluran distribusi dapat dilihat sebagai kumpulan organisasi
yang saling bergantungan satu sama lainnya yang terlibat dalam proses penyediaan sebuah
produk/pelayanan untuk digunakan atau dikonsumsi. Penyampaian dalam perusahaan jasa harus
dapat mencari agen dan lokasi untuk menjangkau populasi yang tersebar luas.
Saluran distribusi adalah saluran yang dipakai produsen untuk menyalurkan barang hasil
produksinya kepada konsumen, baik sampai berpindahnya hak (penguasaan) sampai dengan
pemindahan barang maupun hanya pemindahan hak kepemilikannya saja.
Pemilihan saluran distribusi harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
a. Sifat pembeli, seperti kebiasaan membeli, frekuensi pembelian, letak geografis dsb.
b. Sifat produk.
c. Sifat perantara.
d. Sifat pesaing
e. Sifat perusahaan, dan sebagainya
Sifat pembeli sangat mempengaruhi keputusan produsen dalam memilih saluran distribusi yang
dipakai.
Sebagai contohnya, kalau jumlah pembeli hanya, frekuensi pembelian dalam jumlah yang kecil-
kecil maka akan membuat produsen cenderung memilih saluran distribusi yang panjang.
Demikian juga sifat produk juga merupakan pertimbangan produsen yang tidak kalah
pentingnya. Misalnya, apakah barang tersebut mudah rusak atau tidak, bagaimana ukurannya,
bagaimana kualitas barang kalau dilihat dari segi konsumen, harganya dan sebagainya.
Kesemuanya itu perlu dijadikan bahan pertimbangan yang penting juga.
Demikian juga masalah sifat perantara, perusahaan, pesaing, pasar yang dituju dan sebagainya
menjadi faktor yang penting dalam memilih saluran distribusi yang akan digunakan perusahaan.
Saluran distribusi yang digunakan itu dengan tujuan agar barang yang ditawarkan sampai pada
konsumen industry maupun konsumen akhir.
4.3 Alternatif pemilihan saluran distribusi.
Untuk memakai saluran distribusi tertentu di samping mempertimbangkan faktor-faktor di atas
perusahaan juga perlu mengetahui unsure apa saja yang sebenarnya juga mempengaruhi
pemilihan saluran distribusi, diantaranya:
a. Tipe perantara.
Perantara dalam kenyataannya juga melakukan beberapa macam fungsi pemasaran seperti
penyimpanan, pengangkutan, penjualan, pembelian dan sebagainya. Kalau fungsi pemasaran
yang dilakukan perantara ternyata lebih efisien disbanding dengan kalau fungsi pemasaran
dilakukan oleh produsen maka produsen yang bersangkutan biasanya memasukan perantara
kedalam saluran distribusi yang dipilihnya.
Pada dasarnya ada 3 jenis perantara yaitu :
1. Pedagang (Wholesaler) adalah perantara yang secara nyata mempunyai barang dagangan dan
melakukan fungsi pemasaran di mana barang yang di dagangkan dalam jumlah volume penjualan
yang besar sehingga pedagang besar ini biasanya hanya melayani pembelian dalam jumlah yang
banyak atau dengan kata lain tidak melayani kosumen akhir yang membeli untuk memenuhi
kebutuhan pribadinnya (atau besifat non-bisnis).

2. Pengecer (retailer) adalah perantara yang berhubungan langsung dengan konsumen akhir baik
konsumen untuk keperluan pribadi maupun konsumen industri.
Kalau digambarkan saaluran distribusi tersebut adalah sebagai berikut:


Gambar 5.3. Saluran distribusi pemasaran.
3. Agen, Agen merupakan perantara yang ketiga, agen mempunyai perbedaan baik dengan
pedagang besar mupun pengecer. Hal ini diperlihatkan pada masalah hak kepemilikan barang
yang dijualnya. Kalau pedagang besar dan pengecer memiliki hak milik pada barang yang dijual
maka kalau pada agen sebaliknya. Biarpun sebagai agen mereka bisa menjual dalam partai besar
tetapi tetap hak miliknya ada pada produsennya.
Kalau digambarkan sebagai berikut:


Gambar 5.4. Saluran distribusi yang memasukan agen dan langsung ke konsumen akhir.
b. Jumlah Perantara.
Kalau ditinjau dari jumlah perantara, ini menyangkut untuk tingkat penyebaran pasar yang
diinginkan oleh produsen.
Dengan mempertimbangkan jumlah perantara/penyalur maka produsen mempunyai 3 jenis
kebijaksanaan alternative pemakaian saluran distribusi, yaitu:

