Anda di halaman 1dari 24

Case Report Session

TUMOR INTRAKRANIAL
ASTROSITOMA








Oleh :
Ervina
0810312026

Preseptor :
Prof.Dr.dr.Darwin Amir,Sp.S (K)
Dr.Syarif Indra, Sp.S




BAGIAN ILMU PENYAKIT SARAF
RSUP DR. M. DJAMIL PADANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2014
1

BAB I
TINJAUAN PUSTAKA

1.1 DEFINISI
Astrositoma merupakan neoplasa yang berasaldari sel-sel astrosit dan merupakan tipe
tumor otak yang paling banyak ditemukan pada anak-anak maupun pada orang-orang yang
berumur antara 20 sampai 40 tahun. Walaupun berkembang lambat namun bukan merupakan
tumor jinak karena kualitasdan lokasinya yang bersifat invasif didalam ruang tulang
calvarium.
1,2

1.2 EPIDEMIOLOGI
Di Amerika Serikat tumor yang ditemukan pada sistem saraf pusat (SSP) diperkirakan
sekitar 2,5% dari semua tumor, yang menyebabkan sekitar 3,9 4,4 kematian per 100.000
populasi per tahun. Kematian akibat tumor otak ini besarnya 2% dari seluruh kematian akibat
tumor, dan insiden tumor otak besarnya 7 per 100.000 penduduk per tahun.
3,4,5

Jenis tumor otak sangat beraneka ragam dari yang jinak sampai ganas. Salah satu
tumor yang mempunyai frekuensi terbesar dari semua jenis tumor di otak adalah glioma.
Insiden dari glioma besarnya 5 per 100.000 penduduk. Menurut Badan Kesehatan Dunia
(World Health Organization/WHO), terdapat tiga jenis glioma yang dapat dibedakan dari
pemeriksaan histopatologis, yaitu astrositoma, oligendroglioma, dan mixed
oligoastrositoma.
5,6,7
1.3 ETIOLOGI
Sejumlah penelitian epidemiologi belum berhasil menentukan faktor penyebab
terjadinya tumor otak, terkecuali pemaparan terhadap sinar- X. Anak-anak dengan leukemia
limfositik akut yang menerima radioterapi profilaksis pada susunan saraf pusat akan
meningkatkan resiko untuk menderita astrositoma, bahkan glioblastoma. Tumor ini juga
dihubungkan dengan makanan yang banyak mengandung senyawa nitroso (seperti nitosurea,
nitrosamine, dan lain-lain). Saat ini penelitian yang menghubungkan tumor jenis ini dengan
kerentanan genetik tertentu terus dikembangkan. Tumor ini sering dihubungkan dengan
2

berbagai sindroma seperti Li-Fraumeni Syndrome, mutasi Germline p53, Turcot Syndrome,
dan neurofibromatosis tipe 1 (NF-1).
3
1.4 KALSIFIKASI
Astrositoma merupakan jenis tumor otak yang mempunyai batasan yang jelas,
berwarna abu-abu putih,tumbuh infiltrat meluas dan merusak jaringan otak dibawahnya.
WHO membagi diagnosis derajat astrositoma menjadi 4 bagian, yaitu :
6
Derajat I : Juvenila Pilocytic Astrocytoma (JPA)
Derajat II : Low-grade Astrocytoma
Derajat III : Analplastic Astrocytoma
Derajat IV : Glioblastoma Multiforme (GBM)
Astrositoma derajat I dan II disebut sebagai astrositoma derajat rendah (ADR), dan
astrositoma derajat III dan IV disebut sebagai astrositoma derajat tinggi (ADT). Di Indonesia,
astrositoma merupakan keganasan otak tersering kedua setelah meningioma, selama periode
2003-2010.
7,8

Astrositoma, secara umum dan yang paling banyak dipakai, menurut World Health
Organization dibagi didalam beberapa tipe dan grade:
11
a. Astrositoma Pilositik (Grade I)
Tumbuh lambat dan jarang menyebar ke jaringan disekitarnya. Tumor ini biasa terjadi
pada anak-anak dan dewasa muda. Mereka dapat disembuhkan secara tuntas dan
memuaskan. Namun demikian, apabila mereka menyerang pada tempat yang sukar
dijangkau, masih dapat mengancam hidup.
11

b. Astrositoma Difusa (Grade II)
Tumbuh lambat, namun menyebar ke jaringan sekitarnya. Beberapa dapat berlanjut ke
tahap berikutnya. Kebanyakan terjadi pada dewasa muda.
11

c. Astrositoma Anaplastik (Grade III)
Sering disebut sebagai astrositoma maligna. Tumbuh dengan cepat dan menyebar ke
jaringan sekitarnya. Sel-sel tumornya terlihat berbeda dibanding dengan sel-sel yang
normal. Rata-rata pasien yang menderita tumor jenis ini berumur 41 tahun.
11

d. Gliobastoma multiforme (Grade IV)
3

Tumbuh dan menyebar secara agresif. Sel-selnya sangat berbeda dari yang normal.
Menyerang pada orang dewasa berumur antara 45 sampai 70 tahun. Tumor ini
merupakan salah satu tumor otak primer dengan prognosis yang sangat buruk.
11

