Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH

MODUL I
PENGUKURAN SUDUT






Kelompok 9
Erlangga Rizki fauzi 1006758294
Joscelind 1006674225
Mohammad Bagus Prasetyo 1006659741
Riyadh 1006771270

Waktu Praktikum : Minggu, 2 Oktober 2011
Asisten Praktikum : Ingen Augdiga Sidauruk
PJ Modul :
Tanggal Disetujui :
Nilai :
Paraf :

LABORATORIUM SURVEY DAN PEMETAAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2011
A. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah :
1. Mengetahui besar sudut horizontal dan sudut vertikal
2. Menentukan koordinat suatu titik
3. Menghitung azimuth suatu arah
4. Menghitung kesalahan indeks

B. Peralatan
1. Theodolit 1 buah
2. Rambu 1 buah
3. Meteran 1 buah
4. Patok 6 buah
5. Payung 1 buah
6. Statif 1 buah

C. Teori dasar
Pengukuran sudut merupakan bagian dari survey detail dan kontrol. Alat theodolit
digunakan untuk mengukur besar sudut, baik sudut vertikal maupun sudut horisontal.
Sudut horizontal adalah pengukuran dasar yang diperlukan untuk penentuan sudut arah
dan azimut, sementara sudut vertikal adalah sudut yang diukur pada tempat alat yang
dibentuk oleh dua buah titik dan untuk menentukan sudut zenith. Sudut-sudut dapat
diukur secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung sudut diukur di lapangan
dengan kompas, theodolit kompas, theodolit biasa ataupun sextan. Sedangkan secara
tidak langsung dapat diukur dengan metode pita, yang harganya dihitung dari
hubungan kuantitas yang diketahui dalam sebuah segitiga atau bentuk geometrik
sederhana lainnya. Jenis-jenis sudut horizontal yang paling biasa diukur dalam
pengukuran tanah adalah:
1. Sudut dalam
2. Sudut ke kanan
3. Sudut belokan
Untuk menentukan sudut dari pengukuran di lapangan
harus dipenuhi, yaitu :
1. Garis awal atau a
2. Arah perputaran
3. Jarak Sudut (harga
Pada saat pengukuran di lapangan seharusnya dipakai prosedur yang seragam,
misalnya bila mungkin selalu mengukur sudut searah jarum jam,
ditunjukkan dalam buku lapangan dengan sebuah sketsa. Sudut antara dua jurusan A
dan B dapat diketahui dengan menghitung selisih pembacaan sudut horizontal pada
theodolit yang diarahkan ke A dan B.
dua jurusan, yaitu dengan cara reiterasi, repetisi, mengukur jurusan, dan mengukur
sektor-sektor. Koordinat suatu titik dapat dihitung berdasarkan suatu titik referensi
yang sudah diketahui koordinatnya.
cara sebagai berikut :
1. Ukur tinggi theodolit dari as teropong (sumbu I) sampai permukaan tanah,
misalnya Y meter.
2. Arahkan teropong ke rambu pada ketinggian Y meter.
3. Baca besar sudut vertikal

Rumus yang dipakai








Untuk menentukan sudut dari pengukuran di lapangan terdapat tiga persyaratan yang
harus dipenuhi, yaitu :
atau acuan
erputaran
arga sudut)
Pada saat pengukuran di lapangan seharusnya dipakai prosedur yang seragam,
misalnya bila mungkin selalu mengukur sudut searah jarum jam,
ditunjukkan dalam buku lapangan dengan sebuah sketsa. Sudut antara dua jurusan A
dan B dapat diketahui dengan menghitung selisih pembacaan sudut horizontal pada
eodolit yang diarahkan ke A dan B. Ada empat cara untuk menentukan sudut
, yaitu dengan cara reiterasi, repetisi, mengukur jurusan, dan mengukur
Koordinat suatu titik dapat dihitung berdasarkan suatu titik referensi
yang sudah diketahui koordinatnya. Sedangkan sudut vertikal dapat diketahui deng
cara sebagai berikut :
Ukur tinggi theodolit dari as teropong (sumbu I) sampai permukaan tanah,
misalnya Y meter.
Arahkan teropong ke rambu pada ketinggian Y meter.
Baca besar sudut vertikal
Rumus yang dipakai untuk menentukan posisi atau letak dari su
X
A
= X
T
+ d
TA
sin
TA

