Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PENGANTAR PERPAJAKAN









Nama Kelompok :
1. Farah Hidayat 2013410021
2. M. Nasikin 2013410991
3. Iga Hastanuri H 2013410996
4. Italia Vanesya R 2013411002
5. Iqbal Rismawan 2013411069

2

Daftar Isi
BAB I ........................................................................................................................................................ 3
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 3
1.1 LATAR BELAKANG .......................................................................................................................... 3
1.2 PERUMUSAN MASALAH ................................................................................................................ 3
1.3 TUJUAN PENULISAN ...................................................................................................................... 4
1.4 MANFAAT PENULISAN .................................................................................................................. 4
BAB II ....................................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ......................................................................................................................................... 5
2.1 PENGERTIAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) ............................................................................ 5
2.2 DASAR HUKUM SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) ........................................................................ 5
2.3 FUNGSI SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) ..................................................................................... 6
2.4 PROSES PELAPORAN/PENYAMPAIAN DAN PEMBAYARAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) ...... 7
2.5 JENIS-JENIS SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) ............................................................................. 11
2.6 BENTUK-BENTUK SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) ................................................................... 12
2.7 SANKSI PELAKSANAAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) ........................................................... 12
BAB III .................................................................................................................................................... 15
KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................................................................... 15
3.1 KESIMPULAN ............................................................................................................................... 15
3.2 SARAN ......................................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 16




3

BAB I
PENDAHULUAN


1.1 LATAR BELAKANG
Negara Indonesia adalah Negara Hukum berdasarkan UUD 45 yang menjunjung tinggi hak
dan kewajiban setiap orang. Pajak merupakan wujud dari peran serta masyarakat dalam
mendukung pembangunan maupun perekonomian di Indonesia, sehingga dapat meningkatkan
kesadaran dan rasa tanggung jawab, Peran pajak bagi suatu Negara menjadi sangat dominan.
Yang berhak memungut pajak hanyalah Negara, iuran tersebut berupa uang, bukan barang.
Pajak yang dipungut berdasarkan ketentuan UUD dan aturan pelaksanaannya tanpa jasa
timbal balik dari Negara. Pajak yang digunakan untuk biaya rumah tangga yaitu pengeluaran-
pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas dan sebagai alat untuk mengatur atau
melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang ekonomi. Namun dalam membayar
pajak masih banyak Wajib Pajak yang salah penyetoran, misalnya lebih bayar ( lb ) atau
kurang bayar ( kb ) maka Wajib Pajak yang telah mempunyai NPWP perlu diberikan Surat
pemberitahuan ( SPT ) dan perlu diberi himbauan.
Dewasa ini, banyak dikalangan masyarakat kita yang belum mengetahui persis apa itu SPT.
Hal ini dimungkinkan karena latar belakang pendidikan masyarakat yang masih rendah,
sehingga tidak banyak dari mereka yang tidak tahu apa itu SPT. Jadi dengan adanya
penulisan makalah ini, semoga menjadi pedoman bagi masyarakat untuk mengetahui SPT dan
memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat yang belum memahami SPT.
1.2 PERUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan Surat Pemberitahuan (SPT)?
2. Apa yang menjadi dasar hukum Surat Pemberitahuan (SPT)?
3. Apa sajakah yang menjadi fungsi dari Surat Pemberitahuan (SPT)?
4. Apa saja yang menjadi proses pelaporan SPT dan Pembayaran SPT?
5. Apa sajakah yang termasuk kedalam jenis-jenis SPT?
6. Apa sajakah yang termasuk kedalam bentuk SPT?
7. Apa sajakah yang termasuk kedalam sanksi dalam pelaksanaan SPT?

4

1.3 TUJUAN PENULISAN
1 Tujuan penulisan ini adalah agar pembaca dapat mengetahui dan memahami SPT.
2 Agar pembaca dapat memahami bagaimana alur dan proses pelaksanaan SPT.

1.4 MANFAAT PENULISAN
1. Pembaca dapat menerapkan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan SPT.
2. Memberikan ilmu pengetahuan tentang SPT.
3. Menjadi pedoman pembaca dalam pelaksanaan kegiatan dalam SPT tersebut.

