Anda di halaman 1dari 7

Ternyata Silaturahmi Bisa Memperpanjang Usia Hanya

Mitos Belaka?
By Nggolekmbuku
Jika kita seorang muslim, atau orang yang akrab berinteraksi dengan
orangatau komunitasmuslim, pastinya tidak mengherankan jika
pernah mendengar hadits nabi yang menyebutkan bahwa
silaturahmi bisa memperpanjang usia. Di samping dalil-dalil lainnya
yang menekankan pentingnya silaturahmi, seperti tidak sempurna
Islam seseorang yang memutus tali silaturahmi, anjuran bagi anak
untuk menyambung hubungan yang telah dibangun orang tuanya,
dan lain sebagainya. Semua itu tentu saja sangat bagus ditinjau dari
sudut pandang ilmu social, silaturahmi bisa menjadi tonggak
ketahanan masyarakat yang sangat luar biasa kokohnya. Akan tetapi,
ketika silaturahmisaling kunjung mengunjungi, menyapa, berbicara
dengan tetangga atau kenalan di tengah jalan, memberi hadiah,
menjenguk orang sakit, dan interaksi lainnya yang serupadipercaya
dapat memanjangkan usiamemanjangkan dalam artian hidup lebih
lama dari sewajarnya, itu kedengarannya terlalu berlebihan dan
agak menggelikan. Sejauh ini, penjelasan yang senantiasa kita
dapatkan tentang hadits yang disampaikan dari sahabat Anas ra.
Tersebut adalah bahwa dengan bersilaturahmi orang-orang akan
senantiasa mengenang kitamengenang bahwa tadinya kita pernah
ada dan sering mendatanginya. Ini, tentu saja bukan jawaban
sebenarnya walau mungkin secara filosofi benar juga. Tapi yang kita
harapkan bukanlah hanya kepanjangan umur seperti itu, karena itu
yang panjang umur bukan kita, tapi orang-orang yang mengenang
kita.

Sebuah Kota Keajaiban
Jika ada waktu, dan uang, uang yang banyak, sempatkanlah Anda
untuk bermain ke Pennsylvania dan mampirlah ke sebuah kota
bergaya Italia, kota Roseto. Untuk apa? Untuk menyadari suatu
keajaiban yang lain yang tadinya luput dari perhatian begitu banyak
orang di Amerika.
Kota Roseto ini didirikan pada penghujung abad ke-18 oleh para
imigran dari Italiatepatnya dari desa Roseto. Mereka bekerja di
tambang batu dekat kota Bangor, Pennsylvania. Tahun 1894 ada
ratusan ribu penduduk Roseto di Italia pindah ke Amerika, mereka
mendirikan kota tersebut. Membeli tanah, membangun rumah,
membangun gereja yang dinamai mirip dengan nama gereja tua
mereka di kampung halaman, Our Lady Of Mount Carmel,
membangun jalan dan segala prasarana yang menunjang eksisnya
sebuah kota. Menarik untuk diketahui, kota terdekat ke Roseto
adalah kota Bangor yang di dominasi orang-orang Inggris dan kota
lainnya dihuni oleh orang-orang Jerman. Pada masa itu, hubungn
ketiga negara tidaklah bagus. Membawa permusuhan dari tanah
kelahiran, membuat warga Roseto benar-benar melengkapi kota
barunya itu. Di sana ada taman, toko segala makanan, pabrik
pakaian, sekolah, semuanya. Lantas apa yang istimewa dari kota
penambang yang sedang tumbuh besar ini?

Keistimewaan itu terkuak pada tahun 1950-an ketika seorang dokter
yang bersekolah di University Of Oklahoma, Stewart Wolf, diundang
untuk berceramah di kota tersebut. Selesai memberi ceramah,
seorang dokter Roseto mengundangnya minum. Saat itulah, si dokter
berkata pada Wolf bahwa selama lima belas tahun kariernya di
Roseto, dia tidak pernah menemui penduduk berusia di bawah enam
puluh lima tahun yang mengidap penyakit jantung. Tahukah Anda
apa hebatnya fakta itu?