1. Distribusi Insentif.
Kebijaksanaan yang dipakai perusahaan dengan jalan memakai sebanyak mungkin penyalur atau
pengecer untuk mencapai dengan cepat kebutuhan konsumen dapat terpenuhi dengan segera.
Biasanya kebijaksanaan ini dilakukan kalau produsen menjual barang-barang konsumsi sejenis,
konvinen atau kebutuhan pokok sehari-hari.
2. Distribusi selektif.
Distribusi yang dipilih produsen dengan hanya memakai beberapa perantara saja, untuk
memudahkan pengawasan terhadap penyalur. Distribusi ini dipakai untuk memasarkan barang-
barang baru, barang spesial maupun barang industri jenis peralatan ekstra. Sehingga dalam
pemakaian saluran distribusi ini produsen berusaha memilih berapa penyalur yang benar-benar
baik dan mampu melaksanakan fungsi pemasaran.
3. Distribusi eksklusif.
Distribusi yang dipilih produsen dengan hanya memilih satu perantara saja dalam wilayah
geografis tertentu. Hal ini digunakan untuk pengawasan yang lebih intensif dan mendorong
semangat penyalur agar agresif dalam melaksanakan fungsi pemasarannya. Distribusi ini dipakai
produsen penghasil barang-barang yang relatif mahal/berat.
Karena pemasaran bukanlah ilmu pasti seperti keuangan (finance), teori Marketing mix juga
terus berkembang. Dalam perkembangannya, dikenal juga istilah 7P dimana 3P yang selanjutnya
adalah People (Orang), Physical Evidence (Bukti Fisik), Process (Proses). Penulis buku Seth
Godin, misalnya, juga menawarkan teori P baru yaitu Purple Cow.[1]
Perencanaan saluran distribusi dilakukan dengan maksud untuk memperlancar penyaluran
produk agar sampai kepada konsumen. Dengan kegiatan distribusi ini diharapkan dapat
mempermudah konsumen untuk memperoleh produk setiap saat. Kecepatan dan ketepatan dari
saluran distribusi yang dilakukan oleh perusahaan akan sangat membantu konsumen dalam
mendapatkan produk perusahaan, hal ini agar dapat menaikkan citra keberadaan produk dan
perusahaan itu sendiri.


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dalam konsep pemasaran modern banyak perusahaan yang mengacu pada bauran pemasaran di
dalam merancang program pemasarannya. Bauran pemasaran yang terdiri dari produk, harga,
promosi dan saluran distribusi mempunyai peranan yang sangat penting guna mensukseskan
program pemasaran dari suatu perusahaan. Dengan melakukan perencanaan terhadap empat
bauran pemasaran diharapkan perusahaan dapat merumuskan program pemasaran yang tepat
bagi produk yang akan ditawarkan kepada konsumen.
Perencanaan produk yang dihasilkan oleh perusahaan harus benar- benar sesuai dengan
kebutuhan konsumen. Selain itu, produk yang dihasilkan harus mencerminkan kualitas yang
baik. Hal tersebut agar sesuai dengan tujuan perusahaan yang mana produk yang dihasilkan
dapat diterima dan sesuai dengan kebutuhan konsumen dan dapat memuaskan konsumen. Karena
produk merupakan titik sentral dari kegiatan pemasaran, keberhasilan suatu perusahaan dapat
diketahui dari respon yang ditunjukkan oleh konsumen.
Pada situasi persaingan dan perubahan yang bergerak begitu cepat ini perusahaan ditekan oleh
faktor-aktor eksternal seperti perubahan teknologi, ekonomi, sosial kultural dan pasar. Di sisi
lain, secara internal perusahaan menghadapi perubahan organisasi yang tak kalah peliknya,
seperti masalah budaya perusahaan, struktur, karyawan, pemegang saham. Dalam situasi seperti
ini konsep pemasaran tidak lagi cukup hanya berbicara tentang penjualan, periklanan atau
bahkan konsep bauran pemasaran 4P (product, place, pricing, dan promotion).
Pemasaran harus dilihat sebagai suatu konsep bisnis strategi (strategic business concept). Artinya
pemasaran tidak lagi sekadar marketing as it is, melainkan harus diintegrasikan dengan strategi
perusahaan secara keseluruhan.


DAFTAR PUSTAKA

- Hermawan Kartajaya dan Philip Kotler, 2002, Rethinking Marketing; Sustainable Marketing
Enterprise in Asia. Jakarta: Prenhallindo.
- Keegan, Warren J. 1996, Manajemen Pemasaran Global: Alih Bahasa, Alexander Sindoro Jilid
1, Jakarta: Prenhallindo.
- Widyatmini,1995, Pengantar Bisnis,Cetakan ke IV edisi 1,seri,Depok,Seri Diktat Kuliah:
Gunadarma
- Gruenwald, G. 1985. Seri Pemasaran dan Promosi, Pengembangan Produk Baru, PT Alex
Media Komputindo, Jakarta
- Kotler, P. 1995. Manajemen Pemasaran; Analisa, Perencanaan, Implementasi dan
Pengendalian. Jilid I, edisi kedelapan, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
- Dan Berbagai sumber lainnya.

Anda mungkin juga menyukai