5

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT)
Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh Wajib pajak digunakan untuk melaporkan
penghitungan dan atau pembayaran pajak, objek pajak dan atau bukan objek pajak dan atau
harta dan kewajiban, menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.


2.2 DASAR HUKUM SURAT PEMBERITAHUAN (SPT)
Undang-Undang Nomor 28 TAHUN 2007 Tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang
Nomor 6 TAHUN 1983.
SE Dirjen Pajak No. SE - 04/PJ.33/1998 tanggal 30 April 1998 tentang Perpanjangan Jangka
Waktu Penyampaian SPT Tahunnan Pajak Penghasilan.
6

Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP - 518/PJ./2000 tanggal 4 Desember 2000
tentang Penyampaian Surat Pemberitahuan Selain Melalui Kantor Pos.
Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP - 517/PJ./2000 tanggal 4 Desember 2000 tentang
Tempat Pengambilan Surat Pemberitahuan.
Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor SE - 01/PJ.9/2000 tanggal 24 April 2000 tentang
pelaksanaan pelaporan menggunakan Media Elektronik.
Keputusan Menteri Keuangan Indonesia Nomor 533/KMK.04/2000 tanggal 22 Desember
2000 tentang penyelenggaraan Pembukuan Dalam Bahasa Asing Dan Mata uang selain
Rupiah Serta Penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan.
Keputusan Menteri Keuangan Indonesia Nomor 534/KMK.04/2000 tanggal 22 Desember
2000 tentang Bentuk dan Isi Surat Pemberitahuan Serta Keterangan dan atau Dokumen yang
harus dilampirkan.
Keputusan Menteri Keuangan Indonesia Nomor 535/KMK.04/2000 tanggal 22 Desember
2000 tentang Wajib Pajak tertentu Yang Dikecualikan dari Kewajiban Menyampaikan Surat
Pemberitahuan.
Keputusan Menteri Keuangan Indonesia Nomor 536/KMK.04/2000' tanggal 22 Desember
2000 tentang Tata Cara Penerimaan Dan Pengolahan Surat Pemberitahuan.
Keputusan Menteri Keuangan Indonesia Nomor 537/KMK.04/2000 tanggal 22 Desember
2000 tentang Wajib Pajak Tertentu Yang Dikecualikan dari Pengenaan Sanksi Administrasi
Berupa Denda Karena Tidak Menyampaikan SPT Dalam Jangka Waktu Yang Ditentukan.
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 82/KMK.03/2003 tanggal 28 Februari 2003 tentang
Perubahan Atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor 536/KMK.04/2000' 536/KMK.04/2000
tentang Tata Cara Penerimaan dan Pengolahan Surat Pemberitahuan.
2.3 FUNGSI SURAT PEMBERITAHUAN (SPT)
Fungsi SPT ditujukan kepada tiga subjek, yaitu:
1. Wajib Pajak PPh
Sebagai sarana WP untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan
jumlah pajak yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang :
a. pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri atau melalui
pemotongan atau pemungutan pihak lain dalam satu Tahun Pajak atau Bagian Tahun
Pajak;
b. penghasilan yang merupakan objek pajak dan atau bukan objek pajak;
c. harta dan kewajiban;
d. pemotongan/ pemungutan pajak orang atau badan lain dalam 1 (satu) Masa Pajak.
2. Pengusaha Kena Pajak
7

Sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah PPN
dan PPnBM yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang :
a) pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran;
b) pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri oleh PKP dan atau
melalui pihak lain dalam satu masa pajak, yang ditentukan oleh ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan yang berlaku.
3. Pemotong/Pemungut Pajak
Sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan pajak yang dipotong atau
dipungut dan disetorkan.

