Anda di halaman 1dari 6

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2001

273
PEMANFAATAN PUCUK TEBU SEBAGAI PAKAN SAPI POTONG
(The Use of Sugar Cane Tops as Feed for Beef Cattle)
A. NURHAYU, MATHEUS SARIUBANG dan ANDI ELLA
Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian, Gowa
ABSTRACT
To reduce the feeding cost, reseacrh to using the sugar factory disposal, sugar cane tops as feed for beef
cattle were had been done. The research used 18 cattles as samples that divided into 3 groups. The level of
sugar cane tops feeding 0,15 kg and 30 kg, for each group of sample, mixed with other feeds. The result
showed, that the nutrient formula III (30 kg of Elephant Grass, 12 kg Shad, 6 kg Bran, 6 gr Phosphor and, 30
kg Starbio) could be increasing 0,213 kg of weight per day. The result of work analysis using value input
output method indicated that B/C ratio was 1,09, or equal to Rp. 41.235/head/month.
Key words: Sugar cane tops, beef cattle
ABSTRAK
Untuk menekan biaya pakan maka dilakukan penelitian dengan memanfaatkan limbah yang berasal dari
pabrik gula yaitu pucuk tebu sebagai pakan sapi potong. Penelitian menggunakan sapi potong sebanyak 18 ekor
yang dibagi dalam tiga (3) kelompok. Tingkat pemberian pucuk tebu sebanyak 0, 15 kg dan 30 kg dan
dicampur dengan pakan lainnya. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa formula ransum III (Rumput Gajah 30
kg, gamal 12 kg, dedak 6 kg, Phospor 6 gr, Starbio 30 kg) dapat memberikan tambahan bobot badan 0,213
kg/hari. Hasil analisa usaha dengan memakai nilai inputoutput diperoleh B/C Ratio 1,09 atau nilai sebesar Rp.
41.235/ekor/bulan.
Kata kunci: Pucuk tebu, sapi potong
PENDAHULUAN
Potensi sapi potong untuk mendukung pembangunan Sulawesi Selatan cukup besar. Hal ini
dapat terlihat dari jumlah populasi sapi potong di Sulawesi Selatan sebanyak 718.164 ekor
(STATISTIK, 2000). Sedangkan kenyataannya pengiriman sapi potong antar pulau dan pemotongan
di RPH pada tahun 2000 masing-masing 11.231 ekor dan 45.030 ekor. Data ini menunjukkan bahwa
baru 7,83% potensi sapi potong ikut mendukung pembangunan di Sulawesi Selatan. Oleh karena itu
dibutuhkan teknologi untuk lebih meningkatkan peranan sektor peternakan baik dalam
pembangunan regional maupun pembangunan nasional.
Masalah utama pengembangan sapi potong di Sulawesi Selatan adalah semakin menyempitnya
padang penggembalaan alam. Kekurangan produksi hijauan pakan lebih terasa pada musim
kemarau, dimana produksi hijauan pakan ternak mengalami penurunan tajam atau hanya sekitar
50% dari produksi rata-rata. Pengadaan/penyediaan hijauan pakan umumnya mengandalkan di luar
usaha tani seperti pinggir jalan, tanggul irigasi, pinggi-pinggir sungai, pematang sawah, dalam hutan
dan tanah-tanah kosong yang tidak digunakan untuk tanaman pangan (CRISTIANTO, 1982).
Produktivitas hijauan pakan yang bersumber di luar usahatani tersebut sangat rendah dan tidak dapat
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2001

