Anda di halaman 1dari 18

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan
1. Pengertian Filsafat
Kata Filsafat berasal dari bahasa Inggris dan Bahasa Yunani. Dalam Bahasa Inggris yaitu
Philosophy, sedangkan dalam bahasa Yunani Philein atau Philos dan sofein atau sophi. Adapula
yang mengatakan bahwa filsafat berasal dari bahsa Arab, yaitu Falsafah, yang artinya al-hikmah.
Philos artinya cinta, sedangkan Sophia, artinya kebijaksanaan. Dengan demikian, filsafat dapat
diartikan kebijaksanaan atau al-hikamah. Orang yang mencintai atau encari kebijaksanaan atau
kebenaran disebut dengan filsuf. Mencari kebenaran dengan pendekatan Filosofis yang radikal
dan kontemplatif, yaitu mencari kebenaran hingga ke akar-akarnya yang dilakukan secara
mendalam.
Berikut beberapa definisi mengenai Filsafat :
a. Filsafat adalah proses pencarian kebenaran dengan cara menelusuri hakikat dan sumber
kebenaran secara sistematis, logis, kritis, rasional dan spekulatif. Alat yang digunakan untuk
mencari kebenaran adalah akal yang merupakan sumber utama dalam berfikir. Dengan demikian,
kebenaran filosofis adalah kebenaran berfikir yang rasional, logis, sistematis, kritis, radikal, dan
universal.
b. Filsafat adalah pengetahuan tentang cara berfikir terhadap segala sesuatu atau sarwa sekalian
alam. Artinya, materi pembicaraan filsafat adalah segala hal yang menyangkut keseluruhan yang
bersifat universal. Dengan demikian, pencarian kebenaran filosofis tidak pernah berujung dengan
kepuasan dan tidak mengenal pemutlakan kebanaran. Bahkan untuk suatu yang sudah dianggap
benar pun, kebenarannya masih diragukan. Dikatakan tidak mengenal kata puas karena
kebenaran akan mengikuti situasi dan kondisi alam pikiran manusia yang hasu dengan
pengetahuan.
c. Filsafat adalah pengembaraan alam piker manusia yang tidak mengenal kenyang dengan ilmu
pengahuan dan kebenaran yang hakiki
d. Filsafat adalah pencarian kebenaran dengan cara berfikir sistematis yang dilakukan secara teratur
mengikuti Sistem yang berlaku sehingga tahapan-tahapannya mudah diikuti. Berfikir sistematis
senantiasa mengikuti aturan logika yang benar normatif, artinya cara berfikir yang mengikuti
premis-premis tertentu.
e. Pengertian formal dari filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan
dan sikap dijunjung tinggi. Suatu sikap falsafi yang benar adalah sikap yang kritis dan mencari
kebenaran tanpa batas.
f. Filsafat adalah seni kritik dengan tidak membatasi diri pada destruksi pemikiran tentang
kebenaran, Franz Magnis Suseno menegaskan bahwa kritis dalam filsafat adalah kritis dalam arti
bahwa filsafat tidak pernah merasa puas diri, artinya tidak pernah menganggap sesuatu telah
selesai.
g. Filsafat adalah pengetahuan metodis, sistematis, dan koheren tentang seluruh kenyataan
(realitas). Filsafat merupakan refleksi rasional atas keseluruhan realitas untuk mencapai haikat
(kebenaran) dan memperoleh hikmat (kebijaksanaan)
h. Al-Kindi (801-873 M) menyebutkan bahwa filsafat adalah kegiatan manusia tingkat tertinggi
yang merupkan pengetahuan yang benar mengenai hakikat segala yang ada bagi manusia. Bagian
filsafat yang paling mulia adalah pengetahuan kebenaran pertama yang merupakan sebab dari
segala kebenaran.
i. Filsafat adalah pencarian kebenran tanpa mengenal batas dengan menggunakan rasio secara
sistematis dan radikal yang diawali keraguan atas segala sesuatu.
j. Objek material filsafat adalah segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada yang dipikirkan
secara kontemplatif pada problematika yang tidak dapat dijangkau oleh pendekatan empiris dan
observatif yang biasa berada dalam sains.
Segala Sesuatu yang ada adalah yang keberadaannya pasti, artinya ada dengan sendirinya dan
keberadaannya tidak disebabkan oleh kemungkinan lain yang disebut wajib ada. Ada yang wajib
ada, keberadaannya tidak disebabkan oleh keberadaan lain. Adapun yang mungkin ada,
keberadaannya bergantung pada berbagai kemungkinan.
Pada dasarnya realitas terdiri atas dua hal yaitu :
a. Kenyataan yang disepakati (agreement reality), yaitu segala sesuatu yang dianggap nyata
karena itu kita mengatakan sebagai kenyataan
b. Kenyataan yang didasarkan pada pengalaman (experimental reality), yaitu pengalaman manusia.
Berdasakan dua realita tersebut, pengetahuan dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Pengetahuan yangdiperoleh melalui persetujuan
b. Pengetahuan yang diperoleh melalui pengetahuan langsung atau observasi
Manfaat Filsafat dalam kehidupan adalah :
a. Dasar dalam bertindak
b. Dasar dalam mengambil keputusan
c. Mengurangi salah paham dan konflik
d. Bersiap siaga menghadapi situasi dunia yang selalu berubah
e. Mendalami konsep yang sudah baku dengan melihat substansinya
f. Merumuskan teori atau kerangka pemikiran
g. Membangun paham-paham yang mengideologis
h. Membangun sikap saling menghargai pendapat satu sama lain dan tidak truth claim
i. Mengembangkan pemahaman berbagai persoalan
Perbedaan filsafat dengan Ilmu adalah :
a. Ilmu tertentu menyelidiki bidang-bidang yang terbatas sedangkan filsafat mencoba melayani
seluruh manusia dan lebih bersifat inklusif
b. Ilmu lebih analitik dan desskriptif, sedangkan filsafat lebih sintetik dan sinoptik
c. Ilmu menganalisis seluruh unsur yang menjadi bagian-bagiannya sedangkan filsafat berusaha
untuk mengembangkan benda-benda dalam sintesis yang interpretative
d. Ilmu berusaha untuk menghilangkan faktor-faktor pribadi sedangkan filsafat lebih
mementingkan personalitas, nilai-nilai dan pengalaman
e. Ilmu lebih menekankan kebenaran logis dan obyektif sedangkan filsafat bersifat radikal dan
subjektif.