1.5 PATOFISIOLOGI
Astrositoma merupakan tumor yang berpotensi tumbuh menjadi invasif, progresif,
dan menimbulkan berbagai gejala klinik. Tumor ini akan menyebabkan penekanan pada
jaringan otak sekitarnya, invasi dan destruksi pada parenkim otak. Fungsi parenkim akan
terganggu karena hipoksia arterial dan vena, terjadi kompetisi pengambilan nutrisi, pelepasan
produk metabolisme, serta adanya pengaruh pelepasan mediator radang sebagai akibat lanjut
dari hal diatas. Efek massa yang ditimbulkan, dapat menimbulkan gejala defisit neurologis
fokal berupa kelemahan suatu sisi tubuh, gangguan sensorik, parese/kelemahan nervus
kranialis atau bahkan kejang.
10

Astrositoma derajat rendah yang merupakan grade II klasifikasi WHO, akan tumbuh
lebih lambat dibandingkan dengan bentuk yang maligna. Tumor doubling time untuk
astrositoma tingkat rendah kira-kira lebih lambat dari astrositoma anaplastik (grade III
astrocytoma). Sering dibutuhkan beberapa tahun sejak munculnya gejala hingga diagnosa
astrositoma derajat rendah ditegakkan kira-kira sekitar 3,5 tahun.
10

1.6 GEJALA KLINIK
Kejang umum merupakan manifestasi utama yang seringkali dijumpai, walaupun
secara retrospektif dapat dijumpai gangguan-gangguan lain terlebih dahulu seperti kesulitan
berbicara, perubahan sensibilitas, dan gangguan penglihatan. Pada tumor low grade
astrositoma kejang-kejang dijumpai pada 80% kasus dibandingkan high grade sebesar 30%.
Jika dibandingkan dengan astrocytoma anaplastic, gejala awal berupa kejang lebih jarang
dijumpai. Gejala lainnya adalah meningginya tekanan intracranial sebagai akibat dari
pertumbuhan tumor yang dapat menimbulkan edema vasogenik. Pasien mengalami keluhan-
keluhan sakit kepala yang progresif, mual, muntah-muntah, mengantuk, dan gangguan
penglihatan. Akibat peninggian tekanan intrakranial menimbulkan hidrosefalus. Semakin
bertumbuhnya tumor gejala-gejala yang ditemukan sangat bergantung dari lokasi tumor.
Tumor supratentorial dapat menyebabkan gangguan motorik dan sensitivitas, hemianopsia,
afasia, atau kombinasi gejala-gejala. Sedangkan tumor fossa posterior dapat menimbulkan
4

kombinasi dari gejala-gejala kelumpuhan saraf kranial, disfungsi serebeler dan gangguan
kognitif.
10

1.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG
a) Foto polos cranium
Penilaian terbatas, adanya pergeseran pineal yang berkalsifikasi atau erosi dorsum
sella menunjukkan adanya massa intrakranial.
b) Computed Tomography Scan (CT- Scan)
- Astrositoma Tingkat Rendah
Dapat memperlihatkan gambaran hipodens dengan bentuk yang ireguler dan tepinya
bergerigi. Astrositoma yang lain berbentuk bulat atau oval dengan tepi yang tegas
yang dapat disertai dengan kista. Adanya tumor kistik akan lebih nyata bila ditemukan
fluid level di dalam lesi atau adanya kebocoran kontras media ke dalam tumornya.
Kalsifikasi tampak pada 81% dan efek masa tampak pada 50%. Enhancement terlihat
pada 50%, biasanya merata dan tidak tajam.
11
- Astrositoma Anaplastik
CT polos, tampak sebagai gambaran hipodens atau densitas campuran yang
heterogen. Enhancement media kontras tampak pada 78%, dapat berupa gambaran
lesi yang homogen, noduler atau pola cincin yang kompleks.
11