2.4 PROSES PELAPORAN/PENYAMPAIAN DAN PEMBAYARAN SURAT
PEMBERITAHUAN (SPT)
1. Tata Cara Pelaporan/Penyampaian SPT
Posted on November 2, 2007 by omiyan
Setelah Wajib Pajak mendapatkan NPWP, kemudian melakukan pembayaran pajak,
kewajiban selanjutnya yang harus dilaksanakan adalah melaporkannya ke Kantor Pelayanan
Pajak tempat kedudukan Wajib Pajak tersebut. Hal-hal yang berkaitan dengan pelaporan
Wajib Pajak dapat diakses melalui website Direktorat Jenderal Pajak http://www.pajak.go.id
dengan mengklik Petunjuk 3M Melapor.
Kewajban melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan
objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan dalam SPT tercantum dalam Pasal 3 ayat 1 UU KUP yang berbunyi
sbb: Setiap WP wajib mengisi SPT dengan benar, lengkap, dan jelas, dalam bahasa
Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan mata uang Rupiah, dan
menandatangani serta menyampaikannya ke kantor DJP tempat WP terdaftar atau
dikukuhkan atau tempat lain yang ditetapkan oleh Dirjen Pajak.
a. Yang dimaksud dengan benar, lengkap, dan jelas dalam mengisi SPT adalah :
benar adalah benar dalam perhitungan, termasuk benar dalam penerapan ketentuan peraturan
UU Pajak, dalam penulisan, dan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya;
b. Lengkap adalah memuat semua unsur-unsur yang berkaitan dengan objek pajak dan
unsur-unsur lain yang harus dilaporkan dalam SPT; dan
c. Jelas melaporkan asal-usul / sumber objek pajak dan unsur lain yg hrs diisikan dlm
SPT.SPT yg telah diisi dgn benar, lengkap, dan jelas tersebut wajib disampaikan ke kantor
DJP tempat WP terdaftar atau dikukuhkan atau tempat lain yang ditetapkan oleh DJP, dan
kewajiban penyampaian SPT oleh Pemotong atau Pemungut Pajak dilakukan untuk setiap
Masa Pajak.
8

a. Ketentuan Tentang Penyampaian SPT
a. SPT dapat disampaikan secara langsung atau melalui Pos secara tercatat ke KPP atau
KP4 setempat, atau melalui jasa ekspedisi atau jasa kurir yang ditunjuk oleh Direktur
Jenderal Pajak.
b. Batas waktu penyampaian:
1. SPT Masa, paling lambat dua puluh hari setelah akhir Masa Pajak.
2. SPT Tahunan, paling lambat tiga bulan setelah akhir Tahun Pajak.
3. SPT yang disampaikan langsung ke KPP/KP4 diberikan bukti penerimaan. Dalam hal SPT
disampaikan melalui pos secara tercatat, bukti serta tanggal pengiriman dianggap sebagai
bukti penerimaan.

b. Penyampaian SPT melalui Elekttronik (e-SPT)
Wajib Pajak dapat menyampaikan Surat Pemberitahuan secara elektronik (e-SPT) melalui
perusahaan penyedia jasa aplikasi (Application Service Provider) yang ditunjuk oleh Direktur
Jenderal Pajak. yang ditentukan, dikenakan sanksi administrasi berupa denda :
a. Rp 50.000,00 untuk SPT Masa;
b. Rp 100.000,00 untuk SPT Tahunan.
c. Baru-baru ini telah terbit Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-26/PJ/2012
yang mengatur mengatur bagaimana cara wajib pajak (WP) menyampaikan SPT Tahunan.
Dalam peraturan tersebut disebutkan 4 (empat) cara penyampaian SPT Tahunan, yaitu :

1. Secara langsung

Artinya SPT Tahunan yang telah kita buat dapat disampaikan melalui TPT (Tempat
Pelayanan Terpadu) yang ada di KPP tempat WP terdaftar.
SPT yang wajib disampaikan di TPT adalah :
1. SPT Tahunan 2012 tersebut statusnya Lebih Bayar (LB);
2. SPT Tahunan tersebut merupakan SPT Tahunan Pembetulan tahun pajak sebelum tahun
2012;
3. SPT Tahunan 2012 yang disampaikan tersebut sudah melewati batas waktu penyampaian
SPT (batas waktu penyampaian SPT tahunan dapat dilihat disini)
4. SPT Tahunan 2012 dalam bentuk e-SPT selain disampaikan melalui TPT juga dapat
disampaikan melalui Pojok Pajak/ Mobil Pajak / Drop box yang ada dimana-mana. SPT yang
9

dapat disampaikan disini adalah untuk SPT Tahunan selain : SPT Tahunan LB, SPT Tahunan
pembetulan, atau SPT Tahunan yang disampaikan setelah batas waktu penyampaian SPT.

Penyampaian SPT Tahunan secara langsung ini dilakukan tidak dalam amplop atau kemasan.
2. Melalui Pos dengan Bukti Pengiriman Surat ke KPP tempat WP terdaftar

Penyampaian SPT melalui pos dimasukkan ke dalam amplop tertutup yang telah ditempel
Lembar Informasi yang berisi data tentang :
1. Nama WP
2. NPWP
3. Tahun Pajak
4. Status SPT (Nihil/KB/LB)
5. Jenis SPT (Normal/Pembetulan)
6. Perubahan Data (ada/Tidak Ada)
7. No Telepon
8. Pernyataan
9. Tanda Tangan WP
Format ada di Lampiran PER-26/PJ/2012
3. Melalui Perusahaan Jasa Ekspedisi atau Kurir dengan Bukti Pengiriman ke KPP tempat
WP terdaftar

Penyampaian SPT melalui Jasa Ekspedisi atau kurir dimasukkan ke dalam amplop tertutup
yang telah ditempel Lembar Informasi yang berisi data tentang:
1. Nama WP
2. NPWP
3. Tahun Pajak
4. Status SPT (Nihil/KB/LB)
5. Jenis SPT (Normal/Pembetulan)
6. Perubahan Data (ada/Tidak Ada)
7. No Telepon
8. Pernyataan
10

9. Tanda Tangan WP
Format ada di Lampiran PER-26/PJ/2012

4. E-Filling melalui website DJP (www.pajak.go.id) atau jasa Penyedia ASP

Kita mengisi sendiri melalui media elektronik secara online ke website DJP. Untuk lebih
lengkapnya bisa dilihat di PER-26/PJ/2012
(Mengenal sanksi SPT, Posted on April 18, 2011 by aris aviantara)

2. Pembayaran Surat Pemberitahuan (SPT)
Menurut yang di poskan oleh Henry Truman 26 November 2012 Ketentuan Umum
Perpajakan, cara pembayaran SPT adalah:
Menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) melalui bank persepsi atau kantor pos persepsi. SSP
itu adalah formulir bukti pembayaran ( jika di bank kita mengenalnya sebagai slip) yang
terdiri atas 5 rangkap kertas. Untuk memperolehnya dapat anda unduh di www.pajak.go.id di
menu download -lainnya. Bank biasanya meminta SSP yang berkarbon, jika WP mencetak
dari website informasikan untuk membawa kertas karbon sendiri. Ada pun bank persepsi
adalah bank yang ditunjuk oleh pemerintah untuk menerima pembayaran pajak. Berikut ini
adalah ketentuan jika membayar dengan menggunakan SSP.
Bank persepsi: SSP lembar ke-1 dan ke-3 yang didalamnya sudah tertera NTPN (Nomor
Transaksi Penerimaan Negara) dan NTB (Nomor Transaksi Bank).
SSP baru dianggap sah jika sudah tercantum NTPN dan NTB (Pasal 2 ayat (5) PER
148/PJ/2007). tetapi utk beberapa Bank terkadang validasi NTPN diberikan di lembaran
tersendiri yang terpisah dari SSP.
Untuk WP yang membayar PPh pasal 25, maka SSP yang didalamnya sudah tertera NTPN
tersebut dianggap sebagai pelaporan SPT Masa PPh Pasal 25, sehingga WP tidak perlu lagi
melaporkan SSP yang sudah diterakan NTPN tsb ke KPP tempat WP terdaftar. (Pasal 4 ayat
(1) PER 22/PJ/2008).
Kantor Pos Persepsi : SSP lembar ke-1 dan ke-3 yang yang didalamnya sudah tertera NTPN
(Nomor Transaksi Penerimaan Negara) dan NTP (Nomor Transaksi Pos) (Pasal 2 ayat (5)
PER 148/PJ/2007).
Untuk WP yang membayar PPh pasal 25, maka SSP yang didalamnya sudah tertera NTPN
tersebut dianggap sebagai pelaporan SPT Masa PPh Pasal 25, sehingga WP tidak perlu lagi
melaporkan SSP yang sudah diterakan NTPN tsb ke KPP tempat WP terdaftar. (Pasal 4 ayat
(1) PER 22/PJ/2008).
Menurut yang di poskan oleh Haris dalam blognya pada tanggal 28 Apr 2011 Pukul 14:01
WIB Untuk membayar seperti bisa melalui pos, atau bank persepsi yang telah ditunjuk oleh
11

KPP biasanya kalau untuk SPT massa menggunakan SSP bila dia pekerja bebas dibayar
setiap bulan, dan untuk wp bekerja sebagai pegewai tetap akan dibayarkan oleh pemberi kerja
tiap bulan dan WP OP hanya menghitung, membayar dan menyetorkan spt tahunan aja, dan
untuk denda keterlambatan dikenakan sanksi untuk wp sebesar Rp1.000.000,-.

2.5 JENIS-JENIS SURAT PEMBERITAHUAN (SPT)
Jenis Surat Pemberitahuan dilihat dari periode pelaporan terdiri dari Surat Pemberitahuan
Tahunan dan Surat Pemberitahuan Masa.
a. Surat Pemberitahuan Tahunan.
Surat Pemberitahuan Tahunan terbagi dalam beberapa bentuk formulir sesuai dengan Wajib
Pajak yang melaporkannya, yaitu:
1. SPT Tahunan Pajak Penghasilan Badan (formulir 1771).
2. SPT Tahunan Pajak Penghasilan Badan bagi Wajib Pajak yang diizinkan
menyelenggarakan pembukuan dalam Mata Uang Dolar AS (formulir 1771 $).
3. SPT Tahunan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (formulir 1770).
4. SPT Tahunan Pajak Penghasilan Orang Pribadi Sederhana (formulir 1770 S).
5. Surat Pemberitahuan Tahunan Paj ak Penghasilan Orang Pribadi Sangat Sederhana
(formulir 1770 SS).

b. Surat Pemberitahuan Masa
Surat Pemberitahuan Masa terbagi dal am beberapa bentuk formulir sesuai dengan jenis
pajak yang dil aporkan, yaitu:
1. SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 21 dan Pasal 26 (formulir 1721).
2. SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 22.
3. SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 23 dan Pasal 26.
4. SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 25.
5. SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2).
6. SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 15.
7. SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai (formulir 1111).
8. SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai bagi Pemungut.
12

9. SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai bagi Pengusaha Kena Pajak Pedagang Eceran yang
menggunakan nilai lain sebagai Dasar Pengenaan Pajak (formulir 1111 DM).
10. SPT Masa Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
11. SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan.
12. SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan yang diizinkan menyelenggarakan
pembukuan dalam bahasa Inggris dan mata uang Dollar Amerika Serikat.
13. SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi.
14. SPT Tahunan Pajak Penghasilan Pasal 21.
(Bahan Ajar KUP Prodip 1 Keuangan Spesialisasi Pajak Tahun 2013)

2.6 BENTUK-BENTUK SURAT PEMBERITAHUAN (SPT)
Bentuk Surat Pemberitahuan dilihat darifisik Surat Pemberitahuan terdiri dari formulir
kertas(hardcopy) dan e-SPT.
1. Formulir kertas (hardcopy).
Merupakan formulir dalam bentuk kertas yang dapat diisi oleh Wajib Pajak
sebagaimana formulir pada umumnya.
2. e-SPT
Merupakan data Surat Pemberitahuan Wajib Pajak dalam bentuk elektronik yang dibuat oleh
Wajib Pajak dengan menggunakan aplikasi e-SPT yang disediakan oleh Direktorat
Jenderal Pajak.

2.7 SANKSI PELAKSANAAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT)
Sanksi bagi WP yang tidak menyampaikan/tidak melaksanakan SPT, dapat berupa sanksi
administrasi ataupun sanksi pidana. Sanksi administrasi dapat berupa denda sebagaimana
diatur dalam Pasal 7 UU KUP atau berupa kenaikan sebagaimana diatur dalam Pasal 13 ayat
3 UU KUP. Sanksi pidana dapat berupa kurungan atas tindak pidana kealpaan sebagaimana
diatur dalam Pasal 38 UU KUP ataupun penjara atas tindak pidana kesengajaan sebagaimana
diatur dalam Pasal 39 UU KUP.
1. Surat Teguran atas SPT yang tidak disampaikan.
Apabila SPT tidak disampaikan sesuai batas waktu yang ditentukan atau batas waktu
perpanjangan penyampaian SPT Tahunan, dapat diterbitkan Surat Teguran (Pasal 3 ayat 5a
UU KUP). Penerbitan Surat Teguran, disamping merupakan bentuk pembinaan terhadap WP,
13

juga merupakan syarat bagi dikenainya WP yang bersangkutan dengan sanksi administrasi
berupa kenaikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat 1 huruf b dan Pasal 13 ayat 3
UU KUP.