Fakta itu mengejutkan karena pada masa itu menurut akal sehat
mustahil ada dokter yang selama karirnya tidak menemukan pasien
penyakit jantung! Kala itu, era 50-an, penyakit jantung menjadi
epidemic di amerika. Obat penurun kolestrol atau pencegah penyakit
jantung belum ditemukan. Penyakit jantung menempati posisi
penyebab utama meninggalnya pria di bawah usia enam puluh lima
tahun.

Tentu saja ini membuat Wolf sangat heran dan penasaran. Segera dia
adakan penelitian. Dia membentuk tim yang memeriksa catatan
kematian penduduk Roseto, menganilis catatan dokter, membaca
sejarah kesehatan dan geneanologinya. Penelitian itu sendiri diawali
pada tahun 1961. Dan apakah hasil dari penelitian tahap awal itu?
Sama sekali tidak ditemukan ada penduduk yang mati karena
serangan jantung dengan usia di bawah 55 tahun, bahkan sekedar
menunjukkan gejala penyakit jantung saja tidak. Dan hanya sedikit
yang meninggal karena serangan jantung pada usia di atas 65 tahun.
Bahkan, yang meninggal karena berbagai penyebab sekitar 30
sampai 35 persen di bawah dugaan, ini adalah sebuah keajaiban di
masa itu. Seorang sosiolog yang juga dilibatkan oleh Wolf dalam
penelitiannyaJohn Bruhn, memberikan komentar kekagumannya
atas hal ini: tidak ada kasus bunuh diri, tidak ada penyalah gunaan
alcohol, tidak ada kecanduan obat terlarang, dan sangat sedikit
kejahatanorang-orang ini meninggal karena usianya yang sudah
udzur. Itu saja.

Tidak puas dengan itu, Wolf beserta timnya memperdalam
penelitiannya, memeriksa pola makan dan olah raga penduduk
Roseto. Ternyata tidak berbeda dengan orang Amerika pada
umumnyamenggoreng dengan minyak lemak babi, makan pizza
dengan roti tebal ditambah pepperoni, salami, ham, kadang-kadang
telur. 41 persen kalori warga didapat dari lemak. Merekapun jarang
berlatih yoga, juga jarang lari pagi yang konsisten. Jadi, bukan pola
makan dan olah raga rahasia keajaiban kesehatan penduduk Roseto.

Kemudian Wolf beralih pada kemungkinan lain, apakah ini factor
genetic? Mereka pun memeriksa orang-orang Roseto yang tersebar
di wilayah-wilayah lain Amerika Serikat, untuk mengetahui apakah
mereka memiliki keunggulan kesehatan seperti saudaranya yang di
Roseto. Ternyata tidak.

Belum putus asa, Wolf mencurigai factor lingkunganlah yang telah
menghasilkan keajaiban ini. Roseto terletak di daerah perbukitan di
Pennsylvania timur. Selain Roseto di sana terdapat kota-kota lainnya.
Ternyata, kota terdekat ke Roseto dan memiliki geografis yang
serupa, Bangor dan Nazareth, tidak memiliki anugerah yang seperti
halnya Roseto. Lantas, jika rahasia kesehatan penduduk Roseto ini
bukanlah karena pola makan atau olah raga, atau factor genetic atau
lingkungan, maka apa?

Di sinilah kesadaran yang luar biasa itu datang. Dalam masa
kunjungannya, Wolf dan Bruhn mendapati bagaimana penduduk
Roseto saling berkunjung antara satu dengan lainnya. Saat
berpapasan di jalan, mereka berhenti untuk menyapa dan
mengobrol. Tetangga yang memasakkan untuk tetangganya di
halaman belakang rumahnya. Rumah yang dihuni oleh tiga generasi
keluarga; kakek-nenek, anak, serta cucu. Rasa hormat yang muda
pada yang tua. Mereka berkumpul saat misa dan menjalin hubungan
kemasyarakatan yang harmonis. Orang-orang kaya yang oleh
lingkungan dibentuk untuk membantu warga yang kurang mampu
ingat, penelitian Wolf tidak menemukan adanya warga Roseto yang
hidup di garis kemiskinan. Ini luar biasa, para peneliti itu mendapati
suatu masyarakat yang hampir tidak bisa ditemui di bagian manapun
di kota-kota Amerika. Dengan kata lainmerujuk kembali pada
hadits nabi yang kita permasalahkan di awalsilaturahmi telah
memperpanjang usia mereka, menyelamatkan mereka dari penyakit
jantung dan penyakit lainnya.

