Disusun Oleh : Nama : Tatag Agung S.W NIM : 11658 Kelompok : 2 Asisten : Aprilia Wahyu Utami
LABORATORIUM VIROLOGI TUMBUHAN JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2014 ACARA I PENULARAN VIRUS MELALUI SERANGGA VEKTOR
I. TUJUAN
Mempelajari cara penularan virus dari tanaman sakit ke tanaman sehat melalui serangga vektor.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Vektor merupakan penyebar virus tumbuhan yang penting dilapangan. Sebagian besar virus tumbuhan menyebar dari tanaman satu ke tanaman lain melalui vektor. Hubungan virus-vektor dalam bentuk persistensi dianggap kurang memuaskan sehingga digunakan cara lain yaitu terbawa stilet (stylet-borne), bila virus menular karena terbawa pada stilet vektor. Bersifat sirkulatif yaitu, virus masuk ke perut vektor, mencapai haemolimfa, dan akhirnya mencapai bagian mulut melalui saliva dan bersifat propagatif dimana virus berkembangbiak di dalam tubuh vektor. Infeksi menyebabkan tumbuhan mengalami perubahan fisiologis maupun anatomis sebagai tanggapan terhadap patogen. Perubahan fisiologis dan anatomis pada akhirnya dimanifestasikan sebagai perubahan morfologis yang kasat mata. Perubahan morfologis yang terjadi pada tumbuhan sebagani manifestasi atas tanggapan fisiologis dan anatomis terhadap infeksi yang dilakukan oleh patogen disebut gejala (symptom) (Maoye, 2012). Serangga vektor segera menjadi infektif sesudah pengambilan virus. Vektor segera kehilangan daya infeksinya setelah menginokulasi tanaman sehat atau ketika terjadi pergantian kulit (Bos, 1983). Wereng coklat (Nilaparvata lugens Stal.) merupakan hama dari golongan insekta yang sangat merugikan. Wereng coklat berkembangbiak secara sexual, masa pra peneluran 3- 4 hari untuk brakiptera (bersayap kerdil) dan 3-8 hari untuk makroptera (bersayap panjang). Telur biasanya diletakkan pada jaringan pangkal pelepah daun, tetapi kalau populasinya tinggi telur diletakkan di ujung pelepah daun dan tulang daun. Telur diletakkan berkelompok, satu kelompok telur terdiri dari 3-21 butir. Satu ekor betina mampu meletakkan telur 100-500 butir. Nimfa mengalami lima instar, dan rata-rata waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan periode nimfa adalah 12-82 hari. Nimfa dapat berkembang menjadi dua bentuk wereng dewasa. Bentuk pertama adalah makroptera (bersayap panjang) yaitu wereng coklat yang mempunyai sayap depan dan sayap belakng normal. Bentuk kedua adalah brakiptera (bersayap kerdil) yaitu wereng coklat dewasa yang mempunyai sayap depan dan sayap belakang tumbuh tidak normal, terutama sayap belakang sangat rudimenter (Andret and Funch, 2005). Wereng coklat Nilaparvata lugens yang merupakan hama padi adalah jenis serangga yang juga dapat bertindak sebagai vektor dari virus tanaman padi rice rage stunt virus (RRSV) dan rice grassy stunt virus (RGSV). Virus RGSV termasuk anggota dari kelompok Tenuivirus, sedangkan RRSV termasuk dalam kelompok Oryzavirus dalam famili Reoviridae (Darmono, 2014). Virus kerdil rumput (RGSV), dan virus kerdil hampa (RRSV) biasanya disebarkan oleh hama wereng batang cokelat (WBC), yang sebelumnya telah menghisap partikel virus dari tanaman padi yang telah terinfeksi virus. Oleh karena hama WBC bersifat monophagous, dan kedua jenis virus tersebut juga hanya didapatkan pada tanaman padi, maka penyebaran kedua jenis virus tersebut, terkait dengan keberadaan hama wereng batang coklat serta pertanaman padi sebagai tanaman inangnya (Sitaresmi et al.,2010). Infeksi RRSV menyebabkan pertumbuhan daun tidak normal (malformasi)seperti daun bergerigi (Ragged), daun melintir (Twisting), tulang pada permukaan bagian bawah daun dan permukaan luar pelepah daun membengkak. Pada fase pembungaan, rumpun tanaman yang terinfeksi virus kerdil hampa akan menunjukkan gejala penyakit yang sama (Sitaresmi et al.,2010). Penyakit kerdil rumput dan kerdil hampa dikendalikan dengan cara memutus hubungan antara wereng coklat dengan virus kerdil hampa dan virus kerdil rumput dan tanaman padi. Eradikasi tanaman padi atau ratun yang tertular virus, dan tidak menanam padi untuk beberapa saat (1-2 bulan) adalah cara-cara paling penting untuk mengendalikan penyakit kerdil hampa dan kerdil rumput (Anonim, 2010).