- Glioblastoma multiforme
Tampak gambaran yang tidak homogen, sebagian massa hipodens, sebagian hiperdens
dan terdapat gambaran nekrosis sentral. Tampak penyangatan pada tepi lesi sehingga
memberikan gambaran seperti cincin dengan dinding yang tidak teratur.
10

c) Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Pada MRI penampakan tumor pada potongan axial dan sagital ialah metode pilihan
pada kasus-kasus curiga astrositoma. MRI memberikan garis batas tumor lebih akurat
dibandingkan dengan CT Scan, dan MRI Scan yang teratur dapat dilakukan sebagai kontrol
pasca penatalaksanaan. Dengan CT Scan, Astrositoma biasanya terlihat sebagai daerah
dengan peningkatan densitas dan menunjukkan peningkatan setelah penginfusan dari bahan
kontras. Pergeseran struktur-struktur garis tengah dan penipisan daripada dinding ventrikel
lateralis di sisi tumor dapat terlihat.
11

5

1.8 PENATALAKSANAAN
1. Konservatif
Biasanya, astrositoma anaplastik ditangani dengan operasi, radioterapi, dan temozolomide
adjuvan. Beberapa praktisi menambahkan temozolomide secara bersamaan, meskipun
tidak ada data dari percobaan terkontrol yang ada untuk mendukung temozolomide
bersamaan.
12,13

Astrositoma anaplastik biasanya lebih responsif terhadap kemoterapi dibandingkan
glioblastoma. Untuk astrositoma anaplastik berulang yang sebelumnya diobati dengan
nitrosoureas, temozolomide menunjukkan tingkat respons 35% dan dibandingkan dengan
terapi dengan tingkat respon yang lebih rendah, temozolomide memberikan peningkatan
harapan hidup 6-bulan ( 31% 46%).
12

Pasien dengan astrositoma dan riwayat kejang harus menerima terapi antikonvulsan
dengan monitoring konsentrasi obat dalam aliran darah. Penggunaan antikonvulsan
profilaksis pada pasien astrositoma tanpa riwayat kejang telah dilaporkan tetapi masih
kontroversial.
12

Penggunaan kortikosteroid, seperti deksametason, dapat mempercepat pengurangan
efek massa tumor pada kebanyakan pasien sekunder. Profilaksis untuk ulkus gastrointestinal
pemberian resep harus bersamaan dengan kortikosteroid.
12

2. Operatif
Peran dari operasi pada pasien dengan astrositoma adalah untuk mengangkat tumor
dan untuk menyediakan jaringan untuk diagnosis histologis, memungkinkan menyesuaikan
terapi adjuvan dan prognosis.
12

1.9 KOMPLIKASI
Meskipun cedera neurologis (berpotensi merugikan) dan kemungkinan kematian tetap
ada, tindakan bedah untuk astrositoma tetap harus dipertimbangkan untuk mengurangi massa
tumor dan untuk menghindari cedera saraf permanen. Defisit neurologis sementara karena
peradanganan lokal atau luka mungkin terjadi, tetapi sering membaik setelah fisioterapi dan
rehabilitasi.
12

6

1.10 PROGNOSIS
Harapan hidup setelah tindakan operatif dan radioterapi dapat menguntungkan bagi
astrositoma grade rendah. Bagi pasien yang menjalani operasi, prognosis tergantung pada
perkembangan neoplasma, apakah berkembang menjadi lesi yang lebih ganas atau tidak.
Untuk lesi grade rendah, waktu harapan hidup setelah tindakan bedah dirata-ratakan mncapai
6-8 tahun.
12

Dalam kasus astrositoma anaplastik, perbaikan keadaan umum atau stabilisasi dapat
ditentukan setelah reseksi bedah dan radioerapi, dan rata-rata 60 80% pasien dapat
melanjutkan hidupnya dengan optimal. Faktor-faktor seperti semangat hidup, status
fungsional, tingkat pembedahan, dan radioterapi yang memadai juga mempengaruhi harapan
hidup pasca operasi.
12

Laporan terakhir menunjukkan bahwa radioterapi tumor yang direseksi tidak
sempurna meningkatkan 5 tahun harapan hidup pasca operasi 0-25% untuk tingkat rendah
astrocytomas dan 2-16% untuk astrositomas anaplastik. Selanjutnya tingkat harapan hidup
rata-rata pasien dengan astrositoma anaplastik yang menjalani reseksi dan radioterapi telah
dilaporkan dua kali lipat lebih baik dari pasien yang hanya menerima terapi operatif tanpa
radioterapi (2,2 5 tahun).
12