2. Pengertian Filsafat Pendidikan
a. Filsafat pendidikan adalah pengetahuan yang menyelidiki substansi pelaksanaan pendidikan
yang berkaitan dengan tujuan, latar belakang, hasil dan hakikat ilmu pendidikan yang
berhubungan dengan analisis kritis terhadap struktur dan kegunaannya
b. Filsafat pendidikan adalah pengetahuan yang memikirkan hakikat pendidikan secara
komprehensif dan kontemplatif tentang sumber, seluk beluk pendidikan, fungsi dan tujuan
pendidikan
c. Filsafat pendidikan adalah pengetahuan yang mengkaji proses pendidikan dan teori-teori
pendidikan
d. Filsafat pendidikan mengkaji hakikat guru dan anak didik dalam proses pembelajaran dikelas
dan diluar kelas
e. Filsafat pendidikan mengkaji strategi pembelajaran Alternatif




3. Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan
a. Pendidik
Para pendidik adalah guru orang tua, tokoh masyarakat dan siapa saja yang memfungsikan
dirinya untuk mendidik. Siapa saja dapat menjadi pendidik dan melakukan upaya untuk
mendidik secara formal maupun nonformal. Para pendidik haruslah orang yang patut diteladani.
Orang yang membina, mengarahkan dan menuntun dan mengembangkan minat serta bakat anak
didik, agar tujuan pendidikan tercapai dengan baik. Para pendidik adalah subjek yang
melaksanakan pendidikan.
b. Murid atau Anak didik
Anak didik secara filosofis merupakan objek para pendidik Dalam melakukan tindakan yang
bersifat mendidik. Dikaji dari beberapa segi, seperti usia, kondisi ekonomi, minat dan bakat,
serta tingkat intelegensinya. Anak didik merupakan subjek pendidikan, yaitu yaitu orang yang
menjalankan dan mengamalkan materi pendidikan yang diberikan oleh pendidik. Agar
pendidikan dapat berhasil dengan sebaik-baiknya, jalan pendidikan yang ditempuh harus sesuai
dengan perkembangan anak didik.
c. Materi Pendidikan
Materi pendidikan yaitu bahan-bahan atau pengalaman-pengalaman belajar yang disusun
sedemikian rupa (dengan susunannya yang lazim dan logis) untuk disajikan atau disampaikan
kepada anak didik.
d. Perbuatan mendidik
Perbuatan mendidik adalah seluruh kegiatan, tindakan, perbuatan, dan sikap yang dilakukan oleh
pendidikan sewaktu menghadapi atau mengasuh anak didiknya yang disebut dengan tahzib.
Mendidik artinya meningkatkan pemahaman anak didik tentang kehidupan, mendalami
pemahaman terhadap ilmu pengetahuan dan manfaatnya untuk diterapkan dalam kehidupan
nyata dan sebagai pandangan hidup.

e. Evaluasi dan tujuan pendidikan
Evaluasi yaitu siste penilaian yang diterapkan kepada anak didik, untuk mengetahui keberhasilan
pendidikan yang dilaksanakan. Evaluasi sangat bergantung pada tujuan pendidikan. Jika
tujuannya membentuk siswa yang kreatif, cerdas, beriman, dan takwa, Sistem evaluasi yang
dioperasionalkan harus mengarah pada tujuan yang dimaksudkan.
f. Alat-alat Pendidikan dan Lingkungan Pendidikan
Alat dan lingkungan pendidikan merupakan fasilitas yang digunakan untuk mendukung
terlaksananya pendidikan.

Tujuan dipelajari filsafat pendidikan, yaitu menciptakan manusia yang beriman dan
bertakwa. Adapun kegunaan filsafat pendidikan yaitu :
a. Menambah wawasan keilmuan yang berkaitan eksistensi Tuhan dan seluruh ciptaan-Nya kepada
anak didik.
b. Menguatkan iman dan memperkaya pandangan anak didik tentang ajaran-ajaran agama yang
menjadi sumber kehidupan manusia dan sumber pengetahuan.
c. Memperluas penafsiran dan memperdalam pemaknaan berbagai hal yang menyangkut ilmu
pengetahuan
d. Meyakinkan anak didik bahwa norma-norma kependidikan ditujukan untuk kemaslahatan
e. Memberikan ketarampilan hidup yang fungsional
f. Mencerdaskan anak didik
g. Membentuk akhlak yang mulia
h. Membentuk manusia yang memiliki kepedulian sosial, menegakan amar maruf nahi munkar
i. Mengembangkan lembaga pendiikan
j. Mengkaji dan merumuskan teori yang berkaitan dengan pendidikan
k. Mengkaji