274
mendukung produktivitas ternak khususnya ternak ruminansia (sapi, kerbau, dan kambing) karena
tidak pernah dilakukan pengelolaan.
Di Sulawesi Selatan perkiraan produksi limbah pucuk tebu cukup besar hal ini dapat dilihat
pada Tabel 1 berikut .
Tabel 1. Produksi Limbah Pucuk Tebu di Pabrik Gula Bone, Camming, PG Takalar.
Uraian Satuan PG Bone PG Camming PG Takalar
Luas Ha 3.309,85 3.307,40 6.000,00
Tebu Ton 90.284,00 79.073,50 220.402,70
Pucuk tebu*) Ton 12.646,00 7.109,02 30.856,37
Keterangan: PTP Nusantara XIV (Persero), 2000
*) Diasumsikan rendemen pucuk tebu 14%, ampas tebu 33%, Blotong dan tetes 3,5%.
Potensi yang demikian besar belum dimanfaatkan peternak sebagai pakan ternak. Menurut
SIREGAR et al. (1992) pemanfaatan limbah pertanian untuk pakan ternak ruminansia baru sekitar
39% dari potensinya. Selebihnya dibuang, dibakar atau untuk keperluan nonternak. Belum
termanfaatkannya limbah pertanian secara optimal disebabkan waktu panen yang tidak kontinu,
hanya pada bulan-bulan tertentu saja. Menurut BASYA (1984) masa tersedianya pucuk tebu di
Indonesia adalah bulan April sampai bulan Nopember dengan puncak ketersediaan dari bulan Juni
sampai September. Akibatnya pucuk tebu belum dimanfaatkan secara maksimal mengingat kendala
yang dihadapi berkaitan dengan ketersediaan pucuk tebu. Selain itu, seperti umumnya limbah
pertanian pucuk tebu memiliki nilai nutrisi dan biologis yang cukup rendah. Hal ini disebabkan oleh
tanaman pertanian tersebut dipanen pada saat hasil utamanya telah mencapai tingkat kematangan
yang diinginkan (MATHIUS, 1993). Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan kualitas
limbah pertanian, baik dengan cara fisik maupun biologis tetapi cara-cara tersebut biasanya
disamping mahal, hasilnya juga kurang memuaskan. Secara kimiawi meningkatkan residu yang
mempunyai efek buruk sedangkan cara biologis memerlukan peralatan yang mahal (karena harus
anaerob) dan hasilnya kurang disukai ternak (karena bau amonia yang menyengat). Cara baru yang
relatif murah dan hasilnya sangat disukai ternak adalah fermentasi dengan Mikroorganisme
(Starbio). Penggunaan mikroorganisme pada pakan ternak sapi potong dimaksudkan untuk
meningkatkan kualitas pakan tersebut sehingga efisiensi penggunaannya menjadi lebih baik selain
itu dapat di simpan dalam waktu yang lama dan digunakan pada saat paceklik atau musim kemarau
panjang.
MATERI DAN METODE
Penelitian pucuk tebu sebagai pakan sapi potong dilaksanakan di lokasi Station IPPTP Gowa,
Sulawesi Selatan. Ternak sapi Bali yang digunakan sebanyak 18 ekor yang terbagi dalam 3
kelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari 6 ekor sebagai kontrol dan 12 ekor dalam
kelompok perlakuan. Paket teknologi yang diujicobakan dilokasi tersebut dengan pemanfaatan
pucuk tebu dengan Mikroorganisme (Starbio).
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2001

275
Pembuatan fermentasi pucuk tebu
Bahan:
Pucuk tebu 1 ton
Koloni mikroba (Starbio) 6 kg
Urea 6 kg
Air secukupnya (kelembaban 60%)
Cara membuat:
Pucuk tebu ditumpuk setebal 30 cm, kalau perlu dinjak-injak, lalu ditaburi urea, Starbio
dan kemudian disirami air secukupnya mencapai kelembaban 60% (bila kita remas, apabila
air tidak menetes tetapi tangan kita basah, berarti kadar air mendekati 60 %).
Tahapan pertama diulangi sampai ketinggian tertentu (minimal 1,5 meter).
Tumpukan pucuk tebu dibiarkan 21 hari.
Kemudian dibongkar dan diangin-anginkan/dikeringkan.
Diperoleh pucuk tebu fermentasi yang siap diberikan pada sapi atau pun disimpan sebagai
stok simpanan di gudang.
Sumber: (Lembah Hijau Multifarm LHM, Research Station Solo, Indonesia, 2000)
Susunan ransum yang diberikan pada tiap masing-masing kelompok dapat dilihat pada Tabel 2.
Pengumpulan data dilakukan secara berkala (satu kali sebulan selama 3 bulan) melalui pengamatan
langsung, penimbangan dan pengukuran.
Tabel 2. Susunan ransum yang diberikan pada tiap kelompok
Kelompok
Komposisi
I II III
Rumput Gajah, kg 60 45 30
Gamal, kg 12 12 12
Dedak, kg 6 6 6
Starbio pucuk tebu, kg - 15 30
Phospor, g 15 15 15
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pucuk tebu sebagai limbah perkebunan memiliki nilai nutrisi dan biologis yang cukup rendah.
Oleh karena itu sebelum diberikan ke ternak (sapi potong) perlu perbaikan nilai nutrisi dan
biologisnya terlebih dahulu. Salah satu usaha untuk memecahkan masalah tersebut adalah melalui
fermentasi dengan menggunakan Mikroorganisme. Sebagai sumber mikroorganisme dalam
penelitian ini dipergunakan starbio.
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2001