7

BAB II
ILUSTRASI KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn.Rio Afriko
Umur : 31 Tahun
Pekerjaan : Sopir
Status perkawinan : Menikah
Alamat : Lapai salo, Padang
Agama : Islam
No MR : 86.17.64

ANAMNESIS
Seorang pasien laki-laki berumur 31 tahun dating ke IGD RSUP DR.M Djamil
Padang pada tanggal 10 Maret 2014 dengan :

- Keluhan Utama :
Penurunan kesadaran

- Riwayat Penyakit Sekarang :
Penurunan kesadaran sejak 2 bulan yang lalu, penurunan kesadaran terjadi
berangsur-angsur,sebelumnya pasien terlihat acuh tak acuh dan meracau, sekarang
pasien terlihat tampak mengantuk, pasien masih merespon dan membuka mata
saat dipanggil oleh keluarga.

Riwayat Penyakit Dahulu :
Kejang sejak 6 bulan yang lalu kejang dimulai dari sisi tubuh kanan, wajah menoleh
ke kanan diikuti kejang seluruh tubuh. Kejang dengan pola kelojatan, lama kejang 2
menit, saat kejang dan setelah kejang pasien tidak sadar, kejang terjadi 2 kali, kejang
ke dua timbul 2 bulang yang lalu dengaan pola yang sama.
Nyeri kepala dirasakan sejak 8 bulan yang lalu, nyeri semakin memberat sejak 2 bulan
terakhir nyeri dirasakan di bagian puncak kepala, nyeri terasa seperti ditekan kadang
disertai dengan muntah terutama pagi hari.
8

Lemah sisi tubuh sebelah kanan sejak 4 bulan yang lalu, yang terjadi berangsur-
angsur dimana sebelumnya os bsa menyeret tungkai kanan, namun sejak 2 bulan
terakhir os harus dipapah saat berjalan.
Pasien mudah melupakan hal-hal yang baru terjadi, mudah marah dan gampang
tersinggung sejak 4 bulan yang lalu.
Mulut mencong ke kiri dan bicara pelo sejak 4 bulan yang lalu.
Riwayat trauma tidak ada
Riwayat batuk-batuk lama tidak ada
Riwayat infeksi telinga, hidung dan gigi tidak ada
Riwayat keganasan tidak ada
Riwayat kejang sebelumnya tidak ada
Tidak pernah menderita sakit seperti ini sebelumnya.

Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada anggota keluarga yang sakit seperti ini
Tidak ada anggota keluarga yang menderita tumor atau keganasan

Riwayat Pekerjaan, Sosial Ekonomi dan Kebiasaan :
Pasien seorang supir, menggunakan tato, pasien berasal dari keluarga menengah
kebawah, aktivitas fisik kurang.
Pasien merokok sejak 10 tahun yang lalu 2 bungkus / hari.
PEMERIKSAAN FISIK (pemeriksaan tanggal 15 Maret 2014)
- Status Generalis :
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Somnolen (E3M5V4)
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 91x /menit
Nafas : 20x /menit
Suhu : 36,8
o
C

Status Internus :
KGB : Leher, aksila dan inguinal tidak membesar
Leher : JVP 5-2 CmH20
9

Thorak :
Paru Inspeksi :simetris kiri dan kanan
Palpasi : fremitus normal kiri sama dengan kanan
Perkusi :sonor
Auskultasi :vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-.
Jantung:
Inspeksi : iktus tidak terlihat
Palpasi : iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V
Perkusi : batas-batas jantung dalam batas normal
Auskultasi :irama teratur, bising (-)
Abdomen :
Inspeksi : Tidak tampak membuncit
Palpasi : Hepar dan lien tidak teraba, ballotement (-)
Perkusi :Timpani
Auskultasi :Bising usus (+) Normal
Corpus Vertebrae :
Inspeksi :Deformitas (-), Gibbus (-), Tanda radang (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-), nyeri ketok (-)
Status Neurologis :
GCS 14 : E3 M5 V4
Tanda rangsangan meningeal :
- Kaku kuduk (-)
- Brudzinsky I (-)
- Brudzinsky II (-)
- Kernig (-)

Tanda peningkatan tekanan intrakranial :
- muntah proyektil (+)
- sakit kepala progresif (+)
- funduskopi : papil edem (+)
10