4. Dorongan Sejarah Filsafat Yunani terhadap Filsafat Pendidikan
Sejarah perkembangan filsafat pada umumnya dimulai dimulai dari mitologi yang
berkembang di masyarakat Yunani Kuno. Sebelum filsafat berdiri dengan jati dirinya yang asli
sebagai filsafat, mitos merupakan filsafat itu sendiri yang menurut penciptanya sama sekali
bukan mitps melainkan cara berfikir empiris, logis, dan realistis.
Salah satu bangsa yang cerdas dalam menyampaikan pesan-pesan filosofis melalui
berbagai mitos adalah Yunani Kuno. Mitos diungkapkan melalui berbagai pendekatan, misalnya
puisi, cerita rakyat, sastra, karya pahatan, bangunan-bangunan bersejarah yang melegenda. Mitos
adalah pencerahan masyarakat yang hidup pada masa lalu dalam menemukan jawaban-jawaban
atas masalah yang disebabkan oleh situasi dan kondisi alam. Kemarahan alam dengan berbagai
peristiwa yang membingungkan masyarakat, seperti gunung meletus, bencana banjir, dan
sebagainya yang menewaskan ribuan manusia. Karena belum tersentuh oleh pengetahuan dan
penemuan ilmiah hanya dapat di jawab oleh Sistem berfikir masyarakat yang kemudian disebut
dengan mitos.
Yunani memiliki kesusastraan yang sangat tinggi mulai personifikasi dan legenda,
dongeng-dongeng, dan teka teki kehidupan. Karya puitis Homerus yang berjudul Illias da
Oddeysea menduduki tempat yang istimewa dalam kesusastraan Yunani dan dapat disebut
sebagai kesusastraan didunia. Peranan kesusastraan yang dibuat Homerus bahkan dapat
diibaratkan seperti wayang dipulau Jawa yang mempunyai pengaruh luar biasa dalam pendidikan
masyarakat. Sampai sekarang, cerita-cerita yang dikembangkan dalam dongeng-dongeng
tersebut masih memengaruhi seni dan peradaban yang diidamkan oleh sebuah negeri besar dan
maju, seperti Jerman dengan konsep Nazi-nya dan Amerika Serikat dengan ambisi sebagai polisi
dunianya. Secara tidak disadari, keinginan dua negeri ini, didasari oleh sebuah impian Homerus
yang menginginkan Negara kota (polis) untuk dipimpin oleh sebuah garda beradab.
Cecep Sumarna menjelaskan, secara geografis, Yunani berdekatan dengan daerah Timur
Kuno (Cina) dan babylonia (Mesir). Didaerah-daerah tersebut, ilmu pengetahuan sudah
berkembang meskipun masih terbatas diwilayah tempat pusat perkembangan peradaban daerah
tersebut. Persentuhan ilmu yang diadopsi dari Timur Kuno dan Mesir yang sudah kaya dan maju
dengan ilmu pengetahuan, kemudian memengaruhi wacana mite-mite yang berkembang di
Yunani. Dengan demikian, melalui filsuf Yunani terjadi pergeseran-pergeseran dan ilmu tidak
lagi hanya milik sebuah komunitas, tetapi ia dapat diakses dan dikembangkan oleh siapapun
yang menghendakinya. Bertens menyebut aspek mite jauh lebih penting dan lebih besar
pengaruhnya atas lahirnya sejumlah filsuf dan karya filosofis di Yunani dibandingkan dengan
dua faktor lainnya. Bahkan bisa jadi semakin banyak mite dalam suatu Negara atau suatu
komunitas masyarakat, semakin besar pula kecenderungan suatu Negara atau kemunitas
masyarakat tersebut melahirkan sejumlah filsuf dan karya filosofis. Legenda atau mitos
diperlukan untuk menunjang Sistem nilai hidup manusia. Mite dapat member kejelasan tentang
eksistensi manusia dalam hubungannya dengan alam sekitar. Bahkan, mite dapat member
kejelasan tentang bentuk hubungan yang baik antara sessama manusia, dan hubungan antara
manusia dengan wujud yang maha tinggi.

B. Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi Pendidikan
1. Ontologi Pendidikan
Berbicara masalah ontology tidak terlepas dari filsafat karena filsafat diperlukan untuk
menjelaskan dasar ontologis dari ilmu, termasuk dalam kajian pendidikan. Aspek realitas yang
dijangkau teori pendidikan melalui pengalaman pancaindra adalah dunia pengalaman manusia
secara empiris. Adapun objek materil dilsafat pendidikan adalah manusia seutuhnya. Manusia
yang lengkap aspek-aspek kepribadiannya, yaitu manusia yang berakhlak mulia dalam situasi
pendidikan diharapkan melampaui manusia sebagai makhluk sosial mengingat sebagai warga
masyarakat, ia mempunyai cirri warga yang baik (good citizenship) atau kewarganegaraan yang
sebaik-baiknya.
Filsafat pendidikan merupakan bidang filsafat terapan, bermula dari bidang tradisioanal
filsafat, untuk menjawab pertanyaan mengenai kebijakan pendidikan, perkembangan manusia
dan teori kurikulum. Dengan kata lain, filsafat pendidikan adalah studi filosofis tentang tujuan,
proses, alam, cita-cita pendidikan. Filsafat pendidikan mencakup hal berikut :
a. Mempelajari definisi mengasuh dan mendidik
b. Mendalami dan mempelajari mengaplikasikan nilai-nilai dan norma-norma lalu diterapkan
melalui Sistem pendidikan dan praktik pendidikan itu sendiri
c. Mepelajari batas-batas dan legitimasi pendidikan sebagai disiplin akademis
d. Mempelajari hubungan antara teori dan praktik pendidikan pada umumnya.
Pendekatan ontology atau metafisik menekankan pada hakikat keberadaan, dalam hal ini
keberadaan pendidikan itu sendiri. Keberadaan pendidikan tidak terlepas dari keberadaan
manusia. Oleh sebab itu, hakikat pendidikan berkenaan dengan hakikat manusia. Dalam
pendekatan ini keberadaan peserta didik dan pendidik tidak terlepas dari makna keberadaan
manusia itu sendiri.
Tilaar menjelaskan berbagai pendekatan mengenai hakikat pendidikan dapat digolongkan
atas dua kelopok besar yaitu :
a. Pendekatan Reduksionisme
b. Pendekatan Holistik Integratif
Dengan pemahaman tersebut, sudah tentu hakikat pendidikan atau ontology pendidikan
berakar dari kebutuhan manusia terhadap proses pelatihan kemandirian berfikir, mandiri
mengambil keputusan, mandiri dalam bekerja untuk mempertahankan kehidupannya, mandiri
dalam mengamankan kehormatan dan harga dirinya, dan manusia yang mengerti tujuan hidup
hari ini, besok dan yang akan datang.

2. Epistemologi Pendidikan
Epistemology adalah kata lain filsafat ilmu berasal dari bahasa latin episteme, berarti
knowledge yaitu pengetahuan dan logos berarti Theory. Jadi, epistemology berarti teori
pengetahuan atau teori tentang metode, cara, dan dasar dari ilmu pengetahuan atau studi tentang
hakikat tertinggi kebenaran dan batasan ilmu manusia.
Epistemology adalah analisis filosofis terhadap sumber-sumber pengetahuan. Dari mana
dan bagaimana pengetahuan diperoleh, menjadi kajian epistemology, sebagai contoh bahwa
semua pengetahuan berasal dari Tuhan.
Berkaitan dengan pemikiran diatas, terdapat empat jenis kebenaran yang secara umum
telah dikenal oleh orang banyak yaitu :
a. Kebenaran religious
Yaitu kebenaran yang memenuhi criteria atau dibangun berdasarkan kaidah-kaidah agama
atau keyakinan tertentu, yang disebut juga dengan kebenaran absolute atau kebenaran mutlak
yang tidak terbantahkan.
b. Kebenaran filosofis
Yaitu kebenaran hasil perenungan dan pemikiran kontemplatif terhadap hakikat sesuatu,
meskipun pemikiran intelektual tersebut bersifat subjektif dan relative tetapi kontemplatif.
c. Kebenaran Estetis
Yaitu kebenaran yang berdasarkan penilaian indah atau buruk, serta cita-cita rasa estetis.
Artinya, keindahan yang berdasarkan harmoni dalam pengertian luas yang menimbulkan rasa
senang, tenang dan nyaman.


d. Kebenaran ilmiah
Yaitu kebenaran yang ditandai oleh terpenuhinya syarat-syarat ilmiah, terutama menyangkut
adanya teori yang menunjang dan sesuai dengan bukti. Kebenaran ilmiah ditunjang oleh rasio
dan kebenaran rasional berdasarkan teori yang menunjangnya. Kebenaran ilmiah di validasi oleh
bukti-bukti empiris yaitu hasil pengukuran objektif di lapangan. Sifat objektif berlaku umum,
dapat diulang melalui eksperimentasi, cenderung amoral sesuai dengan apa adanya, bukan apa
yang seharusnya yang merupakan cirri ilmu pengetahuan.

3. Aksiologi Pendidikan
Aksiologi pendidikan berkaitan dengan masalah ilmu dan pengetahuan (kognitio),
maksudnya adalah memikirkan segala hakikat pengetahuan atau hekikat keberadaan segala
sesuatu yang bersifat fisikal dan metafisikal, baik yang umum maupun yang khusus.
Aksiologi pendidikan juga berkaitan dengan aliran-aliran pendidikan yang terus
berkembang. Diantara aliran-aliran pendidikan tersebut adalah sebagai berrikut :
a. Positivisme
b. Renaisans
c. Humanism

C. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan
1. Pengertian Pendidikan
a. Langeveld
Pendidikan ialah setiap usaha, pengaruh, perlindungan, dan bantuan yang diberikan kepada
anak tertuju kepada pendewasaan anak itu, atau lebih tepat membantu anak agar cukup cakap
melaksanakan tugas hidupnya sendiri. Pengaruh itu datangnya dari orang dewasa dan ditujukan
kepada orang yang belum dewasa.

b. John Dewey
Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual
dan emosional kearah alam dan sesama manusia.
c. J.J Rousseau
Pendidikan adalah member kita perbekalan yang tidak ada pada masa kanak-kanak, akan tetapi
kita membutuhkannya pada waktu dewasa.
d. Driyarkara
Pendidikan ialah pemanusiaan manusia muda atau pengangkatan manusia muda ke taraf insani
e. Carter V. Good
Education :
1) Pedagogy is the art, practice, or profession of teaching
2) The Sistematized learning or instruction concerning principles and methods of teaching and of
student control and guidance; largely replaced by the term education
Pendidikan ialah :
1) Seni, praktik, atau profesi sebagai pengajar
2) Ilmu yang sistematis atau pengajaran yang berhubungan dengan prinsip dan metode-metode
mengajar, pengawasan dan bimbingan murid dalam arti luas digantikan dengan istilah
pendidikan
f. Ahmad D. Marimba
Pendidikan ialah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh sipendidik terhadap perkembangan
jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.
Unsur-unsur yang terdapat dalam pendidikan ialah :
1) Usaha (kegiatan), usaha itu berdifat bimbingan dan dilakukan secara sadar
2) Ada pendidik, pembimbing atau penolong
3) Ada yang di didik atau si terdidik
4) Bimbingan itu mempunyai dasar dan tujuan
5) Dalam usaha itu tentu ada alat-alat yang dipergunakan
g. Ki Hajar Dewantara
Pendidik yaitu tutunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya pendidikan
yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar anak-anak mereka
sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan
kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
h. Menurut UU Nomor 2 Tahun 1989
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran, dan atau latihan bagi bagi peranannya dimasa yang akan datang
i. Menurut UU Nomor 20 Th 2003
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual kagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

2. Faktor-Faktor Pendidikan
a. Adanya tujuan yang hendak dicapai
b. Adanya subjek manusia yang melakukan pendidikan
c. Yang hidup bersama dalam lingkungan tertentu
d. Yang menggunakan alat-alat tertentu untuk mencapai tujuan

D. Fungsi Dan Peran Lembaga Pendidikan
1. Lembaga Pendidikan Keluarga
Peran dan Fungsi Lembaga Pendidikan Keluarga :
a. Pengalaman Pertama Masa Kanak-kanak
b. Menjamin kehidupan emosional anak
c. Menambahkan dasar pendidikan moral
d. Memberikan dasar pendidikan sosial
e. Peletakan dasar-dasar keagamaan

2. Lembaga Pendidikan Sekolah
a. Peranan sekolah dengan melalui kurikulum antara lain :
1) Anak didik belajar bergaul sesama anak didik, antara guru dengan anak didik, dan antara anak
didik dengan orang yang bukan guru
2) Anak didik belajar menaati peraturan-peraturan sekolah
b. Fungsi sekolah menurut suwarno :
1) Mengembangkan kecerdasan dan memberikan pengetahuan
2) Spesialisasi
3) Efisiensi
4) Sosialisasi
5) Konservasi dan transmisi cultural
6) Transisi dari rumah ke masyarakat

3. Lembaga Pendidikan di Masyarakat
a. Masyarakat berperan serta dalam mendirikan dan membiayai sekolah
b. Masyarakat berperan dalam mengawasi pedidikan agar sekolah tetap membantu dan mendukung
cita-cita dan kebutuhan masyarakat
c. Masyarakatlah yang ikut menyediakan tempat pendidikan seperti gedung-gedung museum,
perpustakaan, panggung-panggung kesenian, kebun binatang dan sebagainya
d. Masyarakatlah yang menyediakan berbagai sumber untuk sekolah
e. Masyarakatlah sebagai sumber pelajaran atau labolatorium tempat belajar
E. Sistem Pendidikan Nasional
1. Sistem Pendidikan
Dalam pengertiaan umum, yang dimaksud dengan Sistem adalah jumlah, keseluruhan dari
bagian-bagiannya yang saling bekerja sama untuk mencapai hasil yang diharapkan berdasarkan
kebutuhan yang telah ditentukan. Komponen atau faktor-faktor Sistem pendidikan :
a. Tujuan
Tujuan tersebut juga cita-cita pendidikan yang berfungsi untuk memberikan arah terhadap semua
kegiatan dalam proses pendidikan.
b. Peserta Didik
Fungsinya adalah sebagai objek yang sekaligus sebagai subjek pendidikan.
c. Pendidik
Berfungsi sebagai pembimbing, pengaruh, untuk menumbuhkan aktifitas peserta didik sekaligus
sebagai pemegang tanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan
d. Alat Pendidikan
Segala sesuatu yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan yang berfungsi untuk
mempermudah atau mempercepat tercapainya tujuan pendidikan
e. Lingkungan
Lingkungan sekitar yang dengan sengaja digunakan sebagai alat dalam proses pendidikan.
Lingkungan berfungsi sebagai wadah atau lapangan terjadinya proses pendidikan

2. Sistem Pendidikan Nasional
Sistem pendidikan Nasional adalah satu keseluruhan yang terpadu dari semua satuan dan
aktivitas pendidikan yang berkaitan satu dengan lainnya untuk mengusahakan tercapainya tujuan
pendidikan nasional. Sistem pendidikan nasional tersebut merupakan suprasistem yaitu suatu
Sistem yang besar dan kompleks yang didalamnya tercakup beberapa bagian yang juga
merupakan Sistem-sistem.



3. Sistem Pendidikan Nasional Indonesia
Pasal 31 ayat 2 UUD 1945 mengamanatkan kepada pemerintah Republik Indonesia untuk
mengusahakan dan menyelenggarakan satu system pengajaran nasional yang diatur dengan
undang-undang. Hal tersebut berarti bahwa system pendidikan nasional dalam rangka
menyelenggarakan satu system pendidikan nasional yang dimaksudkan.
Dalam sejarahnya, pendidikan di Indonesia pernah memiliki undang-undang yang mengatur
tentang pendidikan secara nasional seperti :
a. UU No. 4 Th 1950 tentang Dasar-dasar pendidikan dan pengajaran disekolah
b. UU No. 12 Th 1954 tentang pernyataan berlakunya UU No. 12 Th 1950 dari republik Indonesia
dahulu tentang dasar-dasar pendidikan dan pengajaran disekolah untuk seluruh pengajaran di
Indonesia
c. UU No. 22 Th 1961 tentang perguruan tinggi
d. UU No. 14 PRPS Th 1965 tentang majelis pendidikan Nasional
e. UU No. 19 PNPS Th 1965 tentang pokok-pokok Sistem Pendidikan Nasional Pancasila
Pendidikan Nasional yang di tetapkan dalam UU No. 2 Th 1989 ini mengungkapkan prinsip-
prinsipnya sebagai satu system yaitu :
a. Yang berakar pada kebudayaan nasional dan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, serta
melanjutkan dan meningkatkan pendidikan P4
b. Merupakan satu keseluruhan dan dikembangkan untuk ikut berusaha mencapai tujuan nasional
yaitu memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa demi terwujudnya
masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan pancasila

c. Mencakup jalur pendidikan sekolah maupun pendidikan luar sekolah
d. Mengatur bahwa jalur pendidikan sekolah terdiri atas tiga jenjang utama yaitu pendidikan dasar,
pendidikan menengah dan perguruan tinggi yang masing-masing pula terbagi dalam jenjang atau
tingkatan
e. Mengatur bahwa kurikulum peserta didik dan tenaga kependidikan, terutama guru, dosen, atau
tenaga pengajar merupakan tiga unsure yang tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan belajar
mengajar
f. Mengatur secara terpusat (sentralisasi) namun penyelenggaraan satuan dan kegiatan pendidikan
dilaksanakan secara tidak terpusat (desentralisasi)
g. Menyelenggarakan satuan dan kegiatan pendidikan sebagai tanggung jawab bersama antara
keluarga, masyarakat, dan pemerintah
h. Mengatur bahwa satuan dan kegiatan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah dan
masyarakat berkedudukan serta diperlakukan dengan penggunaan ukuran yang sama
i. Mengatur bahwa satuan dan aktivitas pendidikan yang diselenggarakan masyarakat memiliki
kebebasan untuk menyelenggarakannya sesuai dengan cirri atau kekhususannya masing-masing
sepanjang cirri itu tidak bertentangan dengan pancasila sebagai dasar Negara pandangan hidup
bangsa dan ideologi bangsa
j. Memudahkan peserta didik memperoleh pendidikan yang sesuai dengan bakat, minat, dan tujuan
yang hendak dicapai serta memudahkannya menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan
Berdasarkan deskripsi tujuan pendidikan Nasional tersebut, kita dapat melihat beberapa
kualifikasi manusia Indonesia seutuhnya yang memiliki cirri-ciri sebagai berikut :
a. Beriman dan bertakwa terhadap tuha yang Maha Esa
b. Berbudi pekerti luhur
c. Memiliki pengetahuan dan keterampilan
d. Memiliki kesehatan jasmani dan rohani
e. Memiliki kepribadian yang mantap dan mandiri
f. Memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan

4. Dasar dan Tujuan Sistem Pendidikan Nasional
Fungsi pendidikan Nasional sebagaimana ditegaskan pada pasal 3 yaitu untuk mengembangkan
kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat Indonesia dalam rangka upaya
mewujudkan tujuan nasional. Tujuan nasional Indonesia jelas termaktub dalam Alinea IV
pembukaan UUD 1945, yaitu :
a. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
b. Memajukan kesejahteraan umum
c. Mencerdaskan kehidupan bangsa
d. Ikut melaksanakan ketertiban dunia
e. Mencapai masyarakat yang adil dan makmur

F. Demokrasi Pendidikan
1. Pengertian dan Pentingnya Demokrasi Pendidikan
Menurut KBBI demokrasi diartikan sebagai gagasan atau pandangan hidup yang
mengutamakan persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama bagi semua warga
Negara
Demokrasi Pendidikan merupakan pandangan hidup yang mengutarakan persamaan hak
dan kewajiban serta perlakuan yang sama didalam berlansungnya proses pendidikan antara
pendidik dan anak didik serta juga dengan pengelola pendidikan.
Manfaat Demokrasi Pendidikan :
a. Rasa hormat terhadap harkat sesama manusia
b. Setiap manusia memiliki perubahan kearah pikiran yang sehat
c. Rela berbakti untuk kepentingan dan kesejahteraan bersama


2. Prinsip-Prinsip Demokrasi dalam Pendidikan
a. Menunjang tinggi harkat dan martabat manusia sesuai dengan nilai-nilai luhurnya
b. Wajib menghormati dan melindungi hak asasi manusia yang bermartabat dan berbudi pekerti
luhur
c. Mengusahakan suatu pemenuhan hak warga Negara untuk memperoleh pendidikan dan
pengajaran nasional dengan memanfaatkan kemampuan pribadinya, dalam rangka
menembangkan kreasinya kearah perkembangan dan kemajuan iptek tanpa merugikan pihak lain.

3. Dasar-dasar Demokrasi Pendidikan Menurut Islam
a. Islam mewajibkan manusia untuk menuntut ilmu


Artinya : Menuntut ilmu adalah wajib bagi setiap Muslim laki-
laki dan perempuan
b. Adanya keharusan bertanya kepada ahli ilmu




43.
Artinya : Dan kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-
orang lelaki yang kami beri wahyu kepada mereka;
Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai
pengetahuan jika kamu tidak mengetahui,
Dengan beberapa uraian tersebut jelas sekali bahwa Islam memberikan dasar demokrasi
dalam penyelenggaraan pendidikan karena demokrasi pendidikan itu akan melahirkan kemajuan-
kemajuan yang berarti bagi umat manusia.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pengertian dan Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan
a. Pengertian Filsafat
Kata Filsafat berasal dari bahasa Inggris dan Bahasa Yunani. Dalam Bahasa Inggris yaitu
Philosophy, sedangkan dalam bahasa Yunani Philein atau Philos dan sofein atau sophi. Adapula
yang mengatakan bahwa filsafat berasal dari bahsa Arab, yaitu Falsafah, yang artinya al-hikmah.
Philos artinya cinta, sedangkan Sophia, artinya kebijaksanaan. Dengan demikian, filsafat dapat
diartikan kebijaksanaan atau al-hikamah. Orang yang mencintai atau encari kebijaksanaan atau
kebenaran disebut dengan filsuf. Mencari kebenaran dengan pendekatan Filosofis yang radikal
dan kontemplatif, yaitu mencari kebenaran hingga ke akar-akarnya yang dilakukan secara
mendalam.
b. Manfaat Filsafat dalam kehidupan adalah :
1) Dasar dalam bertindak
2) Dasar dalam mengambil keputusan
3) Mengurangi salah paham dan konflik
4) Bersiap siaga menghadapi situasi dunia yang selalu berubah
5) Mendalami konsep yang sudah baku dengan melihat substansinya
6) Merumuskan teori atau kerangka pemikiran
7) Membangun paham-paham yang mengideologis
8) Membangun sikap saling menghargai pendapat satu sama lain dan tidak truth claim
9) Mengembangkan pemahaman berbagai persoalan



2. Pengertian Filsafat Pendidikan
a. Filsafat pendidikan adalah pengetahuan yang menyelidiki substansi pelaksanaan pendidikan
yang berkaitan dengan tujuan, latar belakang, hasil dan hakikat ilmu pendidikan yang
berhubungan dengan analisis kritis terhadap struktur dan kegunaannya
b. Filsafat pendidikan adalah pengetahuan yang memikirkan hakikat pendidikan secara
komprehensif dan kontemplatif tentang sumber, seluk beluk pendidikan, fungsi dan tujuan
pendidikan
c. Filsafat pendidikan adalah pengetahuan yang mengkaji proses pendidikan dan teori-teori
pendidikan
d. Filsafat pendidikan mengkaji hakikat guru dan anak didik dalam proses pembelajaran dikelas
dan diluar kelas
e. Filsafat pendidikan mengkaji strategi pembelajaran Alternatif

3. Faktor-Faktor Pendidikan
a. Adanya tujuan yang hendak dicapai
b. Adanya subjek manusia yang melakukan pendidikan
c. Yang hidup bersama dalam lingkungan tertentu
d. Yang menggunakan alat-alat tertentu untuk mencapai tujuan

4. Fungsi Dan Peran Lembaga Pendidikan
Peran dan Fungsi Lembaga Pendidikan Keluarga :
a. Pengalaman Pertama Masa Kanak-kanak
b. Menjamin kehidupan emosional anak
c. Menambahkan dasar pendidikan moral
d. Memberikan dasar pendidikan sosial
e. Peletakan dasar-dasar keagamaan
Peranan sekolah dengan melalui kurikulum antara lain :
a. Anak didik belajar bergaul sesama anak didik, antara guru dengan anak didik, dan antara anak
didik dengan orang yang bukan guru
b. Anak didik belajar menaati peraturan-peraturan sekolah
Fungsi sekolah menurut suwarno :
a. Mengembangkan kecerdasan dan memberikan pengetahuan
b. Spesialisasi
c. Efisiensi
d. Sosialisasi
e. Konservasi dan transmisi cultural
f. Transisi dari rumah ke masyarakat
Lembaga Pendidikan di Masyarakat
a. Masyarakat berperan serta dalam mendirikan dan membiayai sekolah
b. Masyarakat berperan dalam mengawasi pedidikan agar sekolah tetap membantu dan mendukung
cita-cita dan kebutuhan masyarakat
c. Masyarakatlah yang ikut menyediakan tempat pendidikan seperti gedung-gedung museum,
perpustakaan, panggung-panggung kesenian, kebun binatang dan sebagainya
d. Masyarakatlah yang menyediakan berbagai sumber untuk sekolah
e. Masyarakatlah sebagai sumber pelajaran atau labolatorium tempat belajar

5. Sistem Pendidikan Nasional
a. Sistem Pendidikan
Dalam pengertiaan umum, yang dimaksud dengan Sistem adalah jumlah, keseluruhan dari
bagian-bagiannya yang saling bekerja sama untuk mencapai hasil yang diharapkan berdasarkan
kebutuhan yang telah ditentukan. Komponen atau faktor-faktor Sistem pendidikan :
1) Tujuan
2) Peserta Didik
3) Pendidik
4) Alat Pendidikan
5) Lingkungan
b. Sistem Pendidikan Nasional
Sistem pendidikan Nasional adalah satu keseluruhan yang terpadu dari semua satuan dan
aktivitas pendidikan yang berkaitan satu dengan lainnya untuk mengusahakan tercapainya tujuan
pendidikan nasional. Sistem pendidikan nasional tersebut merupakan suprasistem yaitu suatu
Sistem yang besar dan kompleks yang didalamnya tercakup beberapa bagian yang juga
merupakan Sistem-sistem.
c. Sistem Pendidikan Nasional Indonesia
Pasal 31 ayat 2 UUD 1945 mengamanatkan kepada pemerintah Republik Indonesia untuk
mengusahakan dan menyelenggarakan satu system pengajaran nasional yang diatur dengan
undang-undang. Hal tersebut berarti bahwa system pendidikan nasional dalam rangka
menyelenggarakan satu system pendidikan nasional yang dimaksudkan.
Dalam sejarahnya, pendidikan di Indonesia pernah memiliki undang-undang yang mengatur
tentang pendidikan secara nasional seperti :
1) UU No. 4 Th 1950 tentang Dasar-dasar pendidikan dan pengajaran disekolah
2) UU No. 12 Th 1954 tentang pernyataan berlakunya UU No. 12 Th 1950 dari republik Indonesia
dahulu tentang dasar-dasar pendidikan dan pengajaran disekolah untuk seluruh pengajaran di
Indonesia
3) UU No. 22 Th 1961 tentang perguruan tinggi
4) UU No. 14 PRPS Th 1965 tentang majelis pendidikan Nasional
5) UU No. 19 PNPS Th 1965 tentang pokok-pokok Sistem Pendidikan Nasional Pancasila



6. Demokrasi Pendidikan
a. Pengertian dan Pentingnya Demokrasi Pendidikan
Menurut KBBI demokrasi diartikan sebagai gagasan atau pandangan hidup yang mengutamakan
persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama bagi semua warga Negara
Demokrasi Pendidikan merupakan pandangan hidup yang mengutarakan persamaan hak dan
kewajiban serta perlakuan yang sama didalam berlansungnya proses pendidikan antara pendidik
dan anak didik serta juga dengan pengelola pendidikan.
Manfaat Demokrasi Pendidikan :
a. Rasa hormat terhadap harkat sesama manusia
b. Setiap manusia memiliki perubahan kearah pikiran yang sehat
c. Rela berbakti untuk kepentingan dan kesejahteraan bersama

4. Prinsip-Prinsip Demokrasi dalam Pendidikan
a. Menunjang tinggi harkat dan martabat manusia sesuai dengan nilai-nilai luhurnya
b. Wajib menghormati dan melindungi hak asasi manusia yang bermartabat dan berbudi pekerti
luhur
c. Mengusahakan suatu pemenuhan hak warga Negara untuk memperoleh pendidikan dan
pengajaran nasional dengan memanfaatkan kemampuan pribadinya, dalam rangka
menembangkan kreasinya kearah perkembangan dan kemajuan iptek tanpa merugikan pihak lain.
5. Dasar-dasar Demokrasi Pendidikan Menurut Islam
a. Islam mewajibkan manusia untuk menuntut ilmu


Artinya : Menuntut ilmu adalah wajib bagi setiap Muslim laki-
laki dan perempuan


b. Adanya keharusan bertanya kepada ahli ilmu




43.
Artinya : Dan kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-
orang lelaki yang kami beri wahyu kepada mereka;
Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai
pengetahuan jika kamu tidak mengetahui,
Dengan beberapa uraian tersebut jelas sekali bahwa Islam memberikan dasar demokrasi
dalam penyelenggaraan pendidikan karena demokrasi pendidikan itu akan melahirkan kemajuan-
kemajuan yang berarti bagi umat manusia.
B. Saran
Diharapkan dengan tersusunnya makalah ini dapat dijadikan suatu pedoman dalam
menambah wawasan dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga bisa berguna bagi
diri pribadi dan masyarakat, bukan hanya teori tetapi harus diaplikasikan dalam kehidupan
terutama pada proses pengajaran Pendidikan Agama Islam.