276
Perbandingan susunan zat-zat makanan pucuk tebu segar dan pucuk tebu fermentasi
Mikroorganisme dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Komposisi zat-zat makanan pucuk tebu segar dan yang difermentasi Mikroorganisme
Pucuk Tebu
Zat Makanan (%)
Segar
*)
Fermentasi
**)

Bahan Kering 24,77 92,77
Protein Kasar 5,47 2,62
Lemak 1,37 11,65
Serat Kasar 37,90 30,55
BETN 45,60 47,41
Abu 10,21 11,02
Sumber: *) MUSOFIE (1983)
**) Lab IPPTP Gowa (2000)
Berdasarkan Tabel 3 di atas menunjukkan bahwa pucuk tebu segar mengandung serat kasar
yang cukup tinggi sehingga daya cerna dan palatabilitasnya rendah. Sedangkan pucuk tebu
fermentasi Mikroorganisme kandungan Serat Kasar lebih rendah sehingga akan meningkatkan
daya cerna dan palatabilitas pakan tersebut. Namun kandungan proteinnya lebih rendah
dibandingkan pucuk tebu segar. Menurut TILMAN et al. (1989) hal tersebut kurang berarti bagi
ternak ruminansia karena kualitas protein suatu bahan makanan banyak dipengaruhi oleh aktivitas
mikoorganisme dalam retikulo-rumen. Mikroorganisme dapat mendegradasi semua protein dan
asam amino makanan membentuk asam amino baru. Fermentasi protein makanan yang berkualitas
rendah dalam rumen dapat meningkatkan kualitas protein karena nilai biologis protein
mikroorganisme tinggi.
Tabel 4. Rataan Pertambahan bobot badan harian yang diberi pucuk tebu fermentasi
I II III
Parameter
(Tanpa pucuk tebu
fermentasi)
(Pucuk tebu
fermentasi 15 kg)
(Pucuk tebu
fermentasi 30 kg)
Bobot badan (kg/ekor/hari) 0,116 0,192 0,213
Lingkar dada (cm/ekor/hari) 0,031 0,033 0,042
Panjang badan (cm/ekor/hari) 0,033 0,043 0,052
Tinggi pundak (cm/ekor/hari) 0,029 0,043 0,044
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa pemberian pucuk tebu fermentasi
Mikroorganisme (starbio) pada perlakuan II (rumput gajah 45 kg+Gamal 12 kg+dedak 6
kg+pucuk tebu fermentasi 15 kg+phospor 15 g) dan III (rumput gajah 30 kg+Gamal 12 kg+dedak 6
kg+pucuk tebu fermentasi 30 kg+phospor 15 gr) cenderung meningkatkan bobot badan yang lebih
baik dibanding I tanpa pucuk tebu fermentasi (rumput gajah 60 kg+Gamal 12 kg+dedak 6 kg
phospor 15 g). Sementara kelompok perlakuan III yang mendapat pucuk tebu fermentasi lebih
banyak yaitu 30 kg memberikan pertambahan bobot badan sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan
kelompok II yang hanya diberi 15 kg.
Berdasarkan analisis sidik ragam diperoleh hasil bahwa perlakuan tidak berpengaruh nyata
(P>0,05) terhadap pertambahan bobot badan, lingkar dada, maupun tinggi pundak sapi potong.
Adanya kecendrungan pertambahan ukuran badan ternak tersebut dijelaskan oleh CV Lembah
hijau (2000) bahwa penggunaan mikroorganisme (Starbio) pada pakan ternak sapi potong akan
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2001