Nn Kranialis :
Nervus I : Penciuman baik
Nervus II : Penglihatan baik
Nervus III, IV, VI: Bola mata bebas bergerak ke segala arah, pupil isokor, diameter
3mm/3mm, RC +/+
Nervus V : Mengunyah baik, sensorik baik
Nervus VII :Bisa menutup mata, mengerutkan dahi, mencibir (-), bersiul (-), dan
perasaan 2/3 lidah depan normal, plika nasolabialis kanan datar
Nervus VIII : Reflek occuloauditorik baik
Nervus IX : Perasaan 1/3 belakang lidah baik
Nervus X : Bisa menelan
Nervus XI : menoleh dan mengangkat bahu kiri dan kanan baik
Nervus XII : lidah bisa dikeluarkan, tidak ada deviasi, tremor (-)
Motorik :
Ekstremitas superior kanan kiri
Tonus eutonus eutonus
Kekuatan 222 555
Trofi eutrofi eutrofi
Ekstremitas inferior
Tonus eutonus eutonus
Kekuatan 222 555
Trofi eutrofi eutrofiSensorik
Eksteroseptif : rasa raba baik
Proprioseptif : rasa getar dan posisi baik
Fungsi otonom : BAK dan BAB normal
Reflek fisiologis :
Reflek biceps ++/++
Reflek triceps ++/++
Reflek KPR ++/++
Reflek APR ++/++
Reflek patologis :
Reflek Hoffman Trommer -/-
Reflek Babinsky Group -/-
11

Pemeriksaan Laboratorium (10 Maret 2014)
Hemoglobin : 15,1 g/dL
Hematokrit : 46 %
Leukosit : 12.400 /mm
3

Trombosit : 288.000/mm
3

Kalsium : 122 mmol/L
Kalium : 3,0 mmol/L
Natrium : 157 mmol/L
GDS : 141 mg/dL
Ureum : 50 mg/dL
Kreatinin : 1,3 mg/dL

Diagnosis Kerja :
Diagnosis Klinis :Penurunan Kesadaran + Hemiparesis dextra + parese N.VII
tipe sentral
Diagnosis Topik :Lobus frontal sinistra
Diagnosis Etiologi :SOL intrakranial (susp Astrositoma)
Diagosis Sekunder :Hipokalemia

Terapi
Umum :
Elevasi kepala 30
0

O2 3 lirer/ menit
NGT, diet MC 6x300cc / hari
IVFD NaCl 0,9 % 12 jam / kolf
Pasang kateter, Balance cairan
Khusus :
Dexametason 4x10 mg (iv) tapp off
Ranitidine 2x10 mg (iv)
Fenitoin 3x100 mg (PO)
As.Folat 2x 5 mg (PO)
KSR 2x600 mg (PO)


12

Rencana Pemeriksaan Tambahan :
Brain CT-Scan dengan kontras
PROGNOSIS

- Quo ad vitam : Dubia at malam
- Quo ad sanam : Dubia at malam
- Quo ad functional : Dubia at malam

Follow Up
11 Maret 2014
Subjektif:
Buka mata spontan (+)
kontak inadekuat
lemah anggota gerak kanan
Objektif:
Keadaan umum : sedang
Kesadaran : apatis
Tekanan darah : 130/70
Frekuensi nadi : 84x/ menit
Frekuensi nafas : 23x/menit
Suhu : 36,5
o
C
Status Internikus : dalam batas normal
Status Neurologikus :
GCS : 13 (E
4
M
5
V
4
)
Tanda rangsangan meningeal : ( - )
Tanda peningkatan TIK : ( + )
Papil edem (+)
Nervus cranial : RC +/+, RK +/+, pupil 3mm/3mm, R.muntah (+)
Motorik : lateralisasi kekanan
Sensorik : respon (+) terhadap rangsangan nyeri
Otonom :dalam batas normal
Refleks fisiologis : ++ ++
++ ++
Refleks patologis : -/-
13


A / SOL intracranial susp astrositoma
P / Brain CT-Scan dengan kontras
Cek ulang Elektrolit

Terapi :
Umum :
Elevasi kepala 30
0

O2 3 lirer/ menit
NGT, diet MC 6x300cc / hari
IVFD NaCl 0,9 % 12 jam / kolf
Pasang kateter, Balance cairan
Khusus :
Dexametason 4x10 mg (iv) tapp off
Ranitidine 2x10 mg (iv)
Fenitoin 3x100 mg (PO)
As.Folat 2x 5 mg (PO)
KSR 2x600 mg (PO)

12 Maret 2014
Subjektif:
Buka mata spontan (+)
kontak inadekuat
lemah anggota gerak kanan
Objektif:
Keadaan umum : sedang
Kesadaran : apatis
Tekanan darah : 130/70
Frekuensi nadi : 103x/ menit
Frekuensi nafas : 25x/menit
Suhu : 38,5
o
C
Status Internikus : dalam batas normal
Status Neurologikus :
GCS : 13 (E
4
M
5
V
4
)
14