III. METODE PRAKTIKUM
Praktikum Pengantar Virologi Tumbuhan yang berjudul Penularan Virus Melalui Vektor dilakukan pada hari Rabu 9 April 2014 di Laboratorium Virologi Tumbuhan, Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain tempat untuk akuisisi serangga vektor, selang untuk memindahkan serangga yang telah diakuisisi ke tanaman sehat, pot, dan kerodong untuk menutup tanaman agar serangga vektor tidak menyebar. Adapun bahan yang dibutuhkan antara lain wereng coklat (Nilaparvata lugens), air dan media tanam berupa tanah dan tanaman padi bergejala serta gulma sehat dan tanaman padi sehat. Cara kerja yang dilakukan pada penularan virus melalui vektor ini yaitu dengan melakukan akuisisi wereng yang sehat pada padi telah bergejala virus selama 10 hari dan selanjutnya dilakukan penyebaran vektor wereng coklat pada tanaman padi sehat dan gulma dengan mengambil 2 dan 4 ekor wereng yang telah di akuisisikan menggunakan selang kemudian di inkubasikan selama 24 jam. Setelah 24 jam wereng diambil dan dibunuh. Pada praktikum ini dilakukan masing masing 2 tanaman padi sehat dan 2 tanaman gulma sehat. Masing masing ulangan diinnokulasikan wereng sebanyak 2 dan 4 ekor wereng. Kemudian diamati selama 1 bulan dengan pengamatan dilakukan 2 hari sekali.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada dasarnya penyebaran virus hanya terjadi melalu tanaman itu sendiri maupun dengan bantuan vektor. Vektor penyebaran virus dapat berupa manusia maupun serangga hama. Pada percobaan ini virus yang diuji cobakan merupakan virus RRSV dan virus RGSV. Vektor utama penyebaran virus RGSV dan RRSV tersebut adalah wereng coklat atau Nilaparvata lugens. Vektor hanyalah serangga penular bukan penyebab penyakit. Hubungan vektor dengan patogen penyebab penyakit atau virus itu sendiri adalah tidak berkaitan, sehingga keberadaan virus dalam tubuh vektor tidak mempengaruhi hidup vektor itu sendiri. Virus membutuhkan vektor hidup sebagai perantara karena virus bersifat parasit obligat yang membutuhkan inang hidup sebagai sumber hidupnya. Vektor mampu menyebarkan virus yang persisten atau siklis dan virus yang non-persisten atau non-siklik. Virus siklik dapat berkembang dalam tubuh serangga itu sendiri pada umumnya dibagian lambung, sedangkan virus non-siklik hanya menempel pada kutikula stilet serangga vektor. Kedua virus yang diuji cobakan merupakan virus persisten dan siklik, yang berarti mampu bertahan pada tubuh serangga vektor, dan tetap ada setelah serangga berganti kulit. Virus ditularkan melalui stilet lewat cairan ludah. Penularan virus melalui serangga vektor dilakukan dengan 3 kali ulangan dengan masing masing ulangan dimasuki serangga vektor (wereng batang coklat) sebanyak 6 ekor, 4 ekor dan 2 ekor. Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh bahwa pada tanaman padi maupun gulma tersebut dikatakan munculnya gejala diserang virus berlangsung secara bertahap dan tidak semua tanaman memunculkan gejala yang serempak melainkan berbeda - beda rentang waktu munculnya gejala tersebut. Pada percobaan ini keberhasilan vektor menularkan virus dari tanaman sakit ketanaman sehat dapat dikatakan berhasil, hal ini ditunjukkan dengan munculnya gejala pada tanaman yang sakit setalah 8 10 hari setalah masa inkubasi. Tanaman sehat menjadi kerdil dan daun terpilin yang menunjukkan ciri khas virus RRSV, sedangkan pada RGSV daun menjadi kasar dan bergerigi. Pada serangan lebih lanjut daun bendera akan menjadi pendek dan malai tidak terbentuk dengan sempurna. Gejala akibat infeksi virus akan lebih parah ketika tanaman terinfeksi pada usia muda, hal ini disebabkan ketahanan tanaman yang belum cukup kuat, pada tanaman usia dewasa gejala yang muncul tidak terlalu menimbulkan kerusakan yang parah dalam artian tanaman padi yang terinfeksi masih mampu untuk membentuk malai dan malai masih dapat terisi, gejala biasanya akan muncul pada sisa sisa tanaman. Hal ini akan merugikan pertanaman padi yang ditanaman selanjutnya karena virus telah berada pada pertanaman. Selain tanaman padi, virus RRSV dan RGSV juga mampu bertahan pada gulma disekitar tanaman padi. Sehingga keberadaan gulma dan vektor akan sangat mempengaruhi tingkat penyebaran virus tersebut.
V. KESIMPULAN
1. Serangga vektor dalam penyebaran penyakit akibat virus memiliki peranan yang penting. 2. Keberadaan serangga vektor pada pertanaman dan tanaman inang alternatif, akan meningkatkan jumlah infeksi penyakit akibat virus. 3. Semakin banyak serangga vektor akan semakin mempermudah penyebaran virus.
DAFTAR PUSTAKA
Andret, Link P. and M. Fuchs. 2005. Transmission specificity of plant viruses by vectors. Journal of Plant Pathology 87(3) : 153-165. Anonim. 2010. Pengendalian Wereng Coklat, Kerdil Rumput, dan Kerdil Hampa. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Jakarta. Bos, L. 1983. Introduction of Plant Virology. Pudoc. Wageningen, Netherlands. Darmono. 2014. Penyakit Virus pada Tanaman. <http://infeksi- irus.yolasite.com/resources/virus%20pada%20tanaman.doc>. Diakses pada 14 Juni 2014. Sitaresmi, T., Aan A. Daradjat, Nia Kurniawati, dan Eko Hari Iswanto. 2010. Variasi genetik dan heritabilitas ketahanan padi terhadap virus kerdil hampa (Rice Ragged Stunt Virus) dan virus kerdil rumput (Rice Grassy Stunt Virus). Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Sukamandi.