2. Sanksi administrasi berupa denda.
Pasal 7 ayat (1) UU KUP menyatakan apabila SPT tidak disampaikan dalam jangka
waktunya atau batas waktu perpanjangan penyampaian SPT, dikenai sanksi administrasi
berupa denda sebesar:
Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) untuk SPT Masa PPN,
Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah) untuk SPT Masa lainnya,
Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) untuk SPT Tahunan PPh WP Badan
Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah) untuk SPT Tahunan PPh WP Orang Pribadi.

Ayat (2) menyatakan bahwa sanksi administrasi berupa denda diatas tidak dilakukan
terhadap:
a. WP Orang Pribadi yang telah meninggal dunia;
b. WP Orang Pribadi yang sudah tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas;
c. WP Orang Pribadi yg berstatus sebagai W N A yg tidak tinggal lagi di Indonesia;
d. BUT yang tidak melakukan kegiatan lagi di Indonesia;
e. WP Badan yg tidak melakukan usaha lagi tetapi belum bubar sesuai dengan
ketentuannya
f. Bendahara yang tidak melakukan pembayaran lagi;
g. WP yang terkena bencana, yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Menteri
Keuangan atau
h. WP lain yg diatur dengan atau berdasarkan PMK.


Yang dimaksud dengan WP lain tersebut pada huruf h berdasarkan PMK No.
186/PMK.03/2007 adalah WP yg tidak dapat menyampaikan SPT dalam jangka waktu yg
telah ditentukan karena keadaan antara lain :
a. kerusuhan massal;
b. kebakaran;
c. ledakan bom atau aksi terorisme;
d. perang antar suku; atau
e. kegagalan sistem komputer administrasi penerimaan negara atau perpajakan.
Penetapan WP tersebut dilakukan dengan Keputusan Dirjen Pajak.

14

3. Sanksi administrasi berupa kenaikan.
Sanksi administrasi berupa kenaikan dapat dikenakan melaui penerbitan SKP KB apabila
SPT tidak disampaikan dalam jangka waktunya dan setelah ditegur secara tertulis, tetap tidak
disampaikan pada waktunya sebagaimana ditentukan dalam Surat Teguran (Pasal 13 ayat 1
huruf b UU KUP). Dari Jumlah pajak dalam SKP KB yang diterbitkan ditambah dengan
sanksi administrasi berupa kenaikan sesuai dengan Pasal 13 ayat 3 UU KUP.
4. Sanksi pidana kurungan.
Pidana kurungan dalam Pasal 38 UU KUP dikenakan terhadap setiap orang yang karena
kealpaannya tidak menyampaian SPT.
Pasal 38 UU KUP tersebut berbunyi: Setiap orang yang karena kealpaannya:
a. tidak menyampaikan SPT; atau
b. menyampaikan SPT, tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap, atau melampirkan
keterangan yg isinya tidak benar sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan
negara dan perbuatan tersebut merupakan perbuatan setelah perbuatan yang pertama kali
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13A, didenda paling sedikit 1 kali jumlah pajak terutang
yg tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 2 kali jumlah pajak terutang yg tidak atau
kurang dibayar, atau dipidana kurungan paling singkat 3 bulan atau paling lama 1 tahun.

Yang dimaksud dengan perbuatan yang pertama kali sebagaimana dimaksud dalam Pasal
13A adalah WP yang karena kealpaannya tidak menyampaikan SPT atau menyampaikan
SPT, tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap, atau melampirkan keterangan yang isinya
tidak benar sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara, tidak dikenai
sanksi pidana apabila kealpaan tersebut pertama kali dilakukan oleh WP dan WP tersebut
wajib melunasi kekurangan pembayaran jumlah pajak yang terutang beserta sanksi
administrasi berupa kenaikan sebesar 200 % dari jumlah pajak yg kurang dibayar yang
ditetapkan melalui penerbitan SKP KB.
5. Sanksi pidana penjara.
Pasal 39 ayat 1 huruf c dan d UU KUP menyatakan Setiap orang yang dengan sengaja:
a. tidak menyampaikan SPT;
b. menyampaikan SPT dan/atau keterangan yang isinya tidak benar atau tidak lengkap,
terkena sanksi pidana antara 6 bulan s/d 6 tahun dan denda antara 2 s/d 4 kali.
(Mengenal sanksi SPT Posted on April 18, 2011 by Aris Aviantara dan Sumber : Indonesian
Tax Review)

15

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 KESIMPULAN
1. Surat Pemberitahuan adalah surat yang oleh Wajib pajak digunakan untuk melaporkan
penghitungan dan atau pembayaran pajak, objek pajak dan atau bukan objek pajak dan atau
harta dan kewajiban, menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
2. Dasar hukum SPT sesuai dengan Keputusan Dirjen Pajak, Undang-undang KUP dan
Keputusan dari Menteri Keuangan.
3. Fungsi SPTditujukan pada 3 subjek, yaitu Wajib Pajak PPh, Pengusaha Kena Pajak dan
Pemotong/Pemungut Pajak.
4. Tata cara pelaporan/penyampaian SPT menyangkut dengan Ketentuan Tentang
Penyampaian SPT dan Penyampaian SPT melalui Elekttronik (e-SPT) yang dalam hal ini
penyampaian SPT melalui elektronik (e-SPT) dapat dilakukan dengan Secara langsung,
Melalui Pos dengan Bukti Pengiriman Surat ke KPP tempat WP terdaftar, Melalui
Perusahaan Jasa Ekspedisi atau Kurir dengan Bukti Pengiriman ke KPP tempat WP terdaftar
dan juga E-Filling melalui website DJP (www.pajak.go.id) atau jasa Penyedia ASP.
5. Jenis SPT ada dua macam, yaitu SPT Tahunan dan SPT Masa.
6. Dalam SPT dikenal dua bentuk SPT yaitu Formulir Kertas (hardcopy) dan e-SPT.
7. Adapun sanksi dalam pelaksanaan SPT adalah Surat teguran atas SPT yang tidak
disampaikan, Sanksi administrasi berupa denda, Sanksi administrasi berupa kenaikan, Sanksi
pidana kurungan dan Sanksi pidana penjara.
3.2 SARAN
Berdasarkan Uraian diatas, maka yang dapat kami sarankan adalah :
1. Sebaikanya dilakukan sosialisasi yang lebih efektif dalam hal pemberitahuan karena tidak
sedikit juga WP yang tidak mengetahui tentang SPT tersebut.
2. Menyiapkan Drop Box lebih banyak lagi pada tempat-tempat umum yang strategis
beserta petugas penerima dan penelitiannya untuk memudahkan penyampaian dan sebagai
bentuk pelayanan kepada WP.

16

DAFTAR PUSTAKA

P, Handayanto T.2013.Bahan Ajar Ketentuan Umum Perpajakan Prodip I Keuangan
Spesialisasi Pajak.Jakarta
Soemitro, Rochmat.1991.Asas dan Dasar Perpajakan.Bandung: Eresco

Sumber:
Indonesian Tax Review
http://id.wikipedia.org/wiki/SPT
http://www.pajak.go.id
http://sicentol.wordpress.com/2007/11/02/tata-cara-pelaporan-spt/
http://pelayanan-pajak.blogspot.com/2013/01/bagaimana-cara-menyampaikan-spt-
tahunan.html
pelayanan-pajak.blogspot.com/2009/04/surat-pemberitahuan-spt.html
http://aviantara.wordpress.com/
http://mhs.blog.ui.ac.id/henry.truman/2012/11/26/tata-cara-pembayaran-pajak/
http://www.ortax.org/ortax/?mod=forum&page=show&idtopik=22830
http://www.kaskus.co.id/thread/51a70f718127cfee35000014/ask-bgmna-cara-membuat-
pembayaran-spt-paypall
http://armodasworld.blogspot.com/2012/05/pengertian-spt-dan-spp-lengkap.html
http://ibiitaxcentre.wordpress.com/spt/

Anda mungkin juga menyukai