Tanda rangsangan meningeal : ( - )
Tanda peningkatan TIK : ( + )
Papil edem (+)
Nervus cranial : RC +/+, RK +/+, pupil 3mm/3mm, R.muntah (+)
Motorik : lateralisasi kekanan
Sensorik : respon (+) terhadap rangsangan nyeri
Otonom :dalam batas normal
Refleks fisiologis : ++ ++
++ ++
Refleks patologis : -/-
A / SOL intracranial susp astrositoma
P / Brain CT-Scan dengan kontras
Cek ulang Elektrolit

Terapi :
Umum :
Elevasi kepala 30
0

O2 3 lirer/ menit
NGT, diet MC 6x300cc / hari
IVFD NaCl 0,9 % 12 jam / kolf
Pasang kateter, Balance cairan
Khusus :
Dexametason 4x10 mg (iv) tapp off
Ranitidine 2x10 mg (iv)
Fenitoin 3x100 mg (PO)
As.Folat 2x 5 mg (PO)
KSR 2x600 mg (PO)
Paracetamol 3x 500mg (PO)

13 Maret 2014
Subjektif:
Penurunan kesadaran
Objektif:
Keadaan umum : berat
15

Kesadaran : suporos
Tekanan darah : 160/90
Frekuensi nadi : 102x/ menit
Frekuensi nafas : 24x/menit
Suhu : 37
o
C
Status Internikus : dalam batas normal
Status Neurologikus :
GCS : 9 (E
2
M
5
V
2
)
Tanda rangsangan meningeal : ( - )
Tanda peningkatan TIK : ( + )
Papil edem (+)
Nervus cranial : RC +/+, RK +/+, pupil 3mm/3mm, R.muntah (+)
Motorik : lateralisasi kekanan
Sensorik : respon (+) terhadap rangsangan nyeri
Otonom :dalam batas normal
Refleks fisiologis : ++ ++
++ ++
Refleks patologis : -/-
Lab : Na : 157
K : 3,7
Cl : 127
Ur : 71
Kr : 1
Brain CT-Scan + kontras :

16

CT-Scan kepala brain windowpotongan axial dengan kontras IV hasil sbb :
Tampak lesi iso-hiperdens heterogen batas tegas yang menyangat inhomogen paska
pemberian kontras, ukuran 2x3x3cm di parietal kiri, berdekatan dengan falx cerebri,
disertai perifokal edema berbentuk finger like di lobus parietal kiri.
K/ Tumor intra axial lobus parietal kiri sus.astrositoma
A / SOL intracranial susp astrositoma
P / Cek ulang Elektrolit

Terapi :
Umum :
Elevasi kepala 30
0

O2 3 lirer/ menit
NGT, diet MC 6x300cc / hari
IVFD NaCl 0,45 % 8 jam / kolf
Pasang kateter, Balance cairan
Khusus :
Dexametason 4x10 mg (iv) tapp off
Ranitidine 2x10 mg (iv)
Fenitoin 3x100 mg (PO)
As.Folat 2x 5 mg (PO)
KSR 2x600 mg (PO)
Paracetamol 3x 500mg (PO)

14 Maret 2014
Subjektif:
Penurunan kesadaran
Objektif:
Keadaan umum : berat
Kesadaran : suporos
Tekanan darah : 150/90
Frekuensi nadi : 92x/ menit
Frekuensi nafas : 24x/menit
Suhu : 36,7
o
C

17

Status Internikus : dalam batas normal
Status Neurologikus :
GCS : 9 (E
2
M
5
V
2
)
Tanda rangsangan meningeal : ( - )
Tanda peningkatan TIK : ( + )
Papil edem (+)
Nervus cranial : RC +/+, RK +/+, pupil 3mm/3mm, R.muntah (+)
Motorik : lateralisasi kekanan
Sensorik : respon (+) terhadap rangsangan nyeri
Otonom :dalam batas normal
Refleks fisiologis : ++ ++
++ ++
Refleks patologis : -/-
A / SOL intracranial susp astrositoma
P / Cek ulang Elektrolit

Terapi :
Umum :
Elevasi kepala 30
0

O2 3 lirer/ menit
NGT, diet MC 6x300cc / hari
IVFD NaCl 0,45 % 8 jam / kolf
Pasang kateter, Balance cairan
Khusus :
Dexametason 4x10 mg (iv) tapp off
Ranitidine 2x10 mg (iv)
Fenitoin 3x100 mg (PO)
As.Folat 2x 5 mg (PO)
KSR 2x600 mg (PO)
Paracetamol 3x 500mg (PO)