Y
A
= Y
T
+ d
TA
cos
TA

terdapat tiga persyaratan yang
Pada saat pengukuran di lapangan seharusnya dipakai prosedur yang seragam,
misalnya bila mungkin selalu mengukur sudut searah jarum jam, dan arah putaran
ditunjukkan dalam buku lapangan dengan sebuah sketsa. Sudut antara dua jurusan A
dan B dapat diketahui dengan menghitung selisih pembacaan sudut horizontal pada
Ada empat cara untuk menentukan sudut antara
, yaitu dengan cara reiterasi, repetisi, mengukur jurusan, dan mengukur
Koordinat suatu titik dapat dihitung berdasarkan suatu titik referensi
udut vertikal dapat diketahui dengan
Ukur tinggi theodolit dari as teropong (sumbu I) sampai permukaan tanah,
untuk menentukan posisi atau letak dari suatu titik adalah :
Keterangan :

TA
= azimuth TA
T = Titik referensi
d
TA
= Jarak antara

titik A dan B
besarnya d dapat dihitung dengan rumus :
d = 100 (a-b) cos
2
(90
o
)
beda tinggi dapat dihitung dengan rumus :
t = 50 (a b) sin 2
Keterangan :
a = pembacaan batas atas
b = pembacaan batas bawah
= sudut vertikal

D. Cara Kerja
1. Menyiapkan semua peralatan yang dibutuhkan untuk melakukan praktikum
pengukuran sudut.
2. Memasang statif ditempat yang diinginkan
3. Menentukan 5 titik sebagai titik peletakan patok lalu tentukan titik pertama sebagai
titik A, titik kedua sebagai titik B dan seterusnya hingga titik yang terakhir.
4. Memasang theodolit dengan benar lalu kencangkan.
5. Memasang patok di kelima titik tersebut
6. Mengatur sedemikian rupa sehingga gelembung air pada nivo berada di tengah-
tengah.
7. Mengatur sedemikian pula sehingga gelembung air pada waterpass berada di
tengah-tengah
8. Meletakkan titik ke-enam tegak lurus terhadap theodolit dengan cara melihat pada
lensa kecil yang terdapat pada theodolit lalu gerak-gerakan tangan dibawah
theodolit hingga terlihat di cermin. Setelah itu, letakkan titik tepat di posisi saat
tangan terlihat di cermin. Dengan cara ini maka dipastikan patok tegak lurus
dengan thedolit.
9. Mengatur VA sebesar 90
0
0 0 dan HA sebesar 0
0
0 0 (dapat pula dilakukan
dengan menekan tombol hold hingga muncul angka 0)
10. Meletakkan rambu di belakang titik (posisikan rambu berdiri secara lurus)
11. Meluruskan theodolit dengan rambu. Untuk memastikan theodolit lurus dengan
rambu, lihat tanda segitiga yang terdapat di teropong kecil pada theodolit, lalu atur
agar segitiga tersebut berhimpitan dengan rambu.
12. Setelah dipastikan theodolit lurus dengan rambu, mengunci theodolit dengan
memutar sekrup yang ada di theodolit. Hal ini bertujuan agar theodolit tidak
bergerak.
13. Mencatat batas atas (garis yang paling atas), batas tengah (garis yang terletak
ditengah-tengah) dan batas bawah (garis yang paling bawah) yang tertera pada
theodolit.
14. Setelah itu, melakukan pengukuran sudut untuk titik kedua atau titik B
15. Memindahkan rambu dari titik A ke titik B
16. Membuka pengunci theodolit dengan cara memutar sekrup pengunci kembali
namun arahnya berlawanan
17. Dengan cara yang sama, meluruskan theodolit dengan rambu pada titik B.
18. Mengunci theodolit dengan memutar sekrup pengunci
19. Mencatat besarnya HA yang tertera di layar theodolit.
20. Mencatat batas atas, batas tengah, dan batas bawah seperti pada langkah 13.
21. Mengulangi langkah 15-20 hingga titik ke 5 atau titik E.
22. Setelah mencatat batas atas, batas tengah, dan batas bawah titik E, mengatur
kedudukan HA menjadi 180
0
dengan cara memutar theodolite dan VA menjadi
270
0
dengan cara memutar teropong yang ada di theodolite dan memutar sekrup
yang ada di theodolite.
23. Melakukan kembali pengukuran sudut dari titik E ke titik A seperti prosedur
sebelumnya.
24. Mengukur dan mencatat ketinggian theodolit dari permukaan tanah dengan
menggunakan rambu
25. Mengukur dan mencatat jarak antara titik acuan dengan kelima titik dengan
menggunakan meteran.
26. Mengolah data hasil percobaan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan.