DAFTAR PUSTAKA

1. Idris, Zahara. (1991) Dasar-dasar Kependidikan. Padang : Angkasa Raya.
2. Mulyasa, E. (2003) Kurikulum Berbasis Kompetensi : Konsep, Karakteristik, dan Implementasi.
Bandung : Remaja Rosdakarya.
3. Rachman, Arief. (2007) Home-Schooling: Rumah Kelasku, Dunia Sekolahku. Jakarta: Penerbit
Buku Kompas.
4. Redja Mudyahardjo. (2001) Pengantar Pendidikan : Sebuah Studi Awal tentang Dasar-dasar
Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia. Jakarta : Raja Grafindo Perkasa 3
5. Sukmadinata, Nana Syaodih. (2003) Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung : Remaja
Rosdakarya
6. Tim MKDK IKIP Surabaya. (1995) Pengantar Pendidikan : Bagian I. Surabaya : University
Press IKIP Surabaya.
7. ________________________ (1995) Pengantar Pendidikan : Bagian II Surabaya : University
Press IKIP Surabaya.
8. Tirtarahardja, Umar dan La Sulo, S.N. (2005) Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
9. UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan UU No. 14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen. Jakarta: Visimedia.
10. Salahudin, Anas, Drs., M.Pd., Filsafat Pendidikan. Bandung : CV Pustaka Setia
11. Wens Tanlain,Dkk., Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Gramedia, Jakarta 1989
12. Beni Ahmad Saebani dan Hendra Achdiyat, Ilmu Pendidika Islam jilid 1. Bandung : Pustaka
Setia
13. Tedi Priatna,
Reaktualisasi Paradigma Pendidikan Islam,Bandung : Pustaka Bani Quraisy
14. Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam,Bandung : Al-Maarif, 1980
15. Atang Abdul Hakim dan Beni Ahmad Saebani, Filsafat Umum, Bandung : Pustaka Setia, 2008
16. Cecep Sumarna, Filsafat Ilmu, Bandung : Pustaka Bani Quraisy
17. Robert W. Richey, Planing For Teaching an Introduction to Education,Mc. Graw Hill Book
Coy, New York 1968






















KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan
rezeki dan kesehatan kepada kami sehingga kami mempunyai kesempatan untuk menyelesaikan
pembuatan makalah yang dibuat untuk memenuhi tugas Persentasi Kelompok mata kuliah Dasar-
dasar Pendidikan.
Kami menyadari dan meyakini bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Masih
banyak kekurangan dan kesalahan yang kami sadari atau pun yang tidak kami sadari. Oleh
karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari makalah ini, agar di masa yang akan datang
kami bisa membuat makalah yang lebih baik lagi. Namun begitu, meskipun makalah ini jauh dari
kata sempurna kami berharap agar makalah ini sedikit banyaknya dapat bermanfaat bagi yang
membacanya.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan
mendukung dalam pembuatan makalah ini. Demikian sedikit kata pengantar dari kami atas
perhatian para pembaca sekalian kami mengucapkan terima kasih.

Kuningan, Maret 2012
Penyusun











DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...................................................................................................... i Daftar Isi
ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................................... 1
B. Batasan Masalah ................................................................................................... 2
C. Tujuan yang Ingin dicapai .................................................................................... 2
D. Metode Yang Digunakan ...................................................................................... 2
E. Sistematika Penulisan ........................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan ............................................ 3
1. Pengertian Filsafat ................................................................................................ 3
2. Pengertian Filsafat Pendidikan ............................................................................. 6
3. Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan ..................................................................... 7
4. Dorongan Sejarah Filsafat Yunani terhadap Filsafat Pendidikan ........................ 9
B. Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi Pendidikan ............................................. 10
1. Ontologi Pendidikan ............................................................................................. 10
2. Epistemologi Pendidikan ...................................................................................... 12
3. Aksiologi Pendidikan ........................................................................................... 13
C. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan ............................................................................... 13
1. Pengertian Pendidikan .......................................................................................... 13
2. Faktor-faktor Pendidikan ...................................................................................... 15
D. Fungsi dan Peran Lembaga Pendidikan ................................................................ 15
1. Lembaga Pendidikan Keluarga ........................................................................... 25
2. Lembaga Pendidikan Sekolah .............................................................................. 16
3. Lembaga Pendidikan di Masyarakat .................................................................... 16

E. Sistem Pendidikan Nasional ................................................................................. 16
1. Sistem Pendidikan ................................................................................................ 16
2. Sistem Pendidikan Nasional ................................................................................. 17
3. Sistem Pendidikan Nasional Indonesia ................................................................ 18
4. Dasar-dasar dan Tujuan Sistem Pendidikan Nasional .......................................... 20
F. Demokrasi Pendidikan ......................................................................................... 20
1. Pengertian dan Pentingnya Demokrasi Pendidikan .............................................. 20
2. Prinsip-prinsip demokrasi dalam Pendidikan ....................................................... 21
3. Dasar-dasar Demokrasi Pendidikan Menurut Islam ............................................. 21

BAB III PENUTUP
A. Penutup ................................................................................................................. 22
Daftar Pustaka ....................................................................................................... iv

Anda mungkin juga menyukai