18

15 Maret 2014
Subjektif:
Buka mata spontan (+)
kontak inadekuat
lemah anggota gerak kanan
Objektif:
Keadaan umum : sedang
Kesadaran : apatis
Tekanan darah : 130/80
Frekuensi nadi : 93x/ menit
Frekuensi nafas : 22x/menit
Suhu : 36,8
o
C
Status Internikus : dalam batas normal
Status Neurologikus :
GCS : 13 (E
4
M
5
V
4
)
Tanda rangsangan meningeal : ( - )
Tanda peningkatan TIK : ( + )
Papil edem (+)
Nervus cranial : RC +/+, RK +/+, pupil 3mm/3mm, R.muntah (+)
Motorik : lateralisasi kekanan
Sensorik : respon (+) terhadap rangsangan nyeri
Otonom :dalam batas normal
Refleks fisiologis : ++ ++
++ ++
Refleks patologis : -/-
A / SOL intracranial susp astrositoma
P / Cek ulang Elektrolit

Terapi :
Umum :
Elevasi kepala 30
0

O2 3 lirer/ menit
NGT, diet MC 6x300cc / hari
IVFD NaCl 0,9 % 8 jam / kolf
19

Pasang kateter, Balance cairan
Khusus :
Dexametason 4x10 mg (iv) tapp off
Ranitidine 2x10 mg (iv)
Fenitoin 3x100 mg (PO)
As.Folat 2x 5 mg (PO)
KSR 2x600 mg (PO)



























20

BAB III
DISKUSI
Telah dilaporkan seorang pasien laki-laki berumur 31 tahun dengan diagnosis klinik
penurunan kesadaran + hemiparese dextra ec sus astrositoma. Diagnosa ditegakan
berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik. Dari anamnesa yaitu Penurunan kesadaran
sejak 2 bulan yang lalu, terjadi berangsur-angsur, pasien terlihat tampak mengantuk, pasien
masih merespon dan membuka mata saat dipanggil. Keluhan disertai dengan mulut mencong.
Nyeri kepala yang semakin memberat sejak 2 bulan terakhir, nyeri dirasakan di bagian
puncak kepala, nyeri terasa seperti ditekan kadang disertai dengan muntah terutama pagi hari.
Lemah sisi tubuh sebelah kanan, disertai bicara pelo terjadi berangsur-angsur. Kejang ada,
kejang dimulai dari sisi tubuh kanan, wajah menoleh ke kanan diikuti kejang seluruh tubuh.
Kejang dengan pola kelojatan, lama kejang 2 menit, saat kejang dan setelah kejang pasien
tidak sadar. Pasien mudah melupakan hal-hal yang baru terjadi, mudah marah dan gampang
tersinggung.
Gejala diatas sesuai dengan gejala astrositoma yaitu gejala awal berupa kejang, gejala
lainnya adalah meningginya tekanan intracranial sebagai akibat dari pertumbuhan tumor yang
dapat menimbulkan edema vasogenik. Pasien mengalami keluhan-keluhan sakit kepala yang
progresif, mual, muntah-muntah, mengantuk, dan gangguan penglihatan. Akibat peninggian
tekanan intrakranial menimbulkan hidrosefalus.
Dari pemeriksaan fisik ditemukan GCS 13 : E4 M5 V4, Tanda peningkatan tekanan
intrakranial ada : muntah proyektil (+), sakit kepala progresif (+), funduskopi : papil edem
(+),Motorik : 222 555 / 222 555. Berdasarkan gejala dan tanda klinis tersebut pasien ini
didiagnosa sebagai SOL intracranial ec astrositoma.
Untuk memastikan diagnosis perlu dilakukan pemeriksaan penunjang yaitu foto polos
dan CT-Scan sebagai standar untuk menegakkan diagnosis. Dari hasil CT-Scan pada pasien
ini yaitu Tampak lesi iso-hiperdens heterogen batas tegas yang menyangat inhomogen paska
pemberian kontras, ukuran 2x3x3cm di parietal kiri. Kesan Tumor intra axial lobus parietal
kiri sus.astrositoma.
Penatalaksanaan pasien ini adalah, terapi umum yaitu elevasi kepala 30
0
, O2 3 lirer/
menit, NGT, diet MC 6x300cc / hari, IVFD NaCl 0,9 % 8 jam / kolf, pasang kateter balance
cairan, dan terapi khusus yaitu dexametason 4x10 mg (iv) tapp off, ranitidine 2x10 mg (iv),
Fenitoin 3x100 mg (PO), As.Folat 2x 5 mg (PO), KSR 2x600 mg (PO).
21

