Anda di halaman 1dari 50

PEREKAMAN ATAU PENYANDAPAN EKG

Sandapan/perekaman EKG dibagi menjadi 3 yaitu:



Sandapan Bipolar ----> lead I, lead II, Lead III
Sandapan Unipolar Ekstremitas ----> lead aVR, aVL, aVF
Sandapan Prekordial ----> lead V1, V2, V3, V4, V5, V6

A. Sandapan Bipolar

Sandapan bipolar merekam bioelektrikal jantung dari bidang frontal. Mengapa dinamakan
sandapan bipolar? Karena sandapan bipolar hanya memerlukan 2 elektroda untuk merekam
bioelektrikal pada jantung dimana kedua elektroda itu satu dinamakan elektroda negatif dan
elektroda yang lain dinamakan elektroda positip.
(lihat gambar 13).

Lead I
Lead ini merekam bioelektrikal jantung dengan memasang negatif elektroda di tangan kanan,
sedangkan positip elektroda dipasang di tangan kiri. Ingat!! positip elektroda pada lead I
berada di tangan kiri !!

Lead II
Lead ini merekam bioelektrikal jantung dengan memasang negatif elektroda di tangan kanan,
sedangkan positip elektroda dipasang di kaki kiri. Ingat!! positip elektroda pada lead II
berada di kaki kiri !!

Lead III
Lead ini merekam bioelektrikal jantung dengan memasang negatif elektroda di tangan kiri,
sedangkan positip elektroda dipasang di kaki kiri. Ingat !! positip elektroda pada lead III
berada di kaki kiri !!

Jadi sandapan bipolar akan membentuk segitiga dengan persamaan sebagai berikut:
Lead II = lead I + lead III
segitiga ini sering disebut Einthovent Triangle (lihat gb 14)

Sandapan bipolar ini berguna mengidentifikasi apakah penempatan elektroda sudah tepat atau
belum.



Gb :13





Gb : 14



B. Sandapan Unipolar Ekstremitas

Sandapan bipolar memiliki kekurangan yaitu apabila bioelekrikal jantung pada salah satu
elektroda terlalu kecil, perbedaan potensial yang merekam bioelektikal ini tidak terukur oleh
kedua elektroda tersebut. Maka dari itu seorang ilmuan yang bernama Goldbeger tahun 1942
memodifikasi mesinEKG dengan memutuskan hubungan dengan central terminal akan
memperbesar voltase perekaman dari elektroda positip.

Jadi sepasang elektroda negatif diputuskan dengan central terminal, sehingga dihasilkan
voltase defleksi yang lebih besar dibandingkan dengan sandapan bipolar.

aVR
Lead ini merekam bioelektrikal jantung dengan menggunakan 3 elektroda , dimana salah satu
elektroda dinamakan positip elektroda, dan dua elektroda tidak bermuatan atau zero
potensial.
Pada lead aVR elektroda positipnya ditempatkan di tangan kanan. Ingat !! positip elektroda di
aVR terletak di tangan kanan !!

aVL
Lead ini merekam bioelektikal jantung dengan mengunakan 3 elektoda, dimana salah satu
elektroda dinamakan positip elektroda, dan dua elektoda yang lain tidak bermuatan atau zero
potensial. Pada lead aVL elektroda positipnya ditempatkan di tangan kiri. Ingat !! positip
elektroda di lead aVL terletak di tangan kiri !!

aVF
Lead ini merekam bioelektrikal jantung dengan menggunakan 3 elektroda , dimana salah satu
elektroda dinamakan positip elektroda, dan dua elektroda tidak bermuatan atau zero
potensial.
Pada lead aVF elektroda positipnya ditempatkan di kaki kiri. Ingat!! positip elektroda di aVF
terletak di kaki kiri !!

Dari sandapan unipolar ekstremitas ini akan di dapatkan hubungan matematika yaitu
persamaan lingkaran tertutup di bawah ini :
aVR + aVL + aVF = O (lihat gambar 15)




Gb : 15

C. Sandapan Unipolar Prekordial

Sandapan unipolar prekordial merekam bioelektrikal jantung dari bidang horizontal, dimana
hanya menggunakan 6 single positip elektroda yang di tempatkan pada permukaan dada pada
tempat-tempat yang telah ditentukan. (lihat gambar 16 &17)


Gb : 16




Gb : 17
Standar internasional dalam melakukan perekaman 12 lead EKG adalah kecepatan 25
mm/detik dan standarisasi 1 mVolt.
KERTAS EKG
Untuk menghitung nilai-nilai normal pada tiap gelombang EKG, anda harus mengenal dulu
ukuran dan macam-macam kotak yang terdapat dalam elektrokardiogram. Jangan
berspekulasi untuk melanjutkan kursus ini sebelum anda menguasai betul ukuran dan
macam-macam kotak padakertas EKG, karena anda akan mengalami kebingungan dengan
apa yang akan saya jelaskan pada topik berikutnya.

Kita sepakat dari sekarang dimana ada 2 macam kotak dalam EKG yaitu kotak kecil dengan
ukuran 1 mm x 1 mm atau 0,04 detik x 0,04 detik. Yang kedua yaitu kotak sedang/besar
dengan ukuran 5 mm x 5 mm atau 0,20 detik x 0,20 detik. Ok....

Seperti yang telah saya jelaskan pada topik perekaman EKG 12 lead, dimana normal
kecepatan mesin EKG sebesar 25mm/detik . Ini artinya dalam 1 detik mewakili 25mm atau
25 kotak kecil dalam bidang horizontal.
Dengan standar voltase 1 mVolt, yang artinya dengan standarisasi 1 mVolt akan
menghasilkan defleksi vertikal sebesar 10 mm atau 10mm/mVolt. Jadi 1 kotak kecil sama
dengan 0,1mVolt. (lihat gambar 18 & 19).

Jadi :
1 kotak kecil = 1 mm = 0,04 detik = 0,1 mVolt
5 kotak kecil = 5 mm = 1 kotak besar/sedang = 0,20 detik = 0,5 mVolt
10 kotak kecil = 10 mm = 2 kotak besar/sedang = 0,40 detik = 1 mVolt
25 kotak kecil = 25 mm = 5 kotak besar/sedang = 1 detik
15 kotak besar/sedang = 3 detik
30 kotak besar/sedang = 6 detik



Gb : 18





Gb: 19
KONFIGURASI GELOMBANG EKG
Sebelum melangkah lebih jauh dalam mempelajari EKG (elektrokardiografi), anda harus
mengenal dan menghafal nilai normal tiap gelombang yang ada dalam EKG. Sekali lagi anda
harus mengingatnya dan mengerti dari arti gelombang tersebut, sehingga dalam prakteknya
anda tidak mengabaikan sekecil apapun bentuk kelainan saat anda menginterpretasi 12
lead EKG.