Mengapa Silaturahmi?
Dan tentu saja, para ahli kesehatan lainnya yang membaca laporan
hasil penelitian Stewart Wolf menertawakannya dengan sepenuh
hati. Bagi mereka, kesehatan adalah buah dari bagusnya gen yang
kita miliki, makanan sehat yang dikonsumsi, dan teratur serta
cukupnya olah raga yang kita lakukan. Pernyataan bahwa ngobrol di
pinggir jalan dan tiga genarasi keluarga yang tinggal di bawah satu
atap memberi sumbangsih yang amat signifikan bagi kesehatan
benar-benar dianggap sebagai omong kososng pada saat itu. Tapi
demikianlah faktanya, satu-satunya pembeda Roseto dengan Bangor
dan kota-kota lainnya di Amerika Serikat adalah kentalnya hubungan
keakraban yang terbangun dalam kota tersebut.
Sebenarnya keajaiban itu bisa dilihat dari sini, hubungan yang
harmonis membantu terciptanya keadaan jiwa yang tenang dan
nyamankebahagiaan. Ketika keadaan jiwa kita nyaman, maka
seluruh anggota badan pun bisa bekerja dengan optimal dan
menakjubkan. Anda tentu tahu bagaimana ilmu kedokteran telah
membuktikan tertawa bisa membuat kita awet muda. Orang yang
dalam hidupnya mendapat tekanan dengan intensitas yang tinggi
cenderung lebih tua beberapa tahun dari usia semestinya. Ini bisa
kita lihat pada siapapun di sekitar kita. Teman kita yang baru saja
menderita kebangkrutan dan kalang kabut menghadapinya tampak
tiba-tiba saja menua, melampaui masa beberapa tahun normal
dalam hitungan bulan saja. Semua orang kini tahu betapa pentingnya
pikiran yang lapang dan keadaan jiwa yang tenang serta nyaman
dalam menghadirkan kehidupan yang awet, bebas stress dan atau
depresi. Tekanan jiwa membuat jantung kita melemah. Kini semua
menyadari betapa maateri saja tidak mampu membeli sebuah
kesehatan untuk kita. Lantas apa mata uang untuk membeli
ketenangan?

Tentu saja, apa lagi kalau bukan silaturahmi itu sendiri. Silaturahmi;
saling kunjung mengunjungi, menyapa, berbicara dengan tetangga
atau kenalan di tengah jalan, memberi hadiah, menjenguk orang
sakit dan sebagainya, adalah pondasi dalam membentuk suatu
hubungan masyarakat yang harmonis, indah, nyaman, dan aman.
Setiap orang mengenal orang lainnya, mengetahui masalah tiap-tiap
tetangga, mendengarkan keluhannya, ikut memberi sumbangan
pemikiran untuk problematika hidup yang dihadapibahkan bisa
berupa materi, menyapa seseorang yang berjalan seorang diri di
depan rumah kita, tersenyum pada siapa saja, sungguh itu adalah
perkara-perkara yang memperkokoh tali silaturahmi. Dan bukan lagi
keajaiban jika masyarakat yang seperti itu memiliki warga yang sehat
baik jasmani maupun ruhaninya.

Orang ingat akan kisah dokter Mesir yang diutus tugas di Madinah
pada masa Nabi. Selama tahun-tahun masa tuganya itu, dia tidak
mendapati satu orangpun yang layak menyandang predikat sebagai
pasien. Dengan terheran-heran, dia menanyakan keanehan tersebut
kepada Rasulullah dan jawaban beliau adalah: penduduk Madinah
tidak makan kecuali mereka lapar, dan berhenti sebelum mereka
kenyang. Itulah jawaban beliau, tapi tentu kita kini menyadari bukan
itu satu-satunya jawaban, karena beliau juga menyabdakan tentang
silaturahmi yang memperpanjang usia, dan kenyataan bahwa pasa
masa itu persaudaraan kaum muslim benar-benar mengagumkan,
silaturahmi benar-benar tersambung dengan kuat.