BAB IV
KESIMPULAN
Astrositoma merupakan neoplasa yang berasaldari sel-sel astrosit dan merupakan tipe
tumor otak yang paling banyak ditemukan pada anak-anak maupun pada orang-orang yang
berumur antara 20 sampai 40 tahun. Walaupun berkembang lambat namun bukan merupakan
tumor jinak karena kualitasdan lokasinya yang bersifat invasif didalam ruang tulang
calvarium.
1,2

Di Amerika Serikat tumor yang ditemukan pada sistem saraf pusat (SSP) diperkirakan
sekitar 2,5% dari semua tumor, yang menyebabkan sekitar 3,9 4,4 kematian per 100.000
populasi per tahun. Kematian akibat tumor otak ini besarnya 2% dari seluruh kematian akibat
tumor, dan insiden tumor otak besarnya 7 per 100.000 penduduk per tahun.
3,4,5
Gejala awalastrositoma berupa kejang, gejala lainnya adalah meningginya tekanan
intracranial sebagai akibat dari pertumbuhan tumor yang dapat menimbulkan edema
vasogenik. Pasien mengalami keluhan-keluhan sakit kepala yang progresif, mual, muntah-
muntah, mengantuk, dan gangguan penglihatan. Akibat peninggian tekanan intrakranial
menimbulkan hidrosefalus.
Pemeriksaan penunjang pada astrositoma dalah dengan 1)Foto polos cranium, namun
penilaiannya terbatas, dan yang terlihat dari foto polos adalah adanya pergeseran pineal yang
berkalsifikasi atau erosi dorsum sella menunjukkan adanya massa intrakranial. 2) Computed
Tomography Scan (CT- Scan), 3) Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Penatalaksanaan pada astrositoma meliputi penatalaksanaan 1) konservatif, yaitu
kemotrapi, radiotrapi, dan medikamentosa. 2) Operatif.





22

DAFTAR PUSTAKA
1. Kleihus P, Cavenee Webster K,. Phatolohy and Genetics of Tumours of the Nervous
System. International Agency for Research on Cancer (IARC) World health
Organization. International Sosiety of Neuropathology (ISN). Lyon. 1997. Hal 1-34
2. Kleihus P. Burger PC, Scheithauer. Histological typing of tumours of the Central
nerbus system. WHO Histological clasification of tumour. Second edition. Springer-
Verlag, Berlin Heidelber.1993. Hal 1-20.
3. Japardi Iskandar. Astrositoma : insidens dan pengobataan. Jurnal Kedokteran Trisakti.
No.3/Vol.22/September-desember 2003 : 110-5.
4. Sabiston C,David. 1994. Buku Ajar Bedah, ed.2. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran
EGC : hal 504.
5. Adam and Victors, Intracranial Neoplasms and Paraneoplastic Disorders in Manual of
Neurology. ed.7. McGraw Hill, New York, 2002 : hal 258-263.
6. Capodano AM. Nervous system : Astrocytic tumors. Atlas Genet Cytogenet Oncol
Haematol. November 2000. Availaible from
http://atlasgeneticsoncology.org/Tumors/AstrocytID5007.html . di akses tanggal 13
Maret 2014.
7. Anonym. Astrositoma. Available from http://e-infomu.com/berita-129-
astrositoma.html . di akses tanggal 13 Maret 2014.
8. M.L. Grunnet M.D. Cerebellar Astrocytoma. Synopsis. Available from
http://esynopsis.uchc.edu/eatlas/cns/1764.htm di akses tanggal 13 Maret 2014.
9. Robins, Kumar, Cotran. Buku Ajar Patologi. Volume 2. Edisi 7. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC; 2002 hal. 928-30.
10. Price A. Sylvia, Wilson M. Lorraine. Patofisiologi. Volume 2. Edisi 6. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2005 hal. 1184.
11. Taufik Maulana. Kumpulan Makalah Kedokteran. Astrositoma. [online]. Available
from
URL:http://kumpulanmakalahkedokteran.blogspot.com/2010/04/astrositoma_16.html
. di akses tanggal 13 Maret 2014.
12. Kennedy Benjamin. Astrocytoma. [online] 2011. Available from URL:
http://emedicine.medscape.com/article/283453-overview . di akses tanggal 13 Maret
2014.
23


13. Fauci A BE, Kesper D, Hauser S, Longo D, Jameson J, Loscalzo J. Harrisons Manual
of Medicine. New York.2009. Mc Graw Hill. p 1031-5

Anda mungkin juga menyukai