E. Data Pengamatan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diperoleh data sebagai berikut:
No Patok BA BT BB
Sudut Horizontal
Sudut
Vertikal
Tinggi
Alat
SB SLB
1 A 143 139 135 0 0' 0'' -
90
138
2 B 132 128 124 3203'10" -
3 C 128 122 115 5613'55" -
4 D 115 105 98 6914'50" -
5 E 112 105 98 8222'05" -
6 E' 112 105 98.5 - 26217'05"
270
7 D' 112 105 98.5 - 24851'0"
8 C' 127 121 115 - 23607'15"
9 B' 132 128 124 - 21226'25"
10 A' 144 140 136 - 17941'40"
Keterangan : *) dalam satuan cm
BA : Batas atas
BT : Batas tengah
BB : Batas bawah
SB : Sudut biasa
SLB : Sudut luar biasa
Tabel jarak titik dilapangan dengan menggunakan meteran
No Titik dfield*
1 A 10
2 B 8.2
3 C 11.7
4 D 13.39
5 E 13.59
*) dalam satuan meter



F. Pengolahan Data
Menghitung besarnya Doptis
Doptis merupakan jarak antara titik dengan theodolit berdasarkan data yang
didapat dari hasil penembakan dengan menggunakan theodolit. Untuk menghitung
besarnya Doptis, digunakan rumus :
= 100( )
Sehingga berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, besarnya Doptis untuk
masing-masing titik adalah sebagai berikut.

Titik A : Doptis = 100 (BA-BB)
= 100(143 135)
= 800 cm = 8 m

Titik B : Doptis = 100 (BA-BB)
= 100(132 124)
= 800 cm = 8 m

Titik C : Doptis = 100 (BA-BB)
= 100(128 115)
= 1300 cm = 13 m

Titik D : Doptis = 100 (BA-BB)
= 100(115-98)
= 1700 cm = 17 m

Titik E : Doptis = 100 (BA-BB)
= 100(112-98)
= 1400 cm = 14 m

Titik E: Doptis = 100 (BA-BB)
= 100(112-98.5)
= 1350 cm = 13.5 m

Titik D: Doptis = 100 (BA-BB)
= 100(112-98.5)
= 1350 cm =13.5 m


Titik C: Doptis = 100 (BA-BB)
= 100(127-115)
= 1200 cm = 12 m

Titik B: Doptis = 100 (BA-BB)
= 100(132-124)
= 800 cm = 8 m

Titik A: Doptis = 100 (BA-BB)
= 100(144-136)
= 800 cm = 8 m


Menghitung besarnya kesalahan relatif jarak
Menghitung besarnya kesalahan relatif jarak digunakan untuk mengetahui
besarnya persentase penyimpangan antara Doptis dengan Dfield. Hal ini juga dapat
digunakan sebagai acuan dalam menilai besar kecilnya kesalahan yang dilakukan
selama praktikum. Untuk mengetahui besarnya kesalahan relative (KR) dapat
dihitung dengan menggunakan rumus :
KR =
Dield Doptis
Doptis
x100%
Sehingga diperoleh KR dari masing-masing titik adalah sebagai berikut :
Titik A =

100%
= 25 %
Titik B =
.

100%
= 2.5 %
Titik C =
.

100%
= 10 %
Titik D =
.

100%
= 21 %
Titik E =
.

100%
= 2.9%
Titik E =
..
.
100%
= 0.6 %
Titik D =
..
.
100%
= 0.8 %
Titik C =
.

100%
= 2.5 %
Titik B =
.

100%
= 2.5 %
Titik A =

100%
= 25 %
KR
a
=

(25% + 25%) = 25 %
KR
b
=

(2.5% + 2.5%) = 2.5 %


KR
c
=

(10%+2.5%) = 6.25%
KR
d
=

(21% + 0.8%) = 10.9%


KR
e
=

(2.9%+0.6%) = 3.5%
KR
total
=(25%+2.5%+6.25%+10.9%+3.5%)x

= 12.04 %

Menghitung Kesalahan Relatif Sudut
Untuk menghitung besarnya kesalahan relatif sudut, digunakan rumus :

=

180

100%
Sehingga untuk percobaan tersebut diperoleh hasil sebagai berikut:
=

180

100%
=
1794140" 180
822208"
100%
= 0.37 %
Menghitung selisih tinggi alat dengan batas tengah
Untuk menghitung selisih () antara tinggi alat dengan batas tengah,
digunakan rumus :
= |T. alat BT|

Sehingga untuk percobaan tersebut didapatkan hasilnya sebagai berikut :

No Titik T.alat BT H
1 A 138 139 1
2 B 138 128 10
3 C 138 122 16
4 D 138 105 33
5 E 138 105 33
6 E' 138 105 33
7 D' 138 105 33
8 C' 138 121 17
9 B' 138 128 10
10 A' 138 140 2
*) satuan dalam cm

Menentukan titik koordinat masing-masing titik
Penentuan titik koordinat disetiap titik diperlukan untuk mengetahui letak
atau posisi titik dilapangan. Selain untuk mengetahui letak atau posisi titik-titik
penembakan, kita juga dapat menggambarkan sketsa dari letak-letak titik tembak di
atas kertas melalui perhitungan. Untuk mengetahui titik koordinat X dan Y,
terlebih dahulu kita mencari SIM. SIM ini bertujuan agar kita mengetahui sudut
elevasi dari titik satu ke titik lainnya. Rumus untuk mencari SIM adalah sebagai
berikut.
() =
+
2


Setelah kita mengetahui besarnya sudut elevasi dari titik yang satu dengan
titik lainnya, maka kita dapat menentukan titik koordinat setiap titik dengan rumus:
= . sin
= . cos
Untuk praktikum kali ini,
No Titik
1 A
2 B
3 C
4 D
5 E

Letak titik-titik
Keterangan : T
Sketsa besarnya sudut di tiap

-18
-16
-14
-12
-10
-8
-6
-4
-2
0
2
0
Untuk praktikum kali ini, diperoleh hasil sebagai berikut:
SB SLB SIM () Doptis
0 0' 0'' 17941'40" 8950'50"
3203'10" 21226'25" 12214'47.5''
5613'55" 23607'15" 14610'35"
6914'50" 24851'0" 15925'5''
8222'05" 26217'05" 17219'35"
titik tembak di lapangan digambarkan sebagai berikut:
Keterangan : Theodolite terletak di titik (0,0)
Sketsa besarnya sudut di tiap-tiap titik digambarkan sebagai berikut.

B
C
D
E
2 4 6 8
Doptis
titik koordinat
X Y
8 7.99 0.02
8 6.77 -4.27
13 7.12 -10.88
17 5.98 -15.92
14 1.87 -13.87
gan digambarkan sebagai berikut:

digambarkan sebagai berikut.
A
10
G. Analisa
1. Analisa Praktikum
Praktikum dimulai dengan mengambil peralatan dari laboratorium survey dan
pemetaan. Kemudian menuju ke lokasi survey. Praktikum pengukuran sudut
dilakukan disekitar area lapangan GK Fakultas Teknik. Theodolite ditempatkan di
tempat teduh sekitar lapangan tersebut untuk menghindari pembiasan cahaya saat
melakukan pengukuran dengan theodolite dan juga sebagai langkah antisipasi jika
turun hujan, sedangkan kelima patok diletakkan di depan theodolit pada jarak yang
telah ditentukan. Pada praktikum kali ini, patok ditempatkan pada jarak yang tidak
terlalu jauh karena terhalang oleh pepohonan yang ada disekitar lokasi praktikum.
permukaan tanah di lokasi praktikum juga memiliki ketinggian yang berbeda dan
bersifat keras. Suhu saat melakukan pengukuran termasuk suhu yang tinggi dengan
kecepatan angin yang tidak terlalu besar.
Praktikum ini bertujuan untuk memindahkan titik-titik pengukuran yang ada
dilapangan ke media kertas dengan bantuan autocad dan grafik pada exel. Oleh
karena itu, sebelum memindahkan pemetaan titik-titik tersebut, kita terlebih dahulu
harus mengetahui besar sudut horizontal dan sudut vertikal dari setiap titik tembak,
menentukan koordinat titik tembak tersebut yang didapat dari hasil perhitungan
secara analitis, menghitung azimuth suatu arah, dan menghitung kesalahan indeks
yang terjadi selama pengukuran.
Pengukuran sudut dalam dilakukan dengan 4 metode, yaitu metode reiterasi,
repetisi, mengukur jurusan, dan mengukur sektor-sektor. Namun pada praktikum
kali ini digunakan metode mengukur jurusan. Metode ini dipilih karena dianggap
lebih mudah dalam pelaksanaanya dibandingkan dengan metode lainnya. Langkah
pertama dalam pengukuran disudut adalah menentukan 5 titik (A B C D E) dan
memasang patok di kelima titik tersebut. Kemudian mengatur kemiringan theodolite
agar tegak lurus dengan permukaan tanah dengan cara mengatur sekrup pengatur
nivo agar berada di tengah-tengah lingkaran. Setelah memastikan theodolite tegak
lurus dengan permukaan tanah, praktikan mengatur sudut VA sebesar 90
0
terhadap
rambu dan HA sebesar 0
0
terhadap posisi theodolite. Setelah theodolite terpasang,
praktikan melakukan pengukuran pertama.
Pada tahap persiapan waktu yang dibutuhkan untuk mengatur nivo agar
gelembung udara tepat di tengah memakan waktu yang cukup lama. Hal ini
disebabkan karena letak statif yang miring. Posisi statif memang tidak harus lurus
karena dapat diatur dengan menggunakan sekrup pengatur nivo, namun untuk
mempercepat proses pengukuran ada baiknya jika statif tidak terpasang miring.
Praktikan yang memegang rambu di belakang patok terkadang tidak melakukan
tugasnya dengan baik. Sering terjadi rambu tidak berdiri tegak lurus dan
ditempatkan tidak dibelakang patok sehingga menyulitkan praktikan yang bertugas
mencatat batas atas, batas tengah, dan batas bawah di theodolite. Kurangnya
pengalaman atau pertama kalinya praktikan menggunakan theodolite
mengakibatkan lamanya dalam melihat dan mencatat BA,BT, dan BW dari setiap
titik. Namun dalam praktikum kali ini, meskipun praktikum berjalan lama, angka-
angka hasil pembacaan di theodolite diperiksa hingga berkali-kali sehingga
keakuratan dalam pembacaan di theodolite sudah tidak diragukan lagi. Selama
pengukuran, pratikan terkadang lupa untuk melihat apakah gelembung nivo dan
waterpass masih berada ditengah atau sudah bergeser sehingga terkadang
diingatkan terlebih dahulu oleh asisten praktikum. Namun, pada pengukuran-
pengukuran selanjutnya praktikan lebih cepat tanggap untuk melihat posisi dari
gelembung nivo dan waterpass.
Pada pengukuran pertama atau pengukuran di titik A, memakan waktu yang
lebih lama dibandingkan pengukuran di titik-titik selanjutnya. Banyak perbedaan
dan perdebatan dalam menentukan batas atas, batas tengah, dan batas bawah dari
praktikan. Angka yang dibaca setiap praktikan berbeda-beda sehingga dibuat
kesepakatan dengan membandingkan hasil pembacaan dari asisten praktikum.
Mungkin hal ini terjadi karena pertama kalinya praktikan menggunakan theodolite
meskipun seharusnya kejadian tersebut dapat diminimalisasi karena dapat
menghambat proses pengukuran.
Pengukuran di titik-titik selanjutnya tidaklah jauh berbeda dengan pengukuran
pada titik A, hanya saja terkadang theodolite lupa dikunci oleh praktikan sebelum
melakukan penembakan dan sekrup pengatur sudut vertikal yang tanpa sengaja
menyentuhnya sehingga sudut vertikal berubah. Pembacaan nilai-nilai yang
diperlukan (batas atas,batas tengah, dan batas bawah) di titik B,C,D,dan E juga
tidak jauh berbeda dengan pengukuran pada titik A namun waktu yang diperlukan
lebih cepat dibandingkan pengukuran saat di titik A. Hal ini dikarenakan karena
praktikan mulai mengerti bagaimana menggunakan theodolite secara baik dan
benar.
Setelah melakukan pengukuran di titik E dengan menggunakan sudut biasa,
kemudian melakukan pengukuran dari E kembali ke A namun menggunakan sudut
luar biasa. Melakukan pengukuran dengan sudut biasa dan sudut luar biasa
berdasarkan langkah-langkah yang ada di metode pengukuran secara reiterasi dan
juga untuk meminimalisasi kesalahan dalam pengukuran. Pertama-tama praktikan
mengubah sudut vertikal dari 90
0
menjadi 270
0
dengan

cara memutar teropong
hingga tertera angka mendekati 270
0
pada sudut VA, kemudian memutar sekrup
pengatur sudut VA yang ada di theodolite hingga muncul angka 270
0
. Pemilihan
sudut 270
0
dikarenakan syarat penggunaan theodolite harus tegak lurus terhadap
rambu dan pilihan untuk sudut yang tegak lurus terhadap rambu hanya 90
0
dan 270
0

. Jika kita menggunakan sudut 90
0
sebagai sudut biasa, berarti kita menggunakan
sudut 270
0
sebagai sudut luar biasa agar syarat theodolite harus tegak lurus dapat
terpenuhi dan pengukuran dapat dilakukan. Karena sudut vertikal nya diubah
menjadi 270
0
, maka sudut horizontalnya juga harus diubah dari 0
0
menjadi 180
0
.
Untuk mengubah sudut horizontalnya, pertama-tama menjumlahkan hasil
pembacaan sudut horizontal di titik E dari hasil pembacaan dengan menggunakan
sudut biasa ditambahkan dengan 180
0
. Sudut horizontal diubah menjadi 180
0
agar
mendapatkan hasil yang sesuai dengan pengukuran pada sudut biasa. Setelah
didapatkan nilai dari hasil penjumlahan tersebut, putar theodolite dan atur sekrup
pengatur sudut horizontal hingga sudut yang muncul sesuai dengan hasil
penjumlahan tersebut. Setelah pengakuran sudut vertikal dan horizontal, praktikan
melakukan kembali pengukuran dari titik E hingga titik A.

2. Analisa Hasil
Setelah melakukan pengukuran dan mengambil data-data yang diperlukan saat
pengukuran dilapangan, kemudian data tersebut diolah untuk memperoleh besaran-
besaran yang ingin diketahui. Besaran yang pertama kali dicari adalah jarak optis
(D
optis
) dari tiap-tiap titik dan kesalahan relatifnya. Untuk mencari Doptis,
seharusnya menggunakan rumus 100(BA-BB)cos
2
(90
o
), namun pada pengukuran
kali ini cos
2
(90
o
) karena pada pengukuran kali ini 90
0
, sehingga cos
2
(90
o
)
bernilai 1 dan bilangan yang dikalikan dengan 1 akan bernilai bilangan itu sendiri
sehingga dalam perhitungan dapat untuk tidak dituliskan. Dari pengolahan data
untuk jarak optis, diperoleh hasil bahwa jarak optis di tiap-tiap titik saat melakukan
pengukuran dengan sudut biasa maupun luar biasa, tidak jauh berbeda. Hal ini
berarti praktikan telah menjalankan pengukuran sesuai dengan prosedur yang
diberikan. Namun, meskipun pengukuran telah mengikuti prosedur yang diberikan,
pengukuran tidak dapat dikatakan sempurna karena masih terjadinya kesalahan
relatif pada pengukuran tersebut.
Selanjutnya adalah mencari besarnya jarak lapangan antara theodolite dan
patok dengan menggunakan alat ukur meteran. Dari hasil yang diperoleh, ternyata
jarak antara theodolite dan patok saat menggunakan meteran dan theodolite
berbeda. Hasil pengukuran pada meteran terkadang keakuratannya diragukan
karena pengukuran dengan menggunakan meteran. Keakuratan tersebut dipengaruhi
karena hal-hal lain yang mengganggu dalam pengukuran. Contohnya saat praktikum
kali ini, seperti rerumputan yang ada di sekeliling lapangan survey, salah saat
membaca meteran, kurang lurusnya meteran saat menariknya, dll.
Setelah memperoleh jarak optis, pengolahan data selanjutnya adalah mencari
besarnya kesalahan relatif jarak dengan membandingkan jarak yang diperoleh
dengan menggunakan theodolite dan jarak yang diperoleh dengan menggunakan
meteran. Adapun formula perhitungannya adalah sebagai berikut:
KR =
Dield Doptis
Doptis
x100%
D
field
adalah jarak yang diukur dengan menggunakan meteran dan D
optis
adalah
jarak yang diukur dengan menggunakan theodolite. Kesalahan relatif dari masing-
masing titik memiliki nilai yang beragam saat pengukuran dengan sudut biasa
maupun pengukuran dengan sudut luar biasa. Ada titik yang memiliki kesalahan
relatif terkecil pada titik E sebesar 0,6 % namun terdapat pula titik yang memiliki
kesalahan relatif yang besar yaitu di titik A dengan KR=25%.
Besarnya kesalahan relatif saat melakukan pengukuran dengan sudut biasa
ataupun dengan sudut luar biasa adalah berbeda meskipun pada titik yang sama.
Bahkan ada titik yang memiliki perbedaan kesalahan relatif yang cukup jauh antara
pengukuran dengan sudut biasa dan pengukuran dengan sudut luar biasa. Seperti
hasil perhitungan pada titik D, saat sudut biasa memiliki kesalahan relatif 21% dan
saat sudut luar biasa memiliki kesalahan 0,8%. Perbedaan ini mungkin disebabkan
karena beberapa faktor diantaranya kesalahan dalam membaca benang, kesalahan
paralaks atau kesalahan-kesalahan lainnya yang mengganggu keakuratan dari data
yang didapat. Selain itu, jika kita memperhatikan kesalahan relatif di titik A yang
mencapai 25%, maka ada sebaiknya jika kita tidak menggunakan angka tersebut
untuk kepentingan lebih lanjut.
Setelah mendapatkan kesalahan relatif dari masing-masing titik saat
pengukuran sudut biasa maupun sudut luar biasa, selanjutnya adalah mencari
besaran kesalahan relatif total yang didapat dengan cara menjumlahkan angka
kesalahan relatif di tiap-tiap titik saat pengukuran dengan sudut biasa dan luar biasa,
lalu membagi dua sama besar. Hal ini dikarenakan kita melakukan pengukuran
selama 2 kali, sehingga kita tidak dapat menggunakan salah satu kesalahan relatif
dari sebuah titik, melainkan mencari rata-rata dari kesalahana relatif saat sudut biasa
dan kesalahan relatif saat sudut luar biasa.
Setelah angka tersebut diperoleh, selanjutnya adalah mencari rata-rata dari rata-
rata kesalahan relatif masing-masing titik pengukuran. Untuk memperoleh hasil
tersebut, kita tinggal menjumlahkan semua rata-rata kesalahan relatif yang didapat
sebelumnya lalu membagi sejumlah banyaknya titik pengukuran. Besarnya
kesalahan relatif total pada pengukuran kali ini adalah 12,04%. Meskipun kesalahan
relatif dari pengukuran kali ini sekitar 10%, ada baiknya saat kita melakukan
pengukuran kembali, kesalahan relatif yang diperoleh dibawah angka tersebut.
Setelah memperoleh kesalahan relatif jarak, praktikan selanjutnya mencari
kesalahan relatif sudut. Kesalahan relatif sudut adalah besarnya penyimpangan
sudut yang tidak sesuai dengan prosedur dan referensi literatur. Kesalahan relatif
sudut diperoleh dengan menggunakan rumus :
=

180

100%
SLB A dipilih untuk mempermudah menghitung besarnya selisih sudut
yang tidak sesuai dengan literatur yang ada. Menurut teori, seharusnya SLB A
bernilai 180
0
, namun fakta dilapangan ternyata SLB di A tidak mencapai 180
0
.
Sehingga adanya kesalahan relatif pada pengukuran sudut tersebut. Selisih antara
sudut SLB A dengan 180
0
kemudian dibandingkan dengan sudut total selama
pengukuran sudut biasa. Pada pengukuran kali ini, total sudut biasa sama dengan
sudut yang terbentuk di titik E. dari pengolahan data, diperoleh besarnya kesalahan
relatif sudut pada praktikum kali ini sebesar 0,37%. Kecilnya kesalahan relatif sudut
tersebut berarti bahwa praktikan telah mengikuti prosedur dengan benar untuk
pengukuran sudut. Sehingga saat penentuan titik-titik koordinat, bentuk atau sketsa
titik-titik di lapangan tidak jauh berbeda dengan sketsa yang ada di kertas.
Setelah mencari kesalahan relatif sudut, selanjutnya adalah mencari beda
ketinggian antara rambu dengan theodolite. Untuk mencari beda ketinggian antara
rambu dengan theodolite, kita cukup mencari selisih antara batas tengah dengan
tinggi theodolite. Alasan menggunakan batas tengah karena batas tengah sejajar
dengan theodolite sehingga dapat diperoleh beda ketinggian dengan rumus yang
telah dipaparkan sebelumnya. Beda ketinggian ini juga dapat kita gunakan untuk
mencari ketinggian posisi rambu dari theodolite jika kita mengasumsikan titik
peletakan theodolite sebagai datumnya. Menurut literatur yang ada, permukaan
tanah yang digunakan sebagai lokasi pengukuran ada baiknya memiliki ketinggian
yang sama. Namun, data yang diperoleh dilapangan, permukaan tanah di lapangan
GK Fakultas Teknik tidak rata. Permukaan tanah antara titik A sampai titik E
memiliki bentuk yang miring dengan kemiringan tertentu. Tapi, untuk praktikum
kali ini, beda ketinggian dan permukaan tanah yang berbeda tidak terlalu masalah
karena pada praktikum kali ini yang ingin dicari hanya sudut di masing-masing titik
dan koordinat-koordinatnya.
Tujuan utama dari praktikum ini adalah memindahkan keadaan di lapangan
ke media lain seperti kertas,autocad, dll. Untuk memindahkan titik-titik tersebut,
kita perlu mengetahui koordinat-koordinat titik dari setiap titik pengukuran (A B C
D E). koordinat-koordinat tersebut diperoleh dengan melakukan perhitungan secara
analitis. Langkah pertama adalah mencari besarnya SIM dari setiap titik. SIM dapat
pula diibaratkan sebagai besarnya sudut dari setiap titik terhadap titik acuan. SIM
diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
() =
+
2

Setelah memperoleh SIM dari setiap titik pengukuran, selanjutnya kita
mencari sumbu-X dan sumbu-Y dari setiap titik pengukuran. Untuk menentukan
keduanya, dapat digunakan ilustrasi sebagai berikut.
A B (X,Y)






(0,0)

Anggap (0,0) merupakan titik tempat peletakan theodolite dan merupakan
besarnya SIM yang diperoleh. Dengan menggunakan prinsip trigonometri pada
sebuah segitiga kita dapat menentukan nilai dari X dan Y. Untuk mencari nilai X,
kita tinggal mengalikan Doptis dengan sinus dan untuk mencari nilai dari Y, kita
tinggal mengalikan Doptis dengan cosinus . Setelah semua titik-titik koordinat
kita peroleh, kita dapat dengan mudah menggambarkan keadaan di lapangan di
kertas dengan menggunakan bantuan Ms. Exel. Penggambaran keadaan di lapangan
dapat dilihat dibagian pengolahan data.


3. Analisa Kesalahan
Pada percobaan pengukuran sudut, terdapat beberapa kesalahan yang terjadi
sehingga mengakibatkan hasil yang didapat memiliki kekurangan yang tidak
maksimal. Kesalahan-kesalahan yang terjadi diantaranya :
a. Instrumen percobaan yang tidak terpasang dengan benar seperti pemasangan
theodolit, penempatan rambu,dan pemasangan statif
b. Permukaan tanah di lapangan yang tidak rata sehingga saat melakukan
pengukuran jarak lapangan (Dfield) hasil yang didapat tidak maksimal
c. Pembacaan batas atas, batas tengah, dan batas bawah di titik-titik pengukuran
yang kurang akurat. Hal ini bisa disebabkan karena kesalahan instrumental alat
atau kesalahan praktikan dalam membacanya.
d. Rambu yang tidak berdiri dengan tegak sehingga mengganggu dalam membaca
batas atas, batas tengah, dan batas bawah
e. Kesalahan praktikan dalam pembacaan batas atas, batas tengah, dan batas
bawah yang disebabkan karena factor human error.

H. Kesimpulan
1. Besar sudut horizontal masing-masing titik adalah sebagai berikut.

No Titik
Sudut Horizontal
SB SLB
1 A 0 0' 0'' -
2 B 3203'10" -
3 C 5613'55" -
4 D 6914'50" -
5 E 8222'05" -
6 E' - 26217'05"
7 D' - 24851'0"
8 C' - 23607'15"
9 B' - 21226'25"
10 A' - 17941'40"

2. Besar sudut vertikal (VA) untuk pengukuran pergi sebesar 90
0
dan saat pengukuran
pulang 270
0
3. Kesalahan relatif total untuk jarak dari percobaan ini sebesar 12.04 %
4. Kesalahan relatif sudut sebesar 0.37 %
5. Pengukuran jarak lebih akurat jika menggunakan theodolit dibandingkan meteran.
Hal ini dikarenakan saat menggunakan meteran hasil yang didapat kurang akurat
yang disebabkan berbagai faktor seperti kontur tanah dan hal lain yang
mempengaruhi pengukuran
6. Titik-titik koordinat masing-masing titik adalah sebagai berikut.
Titik A : (7.99 , 0.02)
Titik B : (6.77 , -4.27)
Titik C : (7.12 , -10.88)
Titik D : (5.98 , -15.92)
Titik E : (-1.38 , -13.93)
I. Referensi
Pedoman Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2011 : Laboratorium Survey dan Pemetaan
Departemen Teknik Sipil UI.
PPT horizontal distance Ilmu Ukur Tanah. Depok. 2011
http://faisalashar.net/?p=486=1

J. Lampiran









Praktikan sedang melakukan pembacaan praktikan sedang melakukan penembakan
batas atas,tengah,dan bawah










Praktikan sedang melakukan diskusi praktikan sedang memegang rambu
dengan asisten praktikum

Anda mungkin juga menyukai