Masalah Masyarakat (lagi-lagi) Perkotaan
Siapa di antara kitamasyarakat kotayang tidak dituntut untuk lari
keluar rumah sebelum pukul tujuh pagi? Berkesempatan pulang
pukul empat sore? Waktu yang sempit untuk bertandang ke rumah
tetangga? Tidak sempat berhenti di jalan untuk mengobrol dengan
orang yang kita berpapasan di jalanatau karena memang tidak
mengenalnya sekalipun dia tinggal tepat di sebelah rumah kita? Kita
tahu wajahnya tapi tidak namanya. Kita hanya menyapanya dengan
sapaan standar yang menyedihkan, mas-mbak, oom-tante, tanpa
bisa merangkai lagi kalimat utama berikutnya. Ini mengerikan. Siapa
orang kota dewasa ini yang tidak ketakutan tiap saat dibayangi terror
serangan jantung? Setres? Depresi? Atau masalah-masalah psikis
lainnya.

Maukah Anda membandingkan dengan saudara-saudara kita di
desa? Mari kita badingkan, sedikit saja. Memang tidak ada lagi orang
yang tidak dituntut untuk keluar rumah pukul tujuh pagi, di manapun
itu. Tapi, orang desa punya kualitas yang tidak dimiliki oleh saudara-
saudaranya yang tinggal di kota. Mereka mengenal hampir semua
nama dan wajah di desanya, mereka tahu di mana letak rumah
mereka dan tidak segan-segan untuk berkunjung ke sana kapanpun
saja. Mereka berhenti jika berpapasan di jalan, berbincang ringan
dan baru kemudian melanjutkan perjalanan. Senyum dan tegur sapa
bukan sesuatu yang mahal atau sulit ditemukan. Di desa, semua
seperti rumah besar yang nyaman dan semua orang ada untuk
semua orang lainnya. Kita bisa menyaksikan kebersamaan yang
mengagumkan pada tiap acara pernikahan atau kematian, khitanan
atau syukuran. Suasana nyaman dan menenangkan. Maka, di mana
bisa kita temukan orang stress di desa sementara di kota tiap rumah
hampir kita temukan kepala keluarganya, atau ibu rumah tangganya,
atau anak remajanya, atau sial sekali, seluruh keluarganya
mengalami stress! Dan lebih sulit lagi, kita mencari orang depresi di
desa. Lebih dari itu, penyakit jantung adalah barang langka di desa.
Maka, Itu Dia!

Jadi, subhanallah, sangat luar biasa sekali bagaimana sabda Nabi 14
abad yang lalu dibuktikan oleh penelitian yang modern dan
mengagumkan ratusan tahun kemudian. Silaturahmi yang oleh
peradaban masa kini kian tergerus oleh banyak kepentingan pribadi
ternyata mengandung khasiat penyembuhan dan penjaga keutuhan
kehidupan yang menakjubkan tiada duanya. Bagaimana bisa kita
ingin menukar anugerah ini dengan sempitnya kepentingan pribadi?
Dan ternyata bukanlah hal yang cukup baik untuk tetap
dipertahankan. Ketidak pedulian pada orang-orang di sekitar kita.
Sudah seharusnya setiap orang kini untuk mulai memperhatikan
orang-orang di sekitarnya.

Jika ada yang bertanya pada saya, apa yang paling membuatmu
bersyukur telah menulis artikel ini? Jawaban saya sederhana, yaitu
jika ada seseorang yang setelah membaca ini mulai menyapa
tetangganya yang selama ini dilewatinya begitu saja saban berangkat
kerja. Bukan hanya untuk memanjangkan usia, tapi untuk kehidupan
yang lebih baik berikutnya.

Anda mungkin juga menyukai