Ada beberapa gelombang yang wajib anda ketahui dan kuasai dengan baik bila anda ingin
menjadi interpreter EKG yang handal. Gelombang EKG tersebut adalah Gelombang P, PR
interval, komplek QRS, gelombang T, ST segment, QT interval, gelombang U. (Lihat gambar
20)



(Gb : 20)

Gelombang P

Gelombang positip pertama kali muncul adalah gelombang P.
Menggambarkan depolarisasi dari otot kedua atrium (kanan & kiri).
Cara mengukur gel P adalah dihitung mulai dari awal gelombang P sampai dengan akhir gel
P.
Nilai normal gel P tinggi tidak melebihi 2,5mm (2,5 kotak kecil) dan lebarnya juga tidak
melebihi 2,5mm (2,5 kotak kecil).
Tinggi gel P melebihi 2,5 mm (P pulmonal), mengidentifikasikan adanya pembesaran di otot
atrium kanan.
Lebar melebihi 2,5 mm( P mitral), mengidntifikasikan adanya pembesaran pada otot atrium
kiri.
Gelombang P harus positip di lead II dan harus negatif di lead aVR.


PR Interval

PR interval adalah mewakili waktu yang dibutuhkan oleh SA node untuk mendepolarisasi
otot atrium, sampai AV node dan Bundle his.
PR interval di ukur mulai dari permulaan gel P sampai dengan awal komplek QRS.
Normal PR interval yaitu 3 mm - 5 mm ( 3 kotak kecil - 5 kotak kecil) atau 0,12 detik sampai
0,20 detik.
Apabila PR interval melebihi 0,20 detik atau 5 kotak kecil, mengidentifikasikan adanya AV
blok.
Apabila PR interval kurang dari 0,12 detik atau 3 kotak kecil, mengidentifiksikan
adanya accelerated pacemaker (seprti kasus WPW syndrome= wolff parkinson white
syndrome).

Komplek QRS

Komplek QRS terdiri dari gelombang Q, gelombang R, gelombang S.
Komplek QRS menggambarkan depolarisasi otot ventrikel.
Gelombang Q adalah gel negatif pertama setelah gel P, gel Q mewakili depolarisasi otot
septum ventikel, normal gel Q tidak boleh melebihi 1/3 gelombang R, apabila gel Q melebihi
1/3 gel R mengidentifikasikan adanya infark.
Pada lead (V1,V2,V3) apabila ditemukan gelombang Q, ini mengindikasikan abnormal EKG,
biasanya di temukan pada kasus MI atau gangguan konduksi seperti LBBB.
Gelombang Q normal ditemukan pada lead V5 & V6, apabila tidak ditemukan gel Q pada
lead ini, kemungkinan besar adanya LBBB.
Gelombang R adalah gelombang positip pertama setelah gel Q.
Gelombang R pada V1 sampai dengan V6 mengalami penambahan voltage, apabila
gelombang R dari V1 sampai dengan V6 tidak mengalami penambahan maka dinamakan
"poor progression"
Gelombang S adalah gelombang negatif kedua setelah gelombang R.
Gelombang S dari V1 sampai dengan V2 voltasenya akan menurun, apabila di temukan
gelombang S pada V5 atau V6 dengan kedalaman lebih dari 5 mm, maka besar kemungkinan
adanya RBBB.
Pada precordial lead(V1 s/d v6) terdapat transition zone, yaitu normalnya terletak pada lead
V3 or V4.( lihat gambar 21)
Komplek QRS diukur muali dari awal Komplek QRS atau gel Q sampai dengan akhir gel S.
Normal komplek QRS tidak boleh melebihi 0,10 detik, apabila melebihinya
mengidentifikasikan adanya gangguan konduksi pada intraventrikuler ( seperti LBBB,
RBBB, LAHB,LPHB).
Apapun bentuk konfigurasi yang terlihat di gambar 21 adalah semua sama menggambarkan
depolarisasi otot ventrikel.



Gb : 21

Gelombang T

Gelombang T menggambarkan repolarisasi otot ventrikel.
Gelombang positip pertama setelah gelombang S.
Normal gelombang T, selalu mengikuti arah komplek QRS, selalu negatif pada lead aVR,
tinggi tidak melebihi 5 mm pada ekstermitas lead( I, II, III, aVR, aVL, aVF) dan tidak
melebihi 10 mm pada precordial lead (V1 s/d V6).
Gelombang T yang tinggi biasanya seing ditemukan pada kasus hiperkalemia.
Sedangkan gelombang T yang datar atau terbalik atau inverted biasanya sering di temui pada
kasus penyakit jantung iskemic, dll.

QT Interval

QT interval adalah waktu yang diperlukan untuk mendepolarisasi otot venrikel sampai
dengan mengadakan repolarisasi kembali.
QT interval diukur dari permulaan komplek QRS atau gel Q sampai dengan akhir gelombang
T.
Normal QT interval antara 0,38 detik sampai dengan 0,46 deik. Biasanya QT interval pada
wanita lebih panjang dari laki-laki.
QT interval memanjang biasanya ditemukan pada kasus hipokalsemia or obat-obatan
QT interval memendek biasanya di temukan pada kasus takikardia dan hiperkalsemia.
Apabila anda menemukan EKG dengan QT interval yang memanjang disertai dengan
keluhan pasien, kalau tidak diobati dengan cepat biasana EKG akan berubah menjadi
ventrikel fibrilasi atau ventikel takikardi dan kematian nantinya.

ST Segmen

ST segmen adalah garis zero line atau isoelektrik antara akhir gel S sampai awal gelombang
T, atau tepatnya di mulai dari titik "J" atau junctinal point sampai awal dimulanya gelombang
T.
Titik J junctional adalah titik berakhirnya gelombang S.
Normal ST segmen tidak boleh melebihi +2 mm dari zero line/ garis isoelektrik, tidak
melebihi -1 mm dari zero line atau garis isoelektrik.
Apabila ST segmen melebihi + 2mm dari garis isoelektrik, kemungkinan besar dinamakan ST
elevasi pada kasus MI (myocardiac infarction) atau pada normal EKG dinamakan early
repolarization.
Apabila ST segmen melebihi -1mm dari garis isoelektrik, dinamakan ST depresi. Biasanya
ditemukan pada kasus jantung iskemia.
Pada prakteknya,tergantung kejelian kita. Karena kriteria ST elevasi maupun ST depressi
tidak selamanya sesuai dengan kriterianya. (lihat Gb 22 & 23)




(Gb: 22ST depresi)



(Gb:23 tampak ST elevasi pada lead II, III, aVF dan ST depresi di lead I & aVL)
AKSIS JANTUNG
Menghitung aksis jantung saat menginterpretasi EKG 12 lead adalah salah satu langkah yang
harus dilakukan oleh interpreter untuk mendapatkan hasil interpertasi EKG yang akurat. Ada
beberapa cara yang sederhana saat menentukan aksis jantung. Akan tetapi saya tidak ingin
anda hanya sekedar mengerti tanpa memahaminya dengan benar dalam mempelajari aksis
jantung, sehingga anda akan terus mengingatnya tanpa harus membuka-buka buku lagi.
Ok....

Sesuai dengan topik elektrofisiologi jantung yang telah saya jelaskan sebelumnya, bahwa
jantung memiliki keunikan sendiri yaitu mempunyai beberapa tempat atau pusat pacemaker
yaitu SA node, AV node or daerahjunction, serta furkinje fiber. Dimana normal pacemaker
jantung berada di SA node yang mengeluarkan impuls sebanyak 60-100 x menit.

Impuls yang dikeluarkan oleh SA node akan menyebar keseluruh sel-sel otot kedua atrium
melalui sistem konduksi jantung. Setelah semua sel-sel otot atrium didepolarisasi, impuls
diteruskan untuk mendepolarisasi sel-sel otot ventrikel oleh sistem konduksi jantung melalui
AV node, bundle his, sampai furkinje fiber. Jadi apa itu aksis jantung?

Saya akan memberikan perumpamaan untuk menjelaskan aksis jantung. Sebelum itu saya
ingin menekankan bahwa ada istilah aksis jantung otot atrium yang ditentukan dengan
melihat gelombang P, dan ada aksis jantung otot ventrikel yang ditentukan dengan melihat
komplek QRS. Karena otot atrium komposisinya lebih kecil dari otot ventrikel, maka untuk
mengevaluasi aksis jantung otot atrium kadang diabaikan. Jadi untuk menentukan aksis
jantung, cukup dengan menentukan aksis jantung otot ventrikel dengan melihat komplek
QRS.

Saya akan memberikan perumpamaan untuk menjelaskan aksis jantung. A adalah SA node,
B,C,D adalah otot atrium jantung yang harus di depolarisasi oleh A ( SA node). Impuls yang
dikeluarkan oleh SA node akan menyebar keseluruh tubuh dimana elektroda EKG yang kita
tempatkan diseluruh permukaan tubuh akan merekam aktivitas bioelektrikal yang dikeluarkan
oleh SA node. Misalkan jarak antara A dengan B = 1 meter, A dengan C = 3 meter, A dengan
C = 2 meter. Jadi rata rata jarak atau waktu yang di butuhkan A untuk mendepolarisasi BCD
kemungkinan besar rata-rata akan mengarah ke C karena mempunyai jarak dan waktu lebih
dibanding dengan BD.

Begitupun dengan otot ventrikel, impuls akan disebarkan keseluruh otot ventrikel dan seluruh
tubuh yang nantinya akan terekam oleh elektroda EKGyang kita tempatkan di permukaan
tubuh. Bagi elektroda yang menghasilkan hasil rekaman dengan amplitudo yang paling
tinggi, menandakan aksis jantung mengarah ke elektrode tersebut.

Normalnya aksis jantung mengarah dari arah tangan kanan ke arah kaki kiri kira-kira 30-60
derajat (lihat Gb 24) karena otot ventrikel kiri lebih tebal dibandingkan otot jantung lainya.
Adapun normal axis jantung antara -30 derajat s/d +110 derajat dibawah usia 40 thn, -30
derajat s/d +90 derajat diatas 40 thn.



(Gb: 24)

Apabila aksis jantung antara-30 s/d -90 derajat dinamakan left axisdeviation (LAD), apabila
+110 derajat s/d +180 derajat dinamakan Right axis deviation (RAD), apabila aksis jantung
antara +180 derajat s/d +270 derajat atau -90 derajat s/d -180 derajat dinamakan extrem axis.
(Lihat gb 25).



(Gb : 25)

Apabila terjadi kelainan atau penyakit pada SA node, maka pacemaker utama kedua yaitu AV
node akan mengambil alih fungsi utama sebagai generator atau pembangkit impuls
menggantikan SA node dengan impuls yang di keluarkan antara 40-60x/menit. Walaupun
secara keseluruhan hemodinamik relatif normal akan tetapi keadaan seperti ini harus cepat
diidentifikasi penyebab gagalnya SA node sebagi generator utama. Karena impuls
dikeluarkan oleh AV node, maka sel-sel otot atrium akan didepolarisasi secara retrograf
sehingga akan nampak jelas sekali perbedaan pada gambaran EKG khususnya gelombang P.

Cara menghitung atau menentukan aksis jantung :

Ada beberapa cara di bawah ini dalam menentukan aksis jantung, ada juga yang mengatakan
kalau aksis jantung juga bisa di tentukan melalui bidang horizontal. Tapi baiknya saya
sarankan untuk menghitung melalui bidang frontal yaitu dengan menggunakan lead I, II, III,
aVR, aVF, aVL seperti penjelasan saya sebagai berikut : (sambil lihat gb 24 ya)

1. Anda lihat lead I dan aVF ---> kalau kedua lead ini dominan menggambarkan positip
defleksi, anda jangan ragu untuk mengatakan normal aksis karena masih dalam daerah
normal aksis.

2. Kalau anda menemukan salah satu dari lead I atau aVF negatif, maka gunakan cara ini.
Misalkan lead aVF defleksi pasitip 5 mm (5 kotak kecil= 1 kotak besar))dan defleksi negatif
10 mm( 10 kotak kecil) jadi di lead aVF dominasinya defleksi negatif ---> (-10mm )- (+5
mm) = -5mm, sedangkan di lead I misalkan defleksi positip 11mm (11 kotak kecil) dan
defleksi negatif 2 mm (2 kotak kecil). Jadi di lead I dominasinya defleksi positip --->
(+11mm) - (-2mm) =
+ 9mm. Lihat gambar 14, anda tinggal hitung 5mm kearah negatif lead aVF, dan 9 mm
kearah positip lead I. Setelah itu tentukan titik pertemuan kedua lead tersebut, kemudian
hubungkan titik pertemuan itu dengan titik pusat. Nah segitulah aksisnya....

3. Cari lead yang mempunyai amplitude yang paling besar ( baik positip maupun negatif).
Misalkan amplitudo terbesar ditemukan di lead I dengan dominan defleksi positip, maka
aksis jantungnya adalah O degree(Normal aksis). Misalkan amplitude terbesar di temukan di
lead III dengan dominan defleksi negatif, maka aksis jantungnya berlawanan arah dengan
negatif lead III yaitu kearah lead III positip sebesar +120 derajat ( RAD)

4. Cari lead yang bifasik atau yang mendekati bifasik defleksi (50:50) baik kearah positif
maupun ke arah negatif defleksi. Misalkan anda menemukan lead yang bifasik berada di lead
aVF, selanjutnya anda cari lead yang tegak lurus dengan lead aVF (yaitu lead I). Perhatikan
lead I, ke arah mana defleksinya? (negatif atau positip) bila lead I defleksinya dominan
positip, maka aksisnya ke arah positip lead I (yaitu O derajat or normal aksis), bila sebaliknya
lead I dominan negatif, maka aksisnya ke arah negatif lead I ( yaitu -180 derajat or RAD).
CARA MENGHITUNG FREKWENSI DENYUT JANTUNG
Menghitung heart rate merupakan keharusan yang harus dilakukan oleh interpreter EKG.
Banyak sekali cara untuk menghitung denyut jantung atau heart rate. Kalau anda sudah
paham dan mengerti tentang topik kertas EKG, anda akan mudah sekali dalam mempelajari
topik ini.

Saya hanya akan memberikan 3 cara yang mudah dalam menghitung denyut jantung, yaitu :

1. Menggunakan kotak sedang/besar
Cara ini khusus untuk gambaran EKG dengan irama regular.
Anda ambil RR interval dari lead mana saja, yang penting Gel R nya jelas.
Dari RR interval itu, anda hitung berapa jumlah kotak sedang/besarnya.
Setelah itu, 300 dibagi jumlah kotak sedang yang anda dapatkan dari RR interval tersebut.
Jadi rumusnya 300 dibagi jumlah kotak sedang antara RR interval.
atau
Anda bisa menghitungnya langsung seperti gambar 26 dibawah ini.



Gb: 26

2. Menggunakan kotak kecil

Cara ini juga khusus untuk irama EKG yang regular
Cara ini sangat akurat atau tepat, tapi membutuhkan waktu yang agak lama
Caranya sama dengan cara pertama tadi, cuma anda harus mencari jumlah kotak kecil antara
RR interval tadi.
Setelah itu, 1500 dibagi jumlah kotak kecil yang anda temukan diantara RR interval tadi.
Jadi rumusnya, 1500 dibagi jumlah kotak kecil diantara RR interval.

3. Menggunakan 6 detik

Cara ini bisa digunakan untuk gambaran EKG yang regular maupun irregular.
Ventrikel ekstra sistole atau komplek QRS yang abnormal adalah tetap kita namakan sebagai
komplek QRS yang harus kita hitung pada perhitungan frekfensi jantung menggunakan cara
ini.

Caranya dengan memilih lead EKG strip yang panjang dan jelas (biasanya di lead II)
Hitung komplek QRS dalam 6 detik.
Berapa jumlah komplek QRS yang anda temukan, kemudian kalikan dengan 10.
Perhatikan contoh EKG strip (gb :27), dalam 6 detik ditemukan normal beat sebanyak 7, jadi
heart ratenya 7x10= 70x/menit.
Anda juga bisa menggunakan 3 detik atau berapa saja, yang penting anda kalikan hasilnya 60.
Kalau 3 detik, berarti jumlah normal beat yang anda temukan dikalikan 20. OK !!



Gb : 27

NORMAL EKG
EKG adalah salah satu test diagnostik yang juga mempunyai nilai normal sendiri, dimana
untuk menentukan nilai normal pada EKG memerlukan analisis yang tepat. Sinus Rhytm
adalah nilai normal atau parameter normal sebuah EKG, walaupun dalam prakteknya banyak
sekali variant-variant normal EKG yang nanti akan anda temukan. Dimana variant-variant
normal yang anda temukan tersebut tidak persis atau tidak sama dengan kriteria normal EKG
yaitu sinus rhytm. Anda tidak perlu risau memikirkanya, karena saya sudah memberikan
semua dasar tentang EKG, sehingga anda terus maju untuk menjadi seorang interpreter EKG
yang handal.

Adapun kriteria nrmal EKG atau sinus rhytm sebagai berikut :

Irama regular
Frekwensi antara 60-100x/menit
Adanya gelombang P yang normal atau berasal dari SA node, karena adanya gel P tapi belum
tentu berasal dari SA node. Jadi anda harus bandingkan di dalam satu lead harus mempunyai
bentuk gel P yang sama.
Selalu ada gelombang P yang diikuti komplek QRS dan gel T
Gelombang P wajib positip di lead II
Gelombang P wajib negatif di lead aVR
Komplek QRS normal (0,08 - 0,11 detik)

Saya tegaskan kembali untuk tidak menghafal,tapi anda harus memahami bagaimana proses
terjadinya EKG normal. Karena dalam prakteknya anda tidak hanya menghadapi satu atau
dua lead saja dalam menginterpretasi EKG, tapi anda akan menghadapi 12 lead EKG.

Seperti yang telah saya katakan pada topik aksis jantung, bahwa setiap positip elektroda yang
dituju oleh arah depolarisasi (yg digambarkan oleh aksis jantung) akan menghasilkan
gambaran EKG dengan defleksi positip. Begitupun sebaliknya, apabila elektroda positip
dijauhi oleh arah depolarisasi (aksis jantung) akan menghasilkan gambaran EKG dengan
negatif defleksi.

Saya juga menegaskan bahwa untuk mengevaluasi aksis jantung ( arah depolarisasi rata2)
yang terjadi dalam sistem konduksi jantung dengan menggunakan aksis jantung di ventrikel.
Mengapa otot atrium tidak di gunakan? karena otot atrium tipis sehingga gambaran EKGnya
yang berupa gel P kadang susah sekali untuk di ukur. Makanya untuk mengevaluasi aksis
jantung digunakan arah depolarisasi rata-rata atau aksis jantung yang terjadi di ventrikel.
Anda tidak usah bingung, karena arah depolarisasi rata-rata atau aksis jantung di otot atrium
hampir sama arahnya dengan yang di ventrikel. Pegangan kita adalah sistem hexaxial
reference, dimana normal aksis jantung utama mengarah ke sudut antara + 40degree sampai
+60 degree.

Impuls yang dikeluarkan oleh SA node, setelah selesai melakukan depolarisasi otot atrium,
impuls akan mengarah ke AV node dan bundle his. Anda harus tahu juga kalau bundle his
punya 2 cabang yaitu kiri dan kanan, dimana bagian kiri lebih kuat impulsnya dari sebelah
kanan. Untuk mendepolarisasi otot ventrikel akan dilakukan oleh kedua cabang bundle his
(kanan & kiri), oleh karena cabang bundle his kiri lebih kuat impulsnya, maka arah
depolarisasi akan mengarah ke kanan untuk mendepolarisasi otot septum dan otot ventrikel
kanan, setelah selesai arah depolarisasi mengarah ke otot ventrikel kiri. (Lihat gambar 28 &
29).


Gb : 28


Gb : 29

Seperti yang terlihat digambar 30, dimana anda bisa melihat contoh real dari normal 12
lead EKG pada jantung sehat yang terekam dari denyut jantung yang sama oleh beberapa
sandapan.

Di lead II yaitu gel P, komplek QRS dan gel T menggambarkan defleksi positip(1)
Di lead aVR yaitu gel P, komplek QRS dan gel T menggambarkan defleksi negatif(2)
Di lead V1 yaitu tampak gel r kecil (3) gelombang S yang dalam serta gel T(4) bisa defleksi
positip, datar, atau negatif.
Di lead V2 yaitu ST dan T (5)sedikit elevasi, dimana akan kembali pada zero line atau
isoelektrik pada lead berikutnya.
Di lead V3 tampak gel R dan gel S hampir sama(6), dimana dilead ini adalah normal
perputaran arah depolarisasi dari kanan ke kiri. Di lead ini biasa dikenal dengan daerah
transition zone.
Di lead V5 (sebagai contoh saja) karena bisa anda lihat di lead yang lain juga. Adalah titik
akhir gelombang S atau yang biasa dikenal dengan titik J junction(7).
Di lead V6 tampak q kecil (8) yang merupakan opposite dari gambaran defleksi positip yang
berupa r kecil. Lihat gb 30



Gb : 30

ARITMIA/ DYSRITMIA
Seperti yang sudah saya katakan pada topik sebelumnya bahwa normal EKG dinamakan
sinus rhythm, sedangkan aritmia atau dysritmia adalah gangguan irama pada bioelektrikal
jantung baik itu terjadi karena adanya gangguan pembentukan impuls atau gangguan
pengahantaran impuls yang semua ini sebabkan oleh suatu penyakit yang terjadi pada sel
pacemaker jantung atau pada sistem konduksi. Aritmia atau dysritmia bisa juga di sebabkan
karena proses fisiologi jantung sendiri atau pengaruh obat-obatan.

Jadi apapun gambaran yang anda temukan saat menginterpretasi 12 lead EKG bila diluar
kriteria normal EKG atau sinus rhythm dinamakan aritmia atau dysritmia.
Banyak sekali macam-macam nama aritmia yang kadang membingungkan bagi yang
mempelajari EKG, karena tidak semua dokter akan sama dalam menulis hasil interpretasi
mereka. Sebenarnya ini bukan masalah yang sulit jika anda sudah mengerti dari topik-topik
yang telah saya tulis sebelumnya. Dan perlu anda ketahui juga bahwa tidak semua aritmia
bisa menyebabkan ancaman bagi jiwa pasien, akan tetapi dengan munculnya aritmia
menandakan adanya gangguan pada organ jantung itu sendiri atau akan berpengaruh pada
organ jantung. Jadi apabila aritmia diabaikan maka akan berubah menjadi aritmia yang bisa
menyebabkan ancaman bagi jiwa pasien.

Sebelum saya menjelaskan secara detail tentang aritmia, saya ingin sedikit menyegarkan
ingatan anda tentang pacemaker dan sistem konduksi jantung. SA node adalah sumber utama
normal pacemaker, dimana impuls yang dikeluarkan oleh SA node akan menyebar ke seluruh
sel-sel otot atrium melalui lintasan khusus (tractus nodal), setelah semua otot-otot atrium
terdepolarisasi yang menyebabkan atrium berkontraksi, impuls akan diteruskan AV node
melalui sistem konduksinya yaitu bundle his dengan cabangnya, kemudian diteruskan ke
furkinje fiber untuk mendepolarisasi otot-otot ventrikel yang menyebakan otot ventrikel
berkontraksi.

Apabila impuls utama berasal dari luar SA node, atau terjadi perlambatan/percepatan pada
sistem konduksi, atau adanya bypass konduksi, ini semua akan menyebabkan gambaran EKG
yang berbeda dengan normal EKG atau dinamakan aritmia/dysritmia.

Pembagian Region Aritmia/dysritmia

SA Node------> Sinus Bradikardia, Sinus Takikardia, Sinus Aritmia, Sinus Arrest, Sinus
blok.
Otot Atrium-----> Atial Ekstra sistole (AES),Atrial escape beat.Atrial Fibrilation (AF),
Atrial Flatter (AFl), Atrial Takikardia, Multifokal Atrial Takikardia (MAT), Paroksimal
Atrial Takikardia (PAT), Wandering Atrial Pacemaker.

Junction Region ( AV node & sekitarnya) ----> Junctional Rhytm, Junctional
Takikardia, Accelerated Junctional, Slow Junctional, Junctional Ekstra sistole, Junctional
escape beat, Supraventrikular Takikardia, AV blok first degree, AV blok 2nd degree,
Total/komplit AV blok, WPW (wolff parkinson white) Syndrome.

Ventrikel Region -----> Idioventrikuler Rhytm, Accelerated Idioventrikuler, Ventrikel
Takikardia, Ventrikel Fibrilasi, Ventrikel ekstra sistole, Torsade de pointes, LBBB (left
bundle branch block), LAHB(left anterior hemi block), LPHB (left posterior hemiblock),
RBBB ( right bundle branch block).
(note : ingat !! obati pasien bukan EKGnya)

CONTOH ARITMIA EKG DENGAN KRITERIANYA
A. SA Node



( Sinus Bradikardia)

Ciri-cirinya :
Irama teratur
RR interval jaraknya sama dalam 1 lead panjang
PP interval jaraknya sama dalam 1 lead panjang
Komplek QRS harus sama dalam 1 lead panjang
Impuls dari SA node yang ditandai dengan adanya gel P yang mempunyai bentuk sama
dalam 1 lead panjang.
Frekwensi (HR) dibawah 60x/menit
Adanya gel P yang selalu diikuti komplek QRS
Gel P dan komplek QRS normal dan sama bentuknya dalam satu lead.



(Sinus Takikardia)

Ciri-cirinya):
Sama dengan sinus bradikardia, yang membedakanya adalah frekwensi jantung (HR) lebih
dari 100x/menit.




(Sinus Aritmia)

Ciri-cirinya :
Sama dengan kriteria sinus rhytme, yang membedakannya adalah pada sinus aritmia
iramanya tidak teratur karena efek inspirasi & ekspirasi.




(Sinus Arrest)

Ciri-cirinya:
Gel P dan komplek QRS normal
Adanya gap yang panjang tanpa adanya gelombang yang muncul.
Gap ini jaraknya melebihi 2 kali RR interval.




(Sinus Blok)

Ciri-cirinya :
Sama dengan sinus arrest yaitu adanya gap tanpa adanya gelombang yang muncul, dimana
jarak gapnya 2 kali dari RR interval.
B. Otot Atrium



(PAC or AES)

Ciri-cirinya :
Anda perhatikan normal gel P yang berasal dari SA node, gel P yang berasal dari otot atrium
tidak sama dengan gel P yang berasal dari SA node. PAC (premature atrial contraction)or
AES ( atrial ekstra sistole) yaitu gel P yang muncul sebelum waktunya dan bentuk
gelombangpun beda dengan normal gel P yang berasal dari SA node. Kalau anda temukan gel
P yang berbeda dan muncul persis sama dengan waktu yang seharusnya, ini dinamakan Atrial
escape beat.



(Atrial Flutter)

Ciri-cirinya :
Irama teratur
Ciri utama yaitu gelombang P yang mirip gigi gergaji (saw tooth).
Komplek QRS normal, interval RR normal




(Atrial Takikardia)

Ciri-cirinya :
Irama teratur
Komplek QRS normal
PR interval <0,12detik dan
Frekwensi jantungnya > 150x/menit
Apabila gambaran EKG dari normal tiba tiba berubah menjadi Atrial takikardia maka
gambaran ini dinamakan paroksimal atrial takikardia (PAT).



(Multifocal Atrial Takikardia)

Ciri-cirinya :
Irama irreguler
Kadang mirip dengan atrial fibrilasi, tapi pada MAT gel P masih terlihat dan tiap beat bentuk
gelombang P nya berbeda (minimal 3 macam).
Frekwensi > 100x/menit, PR intervalpun bervariasi, normal komplek QRS.



(Wandering Atrial Pacemaker)

Ciri-cirinya :
Sama dengan multifokal atrial takikardia, hanya pada wandering pacemaker HR nya normal.
C. Junctional Region



(Junctional Rhytm)

Ciri-cirinya :
Irama teratur
Frekwensinya 40-60 x/menit
Gelombang P bisa tidak ada, bisa terbalik (tidak bakal positip)
Kompleks QRS normal
Kalau frekwensinya lebih dari 40x/menit dinamakan slow junctional rhytm.



(Junctional Takikardia)

Ciri-cirinya:
Sama dengan junctinal rhytm, bedanya frekfensi atau HR pada junctional takikardia lebih
dari 100 x/menit.



(Accelerated Junctional)

Ciri-cirinya :
Sama dengan junctional rhytm, bedanya frekwensi atau HR pada accelerated junctional
antara 60-100 x/menit.



(Junctional Ekstra Sistole or PJC)

Ciri-cirinya :
Irama tidak teratur
Ada premature beat sebelum waktunya, dengan adanya gel P yang terbalik atau tidak adanya
gel P.



(Junctional Escape Beat)

Ciri-cirinya :
Irama irregular
Komplek QRS normal
Pada EKG normal yang seharusnya muncul normal beat pada beat berikutnya,
tapi impuls normal diambil alih oleh juction region sehingga tampak pada EKG tidak adanya
gel P, misalkan ada gel P tapi bentuknya akan terbalik.



(Supra Ventrikuler Takikardia/SVT)

Ciri-cirinya :
Irama teratur
Frekwensinya lebih dari 150x/menit
Gel P tertutup oleh gel T
Komplek QRS normal dan tingginya harus sama ( ingat duri ikan)



(Paroksimal Supraventrikuler Takikardia/PSVT)

Ciri-cirinya :
Dari gambaran EKG normal tiba-tiba berubah menjadi gambaran EKG SVT.
Frekwensinya lebih dari 150 x/menit


AV Blok first Degree

Ciri-cirinya :
Irama teratur
Gel P normal, PP interval regular
Komplek QRS normal, RR interval regular
PR interval > 0,20 detik atau > 5 kotak kecil
Panjang PR interval harus sama di setiap beat !! Misalkan panjang PR intervalnya 0,24detik,
maka di tiap beat PR intervalnya harus sama yaitu 0,24detik.



(AV Blok 2nd Degree Type I atau Wenckebach)

Ciri-cirinya :
Irama irregular
Gel P normal, PP interval regular
Komplek QRS bisa normal juga bisa tidak normal, RR interval irregular
PR interval mengalami perpanjangan, mulai dari normal PR interval dan memajang pada beat
berikutnya, sampai ada gel P yang tidak diikuti komplek QRS, kemudian kembali lagi ke
normal PR interval dan seterusnya.
Misalkan awalnya PR interval 0,16 detik, kemudian memanjang dibeat berikutnya 0,22 detik,
terus memanjang lagi menjadi 0,28 detik, lalu ada gel P yang tidak diikuti oleh QRS, setelah
itu kembali lagi ke normal PR interval yaitu 0,16 detik, dan seterusnya.



(AV Blok 2nd Degree Type II)

Ciri-cirinya :
Irama irregular
Gel P normal, PP interval regular
Komplek QRS bisa normal atau bisa juga tidak normal, RR interval irregular
PR interval harus sama di tiap beat!! Panjangnya bisa normal dan lebih dari normal.
Ada 2 atau lebih, gelombang P tidak diikuti oleh komplek QRS.



(AV Blok Total/Komplit)

Ciri-cirinya :
Irama regular
Tidak ada hubungan antara atrium dengan ventrikel.
Makanya kadang gelombang P muncul bareng dengan komplek QRS.
Komplek QRS biasanya lebar dan bentuknya berbeda dengan komplek QRS lainya karena gel
P juga ikut tertanam di komplek QRS, RR interval regular.
Gel P normal, kadang bentuknya beda karena tertanam di komplek QRS.







ciri-cirinya :
Adanya delta wave
PR interval kurang dari normal
Otot ventrikel didepolarisasi bukan melalui sistem konduksi yang normal, melainkan melalui
jalur pendek atau bypass sehingga ditemukan PR interval yang pendek.

D. Ventrikel Region


(Idioventrikular Rhytm)

Ciri-cirinya :
Irama regular
Frekwensi 20 - 40 x/menit
Tidak ada gelombang P
Komplek QRS lebar or lebih dari normal



(Accelerated Idioventrikular)

Ciri-cirinya :
Irama regular
Frekwensi antara 40 - 100 x/menit
Tidak ada gel P
Komplek QRS lebar atau lebih dari normal, RR interval regular




(Ventrikel Takikardia/ VT)

Ciri-cirinya :
Irama regular
Frekwensi 100-250x/menit
Tidak ada gelombang P
Komplek QRS lebar atau lebih dari normal



(VT Polymorphic)

Ciri-cirinya :
Irama regular irregular
Lainya sama dengan VT.


(ventrikel Fibrilasi/VF)

Ciri-cirinya :
Irama chaotic atau kacau balau
No denyut jantung.


(Torsade de pointes)

Ciri-cirinya :
Irama irregular
Frekwensi lebih dari 200x/menit
Komplek QRS lebar
Keadaan ini sangat cepat dan berubah ke VF atau asystole

Ventrikel Ekstra sistole

Ada beberapa macam ventrikel ekstra sistole, yaitu :

Unifokal VES/PVC ---> muncul pada pada gambaran EKG dimana saja, cirinya adanya beat
dari ventrikel yang jelas sekali kita lihat. Beat ini bisa ke arah positip defleksi atau negatif
defleksi, tergantung di lead mana kita melihatnya.

VES/PVC Bigiminy ---> yaitu alternate VES dimana bergantian dengan normal beat.
VES/PVC Trigeminy ---> yaitu VES yang muncul setelah 2 (dua) normal beat, kalau muncul
setelah 3 normal beat dinamakan Quartgemini, dan seterusnya.
VES/PVC Multifocal ---> yaitu adanya lebih dari satu bentuk VES
Consekuti atau Cauplet VES/PVC ---> yaitu VES yang muncul secara beruntun
VES/PVC R on T ----> yaitu VES yang muncul persis di gelombang T

















RBBB (right bundle branch block)



Ciri-cirinya :
Adanya M shape di lead V1 (RSR)
Gelombang S di lateral lead (V6, I, aVL)
Komplek QRS yang lebar.
Aksis jantung bisa normal atau RAD
Karena terjadi blok di bundle his kanan, maka dari bundle his kiri impuls mengarah ke kanan
(gel R di V1)dengan singkat kemudian ke kiri (gel S di V1) dan balik lagi ke kanan (gel R
lagi di V1) dan (gel S yang lebar di lateral lead).


LBBB (left bundle branch block)



Ciri-cirinya :
Adanya kuping kelinci di lateral lead dengan tidak adanya gel Q
Komplek QRS lebar
Tidak ada gelombang R kecil di V1
Aksis jantung ke kiri (LAD)
Awas jangan sampai salah interpretasi dengan old MI anterior atau septal !!

LAHB & LPHB
Dua-duanya adalah cabang dari bundle his kiri
Bila ditemukan EKG dengan LAD, adanya pattern rS di lead II dan III, serta QRS komplek
yang lebar menandakan adanya LAHB.
Bila ditemukan EKG dengan LAD, adanya pattern rS di lead I &aVL, serta QRS komplek
yang lebar menandakan adanya LPHB.

MYOCARDIAC ISCHEMIC & MYOCARDIAC INFARCTION
Topik ini bagi saya pribadi adalah sangatlah menegangkan karena inilah topik yang
ditunggu-tunggu saat kita mempelajari EKG. Ya boleh dikatakan topik ini adalah jantung
dari kursus EKG. Seperti yang anda ketahui bahwa jantung merupakan organ tubuh yang
sangat dan sangat vital sekali yang bertugas secara disiplin dan teratur memompakan darah
keseluruh bagian tubuh dan jantung itu sendiri. Untuk menjaga continuitas kerja jantung
secara maksimal atau adekuat, maka jantung harus mendapatkan pasokan darah (nutrisi) yang
adekuat pula.Apabila pasokan atau aliran darah ke jantung mengalami penurunan atau tidak
seimbangnya antara kebutuhan darah yang di butuhkan jantung dengan pasokan darah yang
di alirkan ke jantung, maka jantung akan mengalami gangguan yang dinamakan dengan
jantung iskemia.
Dan apabila pasokan/aliran darah mengalami hambatan atau sumbatan, maka jantung akan
mengalami gangguan yang dinamakan serangan jantung atau acut miokardiac infarction.

Perlu saya garis bawahi dengan tinta emas, bahwa jantung iskemia dan serangan jantung atau
akut miokardiac infarction akan jelas terekam dalam EKG yang nanti saya jelaskan, dimana
kriteria pada rekaman EKG untuk jantung iskemia atau acut miokardiac infarction bukanlah
menjadi patokan utama dalam menegakkan diagnosa tersebut. Tapi anda harus menetapkan
keadaan klinis pasien sebagai pegangan utam kita sebelum menegakkan diagnosa.

A. Myocardiac Ischemia atau Jantung Ischemia

Myocardiac ischemia atau jantung iskemia adalah suatu keadaan dimana ketidakseimbangan
antara kebutuhan jantung akan darah dengan pasokan atau suplai darah yang disebabkan oleh
penyempitan pembuluh darau arteri koroner. Penyempitan arteri koroner paling sering
disebabkan oleh arterosklerosis dan arteri koroner spasme.

Arterosklerosis adalah suatu proses yang sudah dimulai sejak kita lahir, dan proses ini tidak
hanya pada pembuluh darah jantung tapi diseluruh pembuluh darah proses ini sudah dimulai
dan dipengaruhi oleh banyak faktor seperti gaya hidup, pola makan dll.

Anda merasa jantung anda sehat-sehat saja biarpun lifestyle anda tidak anda perhatikan
seperti mengkonsumsi lemak lebih, merokok, kurang aktivitas dll. Anda beranggapan
demikian karena jantung kita dalam batas tertentu mampu melindungi dari iskemia, akan
tetapi apabila kebutuhan jantung bertambah misalkan saat anda melakukan aktivitas ringan
sampai berat dimana jantung tidak bisa melindungi dirinya lagi, maka anda akan mengalami
keluhan seperti nyeri dada yang hebat, dada terasa terbakar atau tertekan dan nyeri bisa
menjalar (bahu, lengan dan leher).Keadaan ini dinamakan anda sedang mengalami stable
angina. Jika keluhan muncul tidak lagi pada saat anda melakukan aktivitas dinamakan
unstable angina. Apabila unstable angina tidak ditangani dengan tepat, maka bukan tidak
mungkin lagi serangan jantung atau acut myocardiac infarction dan kematian mendadak akan
terjadi.

Dengan EKG, jantung iskemia bisa anda identifikasi berupa gambaran ST segmen depresi
dengan kriteria sebagai berikut :
ST segmen depresi > 1mm
Terdapat lebih dari 1 ST segmen depresi
ST segmen depresi bisa berupa datar atau horizontal, downsloping atau upsloping.
(lihat gb. 31 a, b, c, d)



(A)


(B)


(C)


(D)
( Gb :31 )

Saya ingatkan kembali bahwa keadaan klinis pasien lebih utama dengan gambaran EKG.
Kalau anda menemukan ST depresi atau T inverted tapi tidak ditemukan signs yang
mengarah ke diagnosa jantung iskemik, maka anda namakan gambaran tersebut dengan ST
atau T non spesifik. Tapi ST or T nonspesifik ini bukan berarti tidak penting, tapi anda harus
mengkajinya kenapa terjadi gambaran EKG tersebut. Adapun penyebab gambaran dengan ST
atau T nonspesifik itu adalah sebagai berikut :
Gangguan keseimbangan elektrolit
Myocarditis & Pericarditis
Cardiomypaty
Pulmonary emboli, dll.

B.Acut Myocardiac Infarction (AMI) atau Serangan Jantung

Seperti yang saya katakan diatas bahwa apabila jantung iskemia khususnya
unstable angina tidak anda tangani dengan tepat, maka myocardiac infarction atau serangan
jantung akan terjadi. AMI atau serangan jantung adalah keadaan dimana tidak mendapatkan
suplai darah lagi yang disebabkan adanya sumbatan total dipembuluh darah arteri koroner
yang menyebabkan kerusakan jaringan otot jantung atau infarction.

Adapun tanda-tanda serangan jantung atau acut myocardiac infarction adalah sama dengan
jantung iskemia, akan tetapi nyeri dada pada serangan jantung tidak bisa dihilangkan dengan
analgesik biasa (harus dengan morphine), kadang disertai dengan keringat dingin serta
muntah dan kematian mendadak bila lambat atau kurang tepat penangananya.

Banyak rekan-rekan kita yang mungkin masih bingung dan belum tahu dalam memahami
myocardiac infarction, sehingga dalam prakteknya mereka beranggapan kalau istilah
myocardiac infarction adalah sosok serangan yang menyerang jantung dan bisa menyebabkan
kematian. Benar sekali kalau AMI sangat berbahaya dan bisa mengancam jiwa pasien bila
tidak ditangani dengan tepat. Akan lebih baik jika anda mengenal dan memahami letak MI
serta kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi yang harus anda waspadai atau observasi
setelah post MI. Disamping itu, tidak semua AMI akan menyebabkan kematian mendadak.
Karena tergantung letak bagian otot mana yang terkena MI dan clinical jantung itu sendiri.
Misalkan pasien dengan latar belakang lifestyle yang kurang sehat atau adanya penyakit
jantung yang menyertainya, maka jika terkena serangan jantung yang sebenarnya tidak
menyebabkan kematian jika ditangani secara tepat, tapi pada pasien ini bisa menyebabkan
kematian mendadak sebelum pertolongan datang.

Apa yang anda harus perhatikan pada EKG untuk pasien yang mengalami AMI ? Ada 3
kriteria yang harus anda temukan untuk mendiagnosa AMI ( acut myocardiac infarction)
dengan ST segmen elevasi atau (STEMI) yaitu :

1. Clinicaly pasien adalah yang paling utama, dimana pasien mengeluh tidak nyaman di dada
seperti rasa tertekan,terbakar dan sakit di dada yang menyebar (ke bahu, lengan dan leher)
yang disertai dengan keringat dingin dan kadang pasien muntah.
2. Adanya ST segmen elevasi dengan atau tanpa adanya gel Q patologis. Gel Q patologis
cirinya yaitu dalamnya lebih dari 1/3 gelombang R.
3. Adanya peningkatan enzim jantung ( CKMB, CK, Troponomin )
( jika tidak anda temukan ST segmen elevasi dan gel Q patologis maka dinamakan Non -Q
MI)

Seperti yang saya katakan bahwa AMI berasal dari jantung iskemik yang tidak diobati
tangani dengan baik. Seperti yang anda lihat pada gb 32 yang terekam oleh holter monitor
bahwa diawali dengan gelombang T yang tinggi dan runcing (fase hyper acut T) . Anda tidak
akan pernah mendapatkan gambaran hyper acut T pada 12 lead EKG karena sangat singkat
sekali prosesnya.




Gb : 32

Fase acut/ injury yaitu ditandai dengan ST segmen elevasi yang sudah disertai atau tidak
dengan gel Q patologis. Fase ini terjadi kurang lebih dari 0 - 24 jam.

Fase early evolusion, yaitu ditandai masih dengan ST segmen elevation tapi gel T mulai
inverted. Proses ini terjadi antara 1 hari sampai beberapa bulan.

Fase old infarct, yaitu gelombang Q yang menetap disertai gel T kembali ke normal . Proses
ini di mulai dari beberapa bulan MI sampai dengan tahun dan seumur hidup. ( lihat gb 33 ).

Gb : 33
Adapun beberapa letak acut myocardiac infarction (AMI) yang harus anda kenali yaitu :

1.Septal ---> ST segmen elevasi di lead V1 dan V2,

2.Anterior ---> ST segmen elevasi di lead V1 sampai V4, reciprocal dengan di tandai ST
segment depresi di lead II,III, aVF.

3.Anterolateral (ektensif) ---> ST segmen elevasi di lead V1 s/d V6, lead I dan aVL,
reciprocal dengan ditandai ST segmen depresi di lead II, III, aVF

4.Lateral ---> ST segmen elevasi di lead V5 & V6, lead I & aVL
Inferior ---> ST segmen di lead II, III, aVF, reciprocal dengan ditandai ST segmen depresi di
lateral.

Posterior ---> ST segmen di lead V8 & V9

Ventrikel kanan ---> ST segmen elevasi di lead V1, V2R, V3R, V4R, reciprocal dengan
ditandai ST depresi di lead inferior.

Gb: 34 (AMI Septal)


Anda lihat ST segmen elevasi di V1 dan V2


Gb : 35



Anda lihat ST segmen elevasi di V1, V2,V3, V4


Gb : 36 ( AMI Anterior)





Gb : 37 ( AMI Anterolateral)



Gb : 38


Anda lihat ST segmen elevai di lead I, aVL, V6, V6.
Jika anda hanya menemukan ST segmen elevasi di lead I dan aVL saja, maka dinamakan
AMI High Lateral.






Gb : 39 (AMI Lateral)




Gb : 40


Anda lihat ST segmen elevasi di lead II, III, aVF
dan ST depresi V6, I, aVL



Gb : 41 ( AMI Inferior)


Gb : 42 (AMI Posterior)


Anda lihat gel R yang tinggi di lead V1, anda harus rekam juga lead V8 & V9 kalau ingin
menemukan ST segmen elevasi.









Gb : 43



Gb : 44 ( AMI Ventrikel kanan)



Kalau anda rekam ekg, anda akan mendapatkan ST segmen elevasi di lead V1, V2R, V3R,
V4R dan reciprocal di lead inferior anda akan temun ST segmen depresi.

HIPERTROPI OTOT JANTUNG
Hypertrophy otot jantung bisa diagnosis dengan EKG, depolarisasi otot jantung akan terekam
oleh EKG dengan digambarkan oleh voltase yang berupa grafik EKG. Semakin besar otot
jantung akan membutuhkan waktu yang lebih untuk didepolarisasi. Sehingga pada kasus
hypertrophy, akan muncul voltase yang beda dengan normal. Semua tergantung dimana letak
otot jantungnya yang akan didepolarisasi dan elektroda positip mana (lead) yang
merekamnya. Ingat sistem hexaxial reference !

Jantung di bagi menjadi 4 ruang, yaitu : atrium/serambi kanan, atrim/serambi kiri, ventrikel
/bilik kanan, ventrikel /bilik kiri. Untuk itu saya akan memberikan contoh EKG yang
menggambarkan pembesaranke empat ruangan tersebut beserta kriterianya. Untuk atrium
digunakan nama enlargment atau dilatasi.

2.1. Dilatasi Otot Atrium Kanan (RAE)
Ciri-cirinya :
Adanya gel P pulmonal, yaitu gel P yang ramping dan tinggi
Gel P > 2,5 mm paling jelas anda lihat pada lead II dan >2 mm di lead V1
(lihat gambar 45).



Gb : 45


2.2. Dilatasi Otot Atrium kiri
Ciri-cirinya :
Adanya P mitral, yaitu gel P yang lebar atau berlekuk. Paling jelas anda lihat di lead II atau
kearah lead mana sudut aksis jantungnya.
Adanya gel P dengan defleksi negatif pada lead V1.
(lihat gambar 46).



Gb : 46

2.3. Hypertrophy Otot Ventrikel Kanan (RVH)
Ciri-cirinya :
Perbandingan gel R/S di lead V1 lebih dari 1
Tinggi gel R di lead V1 > 5mm
Aksis jantung ke kanan atau RAD
Gel S di lead V1 dalamnya <2mm,> 7mm.
Adanya pattern komplek QRS seperti qR
Adanya P pulmonal
Gel R di lead V1 + gel S di lead V6 = > 10 mm. (lihat gambar 47)


Gb : 47

2.4. Hypertropphy Otot Ventrikel Kiri (LVH)
Ciri-cirinya :
Gel R di lead V6 atau V5 lebih dari 27 mm yang disertai dengan ST segment strain pattern
yaitu mirip dengan ST depresi.
Gel S di lead V1 atau V2 lebih dari 27 mm
Gel R di lead V1 atau V2 ditambah Gel S di lead % atau V6 lebih dari 35 mm
Gel R di lead aVL > 11 mm
Gel R di lead aVF > 20 mm (lihat gambar 48).



Gb : 48

PENGARUH OBAT-OBATAN DAN ELEKTROLIT TERHADAP EKG
Pengaruh Gangguan Keseimbangan Elektrolit Pada ekg

Apa yang telah saya jelaskan pada topik elektrofisiologi jantung, bahwa peranan elektrolit
pada aktivitas bioelektrikal khususnya pada jantung sangatlah besar sekali. Dimana
komponen elektrolit mempunyai peranan besar dalam proses elektrofisiologi pada jantung.
Anda masih ingat dengan nama elektrolit yang mempunyai andi besar yaitu kalium, kalsium,
natrium, dan magnesium.


Yang harus anda identifikasi dari EKG untuk mengetahui gangguan keseimbangan elektrolit
adalah hyperkalemia, hypokalemia, hypercalcemia dan hypocalcemia.

1. Hyperkalemia (lihat pada gb.49)

ciri-cirinya :

Gel T tinggi lebih dari 10 mm diprecordial lead atau lebih dari 5 mm di ekstremitas lead.
Kalau tidak di obati, gambaran EKG akan terdapat PR interval memanjang, kemudian gel P
menjadi datar dan komplek QRS menjadi lebar, kemudian berubah menjadi Ventrikel
fibrilasi.



Gb : 49

2. Hypokalemia (lihat gb.50)

Ciri-cirinya :
Adanya gel U yang tingginya bisa sama dengan gel T, bahkan lebih tinggi dari gel T.
Tiap pasien berbeda, artinya tidak smua pasien dengan kalium rendah akan menyebabkan
munculnya gel U.
Gel U muncul diawali dengan gel T yang datar atau inverted, sampai pada titik rendah nilai
kaliumnya, sehingga akan muncul gel U.
Biasanya gel U paling mudah kita identifikasi di precordial lead.


Gb : 50

3. Hypercalcemia

Ciri-cirinya :
QT interval memendek,yaitu tidak adanya ST segment

4. Hypocalcemia

Ciri-cirinya :
QT interval memanjang, yaitu lebih dari normal ( > 0,46 detik).


Pengaruh Obat-obatan Pada EKG

1. Digitalis Efek

Ciri-cirinya :
Adanya ST segmen sag
Gel T datar atau bisa juga bipasic
QT interval pendek
PR interval memanjang atau gambaran EKG AV blok first degree.
Adanya gel U

2. Quinidine Efek (lihat gb.51)

Ciri-cirinya :
Biasanya akan mempengaruhi gel T dan QT interval
Gel T lebar, datar, bahkan inverted.


Gb : 51

3. Procainamede Efek

Ditandai dengan komplek QRS yang lebar

Anda mungkin juga menyukai