277
membantu memecah struktur jaringan yang sulit terurai dalam proses pencernaan sehingga zat-zat
nutrien lebih mudah diserap. Begitu pula hampir semua protein kasar dapat dipecah sehinga
akhirnya membentuk protein mikroba yang nilai biologinya tinggi.
Pada penelitian ini menunjukkan bahwa pucuk tebu dapat menggantikan posisi rumput gajah
tanpa ada pengaruh negatif terhadap ternak sapi potong. Selain itu pucuk tebu dapat membantu
penyediaan pakan ternak pada musim kemarau, dimana pada saat itu produksi rumput menurun baik
kuantitas maupun kualitasnya. Di sisi lain pucuk tebu sebagai limbah perkebunan ketersediaannya
cukup melimpah.
Untuk lebih meningkatkan pertambahan bobot badan pada sapi potong yang diberikan pucuk
tebu fermentasi diperlukan pakan tambahan. Menurut MUSOFIE et al (1982) penambahan konsentrat
atau tanaman leguminosa dapat meningkatkan nilai pakan pucuk tebu. Pada penelitian ini selain
pucuk tebu yang difermentasi yang diberikan (perlakuan II dan III) juga diberikan konsentrat berupa
dedak serta leguminosa yaitu daun gamal (Gliricidia sepium), sedangkan mineral adalah phospor
pada tiap-tiap kelompok perlakuan.
Analisis ekonomi
Analisis manfaat dan biaya merupakan analisis kelayakan investasi suatu usaha dengan salah
satu kriteria utama yang digunakan adalah metode B/C (benefit over cost ratio) adapun analisa
ekonominya ditunjukkan pada Tabel 5.
Tabel 5. Analisa keuntungan usaha sapi potong dengan pemberian pucuk tebu
Uraian Unit Harga Jumlah
Biaya tetap:
- Penyusutan kandang 50.000
- Kandang Diabaikan
Biaya tidak tetap:
- Sapi bakalan 18 ekor 1.500.000 27.000.000
- Mikroorganisme (Starbio) 24 kg 9.000 216.000
- Garam 18 kgx5 gx90 hr 400 3.240
- Dedak 18 kgx90 hr 300 486.000
- P 45 gx90 hr 2.200 8.910
- Obat-obatan 18 5.000 90.000
- Urea 24 kg 1.100 26.400
- Stardec 6 kg 9.000 54.000
- Transportasi 18x2 10.000 360.000
- Upah buruh 4x3 bln 50.000 600.000
Sub total 28.894.550
Pemasukan:
- Berat badan 0,174x30x3x18 10.000 2.818.800
- Kotoran 72,36x90 200 1.302.480
Sub total: 4.121.280
Total penerimaan 27.000.000+4.121.280 31.121.280
Perhitungan LabaRugi:
PemasukanPengeluaran 31.121.280-28.894.550 2.226.730
Keuntungan ekor/bulan 2.226.730/18/3 41.235
B/C Ratio 31.121.280 1,09
28.894.550
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2001

278
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil yang diperoleh selama penelitian dapat disimpulkan bahwa teknologi pucuk
tebu dengan fermentasi Mikroorganisme Starbio dapat meningkatkan pertambahan bobot badan
sapi Bali bakalan lebih tinggi dibanding dengan tanpa pemberian pucuk tebu fermentasi.
Berdasarkan analisa ekonomi dengan pemberian pucuk tebu fermentasi dapat memberikan
keuntungan Rp. 41.235/ekor/bulan dengan B/C ratio 1,09.
DAFTAR PUSTAKA
ANONIMOUS. 1998. Kebijaksanaan Operasional dan Rencana Kegiatan Subsektor Peternakan. T.A. 2000.
Direktorat Jenderal Peternakan. Jakarta.
ANONIMOUS. 2000. Angka-angka Produksi PTP Nusantara XIV (Persero). PG Takalar.
ANONIMOUS. 2000. Sulawesi Selatan dalam Angka. Badan Pusat Statistik Propinsi Sulawesi Selatan.
BASYA, S. 1984. Pucuk Tebu, Potensi dan Peranannya dalam Penyediaan Pakan Ternak Ruminansia. Waifa
204.1.3
CRISTIANTO, K. 1982. Aspect of The Cattle Economis in South Sulawesi, 4553 Indonesia in Livestock in Asia.
Issues and Policies International Development Research Centre, Otawa CA.
LEMBAH HIJAU MULTIFARM 2000. Integrated Farming System Resume Pelatihan. Reseach Station Solo,
Indonesia.
MATHIUS, I.W. 1993. The Potential and Feeding Value of King Grass (Pennisetem purpureophoides) for sheep
and goats. Paper Presented on International Seminar on Livestock and Feed Development in the Tropies.
Padang 21-25 Oktober 1991.
MUSOFIE, A., N.K. WARDHANI dan S. TEDJOWAHJONO. 1982. Pemanfaatan Pucuk Tebu sebagai Sumber
Hijauan Makanan Ternak. Majalah Perusahaan Gula Pasuruan XVIII (1-2-3).
SIREGAR, A. R dan C. Talib. 1992. Penggemukan Sapi Bali dan Ongole di Tawaehi, Sulawesi Tengah. Proc.
Agro Industri Peternakan di Pedesaan. Balai Penelitian Ternak, Bogor.
TILMAN, A.D., H. HARTADI, S. REKSOHADIPRODJO, S. PRAWIROKUSUM dan S. LEBDOSOEKOJO. 1989. Makanan
Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai