Penulis Tim Instruktur Pendidikan Jasmani dan Kesehatan
KONSORSIUM SERTIFIKASI GURU 2013
TIM PENULIS
Drs. Agus Margono, M.Kes. Drs. Agus Mukholid, M.Pd. Drs. Sapta Kunta Purnama, M.Pd. Drs. Budi Satyawan, M.Pd. Dr. H. Iis Marwan, Drs.,S.H., M.Pd. Hj. Giri Verianti, Dra., M.Pd. Dr. H. Cucu Hidayat, Drs., M.Pd. Gumilar Mulya, Drs., M.Pd. Muhajir, Drs., M.Ed.
Modul PLPG Penjaskes 2013 v KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb. Dalam rangka mendukung pencapaian visi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) tahun 2025 Insan Indonesia Cerdas dan Kompetetif dan Visi Kemendikbud tahun 2014 Terselenggaranya Layanan Prima Pendidikan Nasional untuk membentuk Insan Indonesia Cerdas Komprehensif, Universitas Siliwangi (UNSIL) Tasikmalaya tahun 2010-2014 telah mengembangkan berbagai program dan kegiatan peningkatan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan. Sesuai dengan tugas dan fungsinya, program-program dimaksud didesain dalam kawasan peningkatan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan di bidang pengembangan pendidikan yang didukung dengan penguatan teknologi pembelajaran. Salah satu upaya Universitas Siliwangi (UNSIL) Tasikmalaya merealisasikan program peningkatan kompetensi pendidik di bidang pendidikan adalah menyelenggarakan Pendidikan Dan Latihan Profesi Guru (PLPG). Guna mendukung pencapaian kompetensi Diklat tersebut, dikembangkan bahan pembelajaran dalam bentuk modul yang akan digunakan oleh para guru (peserta PLPG), khususnya guru Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan dalam mengikuti program Diklat dimaksud. Sebagaimana peruntukkannya, bahan pembelajaran yang didesain dalam bentuk modul dimaksud agar dapat dipelajari secara mandiri oleh para peserta PLPG. Beberapa karakteristik yang khas dari bahan pembelajaran tersebut, yaitu: (1) lengkap (self-contained), artinya seluruh materi yang diperlukan peserta didik untuk mencapai kompetensi dasar tersedia secara memadai; (2) dapat menjelaskan dirinya sendiri (self- explanatory), maksudnya, penjelasan dalam paket bahan pembelajaran Modul PLPG Penjaskes 2013 vi memungkinkan peserta PLPG untuk dapat mempelajari dan menguasai kompetensi secara mandiri; serta (3) mampu membelajarkan peserta PLPG (self-instructional material), yakni sajian dalam paket bahan pembelajaran ditata sedemikian rupa sehingga dapat memicu peserta diklat untuk secara aktif melakukan interaksi belajar, bahkan menilai sendiri kemampuan belajar yang dicapainya. Diharapkan dengan tersusunnya bahan pembelajaran ini dapat dijadikan referensi bagi guru pendidikan jasmani pada umumnya dalam membelajarkan peserta didik, dan khususnya bagi guru pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan yang mengikuti program Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG). Akhirnya pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih dan memberikan appresiasi serta penghargaan setinggi-tingginya kepada tim penyusun, baik para penulis, tim IT, pengetik, tim editor, maupun tim penilai yang telah mencurahkan pemikiran, meluangkan waktu untuk bekerja keras secara kolaboratif dalam mewujudkan bahan ajar PLPG ini. Semoga apa yang telah kita hasilkan memiliki makna strategis dan mampu memberikan kontribusi dalam rangka meningkatkan mutu pendidik dan tenaga kependidikan terutama dalam bidang pendidikan jasmani, yang akan bermuara pada peningkatan mutu pendidikan nasional. Wassalamualaikum Wr. Wb.
Jakarta, Agustus 2013. Penulis
Modul PLPG Penjaskes 2013 vii DAFTAR ISI Halaman JUDUL ..................................................................................................................... i KATA PENGANTAR .......................................................................................... v DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii BAB I PENDALAMAN UJI DIRI/ SENAM ..................................................... 1 A. PENGERTIAN SENAM ........................................................................... 3 B. KARAKTERISTIK DAN STRUKTUR GERAK DASAR SENAM ...... 4 C. PENDEKATAN PEMBELAJARAN SENAM ...................................... 11 D. METODE DAN STRATEGI PEMBELA JARAN SENAM. ................ 13 TUGAS DAN LATIHAN .............................................................................. 29 BAB II MATERI BELA DIRI ............................................................................. 31 A. PENDAHULUAN ................................................................................... 31 B. PETUNJUK PELAKSANAAN BELAJAR PENCAK SILAT ............. 32 C. PENBENTUKAN KETERAMPILAN DASAR .................................... 34 D. SIKAP PASANG ...................................................................................... 37 E. Elakan, Tangkisan dan Hindaran ......................................................... 38 F. SERANGAN ............................................................................................. 44 BAB III PEMBELAJARAN PERMAINAN & OLAH RAGA ....................... 53 A. Memahami Isi Dari Pendidikan Jasmani ............................................. 53 B. Permainan Bolavoli ................................................................................. 72 C. Permainan Sepakbola ............................................................................. 76 D. Permainan Bolabasket ............................................................................ 77 E. Contoh dalam RPP .................................................................................. 78 BAB IV MATERI ATLETIK............................................................................... 82 A. Program Pembelajaran Atletik. ............................................................. 82 B. Dimensi Pengalaman Belajar Dalam Permainan Atletik. .............. 87 C. Pendekatan Pembelajaran Atletik. ........................................................ 91 D. Modifikasi Pembelajaran Atletik .......................................................... 95 E. Pembelajaran Pola Gerak Dasar Dominan Dalam Atletik. ................ 96 E. EVALUASI DAN REFLEKSI ............................................................... 105 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 113
Modul PLPG Penjaskes 2013 viii BAB V KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU ................ 116 BAB VI PENDALAMAN MATERI ASAS DAN FALSAFAH PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN .......................................................................................................... 148 BAB VII PENDALAMAN MATERI BELAJAR GERAK (MOTOR LEARNING) .................................................................................... 170 BAB VIII PENDALAMAN MATERI PENGEMBANGAN AKTIVITAS KEBUGARAN JASMANI ............................................................... 189 BAB IX PENDALAMAN MATERI PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PENJASORKES ............................................................................... 206 BAB X PENDALAMAN MATERI EKSTRAKURIKULER DAN AKTIVITAS LUAR KELAS ........................................................... 221 BAB XI PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN PENJASORKES .......................................................................................................... 236 BAB XII PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN PENJASORKES .......................................................................................................... 275 BAB XIII SILABUS DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENJASORKES ............................................................................... 292 BAB XIV PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) ................. 313 BAB V PENGEMBANGAN SISTEM PENILAIAN PEMBELAJARAN PENJASORKES ............................................................................... 327 BAB VI PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) ................................. 343
Modul PLPG Penjaskes 2013 1 BAB I PENDAHULUAN
A. DESKRIPSI PENDALAMAN MATERI PENJASOR Pembelajaran bidang studi penjasor sampai saat ini masih menjadi mata pelajaran yang kurang diminati oleh sebagian siswa. Ironis sekali, karena Penjasor merupakan bidang studi yang sangat penting bagi perkembangan dan pertumbuhan siswa. Hal tersebut mungkin disebabkan hampir dipastikan bahwa pembelajaran yang dilakukan masih konvensional yang sifatnya kaku, terikat pada peraturan dan teknik dasar, dengan tuntutan penguasaan prestasi (Sport Oriented). Lalu bagaimana supaya pembelajaran Penjasor bisa disenangi siswa ? Pernahkah anda mendengar istilah pembelajaran penjasor yang dimodifikasi ? Sebagai contoh; materi pembelajaran Atletik. Pembelajaran atletik yang dimodifikasi dalam bentuk permainan memang belum banyak dikenal, dipahami apalagi dilaksanakan dalam proses pembelajaran, bahkan masih banyak menghadapi tantangan. modifikasi atletik dalam bentuk bermain bukan merupakan atletik yang baru dan juga bukan pengganti atletik lama, tetapi pembelajaran atletik yang dikemas dengan bentuk dan model yang menarik serta menyenangkan, sehingga meningkatkan motivasi, semangat siswa dalam mengikuti pembelajaran. modul pendalaman materi penjasor ini berisi materi materi sebagai berikut : Uji diri / Senam, Beladiri, Permainan dan Olahraga serta Atletik. Yang masing masing akan membahas tentang pengertian, Pola gerak dasar, teknik gerakan, Pendekatan pembelajaran, Modifikasi pembelajaran, Tugas dan latihan. B. PRASYARAT Modul Pendalaman materi Penjasor ini tidak merupakan prasyarat maupun menjadi prasyarat dari modul yang lain. Modul PLPG Penjaskes 2013 2 C. PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL Sebelum saudara mempelajari modul Pendalaman materi penjasor ini dari bab ke bab, dianjurkan membaca dan memahami deskripsi, petunjuk dan tujuan. Setelah saudara paham betul kompetensi apa yang akan saudara peroleh, selanjutnya dipersilahkan membaca seluruh materi dalm modul ini, dan berusahalah untuk memahami makna bagian demi bagian dari setiap materi. Untuk memudahkan dalam mempelajari dan memahami setiap materi dalm modul ini, terlebih dahulu saudara harus yakin bahwa saudara betul betul ingin tahu tentang Penjasor. Kemudian setelah selesai mempelajari setiap bab/ sub bab, buatlah rangkuman / ikhtisar bagian bagian penting yang saudara yakini dapat merubah pola pikir saudara dan diimplementasikan dalam program pembelajaran penjasor. Dan cobalah saudara kerjakan tugas dan latihan yang tersaji pada setiap akhir materi.
Modul PLPG Penjaskes 2013 3 BAB II PENDALAMAN UJI DIRI/SENAM
A. PENGERTIAN SENAM Senam merupakan aktifitas fisik yang dapat membantu mengoptimalkan perkembangan anak. Gerakan gerakan senam sangat sesuai nuk mendapat penekanan didalam program pendidikan jasmani. Disamping itu senam juga memberi sumbangan yang tidak kecil pada perkembangan gerak dasar fundamental yang penting bagi aktivitas fisik cabang olahraga lainnya. Senam sebagai salah satu cabang olahraga, merupakan terjemahan langsung dari bahasa Inggris Gymnastics, atau Belanda Gymnastiek. Gymnastics sendiri asal katanya dari Gymnos bahasa Greka. Gymnos yang berarti telanjang. Gymnastiek pada zaman Yunani kuno memang dilakukan dengan badan telanjang atau setengah telanjang. Maksudnya agar gerakan dapat dilakukan tanpa gangguan sehingga menjadi sempurna. Adapun tempat yang dipakai berlatih senam di zaman Yunani kuno disebut Gymnasium. Untuk memberi batasan yang tepat sangat sukar, oleh karenanya harus jelas batas dan ruang lingkupnya. Merumuskan apa itu Senam, kita harus pahami ciri - ciri dan kaidah kaidahnya, antara lain: gerakan gerakannya selalu diciptakan dengan sengaja. gerakan gerakannya harus berguna untuk mecapai tujuan tertentu (meningkatkan kelentukan, memperbaiki sikap dan gerak- katkan keindahan gerak dsb.) gerakan gerakannya harus disusun secara sistematis. Berangkat dari ciri dan kaidah diatas dapatlah ditarik suatu pengertian sebagai berikut; Senam adalah Latihan tubuh yang dipilih dan diciptakan dengan terencana, sistematis dan bertujuan membentuk sikap dan gerak serta mengem-bangkan pribadi secara harmonis. Modul PLPG Penjaskes 2013 4 Unsur unsur didalam latihan senam yaitu terdiri dari ; Calesthenic dan Tumbling atau Akrobatik. 1. Calesthenic. Calesthenic berasal dari kata Yunai (Greka), yaitu Kallos yang artinya Indah dan Stenos yang artinya kekuatan.Jadi calesthenic dapat diartikan sebagai kegiatan memperindah tubuh melalui latihan kekuatan. Maksudnya adalah suatu latihan tubuh (baik memakai alat maupun tanpa alat) untuk meningkatkan keindahan tubuh. Dalam bahasa Inggris Calesthenic adalah kata lain dari Free Exercises, dan dalam bahasa Belanda dari kata Frei Ubungen. 2. Tumbling atau akrobatik Tumbling berasal dari kata Tombolan (bahasa Italia), Tommelen (bahasa Belada), Tober (bahasa Perancis), yang artinya melompat,melenting dan berjungkir balik secara berirama. Tumbling atau akrobatik adalah suatu ketangkasan yang merupakan gerakan yang cepat dan eksplosif serta terdapat gerak berputar. Contoh ; handspring, kip, salto, walkover dsb. B. KARAKTERISTIK DAN STRUKTUR GERAK DASAR SENAM I. Karakteristik Gerak Dasar Senam. Senam merupakan kegiatan fisik yang paling kaya struktur geraknya.dari karakteristik dan struktur geraknya, senam dapat dikatakan kegiatan fisik yang sangat cocok untuk dijadikan sebagai alat pendidikan jasmani, karena dianggap mampu memberikan sumbangan terhadap pengembangan kualitas motorik dan kualitas fisik anak sekaligus. Karakteristik gerak senam sangat berarti dalam peningkatan pengertian dan pemahaman anak terhadap prinsip prinsip mekanika gerak dan hukum alam yang bekerja pada tubuh yang bergerak, dalm mencapai keberhasilan menguasai keterampilan senam. Keterampilan senam selalu dibangun diatas keterampilan dasar lokomotor, nonlokomotor dan manipulatif.
Modul PLPG Penjaskes 2013 5 1. Keterampilan Lokomotor. Lokomotor diartikan sebagai gerak berpindah tempat, seperti jalan, lari, lompat, loncat dsb. Dalam senam gerakan gerakan tersebut sangat penting digunakan bahkan ditambah beberapa gerak berpindah yang lain, seperti guling, kip, hanspring dsb.Gerak lokomotor sangat diperlukan untuk menambah momentum horizontal, seperti lari awalan. 2. Keterampilan Nonlokomotor. Nonlokomotor adalah gerak yang tidak berpindah tempat, mengandalkan ruas-ruas persendian tubuh yang membentuk posisi-posisi berbeda yang tetap tinggal di satu titik. Misalnya; meliuk, membengkok dsb. Dapat dilaukan secara perorangan ataupun berpasangan. 3. Keterampilan Manipulatif. Manipulasi sering diartikan sebagai kemampuan untuk memanipulasi objek tertentu dengan anggota tubuh: tangan, kaki atau kepala. Termasuk keterampilan manipulatif diantaranya; menangkap, melempar,menendang dsb. Dalam senam artistik keterampilan ini jarang dijumpai, Tetapi merupakan ciri utama di senam ritmik. II. Konsep Gerak Dasar Senam. Tubuh manusia dapat bergerak dalam berbagai cara dan dalam kombinasi tak terbatas. Semua gerakan manusia memerlukan waktu (Time), daya (daya), dan ruang (space). Tubuh manusia mengekspresikan kebutuhannya melalui berbagai macam kombinasi daya, waktu, ruang, yang masing-masing bersifat unit pada setiap individu. Semakin komplek pola gerak yang dilakukan, semakin besar instropeksi harus dilakukan, sehingga semakin memerlukan pengertian mendasar tentang prinsip-prinsip mekanika gerak, keseimbangan, sistem penggerak,dan hukum-hukum gerak,dll. Modul PLPG Penjaskes 2013 6 III. Persyaratan Kualitas Fisik. Kualitas fisik seperti kelentuan, kekuatan,power, dan daya tahan merupakan faktor penting yang harus dimiliki oleh pesenam untuk berhasil dalam menguasai gerakan senam. a. Kelentukan (flexibility) Kelentukan adalah salah satu komponen fisik yang sangat penting kaitannya dalam prestasi senam. Kelentukan adalah kualitas spesifik, yang menyatakan bahwa seseorang bisa jadi fleksibel dalam salah satu persendiannya tetapi tidak dalam sendi yang lain. Begitu juga dalam hal perkembangannya, dimana satu persendian lebih cepat merespon pada latihan stretching dan pada yang lainnya. 1). Mengapa Kelentukan Penting? Pentingnya kelentukan dalam senam berkenaan dengan tiga hal utama (i) Jarak yang luas dan kelentukan penting untuk keindahan, irama, dan keanggunan gerak. (ii) Banyak keterampilan senam memerlukan kelentukan derajat tinggi sebelum dapat ditampilkan. Misalnya, guling depan kangkang atau kaki lurus tidak mungkin dilakukan tanpa kelentukan yang baik. Apa lagi gerakan-gerakan seperti walkover atau backover. (iii) Kelentukan yang baik akan menurunkan kemungkinan terjadinya cedera dan memperbaiki kesehatan tubuh. 2) Apa yang Membatasi kelentukan ? Faktor yang membatasi kelentukan adalah jaringan jaringan halus, misalnya otot, jaringan ikat, tendon dan ligamentum. Di samping itu harus juga dicatat bahwa kurangnya kekuatan merupakan faktor yang membatasi kelentukan aktif. 3). Bagaimana Meningkatkan Kelentukan?
Modul PLPG Penjaskes 2013 7 Sedikitnya ada tiga macam cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kelentukan, yaitu a) Peregangan statis (static stretching) Static stretching pada dasarnya adalah menempatkan diri sendiri dalam posisi yang memanjangkan jaringan ikat dan menahan posisi tersebut untuk satu priode waktu tertentu (60 detik atau lebih). Karena adanya suatu kontraksi reflexif dari otot (stretch reflex) ketika meregang (terutama diregang dengan cepat) dan karena adanya proses peredaman dan reflex ini jika otot yang bersangkutan ditahan meregang untuk beberapa menit (proses akomodasi), maka disarankan proses meregang dilakukan pelan-pelan dan menahannya untuk beberapa menit. Kita akan merasakan bahwa otot akan melemas dan melonggar dan karenanya bisa memanjang. b) Peregangan dinamis (ballistic or dynamic stretching) Ballistic stretching melibatkan gerakan merenggut dan memantul dalam posisi meregang. Karena adanya kontraksi reflexif dan otot yang diregang. maka resiko cedera pada jenis peregangan ini lebih besar, sehingga harus dilakukan dengan extra hati-hati. c) Peregangan yang dibantu (assisted stretching) Assisted stretching menggabungkan penggunaan pasangan atau bantuan dari orang lain untuk secara manual meregang otot dan bagian tubuh yang diregang. Dalam latihan peregangan untuk senam dikenal dua macam tipe bantuan yang dapat diberikan, yaitu pertama, passive stretching, yaitu pasangan hanya semata-mata menambah tekanan yang lembut tapi kuat untuk menambah regangan, dan kedua, passive stretch and active hold, yaitu ada bantuan dan pasangan untuk meregang hingga posisi yang diinginkan, Modul PLPG Penjaskes 2013 8 kemudian pesenam yang bersangkutan harus mencoba menahan posisi itu secara aktif pada batas terjauh peregangan itu. Sebagai catatan, dari keseluruhan tehnik yang diuraikan di atas, satu hal harus diperhatikan, bahwa untuk pertimbangan pesenam dan hasil latihan yang maksimal, maka latihan peregangan harus: - Dalam keadaan panas / setelah melakukan pemanasan. - Diregang perlahan-lahan, dan Melemaskan otot yang sedang diregang a. Kekuatan (strength) 1) Apakah kekuatan ? Kekuatan adalah sejumlah daya yang dapat dihasilkan oleh suatu otot ketika otot itu berkontraksi. Kekuatan dapat ditingkatkan dengan menambah beban yang bisa diatasi otot secara progesif sehingga otot tersebut menyesuaikan kekuataannya pada beban itu dengan cara menambah tegangannya yang diistilahkan dengan hyper trophy. Dilihat dan jenis kontraksinya pada saat melatih kekuatan otot, maka jenis latihan kekuatan dapat dibedakan menjadi dua macam latihan. Jika otot tersebut dilatih dengan gerakan yang menyebabkan terlihat memanjang dan memendek, maka latihan tersebut disebut latihan jenis isotonis sedangkan jika pada otot yang dilatih tersebut tidak terlihat adanya gejala pemanjangan dan pemendekan yang jelas, latihan tersebut dinamakan latihan isometris. (iso artinya sama, tonis artinya tegangan, metris artinya panjang). Latihan isotonis biasanya dibedakan lagi menjadi dua macam, yaitu concentric dan eccentric. Concentric adalah kontraksi yang menyebabkan otot-otot memendek, sedangkan eccentric adalah
Modul PLPG Penjaskes 2013 9 sebaliknya, yaitu kontraksi karena bebannya terlalu berat karena telah membuat otot yang berkontraksi terlihat memanjang. 2) Mengapa kekuatan penting? Penampilan yang baik dalam senam sangat tergantung pada kekuatan otot. Karenanya meningkatkan kekuatan pesenam akan meningkatkan pula tingkat prestasinya dalam senam dan, sebaliknya, keikutsertaan seseorang dalam senam akan otomatis meningkatkan kekuatan seseorang. Jadi disamping adanya manfaat biasa seperti berfungsinya fisik secara iebih baik, penampilan yang lebih bagus serta banyaknya cadangan kekuatan, pengembangan dalam kekuatan mempunyai manfaat langsung dalam penampilan senam, diantaranya: (i) Keselamatan; pesenam yang lebih kuat akan mampu mencegah terjadinya cedera yang berbahaya ketika terjadi jatuh dibandingkan dengan yang lebih lemah. (ii) Keterampilan; banyak keterampilan senam tidak dapat ditampilkan tanpa kekuatan yang lebih. (iii) Mendukung kemampuan lain; kemampuan-ke mampuan seperti kecepatan, daya tahan, power, dli, dalam batas tertentu, tergantung pada kekuatan. 3) Bagaimana kekuatan dapat dikembangkan? Dalam kaitan ini ada satu hukum yang berlaku bahwa untuk meningkatkan kekuatan, anda harus membebani otot-otot anda. Membebani otot-otot adalah memberikan beban kerja yang lebih besar dan pada beban kerja yang biasa. Dengan kata lain, latihan otot tidak membuat otot bekerja lebih keras (dari pada kekuatan sebelumnya) tidak akan meningkatkan kekuatan otot tersebut. Membebani otot untuk mengembangkan kekuatan yang paling efektif adalah dengan cara memilih kegiatan yang tidak dapat diulang lebih dan 5 hingga 7 kali dalam satu sen ulangan. Latihan- Modul PLPG Penjaskes 2013 10 latihan yang bisa diulang melebihi jumlah ulangan di atas hanya akan mengembangkan daya tahan otot yang bersangkutan, tetapi tidak meningkatkan kekuatannya. b. Daya Ledak (Power) Power adalah kombinasi dan kekuatan dan kecepatan. Kekuatan mengukur kemampuan untuk mengangkat bebannya dan kecepatan mengukur kecepatan untuk mengangkat beban itu. Misalnya melakukan pull-ups dengan baik memerlukan kekuatan, tetapi melakukan pull-ups dengan cepat memerlukan power. 1) Mengapa Power penting? Power adalah suatu atribut fisik yang paling dominan yang diperlukan dalam senam. Kebanyakan keterampilan senam bergantung pada kualitas fisik yang satu ini dalam hal bahwa pesenam harus menggerakkan tubuhnya atau bagian tubuhnya secara cepat, sehingga memerlukan kekuatan dan kecepatan secara simultan. 2) Bagaimana Power dikembangkan? Pengembangan power, seperti juga pengem bangan atribut fisik !ainnya, harus dijadikan program yang teratur dalam latihan senam. Pengembangan program ini dapat dilakukan dengan cara latihan yang sama dengan latihan kekuatan, hanya kegiatannya dilakukan dengan kecepatan yang tinggi. c. Daya Tahan (Endurance) Daya tahan dapat menunjuk pada kemampuan cardio respiratory (jantung dan paru-paru) atau pada daya tahan otot (muscular endurance). Untuk keperluan pembelajaran senam, maka kita hanya akan membatasi pembahasan ini pada diskusi tentang daya tahan otot yang dapat dianggap sebagai kemampuan menahan kelelahan otot atau kemampuan untuk bertahan lama dalam kegiatan olahraga.
Modul PLPG Penjaskes 2013 11 1) Mengapa Daya Tahan Perlu? Daya tahan otot tidak begitu penting dalam penampilan aktual dan keterampi senam, Ia hanya penting untuk bisa bertahan dalam kegiatan senam, baik latihan maupun pertandingan, yang memakan waktu lama. Ketika melakukan atau mempelajari keterampilan, seseorang harus melakukan banyak utangan terus menerus. Dengan daya tahan otot yang baik, waktu latihan yang lebih lama akan dapat ditempuh dan sedikit waktu istirahat yang diperlukan. 2) Bagaimana Daya Tahan Dikembangkan? Latihan-latihan yang berulang-ulang dan memerlukan kegiatan yang berkelanjutan merupakan jatan terbaik datam mengembangkan kemampuan yang satu ml. Sebagai satu pedoman dasar, suatu latihan yang diulang lebih dari sepuluh kali akan mengembangkan daya tahan. Kemampuan motorik yang menunjang pelaksanaan senam sangat banyak, di antaranya adalah kelincahan (agitity), koordinasi, kecepatan, keseimbangan, dll. C. PENDEKATAN PEMBELAJARAN SENAM 1. Pendekatan Pola Gerak Dominan Kiat pengajaran senam yang menyenangkan, tentu perlu diwujudkan melalui pemilihan pendekatan pengajaran yang tepat. Sejauh ini ada berbagai pendekatan yang dikenal dalam pengajaran dan pelatihan senam, di antaranya adalah ; pendekatan melalui pengelompokan keterampilan formal, pendekatan tahap pertumbuhan dan perkembangan anak, serta pendekatan pola gerak dominan (PGD). Yang dimaksud dengan pola gerak dominan adalah pola gerak yang mendasari terbentuknya keterampilan senam sehingga perannya dianggap dominan. PGD inilah yang menjadi dinding bangunan (building block) untuk terbentuknya keterampilan-keterampilan Modul PLPG Penjaskes 2013 12 yang lebih kompleks. Misalnya putaran dalam roll depan adalah PGD yang sama dengan putaran untuk berhasilnya salto depan. 2. Pola Gerak Dominan Senam dapat dibedakan dari olahraga lainnya oleh seperarigkat pola gerak dominannya yang unik. Kesemua pola gerak dominan itu adalah : 1). Landings (pendaratan) 2). Static position (posisi-posisi statis) 3). Gerak berpindah (locomotion) 4). Swings (Ayunan) 5). Rotations (Putaran) 6). Springs (Lompatan) 7). Layangan dan ketinggian (flight and height) Untuk keperluan pengenalan pendekatan PGD, di bawah ini hanya akan diuraikan sebagian dari pengertian PGD sebagaiberikut : 1) Landing ( Pendaratan) Istilah pendaratan diartikan secara meluas sebagai penghentian yang terkontrol dan tubuh yang melayang turun. Pendaratan bisa di pada kedua kaki, tangan, atau disebarkan pada bagian tubuh yang lebih besar, seperti pada punggung. Landing merupakan sikap yang paling umum dalam senam serta menjadi penentu keberhasilan dari hampir setiap elemen senam. 2). Posisi Statis (Static position) Statis berarti diam atau seimbang. Pesenam yang sedang dalam posisi diam adalah pesenam yang sedang dalam posisi seimbang. Pada saat demikian, titik pusat berat tubuhnya sedang tidak bergerak Yang dimaksud posisi statis adalah posisi tubuh yang dibuat oleh semua posisi bertahan atau diam yang sangat umum dalam senam. Posisi ini biasanya dapat dibedakan menjadi tiga macam,
Modul PLPG Penjaskes 2013 13 yaitu bertumpu (support), menggantung (hang), dan keseimbangan (Balance). 3). Gerak berpindah ( Locomotion ) Locomotion adalah berulang-ulang memindahkan tubuh atau gerak tubuh atau anggota tubuh yang menyebabkan tubuh berpindah tempat. Didalam senam gerakan berpindah tempat bisa dibilang sering dilakukan dan bersifat unik. Misalnya ; berlari, melompat, meloncat, berputar dll. 4). Ayunan ( Swing ) Adalah bagian integral dengan senam yang merupakan keterampilan gerak, yang dilakukan baik dalam posisi bergantung maupun bertumpu diatas alat. 5). Putaran ( Rotations ). Adalah suatu gerak yang dilakukan, dan berada pada titik poros. 6). Springs ( Lompatan/Lentingan ). Pola Gerak Dominan yang menghasilkan perpindahan tubuh secara cepat , seperti ; menolak dari dua kaki. 7). Layangan dan Ketinggian ( flight and height ). Adalah peristiwa ketika tubuh sedang berada di udara, terbebas dari kontak denganalat atau permukaan tanah. D. METODE DAN STRATEGI PEMBELA JARAN SENAM. Pengajaran senam di sekolah (dalam pelajaran penjas) berbeda sifatnya dengan pelatihan senam yang ada di klub-klub senam. Dalam pendidikan jasmani, anak hadir di Hall senam bukan karena mereka ingin ada disana, melainkan mereka harus ada disana. Tidak mengherankan jika sebagian dan mereka terlihat antusias, sementara tidak sedikit pula yang terlihat terpaksa, ragu-ragu, atau malah terlihat malas. Modul PLPG Penjaskes 2013 14 Tidak ada dua anak yang sama dalam segata hal. Mereka biasanya berbeda dalam hal fisik, begitu pula dalam hal kepribadian dan perbedaan individu lainnya. Apa yang disenangi seorang atau sebagian anak bisa jadi sesuatu yang membosankan atau menakutkan bagi anak lain. Kemungkinan tersebut bisa sangat berlaku datam pem belajaran senam, dimana proses pembelajarannya bersifat sangat khusus dan pelajaran keterampilan gerak lainnya seperti permainan. Dalam senam anak biasanya melihat alat yang asing bagi mereka. Belum lagi gerakan-gerakan yang harus dikuasai di dalamnya bersifat sangat khas, seolah sangat ditentukan oleh kemampuan dan ciri fisik anak yang melakukannya. Bagaimanakah guru bisa sukses ditengah-tengah perbedaan yang sangat khas tersebut? Tidak ada jawaban yang jitu. Tetapi kami yakin, bahwa pendekatan yang tunggal yang selama ni sering ditempuh guru (tradisional) tidak akan berhasil memecahkan perbedaan di atas, bahkan bisa lebih memperburuk keadaan. Karena itu kami menyarankan agar guru bisa menempuh pendekatan baru, dengan menerapkan serta memanfaatkan bermacam-macam keterampilan mengajar, metode dan gaya mengajar yang dapat berinteraksi secara efektif dengan lingkungan belajar yang khusus. Uraian berikut mencoba menyinggung tentang metode dan strategi yang bisa dipilih guru ketika mengajar senam. Dalam hal metode, hanya metode progresif yang ditampilkan, karena dianggap sangat cocok dengan jenis keterampilan senam, yang umumnya merupakan keterampilan diskrit (jelas awal dan akhir gerakannya). Sebagaimana diketahui, semua keterampilan diskrit cocok untuk diajarkan dengan metode keseluruhan dan metode progresif. Tetapi dalam senam, ketika faktor keselamatan harus dipertimbangkan, metode keseluruhan tidak dapat dengan leluasa diterapkan.
Modul PLPG Penjaskes 2013 15 1. Metode Progresif Metode progresif (progressive method) adalah cara mengajar yang memecah bahan latihan atau keterampilan dalam beberapa unit atau bagian. Perlu ditekankan pemisahan keterampilan menjadi bagian-bagian ini berbeda sifatnya dan metode bagian. Yang harus dilakukan dalam metode progresif adalah mencoba menentukan inti (core) dan keterampilan yang bersangkutan Inti itulah yang kemudian dijadikan bagian pertama. Dalam mengajarkan salto bulat misalnya, memutar tubuh di udara dianggap sebagai intinya. Yang harus dilakukan berikutnya adalah menentukan tahapan-tahapan latihan yang disusun secara progresif. Artinya, tahap pertama mengandung lebih kecil unit yang dilatih daripada tahap berikutnya. Semakin lama tahapan latihan semakin lengkap. Pada prinsipnya, metode progresif ini mengikuti jalur demikian. Tahap satu, latihan hanya melibatkan satu bagian dan suatu keterampilan. Tahap dua, bagian per tama tadi digabung dengan bagian kedua, sehingga menampilkan latihan pola gerak yang berbeda. Tahap tiga, bagian satu dan bagian dua tadi digabung lagi dengan bagian tiga yang menunjukkan pola gerak yang semakin meningkat kompleksitasnya. Demikian seterus nya hingga seluruh bagian yang tersisa akhirnya tergabung secara keseluruhan. 2. Keterampilan Mengajar Keterampilan mengajar adalah seperangkat keterampilan yang perlu dimiliki guru untuk memungkinkannya membantu anak dalam belajar. Oleh karena itu keterampilan mengajar yang harus dikuasai oleh guru penjas berbeda sifatnya dengan keterampilan yang harus dimiliki oleh guru yang lain. Dalam pelajaran penjas, keterampilan-keterampilan ini bervariasi dan mulai membuat perencanaan hingga mengevaluasi hasil belajar. Keterampilan Modul PLPG Penjaskes 2013 16 mengajar yang diperlukan meliputi perencanaan, mengembangkan isi pelajaran, cara memotivasi siswa, mengorganisir alat serta evaluasi. a. Perencanaan Tidak perlu diragukan bahwa setiap pelajaran yang baik bermula dari perencanaan yang baik pula. Akan tetapi, untuk kebanyakan guru, perencanaan adalah salah satu tugas yang paling tidak menyenangkan dan keseluruhan aspek pengajaran. Namun demikian, bagaimanapun perencanaan tetap merupakan hal pokok dalam pengajaran, karena kegagalan dalam perencanaan biasanya mengarah pada pelajaran yang tidak berhasil. Paling tidak, akan banyak waktu terbuang, karena guru harus memikirkan dan awal ketika ia baru masuk ke hall senam. Perencanaan yang tidak tepat dapat berpengaruh dalam jangka panjang. Jika anak cenderung hanya terampil di satu bidang atau sedikit kegiatan, hal itu dianggap sebagai kelemahan dalam perencanaan,l Guru yang tidak memiliki perencanaan, besar I mungkinan hanya mengajarkan apa yang mereka dan menyebabkan anak gembira, sehin menghasilkan program yang tidak seimbang. Perencanaan yang baik harus mempertimbangkan banyak faktor. Setiap faktor bersifat penting, dimana kesemuanya saling berpengaruh dalam menentukan lingkungan pengajaran. Ketika membuat perencanaan guru harus mempertimbangkan antara lain : - Jumlah anak Jumlah anak sering menentukan jumlah dan jenis informasi yang akan diberikan, disamping berhubungan dengan cara
Modul PLPG Penjaskes 2013 17 mengatur formasi, penyediaan alat, serta bagaimana pembelajaran dilaksanakan. - Alat yang tersedia Ketika membuat perencanaan, guru harus sudah tahu persis peralatan yang tersedia. mi akan menentukan bagaimana alat dipersiapkan, kapan, serta pembagian kelompok untuk penggunaanya. Jumlah alat yang minimal memang sangat berpengaruh pada proses dan hasil pembelajaran. Namun perlu juga diingat, bahwa kemampuan guru dalam memanfaatkan alat sangat menentukan dalam prosesnya, sehingga perlu direncanakan dengan matang. Bahkan dengan perencanaan pula, guru mampu menylasati. Kurangnya alat biasanya dapat diatasi dengan menggunakan alat-alat modifikasi yang tersedia. - Ciri-ciri Anak Ciri anak berkaitan dengan banyak hal, termasuk tingkat kemampuan geraknya, usia serta tahap perkembangannya, ciri kepribadian serta tanggung jawabnya dan lain-lain. Perencanaan harus mencakup pertimbangan ciri anak sehingga guru dapat menetapkan program kegiatan yang cocok bagi anak anak, menentukan gaya dan metode pengajaran, serta menyiapkan alat yang dibutuhkan. b. Mengembangkan isi pelajaran Isu pentingnya pengembangan isi pelajaran sebagai sebuah keterampilan pengajaran adalah kenyataan bahwa perencanaan yang baik sekalipun tidak pernah berjalan sepenuhnya seperti yang dikehendaki. Oleh karena itu, ketika pembelajaran berlangsung, guru hendaknya mampu melihat dan mimilih cara apa yang bisa ditempuh jika kegiatan yang direncanakan tidak berjalan. Modul PLPG Penjaskes 2013 18 Pada dasarnya ada empat cara yang dapat ditempuh oleh guru untuk mengembangkan isi pelajaran, yaitu; (1) informing yaitu memberikan informasi tentang konsep atau keterampilan dan bagaimana tugas itu dilakukan; (2) extending (memperluas) tugas, yaitu mengubah tugas gerak yang sedang dilakukan menjadi lebih mudah atau menjadi lebih sulit, tergantung pada kemampuan murid; (3) refining (menyempurnakan) tugas yaitu memberikan tanda- tanda pada anak atau kunci rahasia yang bisa membantu menguasal tugas gerak yang dilakukan; dan (4) applyng (menerapkan) tugas yang sedang dilatih pada kondisi- kondisi yang sesuai dengan fungsi dan gerakan itu. Informing Informing adalah tahap awal dan penerapan perencanaan guru dalam proses pengajaran. Dalam tahap ini guru akan memberi tahu pada anak tentang tugas yang harus dilakukan. Dalam memberitahukan tugas ini, hendaknya guru menggunakan bahasa yang jelas dan singkat. Karena kemampuan anak untuk menyimpan informasi mi sangat terbatas, akan sangat baik jika guru menggabungkan keterangannya dengan peJaksanaan demonstrasi. Extending Ketika anak sudah melakukan tugas pertama maka langkah selanjutnya adalah guru harus mengamati kegiatan latihan anak itu untuk menentukan apakah tugas yang mereka laksanakan terlalu mudah atau terlalu sulit. Dalam kasus manapun anak berada, guru perlu melakukan perubahan untuk menyesuaikannya dengan kemampuan anak. ini perlu dilakukan karena kedua keadaan tadi jika dibiarkan akan menyebabkan anak tidak produktif atau tidak belajar sama
Modul PLPG Penjaskes 2013 19 sekali. Jika tugas terlalu mudah, jelas anak tidak akan merasa tertantang. Sebaliknya jika tugas terlalu sulit anak akan frustasi. Bagaimanakah guru dapat mengetahui bahwa tugas yang sedang dilakukan anak terlalu mudah atau sulit? Suatu tugas dianggap berada dalam penguasaan anak jika anak dapat melakukan tugas itu dengan sukses sekitar 80 persen dan keseluruhan. Walaupun itu merupakan perkiraan kasar, tetapi cukup memberi pedoman apakah guru boleh melakukan perubahan (extending) tugas atau tidak. Menurut Rink (1993), perubahan ini bisa dilakukan dalam dua cara, yaitu perubahan mempermudah atau mempersulit dalam tugas yang sama (intratask) atau dengan menggantinya dengan tugas yang berbeda (intertask). Refining Ketika suatu tugas dianggap sudah dikuasai,dapat memberikan tanda atau kunci untuk membantu siswa menampilkan gerakannya dengan lebih baik lagi atau lebih sempurna lagi. Penyempurnaan gerak ini jelas merupakan pemberian umpan balik yang sesuai dengan keadaan tugas tadi, sehingga anak mampu memfokuskan perhatiannya pada cara menyelesaikan tugasnya. Umpan balik dan guru bisa diberikan baik secara klasikal atau secara individual. Contohnya : Coba tekuk lagi lutut dan badan sehingga bisa mendarat lebih lembut. Applying Setelah anak dianggap mampu melaksanakan tugas dengan baik, tiba saatnya bagi guru untuk menantang anak menerapkan keterampilannya pada kondisi tertentu. Dalam senam, tahapan Applying ini bisa dilakukan dengan meminta anak melakukan Modul PLPG Penjaskes 2013 20 gerakannya pada alat lain yang berbeda, atau bisa juga dengan menggabungkannya dengan gerakan lain yang sudah dikuasai. c. Memotivasi siswa. Salah satu isu yang paling santer dalam pembelajaran senam adalah bagaimana murid dapat termotivasi ketika mengikuti pelajaran. Kenyataan menunjukkan, bahwa dalam banyak situasi pembelajaran senam, banyak sekafi murid yang nampaknya tidak tertarik untuk betul-betul menguasai keterampilan senam. Dan pengalaman malahan hampir semua murid putri sepertinya takut mengikuti pelajaran senam. Sebenarnya persoalan takutnya anak dalam mengikuti pelajaran senam bukan masalah baru. Dan itu terjadi bukan hanya di sekolah-sekolah Indonesia yang peralatannya sangat tidak memadai. Bahkan di negara majupun keadaan di atas tampak sangat mencolok. Di mana sebenarnya letak kesalahannya? menurut para ahli, kesalahannya justru pada pendekatan pengajaran senam yang ditempuh para guru. Jika para guru memiiih pendekatan pengajaran formal terhadap senam prestasi, maka akan banyak anak yang merasa dirinya tidak mampu dan karena itu tidak termotivasi sama sekali. Untuk itu agar siswa termo tivasi guru perlu mengubah pendekatan pengajaran senamnya dengan pendekatan yang berorientasi permainan, atau pendekatan PGD. Seperti diketahui motivasi untuk menguasai sesuatu termasuk senam, bisa timbul karena dorongan dari luar (motivasi extrinsik dan bisa juga timbul dari dalam diri anak (mofivasi intrinsik,). Motivasi extrinsik bisa timbul karena dorongan guru, baik bersifat pujian atau umpan balik positif, sedangkan motivasi intrinsik biasanya timbul karena murid biasanya mengalami bahwa pelajaran yang dilakukan cukup bermakna.
Modul PLPG Penjaskes 2013 21 Terdapat beberapa cara yang dapat ditempuh oleh guru untuk membangkitkan motivasi anak, baik bersifat ekstrinsik maupun intrinsik. 1). Pilihlah kegiatan pembelajaran yang bisa disesuaikan bagi semua anak. 2). Beri kesempatan pada anak untuk merasa berhasil dalam suatu tugas pembelajarannya. 3). Buat cara agar anak bisa merasa unggul dalam bidang-bidang tertentu, dan siapkan alternatif bagi yang belum. Siapkan pula reward-reward yang membanggakan, seperti misalnya pemberian gelar bagi murid-murid yang punya kemampuan khusus, seperti Mr. atau Miss. flexible, Mr. atau Miss. Altius, Mr. atau Miss. Fortius, dll. 4). Sediakan umpan balik positif sesering mungkin. Tunjukkan kemajuan mereka dengan kata-kata atau expresi seperti lompatan kamu sangat indah, bagus sekali cara kamu mempertahankan keseimbangan, dll. 5). Pujian dan dorongan harus diberikan segera setelah satu kejadian berlangsung. 6). Keterampilan bukan hanya satu-satunya dasar untuk memberikan pujian, tetapi termasuk bagaimana anak antusias melakukannya, caranya bekerjasama, kerajinannya termasuk pula perilakunya yang selalu tertib dan teratur. d. Menilai kemajuan anak dalam senam. Jelas sekali bahwa menilai kemajuan anak dalam senam adalah dengan mengamati langsung penampilan anak ketika melakukan salah satu keterampilan atau rangkaian. Yang perlu diingat adalah bahwa kemajuan anak dalam gerak (bukan hanya senam) hanya dapat diliihat melalui pengamatan yang berkelanjutan. Modul PLPG Penjaskes 2013 22 Hindari menetapkan target atau kriteria yang terlalu berat sebelah pada keterampilan senam yang sudah dipelajari tanpa melihat kemungkinan kemajuan pada aspek yang mendasarinya, misalnya kemajuan dalam PGD-nya atau pada kualitas fisiknya. Sebagai patokan umum cara menilai keterampilan senam, sebagai berikut: 1) Ketahui apa yang diharapkan untuk dilihat a) Miliki gagasan jelas tentang model ideal dan keterampilan rangkaian yang akan dinilai b) Bacalah uraian teknik dan keterampilan senam dari buku sumber yang bisa dipercaya. 2) Amati keterampilan atau rangkaian yang ditampilkan. a) Amati dengan cermat gambaran utama dan keterampilan yang ditampilkan sebelum melihat detil-detilnya. b) Amati detil kesalahan yang dibuat, misalnya kaki, tangan, atau tubuh. c) Amati dengan cermat apakah gambaran penting dan keterampilan sudah tertampilkan atau belum. d) Sebagai patokan, pertanyakan: apakah bentuknya bagus, tekniknya bagus, ditampilkan dengan irama, amplitudo, dan harmoni yang bagus? e. Mengorganisir Ruang dan Peralatan Keharusan guru dalam mengorganisir ruang dan peralatan dimaksudkan agar pembelajaran senam memenuhi beberapa persyaratan; yaitu: 1) Keamanan dan penggunaan alat serta ruang secara keseluruhan 2) Memungkinkan terjadinya kegiatan belajar yang memenuhi persyaratan ALT (active learning time = waktu aktif belajar) yang optimum.
Modul PLPG Penjaskes 2013 23 Keamanan dalam pembelajaran senam memang bukan hanya berkaitan dengan peralatan semata mata, melainkan pula berhubungan dengan kesiapan fisik anak, terkuasainya persyaratan minimal dari keterampilan anak, kemampuan guru dalam mengajar serta mungkin pula dan pengontrolan kelas. Dalam kaitannya dengan peralatan, keharusan untuk mengatur ruang dan peralatan supaya memenuhi persyaratan keamanan adalah penempatan alat-alat sesuai dengan klasifikasinya. Hindari, misalnya, pemakaian alat yang sudah tidak memenuhi persyaratan, atau yang sudah diketahui rusak. Disamping itu, guru pun harus mengetahui, bahwa untuk gerakan-gerakan tertentu dari senam yang sedang dipelajari anak, ada persyaratan minimal tentang alat yang dipakai. Misalnya berapa lapis matras yang perlu digunakan untuk latihan salto atau kuda lompat, berapa lapis untuk latihan baling-baling, dlsb. Keterampilan dalam mengorganisir ruangan dan alat, sebenarnya lebih diperlukan terutama untuk peningkatan aktivitas betajar anak. Jika sekolah hanya memiliki dua matras di ruangan yang lebar, guru harus mengetahui bagaimana caranya supaya aktivitas belajar tidak terlalu terhamat oleh waktu menunggu, misalnya. Kesemua itu memerlukan perhatian khusus dari guru dalam menata ruangan sedemikian rupa, serta bagaimana supaya alat yang ada bisa dimaksimalkan pemakaiannya. Sebagai pedoman, bisa dikemukakan di sini, bahwa guru perlu menata ruangan dan alat supaya menyerupai serta memungkinkan terjadinya latihan dalam bentuk circuit. Alat yang ada, di tambah alat lain yang memungkinkan untuk dipakai, dikelompokkan sesuai jumlah anak, dalam beberapa station (pos). Pada setiap pos, misalnya, tentukan tugas gerak yang berbeda- beda, sehingga setiap anak diberi kegiatan yang berupa tugas Modul PLPG Penjaskes 2013 24 gerak. Caranya, walaupun pokok bahasannya adalah salah satu keterampilan senam, guru bisa menetapkan tugas-tugas gerak yang lain di pos yang berbeda. 3. Strategi Pengajaran Senam Sudah sejak ama para guru dibingungkan dengan pemilihan strategi yang tepat untuk mengajarkan senam. Di satu pihak, sudah sejak lama diharapkan bahwa senam dapat diajarkan melalui pendekatan non-formal, sehingga tidak terlalu menakutkan bagi anak maupun guru. Di pihak lain, ditemukan kenyataan bahwa gaya-gaya mengajar induktif seperti problem solving dan discovery yang diterapkan dalam mengajar senam, telah mengarah pada pembelajaran yang tidak menghasilkan apa-apa dan segi keterampilan gerak. Menyadari kenyataan tersebut, Mace dan Benn telah menawarkan pendekatan atau strategi baru dalam mengajarkan senam, yang disebutnya sebagai pendekatan educational gymnastics. Pendekatan ini pada dasarnya merupakan serangkaian episode yang masing masing diisi oleh tema yang berbeda, termasuk dalam gaya dan metode. Pendekatan episodis yang ditawarkan Mace dan Benn, terdiri dan enam tahapan pengajaran, yang urutannya adalah sebagai berikut: a. Memperkenalkan Keterampilan b. Kegiatan Orientasi c. Keterampilan lnti d. Perluasan Keterampilan e. Variasi f. Rangkaian Keenam tahapan tersebut di atas, hendaknya dapat diterapkan pada setiap pertemuan pembelajaran senam, baik pertemuan itu
Modul PLPG Penjaskes 2013 25 mengajarkan satu keterampilan tunggal maupun mengajarkan beberapa keterampilan sekaligus. Marilah kita lihat pendekatan itu tahap demi tahap. Dimana keistimewaan pendekatan ini jika dibandingkan dengan pendekatan lama yang sudah sering kita jadikan rujukan dalam mengajar. a. Memperkenalkan Keterampilan Pada tahap ini guru harus memperkenalkan keterampilan senam yang akan dipelajari, dengan maksud agar setiap murid memperoleh gambaran yang jelas tentang keterampilan yang dimaksud. Untuk pelaksanaannya guru bisa melakukannya dengan cara visual verbal. Visual artinya bisa dalam bentuk demontrasi langsung dari guru, pemutaran video, slide, gambar, yang memperlihatkan keterampilan yang diajarkan. Verbal berarti guru mencoba menerangkannya dalam bentuk kata-kata, yang juga menggambarkan keterampilan tersebut secara utuh. Baik secara visual maupun verbal, keduanya harus sama-sama mampu mendukung maksud dan tahap ini, yaitu membenikan konsep atau imaginatif tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan gerakan yang akan dipelajari. b. Kegiatan Orientasi Tahapan kegiatan orientasi adalah tahap mengarahkan kesiapan anak yang bersifat perilaku atau gerak, dengan cara memperkenalkan keterampilan yang akan dipelajari setahap demi setahap. Dalam tahap inii guru memberikan tugas gerak tertentu pada anak untuk dipelajari secara praktek, berupa bagian-bagian atau inti gerakan yang telah disederhanakan dengan maksud memudahkan anak menguasai keterampilan tersebut. Sebagai contoh keterampilan handspring. Untuk mengajarkan handspring, biasanya guru akan memilih kegiatan- kegiatan orientasi sebagai berikut: handstand secara berpasangan, Modul PLPG Penjaskes 2013 26 handstand ke tembok dengan ayunan kaki yang kuat, handstand jatuh tumbang, sebelum akhirnya diminta untuk melakukan handspring yang sesungguhnya. Intinya, guru memilih gerakan gerakan yang menjadi ciri utama dari keterampilan yang dipelajari, termasuk ciri gerak dan sikap tubuh yang dipersyaratkan oleh keterampilan tersebut. Secara tegas Mace dan Benn (1982) menjelaskan bahwa fungsi dan kegiatan orientasi adalah untuk (1) merangsang dan membiasakan perasaan anak pada pengalaman gerak yang akan ditemui, dan (2) menghilangkan perasaan-perasaan disorientasi yang dihasilkan dari arah dan posisi tubuh yang baru dan keterampilan itu. Jika diperhatikan secara teliti, kegiatan orientasi in sama saja dengan penerapan dan metode progresif. c. Keterampilan Inti Setelah waktu kegiatan orientasi dirasa cukup, maka tahap berikutnya adalah melatih keterampilan sesungguhnya dan gerakan yang dipelajari. Inilah yang disebut tahap pembelajaran keterampilan inti. Perpindahan dari tahap sebelumnya ke tahap ketiga ini biasanya tidak ditandai dengan batas yang jelas, sebab kadang-kadang beberapa anak sudah menguasai seluruh keterampilan pada tahap kegiatan orientasi. Ciri yang paling mencolok dan tahap ini adalah mayoritas murid sudah mulai mencoba menampilkan keterampilan yang dipelajari secara ututh, walaupun masih dengan bantuan temannya sendiri atau guru. Kemampuan guru dalam hal mengobservasi dan menganalisis gerakan perlu ditingkatkan sejalan dengan bertambahnya waktu. Informasi yang akurat mengenal kesalahan yang masih dibuat dan bagaimana memperbaikinya adalah kata kunci dan nilai umpan balik yang diberikan guru.
Modul PLPG Penjaskes 2013 27 d. Perluasan keterampilan Ketika keterampilan inti telah dikuasai, tugas guru selanjutnya adalah menciptakan situasi yang dapat mengembangkan keterampilan itu dalam lingkungan yang lebih menantang. Keterampilan baling-baling, misalnya, pada tahap ini dapat dilakukan di atas bangku panjang atau mungkin di atas balok keseimbangan. Intinya, pada tahap ini murid diberi kesempatan untuk mencoba keterampilan yang baru dikuasainya pada kondisi yang berbeda. Gerakannya tetap sama, tetapi tempat pelaksanaan gerak itu berbeda. e. Variasi Ketika anak-anak telah menguasai keterampilan Inti dan mencobanya di tempat-tempat yang berbeda, tahap selanjutnya adalah menantang dan melatih kreativitas anak dengan meminta mereka untuk memvariasikan keterampilan tadi supaya terlihat berbeda. Pada tahap ini anak harus dibuat sadar bahwa keterampilan yang dikuasainya bisa ditampilkan dengan cara yang berbeda. Pada awalnya, anak tentu perlu diberi contoh tentang bagaimana variasi dapat ditambahkan pada keterampilan yang ada. Setelah itu, anak ditugaskan mencari sendiri, baik perorangan maupun perkelompok.. Sebagal contoh, jika roll depan biasanya diawali dari posisi berdiri kemudian membungkukkan badan, maka sikap awal roll tersebut bisa divariasikan dengan cara mengangkat satu kaki. f. Rangkaian Merangkaikan adalah tahap akhir dari pendekatan pengajaran educational gymnastics. Tahap ini berkaitan dengan tugas untuk merangkaikan keterampilan yang sudah dipelajari menjadi satu rangkaian latihan. Idealnya ketika satu gerakan dengan gerakan Modul PLPG Penjaskes 2013 28 lain dirangkaikan, maka secara keseluruhan rangkaian itu mengandung nilai tambah yang berbeda jika dilaksanakan sendiri - sendiri. Di akhir pertemuan, boleh juga dipertimbangkan untuk menutup kelas dengan semacam festival atau eksibisi hasil kerja anak dalam membuat rangkaian. Setiap anak atau kelompok diwajibkan untuk menampilkan rangkaian ciptaannya di hadapan murid lain, secara bergiliran. Demikianlah tahapan pendekatan pengajaran senam ala Mace dan Benn yang disebut educational gymnastics
Modul PLPG Penjaskes 2013 29 TUGAS DAN LATIHAN
1. Jelaskan pengertian Senam ? 2. Apakah cirri-ciri dan kaidah senam ? 3. Sebutkan dan Jelaskan unsur-unsur dalam Latihan senam? 4. Sebutkan dan Jelaskan karakteristik Gerak Dasar Senam ? 5. Mengapa komponen kelentukan penting dalam senam? 6. Bagaimana cara meningkatkan kelentukan ? 7. Apakah yang dimaksud dengan kekuatan, jelaskan ? 8. Sebutkan dan Jelaskan macam kontraksi otot ? 9. Sebutkan keterampilan mengajar yang harus diperhatikan oleh seorang guru ? 10. Jelaskan metode progresif dalam senam ? 11. Jelaskan empat cara untuk menembangkan isi pelajaran ? 12. Persyaratan apa yang harus dipenuhi oleh guru dalam mengorganisir ruang dan peralatan ? 13. Sebutkan enam tahapan pengajaran senam dalam pendekatan episodis menurut Mace dan Benn,? 14. Apa yang dlakukan dalam kegiatan orientasi ? 15. Buatlah model pendekatan mengajar, jika mendapati siswa mengalami kesulitan dalam melakukan roll kebelakang jongok ?. 16. Coba lakukan tahapan tahapan dalam gerakan head spring pada senam lantai? 17. Lakukan secara berurutan tahapan gerakan roll kedepan ? 18. Latihlah beberapa bentuk latihan untuk mengembangkan kelentukan ? 19. Latihlah gerakan keseimbangan hand stand sampai dapat berhani diam dalam 3 detik ? 20. Buatlah dan latihlah suatu rangkaian dalam senam lantai ?
Modul PLPG Penjaskes 2013 30
Modul PLPG Penjaskes 2013 31 BAB II MATERI BELADIRI
A. PENDAHULUAN Salah satu macam bela diri yang diajarkan di sekolah-sekolah adalah bela diri pencak silat. Pencak silat sebagai olahraga dan seni bela diri yang telah membudaya sejak nenek moyang kita, untuk itu perlu dibina dan dikembangkan serta diwariskan kepada generasi muda, baik melalui pendidikan di sekolah maupun di luar sekolah, sejak sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi. Salah satu tujuan dari pembelajaran pencak silat di Jurusan POK FKIP UNS adalah mahasiswa mampu mengajar pelajaran pencaksilat di sekolah. Baik di sekolah dasar, sekolah lanjutan pertama (SMP) maupun sekolah lanjutan atas (SMU/SMK/MA). Untuk itu selain sikap dan gerak teknik dasar pencak silat yang harus dikuasai oleh mahasiswa sebagai calon guru penjas, juga harus menguasai metodik (pengajaran) pencak silat di sekolah. Secara umum pencak silat bercirikan: sebagai beladiri hasil budaya bangsa Indonesia, menggunakan seluruh bagian tubuh dan anggota badan sebagai alat untuk membela diri dan untuk menyerang, tidak memerlukan senjata tertentu (benda apapun dapat dijadikan senjata). Sedangkan secara khusus pencak silat bercirikan: gerakan pencak silat merupakan budaya daerah lingkungan, sering ditampilkan dengan diiringi musik tradisional, dan lebih ditekankan untuk membela diri dari pada menyerang. Menurut sejarahnya, pencak silat lahir dan berkembang dalam masyarakat Semenanjung Malaka atau Rumpun Melayu yaitu penduduk asli yang berada di negara-negara Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, dan terutama negara Indonesia. Pada awalnya, pencak silat hanya berfungsi untuk mempertahankan diri dari berbagai ancaman alam dan Modul PLPG Penjaskes 2013 32 isinya (hewan dan manusia). Namun dalam perkembangannya pencak silat berfungsi lebih luas dari hanya sekedar pembelaan diri saja, yaitu sebagai sarana untuk berolahraga, mencurahkan jiwa kesenian, dan sebagai pendidikan spiritual. Jadi, dalam perkembangannya pencak silat mempunyai empat aspek, yaitu: olahraga pencak silat, seni (tari) pencak silat, bela diri pencak silat, serta kerokhanian pencak silat. Salah satu aspek di dalam pencak silat adalah olahraga pencak silat atau pencak silat olahraga. Pencak silat olahraga merupakan istilah yang pertama kali digunakan untuk menyebut pertandingan antara dua (2) pesilat di gelanggang dari kubu (asal) yang berbeda dengan peraturan yang telah ditentukan, dalam rangka meraih angka sebanyak-banyaknya sehingga dapat mencapai suatu kemenangan. Pada perkembangannya, istilah pencak silat olahraga beberapa kali mengalami suatu perubahan, yakni pada Munas IPSI tahun 1996 disebut dengan istilah Wiralaga dan pada Munas X tahun 1999 disebut dengan pencak silat kategori tanding. Pada Munas X tahun 1999 tersebut muncul istilah lain yaitu, tunggal, ganda dan regu, yang kesemuanya masuk dalam kelompok pencak silat olahraga prestasi. B. PETUNJUK PELAKSANAAN BELAJAR PENCAK SILAT Berikut adalah petunjuk bagi mahasiswa untuk melaksanakan belajar pencak silat: 1. Sebelum dan sesudah pembelajaran/latihan pencak silat, hendaknya didahului dengan berdoa yang ditujukan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan dilanjutkan dengan salam (hormat) kepada pembina (pengajar/pelatih) maupun sesama pembelajar (siswa). 2. Pembelajaran/latihan diawali dari gerak yang sederhana menuju yang kompleks (dari yang mudah ke yang sukar), dari yang menggunakan tenaga sedikit berangsur-angsur menuju tenaga yang banyak.
Modul PLPG Penjaskes 2013 33 3. Strategi atau cara pembelajaran, diusahakan membuat pembelajar aktif bergerak. Semakin pembelajar banyak mencoba gerakan (bergerak), maka semakin bagus pula hasil yang diharapkan. 4. Setiap manusia memiliki naluri pembelaan diri, dan lebih berkembang lagi dengan adanya tayangan media elektronika yang mudah ditonton dan ditiru oleh pembelajar. Untuk itu guru pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan dapat menggali, mengembangkan dan mengarahkan (menghindari cedera) dalam pembelajaran pencak silat berdasarkan kemampuan pembelajar. 5. Iringan musik/irama (tradisional/modern) dapat digunakan untuk menambah motivasi pembelajar dalam pembelajaran pencak silat. 6. Sebagai contoh pendekatan antara lain: 6.1. Pembelajaran diawali dengan gerakan/aktivitas di tempat (mundur, serong, samping, maju, berputar) dan dilanjutkan dengan berpindah tempat. 6.2. Setiap gerakan (rangkaian) diulang sebanyak 8 hitungan, dan dilanjutkan dengan kebalikannya. Hitungan bisa difariasi dengan tepukan tangan atau bunyi peluit, selain dengan ucapan/verbal. 6.3. Pembelajaran/latihan ditekankan pada teknik belaan yaitu elakan, hindaran dan tangkisan. Kemudian dilanjutkan dengan teknik serangan (lengan/tangan dan kaki/tungkai). 6.4. Usahakan pembelajaran/latihan dengan cara berpasangan yaitu: satu orang sebagai yang menghindar dan satu orang sebagai penyerang. Kemudian dilakukan secara bergantian. 6.1. Jangan terpaku dengan satu atau dua rangkaian gerakan (serang/hindar saja). Tetapi kembangkan materi sebanyak mungkin, misalnya difariasi dengan berbagai langkah. Tugas/Soal: 1. Diskusikan dengan teman Saudara, tentang petunjuk pelaksanaan pembelajaran pencak silat di sekolah! Modul PLPG Penjaskes 2013 34 2. Buatlah satu contoh gerakan yang mengandung prinsip: 2.1. Dari yang sederhana ke yang kompleks. 2.2. Dari yang menggunakan tenaga sedikit menuju ke tenaga yang banyak. C. PENBENTUKAN KETERAMPILAN DASAR 1. Cara Melakukan Doa/Salam. 1) Diawali dengan berdiri tegak, telapak kaki membentuk sudut kurang lebih 60 derajat. 2) Rapatkan kedua telapak tangan di depan dada, kemudian tundukkan kepala disertai dengan doa. 2. Pembentukan Gerak Dasar Untuk menguasai keterampilan pencak silat seseorang harus menguasai pembentukan gerak dasar, yaitu: Pembentukan sikap, pembentukan gerak, teknik pembelaan, dan teknik serangan. Pembentukan sikap adalah posisi tungkai / kaki tertentu sebagai dasar tumpuan untuk melakukan sikap dan gerak bela-serang. Secara umum sikap kuda-kuda dapat dibedakan dalam berbagai posisi, yaitu: Kuda-kuda depan, kuda-kuda belakang, kuda-kuda tengah, kuda-kuda samping, dan kuda-kuda silang. Pembentukan gerak dapat diartikan bagaimana dan kemana seseorang bergerak dari satu tempat ke tempat yang lainnya. Adapun pembentukan gerak meliputi: Arah delapan (8) penjuru mata angin, gentuk atau pola langkah, dan cara melangkah. 3. Cara Pembelajaran Pembentukan Sikap dan Gerak. Cara pembelajaran pembentukan gerak dapat dilakukan dengan berbagai bentuk. Cara pembelajaran pembentukan gerak tersebut berdasarkan arah, bentuk atau pola langkah dan cara melangkah. Untuk menguasai materi pembentukan sikap dan gerak, akan lebih efektif apabila kedua materi tersebut dipisahkan. Adapun salah satu cara
Modul PLPG Penjaskes 2013 35 agar pembelajar dapat melakukannya dengan mudah dan menarik adalah sebagai berikut: Pembelajar dirangsang untuk menemukan sikap kuda-kuda yang sesuai dan merasakan cara melangkah serta arah. Antara lain dengan cara: 3.1. Sikap awal berdiri kangkang (kurang lebih selebar bahu), dan sikap tangan bebas. 3.2. Pindahkan kaki (kiri/kanan) ke depan, serong kanan depan, kanan (samping), serong kanan belakang, belakang, serong kiri belakang, kiri (samping) serong kiri depan. 3.3. Dengan cara melangkah (geser, ingsutan, angkatan, lompatan, loncatan). 3.4. Berat badan bertumpu pada kaki (kiri, kanan), dan sebagainya. 3.5. Untuk memberi pembebanan, setiap selesai satu gerakan dipertahankan sambil memberikan penjelasan. 3.6. Lakukan berulangkali. 3.7. Usahakan pembebanan antara kaki kanan dan kiri seimbang. 3.8. Untuk menambah berat/ringan pembebanan dapat dilakukan dengan cara antara lain: pada sikap tertentu dipertahankan semakin lama, jarak antara kaki diperlebar, dan gerakan dipercepat. 3.9. Untuk tahap awal (pemula) hanya satu langkah saja. Tetapi selanjutnya dapat ditambah dengan berberapa langkah. Penjelasan tentang pelaksanaan kuda-kuda: Menurut PB IPSI (Pengurus Besar Ikatan Pencak Silat Indonesia) yang dimaksud dengan kuda-kuda adalah suatu teknik yang memperlihatkan kaki dalam keadaan statis. Berdasarkan bobotnya kuda- kuda dibedakan menjadi tiga, yakni: 1) kuda-kuda ringan, yaitu sikap kuda-kuda dengan dua kaki menopang sebagian berat badan. Titik berat badan berada di atas rata-rata. 2) kuda-kuda sedang, yaitu sikap kuda-kuda dengan menopang titik berat badan berada di tengah (rata-rata). Modul PLPG Penjaskes 2013 36 3) kuda-kuda berat, yaitu sikap kuda-kuda yang salah satu atau kedua kaki/tungkai menopang seluruh berat badan. Titik berat badan berada di bawah. Berdasarkan bentuknya kuda-kuda dibedakan menjadi empat jenis, yakni: 1) kuda-kuda depan, yaitu salah satu jenis kuda-kuda yang dalam pelaksanaannya dengan sikap salah satu kaki/tungkai berada di depan, sedangkan kaki/tungkai lainnya di belakang dan berat badan ditopang oleh kaki depan. Posisi kedua telapak kaki membentuk sudut kurang lebih 30 derajat. Kuda-kuda depan ini masih dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu (1) kuda-kuda depan lurus, dan (2) kuda-kuda depan serong. 2) kuda-kuda belakang, yaitu salah satu jenis kuda-kuda yang dalam pelaksanaannya dengan sikap salah satu kaki/tungkai berada di depan sedangkan kaki/tungkai lainnya berada di belakang dengan berat badan ditopang oleh kaki/tungkai belakang. Posisi telapak kaki depan lurus dan telapak kaki belakang membentuk sudut kurang lebih 60 derajat. 3) kuda-kuda tengah, yaitu salah satu jenis kuda-kuda yang dalam pelaksanannya dengan sikap kedua kaki melebar sejajar dengan bahu dan berat badan ditopang secara merata oleh kedua kaki. Kuda-kuda ini dapat juga dilakukan dengan posisi serong. Posisi kedua telapak kaki serong membentuk sudut 30 derajat. 4) kuda-kuda samping, yaitu salah satu jenis kuda-kuda yang pelaksanaannya dengan posisi kedua kaki melebar sejajar dengan tubuh dan berat badan ditopang oleh salah satu kaki yang menekuk. Posisi kedua telapak kaki sejajar membentuk sudut sekitar 30 derajat. Tugas/Soal: 1. Bagaimanakah cara melakukan sikap dan gerak doa (versi IPSI) dan salah satu perguruan / padepokan pencak silat yang ada disekitar Anda? 2. Jelaskanlah teknik kuda-kuda depan!
Modul PLPG Penjaskes 2013 37 3. Jelaskanlah pelaksanaan kuda-kuda belakang! 4. Bagaimanakah cara mengajar agar supaya siswa bisa merasakan sikap kuda-kuda dan gerak langkah ke berbagai arah penjuru? 5. Jelaskanlah berbagai macam kuda-kuda berdasarkan bobotnya! 6. Jelaskanlah berbagai macam kuda-kuda berdasarkan titik berat badan (bentuknya)! 7. Bagaimanakah pelaksanaan kuda-kuda ringan? 8. Bagaimanakah pelaksanan kuda-kuda berat? D. SIKAP PASANG Sikap pasang adalah suatu sikap tubuh dan mental secara keseluruhan yang ditandai oleh sikap lengan dalam keadaan siaga yaitu salah satu atau kedua tangan berada di atas pusat, dan posisi kaki/tungkai dalam keadaan siaga, serta badan (togok) menyesuaikan. Jadi sikap pasang adalah koordinasi dari sikap kuda-kuda, sikap tangan / lengan dan sikap tubuh. Sikap pasang dapat dilakukan dengan posisi kaki: sejajar (menghadap), salah satu kaki di depan (kiri depan atau kanan depan), dan kaki silang. Sedangkan sikap tangan/lengan dalam posisi sikap pasang dapat dilakukan dengan cara: terbuka, tertutup, dan memutar. Sikap pasang jika ditinjau dari taktik penggunaannya dibedakan menjadi dua, yaitu: (1) sikap pasang terbuka, dan (2) sikap pasang tertutup. 1. Sikap pasang terbuka. Tangan dibuka lebar-lebar dan membiarkan daerah yang lemah terbuka. Hal ini untuk memancing lawan agar menyerang. 2. Sikap pasang tertutup. Tangan ditempatkan pada daerah tubuh yang lemah dan tubuh sedikit membungkuk ke depan untuk mempersempit dan menutup daerah rawan tubuh. Dua belas (12) bentuk sikap pasang tertutup:
Modul PLPG Penjaskes 2013 38 Tugas/Soal: 1. Bagaimanakah sikap dasar persiapan untuk melakukan sikap pasang? 2. Bagaimanakah teknik sikap pasang terbuka dan tertutup? E. Elakan, Tangkisan dan Hindaran 1. Elakan Elakan adalah usaha pembelaan dengan cara memindahkan sasaran dari arah serangan lawan, dengan cara tidak melangkah (memindahkan kaki), tetapi dengan menggeser badan/tubuh. Sasaran yang dimaksud adalah bagian badan yang menjadi tujuan serangan lawan. Unsur dalam elakan adalah: sikap tangan, sikap kaki/tungkai, dan sikap tubuh/togok. Sedangkan macam-macam elakan adalah: (1) elak bawah, (2) elak atas, (3) elak samping, dan (4) elak belakang putar. 1.1. Elak bawah Mengelakkan diri dari serangan lawan pada bagian badan sebelah atas. Gerakannya adalah merendahkan diri dengan cara menekuk kedua lutut tanpa memindah-kan letak kedua kaki. Kedua tangan berjaga-jaga di depan atas kepala dan sikap badan menyesuaikan. 1.2. Elak atas Mengelakkan diri dari serangan lawan pada bagian badan sebelah bawah. Gerakannya adalah mengangkat badan/tubuh ke atas dengan cara kedua kaki dengan sikap kedua tungkai ditekuk disertai dengan sikap tubuh dan tangan waspada. Mendarat dengan kaki saling menyusul atau dengan kedua kaki bersama-sama. 1.3. Elak samping Mengelakkan diri dari serangan lurus depan agak ke atas. Gerakannya adalah dari sikap kangkang, memindahkan badan ke samping dengan merubah sikap tungkai/kuda-kuda. Disertai dengan sikap tubuh dan tangan/lengan waspada (tangan berada di depan dada).
Modul PLPG Penjaskes 2013 39 1.4. Elak belakang berputar Mengelakkan diri dari serangan lurus depan dan samping. Gerakannya adalah dari sikap kuda-kuda depan (salah satu kaki berada di depan) memindahkan berat badan ke belakang dengan cara badan memutar. Gerakan tersebut disertai dengan sikap tubuh dan sikap tangan/lengan dalam keadaan waspada (tangan berada di depan dada). 2. Tangkisan Tangkisan adalah usaha pembelaan dengan cara memindahkan sasaran dari arah serangan lawan dengan cara mengadakan kontak langsung dengan serangan. Kontak langsung yang dilakukan pada teknik tangkisan bertujuan untuk: mengalihkan serangan dari lintasan, dan membendung atau menahan serangan, jika terpaksa. Sikap menangkis selalu disertai sikap kuda-kuda dan sikap tubuh dengan menggunakan: (1) satu tangan, (2) siku, (3) dua tangan, dan (4) kaki/tungkai. Terhadap serangan yang mempunyai bentuk dan arah/lintasan yang bervariasi, maka tangkisan mempunyai variasi sebagai berikut: posisi tinggi atau rendah, dengan tangan terbuka atau tertutup, dan arah ke dalam atau keluar. Sedangkan unsur lainnya dalam elakan dan tangkisan adalah: sikap tangan, sikap kaki/tungkai, dan sikap tubuh/togok. 2.1. Tangkisan satu lengan Tangkis satu lengan dapat dilakukan dengan (1) tangkis dalam, (2) tangkis luar, (3) tangkis atas, dan (4) tangkis bawah. 1) Tangkis dalam Sikap awal: Berdiri tegak dengan kedua kaki rapat pada tumitnya dan kedua tangan berada di depan dada. Gerakan: Langkahkan salah satu kaki ke belakang (misalnya kaki kiri) disertai dengan tangan kanan (tangan yang untuk menangkis) bergerak ke samping kiri (ke dalam). Tangan kanan saat bergerak Modul PLPG Penjaskes 2013 40 menghadap ke belakang dengan jari-jari tangan terbuka, sedangkan tangan kiri tetap berada di depan dada dengan sikap siaga. Perkenaan tangkisan pada lengan bawah atau pada pisau tangan dekat pergelangan tangan kanan. 2) Tangkis luar Sikap awal: Berdiri tegak dengan kedua kaki rapat pada tumitnya dan kedua tangan berada di depan dada. Gerakan: Langkahkan salah satu kaki ke belakang (misalnya kaki kiri) disertai dengan tangan kanan (tangan yang untuk menangkis) bergerak ke samping kanan (ke luar). Tangan kanan saat bergerak menghadap ke depan dengan jari-jari tangan terbuka, sedangkan tangan kiri tetap berada di depan dada dengan sikap siaga. Perkenaan tangkisan pada lengan bawah atau pada pisau tangan dekat pergelangan tangan kanan. 3) Tangkis atas Sikap awal: Berdiri tegak dengan kedua kaki rapat pada tumitnya dan kedua tangan berada di depan dada. Gerakan: Langkahkan salah satu kaki ke belakang (misalnya kaki kiri) disertai dengan tangan kanan (tangan yang untuk menangkis) bergerak ke atas. Saat bergerak lengan bawah tangan kanan tetap horizontal sehingga siku tangan kanan bergerak mengikuti ke atas. Tangan kanan saat bergerak menghadap ke depan dengan jari-jari tangan terbuka, sedangkan tangan kiri tetap berada di depan dada dengan sikap siaga. Perkenaan tangkisan pada lengan bawah atau pada pisau tangan dekat pergelangan tangan kanan. 4) Tangkis bawah Sikap awal: Berdiri tegak dengan kedua kaki rapat pada tumitnya dan kedua tangan berada di depan dada. Gerakan: Langkahkan salah satu kaki ke belakang (misalnya kaki kiri) disertai dengan tangan kanan (tangan yang untuk menangkis) bergerak ke bawah di depan badan. Tapak tangan
Modul PLPG Penjaskes 2013 41 kanan saat bergerak menghadap ke belakang dengan jari-jari tangan terbuka, sedangkan tangan kiri tetap berada di depan dada dengan sikap siaga. Perkenaan tangkisan pada lengan bawah atau pada pisau tangan dekat pergelangan tangan kanan. 2.2. Tangkisan dua tangan/lengan Tangkis dua lengan dapat dilakukan dengan: sejajar dua tangan/lengan atas, belah tinggi dan rendah, silang tinggi dan rendah, dan buang samping. 1) Tangkis sejajar dua tangan/lengan Sikap awal: Berdiri tegak dengan kedua kaki rapat pada tumitnya dan kedua tangan berada di depan dada. Gerakan: Langkahkan salah satu kaki ke belakang disertai dengan gerakan kedua lengan atau tangan menangkis ke depan. Gerakan dilakukan oleh kedua lengan bawah secara bersamaan dan sejajar, serta kedua tapak tangan saling berhadapan (jari- jari tangan terbuka). Perkenaan tangkisan pada kedua tangan atau lengan bawah dekat pergelangan tangan. 2) Tangkis belah Sikap awal: Berdiri tegak dengan kedua kaki rapat pada tumitnya dan kedua tangan berada di depan dada. Gerakan: Langkahkan salah satu kaki ke belakang disertai dengan gerakan ke dua lengan / tangan membelah ke atas atau ke bawah. Gerakan dilakukan oleh kedua lengan/tangan secara bersamaan. Saat bergerak pada awalnya kedua tangan saling berhadapan, namun setelah kedua lengan hampir lurus secara mendadak kedua tangan diputar dan masing-masing di bawa ke luar atau samping, sehingga kedua tapak tangan saling membelakangi dan secara bersamaan menjauh. Gerakan lengan/tangan pada tangkis belah ini seperti pada gerakan lengan/tangan pada renang gaya kupu-kupu. 3) Tangkis Silang Sikap awal: Berdiri tegak dengan kedua kaki rapat pada tumitnya dan kedua tangan berada di depan dada. Gerakan: Langkahkan salah satu Modul PLPG Penjaskes 2013 42 kaki ke belakang disertai dengan gerakan ke dua lengan/tangan menyilang ke atas atau ke bawah. Gerakan dilakukan oleh kedua lengan / tangan secara bersamaan, jari-jari terbuka dan rapat. Tempat pertemuan kedua lengan untuk posisi silang adalah pada pertengahan lengan bawah. Kedua tapak tangan menghadap keluar, sehingga punggung tangan saling berhadapan. 4) Tangkis buang samping Sikap awal: Berdiri tegak kedua tumit rapat, dan kedua tangan berada di depan dada. Gerakan: Langkahkan salah satu kaki ke belakang, dan kedua lengan menjulur ke depan dengan kedua tangan berada di atas dan di bawah. Kedua telapak tangan menghadap ke samping badan dengan kedua ibu jari saling berdekatan. Siku lengan yang berada di atas agak diangkat sehingga berada lebih tinggi dari pada tangan. Gerakan tangan dari depan badan sampai di samping badan. Kedua lutut agak ditekuk untuk keseimbangan badan. Perkenaan pada kedua telapak tangan dan serangan lawan dibuang ke arah samping badan. 2.3. Tangkisan siku Tangkisan siku terdiri dari dari: (1) tangkis siku dalam dan (2) tangkis siku luar. Keduanya dapat dilakukan dengan tinggi dan rendah. 1) Tangkis siku dalam Sikap awal: Berdiri dengan kedua tumit rapat dan kedua tangan berada di depan dada. Gerakan: Langkahkan salah satu kaki ke belakang dan kedua siku ditekuk kemudian digerakkan ke arah dalam melewati depan badan sampai berhenti di sisi badan yang lain. Saat bergerak posisi siku tetap ditekuk sehingga lengan bawah vertikal ke atas, dan tapak tangan menghadap ke badan. Tangan yang tidak untuk menangkis tetap berada di depan dada dalam sikap siaga. Perkenaan tangkisan pada siku. 2) Tangkis siku luar Sikap awal berdiri dengan kedua tumit rapat dan kedua tangan berada di depan dada. Gerakan, langkahkan salah satu kaki ke belakang
Modul PLPG Penjaskes 2013 43 dan kedua siku ditekuk kemudian digerakkan ke arah luar melewati depan badan sampai berhenti di sisi badan yang lain. Saat bergerak posisi siku tetap ditekuk sehingga lengan bawah vertikal ke atas, dan tapak tangan menghadap ke badan. Tangan yang tidak untuk menangkis tetap berada di depan dada dalam sikap siaga. Perkenaan tangkisan pada siku. 3. Hindaran. Hindaran adalah teknik belaan untuk menggagalkan serangan lawan yang dilakukan dengan tanpa menyentuh tubuh lawan (alat serang lawan) dan dilaksanakan dengan berpindah tempat (menggeser tumpuan kaki. T eknik hindaran terdiri dari: 1. Hindar kanan / kiri (Egosan). Untuk menghindari serangan lawan dengan cara memindahkan kedua kaki dengan arah ke kanan atau ke kiri. Untuk latihan yang perlu ditekankan adalah, setelah melakukan gerakan perpindahan kaki (hindaran) hendaknya kembali ke sikap pasang atau sikap kuda-kuda. 2. Hindar belakang. Hindar belakang adalah adalah teknik hindaran yang dilakukan dengan memindahkan salah satu kaki ke arah belakang, Ketika mengelak yang berpindah hanya satu kaki/tungkai, untuk menghindari agar serangan lawan tidak kena sasaran. Biasanya, teknik elakan ini dilanjutkan (sebagai modal dasar) untuk teknik jatuhan. Tugas/Soal: 1. Jelaskanlah perbedaan antar tangkisan dan elakan! 2. Bagaimanakah teknik tangkisan dengan menggunakan dua tangan atau dua lengan? 3. Bagaimanakah pelaksanaan tangkisan luar dan tangkisan dalam? 4. Jelaskanlah cara melakukan hinder samping ! 5. Jelaskanlah perbedaan antara hindaran dan elakan ! Modul PLPG Penjaskes 2013 44 F. SERANGAN Pencak silat adalah hasil usaha budidaya bangsa Indonesia yang telah dikembangkan secara turun-temurun hingga mencapai bentuknya yang sekarang. Pencak silat mempunyai 4 aspek sebagai kesatuan yang tak terpisahkan, yaitu (1) aspek mental spiritual, (2) aspek beladiri, (3) aspek seni dan (4) aspek olahraga. Aspek mental spiritual meliputi: Bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa; Tenggangrasa, percaya diri, dan disiplin; Cinta bangsa dan tanah air; Persaudaraan; Solidaritas sosial. Aspek beladiri, meliputi: Berani, tahan uji, tangguh, tanggap, melaksanakan ilmu padi, dan membela keselamatan diri, bangsa dan tanah air. Aspek olahraga, meliputi: Sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari, meningkatkan prestasi, menjunjung tinggi sportivitas, dan pantang menyerah. a. Pukulan Pukulan dalam pencak silat merupakan salah satu serangan yang menggunakan lengan atau tangan. Setiap serangan mempunyai unsur: (a) sikap tangan / lengan sebagai alat serang, (2) sikap kuda-kuda, dan (3) sikap tubuh. Sikap tangan atau lengan yang digunakan untuk menyerang (memukul) menyesuaikan jenis pukulan yang digunakan, sedangkan tangan atau lengan yang lain berada di depan dada dalam keadaan rileks (tidak tegang). Sikap kuda-kuda maksudnya adalah suatu sikap tungkai / kaki yang menyesuaikan jenis serangan (pukulan) yang digunakan dan tergantung pada situasi yang ada. Pada dasarnya sikap tungkai (kuda-kuda) saat menyerang adalah situasional sekali, dan berat badan biasanya pindah ke tungkai yang terdekat dengan sasaran. Hal ini dalam rangka untuk meraih keuntungan dalam penggunaan tenaga yang efektif dan jangkauan yang lebih jauh ke arah sasaran. Sedangkan sikap tubuh maksudnya adalah
Modul PLPG Penjaskes 2013 45 sikap tubuh dalam mengkoordinasikan gerakan yang menggunakan togok, anggota tubuh dan tubuh secara keseluruhan. Kecondongan tubuh ke arah sasaran saat mengenai sasaran, dan salah satu bahu yang berada pada posisi sedekat mungkin ke arah sasaran merupakan hal yang sangat penting dalam usaha penyerangan dengan tangan atau lengan (pukulan). Pukulan berdasarkan arah serangan dapat melalui: (1) depan, (2) bawah, (3) atas, dan (4) samping. 1. Pukulan Depan. Pukulan depan atau pukulan lurus adalah pukulan yang dilakukan dengan lintasan lurus ke arah depan. Agar hasil pukulan dapat efektif, gerakan pukulan harus dibantu dengan gerakan putaran bahu ke depan dan putaran pinggang menuju ke arah lengan yang digunakan untuk memukul. 1) pukulan depan dengan posisi tangan yang digunakan untuk menyerang sejajar dengan posisi tungkai/kaki yang berada di depan, dan 2) pukulan depan dengan posisi tangan yang digunakan untuk memukul tidak sejajar dengan posisi tungkai/kaki yang berada di depan. 2. Pukulan Samping. Pukulan samping adalah pukulan yang dilakukan dengan menggunakan pungung tangan. Lintasan geraknya adalah dari samping dalam tubuh ke arah luar tubuh. 3. Pukulan Bandul. Pukulan bandul adalah pukulan yang dilakukan dengan posisi lengan (siku) ditekuk lebih kurang 90 derajat. Adapun lintasan pukulan ini adalah diayun dari bawah menuju ke arah atas (dengan lintasan vertikal). Pukulan bandul dapat dilakukan dengan berbagai variasi posisi tungkai. 4. Pukulan Lingkar. Pukulan lingkar adalah pukulan yang dilakukan dengan lintasan dari arah samping luar tubuh menuju ke arah dalam tubuh, dengan lintasan datar (horisontal). Agar pukulan jenis ini lebih efektif, maka harus didukung oleh gerakan bahu dan pinggang yang searah dengan arah pukulan yang dituju (sasaran). Modul PLPG Penjaskes 2013 46 b. Tendangan Tendangan adalah serangan dengan menggunakan tungkai/kaki. Adapun bagian kaki untuk menendang dapat menggunakan: punggung kaki, telapak kaki, ujung kaki, tumit, sisi kaki (pisau kaki), dan pergelangan kaki. Teknik tendangan dapat dilakukan dengan posisi badan dan lintasan sebagai berikut: depan, samping, belakang, dan busur. Sebelum melakukan serangan dengan tungkai/kaki (tendangan), yang perlu diperhatikan adalah sikap dasar sebelum melakukan tendangan. Adapun sikap dasar tersebut adalah sikap pasang. 1) Teknik tendangan depan Kaki tendang diangkat sedemikian rupa sehingga lutut berada di depan perut, dan tungkai bawah menggantung. Tendangkan ke depan dengan lintasan kaki dihentakkan (ditendangkan) ke depan agak ke atas (tergantung sasaran). Arah sasaran perkenaan adalah ulu hati lawan. Sedangkan perkenaan pada kaki yang menendang adalah pada tumit atau ujung kaki. 2) Teknik tendangan samping Kaki tendang diangkat ke depan dengan bersamaan kaki tumpu di putar ke luar, sehingga lutut kaki tendang berada di depan perut sedangkan tungkai bawah berada di sisi samping badan. Hentakkan atau tendangkan ke depan, dengan telapak kaki tendang datar, sehingga perkenaan pada telapak kaki atau sisi samping kaki (pisau kaki) tendang. Arah sasaran yang dituju adalah pada ulu hati, leher, atau persendian bahu lawan. Pada saat menendang posisi lawan berada di samping badan atau berada pada sisi bahu kaki yang menendang. 3) Teknik tendangan belakang Sikap awal, bediri sikap pasang dengan salah satu kaki di depan. Putar badan sampai membelakangi sasaran, kapala tetap menghadap ke arah sasaran, sehingga kaki yang terdekat dengan sasaran (kaki tumpu) berdiri pada ujung jari kaki, sedangkan berat badan pada kaki yang
Modul PLPG Penjaskes 2013 47 berada jauh dari sasaran (pada kaki tendang). Badan agak condong ke kaki tendang. Gerakan, kaki tendang diangkat ke depan sehingga tumit dekat dengan pantat, kemudian tendangkan ke arah sasaran yang berada di belakang badan. Tendangan lurus ke belakang dan arah sasaran adalah ulu hati lawan. Sedangkan bagian kaki yang menendang yang mengenai sasaran adalah bagian tumit atau telapak kaki. 4) Teknik tendangan busur Angkat kaki tendang serong ke depan, sehingga kaki tendang berada agak jauh dari tungkai kaki tumpuan. Tendangkan/hentakkan kaki tendang ke serong depan dengan arah sasaran ditujukan ke sisi tubuh atau pinggang lawan atau sisi/samping kepala/leher lawan. Perkenaan kaki tendang adalah pada punggung kaki atau pada ujung kaki tendang.
Penjelasan. Tendangan dalam bela diri pencak silat adalah teknik serangan yang digunakan untuk menyerang dengan jangkauan sedang dan jauh. Tendangan tentunya menggunakan tungkai (kaki) sebagai komponen penyerangnya. Nilai tendangan dalam pencak silat prestasi kategori tanding adalah dua (2). Adapun teknik tendangan yang digunakan dalam pertandingan pencak silat adalah sebagai berikut: tendangan depan atau tendangan A, tendangan samping atau tendangan T, tendangan sabit atau tendangan C, tendangan belakang atau tendangan B, tendangan gajul, dan tendangan jejag. Tugas/Soal: 1. Bagaimanakah teknik pukulan depan? 2. Jelaskanlah perbedaan pukulan bawah dan pukulan atas! 3. Bagaimanakah teknik tendangan T atau tendangan samping? 4. Jelaskanlah perbedaan tendangan depan dengan tendangan belakang! Modul PLPG Penjaskes 2013 48 5. Bagaimanakah pelaksanaan tendangan gajul? 6. Bagaimanakah pelaksanaan tendangan jejag? 7. Bagaimanakah pelaksanaan tendangan sabit? 8. Jelaskanlah persamaan antara tendangan gajul dan tendangan jejag!
Modul PLPG Penjaskes 2013 49 KUNCI JAWABAN TUGAS/SOAL
Bagian A Petunjuk Pelaksanaan Belajar Pencak Silat Nomor 1: Lihat halaman dan tentang petunjuk pelaksanaan belajar pencak silat! Nomor 2: 2.1: Pertama, kuda-kuda konsentrasi hanya pada tungkai/kaki. Kedua, kuda-kuda konsentrasi pada tungkai/kaki dan lengan/tangan. Ketiga, kuda-kuda konsentrasi pada tungkai/kaki, lengan/tangan dan pandangan. Keempat, dan sebagainya. 2.2: Pertama, kuda-kuda atas atau tinggi. Kedua, kuda-kuda tengah atau sedang. Ketiga, kuda-kuda rendah atau bawah.
Bagian B Pembentukan Keterampilan Dasar Nomor 1: Lihat halaman tentang sikap dan gerak doa versi IPSI. Sikap dan gerak hormat pada salah satu perguruan pencak silat, misal di Perguruan Tapak Suci, caranya addalah: pertama sikap kedua kaki kangkang selebar bahu, posisi kedua tangan ditarik bersamaan di samping badan. Kedua tapak tangan kanan di bawa ke depan badan di tarik ke samping badan menghadap ke depan dan siku lengan kanan ditekuk. Bersamaan dengan gerakan kedua tangan kiri terbuka jari-jari tegak ke atas menghadap ke tapak tangan kanan (menghadap ke arah samping kanan). Nomor 2: Lihat halaman tentang teknik kuda-kuda depan. Nomor 3: Lihat halaman tentang teknik kuda-kuda belakang. Modul PLPG Penjaskes 2013 50 Nomor 4: Dengan mempraktekkan satu persatu gerakan dan sikap kuda- kuda secara alamiah kemudian ditingkatkan dengan kombinasi berbagai arah penjuru mata angin. Nomor 5: Lihat halaman tentang macam kuda-kuda berdasarkan bobotnya. Nomor 6: Lihat halaman tentang macam kuda-kuda berdasarkan titik berat badan (bentuknya). Nomor 7: Lihat halaman tentang kuda-kuda ringan. Nomor 8: Lihat halaman tentang kuda-kuda berat.
Bagian C Sikap Pasang Nomor 1: Lihat halaman dan tentang sikap dasar untuk melakukan sikap pasang. Nomor 2: Lihat halaman dan tentang teknik sikap pasang terbuka dan tertutup.
Bab D Elakan dan Tangkisan Nomor 1: Tangkisan terjadi kontak fisik antara alat yang diigunakan untuk menangkis (misal lengan) dengan alat serang lawan (misal tungkai). Elakan menghindar dari serangan lawan tanpa terjadi kontak fisik. Nomor 2: Lihat halaman dan tentang teknik tangkisan dengan menggunakan dua tangan atau dua lengan. Nomor 3: Lihat halaman tentang pelaksanaan tangkisan luar dan tangkisan dalam.
Modul PLPG Penjaskes 2013 51 Bagian E Serangan Nomor 1: Lihat halaman dan tentang teknik pukulan depan. Nomor 2: Pukulan bawah, lintasan pukulan dari bawah menuju ke depan atas, sedangkan pukulan atas lintasan pukulan dari arah atas menuju ke depan bawah. Nomor 3: Lihat halaman tentang teknik tendangan samping atau tendangan T. Nomor 4: Tendangan depan saat kaki mengenai sasaran lawan badan menghadap ke arah lawan berada, tetapi kalau tendangan belakang saat kaki mengenai sasaran lawan badan membelakangi lawan, meskipun begitu pandangan tetap menghadap ke lawan. Nomor 5: Lihat halaman tentang tendangan gajul. Nomor 6: Lihat halaman tentang tendangan jejag. Nomor 7: Lihat halaman tentang tendangan sabit. Nomor 8: Tendangan gajul lintasan kaki dari bawah menuju ke atas, sedangkan tendangan jejag lintasan kaki dari atas ke depan/bawah.
Modul PLPG Penjaskes 2013 52
Modul PLPG Penjaskes 2013 53 BAB III PEMBELAJARAN PERMAINAN & OLAHRAGA
A. Memahami Isi Dari Pendidikan Jasmani Pada dasarnya program pendidikan jasmani memiliki kepentingan yang relatif sama dengan program pendidikan, antara lain mengembangkan tiga domain utama : psikomotor, afektif, dan kognitif. Namun demikian ada keunikan dalam program penjas yang tidak dimiliki oleh program pendidikan lainnya, yaitu dalam hal pengembangan domain psikomotor. Dalam mengembangkan domain psikomotor biasanya dikaitkan dengan tujuan mengembangkan kebugaran jasmani anak dan pencapaian keterampilan geraknya. Para guru diharapkan dapat memahami hakikat tugas ajar yang harus diajarkan dalam pendidikan jasmani, sehingga para guru dapat secara tepat merancang dan menyediakan pengalaman belajar yang sesuai dengan kemampuan anak dalam ketiga domain di atas. 1. Merancang Tugas Ajar dalam Wilayah Psikomotor Tugas ajar yang berada dalam wilayah psikomotor, biasanya dibagi menjadi 2 tujuan utama yaitu tujuan yang berhubungan dengan pengembangan pencapaian keterampilan gerak dan peningkatan kebugaran jasmani anak (fitness). Kedua tujuan ini, oleh para ahli dianggap sebagai kelebihan yang terdapat dalam pelajaran pendidikan jasmani, yang tentunya tidak mungkin dapat dicapai oleh pelajaran lain. Pembelajaran Keterampilan Gerak Pembelajaran keterampilan gerak bertujuan anak dapat menguasai keterampilan dalam berbagai cabang olahraga. Meskipun banyak bagian yang berhubungan dengan kebugaran jasmani dimasukkan ke dalam program penjas untuk meningkatkan kesehatan anak, guru penjas tetap dianggap memiliki tanggung jawab yang unik yaitu mengembangkan keterampilan gerak. Modul PLPG Penjaskes 2013 54 Tujuan utama dalam mengajarkan pendidikan jasmani adalah pengembangan keterampilan gerak, sehingga anak dapat dan mau berpartisipasi dalam kegiatan olahraga bahkan kelak disepanjang hidupnya. Untuk dapat menentukan materi apa yang tepat agar anak meningkatkan keterampilannya, pertama-tama guru perlu mengetahui apakah yang dimaksud dengan keterampilan, dan apa pula ciri dari keterampilan itu? Untuk membantu memahami makna istilah keterampilan, persoalan ini dapat dijabarkan lebih operasional, misalnya dikaitkan dengan Keterampilan suatu cabang olahraga, contoh terampil dalam bulutangkis. Pemain bulutangkis dianggap terampil jika (1) dapat menempatkan bola secara akurat di tempat yang diinginkan, (2) teknik pukulannya baik sehingga efisien dalam tenaga, (3) dapat menggunakan teknik tersebut disegala kondisi dan berbagai lawan. Uraian di atas merujuk pada tiga hal penting dari keterampilan atau performa yang terampil. Ketika seorang pemain mampu menempatkan bola secara akurat, hal ini menunjukkkan kepada kualitas efektivitas. Kemudian, ketika pemain itu melakukannya dengan cara yang benar sesuai dengan tuntutan teknik, hal itu menunjukkkan adanya kualitas efisiensi. Ketika pemain dapat menggunakan pukulan tersebut dalam segala kondisi permainan hal itu menunjukkan kepada kualits adaptasi. Pembelajaran permainan menuntut pengembangan tahapan permainan. Pentingnya aspek tahapan permainan ini, muncul hasil dari studi bagaimana keterampilan digunakan dalam permainan. Setiap tahapan pengajaran harus melibatkan perpindahan dari latihan yang secara bertahap, lalu meningkat kesulitannya ke kondisi seperti permainan yang sesungguhnya. Perkembangan pemain dapat dibagi menjadi empat tahap, tahapan- tahapan tersebut dijelaskan dalam bagian berikut.
Modul PLPG Penjaskes 2013 55 Tahap satu. Dalam tahap satu, guru memusatkan perhatiannya pada kemampuan siswa untuk mengontrol benda (objek) atau tubuhnya. Siswa pemula dihadapkan dengan masalah ketidaktahuan, tentang apa yang akan terjadi, misalnya ketika mereka memukul, melempar, menangkap atau mengumpulkan benda tertentu. Tingkat kemampuan mengontrol benda sangat penting untuk dikuasai pada tahapan pembelajaran permainan ini. Pengontrolan yang dimaksud adalah kemampuan kemampuan sebagai berikut : a. Aksi melontarkan (misalnya memukul, menendang, melempar). Anak dapat mengarahkan benda ke suatu tempat dengan besaran daya yang sesuai kepentingannya secara konsisten. b. Aksi menerima (misalnya menangkap, mengumpulkan). Anak dapat menguasai suatu benda yang datang padanya dari arah, kecepatan dan ketinggian yang berbeda. c. Aksi membawa dan melepaskan (misalnya mendribbling, menggiring dan sebagainya). Anak dapat menjaga penguasaan terhadap benda yang bergerak dalam berbagai cara dan pada berbagai kecepatan. Perkembangan keterampilan dalam satu tahap, melibatkan pemberian pengalaman dalam menangkap dan melempar. Pengalaman demikian pertama-tama, diberikan dalam kondisi yang paling mudah dan bertahap pengontrolannya yang dilakukan dalam situasi yang lebih sulit dengan memanipulasi ketinggian, arah, tenaga dari benda yang dilemparkan atau ditangkap. Perkembangan dalam tahap satu, juga memasukkan perubahan dari posisi bendas diam ke benda yang bergerak dan dari posisi penerima diam ke posisi bergerak. Bandingkan tahapan pembelajaran antara anak SD dan siswa SMU yang tengah belajar pass atas pada bola voli.
Modul PLPG Penjaskes 2013 56 Tahapan Permainan Tahap Satu 1. Berkepentingan meningkatkan keterampilan tunggal. 2. Kemampuan mengontrol suatu benda 3. Aksi melontarkan mengarahkan benda ke satu tempat dengan besaran daya yang diperlukan, ketinggian dan arah secara konsisten diam atau bergerak. Contoh : Sederhana passing atas ke tosser dengan bola yang di toss ringan oleh guru atau pasangan. Kompleks passing atas dengan bola dari serve ke arah pemain kiri atau pemain kanan. Aksi menerima menguasai benda yang datang ke arah anak dari arah, ketinggian atau kecepatan yang berbeda dalam posisi diam atau bergerak. Tahap Dua : 1. Menggunakan keterampilan dengan menggabungnya dengan keterampilan lain. 2. Menghubungkan gerak pribadi dengan gerakan orang lain dengan cara bekerja sama. Contoh : Sederhana dribbling dan melakukan suatu tembakan ke arah basket Komplek menjaga bola tetap bisa melintasi net dalam tennis dengan bermacam macam pukulan, baik dengan pantulan maupun secara volley. Tahap tiga 1. Strategi penyerangan dan pertahanan dasar Contoh Sederhana bermain satu lawan satu dalam bola basket dan tidak ada tembakan. Komplek bermain lima lawan lima dalam sepak bola dengan dua orang kiper.
Modul PLPG Penjaskes 2013 57 Tahap empat 1. Permainan dimodifikasi dengan perubahan pada peraturan, luas lapangan jumlah pemain dengan posisi yang dikhususkan. 2. Permainan sebenarnya. Contoh : Sederhana memperkenalkan posisi khusus dalam permainan. Kompleks permainan sebenarnya dengan peraturan penuh Dan selanjutnya..
Dalam contoh di atas, tahapan yang meningkat dilakukan sehingga mengarahkan anak ke tingkat penguasaan dan pengontrolan yang meningkat terhadap bola dengan mengubah ubah kondisinya. Semua tugas tugas ajar yang mengandalkan keterampilan anggota badan tangan dan kaki untuk mengontrol objek kompleksitasnya dengan memanipulasi daya, arah atau ketinggian benda, juga perubahan dari posisi diam ke posisi gerak. Melempar dan menangkap dari keadaan bergerak, lebih sulit dilakukan dari pada dari posisi diam. Pada tahap dua. Pada tahap dua fokus pembelajaran masih pada peningkatan penguasaan dan pengontrolan terhadap objek, tetapi latihannya sudah lebih komplek. Dalam tahap dua ini dua keterampilan digabungkan (misalnya dribbling dan passing) peraturan ditekankan sehingga membatasi aksi yang dilakukan misalnya aturan traveling dalam basket dan keterampilan tersebut dilatih secara kooperatif dengan anak lain. Melatih keterampilan dengan penggabungan merupakan hal yang rumit, tetapi penting dan sering diabaikan dalam pembelajaran permainan. Anak yang sudah dapat melakukan dribble, pass dan shoot sebagai keterampilan tunggal, belum tentu dapat dengan mudah melakukan dribble langsung shoot atau dribble pass. Ini disebabkan persiapan untuk melakukan keterampilan kedua dilakukan selama berlangsungnya Modul PLPG Penjaskes 2013 58 keterampilan pertama (transisi), banyak anak pemula akan melakukakn dribble, stop dan baru kemudian melakukan shotta. Oleh karena itu, fokus kegiatan dari pembelajaran tahap dua adalah pada gerak transisi di antara keterampilan. Misalnya bagaimana dalam dribbling sepak bola anak harus menempatkan bola pada posisi yang memungkinkan ia segera menembak setelah dribbling tidak berhenti dulu, kemudian ia mundur mengambil ancang ancang dan menembak. Meskipun banyak anak akan sampai pada kemampuan ini dengan baik melalui latihan tetapi akan banyak pula anak yang tidak akan mampu melakukannya, tanpa bantuan guru. Berikut adalah contoh penggabungan keterampilan yag harus dipelajari khusus dalam sepak bola ketika anak anak memasuki tahapan dua. Menerima bola dari passing anak lain kemudian langsung dribble : Dribble kemudian passing Dribble kemudian menembak ke gawang Menerima bola passing, dribble, kemudian menembak ke gawang. Bahkan dalam situasi permainan yang melibatkan keterampilan tunggal yang singkat (distrik) melatih keterampilan secara gabungan ini tetap perlu dilakukan. Dalam permainan bola Voli misalnya, seorang anak dapat melakukan passing bawah ke anak lainnya yang berikutnya melakukan toss (set up) ke anak lain lagi sehingga anak yang pertama dapat melakukan smes. Untuk menentukan keterampilan apa yang harus dilatih dalam gabungan, guru harus menganalisis permainan yang dipelajari untuk menentukan keterampilan keterampilan yang akan digabungkan. Akhirnya, keterampilan keterampilan tadi harus dilatih dengan cara yang sama ketika keterampilan itu digunakan dalam permainan, bahkan hingga ke saat servis dilakukan dan perpindahan posisi (contoh dalam bola voli).
Modul PLPG Penjaskes 2013 59 Tahap ke dua. Juga melibatkan siswa dalam kegiatan latihan bekerja sama dengan siswa lainnya seperti mencoba menjaga agar bola terus dapat berada di udara tanpa jatuh dalam permainan voli, atau menjaaga agar shuttle cock selalu bisa menyeberangi net dalam bandminton. Pada tahap ini, tujuan dari permainan adalah menguasai dan mengontrol bola atau cock dan bukan berkompetisi dengan pasangan untuk saling mengalahkan. Tahap tiga. Dalam tahap tiga, fokus pembelajaran ajarana aah pelaksanaan taktik penyerangan dan pertahanan secara sederhana dengan menggunakan keterampilan yang sudah dikuasai. Ketika tahap ini dilaksanakan siswa diasumsikan sudah mampu menguasai dan mengontrol bola tanpa kesulitan sehingga dapat berkonsentrasi pada penggunaan keterampilan itu dalam proses penyerangan atau bertahan. Tahapan empat. Tidak ada batas yang jelas dimana pengalaman pada tahap tiga berakhir dan pengalaman tahap empat dimulai. Pengalaman tahap empat bersifat sangat kompleks. Tahap ini meliputi tidak saja permainan penuh, tetapi juga termasuk kegiatan kegiatan yang dimodifikasi untuk membantu siswa mencapai targetnya. Untuk kebanyakan jenis permainan tahap empat dimulai ketika pemain penyerang dan bertahan, ditetapkan secara khusus sesuai peranannya. Para pemain jumlahnya ditambah, keterampilan yang dipelajari digunakan, dan ditambah, keterampilan sudah semakin kompleks. Ketika siswa mencapai tahap empat hal itu dianggap bahwa siswa telah menguasai dengan baik keterampilan individual dan melampaui strategi permainan dasar yang digunakan dalam kondisi permainan dasar yang digunakan dalam kondisi yang disederhanakan. Misalnya, diasumsikan bahwa siswa dapat bertahan melawan pemain penyerang secara individual atau dengan pemain lain dalam permainan invasi atau mereka sudah dapat menempatkan bola jauh dari pemain lawan dan dapat mempertahankan daerahnya sendiri dalam permainan net. Modul PLPG Penjaskes 2013 60 Aspek kunci untuk melaksanakan kegiatan tahap empat dengan cara yang bemakna adalah konsep bahwa permainan harus berlangsung berkelanjutan. Maksudnya, jika suatu peraturan atau bagian dari permainan yang ditampilkan dalam cara tertentu memperlambat aliran permainan atau sering menghentikan kelangsungan permainan, permainan itu harus dimodifikasi untuk menjaga kelanjutannya, jika siswa tidak dapat menggunakan semua pemain dalam suatu regu, jumlah pemain harus dikurangi. Contoh dari modifikasi permainan meliputi menghilangkan tembakan hukuman, mengganti tindakan service pada permaianan voli, pukulan pada soft ball diganti dengan lemparan atau menempatkan bola pada tonggak pukulan untuk sebagian pemain memulai permainan tanpa ada bola keluar dan mengurangi ukuran lapangan permainan dan sebagainya. Contoh modifikasi permainan yang baik Bola basket - Empat lawan empat tanpa menggunakan dribbling - Lima lawan lima tanpa memakai peraturan tembakan hukuman atau jump Sepak bola - Tujuh lawan tujuh, peraturan penuh - Sebelas lawan sebelas, tidak ada bola keluar dan tendangan - Sudut Bola voli - Peraturan sebenarnya minimal bola dimainkan dua kali - Empat lawan empat lebar lapangan dimodifkasi Tenis - Lapangan lebih kecil, peraturan penuh - Permainan dimulai dengan serve yang dipermudah. Guru yang memilih untuk menggunakan permainan tahap empat, tidak boleh berhenti mengawasi jalannya pembelajaran. Tujuannya adalah mengajar siswa, bagaimana memainkan permainan dengan baik, tidak hanya membiarkan mereka bermain ketika mereka mencapai tingkat ini. Tugas di tahap empat adalah menerapkan permainan yang dapat diperluas dengan cara membuat permainan lebih sulit atau lebih mudah. Guru juga
Modul PLPG Penjaskes 2013 61 harus menghaluskan penampilan siswa melalui penggunaan tugas penyempurnaan dan berkonsentrasi pada permainan mereka. Kebugaran Fisik Menjadi semacam kesepakatan umum bahwa tujuan pembelajaran dalam domain piskimotor yang harus terkembangkan melalui program pendidikan jasmani harus pula mencakup peningkatan kebugaran jasmani siswa. Pertanyaannya adalah, apakah kebugaran jasmani ini dapat dicapai melaui program penjas yang alokasi waktunya sangat minim? Apakah mungkin kebugaran jasmani siswa dapat ditingkatkan ketika anak harus pula mencapai tujuan pembelajaran yang lain (keterampilan gerak dari berbagai cabang olahraga) dalam program penjas yang dilaksanakan satu minggu sekali? Memang tidaklah sulit untuk mengetahui cara bagaimana membuat siswa menjadi fit (bugar) dari kaca mata kondisioning. Kita semua sebagai guru penjas sudah mengetahui prinsip prinsip peningkatan kodisi fisik yang meliputi pengembangan kapasitas kardiovaskular daya tahan otot lokal, kekuatan, kelenturan dan power. Yang tidak mudah adalah bagaimana memadukan program kebugaran ini dalam program kurikulum pendidikan jasmani. Dan bagaimana meyakini bahwa siswa akan terus tertarik untuk melakukannya dalam kehidupannya sehari-hari.
2. Merancang Tugas Ajar Dalam Wilayah Kognitif Pendidikan jasmani yang tradisional banyak menekankan pengajarannya pada peningkatan keterampilan gerak. Padahal, salah satu tugas dari penjas adalah meningkatkan pengertian anak tentang tumbuh dan kemungkinan geraknya serta berbagai faktof yang memengaruhinya itu dari segi konsep gerak. Sedangkan dari konsep kebugaran pun anak diharapkan memiliki pengertian tentang pengaruh latihan atau kegiatan fisik terhadap kesehatan tubuh yang berguna bagi mereka untuk menjalani gaya hidup yang aktif. Modul PLPG Penjaskes 2013 62 Guru penjas di Indonesia sering bias menjawab bahwa pembelajaran penjas dalam wilayah kognitif sudah dilaksanakan dengan cara mewajibkan anak membaca buku sumber yang berkaitan konsep teoritis dan mengujinya pada EBTA. Yang harus disadari oleh kita semua adalah bahwa mengajarkan aspek kognitif dalam penjas tidaklah semudah praktek di atas. Pelaksanaannya perlu dilandaskan pada perencanaan yang sungguh- sungguh, termasuk dalam hal apa yang menjadi isi atau materinya. Di samping itu, pelaksanaan pembelajaran aspek ini tidak hanya dilaksanakan di dalam kelas dengan menghafal fakta-fakta tentang teknik dasar dan ukuran lapangan. Akan tetapi kesemuanya itu dapat dilaksanakan di dalam pembelajaran praktek penjas, diintegrasikan dengan pembelajaran keterampilan gerak. Jenis Konsep Materi Contoh Khusus Dari Konsep Rangkaian Aksi Berpindah tempat, keseimbangan, melempar, memukul, berputar, mengangkat, dan sebagainya. Keseimbangan Meningkatkan ukuran titik tumpu untuk menstabilkan gerakan Kualitas Gerak Kecepatan, arah, ketinggian, jalur, kesadaran tubuh, gerak yang cepat dan tertahan. Gerak tiba-tiba dan tertahan. Mengkontrasikan tipe gerakan merupakan bagian pengalaman ekspresif. Kualitas usaha yang tepat harus dipilih untuk keterampilan gerak. Prinsip Gerak Gerak lanjutan, pengalihan berat badan, putaran stabilitas, penghasilan daya, pengurangan daya Penghasilan daya: Lebih banyak bagian tubuh yang dilibatkan, semakin besar daya yang dihasilkan. Strategi Gerak Stratego penyerangan, strategi pertahanan, strategi kerjasama, penyesuaian ketika berhubungan dengan orang lain. Hubungan dengan orang lain: Bola harus dilempar lebih dahulu jika dilempar kepada penerima yang sedang bergerak.
Modul PLPG Penjaskes 2013 63 Jenis Konsep Materi Contoh Khusus Dari Konsep Pengaruh Gerak Pengaruh gerak Pengaruh latihan pada jantung, kekuatan otot, daya tahan, kelenturan. Kekuata: Kekuatan otot meningkat bersamaan dengan meningkatnya beban kerja atau lamanya kegiatan latihan. Emosi Gerak Hubungan partisipasi dalam kegiatan terhadap perasaan ekspresif, perilaku social, kerjasama regu, sportivitas. Perasaan: Orang tampil lebih baik ketika rekan seregu saling mendukung.
3. Merancang Tugas Ajar Dalam Wilayah Afektif Pembelanjaran afektif jarang diperkenalkan secara sengaja ke dalam kurikulum. Satu alasan untuk ini adalah karena pengajaran yang berkaitan dengan aspek pengetahuan (kognitif) dan keterampilan psikomotor itu bisa dilakukan dengan mudah, akan tetapi untuk memadukan pembelajaran afektif ke dalam proses pendidikan, seolah- olah memerlukan latihan khusus. Strategi pembelajaran afektif yang sudah digunakan dalam program penjas selama ini, baru terbatas pada upaya membangkitkan sikap dan minat siswa terhadap pendidikan jasmani, walaupun tanpa pegangan yang jelas. Padahal, lebih jauh, pembelajaran domain afektif dapat digunakan untuk memfokuskan perhatian, memelihara konsentrasi, menimbulkan dan menjaga motivasi, mengelola kecemasan, mengembangkan harga diri (self esteem), dan mempelajari etika, serta perilaku sosial. Kondisi yang berorientasi Tugas Gerak: 1. Menentukan instruksi yang menantang yang mengarah pada keberhasilan 2. Membantu siswa mengetahui tujuan pembelajaran dan bagaimana siswa mencapainya. Modul PLPG Penjaskes 2013 64 3. Memberikan umpan balik yang segera dan bersifat khusus dalam cara yang positif. 4. Membantu siswa mengembangkan keyakinan dalam penampilannya dengan menguasai keterampilan secara mantap. 5. Menjaga pemberian intruksi verbal seminimal mungkin. 6. Menggunakan item test yang relevan dengan yang dipelajari. 7. Mengijikan siswa memilih beberapa kegiatan pembelajaran. 8. Memberikan nilai didasarkan prestasi siswa dibandingkan dengan siswa lain. Kondisi yang berorientasi dengan siswa 1. Mengungkapkan minat yang sungguh-sungguh pada kesuksesan siswa. 2. Memperlakukan seluruh siswa sebagai manusia yang berharga. 3. Mengakui respons siswa sebagai suatu usaha yang pautt dihargai, walaupun gerakannya salah. 4. Mengijinkan siswa untuk belajar tanpa mengumumkan kesalahannya di depan yang lain. Lingkungan 1. Menyediakan lingkungan di mana siswa merasa diterima, didukung, dan dipercayai. 2. Menyediakan banyak kegiatan dimana siswa dapat memilih untuk terlibat dengan berhasil. 3. Berfokus pada apa yang dapat siswa lakukan daripada terhadap apa yang tidak bisa dilakukan.
Bermain Bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk memperoleh kesenangan, tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Ada orang tua yang berpendapat bahwa anak yang terlalu banyak bermain akan membuat anak menjadi malas bekerja dan bodoh. Anggapan ini
Modul PLPG Penjaskes 2013 65 kurang bijaksana, karena beberapa ahli psikologi mengatakan bahwa permainan sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan jiwa anak Ada beberapa teori tentang permainan yang perlu diketahui antara lain Teori Rekreasi, Schaller dan Lazarus yang menyatakan permainan merupakan kegiatan manusia yang berlawanan dengan kerja dan kesanggupan hidup tetapi permainan itu merupakan imbangan antara kerja dan istirahat; Permainan mempunyai tugas biologik yg mempelajari fungsi hidup sebagai persiapan utk hidup yg akan dating. (Teori teleology, Karl Groos); Permainan bukan hanya mempelajari fungsi hidup, tetapi juga merupakan proses sublimasi (menjadi lebih mulia, tinggi, atau indah) dengan bermain. (Teori Sublimasi, Ed Claparede). Dari hal tersebut di atas dapat disarikan sebagai berikut Permainan sebagai kecenderungan; sebagai keadilan sosial mencakup motivasi intrinsik, perhatian, eksplorasi, perilaku yg tdk harafiah, keluwesan, dan keterlibatan aktif; Permainan sebagai konteks Biasanya diakrabi dan bebas stres, juga melibatkan pilihan bebas; Permainan sebagai perilaku dapat diamati dalam 3 tahap: fungsional, simbolik dan permainan yg mempunyai aturan (Piaget) Frobel mengatakan bahwa bermain sangat penting dalam belajar. Belajar berkaitan dengan proses konsentrasi. Orang yang mampu belajar adalah orang yang mampu memusatkan perhatian. Bermain adalah salah satu cara untuk melatih anak konsentrasi karena anak mencapai kemampuan maksimal ketika terfokus pada kegiatan bermain dan bereksplorasi dengan mainan. Bermain juga dapat membentuk belajar yang efektif karena dapat memberikan rasa senang sehingga dapat menimbulkan motivasi instrinsik anak untuk belajar. Motivasi instrinsik tersebut terlihat dari emosi positif anak yang ditunjukkan melalui rasa ingin tahu yang besar terhadap kegiatan pembelajaran. Menurut Gross, kegiatan bermain memiliki tujuan untuk memperoleh dan melatih keterampilan tertentu dan sangat penting Modul PLPG Penjaskes 2013 66 fungsinya bagi mereka pada saat dewasa kelak, contoh, bayi yang menggerak-gerakkan tangan, jari, kaki dan berceloteh merupakan kegiatan bermain yang bertujuan untuk mengembangkan fungsi motorik dan bahasa agar dapat digunakan dimasa datang. Sigmund Freud berdasarkan Teori Psychoanalytic mengatakan bahwa bermain berfungsi untuk mengekspresikan dorongan implusif sebagai cara untuk mengurangi kecemasan yang berlebihan pada anak Teori Cognitive-Developmental dari Jean Piaget, juga mengungkapkan bahwa bermain mampu mengaktifkan otak anak, mengintegrasikan fungsi belahan otak kanan dan kiri secara seimbang dan membentuk struktur syaraf, serta mengembangkan pemahaman suatu konsep yang berguna untuk masa datang.. Faktor-faktor yang mempengaruhi permainan anak: 1. Kesehatan Anak-anak yang sehat mempunyai banyak energi untuk bermain dibandingkan dengan anak-anak yang kurang sehat, sehingga anak-anak yang sehat menghabiskan banyak waktu untuk bermain yang membutuhkan banyak energi. 2. Intelegensi Anak-anak yang cerdas lebih aktif dibandingkan dengan anak-anak yang kurang cerdas. Anak-anak yang cerdas lebih menyenangi permainan-permainan yang bersifat intelektual atau permainan yang banyak merangsang daya berpikir mereka, misalnya permainan drama, menonton film, atau membaca bacaan-bacaan yang bersifat intelektual. 3. Jenis kelamin Anak perempuan lebih sedikit melakukan permainan yang menghabiskan banyak energi, misalnya memanjat, berlari-lari, atau kegiatan fisik yang lain. Perbedaan ini bukan berarti bahwa anak perempuan kurang sehat dibanding anak laki-laki, melainkan pandangan masyarakat bahwa anak perempuan sebaiknya menjadi anak yang lembut dan bertingkah laku yang halus.
Modul PLPG Penjaskes 2013 67 4. Lingkungan Anak yang dibesarkan di lingkungan yang kurang menyediakan peralatan, waktu, dan ruang bermain bagi anak, akan menimbulkan aktivitas bermain anak berkurang. 5. Status sosial ekonomi Anak yang dibesarkan di lingkungan keluarga yang status sosial ekonominya tinggi, lebih banyak tersedia alat-alat permainan yang lengkap dibandingkan dengan anak-anak yang dibesarkan di keluarga yang status ekonominya rendah.
Pengaruh bermain bagi perkembangan anak 1. Bermain mempengaruhi perkembangan fisik anak 2. Bermain dapat digunakan sebagai terapi 3. Bermain dapat mempengaruhi pengetahuan anak 4. Bermain mempengaruhi perkembangan kreativitas anak 5. Bermain dapat mengembangkan tingkah laku sosial anak 6. Bermain dapat mempengaruhi nilai moral anak
Berdasarkan hasil analisis Caillois, permainan (game) dibagi menjadi empat kategori utama, yaitu: agon, alea, mimikri dan ilinx. Agon adalah jenis permainan yang mencakup semua bentuk permainan yang bersifat pertandingan atau perlombaan. Dalam pelaksanaan semua pihak mendapatkan hak dan kewajiban yang sama, hal ini diatur oleh peraturan, karena itu ada wasit yang mengaturnya. Contoh: Bulutangkis, tenis sepakbola dll. Alea adalah permaian memakai dadu atau sekelompok permainan yang bersifat untung-untungan. Pelaksanaannya si pemain cenderung pasif dan tidak memperagakan kemampuan yang bersumber pada penguasaan keterampilan, otot atau kecerdasan. Modul PLPG Penjaskes 2013 68 Mimikri adalah bentuk permainan yang bercirikan kebebasan, batas waktu dan ruang, dan bukan sungguhan. Di dalamnya tersirat ilusi, imajinasi, dan interprestasi. Dalam hal ini pemain cenderung berperan pura-pura contoh: main perang-perangan, memanusiakan suatu benda dll. Illinx adalah bentuk permainan yang mencerminkan pelampiasan keinginan bergerak, berpetualang, dan dalam ujud kegiatan dinamis. Contoh: mendaki gunung, out bound dll.
Pembelajaran Permainan Olahraga Permainan yang disajikan dalam proses pembelajaran dapat diciptakan sedemikian rupa untuk berbagai macam tujuan yang berguna dalam pencapaian tujuan pendidikan. Tujuan tersebut antara lain: permainan untuk membangun keakraban antar sesama siswa, percaya diri, kerjasama, kumunikasi, konsentrasi, kemampuan komponen kondisi fisik, iamjinasi/kreativitas dan lain-lain. Sebagai contoh permainan untuk membangun kecepatan reakai: Jumlah siswa bebas, cara bermain; 1) pimpinan menciptakan formasi baris, 2) jika pimpinan menyerukan angka ganji peser harus meloncat ke depan, angka genap peserta meloncat ke belakang, jika respon sudah cepat aba aba ditambah 3) jika sebut nama anak perempuan peserta bergeser ke kiri melenggang seperti perempuan dan jika nama anak laki-laki bergeser ke kanan tengan gerakan tegas seperti militer dan berseru dasyat!..... Guru dapat menciptakan variasi yang lain, sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Dalam olahraga, permainan sering dikalasifikasikan dalam 2 jenis permainan yaitu bola besar dan bola kecil, dikotomi tersebut didasarkan pada sarana dan prasarana yang digunakan. Permaianan bola besar antara lain: Sepakbola, Bolavoli, Bolabasket; sedangkan permainan bola kecil antara lain: kasti, tenis meja, rounders dll.
Modul PLPG Penjaskes 2013 69 Namun demikian ada yang menggolongkan sesuai dengan proses pembelajaran menurut taktik yang digunakan, yaitu permainan invasi, net, fielding dan target. Permainan invasi atau invansion games adalah permainan yang menjadikan gawang sebagai sasaran untuk saling menyerang daerah lawan dalam rangka membuat skor. Net dan wall games adalah permainan yang menggerakan suatu obyek ke dalam ruang agar obyek tersebut tidak dapat kembali lagi ke lapangan sendiri. Fieiding dan run-scoring games adalah permainan memukul sebuah obyek ; biasanya yang dipukul adalah bola kemudian berlari kesuatu target sambil menghindari penjagaan. Target games adalah permainan yang menggerakkan sebuah obyek dan menekankan pada ketepatan. Sistem Klasifikasi dalam olahraga Permainan Invasion Net/Wall Fielding/Run- Scoring Target Bolabasket, Bola-tangan, Polo air, Sepakbola, Hoki, Rugby dll Net: Bulutangkis, tenis, tenis meja, Bola voli Wall: Raquetball, Squash Baseball, Softball, Rounders, Kasti, dll Golf, Bowling, Bilyard, Snokers, Panahan ,dll
Untuk menguasai keterampilan bermain dalam olahraga permainan, tidak hanya cukup hanya menguasai keterampilan teknik memainkan bola, tetapi meliputi juga keterampilan-keterampilan gerak lainnya, untuk mendukung pemain yang memainkan bola. Misalnya dalam permainan bolavoli pemain menerima semes, ia siap mengoper bola ke arah yang tepat, dengan ketinggian yang tepat, sementara pemain yang lain siap menerima bola tersebut, bila bola rendah maka harus dipassing bawah dan lain-lain yang terjadi dilapangan. Dengan demikian berati cakupan dari fenomena bermain tidak hanya meliputi pelaksanaan keterampilan gerak dasar dan keterampilan Modul PLPG Penjaskes 2013 70 teknik, tetapi juga komponen lainnya seperti membuat keputusan, mendukung pemain lain, membatasi gerak lawan, mengatur posisi untuk membangun serangan balik dan lin-lain. Guru pendidikan jasmani disarankan untuk mendalami pendekatan taktis untuk mengajarkan olahraga permainan hal ini sangat efektif untuk semua jenjang pendidikan. Namun demikian perlu diingat bahwa tidak ada metode yang paling unggul. Kelebihan pendekatan taktik pada kemampuan untuk mengidentifikasi, mengurutkan, dan menghayati masalah taktis pada permainan yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa. Kita dapat menyusun kerangka kerja, membatasi lingkup taktik, dan mengidentifikasi tahap-tahap kompleksitas taktik pada setiap bentuk permainan. Pendekatan taktis dalam pembelajaran permainan adalah untuk meningkatkan kesadaran siswa tentang konsep bermain melalui penerapan teknik yang tepat sesuai dengan masalah atau situasi dalam permainan sesungguhnya. Pendekatan tradisional dalam pembelajaran olahraga menekankan komponen-komponen teknik, misalnya dalam unit-unit pembelajaran bolavoli beberapa pertemuan dihabiskan oleh latihan passing, umpan, servis, spike, blocking dan perencanaan sendiri-sendiri, atau penggabungan dua, tiga teknik.
Gambar: Bagan Pembelajaran Olahraga Permainan 1 Bentuk Permainan 3 Pelak. Ketramp. (Bagaimana melakukan)
2 Kesadaran Taktik (Apa yg dilakukan)
Modul PLPG Penjaskes 2013 71 Kesadaran Taktis: kemampuan untuk mengidentifikasi masalah- masalah taktik yang muncul selama permainan berlangsung, sekaligus kemampuan memilih jawaban yang tepat untuk memecahkannya. Jawabannya mungkin berupa keterampilan menentukan elemen teknik yang akan diterapkan. Tujuan mengajar dengan pendekatan taktis bagi siswa adalah: Penguasaan kemampuan bermain melalui keterkaitan antara taktik dengan perkembangan permainan. Memberikan kesenangan melalui aneka ragam aktivitas Memecahkan masalah dan membuat keputusan cepat dan tepat dalam bermain. Dasar-dasar Pendekatan Taktik 1. Memupuk Minat dan Kegembiraan 2. Merangsang untuk berpikir 3. Pengalihan pemahaman (transfer) melalui bermain Modul PLPG Penjaskes 2013 72 B. Permainan Bolavoli 1. Pelajaran Level Satu
Masalah Taktis : Persiapan Serangan Fokus Pelajaran : Posisi dasar dan Pas Bawah Tujuan : Passing bawah tepat ke posisi pengumpan Permainan : 3 VS 3 Tujuan Aktivitas : Mempersiapkan bola untuk serangan Kondisi : Lapangan terbatas dan pendek, permainan dimulai dari lambungan bola, bergantian (rotasi) dari setiap rally, menggunakan lebih dari 3 pukulan. Kunci pertanyaan: T : Apa yang pertama dibutuhkan pengumpan agar dapat mengumpan ke Penyerang? J : Passing bawah
T : Ke mana harus passing bola? J : ke Pengumpan atau target, garis depan
T : Bagaimana posisi anda saat melakukan passing bawah? J : Posisi badan agak condong, kaki segaris dengan arah bola, bola melambung tepat pada sasaran.
Tugas Latihan : Latihan passing bawah, formasi segitiga Tujuan Aktivitas : Dua atau tiga kali pasing bagus sebelum rotasi Kondisi : T melambungkan bola di daerah sendiri kemudian pasing arah ke P, P pasing bawah ke S, S menangkap bola dan dikembalikan ke T dengan bola dipantulkan ke lantai.
Modul PLPG Penjaskes 2013 73
P T
S T
S
P
P 2 S
3 .
1 T S
T
P
Petunjuk : Posisi badan dan Posisi kaki (teknik passing bawah) Modul PLPG Penjaskes 2013 74 2. Pelajaran Level Dua
Masalah Taktis : Persiapan Serangan Fokus Pelajaran : Reviu persiapan untuk menyerang Tujuan : Ketepatan passing dan kesiapan pengumpan Permainan : 3 VS 3 a. Tujuan Aktivitas : Mempersiapkan bola untuk seranganBeri satu poin jika satu tim dapat memainkan bola dua kali pukulan atau sentuhan di lap. Sendiri. Kondisi : Lapangan terbatas dan pendek, permainan dimulai dari lambungan bola, bergantian (rotasi) setelah satu rally, maksimal 3 sentuhan atau pukulan dlm satu tim.
Kuncip pertanyaan : T : Apa yang menjadi tujuan permainan? J : Dua kali memainkan bola di lap sendiri
T : Apa yg harus dilakukan supaya berhasil? J : passing bawah, umpan, siap bergerak, komunikasi dan pergantian peran.
T : Mengapa anda ingin melakukan umpan untuk spike? J : karena spike sulit utk dikembalikan atau dimainkan.
Tugas Latihan : Persiapan menyerang, formasi segitiga Tujuan Aktivitas : Dua atau tiga kali pasing bagus sebelum rotasi Kondisi : T berdiri 3 mtr dibelakang net melambungkan bola di daerah-nya sendiri kemudian pasing arah ke P, P pasing bawah ke S, S menangkap bola dan dikembalikan ke T. T dpt juga dg servis atas utk menambah kesulian.
Modul PLPG Penjaskes 2013 75
P
T
S
S T
P
2
P S
1 .
T S
1 T
2
P Modul PLPG Penjaskes 2013 76 C. Permainan Sepakbola 1. Pelajaran Level Satu
Masalah Taktis : Menguasai bola Fokus Pelajaran : Mengoper dan menerima bola menggunakan kaki bag dlm Tujuan : Meningkatkan ketepatan operan pendek. a. Permainan : 3 VS 3 Tujuan Aktivitas : Melakukan 5 kali operan pendek secara berurutan Kondisi : Lapangan terbatas dan pendek, permainan dimulai dari bola mati. Kunci pertanyaan: T : Apa yang anda lakukan dalam permainan? J : menjaga bola T : Bagaimana anda mempertahankan bola? J : Melakukan operan kepada teman b. Tugas Latihan : Siswa melakukan latihan dg cara berpasangan bertiga jarak 5 - 10 meter, mrk melakukan passing dan kontrol bola yg baik. c. Tujuan Aktivitas : Siswa menggunakan 1 sentuhan dlm kontrol dan mengumpan Kondisi : Lihat Video. Level yg lain tergantung Identifikasi Guru. Masalah Taktik, Gerak dan Keterampilan dalam Permainan Sepakbola Masalah taktik Gerak Tanpa Bola Gerak dg Bola Mempertahankan penguasaan bola
Mengatur ruang utk menyerang
dll Mendukung pembawa bola
Menggunakan target pemain
dll Pass dekat, pass jauh
Kontrol kaki .
Dll
Modul PLPG Penjaskes 2013 77 D. Permainan Bolabasket 1. Pelajaran Level Satu
Masalah Taktis : Mempertahankan penguasaan bola Inti Pelajaran : Gerakan pura-pura dengan bola, Passing, Receiving Tujuan : Memberi isyarat kepada pengoper, passing dengan cepat & tepat. a. Permainan : 3 VS 3 Tujuan Aktivitas : Melakukan 3 kali operan pendek secara berurutan Kondisi : Lapangan terbatas dan pendek, permainan dimulai dari bola mati. Kunci pertanyaan: T : Apa yang anda lakukan dalam permainan? J : passing dengan cepat dan epat T : Apakah anda mengisyaratkan sesuatu kepada teman anda sebelum passing? J : ya, dg mengangkat atau menjulurkan tangan agar pengoper mengetahui. b. Tugas Latihan : Siswa melakukan latihan dg cara berpasangan bertiga jarak 5 - 10 meter, mrk melakukan passing dan kontrol bola yg baik. c. Tujuan Aktivitas : Siswa menggunakan 1 sentuhan dlm kontrol dan mengumpan Kondisi : Lihat Video. Level yg lain tergantung Identifikasi Guru. Masalah Taktik, Gerak dan Keterampilan dalam Permainan Bolabasket Masalah taktik Gerak Tanpa Bola Gerak dg Bola Mempertahankan penguasaan bola
Serangan ke Basket
dll Mendukung pembawa bola
Menutup gerak lawan
dll Gerak tipu dg bola
Lay up
Dll Modul PLPG Penjaskes 2013 78 E. Contoh dalam RPP Permainan Bulutangkis Standar Kompetensi: mempraktikkan berbagai tehnik dasar permainan dan olahraga serta nilai yang terkandung di dalamnya. Kompetensi Dasar: mempraktikkan teknik dasar salah satu permainan dan olahraga beregu bola kecil dengan baik, serta nilai kerjasama, toleransi, percaya diri, keberanian, menghargai lawan, besedia berbagi tempat dan peralatan. Indikator: Mempratikkan teknik dasar memegang raket; teknik dasar servis dan pukulan forehand. Alokasi Waktu : 2 x 40 menit ( 1 x pertemuan ) A. Tujuan Pembelajaran : 1. Peserta didik dapat menyajikan cara servis yang baik agar tidak mudah diserang 2. Peserta didik melakukan pukulan forehand agar dapat mempersiapkan serangan B. Materi Pembelajaran : 1. Cara memegang raket 2. Pukulan forehand C. Metode Pembelajaran ; 1. Demonstrasi 2. Penugasan D. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran 1. Pendahuluan ( 10 menit) a. Siswa dikumpulkan, berbaris, berdoa, presensi b. Penguluran dan Pemanasan yang mengarah pada pelajaran inti. Melakukan beberapa gerakan penguluran sesuai dengan gambar
Modul PLPG Penjaskes 2013 79
2. Pelajaran Inti ( 60 menit) a. Siswa mempraktikkan pukulan servis dengan pegangan raket yang berbeda
b. Siswa mempraktikkan gerakan pukulan forehand dengan pegangan raket yang berbeda
Modul PLPG Penjaskes 2013 80 c. Model pembelajaran teknik dasar pukulan forehand
Latihan memukul shuttlecock.
Latihan memukul shuttlecock d. Model bermain untuk meningkatkan keterampilan dasar
Latihan bermain 3 lawan 3
Modul PLPG Penjaskes 2013 81
Latihan bermain 3 lawan 2
Latihan bermain 2 lawan 2
3. Pendinginan ( 10 menit) a. Siswa dikumpulkan kembali, evaluasi kegiatan tersaji. b.Presensi, dan berdoa c.Pelajaran selesai siswa dibubarkan untuk persiapan pelajaran berikutnya. Modul PLPG Penjaskes 2013 82 BAB IV MATERI ATLETIK
A. Program Pembelajaran Atletik. Pengembangan program pembelajaran atletik berawal dari pemahaman kebutuhan siswa terhadap gerak, baik gerak dalam jalan, lari, lompat, maupun lempar. Tuntutan didalam program pembelajaran atletik bukan terfokus pada seberapa cepat siswa bias berlari, seberapa jauh dan tinggi siswa dapat melompat, serta seberapa jauh siswa dapat melempar, namun fokusnya lebih pada pengelaman siswa dalam melaksanakan tugas gerak dan pengalaman berhasil siswa dalam melaksankan tugas gerak. Hal ini dapat berupa kemampuan fisik dan motorik, kecepatan berpikir, kemampuan pemecahan masalah, serta kecakapan emosional dan social. Dengan demikian tujuan yang utama dari program pembelajaranatletik adalah memberikan pengalaman belajar, yang mencakup pengalaman gerak dan pengalaman berhasil dari setiap siswa. Pengalaman belajar atletik adalah seperangkat kejadian yang berisikan aktivitas dan kondisi belajar gerak atletik, untuk memberi struktur terhadap pengelaman siswa, yang mana seperangkat kejadian tersebut untuk pencapaian tujuan pembelajaran atletik seperti yang diharapkan. Ada beberapa criteria dalam merencanakan pengalaman belajar atletik, sebagai berikut: 1).Program pembelajaran atletik harus memiliki potensi/memberikan peluang untuk meningkatkan keterampilan dan penampilan gerak siswa, 2).Program pembelajaran atletik harus menyediakan waktu aktif belajar/berlatih secara maksimal pada semua siswa, dan pada tingkat kemampuan masing- masing siswa, 3).Program pembelajaran atletik harus sesuai dengan tingkat pengalaman siswa, 4).Program pembelajaran atletik harus dapat mengintegrasikan perkembangan aspek psikomotor, kognitif, dan afektif siswa.
Modul PLPG Penjaskes 2013 83 Tujuan program pembelajaran atletik yaitu memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempelajari berbagai kegiatan yang membina sekaligus mengembangkan potensi siswa, baik dalam aspek fisik, mental, social, emosional, dan moral. Singkatnya, tujuan dari program pembelajaran atletik adalah untuk memberikan pengalaman gerak, untuk membentuk pobdasi gerak yang kokoh. Tujuan inilah yang merupakan awal berpijak dan pedoman bagi para guru penjasorkes dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru sekaligis sebagai pendidik. Tujuan tersebut dapat dicapai melalui kegiatan pembelajaran atletik yang direncanakan secara matang dengan berpedoman pada ilmu mendidik. Tujuan tersenut harus masuk dalam perencanaan dan scenario pembelajaramn atletik. Untuk mencapainya, maka guru penjasorkes perlu membiasakan diri untuk mengajar tentang apa yang akan dipelajari berlandaskan pemahaman terhadap prinsip-prinsip yang mendasarinya. Pergaulan yang terjadi didalam adegan pembelajaran yang bersifat mendidik itu dimanfaatkan secara sengaja untuk menumbuhkan berbagai kesadaran emosional dan social siswa. Maka program pembelajarn atletik ini harus dapat membantu siswa belajar bagaimana belajar (learning how to learn). Karena itu, seluruh adegan pembelajaran atletik dalam mempelajari pola-pola gerak dasar jalan, lari, lompat, dan lempar lebih penting daripada hasilnya, dalam pengertian lain pembelajaran atletik harus lebih memperhatikan proses pembelajaran daripada tuntutan prestasi. Pembelajaran atletik di Sekolah Dasar samasekali belum memberikan teknik-teknik dasar standar/baku, namun pengenalan pola-pola gerak dasr dominan dalam atletik yang disesuaikan dengan perbedaan kemampuan siswa. Setelah gerak-gerak dasar dominan dalam atletik ini semakin matang dan bertambah kaya pola geraknya, maka pembelajaran atletik di SMP ditambah dengan pengenalan teknik-teknik dasar atletik, dan ketika SLTA pematangan gerak-gerak Modul PLPG Penjaskes 2013 84 dan teknik-teknik dasar perlu diupayakan oleh guru penjasorkes. Namun demikian pengenalan dan pematangan teknik-teknik dasar ini tetap harus dikemas dalam model pembelajaran yang menarik, dengan berbagai pendekatan yang sesuai. Segala sesuatu yang berkaitan dengan pembelajaran atletik harus disesuaikan dengan perkembangan siswa, jumlah siswa, dan lapangan yang tersedia. Untuk menyesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa, maka dengan mengubah kuantitas dan kualitas dari lapangan, alat-alat pembelajaran, waktu belajar, peraturan, dan bahkan model pembelajarannya baik sebagian maupun keseluruhan berarti sudah meningkatkan tingkat kesukaran dan tantangan tugas gerak. Bagaimanapun kondisi tugas gerak, apakah tugas gerak mudah ataukah sukar, yang paling penting dan menjadi pertimbangan utama adalah bagaimana guru penjasorkes memilih metode dan gaya mengajar yang tepat, melibatkan seluruh siswa dalam adegan pembelajaran, membuat atmosfer pembelajaran yang menarik, dan menggunakan alat-alat pembelajaran yang selengkap mungkin. Pertimbangan lain yang tidak kalah penting dalam merencanakan dan melaksanakan program pembelajaran atletik harus disesuaikan dengan minat, kemampuan, kebutuhan, dan tingkat perlkembangan siswa. Program pembelajaran atletik harus dapat memperkecil kesenjangan antara siswa berbakat dan siswa kurang berbakat dalam atletik, juga antara siswa yang senang dan siswa yang kurang senang atletik. Melalui programpembelajaran atletik yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan, semua kecenderungan kesenjangan berbakat-tidak berbakat dan senang-tidak senang atletik dapat diminimalisir. Siswa yang tidak/kurang berbakat dan siswa yang tidak/kurang senang atletik menjadi menyenangi setiap bentuk dan model pembelajaran gerak atletik, yang kesemua itu untukmemberi kesempatan kepada semua siswa dalam memperoleh pengalaman gerak dan pengalaman berhasil, sesuai dengan tingkat kemampuan
Modul PLPG Penjaskes 2013 85 setiap siswa. Untu dapat mencapainya, guru penjasorkes harus membedakan bentuk tugas gerak yang dilakukan siswanya, dan criteria keberhasilannyapun harus dibedakan pula. Untuk kelompok siswa mampu/berbakat criteria keberhasilannya harus lebih berat dan sukar daripada kelompok siswa yang kurang mampu/kurang berbakat, misalnya: dalam pembelajaran lompat tinggi, untuksiswa yang mampu/berbakat harus dapat melompat tumpukan lima kardus, sedangkan untuk siswa yang kurang mampu/kurang berbakat hanya dituntut untuk dapat melompat tumpukan dua atau tuga kardus saja. Dengan demikian semua siswa akan memperoleh kesempatan sama dalam tugas gerak yang sama dan merasakan pengalaman berhasil/sukses meski dengan tingkat kesulitan tugas gerak dan kriteria keberhasilan yang berbeda. Dengan dimilikinya pengalaman berhasil semua siswa pada kriteria tuntutan ini, maka rasa percaya diri siswa semakin tinggi, yang akan memotivasi mereka kepada peningkatan tugas gerak baru yang lebih sukar dan merangsang dari tugas gerak sebelumnya yang telah dicapainya dengan berhasil. Agar semua siswa bersedia terlibat aktif dalam proses pembelajaran atletik meski pada tingkat tugas gerak yang berbeda, maka guru penjasorkes harus mempertimbangkan secara matang perbedaan kemampuan dan tingkat perkembangan siswa. Artinya, setiap bentuk dan model pembelajaran atletik tugas ajar perlu dibuat sedemikian rupa sehingga tuntutan tugas gerak atletik harus dibedakan meski pola tuntutan tugas geraknya sama. Disamping itu, materi kurikulum untuk aspek bahasan sama tidak dapat diberikan dengan cara yang sama pada siswa untuk jenjang pendidikan yang berbeda. Misalnya: untuk pembelajaran lompat jauh di kelas V Sekolah Dasar dan pembelajaran lompat jauh di kelas X SMA, tingkat kesulitan dan ragam variasi model pembelajarannya tidak boleh disamakan, mengingat karakteristik perkembangan siswanyapun berbeda. Tugas Modul PLPG Penjaskes 2013 86 gerak yang terlalu sukar membuat siswa enggan melakukan karena takut atau pesimis akan ketidakmampuan melakukannya. Sebaliknya, tugas gerak yang terlalu mudah untuk dilakukan juga berdampak pada kebosanan gerak, yang lebih jauh berpengaruh juga pada keengganan untuk terlibat aktif dalam tugas gerak yang diberikan guru. Kedua kondisi inilah yang harus dihindari oleh seorang guru penjasorkes. Agar program pembelajaran atletik yang selama ini tidak ada kemenarikan dan membosankan bagi siswa menjadi lebih bermakna dan menarik bagi siswa untuk mau terlibat aktif, maka guru penjasorkes dituntut untuk mau dan mampu merencanakan pembelajaran atletik dengan pendekatan yang bukan lagi konvensional/tradisional yang masih berorientasi pada prestasi (sport oriented), tetapi dengan pendekatan yang lebih fleksibel dengan PAIKEM yang lebih berorientasi pada siswa (children oriented). Karakteristik dan minat, baik itu dalam domain psikomotorik, kognitif, maupun afektif pada setiap tingkatan kelompok umur siswa harus menjadi pertimbangan bagi guru penjasorkes dalam membuat perencanaan program pembelajaran atletik, agar atletik yang selama ini kurang diminati dan disenangi siswa dapat menjadi pembelajaran atletik yang diminati dan dicintai, serta selalu ditunggu-tunggu oleh semua siswa. Pedoman dasar yang digunakan untuk membuat perencanan program pembelajaran penjasor, termasuk atletik didalamnya seperti diuraikan diatas dinamakan dengan Developmentally Appropriate Practices (DAP).dan Instructionally Appropriate Practces (IAP). DAP adalah tugas ajar yang memperhatikan perubahan kemampuan dan perbedaan karakteristik tingkat perkembangan siswa, dan sekaligus tugas ajar yang dapat membantu mendorong perubahan tersebut. Sedangkan IAP adalah tugas ajar yang memungkinkan semua siswa memperoleh kesempatan berpartisipasi dan mencapai keberhasilan belajar secara maksimal.
Modul PLPG Penjaskes 2013 87 B. Dimensi Pengalaman Belajar Dalam Permainan Atletik. Atletik merupakan cabang olahraga yang wajib diberikan di semua jenjang pendidikan (SK. Mendikbud Nomor 0413/U/1987). Dasar dari diberikannya pembelajaran atletik di semua jenjang pendidikan ini karena atletik merupakan induk dari semua cabang olahraga, dan olehkarenanya atletik dipandang penting untuk diberikan sejak anak usia dini. Meskipun atletik merupakan induk dari semua cabang olahraga, namun pada kenyataan dilapangan atletik merupakan cabang olahraga yang paling tidak diminati dan disenangi oleh sebagian besar siswa. Salah satu penyebabnya adalah kurang menarik dan menyenangkannya model pembelajaran dan metode pendekatan pembelajaran yang di terapkan oleh para guru penjasorkes. Ketidakmenarikan pembelajaran inilah yang membuat siswa bosan, kurang sungguh-sungguh dalam mengikuti pembelajaran, dan pada akhirnya siswa menghindar dari kegiatan pembelajaran atletik. Perlu diyakini bahwa sebenarnya atletik dapat menjadi pelajaran primadona melebihi pembelajaran permainan yang selama ini menjadi idola sebagian besar siswa, asalkan para guru penjasorkes mampu mengemas program pembelajaran atletik ini sedemikian rupa dalam bentuk permainan atletik. Permainan Atletik merupakan kombinasi antara kegembiraan tugas bergerak dan tantangan tugas gerak atletik yang dekat dekat dengan pengalaman nyata. Ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam merencanakan program pembelajaran permainan atletik yang sekaligus merupakan karakteristik dari permainan atletik ini, sebagai berikut: 1. Semua siswa terlibat dalam tugas gerak yang bervariasi dengan irama tertentu. 2. Model pendekatan pembelajarannya dapat membangkitkan kegemaran dan kegembiraan berkompetisi secara sehat. Modul PLPG Penjaskes 2013 88 2. Memberi kesempatan kepada semua siswa untuk menyalurkan keinginan mencoba menggunakan alat-alat pembelajaran. 3. Ada tugas gerak yang mengandung resiko yang sepadan dengan kemampuan siswa, siswa meski pola gerak sama. 4. Setiap siswa memperoleh kepuasan dan pengalaman sukses dalam memperlihatkan keterampilan pada setiap tahapan pembelajaran. 5. Memberi kesempatan kepada semua siswa menguji keterampilan untuk melaksanakan tugas gerak yang baru, dalam arti bias model yang berbeda atau dengan model sama tetapi tingkat kesulitan berbeda. Atletik yang bernuansakan permainan ini menyediakan pengalaman gerak yang kaya, yang akan membangkitkan motivasi pada semua siswa untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Permainan atletik dapat diawali dengan gagasan yang mampu memotivasi para siswa untuk melakukan setiap adegan pembelajaran. Faktor motivasi ini sebenarnya merupakan bagian dari tugas gerak, dimana tantangan didalamnya memerlukan jawaban/tanggapan, sehingga akan merangsang siswa untuk bermain/bergerak. Sebagai contoh: penggunaan kardus yang disusun ke atas satu, dua, tiga, dan seterusnya, juga di tata kedepan satu, dua, tiga dan seterusnya dapat membangkitkan motivasi siswa untuk melompatinya secara bebas sesuai dengan tingkat penguasaan kemampuan dari setiap siswa. Bermain atletik yang mengandung unsure belajar gerak khususnya pola-pola gerak ddasar dominant dapat dimasukkan kedalam program pengembangan karakter siswa. Dalam upaya pengembangannya, guru perlu menentukan lingkup permainannya dalam batas-batas tertentu, yaitu tugas gerak aman dan dapat merangsang pertumbuhan dan perkembangan gerak siswa.
Modul PLPG Penjaskes 2013 89 Belajar gerak atletik dengan bermain yang mencakup berbagai tugas gerak dari yang mudah sampai adanya tingkat kesulitan tinggi inimemerlukan koordinasi yang dapat menunjang terhadap proses belajar gerak atletik itu sendiri. Keberhasilan dalam bermain akan sangat tergantung pada kemampuan siswa melaksanakan tugas-tugas gerak yang dituntutkan kepada siswa. Olehkarena itu, tugas-tugas gerak harus dirancang sedekat konteks atletikmungkin dengan pengalaman nyata, yang memerlukan koordinasi dasar seperti; daya kreasi, irama, keseimbangan, orientasi baik tempat maupun ruang. Apabila tugas ajar jabarkan kedalam bentuk bermain konteks atletik, maka keterlibatan siswa bergantung pula pada tujuan pembelajaran. Dan bila bermain dimaksudkan hanya sekedar rangsangan umum terhadap jalan, lari, lempar, dan lompat, maka kebebasan bergerak yang menjadi prioritas pembelajarannya. Namun demikian tujuan khusus juga menuntut adanya rancangan bermain dengan model yang khusus pula. Jalan, lari, lempar, dan lompat mengandung sifat-sifat atletik yang spesifik, bila tugas gerak nya menekankan performa, misalnya berlari secepat mungkin, melempar sejauh mungkin, dan melompat sejauh/setinggi mungkin. Rancangan tugas gerak seperti ini menunjukkan sifat atletik sebagai suatu kegiatan olahraga yang memerlukan pembinaan melalui jasmani. Ide-ide bermain harus dipilih secara cermat agar sifat-sifat dasar atau semua pola-pola gerak dasar dalam atletik dan sekaligus juga performa dalam atletik dapat diberikan dan dilakukan semua siswa, dengan tetap menyesuaika karakteristik perbedaan siswa dan tingkat perkembangan siswa. Permainan atletik yang tujuannya untuk mengembangkan daya tahan harus diatur secara tepat dalam bentuk dan model pembelajaran yang penggunaan waktunya semaksimal mungkin pada setiap tahapan pembelajaran guna peningkatan kualitas kemampuan fisik yang dimaksudkan. Perlu dirancang secara seksama penentuan kepadatan Modul PLPG Penjaskes 2013 90 rangsangan. Perkembangan kecepatan dalam lari cepat misalnya, memerlukan bentuk dan model pembelajaran yang memungkinkan tuntutan kecepatan gerak, jarak lari harus di buat pendek, dengan ada interval waktu untuk istirahat diantara pelaksanaan tahapan tugas gerak lari. Dalam permainan lempar dan lompat disesuaikan dengan kebutuhan untuk peningkatan daya kekuataan dan kecepatan , yang caranya dengan rancangan tugas ajar dengan banyak mengulang gerakan, pembedaanjarak dan ketinggian, serta rangsang peningkatan jarak dan ketinggian. Pembelajaran atletik tidak hanya terdiri dari tugas gerak jalan, lari, lompat, dan lempar, tetapi juga mengandung unsur pengayaan gerak dan peletakan dari kemampuan yang merupakan dasar dari cabang olahraga lainnya. Untuk lari dapat diklasifikasikan menjadi: 1). Lari jarak pendek atau yang lebih dikenal dengan lari cepat (sprint), dengan jarak lari 100 meter, 200 meter, dan 400 meter, estefet sprint 4x100m, 4x200m, 4x400m, lari gawang 100m, 110m, 300m, dan 400m., 2). Lari jarak menengah, dengan jarak lari 800 meter dan 1500 meter. 3). Lari jarak jauh, dengan jarak lari 3000 meter, 5000 meter, dan 10.000 meter, 4). Lari marathon 42 km. Untuk nomor lompat dapat diklasifikasikan kedalam: 1) Lompat jauh (gaya sit down in the air, gaya schneeper, dan gaya walking in the air), 2) Lompat tinggi (gaya gunting, gaya guling sisi, gaya straddle, gaya flop), 3) Lompat tinggi galah. Sedangkan untuk nomor lempar dapat diklasifikasikan menjadi: 1). Lempar cakram (gaya berputar atau rotasi), 2). Lempar lembing (gaya hop step dan gaya cross step), 3). Tolak peluru (gaya orthodox, gaya OBrian, gaya rotasi), 4). Lontar martil. Untuk nomor lari selalu diawali dengan start. Start untuk lari jarak pendek menggunakan start jongkok, yang terdiri dari short start (bunch start), medium start, dan elongated start. Fokus dari start jongkok ini adalah pada: balok tumpuan, posisi siap, dan
Modul PLPG Penjaskes 2013 91 meninggalkan balok tumpuan. Start untuk lari jarak menengah adalah start berdiri (standing start). Sedangkan untuk lari jarak jauh dan marathon menggunakan start melayang (flying start) untuk mengawali pemberangkatannya. Untuk dapat mewujudkan pembelajaran semua materi ajar atletik seperti tersaji dalam kurikulum,maka dalam membelajarkan materi- materi atletik ini perlu dikemas dalam konsep bermain yang membuat siswa tertarik dan berminat untuk terlibat dalam proses pembelajaran secara aktif dan bersemangat. Rancangan tugas gerak dengan model pembelajaran atletik yang atraktif dan menggembirakan serta dikemas dalam bentuk permainan dan kompetisis dapat memotivasi siswa untuk mau secara sukarela terlibat didalamnya. C. Pendekatan Pembelajaran Atletik. Pada kurikulum di semua jenjang pendidikan, aspek bahasan atletik selalu ada, yang mau tidak mau guru penjasorkes harus mengajarkannya kepada siswa. Olehkarena pelajaran atletik ini kkurang diminati oleh sebagian besar siswa, maka guru penjasorkes dituntut untuk memiliki kreativitas dan inisiatif dalam membuat perencanaan program pembelajaran atletik dengan model pembelajaran yang menarik, sehingga memotivasi siswa untuk mengikuti seluruh tahapan proses pembelajaran atletik. Disamping itu, untuk lebih menambah daya tarik keikutsertaan siswa dalam pembelajaran, perlu beberapa pendekatan dan strategi pembelajaran yang menarik dan sesuai dengan materi ajar yang akan disampaikan kepada siswa. Pendekatan pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran atletik, meliputi: pendekatan bermain, pendekatan kompetisis, dan pendekatan teknik. Penjabaran dari masing-masing pendekatan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Pendekatan Bermain (Games Approach) Modul PLPG Penjaskes 2013 92 Pendekatan bermain dalam pembelajaran atletik mempunyai manfaat untuk memberikan pengalaman belajar yang lengkap, membina hubungan dengan sesama siswa (seperti: kerjasama, pengakuan kelebihan siswa lain, dsb.), serta media dalam menyalurkan perasaan tertekan dari siswa. Dengan mengetahui manfaat bermain, guru penjasorkes dapat melahirkan ide-ide baru mengenai cara memanfaatkan kegiatan bermain untuk mengembangkan bermacam-macam aspek perkembangan siswa, seperti: perkembangan fisik, motorik, social-emosional, kepribadian, kognisi, dan keterampilan olahraga. Bentuk konkrit sederhana dari pendekatan bermain ini berupa tantangan tugas gerak yang dirancang dekat dengan pengalaman nyata atau keadaan yang sebenarnya, dan merupakan tugas gerak dasar spesifik yang dapat merangsang siswa secara aktif, dengan penuh kegembiraan dalam waktu yang lama dari waktu untuk pembelajaran stletik. Sehingga melalui bermain atletik ini dapat terbentuk pondasi dasar etletik yang kokoh, yang pada tahap perkembangan berikutnya dapat meningkatkan keterampilan khusus dalam semua nomor atletik. 2. Pendekatan Kompetisi (Competition Approach). Makna kompetisis secara umum diartikan sebagai sustu proses dalam menentukan pemenang dan yang kalah, dengan mengidentifikasi siapa saja melakukan sesuatu yang lebih baik daripada yang lainnya dalam sustu perlombaan atau pertandingan. Setiap orang yang terlibat didalamnya akan selalu berusaha semaksimal mungkin untuk menjadi yang terbaik untuk dirinya maupun kelompoknya. Dalam pembelajaran atletik, iklim kompetisi dapat di wujudkan asal tidak keluar dari aturan pasti yang sudah ditetapkan guru, dan disepakati bersama-sama dengan siswa.
Modul PLPG Penjaskes 2013 93 Pendekatan kompetisis dalam pembelajaran atletik mempunyai manfaat utama untuk membentuk karakter siswa, dan sekaligus mempersiapkan siswa dalam menghadapi kehidupan nyata di masyarakat di luar sekolah. Untuk itu, guru perlu menciptakan atmosfer pembelajaran yang memungkinkan terjadinya iklim kompetisi yang sehat antara siswa/kelompok siswa satu dengan siswa/kelompok siswa lain.. Dalam pendekatan kompetisi ini juga dapat merupakan media untuk pembelajaran bagi para siswa/kelompok siswa untuk secara ikhlas menerima kekalahan dan mau mengakui bahwa siswa/kelompok siswa lain lebih baik dari diri/kelompoknya, dan sekaligus memotivasi siswa/kelompok siswa kalah utnuk berusaha secara maksimal berupaya memperbaiki kemampuan gerak dan kerjasamanya. Sebaliknya, bagi siswa/kelompok siswa pemenang diajarkan untuk tetap rendah hati akan kemenangan yang telah diperolehnya, dan mau memberikan motivasi kepada siswa/kelompok siswa kalah untuk lebih keras dan serius dalam berlatih/belajar. Bentuk konkrit dari pendekatan kompetisi dalam pembelajaran atletik ini yaitu dengan cara memperlombakan bentuk dan model pembelajaran yang telah diajarkan kepada semua siswa dalam atmosfer pembelajaran yang kondusif dan menarik Namun demikian harus dipertimbangan tentang keseimbangan antara siswa/kelompok siswa yang berlomba, supaya iklim kompetisi tetap sejuk tanpa timbul kekecewaan siswa. 3. Pendekatan Teknik (Technical Approach). Pendekatan teknik dalam pembelajaran atletik merupakan cara pembelajaran teknik-teknik dasar atletik, baik teknik dasar jalan, lari, lempar, dan lompat secara berulang-ulang dalam bentuk tata urutan pelaksanaan yang tetap sesuai dengan yang telah ditentukan sebelumnya. Pembelajaran atletik dengan pendekatan teknik ini menekankan pada penguasaan keterampilan atau teknik dasar Modul PLPG Penjaskes 2013 94 berbagai sub aspek bahasan dari atletik, sehingga pembelajaran dengan pendekatan ini mengarah pada tuntutan prestasi. Pembelajaran dengan pendekatan teknik ini mempunyai manfaat mengenalkan kepada siswa teknik teknik gerak atletik yang benar dan dapat mendukung penampilan siswa dalam gerak atletik. Dengan dikuasainya keterampilan teknik atletik, maka penampilan gerak siswa menjadi lebih baik. Dalam pendekatan ini selalu terjadi pengulangan gerak yang sering, disertai dengan koreksi atas kesalahan teknik gerak atletik yang dilakukan siswa. Sehingga siswa akan merasa cepat bosan karena siswa diharuskan mengulang-ulang gerak yang sama dengan cara yang benar sesuai dengan tuntutan teknik gerak yang telah ditetapkan. Bagi siswa yang memang sudah memiliki bakat dan senang dalam atletik, biasanya tidak akan mengalami kesulitan dalam mempelajarai teknik-teknik dasar gerak atletik ini, namun bagi siswa yang tidak berbakat dalam atletik bias jadi pembelajaran dengan pendekatan teknik ini merupakan siksaan. Kondisi ini diperparah apabila siswa yang tidak bisa memenuhi tuntutan penguasaan teknik atletik menjadi semakin tidak senang terhadap atletik, dan pada akhirnya menjadi apatis terhadap pelajaran dengan materi atletik. Pembelajaran atletik dengan pendekatan teknik ini kurang sesuai dengan sifat dasar manusia yang gemar bermain (homo ludens).Pendekatan teknik ini seringkali membatasi hasrat gerak siswa, sehingga kebebasan untuk bergerak sangat kurang karena gerak siswa diatur dengan teknik-teknik gerak yang harus dikuasai. Kebebasan melakukan gerak sesuai dengan keinginan dan tingkat penguasaan kemampuan dan perbedaan individu siswa juga berkurang dan bahkan menjadi hilang samasekali. Untuk mengatasi kebosanan dalam pembelajaran atletik dengan pendekatan teknik ini, dapat diupayakan dengan pengenalan dan pengayaan teknik-teknik dasar gerak melalui model pembelajaran yang menarik.
Modul PLPG Penjaskes 2013 95 D. Modifikasi Pembelajaran Atletik Modifikasi dalam pembelajaran atletik ditekankan pada aspek bermain, karena bermain adalah suatu kegiatan yang menyenangkan dan disukai oleh semua orang termasuk siswa di semua jenjang pendidikan. Pembelajaran dengan bermain yang tertata dengan baik, baik model dan atmosfer pembelajarannya dapat memberikan manfaat yang besar bagi perkembangan siswa secara menyeluruh (multilateral). Tujuan modifikasi pembelajaran atletik adalah untuk sedini mungkin memperkenalkan pola-pola gerak dasar dominant atletik dengan cara yang sederhana, menarik, dan menyenangkan, sehingga keterlibatan siswa dalam pembelajaran atletik menjadi lebih optimal dan lebih aktif. Partisipasi optimal, aktif, dan leluasa siswa dalam proses pembelajaran atletik dengan didasari pemahaman yang benar mengenai aktivitas gerak yang dilakukannya inilah yang merupakan tujuan utama dari modifikasi pembelajaran atletik. Modifikasi pembelajaran atletik memiliki manfaat untukmemnberikan pengalaman belajar sevariatif dan semenarik mungkin, sehingga dapat membantu siswa untuk lebih mengerti dan mencintai atletik. Pada gilirannya, merubah pandangan siswa terhadap atletik dari atletik yang monoton dan membosankan menjadi atletik yang variatif dan menyenangkan, sehingga pelajaran atletik menjadi idola dan sangat dinantikan semua siswa melebihi pelajaran permainan yang selama ini menjadi primadona bagi para siswa. Beberapa hal yang dapat dimodifikasi dalam pembelajaran atletik, meliputi; prasarana/lapangannya, sarana/peralatannya, dan peraturannya., serta jumlah siswa dalam kelompok belajar. Tujuan modifikasi ini disesuaikan dengan kondisi sekolah, jenjang pendidikan, keadaan dan jumlah siswa, dan materi yang akan diajarkan kepada siswa. Dalam merencanakan modifikasi pembelajaran atletik perlu dipertimbangkan model pembelajaran, strategi penyampaian materi, Modul PLPG Penjaskes 2013 96 dan tingkat kesulitan tugas ajar yang berbeda beda untuk setiap karakteristik kelompok usia dan jenjang pendidikan meskipun materi ajarnya sama. Misalnnya; untuk materi pembelajaran lompat jauh untuk siswa kelas VII SMP strategi/pendekatan pembelajaran dan tingkat kesulitan tugas ajarnya tidak bisa disamakan dengan materi lompat jauh untuk siswa kelas XI SMA, karena karakteristik perkembangan baik psikomotor, kognitif, dan afektif, serta permebangan social-emosional kedua jenjang pendidikan ini juga berbeda. Unsur penting dalam perencanaan modifikasi pembelajaran atletik adalah pentahapan dan pengembangan sekuensi tugas gerak atletik. Melalui serangkaian proses modifikasi pembelajaran atletik maka perbendaharaan gerak dasar dominant atletik semakin lengkap, yang pada gilirannya akan menuju kepada teknik gerak dari setiap materi ajar atletik yang diinginkan, baik teknik jalan, lari, lompat, maupun lempar. E. Pembelajaran Pola Gerak Dasar Dominan Dalam Atletik. Ada empat materi pokok dalam atletik, yaitu: jalan, lari, lompat, dan lempar. Progarm pembelajaran atletik memiliki alokasi waktu yang sangat terbatas, sedangkan materi pembelalajarannya cukup banyak, dan oleh karenanya guru penjasorkes dituntut untuk dapat mengaturnya secara cermat. Program pembelajaran atletik yang disampaikan kepada siswa disajikan dengan sistematika pembelajaran sebagai berikut: Terlebih dahulu ajarkan pola gerak dasar dominant, sebelum mengajarkan keterampilan teknik-teknik dasar yang sebenarnya. Jika perlu pola gerak dasr dipecah dalam beberapa bagian/ tahapan tugas gerak, dan ajarkan masing-masing bagian/tahapan secara terpisah. Dalam mengajarkan materi atletik, diperlukan alat bantu pembelajaran yang dimodifikasi sebanyak dan
Modul PLPG Penjaskes 2013 97 selengkap mungkin sesuai dengan materi yang akan disajikan dan jumlah siswa. Tujuannya, agar semua materi pembelajaran dapat tersampaikan dan mudah diserap oleh para siswa. Disamping itu, penggunaan metode dan pendekatan pembelajaran yang tepat dapat membantu guru dalam menyampaikan pokok/aspek bahasan agar lebih komunikatif dan bermakna. Apabila siswa sudah menguasai kemampuan gerak dasr dominant atletik, guru dapat melanjutkan pembelajaran ke tahap kemampuan yang lebih kompleks, yang lebih menuntut koordinasi gerak dengan terlebih dahulu mengoreksi kekurangan/kesalahan pada kemampuan gerak sebelumnya yang masih banyak dilakukan siwa. Bagi siswa yang telah menguasai tugas gerak yang lebih kompleks, maka guru perlu mengenalkan dan mengajarkan teknik-teknik gerak pada nomor keterampilan atletik. Guru dapat memberikan tugas kepada siswa untuk terus mengulangi teknik gerak ini Pengulangan melakukan teknik gerak ini dimaksudkan agar gerak keterampilan dari setiap materi ajar atletik menjadi lebih otomatis. Meskipun pola-pola gerak dasar dominan dalam atletik ini perlu diberikan pada semua jenjang pendidikan, namun prioritas pendekatan yang diterapkan dalam penyampaian pembelajaran atletik ini berbeda. Untuk jenjang pendidikan SD, guru harus lebih menekankan pembelajaran atletik melalui pendekatan bermain yang lebih banyak daripada pendekatan kompetisi, dan belum melakukan pendekatan teknik. Untuk jenjang pendidikan SMP, pembelajaran atletik disampaikan dengan proporsi seimbang antara pendekatan bermain dan pendekatan kompetisi, dan sudah memulai memperkenalkan teknik-teknik dasar atletik melaluipendekatan teknik. Modul PLPG Penjaskes 2013 98 Dan pada jenjang pendidikan SLTA, pendekatan kompetisi dan teknik menjadi prioritas daripada pendekatan bermain. Pembelajaran atletik perlu dikembangkan dengan berbagai bentuk yang sevariatif dan semenarik mungkin. Pengembangan setiap materi ajar atletik harus mencakup; pengembangan kebugaran, pengembangan kerjasma, pengembangan keterampilan, pengembangan kemampuan kognitif, serta pengembangan sikap kompetitif 1. Pengembangan pembelajaran jalan. Pembelajaran berbagai macam gerak jalan dalam pola gerak serasi dan seimbang perlu diperkenalkan kepada siswa. Secara teknis, untuk menghasilkan gerak jalan yang serasi dan seimbang, posisi badan dalam keadaan tegak, dada dibuka, kepala tegak, dan pandangan kedepan. Pada saat berjalan, terlebih daulu langkahkan kaki kiri kedepan dengan lutut sedikit ditekuk. Pada saat melangkah gerakan kaki dan lengan harus berlawanan, artnya ketrika kiri melangkah, maka lengan kanan yang diayunkan kedepan. a. Bentuk pengembangan kebugaran jasmani dalam materi ajar jalan, dapat disajikan dengan tugas ajar: 1). Jalan sambil menirukan gerak binatang 2). Jalan maju mundur 3). Jalan berkelok-kelok, dsb. b. Bentuk pengembangan kerjasma dalam materi ajar jalan, dapat disajikan dengan tugas ajar: 1). Jalan bergandengan tangan 2). Jalan mengelilingi area dengan setiap kali bertemu temannya saling bertepuk 3). Jalan sambil mencari pasangan masing-masing, dsb. c. Bentuk pengembangan keterampilan dalam materi ajar jalan, dapt disajikan dengan tugas ajar:
Modul PLPG Penjaskes 2013 99 1). Jalan diatas garis lurus dan berkelok 2). Jalan kesamping dan serong 3). Jalan dengan ujung kaki, dsb. d. Bentuk pengembangan kemampuan kognitif dalam materi ajar jalan, dapat disajikan daengan tugas ajar: 1). Jalan mengelilingi lapangan sambil menghitung kecepatan/ batas-batas 2). Jalan mengangkat lutut sambil menghitung berapa kali angkat lutut dalam waktu yang ditentukan, dsb. e. Bentuk pengembangan sikap kompetitif dalam materi ajar jalan, dapat disajikan dengan tugas ajar: 1). Lomba jalan estafet 2). Lomba jalan cepat 3). Lomba jalan rintangan, dsb. 2. Pengembangan pembelajaran lari. Variasi dalam pengembangan pembelajaran lari dapt berupa; lintasannya, susunan regunya, peralatannya, dan gerak lari itu sendiri. Materi pengembangan pembelajaran lari ini harus disampaikan semenarik dan semenyenangkan mungkin dengan bentuk-bentuk tugas yang berbeda-beda, dan dengan berbagai variasi yang selalu diubah-ubah. Secara teknis, untuk menghasilkan gerak lari yang cepat, posisi badan condong, lengan rileks dengan siku ditekuk kurang lebih 90 derajat, dan pada saat lari paha diangakat tinggi, dan jatuhnya pada ujung kaki, dengan frkuensi langkah cepat. a. Bentuk pengembangan kesegaran jasmani dalam materi ajar lari, dapat disajikan dengan tugas ajar: 1). Lari mengelilingi lapangan dengan diiringi musik 2). Lari bebas dalam area yang ditentukan dengan waktu yang ditentukan 3). Lari maju mundur dank e kiri ke kanan, dsb. Modul PLPG Penjaskes 2013 100 b. Bentuk pengembangan kerjasama dalam materi ajar lari, dapat disajikan dengan tugas ajar: 1). Lari saling menjemput teman dengan banbekas/simpai 2). Lari sambil menyampaiakn pesan bersambung 3). Lari sambil mengoper bola ke teman, dsb. c. Bentuk pengembangan keterampilan dalam materi ajar lari, dapat disajikan dengan tugas ajar: 1). Lari zig-zag/berkelok-kelok 2). Lari mengelilingi bentuk bintang 3). Lari melewati susunan ban sepeda 4). Lari melompati kardus dengan variasi ketinggian, dsb. d. Bentuk pengembangan kemampuan kognitif dalam materi ajar lari, dapat disajikan dengan tugas ajar: 1). Berlari sambil menghitung berapa kali bertemu dengan siswa lain 2). Berlari mengelilingi cone dalam waktu tertentu dan menghitung cone yang dilewati 3). Berlari sambil mengangkat lutut dalam waktu yang ditentukan, dan bisa berapa kali dapat mengangkat lutut. e. Bentuk pengembangan sikap kompetitif dalam materi ajar lari, dapat disajikan dengan tugas ajar: 1). Lomba lari estafet 2). Lomba lari memindahkan sekumpulan bola 3). Lomba lari menuju pos warna tertentu dengan instruksi guru 4). Lomba lari mengumpulkan bola sebar sebanyak mungkin, dsb. 3. Pengembangan Pembelajaran Lempar. Keterampilan melempar menjadi bagian dasar keterampilan manipulatif. Meskipun kemampuan dasar siswa dalam melempar mengalami penurunan dalam permainan bebas, namun kesempatan mencoba melempar dengan berbagai variasi gerak perlu diberikan sebanyak mungkin dalam atmosfer pembelajaran yang menarik dan
Modul PLPG Penjaskes 2013 101 merangsang siswa untuk mencoba sendiri kemampuannya dalam melempar dalam suasana bermain bebas dan kompetisi. Pada taha selanjutnya dapat ditingkatkan keterampilan melempar sesuai karakteristik melempar, baik lempar lembing, lempar cakram, maupun tolak peluru sesuai dengan keterampilan teknik atletik lempar yang sesungguhnya. Peralatan yang dilempar bila dibuat menarik merupakan rangsangan yang baik memotivasi siswa untuk mencoba alat tersebut, sebagai contoh: bola tennis berekor. Disamping itu sasaran lempar yang beraneka ragam juga memotivasi siswa untuk melempar. Semakin sulit dan menantang tugas gerak yang diberikan merangsang keinginan siswa untuk mencoba melempar, dengan didorong keingintahuan melakukan tugas gerak baru dan menantang tersebut. Secatra teknis untuk menghasilkan gerak melempar yang benar sangat ditentukan oleh sikap melempar, koordinasi gerak tungkai, panggul, lengan, serta power dari tungkai dan lengan. Untuk lempar lembing, saat sikap melempar berat badan ada di kaki kanan dan badab menghadap kekanan, lengan yang memegang lembing diluruskan jauh ke belakang, putaran badan dimulai dari tungkai, lalu panggul, dan terakhir lengan. Pelepasan lembing dilakukan dari atas dengan disertai sedikit lecutan pergelangan tangan, dan terakhir diikuti dengan gerak lanjutan. Untuk lempar cakram, saat sikap melampar berat badan jga berada di kaki kanan dengan lengan pemegang cakram ditarik jauh ke belakang hampir sejajar dengan tanah. Yang digerakkan pertama kali tungkai, lalu panggul, dan terakhir gerak lengan kedepan sampai badan dan lengan terkunci lurus kedepan, dan kemudian diikuti gerak lanjutan sesaat setelah cakram lepas. Sedangkan untuk tolak peluru, sikap lmelempar lurtut kanan ditekuk, tungkai kiri ke belakang/kesamping hampir lurus, berat badan berada di kaki kanan dengan badan sedikit membongkok. Peluru dipegang dengan jari-jari tangan terbuka, Modul PLPG Penjaskes 2013 102 lengan atas sedikit terbuka ke atas, dan peluru ditempelkan pada belakang rahang bawah di bawah telinga. Pelepasan pelurur dimulai dengan pelurusan tungkai kanan, lalu pemutaran panggul, dan kemudian pelurusan pelurusan lengan disertai dorongan kuat untuk melepas peluru. a. Bentuk pengembangan kebugaran jasmani dalam materi ajar lempar, dapat disajikan dengan tugas ajar: 1). Melempar/mendorong bola dengan satu tangan dari samping/atas sejauh mungkin diikuti dengan lari untuk mengambil bola yang dilempar/didorongnya. 2). Melempar/menolak bola/ simpai ke sasarn tertentu 3). Melempar/menolak bola/slang plastic sabil duduk melewati bentangan tali b. Bentuk pengembangan kerjasama dalam materi ajar lempar, dapat disajikan dengan tugas ajar: 1). Bola/slang hadang 2). Lempar /tolak bola ke dinding sementara siswa lain menangkap pantulan bola 3). Lempar/tolak bola/slang pindah tempat 4) Estafet lempar/tolak. c. Bentuk pengembangan keterampilan dalam materi ajar lempar, dapat disajikan dengan tugas ajar: Rangkaian gerak melempar dari awalan, sikap melempar/menolak, gerak tungkai, panggul, lengan, dan cara pelepasan lembing/cakram/peluru, dan gerak lanjutan. Rangkaian gerak ini masih dilakukan dengan alat-alat modifikasi seperti; simpai, ban bekas, slang plastik, bola karet, bola plastic, dsb., dan belum menggunakan alat-alat yang standar/baku. d. Bentuk pengembangan sikap kompetitif dalam materi ajar lempar, dapat disajikan dengan tugas ajar: 1). Lomba lempar bola ke sasaran bergerak
Modul PLPG Penjaskes 2013 103 2). Lomba lempar simpai/ban bekas ke dalam lembing yang ditancapkan berdiri 3). Lomba menolakkan bola besar ke sekumpulan kardus 4). Lomba menolak peluru, melempar lembing/cakram pada ukuran-ukuran jarak yang dibatatasi dengan raffia, dsb. 4. Pengembangan Pembelajaran Lompat. Gerak dasar dominant lompat yang diajarkan di SD, diperdalam penguasaan dan pengayaan gerak lompat ketika siswa di SMP dan di SLTA. Penguasaan dan pengayaan keterampilan lompat perlu ditingkatkan seiring dengan tingkat perkembangan kekuatan otot-otot tungkai siswa, namun tetap dilakukan dalam suasana pembelajaran yang menyenangkan. Yang membedakan pengembangan pembelajaran lompat ini adalah pada substansi bentuk dan tingkat kesulitan tugas geraknya saja. Gerak melompat merupakan salah satu bentuk gerak lokomotor, utnuk itu pengembangan kemampuan daya gerak siswa perlu diupayakan sesering dan semaksimal mungkin dengan cara merancang bentuk dan model gerakan yang juga harus semenarik mungkin bagi siswa agar siswa bersedia melakukan gerak berulang kali tanpa adanya paksaan dari guru. Sehingga siswa yang tidak berani pada ketinggian meski rendah menjadi berani melompat, dan siswa yang sudah berani melompat pada ketinggian tertentu, termotivasi untuk mencoba pada ketinggian lain yang diatur baik oleh guru, siswa itu sendiri, maupun dengan kesepakatan bersama antara guru dan siswa. Oleh karena didalam gerak lompat yang diutamakan adalah tolakan atau tumpuan kaki, maka pembelajarannya harus lebih terfokuskan pada pematangan kekuatan dan daya gerak tungkai, serta keseimbangan dalam gerak lompat. Modul PLPG Penjaskes 2013 104 Secara teknis, tolakan/tumpuan kaki pada bidang tumpu yang tepat dengan kaki yang terkuat, dengan lutut sedikit ditekuk jatuh pertama pada tumit serta badan dicondongkan ke belakang, hemtakkan kaki sampai pada ujung jari kaki sampai lutut benar- benar lurus kedepan atas, sangat membantu rangkaian gerak tumpuan yang dominant dalam lompat. Secara keseluruhan, rangkaian gerak lompat terdiri dari awalan, tolakan, saat melayang/melakukan gaya lompatan, baik dalam lompat jauh maupun lompat tinggi, dan diakhiri dengan pendaratan. a. Bentuk pengembangan kebugaran jasmani dalam materi ajar lompat, dapat disajikan dengan tugas ajar: 1). Melompat ban sepeda/simpai yang disusun sedemikian rupa 2). Melompat kardus yang disusun sedemikian rupa 3). Melompat bilah-bilah bamboo yang disusun sedemikian rupa 4). Melompatparit buatan dengan berbagai ukuran lebar 5). Lompat tali karet 6). Melompat kedepan, kebelakang, maupun kesamping beberapa kali, dsb. b. Bentuk pengembangan kerjasama dalam materi ajar lompat, dapat disajikan dengan tugas ajar: 1). Melompat keatas dan kedepan sambil bergandengan tangan 2). Melompat sambil menangkap bola yang dilempar teman 3). Melompat berganti sambil pindah tempat, dsb. c. Bentuk pengembangan keterampilan dalam materi ajar lompat, dapat disajikan dengan tugas ajar: 1). Melompat kardus yang disusun keatas dua, tiga, empat dst. 2). Melompat kardus yang disusun kedepan dua, tiga, empat, dst. 3). Jengket diantara susunan bilah, susunan kardus, meloncat kedalam susunan ban bekas, dan diakhiri lari ke tempat jengket dimulai. 4). Melompat dengan menyundul bola gantung, dsb.
Modul PLPG Penjaskes 2013 105 d. Bentuk pengembangan sikap kompetitif dalam materi ajar lompat, dapat disajikan dengan tugas ajar: 1). Lomba lompat jauh/lompat tinggi tanpa awalan 2).Lomba lompat kardus dari susunan keatas/ kedepan setinggi mungkin 3). Lomba melompat parit yang dibuat dari bilah-bilah bamboo 4). Lomba lompat ban bekas yang dibentuk sedemikian rupa., dsb. E. EVALUASI DAN REFLEKSI a. Evaluasi Setelah anda mempelajari modul pendalaman materi bidang studi atletik ini, anda dimohon utnuk mencoba mengerjakan pertanyaan-pertanyaan yang tersaji dibawah ini, dan kemudian cocokanlah jawaban anda dengan kunci jawaban yang ada. Hasilnya merupakan seberapa jauh penguasaan dan pemahaman anda tentang konsep pembelajaran atletik nuansa baru. 1. Pertanyaan berkait dengan materi: Program Pembelajaran Atletik: a. Jelaskan focus/tujuan utama dari program pembelajaran atletik ! b. Apa yang dimaksud dengan pengalaman belajar atletik ? c. Apa yang perlu dilakukan guru penjasorkes dalam pelaksanaan program pembelajaran atletik ? d. Apa saja yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan program pembelajaran atletik ? e. Sebutkan dua pedoman yang dipakai acuan untuk membuat program pembelajaran atletik ! f. Bagaimana cara meningkatkan tingkat kesulitan tugas gerak dalam pembelajaran atletik ?
Modul PLPG Penjaskes 2013 106 2. Pertanyaan berkait dengan materi: Dimensi Pengalaman Gerak dalam Permainan Atletik: a. Apa yang dimaksud dengan permainan atletik ? b. Sebutkan beberapa pertimbangan dalam merencanakan program pembelajaran permainan atletik ! c. Sebutkan karakteristik pembelajaran atletik yang bernuansakan permainan ! d. Sebutkan materi ajar lengkap dari pembelajaran atletik ! e. Jelaskan bagaimana rancangan tugas ajar yang harus dibuat guru penjasorkes agar semua siswa termotivasi untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran ! 3. Pertanyaan berkait dengan materi: Pendekatan Pembelajaran Atletik: a. Sebutkan pendekatan pembelajaran yang lazim diterapkan dalam pembelajaran atletik ! b. Jelaskan manfaat pendekatan bermain dalam pembelajaran atletik ! c. Jelaskan manfaat utama dari pendekatan kompetisi dalam pembelajaran atletik ! d. Jelaskan hubungan antara pendekatan kompetisi dan fair play/sikap sportif dalam pembelajaran atletik ! e. Sebut dan jelaskan pendekatan pembelajaran atletik yang sesuai dan dapat diterapkan untuk siswa pada jenjang pendidikan SMP ! 4. Pertanyaan berkait dengan materi: Modifikasi Pembelajaran Atletik a. Jelaskan tujuan modifikasi pembelajaran atletik ! b. Jelaskan manfaat dari modifikasi pembelajaran atletik ! c. Apa saja yang perlu dipertimbangkan dalam merencanakan modifikasi pembelajaran atletik ?
Modul PLPG Penjaskes 2013 107 d. Sebutkan unsure penting dalam merencanakan modifikasi pembelajaran atletik ! e. Sebutkan beberapa sarana modifikasi yang dapat dipakai untuk pembelajaran lompat jauh ! 5. Pertanyaan berkait dengan materi: Pembelajaran Pola Gerak Dasar Dominan dalamAtletik a. Apa yang dimaksud dengan pola gerak dasar dominant dalam atletik ? b. Jelaskan sistematika penyajian pembelajaran atletik ! c. Bagaimana teknik gerak dari jalan agar dihasilkan gerak yang serasi dan seimbang ? d. Sebutkan hal-hal yang dapat divariasi dalam pengembangan pembelajaran lari ! e. Sebutkan tugas-tugas ajar yang disajikan dalam materi lari untuk pengembangan kemampuan kognitif ! f. Sebutkan tugas-tugas ajar yang disajikan dalam materi lempar utnuk pengembangan kerjasama ! g. Sebutkan tugas-tugas ajar yang dapat disajikan dalam metri lompat untuk pengembangan kebugaran jasmani ! b. Refleksi Pertanyaan dan tugas berikut perlu anda kerjakan, yang akan memperoleh gambaran antara materi yang telah tersaji dalam modul ini dengan kenyataan yang anda alami sebagai guru penjasorkes di sekolah anda masing-masing. 1. Buatlah deskripsi tentang kondisi sekolah anda berkait dengan kemungkinan dapat dilaksanakannya kegiatan pembelajaran atletik disekolah anda dengan model pembelajaran atletik seperti tersaji dalam modul ini. a. Berapa luas lahan yang dimiliki sekolah yang mungkin dapat dipakai untuk pembelajaran atletik ? Modul PLPG Penjaskes 2013 108 b. Lapangan apa saja yang dimiliki sekolah dan bagaimana ukurannya ? c. Alat-alat baku/standar olahraga apa saja yang dimiliki sekolah? Alat-alat modifikasi apa saja yang sudah dimiliki sekolah? Dan alat-alat modifikasi apa saja yang mungkin dibuat oleh sekolah untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran semua materi ajar atletik? 2. Coba anda buat model pembelajaran permainan atletik, baik jalan, lari, lempar, dan lompat yang sesuai dengan kondisi lapangan/lahan dan peralatan yang dimiliki sekolah anda. Buatlah laporan setelah anda cobakan dalam pembelajaran atletik di sekolah anda ! 3. Cobalah anda buat program pembelajaran atletik dengan materi ajar lompat tinggi untuk jenjang pendidikan SD, SLTP, SLTA seperti yang anda laksanakan selama ini disekolah anda. Buatlah juga bentuk dan model pembelajarnnya dengan berpedoman pada meteri dalam modul ini. Kemudian laporkan tentang: a. Kelebihan dan kekurangan serta kendala dari masing-masing pembelajarannya . b. Hubungkan dengan motivasi keikutsertaan dan penguasaan gerak siswa. c. Kemukakan komentar dan saran anda berkait dengan kedua pembelajaran tersebut.
Modul PLPG Penjaskes 2013 109 KUNCI JAWABAN EVALUASI
1. a. Pengalaman siswa dalam melaksanakan tugas gerak dan pengalaman berhasil siswa dalam melaksanakan tugas gerak tersebut b. Seperangkat kejadian yang berisikan aktivitas dan kondisi belajar gerak atletik untuk memberi struktur terhadap pengalaman siswa, yang mana seperangkat kejadian tersebut untuk pencapaian tujuan pembelajaran atletik seperti diinginkan. c. Memberi kesempatan kepada semuasiswa untuk mempelajari berbagai variasi gerak yang membina dan mengembangkan potensi siswa, baik dalam aspek fisik, mental, social-emosional, dan moral. d. -Pemilihan metode dan gaya mengajar -Pelibatan seluruh siswa dalam pembelajaran -Pemberian motivasi kepada siswa untuk berinteraksi dengan guru, siswa, dan alat Pembelajaran -Penyesuaian program pembelajaran dengan minat, kebutuhan, kemampuan, dan Tingkat perkembangan siswa. e. - DAP (Developmentally Appropriate Practices) - IAP (Instructionally Appropriate Practices) f. - Menambah jumlah peralatan modifikasi/alat bantu pembelajaran - Merubah bentuk dan model pembelajaran 2.a. Permainan atletik adalah kombinasi antara kegembiraan bergerak dan tantangan tugas gerak atletik yang dekat dengan pengalaman nyata. b. Keterlibatan semus siswa dalam variasi tugas gerak sesuai iramanya masing-masing - Harus dapat membangkitkan kegemaran dan kegembiraan berkompetisi secara sehat Modul PLPG Penjaskes 2013 110 - Memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba alat-alat pembelajaran - Menyediakan tugas gerak yang sepadan dengan kemampuan siswa dan juga tugas gerak yang menantang. - Dapat menumbuhkan pengalaman sukses siswa pada setiap tahap pembelajaran - Memberi kesempatan kepada siswa untuk menguji keterampilannya dalam tugas gerak baru dengan tingkat kesulitan baru. c. Menyediakan pengalaman gerak yang kaya, yang dapat membangkitkan motivasi pada semua siswa untuk berpartisipasi aktif dalam gerak. d. Jalan, lari, lempar, lompat, dan pengayaan gerak, serta keterampilan gerak spesifik e. Rancangan tugas ajar dengan model pembelajaran atletik yang atraktif dan menggembirakan, yang dikemas dalam bentuk bermain dan berkompetisi 3.a,.-Pendekatan bermain -Pendekatan kompetisi -Pendekatan teknik b. Memberikan pengalaman belajar yang lengkap, membina hubungan dengan sesame siswa, serta media dalam menyalurkan perasaan tertekan siswa, mengembangkan seluruh aspek perlkembangan siswa. c. Membentuk karakter siswa dan mempersiapkan siswa dalam menghadapi kehidupan nyata di masyarakat. d. Pendekatan kompetisi memberikan kesempatan kepada siswa/kelompok siswa yang kalah dalam perlombaan untuk dengan ikhlas menerima kekalahannya dan bersedia mengakui kelebihan siswa/kelompok siswa lain. Dan sekaligus memberi kesempatan kepada siswa/kelompok siswa pemenang dalam perlombaan untuk tidak terlalu membanggakan kemenangannya yang bisa
Modul PLPG Penjaskes 2013 111 menyebabkan tinggi hati/sombong, tetapi diajar untuk bersedia memotivasi pihak yang kalah dalam kompetisi. e. Pendekatan pembelajaran harus seimbang antara pendekatan bermain dan pendekatan kompetisi, dan mulai memperkenalkan teknik-teknik dasar gerak atletik dengan pendekatan teknik. 4.a. Untuk sedini mungkin memperkenalkan pola-pola gerak dasar dominant atletik dengan cara yang menarik dan menyenangkan, sehingga keterlibatan siswa dalam pembelajaran atletik menjadi lebih optimal dan aktif. b. Untuk memberikan pengalaman belajar sevariatif dan semenarik mungkin, sehingga dapat membantu siswa utnuk lebih mengerti dan mencintai atletik. c. Model penyampaian dan tingkat kesulitan tugas ajar yang berbeda untuk setiap jenjang tingkatan pendidikan meski materi bahasannya sama d. Pentahapan dan pengembangan sekuensi tugas gerak atletik. e. Kardus, bilah bambu/kayu, ban bekas, simpai, cone. 5.a. Macam/variasi gerak yang mendukung dan digunakan dalam teknik keterampilan gerak spesifik dalam setiap materi atletik yang sesungguhnya. b.- Pembelajaran pola gerak dasar dominant, yang dipecah dalam beberapa tahapan . - Jika sudah dikuasai, pengajaran kemampuan gerak yang lebih kompleks dan pengayaan gerak. - Bagi siswa yang sudah menguasai gerak yang lebih kompleks, siswa perlu diperkenalkan dan diajarkan teknik-teknik gerak spesifik atletik. c. Posisi badan dalam keadaan tegak, dada dibuka, kepala tegak dengan pandangan kedepan. Pada saat berjalan, terlebih dahulu langkahkan kaki kiri kedepan dengan lutut sedikit ditekuk. Pada saat melanhkah Modul PLPG Penjaskes 2013 112 gerakan kaki dan lengan harus berlawanan, artinya saat kaki kiri melangkah kedepan, maka lengan kanan yang diayunkan kedepan. d. Lintasannya, susunan regunya, peralatannya, dan gerak larinya. e. - Berlari sambil menghitung berapa banyak teman yang berpapasan - Berlari mengelilingi cone dalam waktu tertentu sambil menghitung cone yang telah dilewatinya - Berlari sambil mengangkat lutut, dan menghitung berapa kali angkatan lutut dalam waktu yang dinetukan f. - Bola slang hadang - Lempar bola kedinding sementara siswa lain menangkap pantulan bola - Lempar bola/slang pindah tempat - Esatafet lempar bola g. - Melompat kardus/bilah bamboo/ban bekas yang disusun sedemikian rupa - Melompat parit buatan dengan berbagai variasi lebar - Melompat- dan meloncat bergantian kedepan, kebelakang, kesamping dalam waktu yang cukup lama
Modul PLPG Penjaskes 2013 113 DAFTAR PUSTAKA Adang Suherman dan Agus Mahendra. 2001. Menuju Perkembangan Menyeluruh. Departemen Pendidikan Nasional Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah bekerja sama dengan Dirjen Olahraga Adang Suherman. 2000. Dasar-Dasar Penjaskes. Dirjen Dikdasmen, Depdiknas, Jakarta. Agus Mahendra. 2001. Pembelajaran Senam : Pendekatan Pola Gerak Dominan untuk Siswa SLTP. Jakarta. Direktorat Jenderal Olahraga, Depdiknas. ------------------------. 2004. Azas dan Falsafah Pendidikan Jasmani. Dirjen Dikdasmen, Depdiknas, Jakarta. Agus Margono. 2009. Senam. Surakarta. UNS Press. Agus Mukholid. 2004. Pendidikan Jasmani Kelas 1 SMA Kurikulum Berbasis Kompetensi 2004. Jakarta: Yudhistira. ---------------------. 2005. Pendidikan Jasmani Kelas XI SMA. Jakarta: Yudhistira. Amung Mamun dan Toto Subroto. 2001. Pendekatan Taktis Permaianan Bolavoli: Departemen Pendidikan Nasional Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah bekerja sama dengan Dirjen Olahraga. Beltasar Tarigan. 2001. Pendekatan Taktis Dalam Pembelajaran Sepakbola: Departemen Pendidikan Nasional Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah bekerja sama dengan Dirjen Olahraga. Cholik Mutohir. 1996. Pengembangan Model Pengajaran Pendidikan Jasmani di SD. Lembaga Penelitian IKIP, Surabaya. Danu Hudaya. 2001. Pendekatan Taktis Dalam Pembelajaran BolaBasket: Departemen Pendidikan Nasional Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah bekerja sama dengan Dirjen Olahraga. Depdikbud. 1984. Tuntunan Pelajaran Olahraga Pencak Silat. Jakarta: Depdikbud. Elizabeth H. 1978. Perkembangan Anak 1. Jakarta : Erlangga -------------. 2002. Working with play. http://www.cyc-net.org/index.html Modul PLPG Penjaskes 2013 114 Gerling, Ilona E.1998. Teaching Childrenis Gymnastics, Spotting and Securing. Aachen, Meyer & Meyer Sport. Graham, George; Holt, Shirley Ann; Parker, Melissa. 1993. Children Moving, A Reflective Approach to Teaching Physical Education. California. Mayfield Pub. Co. Icuk, Furqon dan Kunta. 2002. Total Badminton. Surakarta: CV. Setiaki Imam Hidayat. 1996. Senam. Diktat. Bandung. FPOK-IKIP Bandung Jess Jarver. 2007. Belajar dan Berlatih Atletik. CV>Pioner Jaya, Bandung. Joan Packer Isenberg and Nancy Quisenberry.____. Play Essential for Children APosition Paper of the Association for Childhood Education International. http://www.acei.org/playpaper.htm John and Marry ,Jean, Traeta.1985. Dasar-Dasar Senam, Bandung. Angkasa. Mayke Sugianto. 1995. Bermain, Mainan dan Permainan. Jakarta : Dirjen Pendidikan Tinggi Newton, C.L. dan Robert. J.W. 1986. Petunjuk Lengkap Gymnastic. Sernarang. Dahara Prize. Nurlan Kusmadi, Dkk. 2004. Pembelajaran Olahraga Pilihan. Jakarta: Depdiknas Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Tenaga Kependidikan. Pengurus Besar IPSI. 2003. Pedoman Pelaksanaan Tugas Wasit Juri Ikatan Pencak Silat Indonesia. Jakarta: PB. IPSI. ---------------------------. 2003. Peraturan Pertandingan Pencak Silat. Jakarta: PB. IPSI. R. Kotot Slamet Hariyadi. 2003. Teknik Dasar Pencak Silat Tanding. Jakarta: PT. Dian Rakyat. Rusli Lutan dkk. Manusia dan Olahraga. Bandung: ITB dan IKIP Bandung. Sayuti Sahara. 2002. Senam Dasar. Jakarta. Pusat Penerbitan Universitas Terbuka. Schembri, Gene. 1983. Introductory Gymnastics. A Guide for Coaches and Teachers. Australian Gymnastics. Federation Inc.
Modul PLPG Penjaskes 2013 115 Soepartono. 2004. Pembelajaran Atletik. Dirjan Dikdasmen, Depdiknas, Jakarta. Stuart, Nick. 1978. Gymnastics for Men. London, Stanley Paul. Sugiyanto. 2000. Belajar Gerak (BPK FKIP-UNS). Surakarta: Universitas Sebelas Maret Surakarta. Sukintaka. 2004. Teori Pendidikan Jasmani. Filosofi Pembelajaran & Masa Depan. Penerbit Nuansa, Bandung. Udin Saefudin Sautd. 2008. Inovasi Pendidikan. Penerbit Alfabeta, Bandung. Vincentius Endy S., Iin Mendah M. 2008. Permaianan Kreatif untuk Outbond dan training. Yogyakarta: ANDI. Wall, Jennifer and Murray, Nancy. 1994. Children & Movement, Physical Education in The Elementary School. Dubuque, Iowa, WM.C. Brown and Benchmar Yudha M. Saputra. 2000. Pembelajaran Atletik untuk Sekolah Dasar. Dirjen Dikdasmen, Depdiknas, Jakarta. ------------------------. 2001. Dasar-Dasar Keterampilan Atletik. Pendekatan Bermain untuk SLTP. Dirjen Dikdasmen, Depdiknas, Jakarta.
Modul PLPG Penjaskes 2013 116 BAB V KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU
A. Hakikat Guru Profesional 1. Pengertian Profesi Kata profesi adalah kata benda yang diambil dari kata profession, sedangkan profesional merupakan kata sifat yang berasal dari kata professional. Menurut Hornby, profession, occupation, esp one requiring advanced education and special training, eg the law, architecture, medicine, accountancy; professional adj 1. of a profession (1): ~ skill; ~ eti-quette, the special conventions, form of politeness, etc asociated with a certain pofession: ~ men, eg doctors, lawyers. 2. Doing or practising something as a full time occupation or to make a living. Page&Thomas (1979) memberikan batasan tentang profesi sebagai berikut: profes-sion, evaluative term describing the most prestigious occupations which may be termed professions if they carry out an essential social service, are founded on systematic knowl-edge, require lengthy academic and practical training, have high autonomy, a code of eth- ics, and generate in-service growth. Teaching should be judged as a profession on these criteria. Pengertian profesi pada hakekatnya menunjuk kepada pekerjaan atau jabatan. Tidak semua pekerjaan disebut sebagai profesi. Ada sejumlah ciri atau persyaratan yang harus dipenuhi untuk mengatakan suatu pekerjaan sebagai profesi. 2. Karakteristik Profesi Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 1, pengertian guru professional sebagai berikut. Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. a. Ciri Profesi Menurut Ornstein & Lavine (1984), suatu pekerjaan dikatakan sebagai profesi apabila memenuhi sejumlah ciri sebagai berikut: 1) Melayani masyarakat, dan pekerjaan tersebut merupakan karier yang dijalani seseorang dalam kurun waktu yang lama (sepanjang hayat, tidak mudah berganti).
Modul PLPG Penjaskes 2013 117 2) Pekerjaan tersebut membutuhkan bidang ilmu dan keterampilan yang khusus (tertentu), yang tidak semua orang dapat melakukannya. 3) Menggunakan hasil penelitian dan aplikasi teori ke dalam praktik. 4) Membutuhkan pelatihan (pendidikan) khusus dalam waktu yang panjang. 5) Terkendali berdasarkan lisensi baku dan/atau memiliki persyaratan khusus (izin) untuk menduduki pekerjaan tersebut. 6) Otonomi dalam membuat keputusan dalam lingkup pekerjaannya. 7) Menerima tanggung jawab terhadap keputusan-keputusan yang diambilnya. 8) Memiliki komitmen terhadap jabatan dan klien, khususnya berkaitan dengan layanan yang diberikannya. 9) Menggunakan administrator untuk memudahkan profesinya, dan relatif bebas dari supervisi jabatan (dokter menggunkan tenaga administrasi untuk mengelola data klien, sementara tidak ada supervisi dari luar terhadap pekerjaan dokter). 10) Mempunyai organisasi yang diatur oleh anggota profesinya. 11) Mempunyai asosiasi profesi dan atau kelompok elit untuk mengetahui dan mengakui keberhasilan anggotanya (keberhasilan pekerjaan dokter dihargai dan diakui oleh IDI dan bukan oleh departemen kesehatan). 12) Mempunyai kode etik, sebagai pedoman dalam melaksanakan layanan. 13) Mempunyai kadar kepercayaan yang tinggi dari publik dan dari setiap anggotanya. 14) Mempunyai status sosial dan ekonomi yang tinggi. Penulis lain mencoba menggolongkan ciri profesi menjadi dua kelompok yaitu (1) ciri utama dan (2) ciri tambahan (Sulistiyo-Basuki, 2004). Ciri utama adalah ciri yang mutlak harus ada atau melekat dalam suatu pekerjaan untuk dikatakan sebagai profesi. Jika ciri utama ini tidak tampak atau beberapa di antaranya tidak ada, maka sulit untuk mengelompokkan pekerjaan tersebut ke dalam profesi. Ada tiga ciri utama yang harus dipenuhi oleh suatu jenis pekerjaan untuk dikatakan sebagai profesi yaitu (1) Sebuah profesi mensyaratkan suatu pendidikan atau pelatihan yang ekstensif sebelum memasuki profesi tersebut. Pelatihan ini dimulai sesudah seseorang memperoleh gelar sarjana; (2) Pelatihan tersebut meliputi komponen intelektual yang signifikan. Pelatihan tukang batu, tukang cukur, dan pengrajin lebih merupakan ketrampilan fisik. Sedangkan pelatihan Modul PLPG Penjaskes 2013 118 akuntan, engineer, dokter lebih didominasi oleh muatan intelektual; (3) Tenaga yang terlatih mampu memberikan jasa yang penting kepada masyarakat. Dengan kata lain profesi berorientasi kepada pemberian layanan jasa untuk kepentingan umum daripada kepentingan sendiri. Ciri tambahan adalah ciri yang kehadirannya tidak mutlak harus ada. Jika ciri-ciri tambahan ini dipenuhi maka akan semakin memperkokoh kualitas atau eksistensi profesi dari pekerjaan tersebut. Ada tiga yang termasuk dalam katagori ciri tambahan, yaitu (1) Adanya proses lisensi atau sertifikat. Ciri ini lazim pada banyak profesi namun tidak selalu perlu untuk status profesional. Dokter diwajibkan memiliki sertifikat praktek sebelum diizinkan berpraktek. Namun pemberian lisensi atau sertifikat tidak selalu menjadikan sesuatu yang mutlak sebagai syarat profesi; (2) Adanya organisasi profesi yang mewadahi para anggotanya sebagai sarana komunikasi dan sarana perjuangan untuk memajukan profesinya dan kesejahteraan anggotanya; (3) Otonomi dalam pekerjaannya. Profesi memiliki otonomi atas penyediaan jasanya dan tindakan-tindakan atas pengambilan keputusan dalam profesinya. Kode etik juga merupakan ciri tambahan dalam sebuah profesi. Kode etik disusun oleh organisasi profesi. Jadi kehadirannya terkait dengan keberadaan organisasi yang juga masuk dalam katagori ciri tambahan. b. Guru Sebagai Profesi Apakah pekerjaan atau jabatan guru sebagai sebuah profesi? Jabawannya ya. Hal ini didasarkan kepada beberapa karakteristik sebagai berikut: 1) Pekerjaan guru memiliki fungsi dan signifikansi sosial yang menentukan (penting) dalam masyarakat. 2) Untuk bekerja sebagai guru dibutuhkan keterampilan atau keahlian tertentu (khusus). 3) Keahlian dalam pekerjaan guru didasarkan pada teori dan metode ilmiah. 4) Ilmu keguruan memiliki batang tubuh disiplin ilmu yang jelas, sistematik dan eksplisit. 5) Pekerjaan guru memerlukan pendidikan tingkat perguruan tinggi dengan waktu yang cukup lama. 6) Guru memiliki organisasi profesi sebagai wadah untuk memperkuat kualitas profesinya. 7) Guru memiliki kode etik sebagai landasan dalam bekerja. 8) Dalam menjalankan tugasnya, para pendidik/guru berpegang teguh kepada kode etik yang dikontrol oleh organisasi profesi.
Modul PLPG Penjaskes 2013 119 9) Setiap anggota yang bekerja sebagai guru mempunyai kebebasan dalam memberikan judgement terhadap masalah profesi yang dihadapinya. 10) Guru memiliki otonomi dan bebas dari campur tangan pihak luar dalam melaksanakan tugasnya memberi layanan kepada masyarakat. 11) Pekerjaan guru mempunyai prestise yang tinggi dalam masyarakat 12) Guru memperoleh imbalan (penghargaan finansial) yang cukup memadai. 3. Kompetensi Guru a. Profil Pendidik Guru Luangkanlah waktu anda sejenak saja untuk membayangkan peran seorang guru di dalam masyarakat. Kita akan melihat hasil kerja guru melalui orang-orang yang telah dididik oleh para guru. Mereka mampu menciptakan arsitektur bangunan-bangunan menjulang tinggi, memproduksi teknologi canggih, sebagai contoh nyata. Bukti hasil kerja guru banyak dan begitu besar. Tentunya, disamping keberhasilan masih banyak pula masalah yang perlu dibenahi, terutama masalah peran pendidik dalam membangun mental bangsa yang sehat, membangun karakter bangsa yang akan membawa kedamaian. Masalah ini berkaitan dengan pendidikan, merupakan beban berat yang harus dipanggul oleh para guru. Kekecewaan terhadap karya guru banyak pula didengar. Perilaku guru yang tidak senonoh, korupsi yang terjadi di lingkungan pendidikan, premanisme yang berkembang di sekolah. Lantas, sosok guru seperti apa yang dapat membantu negara mengatasi masalah yang sangat kompleks dalam rangka menyiapkan pemimpin masa depan. Diharapkan para guru sendirilah yang harus memikirkan kembali, bermenung sejenak tentang dirinya dan profesi yang diembannya. Mahmud Khalifah menuliskan (2009) tentang guru yang dirindukan: Guru adalah orang yang bersamudrakan ilmu pengetahuan. Ia adalah cahaya yang menerangi kehidupan manusia, ia adalah musuh kebodohan, dan penghapus kejahiliyahan. Ia juga mencerdaskan akal dan mencerahkan akhlak. Begitu mulianya seorang guru dimata Khalifah, guru adalah orang yang pantas mendapatkan penghormatan. Sungguh, orang yang mendidik anak-anak dengan kesungguhan berhak untuk mendapatkan penghargaan dan penghormatan. Terpujilah engkau guru seperti yang dinyanyi anak-anak kita. Bagaimana mungkin bisa menghasilkan output siswa yang baik jika yang mengajar punya kualitas kurang? Modul PLPG Penjaskes 2013 120 Profil pendidik guru mewakili gambaran tujuan pendidikan nasional yang akan dicapai, yakni menyiapkan anak yang berkembang menjadi dewasa secara utuh, cerdas, beriman, taqwa dan berakhlak mulia, sehat jasmani dan rohaninya. Untuk mencerdaskan anak didiknya guru haruslah mencerdaskan dirinya dahulu. Cerdas dibidang spiritual, yang dapat membimbing anak didiknya menjadi manusia yang beriman dan berakhlak mulia. Cerdas menguasai, menerapkan dan mengembangkan keilmuannya. Cerdas dalam merawat kesehatan jasmani-rohani dan sosialnya sehingga patut ditiru. Dengan demikian profil guru pendidik adalah guru yang memiliki pribadi cerdas unggul. Sebutan pendidik dan guru di dalam kehidupan sehari- hari sering diartikan sama maksudnya. Secara etimologi pendidik adalah orang yang melakukan bimbingan. Pengertian ini memberi kesan bahwa pendidik adalah orang yang melakukan kegiatan dalam bidang pendidikan. Pendidik memiliki batasan tugas yang lebih luas dalam pengertian awam, sedangkan guru lebih spesifik dimana tugasnya lebih jelas. Pendidik bisa siapa saja yang tertarik membantu mengembangkan orang lain dan waktu dan tempat tidak terbatas. Dalam bahasan ini digunakan kata pendidik guru. Karakteristik pendidik guru di antaranya adalah sebagai berikut: Pendidik yang juga guru, adalah seseorang yang dituntut untuk komitmen terhadap profesinya, orang yang selalu berusaha memperbaiki dan memperbaharui cara kerjanya sesuai dengan tuntutan zaman Pendidik guru adalah orang yang memiliki ilmu, yang mampu menangkap hakikat sesuatu, orang yang mampu menjelaskan hakikat dalam pengetahuan yang diajarkannya. Pendidik guru adalah orang yang kreatif, yang mampu menyiapkan peserta didiknya agar mampu berkreaasi, sekaligus mengatur dan memelihara hasil kreasinya untuk tidak menimbulkan malapetaka bagi dirinya, masyarakat dan alam sekitarnya. Seorang guru yang berusaha menularkan penghayatan akhlak atau kepribadian kepada peserta didiknya. Pendidik guru adalah orang yang berusaha mencerdaskan peserta didiknya, melatihkan berbagai keterampilan mereka sesuai bakat, minat dan kemampuan. Pendidik guru adalah seorang yang beradab sekaligus memiliki peran dan fungsi untuk membangun peradaban yang berkualitas dimasa depan.
Modul PLPG Penjaskes 2013 121 Perilaku guru hendaknya dapat memberikan pengaruh baik kepada para anak didiknya, yang dapat mempengaruhi dan merubah kehidupan anak ke arah yang lebih baik. Pribadi unggul yang efektif Adalah Guru Cerdas Berakhlak Mulia Dan Guru untuk anak-anak yang memiliki masa depan Guru biasa adalah yang mampu membagi pengetahuan kepada anak didiknya Guru baik yang mampu menjelaskan Dan yang mampu mendemonstrasikan Guru luar biasa adalah yang mampu memberi inspirasi anak didiknya menjadi cerdas dan sukses di masa depan
b. Tanggung Jawab Keprofesionalan 1) Makna tanggung jawab Tanggungjawab menurut kamus bahasa Indonesia adalah, keadaan wajib menanggung segala sesuatu. Sehingga bertanggungjawab adalah kewajiban menanggung, memikul, menanggung segala sesuatunya, atau memberikan jawab dan menanggung akibatnya. Menurut Widagdo (2001) Tanggungjawab adalah kesadaran akan tingkahlaku atau perbuatannya yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Tanggungjawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran dan kewajiban. Jenis tanggungjawab tersebut yakni; tanggungjawab terhadap diri sendiri, tanggungjawab terhadap keluarga, tanggungjawab masyarakat, tanggungjawab bangsa dan Negara, dan tanggungjawab terhadap tuhan. Tanggungjawab erat kaitannya dengan kewajiban. Kewajiban adalah sesuatu yang dibebankan terhadap seseorang. Kewajiban merupakan bandingan hak, dan dapat juga tidak mengacu hak. Maka tanggung jawab dalam hal ini adalah tanggungjawab terhadap kewajibannya. Pembagian kewajiban bermacam-macam dan berbeda- beda. Setiap keadaan hidup menentukan kewajiban yang tertentu. Kedudukan, status dan peranan menentukan kewajiban seseorang. Kewajiban ini ada yang terbatas dan tidak terbatas. Kewajiban terbatas tanggungjawabnya sama untuk semua orang. Misalnya yang berkaitan hukum. Yang melanggar undang-undang sanksinya sama. Kewajiban tidak terbatas, tanggungjawabnya memiliki nilai yang lebih tinggi sebab dilakukan oleh suara hati nurani. Seperti guru melaksanakan tugasnya dengan tulus dan ikhlas tanpa pamrih di luar jadwal yang seharusnya. Modul PLPG Penjaskes 2013 122 2) Tanggung jawab Guru, Kesadaran, Pengabdian dan Pengorbanan Seseorang diharapkan melaksanakan tanggungjawab atas kesadaran. Kesadaran adalah keinsyafan akan perbuatannya. Sadar artinya merasa, ingat (kepada keadaan sebenarnya) keadaan ingat akan dirinya, tahu dan mengerti. Jadi kesadaran adalah hati yang terbuka atau pikiran yang telah terbuka tentang apa yang telah dikerjakan. Seperti guru memilih pekerjaan sebagai guru atas kesadaran diri yang tinggi, sehingga ia akan dapat mempertanggungjwabkan tugasnya kepada diri sendiri, tidak suka mengeluh dan menyesali pilihannya. Diapun tahu kalau pihannya itu akan dipertanggunjawabkan kepada keluarga, negara, masyarakat dan Tuhannya. Guru saat melaksanakan kewajibannya mengelola pembelajaran di kelas, seringkali harus mengeluarkan dana sendiri untuk membeli kapur tulis,atau kebutuhan belajar lainnya karena barang belum tersedia. Rasa tanggungjawab yang tinggi terhadap tugas yang tidak terbatas, kadangkala kita harus berkorban materi atau nonmateri. Pengorbanan artinya memberikan secara ikhlas, harta, benda, waktu, tenaga, pikiran, bahkan nyawa, demi cinta atas sesuatu kesetiaan dan kebenaran. Pengorbanan dalam melaksanakan tanggungjawab juga memiliki makna pengabdian. Perbedaan pengertian antara pengorbanan dan pengabdian sering tidak begitu jelas. Karena adanya pengabdian tentu ada pengorbanan. Pengorbanan merupakan akibat pengabdian. Pengorbanan diserahkan secara ikhlas, tanpa pamrih, tanpa perjanjian, tanpa ada transaksi, kapan saja siap, saat diperlukan. Pengabdian merupakan perbuatan baik yang dapat berupa pikiran ataupun tenaga sebagai perwujudan kesetiaan dan kecintaan, rasa hormat atau suatu ikatan dan semuanya dilakukan dengan ikhlas. Timbulnya pengabdian itu hakikat dari rasa tanggung jawab. Menjadi guru merupakan pengabdian yang tulus dan ikhlas demi kecintaan pada bangsa dan Negara ini, yang akan dilaksanakan dengan sikap tanggungjawab yang tinggi. Cir-ciri khas orang yang mempunyai tanggung jawab pribadi yang tinggi: Mengerjakan pekerjaan yang diberikan kepadanya secara tuntas. Selalu berusaha menghasilkan yang terbaik Merasa bertanggung jawab atas semua yang dihasilkannya baik yang buruk atau yang jelek
Modul PLPG Penjaskes 2013 123 Cenderung menyalahkan diri sendiri, kalau ada hal-hal yang kurang tepat-salah Ciri khas dari orang yang tidak mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi: Santai, tidak disiplin, kurang menghargai waktu. Sering tidak mengerjakan suatu pekerjaan secara tuntas. Hal-hal yang sering terjadi sering dilihat sebagai akibat dari keadaan dibanding dari tindak-tanduk sendiri. Berkembangnya rasa tanggung jawab pribadi disebabkan sebagian kecil oleh faktor bawaan dan sebagian dari faktor lingkungan pendidikan dan lingkungan rumah. Terbentuknya sikap bertanggungjawab karena adanya proses latihan dan pembiasaan yang akhirnya menjadi alami, menyatu dalam bentuk kesadaran diri. 3) Kewajiban guru profesional Apa yang harus dilaksanakan guru dalam tugas keprofesionalannya telah tercantum dengan jelas di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen Pasal 20, seperti yang dikutip berikut ini. Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berkewajiban: merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran; meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu, atau latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran; menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode etik guru, serta nilai-nilai agama dan etika; dan memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa; Tanggungjawab keprofesionalan juga dapat meliputi: Tanggungjawab moral, tenaga professional berkewajiban menghayati, mengamalkan Panca sila, mewariskan pada peserta didiknya. Tanggungjawab bidang pendidikan, bertanggungjawab terhadap proses pendidikan, mengelola, melakukan bimbingan. Modul PLPG Penjaskes 2013 124 Tanggungjawab kemasyarakan, ikut bertanggungjawab memajukan masyarakat secara umum terutama berkaitan dengan pendidikan. Tanggungjawab keilmuan, di dalam melaksanakan tugas profesi sebagai guru bertanggungjawab memajukan ilmu pengetahuan dan tekonologi, terutama bidang keilmuannya sendiri. c. Kompetensi Guru Pengertian kompetensi guru berdasarkan Undang- Undang Republik Indonesia nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen Pasal 1, butir c. adalah sebagai berikut: Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Selanjutnya jenis kompetensi guru tersebut lebih ditegaskan pada pasal 10: 1) Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. 2) Ketentuan lebih lanjut mengenai kompetensi guru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah. Menurut Peraturan Pemerintah RI No. 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 28, pendidik adalah agen pembelajaran yang harus memiliki empat jenis kompetensi, yakni kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial. Dalam konteks itu, maka kompetensi guru dapat diartikan sebagai kebulatan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diwujudkan dalam bentuk perangkat tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang guru untuk memangku jabatan guru sebagai profesi. Keempat jenis kompetensi guru yang dipersyaratkan beserta subkompetensi dan indikator esensialnya diuraikan sebagai berikut. Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Secara rinci setiap elemen kepribadian tersebut dapat dijabarkan menjadi subkompetensi dan indikator esensial sebagai berikut: 1) Memiliki kepribadian yang mantap dan stabil. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: bertindak sesuai dengan norma hukum; bertindak sesuai dengan norma
Modul PLPG Penjaskes 2013 125 sosial; bangga sebagai pendidik; dan memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma. 2) Memiliki kepribadian yang dewasa. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja sebagai pendidik. 3) Memiliki kepribadian yang arif. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan peserta didik, sekolah, dan masyarakat dan menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak. 4) Memiliki kepribadian yang berwibawa. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: memiliki perilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta didik dan memiliki perilaku yang disegani. 5) Memiliki akhlak mulia dan dapat menjadi teladan. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: bertindak sesuai dengan norma religius (imtaq, jujur, ikhlas, suka menolong), dan memiliki perilaku yang diteladani peserta didik. Para siswa tidak hanya belajar dari apa yang dikatakan guru, mereka juga belajar dari totalitas kepribadian gurunya. Kepribadian guru yang tidak efektif akan menghalangi pembelajaran yang efektif. Beberapa kepribadian buruk guru yang sering ditemukan di sekolah, ditulis oleh Sukadi, diantaranya; sering meninggalkan kelas tidak menghargai siswa pilih kasih terhadap siswa menyuruh siswa menulis di papan tulis-tidak disiplin kurang memerhatikan siswa materialistis Dengan ditetapkannya seperangkat kompetensi guru, masyarakat sangat berharap terjadi perubahan perilaku mengajar guru di kelas. Menurut Diaz dkk (2006 keberadaan guru di kelas hendaknya menjadikan ia sebagai model belajar dari peserta didiknya. Guru sebagai model diantaranya menunjukkan; Guru sebagai orang yang ahli di bidangnya. Guru sebagai contoh pembentukan moral Guru sebagai orang memiliki kepedulian dan melakukan tindakan Guru sebagai figure pemimpin yang memiliki otoritas Guru sebagai fasilitator yang selalu siap membatu siswanya Guru sebagai delagator Modul PLPG Penjaskes 2013 126 Mulyana lebih memperluas peran guru professional yang akan mampu menciptakan kelas untuk anak-anak berprestasi unggul, yang merupakan ramuan dari bebagai kompetensi guru. Guru sebagai pendidik Guru sebagai pengajar Guru sebagai pembimbing Guru sebagai pelatih Guru sebagai penasihat Guru sebagai pembaharu (innovator) Guru sebagai model dan teladan Guru sebagai pribadi Guru sebagai peneliti Guru sebagai pendorong kreativitas Guru sebagai pembangkit pandangan Guru sebagai pekerja rutin Guru sebagai pemindah kemah Guru sebagai pembawa cerita Guru sebagai aktor Guru sebagai emancipator Guru sebagai evaluator Guru sebagai pengawet Guru sebagai kulminator B. Pengembangan Profesional Guru 1. Citra Diri Positif a. Makna Citra Diri Citra menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah suatu gambaran yang dimiliki orang banyak mengenai pribadi, produk maupun suatu lembaga. Sedangkan citra diri (self- image), diartikan sebagai pandangan dalam berbagai peran (sebagai anak, orangtua, guru, dsb). Self-image menurut kamus Random House memiliki pengertian gagasan, konsepsi atau gambaran mental diri, self-estem, respect yang menguntungkan citra diri. Di dalam kajian psikologi kepribadian, citra diri sebagai konsep diri tentang individu. Citra diri sebagai salah satu unsure penting dalam penilaian diri sendiri.menunjukkan siapa diri kita sebenarnya. Bagaimana Anda melihat diri sendiri. Ini adalah gambaran diri yang telah dibangun dari waktu ke waktu. Apa harapan Anda? Apa yang anda pikirkan dan rasakan? Apa yang anda telah lakukan sepanjang hidup anda dan apa yang Anda ingin lakukan. Pandangan pribadi yang kita pahami tentang diri kita sendiri merupakan citra mental atau potret diri. Menggambarkan karakteristik diri, termasuk cerdas, cantik, jelek, berbakat, egois
Modul PLPG Penjaskes 2013 127 dan baik. Ciri-ciri membentuk representative, kolektif asset dan yang bisa teramati. Citra diri positif memberikan keyakinan ke pada seseorang dalam pikiran dan tindakan, dan citra diri negative membuat seseorang ragu akan kemampuan mereka. b. Citra Diri Guru Citra Diri Guru dapat dimaksudkan sebagai gambaran tentang diri pribadi guru yang diberikan appresiasi oleh masyarakat. Penilaian yang diberikan oleh masyarakat terhadap guru bisa positif atau negatif tergantung kepada kepribadian maupun karakter yang muncul sebagai wujud profesi guru secara utuh. Citra Diri Positif (positive self-image) dapat membangun dan mempermudah karir seseorang, karena dia memandang positif kepada kemampuan diri, melihat kelebihan diri, bukan kekurangannya. Dengan berpikir positif pada diri, membuat dirinya berharga. c. Pentingnya Citra Diri Positif Anda adalah sebagaimana yang Anda pikirkan tentang diri Anda sendiri Bingung? Versi aslinya, mungkin malah lebih mudah dipahami: You are what you think. Maksudnya adalah jika kita memiliki citra diri positif, maka kita akan mengalami berbagai macam hal positif sesuai dengan apa yang kita pikirkan. Banyak ahli percaya bahwa orang yang memiliki citra positif adalah orang yang beruntung. Citra diri yang positif membuat mereka menikmati banyak hal yang menguntungkan, diantaranya orang sering diberi kepercayaan untuk mengemban tugas tertentu dan sering pula mendapatkan pelayanan secara khusus. Selanjutnya dengan citra diri positif akan dapat membangun rasa percaya diri dan meningkatkan rasa juang. Membangun Percaya Diri. Citra diri yang positif secara alamiah akan membangun rasa percaya diri, yang merupakan salah satu kunci sukses. Guru yang mempunyai citra diri positif tidak akan berlama-lama menangisi nasibnya yang sepertinya terlihat buruk. Citra dirinya yang positif mendorongnya untuk melakukan sesuatu yang masih dapat ia lakukan. Ia akan fokus pada hal-hal yang masih bisa dilakukan, bukannya pada hal-hal yang sudah tidak bisa ia lakukan lagi. Dari sinilah, terdongkrak rasa percaya diri orang tersebut. Meningkatkan Daya Juang. Dampak langsung dari citra diri positif adalah semangat juang yang tinggi. Guru yang memiliki citra diri positif, percaya bahwa dirinya jauh lebih berharga daripada masalah, ataupun penyakit yang sedang dihadapinya. Ia juga bisa melihat bahwa hidupnya jauh lebih indah dari segala krisis dan kegagalan jangka pendek yang harus dilewatinya. Segala upaya dijalaninya dengan tekun untuk Modul PLPG Penjaskes 2013 128 mengalahkan masalah yang sedang terjadi dan meraih kembali kesuksesan yang sempat. Inilah daya juang yang lebih tinggi yang muncul dari guru dengan citra diri positif. d. Manfaat Citra Diri Positif Seseorang yang memiliki citra diri yang positif akan mendapatkan berbagai manfaat, baik yang berdampak positif bagi dirinya sendiri maupun untuk orang-orang di sekitarnya. Manfaat-manfaat yang terasakan oleh si empunya citra diri positif dan lingkungannya tersebut adalah: Guru akan membawa Perubahan Positif Guru yang memiliki citra diri positif senantiasa mempunyai inisiatif untuk menggulirkan perubahan positif bagi lingkungan tempat ia berkarya. Mereka tidak akan menunggu agar kehidupan menjadi lebih baik, sebaliknya, mereka akan melakukan perubahan untuk membuat kehidupan menjadi lebih baik. Perubahan positif tidak hanya terasakan oleh dirinya, namun juga oleh lingkungannya. Mengubah Krisis Menjadi Keberuntungan Selain membawa perubahan positif, guru yang memiliki citra positif juga mampu mengubah krisis menjadi kesempatan untuk meraih keberuntungan. Citra diri yang positif mendorong guru untuk menjadi pemenang dalam segala hal. Menurut orang-orang yang bercitra diri positif, kekalahan, kegagalan, kesulitan dan hambatan sifatnya hanya sementara. Fokus perhatian mereka tidak melulu tertuju kepada kondisi yang tidak menguntungkan tersebut, melainkan fokus mereka diarahkan pada jalan keluar. Seringkali kita memandang pada pintu yang tertutup terlalu lama, sehingga kita tidak melihat bahwa ada pintu-pintu kesempatan lain yang terbuka untuk kita. Kita seringkali memandang dan menyesali kegagalan, krisis dan masalah yang menimpa terlalu lama, sehingga kita kehilangan harapan dan semangat untuk melihat kesempatan lain yang sudah terbuka bagi kita. Sebagai contoh, John Forbes Nash, pemenang nobel di bidang ilmu pengetahuan ekonomi dan matematika, justru merasa tertantang ketika mengalami soal matematika atau permasalahan ekonomi yang sulit. Kesulitan-kesulitan ini menurut Forbes, merupakan kesempatan untuk membuktikan kemampuannya memecahkan masalah tersebut. Kesulitan dan masalah dalam matematika dan ekonomi, mendorongnya untuk mencari cara-cara baru yang lebih efektif dan kreatif sebagai solusi bagi permasalahan tersebut.
Modul PLPG Penjaskes 2013 129 e. Bagaimana caranya? Setelah kita menyadari pentingnya memiliki citra diri positif, dan manfaat memiliki citra diri positif, tentunya kita juga ingin tahu bagaimana membangun citra diri yang positif. Berikut ini hal-hal yang harus dilakukan untuk membentuk citra diri yang positif: Persiapan Salah satu cara membangun citra diri positif adalah melalui persiapan. Dengan persiapan yang cukup, kita menjadi lebih yakin akan kemampuan kita meraih sukses. Keyakinan ini merupakan modal dasar meraih keberuntungan. Dengan melakukan persiapan, kita sudah berhasil memenangkan separuh dari pertarungan. Persiapan menuntun kita untuk mengantisipasi masalah, mencari alternatif solusi, dan menyusun strategi sukses. Persiapan dapat diwujudkan dengan mencari ilmu pengetahuan yang mendukung kita dalam menyelesaikan suatu masalah. Berpikir Unggul Untuk membangun citra diri yang positif, kita harus berpikir unggul. Cara berpikir unggul seperti ini akan mendorong kita untuk senantiasa berusaha menghasilkan karya terbaik. Mereka tidak akan berhenti sebelum mereka dapat mempersembahkan sebuah mahakarya. Semua ini dapat diraih guru jika selalu berpikir unggul. Setiap kali akan berciptakarya, yang dipikirkan guru adalah kemenangan atas keberhasilan belajar anak didiknya. Selalu berpikir kreatif dan inovatif. Belajar Berkelanjutan Selain melalui persiapan yang tepat serta berpikir unggul, citra diri positif juga bisa dibangun melalui komitmen pada pembelajaran berkelanjutan. Hasil belajar akan membawa perubahan positif dengan menambah nilai bagi orang yang berhasil mendapatkan pengetahuan ataupun keterampilan baru, yang bisa dijadikannya modal untuk maju meraih sukses. Tanpa semangat untuk senantiasa mengembangkan diri, guru yang sudah memiliki citra positif bisa saja lalu kehilangan citranya tersebut karena tidak dianggap unggul lagi atau tidak dianggap mampu menambah nilai bagi masyarakat sekitar melalui karya-karya yangdihasilkannya. Seringkali guru yang sudah lama mengajar maupun yang berada di tingkat atas merasa tak perlu lagi untuk belajar. Ia memandang remeh untuk belajar lagi, ia pikir, Toh, aku sudah sukses. Tambahan, orang seperti ini lebih enggan lagi untuk belajar pada orang yang lebih rendah dari dirinya. Hasilnya, ketika ia dirundung masalah, keberhasilannya pun melorot. Modul PLPG Penjaskes 2013 130 Guru yang lebih muda yang terus belajar akan menggantikannya dan menangani masalah dengan lebih baik. Hal yang paling penting juga dalam membahas tentang citra diri ini adalah konsep diri, atau harga diri. Menurut Bandura, jika selama ini kita merasa hidup telah sesuai dengan standar-standar yang kita tentukan dan telah memperoleh imbalan atau penghargaan, itu berarti kita telah memiliki konsep diri (harga diri). Guru yang memiliki kemampuan membangun citra diri positif akan sukses dan mudah membangun karier. Ia selalu melihat kelebihan diri, bukan kekurangan. Guru mampu membuat dirinya berharga dimata orang lain. Contohnya antara lain citra kejujuran, kesabaran, ketegasan, kedisiplinan dan wibawa merupakan citra positif yang disukai siapapun. Di dalam membangun citra diri ini dibutuhkan kemauan dan keseriusan dan memang tidak mudah, sering tidak akan terlihat langsung hasilnya. Karena citra diri merupakan produk pembelajaran dari orangtua, pengasuh yang memberikan kontribusi terbesar pada citra diri kita. Pengalaman lain dari guru, teman dan keluarga, yang menjadi pantulan cermin dari orang yang berpengaruh pada perkembangan kepribadian secara utuh. 2. Etika Seringkali di dalam kehidupan sehari-hari kita mendengarkan maupun menggunakan kata etika, etis, etiket, moral, maupun akhlak. Coba kita perhatikan kalimat-kalimat berikut ini! Guru PPL itu tidak punya etika, masuk ruangan tidak mengucapkan salam Rupanya, moral guru itu rendah. Masak, anak didiknya ditendang dan dimaki-maki karena tidak ikut upacara Tidak etislah kalau kita yang menyampaikan perihal kekurangan bapak pengawas Mahasiswa supaya memakai pakaian yang pantas di hari wisuda, jangan kita dikira tidak tahu etiket Pada kalimat-kalimat di atas kita bisa melihat cara berperilaku dari manusia yang dianggap tidak baik dan benar. Mengapa kita sebagai guru perlu memahami tatacara hidup ini? Perlu beretika, bermoral dan berakhlak baik? Seperti yang kita ketahui, bahwa manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna. Manusia diberi akal budi, perasaan dan kehendak. Dengan akal manusia bisa berpikir, dengan rasa manusia bisa mengatur keharmonisan hidup ini, dengan kehendak manusia bisa banyak berbuat amal kebaikan dan membuat karya. Karunia Allah jua, manusia mampu berbahasa, bisa mendidik dan dididik, berkehendak untuk menjadikan hidup ini
Modul PLPG Penjaskes 2013 131 lebih bermakna. Dengan kelebihan ini, manusia tentunya dapat berperilaku baik (kepribadian) setiap saat. Untuk memelihara keseimbangan kehidupan pribadi maupun kehidupan bersama (sosial), manusia perlu mengetahui aturan-aturan, nilai-nilai, norma-norma umum, maupun aturan ajaran agamanya. Manusia yang selalu berpikir kritis akan mampu menimbang perilaku, mana yang berdampak baik dan berdampak buruk. Kesadaran diri, harus berperilaku bagaimana ini, yang dikenal dengan ilmu etika. Berikut ini, akan dibahas tentang etika, moral dan akhlak secara singkat. Dimulai dari pengertian tentang etika, macam dan hubungan etika dengan moral, etiket dan akhlak, sehingga membawa kita pada suatu pengertian guru sebagai makhluk yang beretika dan berakhlak mulia. a. Etika dan Etiket Etika yang dalam bahasa Inggris di sebut ethics. Secara etimologi, etika berasal dari kata Yunani ethos yang berarti watak kesusilaan atau adat. Secara terminologi etika adalah cabang filsafat yang membicarakan tingkah laku atau perbuatan manusia dalam hubungannya dengan baik buruk. Dalam batasan filsafat, Immanuel Kant yang dikutip dari Anshari (1982), menyatakan bahwa filsafat adalah pengetahuan yang mencari jawaban dari empat persoalan pokok, salah satunya dijawab oleh etika. Persoalan tersebut berkaitan dengan, Apakah yang boleh dikerjakan manusia?Suseno dalam membahas etika dasar (1997), menyatakan bahwa etika adalah ilmu yang mencari orientasi. Salah satu kebutuhan fundamental manusia adalah orientasi. Etika sebagai sarana orientasi bagi manusia dalam menjawab pertanyaan: bagaimana saya harus hidup dan bertindak? Begitu banyak yang dapat memberitahu kita apa yang seharusnya kita lakukan; orangtua, guru, adat istiadat dan tradisi, teman. Tetapi apakah benar apa yang mereka katakan? Dan bagaimana kalau mereka masing-masing memberi nasihat yang berbeda? Lalu siapa yang harus diikuti? Dalam situasi seperti ini etika akan membantu kita untuk mencari orientasi. Tujuannya agar kita tidak hidup dengan cara ikut-ikutan. Etika sebagai ilmu tentang kesusilaan, yang menentukan bagaimana patutnya manusia hidup dalam masyarakat, yang dapat memahami apa yang baik dan yang buruk. Arti susila dalam etika dimaksudkan kelakuan atau perbuatan seseorang bernilai baik, sopan menurut norma-norma yang dianggap baik. Etiket adalah tata cara dalam masyarakat, sopan dalam memelihara hubungan baik antara sesama manusia. Arti etiket disini sama dengan adat kebiasaan, yaitu sesuatu yang dikenal, diketahui dan diulang-ulangi serta menjadi kebiasaan dalam Modul PLPG Penjaskes 2013 132 masyarakat, berupa kata-kata atau macam-macam bentuk perbuatan manusia dalam berinteraktif dengan manusia lainnya. Agar seseorang dapat diterima oleh kelompok masyarakat tertentu maka ia harus memahami etiket pergaulan berlaku pada masyarakat itu. Dalam kehidupan sehari-hari kita sering ditutut untuk membawakan diri kita berperilaku sesuai dengan etiket tertentu. Seperti etiket berbusana, etiket di meja makan, etiket dalam berbicara, mengikuti upacara resmi, saat menghadapi atasan, dalam perjamuan resmi, dan sebagainya. Dengan demikian, secara sederhana kita dapat mengatakan bahwa etiket merupakan aturan sopan santun dalam pergaulan hidup bermasyarakat. Etika sebagai bagian (cabang) filsafat menurut beberapa ahli dinyatakan sebagai berikut: The Liang Gie; etika adalah filsafat tentang pertimbangan moral Harry Hamersma; etika dan estetika merupakan filsafat tentang tindakan Aristoteles, memasukkan etika ke dalam cabang filsafat praktis; ilmu etika yang mengatur kesusilaan dan kebahagian dalam hidup perseorangan. Menurut Suseno, ada empat alasan mengapa manusia perlu beretika: Pertama, kita hidup dalam masyarakat yang semakin pluralistik. Perlu kesatuan tatanan normatif. Kedua, kita hidup dalam masa transformasi masyarakat yang sangat cepat. Dalam transformasi ekonomi, sosial, intelektual, dan budaya itu nilai budaya tradisional tertantang. Perubahan-perubahan budaya terjadi begitu cepat akibat modernisasi. Dalam situasi seperti ini, etika membantu kita agar jangan kehilangan orientasi, dapat membedakan antara yang hakiki dan apa yang boleh berubah dan dengan demikian tetap sanggup untuk mengambil sikap yang dapat dipertanggungjawabkan. Ketiga, dengan etika kita dapat menghadapi ideologi-ideologi baru dengan kritis dan objektif untuk membentuk penilaian sendiri, agar kita tidak mudah terpancing. Etika juga membantu agar kita jangan naif atau ekstrem, tidak cepat bereaksi, terhadap suatu pandangan baru, menolak nilai-nilai hanya karena baru dan belum biasa. Keempat, etika juga perlu oleh agama untuk memantabkan pemeluknya dalam keyakinan dan keimanan. Dengan memperhatikan manfaat etika, diharapkan peran Guru di manapun, dalam situasi apapun keberadaannya tetaplah sebagai pembimbing, pembina perilaku, dan sekaligus model berperilaku manusia beretika. Karena ini bagian dari tanggung jawab sebagai pendidik.
Modul PLPG Penjaskes 2013 133 b. Moral dan Etika Moral berasal dari kata latin mos jamaknya moses yang berarti adat atau cara hidup. Berarti etika sama dengan moral? Magnis Suseno (1987) membedakannya. Ajaran moral dinyatakan Suseno sebagai wejangan, khotbah, peraturan lisan atau tulisan tentang bagaimana manusia harus hidup dan bertindak agar ia menjadi manusia yang baik. Sedangkan etika bukanlah ajaran, tetapi pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran dan pandangan moral. Etika adalah ilmu, yang membuat kita mengerti tentang ajaran tertentu, dan bagaimana kita mengambil sikap yang bertanggung jawab berhadapan dengan ajaran moral. Kata moral selalu mengacu pada baik-buruknya manusia sebagai manusia. Bukan berdasarkan perannya, seperti guru, olahragawan, dai, pendeta, dokter, dan lainnya. Norma-norma moral adalah tolok ukur segi baik-buruknya sebagai manusia dan bukan sebagai pelaku peran tertentu dan terbatas. c. Etika dan Akhlak Kata akhlak merupakan bentuk jamak dari kata al-khuluq atau al-khulq, yang secara etimologis berarti: a) tabiat, budi pekerti; b) kebiasaan atau adat; c) keperwiraan, kesatriaan, kejantanan; d) agama. Akhlak dalam konsep agama Islam adalah sebagai bukti amaliah dari keimanan dan ketaqwaan seseorang. Sebagai kita kita pahami etika adalah usaha manusia untuk memakai akal budi dan daya fikirnya untuk memecahkan masalah hidup kalau ia mau baik. Etika secara umum dikenal sebagai kesepakatan manusia secara bersama-sama terhadap suatu norma yang jadi pedoman berperilaku. Bagi pemeluk agama Islam cara berperilaku manusia tidak boleh terlepas dari ajaran agamanya. Manusia berbuat bukan hanya untuk kebahagiaan di dunia saja, melainkan juga untuk kebahagiaan di akherat. Etika beragama di dalam agama Islam disebut dengan akhlak. Perilaku umat Islam haruslah berpedoman pada ajaran Alquran sebagai kitab suci dan cara pelaksanaan dalam kehidupan sehari-hari mencontoh akhlak guru besar nabi Muhammad SAW. Akhlak dalam agama Islam memiliki makna yang lebih mendalam dalam hidup manusia, yaitu cara manusia berperilaku yang merupakan pantulan dari tingkat keimanan hidup beragama. Berdasarkan kajian QS an-Nahl 16: 126 dan QS asy-Syuura 42:/40, KH Achmad Satori Ismail menjelaskan ada empat tingkatan akhlak dalam Islam. Pertama, akhlak sayyiah (tercela). Yaitu, semua yang dilarang Islam berupa keburukan atau kejahatan yang merugikan manusia dan kehormatannya, atau yang merusak makhluk secara umum. Misalnya. Modul PLPG Penjaskes 2013 134 Bergunjing, mengadu domba, dan menipu. Kedua, akhlah hasanah (baik), adalah akhlak di mana kebaikan dibalas dengan kebaikan dan kejahatan dibalas dengan kejahatan yang serupa. Ketiga, akhlak karimah (mulia), yaitu berperilaku sebagaimana yang diperintahkan Islam. orang yang selalu mampu memaafkan orang lain, walaupun orang tersebut mampu membalas hal yang tidak baik tersebut yang menimpa dirinya. Keempat, akhlak adzimah (agung). Kalau pada akhlak karimah ketika mendapatkan keburukan dari orang lain, cuma sampai memaafkan tersebut. Tapi, akhlak agung meningkat lebih tinggi, yaitu dengan berbuat baik kepada orang yang menzoliminya. Bahkan mendoakan orang tersebut untuk hal yang baik. Akhlak menempati posisi yang sangat penting dalam Islam, sehingga setiap aspek dari ajaran agama ini selalu berorientasi pada pembentukan dan pembinaan akhlak yang mulia, yang disebut al-akhlaq al-karimah. Hal ini tercantum antara lain dalam sabda Rasulullah SAW: Sesungguhnya saya diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia (HR. Ahmad, Baihaqi dan Malik). Mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik akhlaknya (HR. Tirmizi). Orang yang paling baik keislamannya ialah orang yang paling baik akhlaknya (HR. Ahmad). Takwa kepada Allah dan akhlak yang baik adalah sesuatu yang paling banyak membawa manusia ke dalam surga (HR. Tirmizi). Tidak ada sesuatu yang lebih berat dari timbangan orang mukmin pada hari kiamat daripada akhlak yang paling baik (HR. Tirmizi). Akhlak Nabi Muhammad SAW disebut juga akhlak Islam. Karena akhlak ini bersumber dari Al-Quran, dan Al-Quran datangnya dari Allah SWT, maka akhlak Islam mempunyai ciri- ciri tertentu yang membedakannya dengan akhlak ciptaan manusia (etika, moral, adat, dll). Ciri-ciri tersebut antara lain: Kebaikannya bersifat mutlak, yaitu kebaikan yang terkandung dalam akhlak Islam merupakan kebaikan yang murni, baik untuk individu maupun untuk masyarakat, di dalam lingkungan, keadaan, waktu, dan tempat apapun. Kebaikannya bersifat menyeluruh, yaitu kebaikan yang terkandung di dalamnya merupakan kebaikan untuk seluruh umat manusia di segala zamn dan di semua tempat. Tetap, langgeng, dan mantap, yaitu kebaikan yang terkandung di dalamnya bersifat tetap, tidak berubah oleh perubahan waktu dan tempat atau perubahan kehidupan
Modul PLPG Penjaskes 2013 135 masyarakat. Kewajiban yang harus dipatuhi, yaitu kebaikan yang terkandung dalam akhlak Islam merupakan hukum yang harus dilaksanakan sehingga ada sanksi hukum tertentu bagi orang-orang yang tidak melaksanakannya. Pengawasan yang menyeluruh. Karena akhlak Islam bersumber dari Tuhan, maka pengaruhnya lebih kuat dari akhlak ciptaan manusia, sehingga seseorang tidak berani melanggarnya kecuali setelah ragu-ragu dan kemudian akan menyesali perbuatannya untuk selanjutnya bertobat dengan sungguh-sungguh dan tidak melakukan perbuatan yang salah lagi. Ini trejadi karena agama merupakan pengawas yang kuat. Pengawas lainnya adalah hati nurani yang hidup yang didasarkan pada agama dan akal sehat yang dibimbing oleh agama serta diberi petunjuk. Sebagai guru yang beragama Islam tentu pedoman berperilakunya, akan meniru akhlaq guru besar Muhammad SAW. Yang selalu mengisi kehidupannya dengan kebaikan- kebaikan yang akan membawa kepada kebahagiaan dunia dan akherat d. Kode Etik Guru Kode etik merupakan bagian dari perilaku dan pengetahuan yang sangat penting yang harus dikuasai dan dimiliki oleh seorang guru. Kode etik suatu profesi merupakan norma-norma yang harus diperhatikan oleh setiap anggota profesi khususnya profesi guru di dalam melaksanakan tugas profesinya dan dalam kehidupan di masyarakat. Seorang guru akan mengetahui tentang aturan-aturan yang boleh dan tidak boleh dilakukan dalam melaksanakan profesinya sebagai seorang guru. Kode etik suatu profesi adalah norma-norma yang harus diindahkan oleh setiap anggota profesi di dalam melaksanakan tugas profesinya dan dalam hidupnya di masyarakat. Norma- norma tersebut berisi petunjuk-petunjuk bagi para anggota profesi tentang bagaimana mereka melaksanakan profesinya dan larangan-larangan, yaitu ketentuan-ketentuan tentang apa yang tidak boleh diperbuat atau dilaksanakan oleh mereka, melainkan juga menyangkut tingkah lakau anggota profesi pada umumnya dalam pergaulan sehari-hari di dalam masyarakat. Tujuan merumuskan kode etik dalam suatu profesi adalah untuk kepentingan anggota dan kepentingan organisasi profesi itu sendiri. Secara umum tujuan mengadakan kode etik adalah untuk: menjunjung tinggi martabat profesi menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggotanya Modul PLPG Penjaskes 2013 136 meningkatkan pengabdian para anggota profesi meningkatkan mutu profesi meningkatkan mutu organisasi profesi e. Kode Etik Guru Indonesia Kode etik guru Indonesia dapat dirumuskan sebagai himpunan nilai-nilai dan norma-norma profesi guru yang tersusun dengan baik dan sistematis dalam suatu sistem yang utuh dan bulat. Fungsi kode etik guru Indonesia adalah sebagai landasan moral dan pedoman tingkah laku setiap guru warga PGRI dalam menunaikan tugas pengabdiannya sebagai guru, baik di dalam maupun di luar sekolah serta dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. Dengan demikian maka Kode Etik Guru Indonesia merupakan alat yang amat penting untuk pembentukan sikap profesional para anggota profesi keguruan. Guru Indonesia terpanggil untuk menunaikan karyanya dengan berpedoman pada dasar-dasar antara lain guru: berbakti membimbing peserta didik untk membentuk manusia Indonesia yang seutuhnya berjiwa Pancasila. memiliki dan melaksanakan kejuruan profesional. berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan melakukan bimbingan dan pembinaan. menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang berhasilnya proses belajar-mengajar. memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat sekitarnya untuk membina peran serta dan rasa tanggung jawab bersama terhadap pendidikan. secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan mutu dan martabat prosesinya. memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan kesetiakawanan sosial. secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI sebagai saran perjuangan dan pengabdian. melaksanakan segala kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan. Sembilan kode etik guru ini kalau kita simak satu per satu sudah mengandung nilai bagaimana menjadi guru yang profesional. 3. Etos Kerja Etos kerja menurut kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai semangat kerja yang menjadi ciri khas dan keyakinan seseorang atau suatu kelompok. Kalau dikaitkan dengan profesi guru, etos kerja guru adalah semangat kerja yang menjadi ciri khas guru dalam menjalankan profesinya. Orang yang bekerja dilingkungan pendidikan, pendidik dan tenaga kependidikan, seharusnya tidak hanya melihat pekerjaannya
Modul PLPG Penjaskes 2013 137 sebagai tempat mencari nafkah. Ia harus melihatnya sebagai tugas yang mengemban esensi pendidikan. Menurut Isjoni dan Suarman (2003) pendidikan itu bukan hanya untuk hari ini dan esok, melainkan membangun kehidupan jauh kedepan. Esensi pendidikan dalam hal ini bagaimana mencerdaskan SDM, masyarakat dan bangsa, sehingga mampu beradaptasi sekaligus melakukan pembaharuan dalam kehidupannya. Ilmu pengetahuan dan teknologi perlu dikuasai. Yang mampu mengusainya adalah orang yang cerdas IQ, EQ, AQ, CQ dan SQ. Sumber daya manusia yang berkualitas hanya akan didapat dari guru yang memiliki berbagai kecerdasan tersebut. Guru yang berkualitas akan terbentuk jika memiliki etos kerja yang tinggi. Menurut Jansen Sinamo ada delapan etos kerja unggulan yang perlu dipahami, yang dapat dikembangkan oleh guru dalam bertugas. Etos kerja tersebut sebagai berikut: Kerja itu suci, kerja adalah panggilan ku, aku sanggup bekerja benar. Kerja itu sehat, kerja adalah aktualisasiku, aku sanggup bekerja keras. Kerja itu rahmat, kerja adalah terima kasihku, aku sanggup bekerja tulus. Kerja itu amanah, kerja itu tanggungjawabku, aku sanggup bekerja tuntas. Kerja itu seni/permainan, kerja adalah kesukaanku, aku sanggup kerja kreatif. Kerja itu ibadah, kerja adalah pengabdiaanku, aku sanggup bekerja serius. Kerja itu mulia, kerja adalah pelayananku, aku sanggup bekerja sempurna. Kerja itu kehormatan, kerja adalah kewajibanku, aku sanggup bekerja unggul. Inilah wujud kecerdasan IQ, EQ, AQ, CQ dan SQ bagi seorang pendidik guru. Hasil pekerjaaannya mendidik jauh ke depan. Jadi, tugas dan tanggungjawabnya bukan hanya pada saat itu dilakukan, akan tetapi menyiapkan pemimpin masa depan. Biasanya tenaga profesional jarang mempermasalahkan agar gajinya dinaikkan, melainkan kinerjanya sendirilah yang mengharuskan orang lain membayar mahal. Menurut Isjoni dan Suarman orang-orang profesional tidak menuntut gaji besar, namun mereka membuat gaji besar dari karyanya. Kerja seperti apapun dalam kehidupan di muka bumi harus dilihat dan dijalankan dalam suatu keseimbangan yang bernuansa ibadah. Islam menekankan pentingnya masyarakat muslim secara umum menghabis sepertiga hari mereka untuk bekerja, sepertiga Modul PLPG Penjaskes 2013 138 lainnya untuk tidur dan istirahat, dan sepertiga lainnya untuk shalat, bersenang-senang, aktivitas keluarga serta masyarakat. Ujian muslim setelah berkomitmen terhadap etos kerja, kemudian perlu dipikirkan mengenai bagaimana rejeki didapat dan dimanfaatkan. Dalam surat Albaqarah 212, Allah mengatakan akan memberi rezeki kepada orang-orang yang dikehendakinya. Dari ayat tersebut yang perlu disadari adalah kendati Allah memberikan rezeki lewat berbagai cara dan dalam jumlah yang tak terbatas, tetapi itu tak berarti rezeki datang dengan sendirinya, etos kerja harus ditumbuhkan. Layak diperhatikan bagaimana pendapatan atau hasil orang per orang yang berupa rezeki bisa diperoleh. Tentu akhirnya kembali kepada beberapa besar usaha kita untuk memperoleh rezeki itu. Allah SWT juga banyak berfirman agar rezeki itu dimanfaatkan dengan baik. Ini berarti terlihat mata rantai suatu aliran pendapatan dari satu orang keorang lainnya, sehingga akhirnya bagaikan bola salju dan jadilah suatu pertumbuhan bagi orang tersebut baik secara moral maupun material. Sebagai guru muslim, kita layak merenungkan bahwa segala rezeki yang Allah berikan kepada kita, harus dimanfaatkan secara baik. Di samping itu manusia yang beradab pasti ingin bekerja keras dan cerdas, berusaha mencari rezeki dengan dilandasi oleh etos Islam. Allah telah meletakkan di dalam prinsip-prinsip penciptaannya, bahwa bekerja dan berusaha merupakan daya rahasia kemajuan dan pergerakkan. Alam telah mengajarkan kepada manusia bahwa segala yang ada di alam ini senantiasa bergerak, berkembang, dan bekerja untuk membangun sistemnya. Ajaran Islam amat menekankan etos kerja tanpa melupakan aspek spritual. Dengan keduanya, Islam mendorong manusia untuk membangun peradaban yang mempunyai nilai spritual. Menyalakan etos kerja di tengah krisis bangsa adalah langkah konkrit untuk perbaikan negeri ini. Kehormatan dan kemuliaan datang dari kerja dan usaha untuk ibadah. Etos Kerja Cerdas berlandasan Spritual dapat dikembangkan lagi oleh guru dan implementasikannya dalam kehidupan sehari- hari, yakni Etos kerja sebagai mental rohani. Bagaimana kita memandang tugas kita guru dari segi mental rohani, agar didapatkan kepuasan kerja, pahamilah hal berikut ini: Kerja adalah rahmat, kerja panggilan, kerja aktualisasi, kerja ibadah, kerja adalah seni, kerja merupakan kehormatan, kerja pelayanan. Rahmat; jiwa besar, pikiran luas, hati baik, rejeki akbar, sumber berkah, suka cita, ikhlas, bersyukur.
Modul PLPG Penjaskes 2013 139 Amanah; adil, benar, jujur, aman terpecaya, bertanggungjawab, pembangun,dan pengembang. Panggilan; responsif, ekspresif, unik, khas, berintegrasi, tuntas, tumbuh menjadi bigger-higher, dan better. Ibadah; penuh cinta, sayang, setia, komitmen, berbakti, mengabdi, berserah. Seni ; indah, estetik,artistik, imajinatif, kreatif,, inovatif, Kehormatan ; harkat,martabat, mulia, hebat, berkualitas, unggul, excellent. Pelayan; fokus pada pelangganan, sempurna, paripurna, ramah, simpatik, memuaskan. Etos juga dikenali sebagai kebiasaan, berbasis pada state of mind yang berhubungan kegiatan produktif. Etos kerja sebagai seperangkat perlikaku kerja, yang berakar pada kesadaran yang kuat, keyakinan yangjelas danmantab, serta komitmen yang teguh pada prinsip,paradigma, dan wawasan kerja yang khas dan spesifik Delapan kebiasaan (habitus) dalam bekerja cerdas Bekerja ikhlas penuh rasa syukur Bekerja penuh integitas Bekerja keras penuh semangat Bekerja serius penuh kecintaan Bekerja cerdas penuh kreativitas Bekerja tekun penuh keunggulan Bekerja pari purna penuh kesabaran. Bagaimana anda sebagai guru melaksanakan tugas profesinya selama ini, coba nilai sendiri, lakukan penilaian diri dengan jujur agar ke depan anda pantas menyadang gelar guru yang profesinal. 4. Komitmen a. Makna Komitmen Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan dosen, Pasal 7 menyatakan salah satu prinsip profesionalitas butir c. Guru memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003, Pasal 40 Ayat (2)butir b. menyatakan pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan dan butir c. memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya. Komitmen adalah janji. Komitmen adalah janji pada diri kita sendiri atau pada orang lain yang tercermin dalam tindakan kita. Komitmen merupakan pengakuan seutuhnya, sebagai sikap Modul PLPG Penjaskes 2013 140 yang sebenarnya yang berasal dari watak yang keluar dari dalam diri seseorang. Pilihan jadi guru hendaklah diperkuat dengan komitmen. Komitmen akan mendororong rasa percaya diri, dan semangat kerja, menjalankan tugas sebagai guru menuju perubahan ke arah yang lebih baik. Hal ini ditandai dengan peningkatan kualitas phisik dan psikologi dari hasil kerja. Sehingga segala sesuatunya menjadi menyenangkanbagi seluruh warga sekolah Komitmen mudah diucapkan. Namun lebih sukar untuk dilaksanakan. Mengiyakan sesuatu dan akan melaksanakan dengan penuh tanggungjawab adalah salah satu sikap komitmen. Komitmen sering dikaitkan dengan tujuan, baik yang bertujuan positif maupun yang yang bertujuan negative. Sudah saatnya kita selalu berkomitmen, karena dengan komitmen sesorang mempunyai keteguhan jiwa. Stabilitas social tinggi, toleransi,, mampu bertahan pada masa sulit, dan tidak mudah terprovokasi. Komitmen yang tinggi untuk mengembangkan pendidikan. Memenuhi Komitmen (menepati janji sesuai dengan hati nurani) merupakan sikap dasar guru profesional. Menurut Pugach (2008) ada lima komitmen yang harus dilaksanakan secara berkelanjutan oleh guru, berkaitan dengan gelar profesional yang disandangnya. Selalu belajar mengembangkan pengetahuan dari berbagai sumber Mengembangkan kurikulum dengan rasa tanggungjawab Selalu memperhatikan keragaman latar belakang keluarga peserta didik Memenuhi kebutuhan individual dalam belajar di kelas maupun di area sekolah Aktif berkontribusi dalam tugas profesinya Seorang guru tidak boleh berhenti belajar setelah menyelesaikan program pendidikannya. Mereka harus terus belajar melalui apa yang dipraktekkannya di kelas, belajar melalui teman-teman seprofesi. Hal ini akan terjadi kalau guru memiliki komitmen untuk membuka diri jadi yang terbaik, mempunyai semangat dalam meningkatkan diri, mengembangkan kariernya di dunia pendidikan. Kurikulum bukanlah dokumen statis, dimana guru hanya mengikuti tanpa perlu pertimbangan dan sikap bijaksana. Guru diberi wewenang oleh pemerintah untuk mengembangkannya pada tingkat satuan pendidikan, tingkat kelas, sesuai kebutuhan dan kemampuan peserta didik. Oleh karena itu, dituntut tanggung jawab guru dalam penggunaan kurikulum pendidikan.
Modul PLPG Penjaskes 2013 141 Guru secara terus menerus, tahun berganti tahun, bergantian angkatan, menerima anggota kelas yang berbeda- beda. Siswa yang datang dari beragam latar belakangnya. Untuk pembelajaran yang menyenangkan guru diharapkan selalu kreatif mengelola kelasnya. Dimana, siswa dapat merasa diterima keberadaannya, merasa aman dan nyaman, berada di lingkungan kelas dan lingkungan sekolah. Kegiatan belajar di kelas maupun lingkungan sekolah hendaklah diorganisir secara tepat guna. Pengelompokan kegiatan, pengelompokkan siswa perlu pertimbangan berbagai kebutuhan individu siswa. Mengajar bukanlah sekedar bekerja yang memperhatikan jam masuk dan jam keluar selesai pembelajaran. Bekerja bagaikan robot sesuai dengan apa yang diperintahkan. Guru sendiri harus mampu mengelola dirinya, mengembangkan profesinya, membutuhkan kesempatan untuk bergabung dengan teman satu profesi, ikut bertanggung jawab atas profesinya. b. Komitmen guru adalah akhlak guru Menepati janji adalah salah satu pokok ajaran akhlak yang harus dilaksanakan sebagai aktualisasi dari keimanan. Sewaktu diangkat menjadi guru pegawai negeri komitmen yang diucapkan (diambil sumpah) atas nama Tuhan dan ditandatangani sebagai bukti tertulis kita berjanji. Apa yang terjadi setelah kita guru memulai dunia kerja, janji tinggal janji. Komitmen sering terlupakan. Janji akan lebih mengutamakan tugas Negara daripada kepentingan pribadi, sering terbalik dalam pelaksanaannya. Beratnya kesalahan kita, kita berjanji dengan Allah. Guru diharapkan akan menjadi seseorang yang menepati janji, memegang ucapannya dan dapat dipercaya dan diandalkan. Guru akan tampil dalam sikap, perkataan dan perbuatan menepati janji betapapun kecilnya dan dapat diandalkan, terpercaya, beriman dan bertakwa. c. Komitmen dan Ketulusan-keikhlasan Ketulusan dan keikhlasan dalam bekerja akan memudahkan terlaksananya komitmen sebagai seorang guru. Membicarakan tentang ikhlas, terkait dengan ketulusan niat. Ikhlas itu adalah rahasia dari semua rahasia dan aku menempatkannya di hati hamba yang menjadi kekasih-Ku. Demikian firman Allah SWT sebagaimana disabdakan nabi Muhammad SAW. Niat baik kita untuk melaksanakan tugas sebaik-baiknya merupakan tujuan hasil kerja yang berkualitas. Selalu ikhlas dalam bertindak dan niat karena Allah, diikuti dengan doa, akan membuahkan kebahagiaan bagi pribadi guru dan kesuksesan belajar siswanya. Modul PLPG Penjaskes 2013 142 Bekerja sebagai pengajar bagian dari mencapai kebahagian dalam kehidupan. Keikhlasan harus selalu ditingkatkan dan dirawat. Menurut Sentanu dalam bukunya Quantum Ikhlas: Mencari kebahagiaan hakiki dalam kondisi ikhlas, manusia akan kuat, cerdas dan bijaksana jalan hidup yang efektif dan produktif menjadi kekuatan pribadi yakni pribadi dengan bantuan Allah (Power). Proses melatih diri secara kualtiatif dan kuwantitatif-meningkatkan keikhlasan dengan mengakses kekuatan dahsyat (Allah). Kebahagiaan hakiki tidak hanya dipahami melalui pikiran tatapi harus melalui hati dengan kelembutan tersendiri orang yang ikhlas: rela, sabar, bersyukur akan meraih cita-cita yang tertinggi di dunia dan akhirat. Manusia diciptakan dengan sebaiknya dengan berbagai kelebihan dan kesempurnaan. Fitrah sempurna di zone ikhlas, selalu berprasangka baik kepada orang lain dan bersyukur kepada apa yang telah didapat. Manusia computer hayati; hardware Otak Software Pikiran dan perasaan operating system hati nurani self maintence system iklas gangguan virusnya putus asa, nafsu, sombong dsb-prasangka buruk manfaat hidup berkurang. Barsaing perang-bekerja sama. Kita sering diliputi pada hal-hal yang kurang enak. Takut maka timbul pikiran hal- hal yang menakutkan-usahakan tarik hal-hal yang membahagiakan/menarik hal-hal yang anda inginkan ingin sembuh focus pada kesehatan senang focus pada kebahagiaan tenang focus pada kedamaian. Selanjutnya Sentanu mengaitkan kerja otak dengan keikhlasan dan pentinya doa. Hidup di dunia berpasangan ada otak kiri dan otak kanan. Kiri berpikir analitik, logis, bahasa, pengetahuan. Kanan Intuisi, kuasi, seni, musik dsb. Tiap orang berbeda mana yang menonjol. Perlu kerja sama (kanan kiri), menyeimbangkan diri. Perang besar melawan diri sendiri. Pikiran positif yang rasanya enak dihati ketika anda beraktivitas, lakukan dengan hati dengan cara penuh doa kepada Allah SWT/ menyerahkan seluruh kehidupannya kepada Allah SWT. Kita telah diberikan motivasi yang berbicara Zone ikhlas High energi syukur, sabar, tenang, Happy perasaan positive yang berenergi tinggi positive feeling. Kebanyakan manusia melihat lewat panca indera tetapi belum tentu memahami apa yang dilihat. Doa adalah senjata orang yang beriman D = Direction Minta yang jelas O = Obedience = yakin doa akan dikabulkan A = Aceptance = syukur (menerima perasaan terkabulnya doa). d. Komitmen dan Kesabaran Pepatah popular mengatakan, Siapa yang bersabar akan beruntung. Mengapa beruntung? Satu surat dalam Al-Quran menuliskan yang artinya Sesungguhnya Allah beserta orang-
Modul PLPG Penjaskes 2013 143 orang yang sabar (QS 2:153). Jika Allah sudah menyertai seseorang, tidak ada siapa pun akan mampu mencelakan dia. Kebersertaan Allah dalam melaksanakan tugas sebagai guru haruslah diusahakan. Sering kita dalam melaksanakan tugas tidak sabar untuk meraih hasil terbaik. Sabar, adalah salah satu sikap terpuji yang terkait dengan kepribadian guru. Menurut Ubaedi kesabaran dalam konsep agama Isalam (Konsep Al-Quran) dimaksudkan untuk membuat manusia kuat menghadapi hidup. Konsep bagaimana menghadapi realitas atau menjalani praktek hidup. Seperti yang kita alami, menjalani hidup ini ternyata tidak cukup dengan memiliki keinginan yang baik, keinginan untuk menjadi orang baik, atau menjadikan orang lain disekitar kita lebih baik. Setiap orang memiliki keinginan untuk jadi baik, yang sering membuat kita tidak nyaman adalah realitas. Realitas yang kita hadapi sering tidak sesuai dengan harapan, bertentangan dengan keinginan atau yang telah direncanakan. Ada realitas yang menuntut kita mencari solusi. 90% penyebab kegagalan manusia adalah kepasrahan terhadap realitas. (Washington Irvin) kesuksesan dilahirkan dari 99% kegagalan yang dipahami dengan sikap anti menyerah, (james Dison) keberhasilan seseorang itu 20% ditentukan oleh kecerdasan intelektual dan yang 80% ditentukan oleh serumpun kemampuan yang disebut Kecerdasan Emosinal. (Daniel Goleman) Ubaedi lebih lanjut menjelaskan, bahwa meski sebagian besar kita sudah tahu arti kesabaran, tetapi dalam prakteknya masih banyak yang belum berhasil membedakan antara kesabaran dalam arti pasrah pada Tuhan dan kesabaran dalam arti pasrah pada kenyataan. Misalnya guru punya komitmen untuk meningkatkan hasil belajar siswanya. Kenyataannya, tidak semua anak didiknya dengan cepat ambil bagian berpartisipasi aktif dalam program yang sudah dirancang sedemikian rupa. Ada guru yang pasrah pada kondisi siswa, dengan menyatakan memang kemampuan dan kemauan siswa untuk belajar terbatas. Yang jelas kita sudah melaksanakan komitmen dalam menjalankan tugas mengajar. Sering pasrah pada realitas dengan mengatas namakan kesabaran, nasib, takdir, kehendak Tuhan, dan sebagainya. Bila kita sedang mengusahakan ide-ide baru dalam pendidikan (meningkatkan prestasi) lalu gagal ditengah jalan, orang lain akan mengatakan kepada kita sabar. Sabar disini mengandung konotasi menerima kegagalan itu apa adanya. Hal ini tentu tidak sejalan dengan kesabaran yang diajarkan oleh Modul PLPG Penjaskes 2013 144 agama. Ide-ide positif, jika gagal dilaksanakan, agama memerintahkan kita bukan menerima apa adanya, melainkan menerima untuk memperbaiki. Yang diperbaiki bisa jadi rencana, proses, teknik, alat, sikap mental, dan lain-lain. Dengan menerima dan memperbaiki maka jiwa kita akan terdidik untuk menjadi kuat. Kesabaran adalah kemampuan. Ubaedi mengelompokkan kesabaran sebagai kemampuan: Kemampuan menunggu Kemampuan mempertahankan Kemampuan menjalankan Sikap-sikap tidak sabar, seperti mengambil jalan pintas yang melanggar hukum, main seradak-seruduk, atau malah apatis dan tidak melakukan apa-apa, hanya akan berakhir dengan kegagalan dan penyesalan. Komitnen kesabaran perlu ditingkatkan. Sabar dapat mengundang kehadiran Allah bersama kita. Sabar sebagai cara untuk meminta pertolongan Allah. Mendidik manusia tidaklah mudah, guru sering kehilangan kesabaran, sehingga komitmennya dalam menjalankan profesi sering berjalan tidak mulus. Usaha untuk selalu memperbaiki diri, mencari jalan terbaik dan doa kepada Allah merupakan kunci utama dalam mencapai hasil kerja terbaik. Disamping itu, guru hendaklah selalu berupaya menghadirkan Allah dan dipertahankan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam lingkup individu maupun komunitas, agar selalu menjadi orang yang beruntung. 5. Empati a. Makna Empati Empati dalam bahasa Yunani diartikan sebagai ketertarikan fisik, yang didefinisikan sebagai kemampuan seseorang untuk mengenali, mempersepsi dan merasakan perasaan orang lain. Karena pikiran, kepercayaan, dan keinginan seseorang berhubungan dengan perasaannya. Seseorang yang berempati akan mampu mengetahui, pikiran dan mood orang lain. Empati sering dianggap sebagai resonansi perasaan. Empati adalah pondasi dari semua interaksi hubungan antara manusia mampu merasakan emosi orang lain, yang akan bermanfaat membina relationship yang akrab dengan orang lain. b. Empati dan kecerdasan emosional Empati adalah salah satu ciri kecerdasan emosional. Emosi menurut Goleman (1996) merupakan suatu perasaan dan pikiran-pikiran khas, suatu keadaan biologis dan psikologis, dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Sejumlah kritikus mengelompokan emosi dalam beberapa golongan, sebagai berikut:
Modul PLPG Penjaskes 2013 145 Amarah; beringas, mengamuk, benci, jengkel, marah besar, terganggu, rasa pahit, bermusuhan tindak kekerasan Kesedihan; sedih, pedih, muram, melankolis, mengasihani diri, kesepian, ditolak, putus asa, depresi berat. Rasa takut; cemas, takut, gugup, khawatir, waspada, pobia, panic, tidak tenang. Kenikmatan; bahagia, gembira, riang, puas, senang, terhibur, bangga, senang sekali, dan batas ujungnya, mania. Cinta; penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat,, bakti, hormat, kasmaran, kasih. Terkejut; takjub, terpana, terkejut, terkesiap. Jengkel; hina, jijik muak, mual, benci tidak suka, mau muntah, Malu; rasa salah, malu hati, kesal hasil, sesal, hina, aib, dan hati hancur lebur. Guru yang memiliki empati tinggi, mampu membaca dan memahami kondisi emosi peserta didiknya pada waktu tertentu. Guru akan berusaha membantu, memberi bimbingan cara mengelola emosi mereka. Kecerdasan emosional: kemampuan seperti kemampuan untuk memotivasi diri sendiri, dan bertahan menghadapi frustasi, menendalikan dorongan hati dan tidak berlebih-lebihan dalam kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stress tidak melumpuhkan kemampuan berpikir; berempati dan berdoa. Empati adalah kemampuan membaca emosi kemampuan menerima sudut pandang orang lain kemampuan dalam mendengarkan orang lain kemampuan kepekaan akan perasaan oranglain Goleman menyebut empati sebagai keterampilan dasar manusia. Orang memiliki empati kata Goleman adalah pemimpin alamiah yang dapat mengekspresikan dan mengartikulasikan sentiment kolektif yang tidak terucapkan, untuk membimbing suatu kelompok menuju cita-citanya. c. Menumbuhkan dan Mengembangkan Empati di kelas Segal (2000) menyatakan, semakin banyak Anda mempelajari melalui perasaan, semakin mudah Anda memahami perasaan orang lain. Saya tidak dapat menemukan alat yang lebih ampuh untuk menelusuri kerumitan hubungan manusia, kecuali empati. Empati adalah keterampilan terakhir yang Anda peroleh ketika mendidik hati anda. Empati mengalir dari kesadaran aktif, rasakan setiap saat, seimbangkan kebutuhan anda dan kebutuhan orang lain demi kepuasan bersama untuk membetuk hubungan saling menghormati yang langgeng. Kesadaran aktif akan membuat anda cerdas. Empati membuat anda bijaksana dalam merasa. Modul PLPG Penjaskes 2013 146 Memahami bahasa tubuh. Coba ingat dan catat bagaimana anda bereaksi setiap anda merasakan atau melihat hal-hal berikut ini pada orang-orang yang anda temui: mulut cemberut ringisan mata berbinar-binar irama suara alis berkerut senyum lebar kelopak mata berat nada suara melengking cuping hidung mengembang Apakah anda merasakan ledakan emosioanal pada diri anda; Ketika anda melihat seseorang mengangis, Anda menangis pula. Ketika seseorang sangat ceria, Anda tertawa geli. Itu bukan empati sama sekali. Empati dapat dimaknai menyelami perasaan orang lain, namun masih tetap terjaga beberapa keterpisahan. Empati dapat merasakan kesedihan orang lain tanpa kehilangan jati diri dan kesadaran diri. Data penelitian menunjukkan bahwa empati merupakan kekuatan yang hebat untuk kebaikan. Guru yang memiliki tingkat empati yang tinggi dapat mengembangkan kemampuan akademik yang lebih besar pada muridnya daripada guru yang tingkat empatinya rendah. Carl Roger dalam Zuchdi (2008) mengatakan bahwa, empati merupakan alat yang paling efektif untuk membantu perkembangan pribadi dan meningkatkan hubungan serta komunikasi dengan orang lain. Empati guru merupakan kedekatan emosi dengan peserta didiknya, ikatan emosi dengan siswanya. Guru sering gagal mencerdaskan siswanya karena tidak memiliki empati pada peserta didiknya. Empati guru terhadap siswa dengan memahami kebutuhan siswanya, diantaranya; sensitive, penuh perhatian terhadap kebutuhan siswa menunjukkan kemampuan berada pada posisi siswa memahami kebutuhan siswa, tetapi tidak sentimental, membedakan masalah-masalah pribadi anak dari masalah umum. Seorang guru harus bisa menyelami, apakah siswa telah mengerti materi yang baru saja dijelaskan. Biasanya dari ekpresi wajah mereka dapat terlihat.
Modul PLPG Penjaskes 2013 147 Berikut ini Hasyim Ashari (2007) mendeskripsikan tanda yang bisa dibaca dari ekspresi wajah siswa. Ekpresi Wajah/suara Artinya Kepala manggut-manggut Memahami apa yang dijelaskan Tersenyum sambil bilang oo Sangat memahami Wajah tidak tergerak dengan tetap memandang papan tulis Belum mengerti Mengerutkan dahi Susah memahami Bel akhir pelajaran berbunyi, dan siswa bilang kok cepat ya Anda sukses berkomunikasi dengan siswa
Guru harus kreatif jika di kelas yang diajarnya ada siswa yang ngobrol dengan temannya. Tidak melihat ke depan, atau kalau ditanya tidak menjawab. Teramati tidak semangat mengikuti pelajaran. Lakukan interaksi dengan memberi umpan balik. Guru harus berusaha mencari akar permasalahannya, jangan hanya focus menyelesaikan program pembelajaran hari itu. Sikap empati yang tinggi dari guru akan mampu mengatasi masalah belajar siswanya.
Modul PLPG Penjaskes 2013 148 BAB VI PENDALAMAN MATERI ASAS DAN FALSAFAH PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN
A. Pokok-pokok Isi Materi Mutu pendidikan sebagai salah satu pilar pengembangan sumber daya manusia sangat penting maknanya bagi pembangunan nasional. Bahkan dapat dikatakan masa depan bangsa terletak pada keberadaan pendidikan yang berkualitas pada masa kini. Pendidikan yang berkualitas hanya akan muncul apabila terdapat lembaga pendidikan yang berkualitas. Oleh karena itu, upaya peningkatan mutu pendidikan merupakan titik strategi dalam upaya menciptakan pendidikan yang berkualitas. Peningkatan mutu pendidikan merupakan sasaran pembangunan di bidang pendidikan nasional dan merupakan bagian integral dari upaya peningkatan kualitas manusia Indonesia secara menyeluruh. Pemerintah dalam hal ini Menteri Pendidikan Nasional telah mencanangkan Gerakan Peningkatan Mutu Pendidikan. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (USPN) Nomor 20 tahun 2003 pasal 50 ayat 5 menyatakan pemerintah kabupaten/kota mengelola pendidikan dasar dan pendidikan menengah serta satuan pendidikan yang berbasis keunggulan lokal. Sementara itu ayat 2 menegaskan bahwa Pemerintah menentukan kebijakan dan standar nasional pendidikan untuk menjamin mutu pendidikan nasional. Terbitnya USPN mendorong terjadinya upaya-upaya menjawab tantangan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga dewasa ini banyak lembaga pendidikan menyelenggarakan Sekolah Berbasis Keunggulan Lokal. Banyaknya penyelenggaraan sekolah semacam ini memungkinkan munculnya disparitas penyelenggaraan dan mutu pendidikan. Realita tentang kondisi pendidikan di Indonesia yang masih dalam proses pembenahan ini diakui atau tidak, guru merupakan salah satu komponen pendidikan yang sangat berpengaruh terhadap proses pembelajaran peserta didik. Guru merupakan salah satu komponen pendidikan yang memiliki tanggungjawab dan pengaruh besar terhadap pembentukan kualitas peserta didik. Bahkan dapat juga dikatakan jika guru dalam proses pembelajarannya sesuai dengan tugas profesi yang di emban baik dalam disiplin keilmuannya maupun dalam seni proses pembelajarannya, maka dapat diprediksikan hasilnyapun akan menjadi lebih baik. Berbagai cara dilakukan untuk memperbaiki dunia pendidikan di Indonesia, mulai dari perbaikan kurikulum, metode/strategi pembelajarannya, dan upaya peningkatan mutu tenaga kependidikan. Usaha perbaikan tersebut merupakan bentuk manifestasi dari upaya meningkatkan mutu pendidikan. Di antara usaha memperbaiki mutu dunia pendidikan yaitu dengan meningkatkan kualitas tenaga kependidikan.
Modul PLPG Penjaskes 2013 149 Yakni membentuk guru yang belum profesional menjadi profesional. Untuk menciptakan guru profesional dalam proses pembelajaran dibutuhkan usaha keras dan sungguh-sungguh. Modul Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) Asas dan Falsafah Penjasorkes ini berisi tentang: penjelasan mengenai pengertian pendidikan jasmani, perbandingan dan perbedaan antara pendidikan jasmani dan pendidikan olahraga, penjelasan dasar falsafah pendidikan jasmani dan penjelasan mengenai landasan ilmiah pelaksanaan pendidikan jasmani dan olahraga di sekolah berdasarkan keilmuan yang benar.
B. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar 1. Standar Kompetensi Menguasai materi, struktur, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran Penjasorkes.
2. Kompetensi Dasar Menjelaskan dimensi filosofis pendidikan jasmani termasuk etika sebagai aturan dan profesi.
C. Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari modul Pendidikan Latihan Profesi Guru (PLPG) Penjas ini Bapak/ibu akan memiliki kompetensi yang tercermin dari indikator sebagai berikut: 1. Menjelaskan pengertian pendidikan jasmani. 2. Membandingkan dan membedakan antara pendidikan jasmani dan pendidikan olahraga. 3. Menjelaskan dasar falsafah pendidikan jasmani. 4. Menjelaskan mengenai landasan ilmiah pelaksanaan pendidikan jasmani dan olahraga di sekolah berdasarkan keilmuan yang benar.
D. Uraian Materi 1. Pengertian Pendidikan Jasmani Istilah Pendidikan merupakan kata yang tidak asing lagi untuk hampir setiap orang. Namun demikian, istilah ini lebih sering diartikan secara berbeda dari masa ke masa, termasuk oleh ahli yang berbeda pula. Seseorang mungkin menerjemahkan pendidikan sebagai sebuah proses latihan. Orang lain mungkin menerjemahkannya sebagai sejumlah pengalaman yang memungkinkan seseorang mendapatkan pemahaman dan pengetahuan baru yang lebih baik. Atau mungkin pula diterjemahkan secara sederhana sebagai pertumbuhan dan perkembangan. John Dewey, seorang pendidik yang mempunyai andil besar dalam dunia pendidikan, mendefinisikan pendidikan sebagai rekonstruksi aneka pengalaman dan peristiwa yang dialami dalam kehidupan individu sehingga segala sesuatu yang baru menjadi lebih terarah dan bermakna. Modul PLPG Penjaskes 2013 150 Definisi ini mengandung arti bahwa seseorang berpikir dan memberi makna pada pengalaman-pengalaman yang dilaluinya. Morse (1964) membedakan pengertian pendidikan ke dalam istilah pendidikan liberal (liberal education) dan pendidikan umum (general education). Ia mengatakan bahwa pendidikan liberal lebih berorientasi pada bidang studi dan menekankan penguasaan materinya (subject centered). Tujuan utamanya adalah penguasaan materi pembelajaran secara mendalam dan bahkan jika mungkin sampai tuntas. Pemikiran pendidikan seperti ini sudah tidak bisa lagi diterapkan dalam konteks pendidikan jasmani sekarang ini, dan oleh karena itu, pengertian pendidikan seperti ini dipandang bersifat tradisional. Sementara itu, pendidikan modern lebih bersifat memperhatikan pelakunya dari pada bidang studi atau materinya. Tujuan utamanya adalah mencapai perkembangan individu secara menyeluruh sambil tetap memperhatikan perkembangan perilaku intelektual dan sosial individu sebagai produk dari belajarnya (child centered). Pendidikan pada zaman sekarang lebih banyak menekankan pada pengembangan individu secara total. Kebanyakan sekolah sekarang ini menganut filsafat modern. Setiap individu memiliki kebutuhan yang berbeda-beda. Pembelajaran secara individual pada dasarnya merupakan pembelajaran untuk semua peserta didik, termasuk program untuk peserta didik yang mempunyai kelambanan dalam perkembangannya, mengalami gangguan emosional, dan peserta didik yang memiliki cacat fisik atau mental. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional. Pendidikan memiliki sasaran pedagogis, oleh karena itu pendidikan kurang lengkap tanpa adanya pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan, karena gerak sebagai aktivitas jasmani adalah dasar bagi manusia untuk mengenal dunia dan dirinya sendiri yang secara alami berkembang searah dengan perkembangan zaman. Selama ini telah terjadi kecenderungan dalam memberikan makna mutu pendidikan yang hanya dikaitkan dengan aspek kemampuan kognitif. Pandangan ini telah membawa akibat terabaikannya aspek-aspek moral, akhlak, budi pekerti, seni, psikomotor, serta life skill. Dengan diterbitkannya Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan akan memberikan peluang untuk
Modul PLPG Penjaskes 2013 151 menyempurnakan kurikulum yang komprehensif dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional. Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan merupakan media untuk mendorong pertumbuhan fisik, perkembangan psikis, keterampilan motorik, pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai-nilai (sikap- mental-emosional-sportivitas-spiritual-sosial), serta pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis yang seimbang.
a. Pandangan Tradisional Pandangan pertama, atau juga sering disebut pandangan tradisional, menganggap bahwa manusia itu terdiri dari dua komponen utama yang dapat dipilah-pilah, yaitu jasmani dan rohani (dikhotomi). Pandangan ini menganggap bahwa Pendidikan Jasmani hanya semata-mata mendidik jasmani atau sebagai pelengkap, penyeimbang, atau penyelaras pendidikan rohani manusia. Dengan kata lain Pendidikan Jasmani hanya sebagai pelengkap saja. Di Amerika Serikat, pandangan dikhotomi ini muncul pada akhir abad 19 atau antara tahun 1885 - 1900. Pada saat itu, Pendidikan Jasmani di pengaruhi oleh sistem Eropa, seperti: Sistem Jerman dan Sistem Swedia, yang lebih menekankan pada perkembangan aspek fisik (fitnes), kehalusan gerak, dan karakter peserta didik, dengan gimnastik sebagai medianya. Pada saat itu, Pendidikan Jasmani lebih berperan sebagai medicine (obat) daripada sebagai pendidikan. Oleh karena itu, para pengajar Pendidikan Jasmani lebih banyak dibekali latar belakang akademis kedokteran dasar (medicine). Pandangan Pendidikan Jasmani berdasarkan pandangan dikhotomi manusia ini secara empirik menimbulkan salah kaprah dalam merumuskan tujuan, program pelaksanaan, dan penilaian pendidikan. Kenyataan menunjukkan bahwa pelaksanaan Pendidikan Jasmani ini cenderung mengarah kepada upaya memperkuat badan, memperhebat keterampilan fisik, atau kemampuan jasmaniahnya saja. Selain dari itu, sering juga pelaksanaan Pendidikan Jasmani ini justru mengabaikan kepentingan jasmani itu sendiri, hingga akhirnya mendorong timbulnya pandangan modern.
b. Pandangan Modern Pandangan modern, atau sering juga disebut pandangan holistik, menganggap bahwa manusia bukan sesuatu yang terdiri dari bagian- bagian yang terpilah-pilah. Manusia adalah kesatuan dari berbagai bagian yang terpadu. Oleh karena itu Pendidikan Jasmani tidak hanya berorientasi pada jasmani saja atau hanya untuk kepentingan satu komponen saja. Di Amerika Serikat, pandangan holistik ini awalnya dipelopori oleh Wood dan selanjutnya oleh Hetherington pada tahun 1910. Pada saat itu Pendidikan Jasmani dipengaruhi oleh progressive education. Doktrin Modul PLPG Penjaskes 2013 152 utama dari progressive education ini menyatakan bahwa semua pendidikan harus memberi kontribusi terhadap perkembangan anak secara menyeluruh, dan pendidikan jasmani mempunyai peranan yang sangat penting terhadap perkembangan tersebut. Pada periode ini Pendidikan Jasmani diartikan sebagai pendidikan melalui aktivitas jasmani (education through physical). Pandangan holistik ini, pada awalnya kurang banyak memasukkan aktivitas sport karena pengaruh pandangan sebelumnya, yaitu pada akhir abad 19, yang menganggap sport tidak sesuai di sekolah-sekolah. Namun tidak bisa dipungkiri sport terus tumbuh dan berkembang menjadi aktivitas fisik yang merupakan bagian integral dari kehidupan manusia. Sport menjadi populer, peserta didik menyenanginya, dan ingin mendapatkan kesempatan untuk berpartisipasi di sekolah-sekolah hingga para pendidik seolah-olah ditekan untuk menerima sport dalam kurikulum di sekolah-sekolah karena mengandung nilai-nilai pendidikan. Hingga akhirnya Pendidikan Jasmani juga berubah, yang tadinya lebih menekankan pada gimnastik dan fitness menjadi lebih merata pada seluruh aktivitas fisik termasuk olahraga, bermain, rekreasi atau aktifitas lain dalam lingkup aktivitas fisik.
c. Pandangan Indonesia Di Indonesia, salah satu contoh definisi Pendidikan Jasmani yang didasarkan pada pandangan holistik ini dikemukakan oleh Jawatan Pendidikan Jasmani (sekarang sudah dibubarkan) yang dirumuskan tahun 1960, sebagai berikut, Pendidikan Jasmani adalah pendidikan yang mengaktualisasikan potensi-potensi aktivitas manusia berupa sikap, tindak, dan karya yang diberi bentuk, isi, dan arah menuju kebulatan pribadi sesuai dengan cita-cita kemanusiaan. Definisi yang relatif sama, juga dikemukakan oleh Pangrazi dan Dauer (1992) sebagai berikut, Pendidikan Jasmani merupakan bagian dari program pendidikan umum yang memberi kontribusi, terutama melalui pengalaman gerak, terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh. Pendidikan Jasmani didefinisikan sebagai pendidikan gerak dan pendidikan melalui gerak, dan harus dilakukan dengan cara-cara yang sesuai dengan definisi tersebut. Definisi Pendidikan Jasmani dari pandangan holistik ini cukup banyak mendapat dukungan dari para ahli Pendidikan Jasmani lainnya. Misalnya, Siedentop (1990), mengemukakan, Pendidikan Jasmani modern yang lebih menekankan pada pendidikan melalui aktivitas jasmani didasarkan pada anggapan bahwa jiwa dan raga merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisah-pisahkan. Pandangan ini memandang kehidupan sebagai totalitas. Wall dan Murray (1994), mengemukakan hal serupa dari sudut pandang yang lebih spesifik, masa anak-anak adalah masa yang sangat kompleks, dimana pikiran, perasaan, dan tindakannya selalu berubah-ubah.
Modul PLPG Penjaskes 2013 153 Oleh karena sifat anak-anak yang selalu dinamis pada saat mereka tumbuh dan berkembang, maka perubahan satu elemen sering kali mempengaruhi perubahan pada eleman lainnya. Oleh karena itu dapatlah dikatakan bahwa Pendidikan Jasmani pada dasarnya merupakan pendidikan melalui aktivitas jasmani untuk mencapai perkembangan individu secara menyeluruh. Namun demikian, perolehan keterampilan dan perkembangan lain yang bersifat jasmaniah itu juga sekaligus sebagai tujuan. Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) Pendidikan Jasmani adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi. Lingkungan belajar diatur secara seksama untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan seluruh ranah, jasmani, psikomotor, kognitif, dan afektif setiap peserta didik.
2. Perbandingan dan Perbedaan antara Pendidikan Jasmani dan Pendidikan Olahraga Dalam memahami arti pendidikan jasmani, kita harus juga mempertimbangkan hubungan antara bermain (play) dan olahraga (sport), sebagai istilah yang lebih dahulu populer dan lebih sering digunakan dalam konteks kegiatan sehari-hari. Pemahaman tersebut akan membantu para guru atau masyarakat dalam memahami peranan dan fungsi pendidikan jasmani secara lebih konseptual. Bermain pada intinya adalah aktivitas yang digunakan sebagai hiburan. Kita mengartikan bermain sebagai hiburan yang bersifat fisikal yang tidak kompetitif, meskipun bermain tidak harus selalu bersifat fisik. Bermain bukanlah berarti olahraga dan pendidikan jasmani, meskipun elemen dari bermain dapat ditemukan di dalam keduanya. Olahraga di pihak lain adalah suatu teknik bermain yang terorganisir dan bersifat kompetitif. Beberapa ahli memandang bahwa olahraga semata- mata suatu teknik permainan yang terorganisasi, yang menempatkannya lebih dekat kepada istilah pendidikan jasmani. Akan tetapi, pengujian yang lebih cermat menunjukkan bahwa secara tradisional, olahraga melibatkan aktivitas kompetitif. Ketika kita menunjuk pada olahraga sebagai aktivitas kompetitif yang terorganisir, kita mengartikannya bahwa aktivitas itu sudah disempurnakan dan diformalkan hingga kadar tertentu, sehingga memiliki beberapa teknik dan proses tetap yang terlibat. Peraturan, misalnya, baik tertulis maupun tak tertulis, digunakan atau dipakai dalam aktivitas tersebut, dan aturan atau prosedur tersebut tidak dapat diubah selama kegiatan berlangsung, kecuali atas kesepakatan semua pihak yang terlibat. Dari uraian di atas maka pengertian olahraga adalah aktivitas kompetitif. Kita tidak dapat mengartikan olahraga tanpa memikirkan kompetisi, sehingga tanpa kompetisi, olahraga berubah menjadi semata- Modul PLPG Penjaskes 2013 154 mata bermain atau rekreasi. Bermain pada satu saat menjadi olahraga, tetapi sebaliknya, olahraga tidak pernah hanya semata-mata bermain; karena aspek kompetitif teramat penting dalam hakikatnya. Di pihak lain, pendidikan jasmani mengandung elemen baik dari bermain maupun dari olahraga, tetapi tidak berarti hanya salah satu saja, atau tidak juga harus selalu seimbang di antara keduanya. Sebagaimana dimengerti dari kata-katanya, pendidikan jasmani adalah aktivitas jasmani yang memiliki tujuan kependidikan tertentu. Pendidikan Jasmani bersifat fisik dalam aktivitasnya dan pendidikan jasmani dilaksanakan untuk mendidik. Hal itu tidak bisa berlaku bagi bermain dan olahraga, meskipun keduanya selalu digunakan dalam proses kependidikan. Bermain, olahraga dan pendidikan jasmani melibatkan teknik-teknik gerakan, dan ketiganya dapat melumat secara pas dalam konteks pendidikan jika digunakan untuk tujuan-tujuan kependidikan. Bermain dapat membuat rileks dan menghibur tanpa adanya tujuan pendidikan, seperti juga olahraga tetap eksis tanpa ada tujuan kependidikan. Misalnya, olahraga profesional (di Amerika umumnya disebut athletics) dianggap tidak punya misi kependidikan apa-apa, tetapi tetap disebut sebagai olahraga. Olahraga dan bermain dapat eksis meskipun secara murni untuk kepentingan kesenangan, untuk kepentingan pendidikan, atau untuk kombinasi keduanya. Kesenangan dan pendidikan tidak harus dipisahkan secara eksklusif; keduanya dapat dan harus beriringan bersama. Sehubungan hal di atas sesuai dengan pendapat yang disampaikan oleh Abdul Kadir Ateng, dalam mata kuliah azas dan falsafah pendidikan olahraga tentang proposi olahraga dan pendidikan jasmani di sekolah, adalah sebagai berikut:
Komponen Pendidikan Jasmani Sport (Olahraga) Tujuan Pendidikan keseluruhan, kepribadian dan emosional Kinerja motorik (motor performance/kinerja gerak untuk prestasi Materi Child centered (sesuai dengan kebutuhan anak/individualized) Subject centered (berpusat pada materi) Teknik gerak Seluas gerak kehidupan sehari- hari Fungsional untuk cabang olahraga bersangkutan Peraturan Disesuaikan dengan keperluan (tidak dibakukan) Peraturannya baku (standar) agar dapat dipertandingkan Anak yang lamban Harus diberi perhatian ekstra Ditinggalkan/untuk milih cabang olahraga lain Talen Skating (TS) Untuk mengukur kemampuan awal Untuk cari atlit berbakat Latihannya Mutilateral (latihan yang menyangkut semua otot) Spesifik Partisipasi Wajib Bebas
Modul PLPG Penjaskes 2013 155 Perbedaan pendidikan jasmani yang telah disampaikan oleh Abdul Kadir Ateng, diperkuat oleh Syarifudin, dalam buletin pusat perbukuan, yaitu :
Komponen Pendidikan Jasmani Olahraga Tujuan Program yang dikembangkan sebagai sarana untuk membentuk pertumbuhan dan perkembangan totalitas subjek. Program yang dikembangkan sebagai sarana untuk mencapai prestasi optimal. Orientasi Aktivitas jasmani berorientasi pada kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan subjek Aktivitas jasmani berorientasi pada suatu program latihan untuk mencapai prestasi optimal Materi Materi perlakuan tidak dipaksa- kan melainkan disesuaikan dengan kemampuan anak. Untuk mencapai prestasi optimal materi latihan cenderung dipaksakan. Lamanya perlakuan Lamanya aktivitas jasmani yang dilakukan dalam pendidikan jasmani tiap pertemuan dibatasi oleh alokasi waktu kurikulum. Di samping itu juga disesuaikan dengan kemampuan organ-organ tubuh subjek. Lamanya aktivitas jasmani yang dilakukan dalam latihan olahrag cenderung tidak dibatasi. Agar individu dapat beradaptasi dengan siklus per-tandingan, aktivitas fisik dalam latihan harus dilakukan men-dekati kemampuan optimal. Frekuensi perlakuan Frekuensi pertemuan belajar pendidikan jasmani dibatasi oleh alokasi waktu kurikulum. Namun demikian diharapkan peserta didik dapat mengulang-ulang keterampilan gerak yang dipelajari di sekolah pada waktu senggang mereka dirumah. Diharapkan mereka dapat melakukan pengulangan gerakan antara 2 sampai 3 kali/minggu.
Agar dapat mencapai tujuan, latihan harus dilakukan dalam frekuensi yang tinggi. Intensitas Intensitas kerja fisik disesuaikan dengan kemampuan organ-organ tubuh subjek Intensitas kerja fisik harus mencapai ambang zona latihan. Agar subjek dapat beradaptasi dengan siklus pertandingan kelak, kadang-kadang intensitas kerja fisik dilakukan melebihi kemampuan optimal. Peraturan Tidak memiliki peraturan yang baku. Peraturan dapat dibuat sesuai dengan tujuan dan kondisi pembelajaran Memiliki peraturan permainan yang baku. Sehingga olahraga dapat dipertandingkan dan diperlombakan dengan standar yang sama pada berbagai situasi dan kondisi. Modul PLPG Penjaskes 2013 156 Dengan adanya perbedaan pendidikan jasmani dan olahraga secara konsep, baik yang dikemukakan oleh Abdul Kadir Ateng, dalam perkuliahan, diperkuat oleh Syarifudin. dalam buletin pusat perbukuan, maka secara sistimatis dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga akan memiliki perbedaan, hal ini sesuai dengan contoh perbedaan pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga yang dikemukakan oleh Syarifudin. dalam buletin pusat perbukuan, yaitu
Pendidikan Jasmani Olahraga Berjalan Pembelajaran berjalan pada pendidikan jasmani ditujukan pada usaha untuk membentuk sikap dan gerak tubuh yang sempurna. Pembelajaran biasanya dilakukan melalui materi baris-berbaris Berjalan Berjalan pada olahraga merupakan salah satu nomor dalam cabang atletik. Latihan berjalan dilakukan dengan secepat-cepatnya melalui teknik dan peraturan yang telah baku. Lari Materi lari pada pendidikan jasmani dimaksudkanuntuk dapat mengembang-kan keterampilan gerak berlari dengan baik. Berlari dapat dilakukan dalam beberpa teknik; lari zig-zag, lari kijang, lari kuda, dan beberapa teknik lari lainnya Lari Lari pada olahraga merupakan salah satu nomor dalam cabang atletik. Latihan dilakukan untuk mencapai prestasi optomal. Dalam cabang atletik lari dibagi dalam beberapa nomor. Lompat Materi lompat dalam pendidikan jasmani dimaksudkan untuk dapat mengembangkan keterampilan gerak lompat dengan baik. Lompat dapat dilakukan dalam beberapa teknik ; lompat harimau, lompat kodok, dan beberapa teknik lompat lainnya. Lompat Lompat pada olahraga merupakan salah satu nomor dalam cabang atletik. Latihan lompat pada cabang atletik dilakukan untuk mencapai prestasi optimal Lempar Materi lempar dalam pendidikan jasmani dimaksudkan untuk dapat mengembangkan ketermapilan gerak lempar dengan baik. Melempar dapat dilakukan dengan beberapa teknik; lempar bola, lempar sasaran, dan beberpa teknik lempar lainnya. Lempar Lempar dalam olahraga merupakan salah satu nomor dalam cabang atletik. Latihan lempar pada cabang atletik dilakukan untuk mencapai prestasi optimal.
Modul PLPG Penjaskes 2013 157 3. Kedudukan, Fungsi dan Bentuk Kegiatan Pendidikan Jasmani a. Kedudukan Pendidikan Jasmani dalam Olahraga
Gambar 1 Peta Konsep Kedudukan Pendidikan Jasmani dalam Olahraga
Modul PLPG Penjaskes 2013 158 b. Fungsi Pendidikan Jasmani
Gambar 2 Peta Konsep Fungsi Pendidikan Jasmani
Modul PLPG Penjaskes 2013 159 c. Bentuk Kegiatan Pendidikan Jasmani
Gambar 3 Peta Konsep Bentuk Kegiatan Pendidikan Jasmani
4. Falsafah Pendidikan Jasmani a. Tujuan Pendidikan Jasmani Mata pelajaran Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani dan olahraga yang terpilih. 2) Meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik. Modul PLPG Penjaskes 2013 160 3) Meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar 4) Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai-nilai yang terkandung di dalam pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan 5) Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggungjawab, kerjasama, percaya diri dan demokratis 6) Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri, orang lain dan lingkungan 7) Memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga di lingkungan yang bersih sebagai informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna, pola hidup sehat dan kebugaran, terampil, serta memiliki sikap yang positif.
b. Ruang Lingkup Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk jenjang SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK/SMAK adalah sebagai berikut : 1) Ruang Lingkup Mata Pelajaran Penjasorkes SD/MI meliputi aspek- aspek sebagai berikut : (1) Permainan dan olahraga meliputi: olahraga tradisional, permainan. eksplorasi gerak, keterampilan lokomotor non- lokomotor,dan manipulatif, atletik, kasti, rounders, kippers, sepakbola, bolabasket, bolavoli, tenis meja, tenis lapangan, bulutangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya. (2) Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh, komponen kebugaran jasmani, dan bentuk postur tubuh serta aktivitas lainnya. (3) Aktivitas senam meliputi: ketangkasan sederhana, ketangkasan tanpa alat, ketangkasan dengan alat, dan senam lantai, serta aktivitas lainnya. (4) Aktivitas ritmik meliputi: gerak bebas, senam pagi, SKJ, dan senam aerobik serta aktivitas lainnya. (5) Aktivitas air meliputi: permainan di air, keselamatan air, keterampilan bergerak di air, dan renang serta aktivitas lainnya. (6) Pendidikan luar kelas, meliputi: piknik/karyawisata, pengenalan lingkungan, berkemah, menjelajah, dan mendaki gunung. (7) Kesehatan, meliputi penanaman budaya hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari, khususnya yang terkait dengan perawatan tubuh agar tetap sehat, merawat lingkungan yang sehat, memilih makanan dan minuman yang sehat, mencegah dan merawat cidera, mengatur waktu istirahat yang tepat dan berperan aktif dalam kegiatan P3K dan UKS. Aspek kesehatan merupakan aspek tersendiri, dan secara implisit masuk ke dalam semua aspek.
Modul PLPG Penjaskes 2013 161 2) Ruang Lingkup Mata Pelajaran Penjasorkes SMP/MTs meliputi aspek-aspek sebagai berikut : (1) Permainan dan olahraga meliputi: olahraga tradisional, permainan. eksplorasi gerak, keterampilan lokomotor non- lokomotor, dan manipulatif, atletik, kasti, rounders, kippers, sepak bola, bola basket, bola voli, tenis meja, tenis lapangan, bulutangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya. (2) Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh, komponen kebugaran jasmani, dan bentuk postur tubuh serta aktivitas lainnya. (3) Aktivitas senam meliputi: ketangkasan sederhana, ketangkasan tanpa alat, ketangkasan dengan alat, dan senam lantai, serta aktivitas lainnya. (4) Aktivitas ritmik meliputi: gerak bebas, senam pagi, SKJ, dan senam aerobik serta aktivitas lainnya. (5) Aktivitas air meliputi: permainan di air, keselamatan air, keterampilan bergerak di air, dan renang serta aktivitas lainnya. (6) Pendidikan luar kelas, meliputi: piknik/karyawisata, pengenalan lingkungan, berkemah, menjelajah, dan mendaki gunung. (7) Kesehatan, meliputi penanaman budaya hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari, khususnya yang terkait dengan perawatan tubuh agar tetap sehat, merawat lingkungan yang sehat, memilih makanan dan minuman yang sehat, mencegah dan merawat cidera, mengatur waktu istirahat yang tepat dan berperan aktif dalam kegiatan P3K dan UKS. Aspek kesehatan merupakan aspek tersendiri, dan secara implisit masuk ke dalam semua aspek.
3) Ruang Lingkup Mata Pelajaran Penjasorkes SMA/MA dan SMK/SMAK meliputi aspek-aspek sebagai berikut : (1) Permainan dan olahraga meliputi: olahraga tradisional, permainan. eksplorasi gerak, keterampilan lokomotor non- lokomotor, dan manipulatif, atletik, kasti, rounders, kippers, sepak bola, bola basket, bola voli, tenis meja, tenis lapangan, bulutangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya. (2) Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh, komponen kebugaran jasmani, dan bentuk postur tubuh serta aktivitas lainnya. (3) Aktivitas senam meliputi: ketangkasan sederhana, ketangkasan tanpa alat, ketangkasan dengan alat, dan senam lantai, serta aktivitas lainnya. (4) Aktivitas ritmik meliputi: gerak bebas, senam pagi, SKJ, dan senam aerobic serta aktivitas lainnya. (5) Aktivitas air meliputi: permainan di air, keselamatan air, Modul PLPG Penjaskes 2013 162 keterampilan bergerak di air, dan renang serta aktivitas lainnya. (6) Pendidikan luar kelas, meliputi: piknik/karyawisata, pengenalan lingkungan, berkemah, menjelajah, dan mendaki gunung. (7) Kesehatan, meliputi penanaman budaya hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari, khususnya yang terkait dengan perawatan tubuh agar tetap sehat, merawat lingkungan yang sehat, memilih makanan dan minuman yang sehat, mencegah dan merawat cidera, mengatur waktu istirahat yang tepat dan berperan aktif dalam kegiatan P3K dan UKS. Aspek kesehatan merupakan aspek tersendiri, dan secara implisit masuk ke dalam semua aspek.
c. Fungsi Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 1) Aspek Organik (1) Menjadikan fungsi sistem tubuh menjadi lebih baik sehingga individu dapat memenuhi tuntutan lingkungannya secara memadai serta memiliki landasan untuk pengembangan keterampilan. (2) Meningkatkan kekuatan otot, yaitu jumlah tenaga maksimum yang dikeluarkan oleh otot atau kelompok otot. (3) Meningkatkan daya tahan otot, yaitu kemampuan otot atau kelompok otot untuk menekan kerja dalam waktu yang lama. (4) Meningkatkan daya tahan kardiovaskuler, kapasitas individu untuk melakukan aktivitas yang berat secara terus menerus dalam waktu yang relatif lama. (5) Meningkatkan fleksibilitas, yaitu: rentang gerak dalam persendian yang diperlukan untuk menghasilkan gerakan yang efisien dan mengurangi cidera. 2) Aspek Neuromuskuler (1) Meningkatkan keharmonisan antara fungsi saraf dan otot. (2) Mengembangkan gerak dasar lokomotor, seperti: berjalan, berlari, melompat, meloncat, meluncur, melangkah, mendorong, menderap/mencongklang, berguling, menarik. (3) Mengembangkan gerak dasar non-lokomotor, seperti: mengayun, melengok, meliuk, bergoyang, meregang, menekuk, menggantung, membongkok. (4) Mengembangkan gerak dasar manipulatif, seperti: memukul, menendang, menangkap, menghentikan, melempar, mengubah arah, memantulkan, menggulirkan, memvoli. (5) Mengembangkan komponen fisik, seperti: kekuatan, daya tahan, kelentukan, kecepatan, keseimbangan, ketepatan, power. (6) Mengembangkan kemampuan kinestetik seperti: rasa gerak, irama, waktu reaksi dan koordinasi.
Modul PLPG Penjaskes 2013 163 (7) Mengembangkan potensi diri melalui aktivitas jasmani dan olahraga, seperti: sepak bola, softball, bola voli, bola basket, bola tangan, baseball, atletik, tennis, tennis meja, bela diri dan lain sebagainya. (8) Mengembangkan aktivitas jasmani di alam bebas melalui berbagai kegiatan, seperti: menjelajah, mendaki, berkemah, dan lainnya. 3) Aspek Perseptual (1) Mengembangkan kemampuan menerima dan membedakan isyarat. (2) Mengembangkan hubungan-hubungan yang berkaitan dengan tempat atau ruang, yaitu kemampuan mengenali objek yang berada di depan, belakang, bawah, sebelah kanan, atau di sebelah kiri dari dirinya. (3) Mengembangkan koordinasi gerak visual, yaitu: kemampuan mengkoordinasi-kan pandangan dengan keterampilan gerak yang melibatkan tangan, tubuh, dan atau kaki. (4) Mengembangkan keseimbangan tubuh (statis dan dinamis), yaitu: kemampuan mempertahankan keseimbangan statis dan dinamis. (5) Mengembangkan dominasi (dominancy), yaitu: konsistensi dalam menggunakan tangan atau kaki kanan/kiri dalam melempar atau menendang. (6) Mengembangkan lateralitas (laterility), yaitu: kemampuan membedakan antara sisi kanan atau kiri tubuh dan diantara bagian dalam kanan atau kiri tubuhnya sendiri. 4) Aspek Kognitif (1) Mengembangkan kemampuan menemukan sesuatu, memahami, memperoleh pengetahuan dan mengambil keputusan. (2) Meningkatkan pengetahuan tentang peraturan permainan, keselamatan, dan etika. (3) Mengembangkan kemampuan penggunaan taktik dan strategi dalam aktivitas yang terorganisasi. (4) Meningkatkan pemahaman bagaimana fungsi tubuh dan hubungannya dengan aktivitas jasmani. (5) Menghargai kinerja tubuh, penggunaan pertimbangan yang berhubungan dengan jarak, waktu, tempat, bentuk, kecepatan, dan arah yang digunakan dalam mengimplementasikan aktivitas dan dirinya. 5) Aspek Sosial (1) Menyesuaikan diri dengan orang lain dan lingkungan dimana berada. (2) Mengembangkan kemampuan membuat pertimbangan dan keputusan dalam kelompok. (3) Belajar berkomunikasi dengan orang lain. Modul PLPG Penjaskes 2013 164 (4) Mengembangkan kemampuan bertukar pikiran dan mengevaluasi ide dalam kelompok. (5) Mengembangkan kepribadian, sikap, dan nilai agar dapat berfungsi sebagai anggota masyarakat. (6) Mengembangkan rasa memiliki dan tanggungjawab di masyarakat. (7) Menggunakan waktu luang dengan kegiatan yang bermanfaat. 6) Aspek Emosional (1) Mengembangkan respon positif terhadap aktivitas jasmani. (2) Mengembangkan reaksi yang positif sebagai penonton. (3) Melepas ketegangan melalui aktivitas fisik yang tepat. (4) Memberikan saluran untuk mengekpresikan diri dan kreativitas. 7) Aspek Rehabilitasi (1) Terapi dan koreksi terhadap kelainan sikap tubuh. (2) Rehabilitasi terhadap cacat fisik dan penyakit fisik yang bersifat sementara. (3) Mengkoordinasikan berbagai hambatan melalui aktivitas jasmani.
d. Struktur Materi Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Struktur materi Pendidikan Jasmani dikembangkan dengan menggunakan model kurikulum kebugaran jasmani dan pendidikan olahraga (Jewtt, Ennis, & Bain, 1995). Asumsi yang digunakan kedua model ini adalah untuk menciptakan gaya hidup sehat dan aktif, dengan demikian manusia perlu memahami hakikat kebugaran jasmani dengan menggunakan konsep latihan yang benar. Olahraga merupakan bentuk lanjut dari bermain dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan keseharian manusia. Untuk dapat berolahraga secara benar, manusia perlu dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan yang memadai. Pendidikan Jasmani diyakini dapat memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk: (1) Berpartisipasi secara teratur dalam kegiatan olahraga, (2) pemahaman dan penerapan konsep yang benar tentang aktivitas-aktivitas tersebut agar dapat melakukannya dengan aman, (3) pemahaman dan penerapan nilai- nilai yang terkandung dalam aktivitas-aktivitas tersebut agar terbentuk sikap dan perilaku sportif dan positif, emosi stabil, dan gaya hidup sehat. Struktur materi Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan dari TK sampai SMA dapat dijelaskan sebagai berikut : 1) Materi untuk TK sampai SD/MI kelas 3 SD meliputi kesadaran akan tubuh dan gerakan, kecakapan gerak dasar, gerakan ritmik, permainan, akuatik (olahraga di air/bila memungkinkan), senam, kebugaran jasmani dan pembentukan sikap dan perilaku. 2) Materi pembelajaran untuk SD/MI kelas 4 sampai 6 adalah aktivitas pembentukan tubuh, permainan dan modifikasi olahraga, kecakapan
Modul PLPG Penjaskes 2013 165 hidup di alam bebas, dan kecakapan hidup personal (kebugaran jasmani serta pembentukan sikap dan perilaku). 3) Materi pembelajaran untuk kelas 7 dan 8 SMP meliputi: teknik/keterampilan dasar permainan dan olahraga, senam, aktivitas ritmik, akuatik, kecakapan hidup di alam terbuka, dan kecakapan hidup personal (kebugaran jasmani serta pembentukan sikap dan perilaku). 4) Materi pembelajaran kelas 9 SMP sampai kelas 12 SMA/MA adalah teknik permainan dan olahraga, uji diri/senam, aktivitas ritmik, akuatik, kecakapan hidup di alam terbuka dan kecakapan hidup personal (kebugaran jasmani serta pembentukan sikap dan perilaku).
e. Standar Kompetensi Lulusan (SKL) Penjasorkes Standar Kompetensi Lulusan (SKL) Mata Pelajaran Penjasorkes SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK/SMAK dan SLB antara lain sebagai berikut : 1) Standar Kompetensi Lulusan Penjasorkes SD/MI (1) Mempraktekkan gerak dasar lari, lompat, dan jalan dalam permainan sederhana serta nilai-nilai dasar sportivitas seperti kejujuran, kerjasama, dan lain-lain. (2) Mempraktekkan gerak ritmik meliputi senam pagi, senam kesegaran jasmani (SKJ), dan aerobik. (3) Mempraktekkan gerak ketangkasan seperti ketangkasan dengan dan tanpa alat, serta senam lantai. (4) Mempraktekkan gerak dasar renang dalam berbagai gaya serta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. (5) Mempraktekkan latihan kebugaran dalam bentuk meningkatkan daya tahan kekuatan otot, kelenturan serta koordinasi otot. (6) Mempraktekkan berbagai keterampilan gerak dalam kegiatan penjelajahan di luar sekolah seperti perkemahan, piknik, dan lain-lain. (7) Memahami budaya hidup sehat dalam bentuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan, mengenal makanan sehat, mengenal berbagai penyakit dan pencegahannya serta menghindarkan diri dari narkoba. 2) Standar Kompetensi Lulusan Penjasorkes SMP/MTs (1) Mempraktekkan variasi dan kombinasi teknik dasar permainan, olahraga serta atletik dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. (2) Mempraktekkan senam lantai dan irama dengan alat dan tanpa alat. (3) Mempraktekkan teknik renang dengan gaya dada, gaya bebas, dan gaya punggung. (4) Mempraktekkan teknik kebugaran dengan jenis latihan beban Modul PLPG Penjaskes 2013 166 menggunakan alat sederhana. (5) Mempraktekkan kegiatan-kegiatan di luar kelas seperti melakukan perkemahan, penjelajahan alam sekitar dan piknik. (6) Memahami budaya hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari seperti perawatan tubuh serta lingkungan, mengenal berbagai penyakit dan cara pencegahannya serta menjauhi narkoba.
3) Standar Kompetensi Lulusan Penjasorkes SMA/MA (1) Mempraktekkan keterampilan permainan dan olahraga dengan menggunakan peraturan. (2) Mempraktekkan rangkaian senam lantai dan irama serta nilai- nilai yang terkandung di dalamnya. (3) Mempraktekkan pengembangan mekanik sikap tubuh, kebugaran jasnani serta aktivitas lainnya. (4) Mempraktekkan gerak ritmik yang meliputi senam pagi, senam aerobik, dan aktivitas lainnya. (5) Mempraktekkan kegiatan dalam air seperti renang, permainan di air dan keselamatan di air. (6) Mempraktekkan kegiatan-kegiatn di luar kelas seperti melakukan perkemahan, penjelajahan alam sekitar, mendaki gunung, dan lain-lain. (7) Memahami budaya hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari seperti perawatan tubuh serta lingkungan yang sehat, mengenal berbagai penyakit dan cara mencegahnya serta menghindari narkoba dan HIV.
4) Standar Kompetensi Lulusan Penjasorkes SMK/SMAK (1) Mempraktekkan keterampilan permainan dan olahraga dengan menggunakan peraturan. (2) Mempraktekkan rangkaian senam lantai dan irama serta nilai- nilai yang terkandung di dalamnya. (3) Mempraktekkan pengembangan mekanik sikap tubuh, kebugaran jasmani serta aktivitas lainnya. (4) Mempraktekkan gerak ritmik yang meliputi senam pagi, senam aerobik, dan aktivitas lainnya. (5) Mempraktekkan kegiatan dalam air seperti renang, permainan di air dan keselamatan di air. (6) Mempraktekkan kegiatan-kegiatn di luar kelas seperti melakukan perkemahan, penjelajahan alam sekitar, mendaki gunung, dan lain-lain. (7) Memahami budaya hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari seperti perawatan tubuh serta lingkungan yang sehat, mengenal berbagai penyakit dan cara mencegahnya serta menghindari narkoba dan HIV.
Modul PLPG Penjaskes 2013 167 E. Rangkuman Penjasorkes merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional. Melalui Pendidikan Jasmani, peserta didik disosialisasikan ke dalam aktivitas jasmani termasuk keterampilan berolahraga. Oleh karena itu tidaklah mengherankan apabila banyak yang meyakini dan mengatakan bahwa Pendidikan Jasmani merupakan bagian dari pendidikan menyeluruh, dan sekaligus memiliki potensi yang strategis untuk mendidik. Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) Pendidikan Jasmani adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi. Lingkungan belajar diatur secara seksama untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan seluruh ranah, jasmani, psikomotor, kognitif, dan afektif setiap peserta didik.
Modul PLPG Penjaskes 2013 168 F. Soal-soal Latihan Soal Latihan Uraian Jawablah pertanyaan berikut ini dengan singkat dan tepat! 1. Jelaskan pengertian Pendidikan Jasmani menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP)! 2. Jelaskan perbandingan dan perbedaan antara pendidikan jasmani dan pendidikan olahraga! 3. Jelaskan falsafah pendidikan jasmani! 4. Jelaskan landasan ilmiah pelaksanaan pendidikan jasmani dan olahraga di sekolah berdasarkan keilmuan yang benar. 5. Sebutkan tujuan dan fungsi mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan!
Soal Latihan Pilihan Berganda Berilah tanda silang (X) pada huruf A, B, C, atau D yang merupakan jawaban paling benar! 1. Suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi merupakan . . . . A. tujuan pendidikan jasmani B. makna pendidikan jasmani C. pengertian pendidikan jasmani D. fungsi pendidikan jasmani
2. Pendidikan jasmani merupakan usaha pendidikan dengan menggunakan jasmani sebagai . . . . A. alat perantaranya B. tujuan akhir kegiatan C. hasil akhir kegiatan D. materi proses pelaksanaannya
3. Pendidikan Jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan . . . . A. pendidikan nasional B. mata pelajaran pendidikan jasmani C. harkat hidup orang banyak D. sehat jasmani dan rohani
4. Pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup, pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan yang diajarkan di sekolah memiliki peranan sangat penting yaitu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat langsung dalam berbagai pengalaman belajar melalui aktivitas
Modul PLPG Penjaskes 2013 169 jasmani, olahraga dan kesehatan yang terpilih yang dilakukan secara . . . . A. berkelanjutan B. berkesinambungan C. terus-menerus D. sistematis 5. Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik dan sekaligus membentuk . . . . A. pola hidup yang teratur B. pola hidup sehat secara menyeluruh C. pola sehat dengan makanan yang seimbang D. pola hidup sehat dan bugar sepanjang hayat
Kunci Jawaban 1. D 2. C 3. D 4. A 5. B DAFTAR PUSTAKA Jewet, A.E. (1994). Curriculum Theory and Research in Sport Pedagogy, dalam Sport Science Review. Sport Pedagogy . Vol. 3 (1), h. 11-18. Jewett; Bain; dan Ennis. (1995). The Curriculum Process in Physical Education, Second Edition, Brown & Benchmark Publishers. Lutan, Rusli. (1988). Belajar Keterampilan Motorik Pengantar Teori dan Metode. Jakarta: Depdikbud Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi. Lutan, Rusli. (2005). Pendidikan Jasmani dan Olahraga Sekolah: Penguasaan Kompetensi Dalam Konteks Budaya Gerak. Macdonald, D. (2000). Curriculum change and the postmodern world: The school curriculum-reform project an anachronism. Mahendra, Agus, dkk. (2006). Implementasi Movement-Problem-Based Learning Sebagai Pengembangan Paradigma Reflective Teaching Dalam Pendidikan Jasmani: Sebuah Community-Based Action Research Di Sekolah Menengah Di Kota Bandung. Makmun, Abin Syamsudin. (1981). Psikologi Kependidikan. Bandung : IKIP. Mulyasa, E. (2007). Menjadi Guru Profesional. Bandung : ROSDA. Siedentop, D., (1991). Developing Teaching Skills in Physical Education. Mayfield Publishing Company.
Modul PLPG Penjaskes 2013 170 BAB VII PENDALAMAN MATERI BELAJAR GERAK (MOTOR LEARNING)
A. Pokok-pokok Isi Materi Kemampuan untuk belajar merupakan keistimewaan mahluk hidup. Belajar menjadikan organisme mampu mengadaptasi pada kondisi tertentu dari lingkungan dan memanfaatkan keuntungan dari pengalamannya. Untuk manusia, belajar menjadi lebih-lebih sangat penting. Bayangkan kesukaran yang dihadapi manusia jika mereka dipaksa untuk menjalani kehidupannya dengan dibekali semata-mata kemampuan yang dibawanya sejak lahir. Jika demikian, manusia akan menjadi mahluk hidup yang sangat sederhana; tidak dapat berjalan, berbicara, menulis, membaca, apalagi melakukan gerak keterampilan kompleks yang termasuk ke dalam olahraga, penampilan seni, atau kegiatan sehari-hari. Banyak faktor yang menyumbang pada kemampuan manusia untuk mempelajari keterampilan gerak. Ketika seorang anak tumbuh dan kembang, kemampuan penampilannya juga bertambah. Sama halnya, ketika manusia lebih kuat lagi atau meningkat daya tahan kardiovaskularnya, merekapun dapat menampilkan aktivitas tertentu secara lebih efektif. Akan tetapi, kematangan dan tingkat kebugaran tidak harus selalu terkait dengan tingkat keterampilan. Sebuah faktor utama yang nampaknya secara konsisten terkait dengan tingkat keterampilan adalah yang datang sebagai hasil langsung dari latihan suatu tugas, atau disebut pengalaman belajar. Proses pembelajaran gerak merupakan fenomena yang paling menarik yang terjadi pada diri manusia. Melalui belajar gerak seorang anak yang sejatinya tidak bisa apa-apa, berubah menjadi individu yang berbeda sama sekali, di luar apa yang bisa dibayangkan. Ia bisa menjadi pesenam terampil, atau bahkan menjadi seorang pemain sirkus yang dapat menampilkan gerakan-gerakan akrobatik yang kompleks. Di luar itu, tentu saja, ia pun bisa menjadi apa saja dalam bidang profesi lain yang memerlukan tingkat keterampilan yang tinggi, seperti pilot, dokter bedah, atau pekerja seni sekalipun. Proses pembelajaran gerak bukan hanya harus dimengerti oleh seorang guru Penjas, akan tetapi oleh seorang pelatih dalam cabang olahraga apapun. Oleh karena itu, tidak tepat sangkaan seorang pelatih top dalam salah satu cabang olahraga kita yang menyatakan bahwa pengetahuan tentang teori belajar gerak hanya cocok untuk dikuasai oleh guru Penjas, akan tetapi tidak oleh pelatih. Pernyataan ini tentu keliru, karena baik guru Penjas maupun pelatih sama-sama berhubungan dengan tugas untuk menyebabkan seorang atau beberapa individu menguasai keterampilan tertentu melalui proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani guru diharapkan mengajarkan berbagai keterampilan gerak dasar, teknik dan strategi
Modul PLPG Penjaskes 2013 171 permainan dan olahraga, intemalisasi nilai-nilai (sportivitas, jujur, kerjasama), dan pembiasaan pola hidup sehat. Dalam pelaksanaan pendidikan jasmani melalui pengajaran yang konvensional di dalam kelas yang bersifat kajian teoritis, namun melibatkan unsur fisik, mental, intelektual, emosi dan sosial. Selain itu, aktivitas yang diberikan dalam pengajaran harus mendapatkan sentuhan didaktik-metodik, sehingga aktivitas yang dilakukan dapat mencapai tujuan pengajaran. Modul Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) belajar gerak (motor learning): ini berisi tentang: pengertian belajar gerak (motor learning), tahap-tahap belajar gerak pada anak, dan karakter perkembangan serta pengembangan pola gerak sesuai dengan tahap perkembangan. B. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar 1. Standar Kompetensi Menguassai materi, struktur, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran Penjarorkes. 2. Kompetensi Dasar a. Menganalisis perkembangan gerak dan belajar gerak peserta didik. b. Memilih aktivitas dalam pengembangan pola gerak dasar.
C. Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari modul Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) Penjasorkes ini Bapak/Ibu akan memiliki kompetensi yang tercermin dari indikator sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi tahap-tahap belajar gerak pada anak. 2. Mengidentifikasi karakter pola gerak pada setiap tahap perkembangan. 3. Melakukan pengembangan pola gerak melalui pembelajaran penjasorkes.
D. Uraian Materi Modul 1. Pengertian Belajar Gerak Pengertian istilah belajar gerak atau motorik tak terlepas dari pengertian istilah belajar pada umumnya. Karena itu, dalam bagian ini pengungkapan makna belajar pada umumnya dan belajar gerak pada khusunya akan dibahas lebih mendalam. Belajar dipahami oleh orang awam sebagai pemikiran pengetahuan atau keterampilan baru. Definisi ini tentu tidak memadai sehingga perlu dikembangkan definisi yang lebih lengkap. Oxendine (1968) yang dikutip oleh Rusli (1988:101) menggambarkan belajar sebagai berikut: (1) Akumulasi pengetahuan, (2) penyempurnaan suatu kegiatan, (3) pemecahan suatu masalah, (4) penyesuaian dengan situasi yang berubah. Konsep-konsep menjadi kunci dalam deskripsi tersebut adalah perubahan, penyesuaian dan adaptasi. Konsep belajar pada umumnya dan belajar motorik sebagai akibat perilaku motorik pada khususnya, telah dirumuskan dalam berbagai definisi oleh para ahli. Belajar dapat diartikan semacam seperangkat Modul PLPG Penjaskes 2013 172 peristiwa, kejadian atau perubahan yang terjadi. Apabila seseorang berlatih memungkinkan mereka menjadi semakin terampil dalam melaksanakan suatu kegiatan. Belajar adalah hasil langsung dari praktek atau pengalaman. Belajar tidak dapat diukur secara langsung, karena proses yang mengantarkan pencapaian perubahan perilaku berlangsung secara internal atau dalam diri manusia tidak bisa diamati secara langsung, terkecuali ditafsirkan berdasarkan perubahan perilaku itu sendiri. Belajar dipandang sebagai proses yang menghasilkan perubahan relatif permanen dalam keterampilan. Perubahan dalam perilaku yang menyebabkan perubahan suasana emosi, motivasi, atau keadaan internal tidak dianggap sebagai akibat belajar. Dari penjelasan pengertian di atas, dapat disimpulkan pengertian belajar adalah seperangkat proses yang bertalian dengan latihan atau pengalaman yang mengantarkan ke arah perubahan permanen dalam perilaku terampil. Meskipun tekanan belajar gerak ialah penguasaan keterampilan, tidaklah berarti aspek lain, seperti peranan domain kognitif diabaikan. Hal ini sesuai dengan pendapat Meinel (1976) yang dikutip oleh Rusli (1988:102) mengatakan sebagai berikut : Belajar gerak itu sendiri dari tahap penguasaan, penghalusan, dan penstabilan gerak, atau keterampilan teknik olahraga. Integrasi keterampilan di dalam perkembangan total dari kepribadian seseorang. Karena itu penguasaan keterampilan baru diperoleh melalui penerimaan dan pemilikian pengetahuan, perkembangan koordinasi dan kondisi fisik sebagaimana halnya kepercayaan dan semangat juang. Berbeda halnya dengan orang-orang awam, atau mereka yang menganggap proses belajar sebagai suatu kejadian yang berlangsung dengan sendirinya. Mereka menganggap belajar merupakan suatu gejala yang sederhana. Mereka mungkin mengatakan, pengalaman adalah guru yang terbaik, atau peniruan (imitasi) merupakan cara yang terbaik bagi seseorang untuk belajar. Dikalangan mereka, tak ada keinginan untuk membangun suatu teori, karena mereka menganggap dalam banyak hal teori itu tidak praktis dan hanya cocok untuk ilmuwan saja. Dalam banyak hal, terdapat gambaran yang masih kabur tentang apa yang dikerjakan oleh hewan. Atas dasar uraian sepintas itu, kita dapat menyimpulkan, perilaku hewan cenderung lebih banyak dikendalikan oleh naluri, sehingga kegiatan belajar pada tingkat yang lebih tinggi merupakan bagian integral dari budaya manusia, sehingga manusialah yang memiliki kapasitas belajar. Pernyataan ini cenderung mengatakan ungkapan yang meremehkan kemampuan binatang untuk belajar, karena bagaimana kemampuan mental binatang tak terungkap oleh para ilmuwan. Untuk kebutuhan analisis, kita dapat mengatakan, binatang hanya memiliki kapasitas untuk meniru perilaku tertentu. Bagi orang awam, istilah belajar dipahami sebagai pemikiran pengetahuan atau keterampilan baru. Definisi ini sudah barang tentu tak
Modul PLPG Penjaskes 2013 173 memadai, sehingga perlu dielaborasi suatu definisi yang agak lebih lengkap. Oxendine (1968) misalnya menggambarkan (1) akumulasi pengetahuan; (2) penyempurnaan dalam suatu kegiatan; (3) pemecahan suatu masalah; dan (4) penyesuaian dengan situasi yang berubah. Konsep-konsep yang menjadi kunci dalam deskripsi tersebut adalah perubahan, penyesuaian, dan adaptasi. Sebagai pegangan, belajar didefinisikan sebagai proses dimana perilaku dikembangakan dengan sengaja melalui latihan. Karena itu, kita tak memasukkan gejala yang terdapat pada belajar yang lebih rendah tingkatannya seperti belajar memcoba dan salah atau belajar melalui reflex bersyarat. Konsep belajar pada umumnya, dan belajar gerak sebagai belajar perilaku motorik pada khususnya, telah dirumuskan dalam berbagai definisi oleh para ahli. Sebagai kelanjutan pembahasan makna belajar yang telah dipaparkan dalam paragrap di atas tadi, abilitas untuk menghasilkan suatu keterampilan berbuat. Karena itu, belajar dapat diartikan semacam seperangkat peristiwa, kejadian, atau perubahan yang terjadi apabila seseorang berlatih yang memungkinkan mereka menjadi semakin terampil dalam melaksanakan suatu kegiatan. Kedua, belajar adalah hasil langsung dari praktek atau pengalaman. Ketiga, belajar tak dapat diukur secara langsung, karena proses yang mengantarkan pencapaian perubahan perilaku berlangsung secara internal atau dalam diri manusia sehingga tak dapat diamati secara langsung, kecuali ditafsirkan berdasarkan perubahan perilaku itu sendiri. Keempat, belajar dipandang sebagai proses yang menghasilkan perubahan relatif permanen dalam keterampilan; perubahan dalam perilaku yang menyebabkan perubahan pada suasana emosi, motivasi, atau keadaan internal tidak dianggap sebagai akibat belajar. Pandangan ini memang bertendensi menganut aliran behaviorisme. Sebagai sintetis dari keempat aspek tersebut, dihasilkan definisi sebagai berikut: Belajar motorik adalah seperangkat proses yang bertalian dengan latihan atau pengalaman yang mengantarkan kearah perubahan permanen dalam perilaku terampil (Schmidt, 1982). Meskipun tekanan belajar motorik ialah penguasaan keterampilan tidaklah berarti aspek lain, seperti peranan domain kognitif diabaikan. Hal ini dapat kita ikuti dalam penjelasan Meinel (1976) yang menggambarkan analisis spesifik dari belajar dalam konteks olahraga. Menurut Meinel, belajar gerak itu terdiri dari penguasaan, penghalusan, dan penstabilan gerak atau keterampilan tekhnik olahraga. Dia menekankan, integrasi keterampilan di dalam perkembangan total dari kepribadian seseorang. Karena itu, penguasaan keterampilan baru diperoleh melalui penerimaan dan pemilikan pengetahuan, perkembangan koordinasi dan kondisi fisik sebagaimana halnya kepercayaan, dan semangat juang. Ditambahkannya, belajar gerak dalam olahraga mencerminkan suatu kegiatan yang disadari dimana aktivitas belajar diarahkan untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan. Modul PLPG Penjaskes 2013 174 Sebagai pendukung analisis Meinel tersebut, Schnabel (1983) menjelaskan, karakteristik yang dominan dari belajar adalah kreativitas ketimbang sikap hanya sekedar menerima di pihak siswa yang belajar. Penjelasan tersebut, menegaskan pentingnya psoki-fisik sebagai suatu kesatuan untuk merealisasi peningkatan keterampilan. Untuk kebutuhan analisis, keempat karateristik belajar motorik yang dipaparkan oleh Schmidt (1982), perlu dikupas lebih lanjut hal-hal sebagai berikut.
a. Belajar sebagai sebuah proses Dalam psikologi kognitif dijelaskan, sebuah proses adalah seperangkat kejadian atau peristiwa yang berlangsung bersama, menghasilkan beberapa perilaku tertentu. Sebagai contoh, dalam membaca, proses diasosiasikan dengan gerakan mata, menangkap kode dan simbol dalam teks, memberikan pengertian sesuai dengan perbendaharaan kata yang tersimpan dalam ingatan, dan seterusnya. Sama halnya dengan belajar keterampilan motorik, di dalamnya terlibat suatu proses yang menyumbang kepada perubahan dalam perilaku motorik sebagai hasil dari berlatih. Karena itu, fokus belajar motorik ialah perubahan yang terjadi dalam organisme yang memungkinkannya untuk melakukan sesuatu yang berbeda dengan sebelum berlatih. Penjelasan tersebut sangat berbeda dengan definisi belajar yang menitikberatkan pada perubahan perilaku sebagai subjek kajian. Banyak para ahli yang memaparkan definisi belajar sebagai perubahan yang relatif permanen dalam perilaku sebagai hasil dan latihan atau pengalaman (misalnya, Morgan and King, 1971). Definisi ini dengan gamblang menyatakan bahwa perubahan perilaku adalah belajar. Sepaham dengan Schmidt (1982), mengemukakan belajar motorik itu adalah seperangkat proses yang mengantarkan ke arah perubahan perilaku. Jadi, belajar bukan sebuah perubahan perilaku; belajar merupakan proses yang mendukung terjadinya perubahan semacam itu.
b. Belajar gerak adalah hasil langsung dari latihan Dalam modul ini, perubahan perilaku motorik berupa keterampilan dipahami sebagai hasil dari latihan dan pengalaman. Hal ini perlu dipertegas untuk membedakan perubahan yang terjadi karena faktor kematangan dan pertumbuhan. Faktor-faktor juga menyebabkan perubahan perilaku (seperti anak yang tua lebih terampil melakukan suatu keterampilan yang baru daripada anak yang lebih muda), meskipun dapat disimpulkan perubahan itu karena belajar. Sama halnya dengan persoalan tersebut, peningkatan kemampuan fisik dapat menyebabkan peningkatan keterampilan seseorang dalam suatu cabang olahraga, sehingga dapat dibuat kesimpulan yang salah bahwa perubahan itu karena belajar. c. Belajar gerak tak teramati secara langsung Seperti dijelaskan di muka, belajar motorik atau keterampilan olahraga tak teramati secara langsung. Proses yang terjadi di balik
Modul PLPG Penjaskes 2013 175 perubahan keterampilan itu mungkin sekali amat kompleks dalam system persyaratan, seperti misalnya bagaimana informasi sensoris diproses, diorganisasi, dan kemudian diolah langsung, dan karena itu, hanya dapat ditafsirkan eksistensinya dari perubahan yang terjadi dalam keterampilan atau perilaku motorik. Penjelasan tersebut menyebabkan kita sukar mempelajari proses belajar motorik itu sendiri, termasuk penyusunan design eksperimen yang memuaskan untuk mengamati perubahan perilaku yang memungkinkan kita dapat suatu kesimpulan yang logis yang berkaitan dengan perubahan dalam beberapa kondisi internal dalam jiwa dan raga.
d. Belajar menghasilkan kapabilitas untuk bereaksi (kebiasaan) Pembahasan belajar motorik juga dapat ditinjau dari munculnya kapabilitas untuk melakukan suatu tugas dengan terampil. Keterampilan tersebut dapat dipahami sebagai suatu perubahan dalam system pusat syaraf. Tujuan latihan ialah untuk memperkuat atau memantapkan jumlah perubahan yang terdapat pada kondisi internal. Kondisi internal ini sering disebut dalam istilah kebiasaan. Tujuan para peneliti itu ialah untuk memprediksi kadar atau kuatnya kebiasaan itu, sementara para pelatih olahraga bertujuan untuk menciptakan kebiasaan yang langgeng. Perlu disepakati, istilah kapabilitas disini penting maknanya karena berimplikasi pada keadaan sebagai berikut: jika telah tercipta kebiasaan dan kebiasaan itu kuat, keterampilan dapat diperagakan jika terdapat kondisi yang mendukung; tapi, jika kondisinya tidak mendukung (misalnya, lelah), keterampilan yang dimaksud tak akan terjadi. e. Belajar gerak relatif permanen Ciri lain dari belajar motorik adalah relatif permanen. Hasil belajar itu relatif bertahan hingga waktu relatif lama. Misalnya saja, seseorang yang telah biasa mengendarai sepeda, meskipun selama beberapa tahun dia tidak mengendarai sepeda, namun pada suatu ketika dia tetap dapat mengendarai sepeda. Dalam kasus lain, perubahan itu terjadi dalam waktu cepat, meskipun hanya menempuh waktu beberapa menit. Secara dramatis dapat digambarkan, manakala kita belajar dan berlatih, maka kita tak pernah sama dengan keadaan sebelumnya. Dan belajar menghasilkan perubahan yang relatif permanen. Persoalan berikutnya ialah, seberapa lama keterampilan itu melekat? Memang sukar untuk menjawab, berapa lama hasil belajar itu akan melekat. Meskipun sukar ditetapkan secara kuantitatif, apakah selama satu bulan, bertahun-tahun atau hanya 2-3 hari, untuk kebutuhan analisis kita dapat menegaskan, belajar akan menghasilkan beberapa efek yang melekat.
f. Belajar gerak bisa menimbulkan efek negatif Kesan umum yang kita peroleh dari uraian terdahulu ialah bahwa belajar akan menimbulkan efek positif, yakni penyempurnaan Modul PLPG Penjaskes 2013 176 keterampilan, atau penampilan gerak seseorang. Namun demikian, anggapan ini mengandung persoalan, karena apa yang disebut kemajuan atau penyempurnaan tak terlepas dari persepsi si pengamat. Perubahan perilaku perubahan pada seseorang bisa jadi dianggap sebagai peningkatan bagi seorang pengamat, dan sebagai suatu kemunduran bagi yang lain. Banyak contoh yang dapat kita kemukakan dari kegiatan olahraga, seperti dalam loncat indah atau dalam senam, yang menggambarkan efek negatif dari kegiatan belajar atau latihan. Coba bayangkan, misalnya seorang pesenam belajar gerakan salto ke belakang. Pada suatu ketika, lompatannya kurang tinggi dan putaran badannya terlampau banyak sehingga dia jatuh terlentang. Apa yang terjadi kemudian? Dia mengalami rasa takut untuk mencoba kembali gerakan salto ke belakang. Rasa sakit pada bagian punggungnya, menyebabkan dia tak berani lagi melakukan gerakan itu. Rasa takut itu mungkin berlangsung selama beberapa lama, sampai kemudian keberaniannya bangkit kembali. Contoh semacam itu, cukup tepat dipakai sebagai ilustrasi tentang gejala kemunduran suatu keterampilan sebagai rangkaian akibat kegiatan belajar pada waktu sebelumnya. Kesimpulan tersebut di atas memang mengandung peluang untuk didiskusikan lebih lanjut. Kesan buruk terhadap pengalaman masa lampau, kegagalan pahit dalam suatu kegiatan, atau ketidak berhasilan melakukan satu jenis keterampilan dengan sempurna, justru bukan berakibat negatif, tapi menjadi pendorong ke arah perubahan yang positif. Pengalaman semacam itu menjadi cambuk bagi seseorang untuk lebih giat belajar atau berlatih hingga mencapai hasil yang lebih baik.
2. Tahap-tahap Belajar Gerak pada Anak a. Tahap-tahap belajar gerak Ada kesamaan pendapat para ahli bahwa belajar keterampilan gerak berkembang melalui beberapa tahap. Fitts (1964); Fitts dan Posner (1967) yang dikutip oleh Rusli (1988:305) membahas tahap-tahap belajar gerak, yaitu: (1) tahap kognitif, (2) tahap asosiatif, (3) tahap otomatis. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan satu persatu berikut ini: 1) Tahap kognitif Tahap kognitif adalah tingkat permulaan belajar olahraga untuk memahami teknik yang baru diperkenalkan, diperagakan dan diterangkan oleh guru, pembina dan pelatih olahraga. Pada tahap kognitif ini, sering juga terjadi kejutan berupa peningkatan yang besar jika dibandingkan dengan kemajuan pada tahap-tahap berikutnya. Juga tidak mustahil siswa yang bersangkutan mencoba-coba dan kemudian sering juga salah dalam melaksanakan tugas gerak. Gerakannya memang masih nampak kaku, kurang terkoordinasikan, kurang efisien, bahkan hasilnya tidak konsisten. Sebagai contoh, seorang pemula dalam permainan bolavoli mampu melakukan passing yang baik,
Modul PLPG Penjaskes 2013 177 namun keterampilan tersebut hanya sekali-kali dapat dilakukan. Si pelaku masih mencari-cari hubungan cara melaksanakan dan hasil yang dicapai. Karena itu, masih belum terbentuk satu pola gerak yang konsisten. Siswa yang bersangkutan diharapkan dengan tugas yakni apa yang harus dilakukan sehingga tahap pertama ini oleh Adams disebut tahap verbal- motor. 2) Tahap asosiatif Tahap asosiatif adalah tahap dimana belajar olahraga yang didominasi oleh perencanaan dan pelaksanaan strategi-strategi latihan yang efektif. Pada tahap asosiatif ini penampilan seseorang belum baik benar dan harus terus meningkatkan pemahaman teknik. Permulaan dari tahap ini ditandai oleh semakin efektif cara-cara siswa melaksanakan tugas gerak dan dia mulai mampu menyesuaikan diri dengan keterampilan yang dilakukan. Akan tampak, penampilan yang terkoordinasi dengan perkembangan yang terjadi secara bertahap, dan lambat laun gerakan semakin konsisten. Jika seorang pemula belajar melakukan passing dalam permainan bolavoli hanya mampu masuk ke melewati net 4 - 6 dari sepuluh kesempatan, maka memasuki tahap asosiatif ini, dia makin paham tentang, misalnya berapa kira-kira daya yang harus dikerahkan, atau bagaimana peranan dari jari-jari tangan untuk mempassing bola. Gerakannya tidak lagi untung-untungan, tapi makin konsisten. Artinya makin berpola dan semakin menyadari kaitan antara gerak dan hasil yang dicapai, pada tahap ini, seperti yang dikemukakan oleh beberapa penulis, dan salah satunya Adams (1971); Fitts (1964) tahap verbal semakin ditinggalkan dan si pelaku memusatkan perhatiannya pada aspek bagaimana melakukan pola gerak yang baik, ketimbang mencari-cari pola mana yang akan dihasilkan. 3) Tahap otomatisasi Tahap otamatis adalah tahap dimana seseorang memahami dengan baik keterampilan mereka, bahkan dapat mengoreksi diri sendiri, tetapi kadang-kadang mereka tetap memerlukan pelatihan teknik untuk melakukan perbaikan-perbaikan tertentu. Setelah seseorang berlatih selama beberapa hari, berbulan-bulan, atau bahkan bertahun-tahun, dia memasuki tahap otomatis. Dikatakan demikian, karena keterampilan gerak yang dilakukannya, dikerjakannya secara otomatis. Pelaksanaannya tugas gerak bersangkutan tidak seberapa terganggu oleh kegiatan yang lainnya yang terjadi secara simultan. Seorang pemain bolavoli dapat melakukan passing atas secara efektif, meskipun dalam keadaan posisi yang sulit. b. Macam-macam gerak dasar Guna dapat menyiapkan secara baik untuk mengajarkan Pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan, maka perlu kiranya diperhatikan gerak dasar untuk diberikan kepada peserta didik. Gerak dasar tersebut antara lain sebagai berikut: Modul PLPG Penjaskes 2013 178 1) Gerak dasar non lokomotor Sebagai contoh untuk gerak dasar non-lokomotor yang dilakukan pada gerak senam pemanasan yang gerakannya dilakukan di tempat saja, mulai gerakan otot leher, pundak, pinggang dan tungkai serta lengan. Dalam memberikan jenis latihan gerak dasar tersebut untuk memudahkan guru dilakukan dari atas ke bawah atau dari bawah ke atas, dengan demikian akan variasi gerak yang dapat disiapkan oleh guru tersebut. Struktur gerak dasar untuk non-lokomotor ini dapat dilakukan dengan gerak: ayunan, putaran, direnggut-rengutkan sesuai kebutuhan dan persendian yang digerakkan. 2) Gerak dasar lokomotor Gerak dasar lokomotor adalah gerakan yang sangat disenangi oleh para anak didik, karena mereka tidak tinggal di tempat, akan tetapi bergerak berpindh-pindah tempat dengan bermacam-macam posisi: posisi tidur terlentang, terlungkup untuk merayap, posisi jongkok, posisi berlutut, posisi berdiri, dan sebagainya. Dengan mengawali pada posisi- posisi tersebut guru dapat melakukan latihan dengan bermacam-macam variasi. Hal ini sudah tentu dengan memperhatikan pada situasi dan kondisi tempat berlatihnya, serta rata menanjak, menurun, dan sebagainya. Gerak dasar yang utama mulai dari merayap, berjalan, berlari, melompat dan meloncat dapat dilakukan atau diajarkan oleh guru dengan bervariasi sesuai dengan kreativitas guru tersebut. 3) Gerak dasar manipulatif Struktur gerak dasar manipulatif yaitu gerakan yang dilakukan oleh individu disebabkan adanya objek yang perlu digerakkan, baik untuk didekatkan (menangkap) dan dijauhnya: dilempar, ditendang, disepak, dipantulkan, dipukul, dan sebagainya. Dari gerak dasar inti tersebut dapat dimanfaatkan oleh para guru dalam menyusun suatu latihan yang akan diberikan kepada peserta didiknya, bergantung pada daya kreativitas guru dalam membuat atau menyusun gerakan dasar tersebut untuk lebih bervariasi. Dengan memperhatikan struktur program tersebut, maka guru perlu membuat bermacam-macam gerakan bervariasi berdasarkan gerak dasar sebagai persiapan guru mengajarkan mata pelajaran Penjasorkes di kelas.
c. Klasifikasi keterampilan gerak Keterampilan dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam keterampilan dan kelas-kelasnya. Pengkelasan ini dimaksudkan untuk membantu para peneliti dan pendidik dalam upaya memerapkan keterampilan dalam keperluan penelitian atau pengajarannya. Dengan mengetahui perbedaan-perbedaan dalam keterampilan tersebut, maka akan mudahlah para pendidik untuk membuat pentahapan pengajarannya.
Modul PLPG Penjaskes 2013 179 1) Keterampilan terbuka dan tertutup Keterampilan bisa dibedakan antara keterampilan-keterampialn terbuka dan tertutup. Hal ini berkaitan dengan kondisi lingkungan (environment) pada saat keterampilan yang bersangkutan dilakukan. Menurut Schmidt (1991) Keterampilan Terbuka (open skill) adalah keterampilan yang jika dilakukan lingkungan yang berkaitan dengannya bervariasi dan tidak dapat diduga. Ini hampir sama seperti yang dikemukakan oleh Magil (1985) yang menyebutkan bahwa keterampilan terbuka adalah keterampilan-keterampilan yang melibatkan lingkungan yang selalu berubah dan tidak bisa diperkirakan. Sebagai contoh dari keterampilan ini misalnya pukulan-pukulan pada stroke tenis atau pukulan pada softball yang kedatangan bolanya dari lawan sering tidak bisa diduga sebelumnya, baik dalam hal kecepatannya maupun dalam hal arahnya. Dalam hal ini Gentile (1972) mengatakan bahwa pelaku harus bertindak atas rangsangan yang datang. Dengan demikian, pelaku tidak bisa menunggu atau berdiri di satu titik saja atau memukul bola dengan jenis pukulan tertentu saja, tetapi lebih ditentukan dengan arah dan kecepatan dari bola yang datang. Untuk bisa berhasil dengan baik, maka pemain harus bergerak dan bertindak sesuai dengan lokasi ruang dari bola serta tuntutan kecepatannya. Marilah kita batasi saja keterampilan terbuka ini sebagai keterampilan yang pelaksanaannya lebih ditentukan oleh lingkungan yang tidak tetap dan tidak bisa diduga. Keterampilan Tertutup (close skill) menunjukkan keterampilan yang sebaliknya. Schmidt dan Magis sama-sama mendefinisikan keterampilan tertutup ini sebagai keterampilan yang dilakukan dalam lingkungan yang relatif stabil dan dapat diduga. Contohnya seperti keterampilan- keterampilan yang menjadi ciri olahraga bowling, golf, panahan, senam atau renang. Kesemua keterampilan dalam olahraga di atas merupakan keterampilan yang ditentukan oleh pemain atua pelaku, tanpa harus dibatasi oleh lingkungan sekitar. Cobalah lihat pada olahraga panahan misalnya: Si pemanah hanya melepaskan anak panahnya pada busur pada saat yang ia rasa tepat. Atau lihat juga olahraga golf. Pegolf hanya memukul bola kapan saja ia mau. Oleh karena itu kedua keterampilan ini sering juga dipertukarkan dengan mudah dengan istilah self-paced skill (closed skill) dan external-paced skill (open skill). Dalam hal ini Gentile mengatakan bahwa kedua keterampilan di atas bukanlah merupakan sebuah kontinum, yaitu adanya keterhubungan yang semakin berubah dari ujung satu ke ujung yang lain, namun tidak terpisahkan. 2) Keterampilan diskrit, kontinous, dan serial Cara kedua dalam membedakan jenis keterampilan yakni dengan menghubungkan-nya dengan berlangsungnya perilaku dari keterampilan tersebut, antara keterampilan yang berlangsung terus-menerus menerima Modul PLPG Penjaskes 2013 180 dengan waktu lama. Atau seperti dikemukakan di atas, keterampilan ini dibedakan dengan melihat jelas tidaknya antara titik awal dan titik akhir dari gerakan yang dimaksud. Keterampilan Diskrit (discrete skill) diartikan oleh Schmidt sebagai keterampilan yang dapat ditentukan dengan mudah awal dan akhir dari gerakannya, yang sering berlangsung dalam waktu singkat, seperti melempar bola, menendang bola, gerakan-gerakan dalam senam artistik, atau menembak. Keterampilan-keterampilan semacam ini tentu saja dianggap penting dalam olahraga dan permainan karena menentukan pencapaian tujuan dalam olahraga yang bersangkutan. Di ujung lain dari ukuran keterampilan tersebut yakni keterampilan berkelanjutan (continuous skill), yang pelaksanaannya tidak memperlihatkan secara jelas mana awal dan mana akhir dari suatu keterampilan. Magil menyebutkan bahwa jika suatu keterampilan mempunyai awal dan akhir gerakan yang selalu berubah-ubah, maka keterampilan itu dikategorikan sebagai keterampilan berkelanjutan. Lalu bagaimana dengan keterampilan serial? Keterampilan Serial (serial skill) menurut Schmidt adalah keterampilan yang sering dianggap sebagai suatu kelompok dari keterampilan-keterampilan diskrit, yang digabung untuk membuat keterampilan baru atau keterampilan yang lebih kompleks. Namun demikian, kata serial disini juga menunjukkan bahwa urutan dari keterampilan-keterampilan yang digabung tadi merupakan hal yang penting dalam berhasilnya melakukan keterampilan ini. Jadi tidak sembarangan asal menggabungkan. Memindahkan gigi (gear) dalam mengendarai mobil misalnya, adalah keterampilan serial yang dibangun oleh tiga macam keterampilan diskrit yang digabungkan. 3) Keterampilan gerak kasar dan keterampilan gerak halus Pengklasifikasian yang terakhir dikenal dengan keterampilan gerak kasar dan keterampilan gerak halus, di mana ketepatan menjadi penentu dari keberhasilannya. Magil membatasi Keterampilan Gerak Kasar (gross motor skill) sebagai keterampilan yang bercirikan gerak yang melibatkan kelompok otot-otot besar sebagai dasar utama gerakannya. Dikatakan demikian karena seluruh tubuh biasanya berada dalam gerakan yang besar, menyeluruh, penuh, dan nyata (Singer, 1980 dan Malina and Bouchard,1991). Keterampilan Gerak Halus (fine motor skill) adalah keterampilan- keterampilan yang memerlukan kemampuan untuk mengontrol otot-otot kecil/halus untuk mencapai pelaksanaan keterampilan yang sukses. Biasanya, menurut Magil (1985), keterampilan ini melibatkan koordinasi neuromuscular yang memerlukan ketepatan derajat tinggi untuk berhasilnya keterampilan ini. Keterampilan jenis ini sering juga disebut sebagai keterampilan yang memerlukan koordinasi mata-tangan (hand-eye coordination).
Modul PLPG Penjaskes 2013 181 Menulis, menggambar, dan bermain piano, adalah contoh- contoh dan keterampilan tersebut. Malina (1991) menegaskan hal ini dengan mengemukakan contoh pelaksanaan lambungan bola Softball (pitching) yang membutuhkan baik ketepatan dan kecepatan. Ketepatan memerlukan derajat ketelitian dan pengontrolan jari dan tangan, sedangkan kecepatan memerlukan lebih banyak gerak kasar dari lengan dan tubuh untuk memberikan daya lempar yang mencukupi. 4) Keterampiian gerak dan keterampilan kognitif Schmidt memasukkan terhadap klasifikasi keterampilan ini keterampilan-keterampilan yang dibedakan antara keterampilan gerak dan keterampilan kognitif. Menurutnya, dalam Keterampilan gerak, penentu utama dan keberhasilannya adalah kualitas dari gerakan itu sendiri tanpa memperhatikan persepsi serta pengambilan keputusan yang berkaitan dengan keterampilan yang dipilih. Contohnya dalam olahraga lompat tinggi pelompat tidak perlu memperhitungkan kapan dan bagaimana ia harus bertindak untuk melompati mistar, tetapi yang harus ia lakukan adalah melompat setinggi dan seefektif mungkin. Dalam keterampilan kognitif hakikat dari gerakannya tidaklah penting, tetapi keputusan-keputusan tentang gerakan apa dan yang mana yang harus dibuat merupakan hal terpenting. Contohnya, dalam olahraga catur. Bukanlah hal yang penting apakah buah catur digerakkan dengan cepat atau pelan-pelan, tetapi yang penting adalah pemain mengetahui buah catur yang mana yang harus digerakkan serta ke mana digerakannya. Pendeknya,keterampilan kognitif terutama berkaitan dengan pemilihan apa yang harus dilakukan, sedangkan keterampilan gerak terutama berkaitan dengan bagaimana melakukannya. Ukuran ini, seperti juga yang kini hanyalah merupakan kontinum, sebab tidak ada keterampilan yang benar-benar keterampilan kognitif atau benar-benar keterampilan gerak. Setiap keterampilan memerlukan kombinasi dari keduanya. Kebanyakan keterampilan yang nyata biasanya berada di antara kedua ujung dari pengkutuban kedua keterampilam ini dan merupakan kombinasi kompleks dari perbuatan keputusan dan pelaksanaan gerakan. d. Aplikasi teori belajar dalam belajar gerak Banyak teori yang telah diungkapkan oleh para ahli tentang teori belajar. Dalam modul ini hanya akan mengungkapkan salah satu dari teori belajar, yaitu teori belajar Koneksional Thorndike yang dianggap penulis lebih erat hubungannya dengan penelitian ini. Teori Koneksional Thorndike, mengatakan bahwa asumsi dasar tentang belajar ialah asosiasi antara stimulus diperoleh dari indera dan inpuls untuk berbuat (respon). Asosiasi kedua elemen tersebut dikenal sebagai bond atau koneksi. Thorndike percaya bahwa pengembangan pengetahuan atau keterampilan memerlukan pengembangan kesatuan antara stimulus dan respons yang serasi. Sehingga Oxendine (1968, 1984) yang dikutip oleh Rusli (1988:125) menyusun sejumlah prinsip belajar trial and error, sebagai berikut: Modul PLPG Penjaskes 2013 182 1) Pada awal belajar, sedikit sekali keberhasilan yang diperoleh di antara berbagai macam kegiatan. 2) Sukses yang pertama itu agaknya lebih bersifat kebetulan dan masih belum nampak asosiasi antara stimulus dan respons yang diharapkan. 3) Respon yang salah dan aktifitas yang tak bermanfaat lambat laun semakin berkurang. 4) Pelajar menjadi semakin sadar akan koneksi antara stimulus dan respons, dan kemudian dia memperoleh pengertian atau feeling tentang tindakan yang tepat. 5) Latihan memperkuat respons yang tepat dan tindakan atau gerakan menjadi semakin efisien.
Beberapa hukum belajar yang dikemukakan oleh Thorndike yang diduga berpengaruh besar terhadap hasil belajar olahraga, diantaranya yaitu law of readiness, law of exercise, law of effect, yang dikemukakan oleh Thorndike dikutip oleh Rusli (1988:126). Untuk lebih jelasnya akan diuraikan satu persatu berikut ini: 1) Hukum Kesiapan (Law of Readiness) menyatakan bahwa belajar akan berlangsung paling efektif jika siswa yang bersangkutan telah siap untuk memberikan respons. Dengan kata lain, hukum kesiapan itu adalah semacam hukum tentang kesiapan untuk menyesuaikan diri dengan stimulus, bukan hukum pertumbuhan. Para siswa akan memperoleh kesulitan besar untuk berhasil passing atas dan passing bawah dalam keadaan mereka masih belum matang untuk melempar bola. Oleh karena itu, istilah kesiapan untuk belajar rupanya tidak terpisahkan dari konsep kematangan. 2) Hukum Latihan (Law of Exercise) menyatakan bahwa dengan pengulangan-pengulangan respons tertentu sampai beberapa kali akan memperkuat koneksi antara stimulus dan respons. Pertautan yang erat itu akan dikembangkan dan diperkuat melalui pengulangan yang memadai jumlahnya. Intisari dari hukum latihan itu adalah bahwa jumlah dan intensitas kegiatan latihan akan membuat hasil belajar makin dikuasai atau makin sempurna. 3) Hukum Sebab Akibat (Law of Effect) diartikan sebagai penguatan atau melemahnya suatu koneksi merupakan hasil dari konsekuensinya. Menurut hukum Effect, koneksi antara elemen stimulus respons akan diperkuat jika dialami pengalaman yang menyenangkan. Sebaliknya jika suatu respons diikuti oleh pengalaman yang tidak menyenangkan atau tidak memuaskan, koneksi antara elemen stimulus-respons menjadi lemah.
3. Pengembangan Pola Gerak melalui Pembelajaran Penjasorkes a. Pendidikan jasmani di sekolah sebagai media pembelajaran gerak Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan. Oleh karena itu pelaksanaan
Modul PLPG Penjaskes 2013 183 pendidikan jasmani harus diarahkan pada pencapaian tujuan tersebut. Tujuan pendidikan jasmani bukan hanya mengembangkan ranah jasmani, tetapi juga mengembangkan seluruh potensi siswa (Singer and Dick, 1980: 193). Secara lengkap, pendidikan jasmani bertujuan untuk mengembangkan aspek kesehatan, kebugaran jasmani, keterampilan berpikir kritis, stabilitas emosional, keterampilan sosial, penalaran dan tindakall moral melalui kegiatan aktivitas jasmani dan olahraga (Thomas, Thomas and Lee, 1988:59). Selanjutnya dinyatakan bahwa pendidikan jasmani merupakan media untuk mendorong perkembangan keterampilan motorik, kemampuan fisik, pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai-nilai (sikap-mental-emosiollal-spiritual dan sosial), serta pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan yang seimbang (Corbin, 1960: 16). Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina, sekaligus membentuk gaya hidup sehat dan aktif sepanjang hayat. Melalui pendidikan jasmani diharapkan siswa dapat memperoleh berbagai pengalaman untuk mengungkapkan kesan pribadi yang menyenangkan, kreatif, inovatif, terampil, meningkatkan, dan memelihara kesegaran jasmani serta pemahaman terhadap gerak manusia (Singer, 1975:36). Dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani guru diharapkan mengajarkan berbagai keterampilan gerak dasar, teknik dan strategi permainanlolahraga, intemalisasi nilai (sportivitas, jujur, kerjasama), dan pembiasaan pola hidup sehat. Untuk itu dalam pelaksanaan pendidikan jasmani tidak hanya melalui pengajaran konvensional di dalam kelas yang bersifat kajian teoritis, namun melibatkan unsur fisik, mental, intelektual, emosi dan sosial. b. Faktor-faktor utama yang mempengaruhi belajar gerak Pada dasarnya pencapaian keterampilan belajar gerak dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Macgill (1984:44) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar gerak adalah: (1) memahami apa yang harus dipelajari, (2) kesempatan untuk merespon, (3) adanya umpan balik, dan (4) reinforcement. Memahami apa yang harus dipelajari, merupakan hal penting saat pembelajaran berlangsung. Kejelasan mengenai tujuan pembelajaran berupa keterampilan yang harus dikuasai merupakan keadaan yang harus diketahui oleh anak untuk membantu efektivitas pembelajaran. Dalam pembelajaran situasi seperti ini sering disebut sebagai cara "memberi stimulus". Meskipun terdengar sebagai suatu hal yang sederhana, memberikan stimulus, menurut beberapa penelitian memberikan pengaruh yang positif terhadap efektivitas pembelajaran. Di satu sisi, kadang-kadang guru memberikan begitu banyak instruksi, dan menjelaskan tugas dengan tidak jelas, sehingga sulit dimengerti oleh anak-anak terutama keterampilan apa yang akan dicapai. Setelah dilakukan koreksi sebagai umpan balik, barulah anak-anak Modul PLPG Penjaskes 2013 184 memahami apa yang sebenamya diinginkan oleh guru. Di sisi lain guru mungkin menganalisis keterampilan dengan jelasnya, sehingga terlalu overload informasi, akibatnya anak tidak dapat merespon tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Instruksi secara verbal, demonstrasi dan berbagai alat bantu mengajar dapat digunakan sebagai alat untuk memperjelas tujuan belajar. Secara umum dapat dikatakan bahwa anak belajar dengan baik ketika mereka dapat menjelaskan atau mendemonstrasikan dengan baik keterampilan yang diharapkan atau tujuan belajar yang ingin dicapai. Dari beberapa penelitian yang dilakukan di sekolah, jelas banyak kesempatan untuk merespon merupakan faktor dominan yang mempengarauhi penguasaan saat pembelajaran berlangsung. Dengan kata lain dapat dijelaskan bahwa siswa harus termotivasi untuk mencapai tujuan belajar dan mendapatkan umpan balik mengenai usahanya tersebut. Hal ini menunjuk kepada respon yang berkualitas yang harus didapatkan oleh anak. Karena kadang-kadang anak memimiliki banyak kesempatan untuk merespon sepanjang pembelajaran, tetapi bukan respon yang berkualitas. Banyak studi yang telah dilakukan mengenai jadwal praktik, cara mengorganisir anak dalam lingkungan belajar, ukuran kelas, dan alat-alat pembelajaran, yang kesemuanya memberikan hasil yang signifikan karena tingginya kualitas merespon dari anak-anak. Banyak juga pendapat yang menyatakan bahwa dengan memberikan kesempatan kepada anak untuk lebih terlibat dalam pembelajaran merupakan cara untuk mencapai tujuan pembelajaran gerak. Secara tradisional, guru sering menggunakan pendekatan drill sehingga anak harus berdiri diam sambil menunggu giliran. Hal ini berbeda dengan pendekatan pembelajaran gerak yang memberikan kebebasan gerak secara aktif kepada anak, sehingga meningkatkan kuantitas latihan, dan makin banyak anak memberikan respon makin banyak anak tersebut belajar. Apabila umpan balik berbunyi terlalu pendek atau terlalu panjang, mungkin siswa dapat dengan cepat merespon untuk memperbaiki, tetapi apabila umpan balik itu berbunyi 2 cm lebih pendek, maka siswa akan merespon dengan terlebih dahulu mengira-ngira panjang 2 cm tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa umpan balik yang berbeda akan memberikan presisi yang berbeda terhadap tugas yang diberikan. Untuk itu, dapat dikatakan bahwa semakin tepat informasi yang diterima sebagai umpan balik, maka semakin cepat siswa belajar. Keuntungan dari pembelajaran gerak adalah kaya akan umpan balik. Sebagian besar keterampilan gerak yang diberikan dalam pendidikan jasmani di sekolah mempunyai tujuan, dan memberikan respon segera setelah informasi mengenai tujuan tersebut dicapai. Untuk itu guru harus belajar menjadi ahli dalam memberikan umpan balik, yang meliputi kemampuan untuk menganalisis performa, jeli menetapkan kekurangan
Modul PLPG Penjaskes 2013 185 atau kelebihan penguasaan gerak serta memberikan koreksi yang sesuai dengan kebutuhan anak berdasarkan analisis yang dilakukan. Secara teoritik sulit untuk membedakan antara umpan balik dan penguatan. Penguatan biasanya digambarkan sebagai rangkaian penguatan yang mengikuti suatu perilaku tertentu dalam meningkatkan kesempatan bahwa perilaku tersebut akan terulang. Sedangkan umpan balik mengikuti respon yang tampak. Ketika guru berkata, "Bagus, Yanto, pertahankan ayunan lenganmu". Pada dasarnya kata-kata tersebut merupakan umpan balik sekaligus penguatan.
c. Kategori pembelajaran gerak Sejak beberapa tahun yang lalu pembelajaran gerak telah dikategorikan berdasarkan tahap-tahap pencapaian tujuan. Setiap kategori menampilkan tujuan pembelajaran yang sangat jelas. Kondisi yang diperlukan untuk mencapai tujuan berbeda antara kategori satu dengan yang lain. Dengan memahami tujuan belajar untuk setiap kategori, guru dapat merancang tugas-tugas yang sesuai dengan tahap pembelajaran gerak (Sage, 1984: 16). Menendang bola mungkin nampak sebagai keterampilan yang berbeda dengan memukul bola dari batting tee pada softball, kenyataannya perilaku pada masing-masing kemampuan gerak masuk ke dalam kategori yang sama. Keuntungan menggunakan pendekatan kategori ini adalah setiap kategori saling berhubungan atau mempunyai keterkaitan. Untuk belajar pada tahap tertentu anak harus sudah menguasai kemampuan pada tahap sebelumnya.
E. Rangkuman Pengertian istilah belajar gerak atau motorik tak terlepas dari pengertian istilah belajar pada umumnya. Karena itu, dalam bagian ini pengungkapan makna belajar pada umumnya dan belajar gerak pada khususnya akan dibahas lebih mendalam. Belajar dipahami oleh orang awam sebagai pemikiran pengetahuan atau keterampilan baru. Definisi ini sudah tentu tidak memadai sehingga perlu dikembangkan suatu definisi yang lebih lengkap. Oxendine (1968) yang dikutip oleh Rusli (1988:101) menggambarkan belajar sebagai berikut: (1) Akumulasi pengetahuan, (2) penyempurnaan dalam suatu kegiatan, (3) pemecahan suatu masalah, dan (4) penyesuaian dengan situasi yang berubah. Konsep-konsep menjadi kunci dalam deskripsi tersebut adalah perubahan, penyesuaian dan adaptasi. Ada kesamaan pendapat para ahli bahwa belajar keterampilan gerak berkembang melalui beberapa tahap. Fitts (1964); Fitts dan Posner (1967) yang dikutip oleh Rusli (1988:305) membahas tahap-tahap belajar gerak, yaitu: (1) tahap kognitif, (2) tahap asosiatif, (3) tahap otomatis. Guna dapat menyiapkan secara baik untuk mengajarkan Pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan, maka perlu kiranya diperhatikan gerak Modul PLPG Penjaskes 2013 186 dasar untuk diberikan kepada peserta didik. Gerak dasar tersebut antara lain sebagai berikut: Gerak dasar non lokomotor, gerak lokomotor, dan manipulatif.
F. Soal-soal Latihan Soal Latihan Uraian Jawablah pertanyaan berikut ini dengan singkat dan tepat! 6. Jelaskan yang dimaksud dengan belajar gerak! 7. Sebutkan tahap-tahap belajar gerak! 8. Sebutkan macam-macam pola gerak! 9. Jelaskan aplikasi teori belajar dalam belajar gerak! 10. Sebutkan faktor-faktor utama yang mempengaruhi belajar gerak!
Soal Latihan Pilihan Berganda Berilah tanda silang (X) pada huruf A, B, C, atau D yang merupakan jawaban paling benar!
6. Proses yang mengantarkan pencapaian perubahan perilaku berlangsung secara internal atau dalam diri manusia tidak bisa diamati secara langsung, terkecuali ditafsirkan berdasarkan perubahan perilaku itu sendiri disebut . . . . A. belajar B. keterampilan C. perubahan perilaku D. proses pembelajaran
7. Seperangkat proses yang bertalian dengan latihan atau pengalaman yang mengantarkan ke arah perubahan permanen dalam perilaku terampil disebut . . . . E. tujuan belajar F. hakikat belajar G. tahap-tahap pembelajaran H. proses pembelajaran
8. Hasil belajar itu relatif bertahan hingga waktu relatif lama, merupakan karakteristik belajar motorik ditinjau dari belajar sebagai . . . . A. hasil langsung dari latihan B. tak teramati secara langsung C. sebuah proses D. gerak relatif permanen
Modul PLPG Penjaskes 2013 187 9. Tingkat permulaan belajar olahraga untuk memahami teknik yang baru diperkenalkan, diperagakan dan diterangkan oleh guru, pembina dan pelatih olahraga. Hal ini merupakan tahapan belajar gerak . . . . A. kognitif B. asosiatif C. otomatisasi D. perioderisasi
10. Tahap dimana belajar olehraga yang didominasi oleh perencanaan dan pelaksanaan strategi-strategi latihan yang efektif. Hal ini merupakan tahapan belajar gerak . . . . A. kognitif B. asosiatif C. otomatisasi D. perioderisasi Kunci Jawaban 1. A 2. B 3. D 4. A 5. B
DAFTAR PUSTAKA
Bucher, Charles A., Constance R. Koenig. (1983). Methods and materialsfor Secondary School Physical Education. St. Louis. The CV. Mosby Company. Callahan, Joseph F., Leonard H. Clark. (1983). Foundation of Education. New York: Macmillan Publishing Company Inc. Corbin, Charles B. (Ed.). (1980). ATexbook of Motor Development. 2nd Edition. Dubuque, Iowa: Wm C. Brown Company Publishers. Gagne, Robert M., Leslie 1. Briggs. (1979). Principles of Instructional Design. New York: Holt, Rinehart and Winstoin. Jewett; Bain; dan Ennis. (1995). The Curriculum Process in Physical Education, Second Edition, Brown & Benchmark Publishers. Lutan, Rusli. (1988). Belajar Keterampilan Motorik Pengantar Teori dan Metode. Jakarta: Depdikbud Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi. Lutan, Rusli. (2005). Pendidikan Jasmani dan Olahraga Sekolah: Penguasaan Kompetensi Dalam Konteks Budaya Gerak. Mahendra, Agus, dkk. (2006). Implementasi Movement-Problem-Based Learning Sebagai Pengembangan Paradigma Reflective Teaching Dalam Pendidikan Jasmani: Sebuah Community-Based Action Research Di Sekolah Menengah Di Kota Bandung. Modul PLPG Penjaskes 2013 188 Mahendra, Agus, Ma`mun, Amung. (1998) Teori Belajar dan Pembelajaran Motorik. Bandung : IKIP Bandung Press. Sage, George H.. (1984). Motor Learning and Control: A Neuropsychological Approach. Dubuque, Iowa: Wm. C. Brown Publishers. Schurr, Evelyn L.. (1980). Movement Experiences for Children: A Humanistic Approach to Elementary School Physical Education. 3m Edition. Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice-Hall, Inc. Siedentop, D., (1991). Developing Teaching Skills in Physical Education. Mayfield Publishing Company. Singer, Robert N. (1975). Motor Learning and Human Performance: An Application to Physical Education Skills. 2ndEdition. New York: Macmillan Publishing Co, Inc. Singer, Robert N.and Walter Dick. (1980). Teaching Physical Education: A System Approach. Boston: Houghton Miffin Company. Sugiyanto, dan Sudjarwo. (1991). Perkembangan dan Belajar Gerak. Jakarta: Depdikbud, Proyek Penataran guru Setara D-II. Thomas, Jerry R., Khaterine T. Thomas, Amelia M. Lee. (1988). Physical Education for Children: Concepts into Practice.Champaign Illinois: Human Kinetics Books.
Modul PLPG Penjaskes 2013 189 BAB VIII PENDALAMAN MATERI PENGEMBANGAN AKTIVITAS KEBUGARAN JASMANI
A. Pokok-pokok Isi Materi Dengan kemajuan ilmu dan teknologi yang dicapai pada saat ini, secara tidak langsung telah menyediakan berbagai kemudahan bagi umat manusia dalam kehidupan sehari-hari. Namun demikian, kita harus menyadari pola hidup kita yang dinamis tidak berubah menjadi pola hidup yang statis. Dengan pola hidup yang dinamis memberikan kesempatan pada seluruh sistem tubuh kita melaksanakan fungsinya secara normal. Atau dengan kata lain pola hidup dinamis akan memberikan banyak manfaat, karena kita memiliki derajat sehat dinamis. Derajat sehat dinamis akan dicapai, manakala kita membiasakan hidup dengan berolahraga secara teratur, sistematis, dan kontinu sesuai dengan kualitas adaptasi tubuh kita. Oleh karena itu diperlukan pemahaman tentang kebugaran jasmani. kebugaran jasmani dapat diartikan sebagai kemampuan tubuh dalam melakukan berbagai macam pekerjaan tanpa mengalami kelelahan yang berarti dan dapat segera pulih sebelum datangnya tugas pada keesokan harinya. Berdasar pada pengertian tersebut, kebugaran jasmani sesungguhnya merupakan derajat sehat dinamis tertentu yang diharapkan dapat menanggulangi tuntutan jasmani dalam melaksanakan tugas hidup sehari-hari dengan selalu mempunyai candangan energy untuk melakukan tugas tambahan lainnya. Dengan memahami tentang kebugaran jasmani dengan baik maka tujuan untuk mendapatkan sehat dinamis akan terhujud.
B. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar 1. Standar Kompetensi Menguasai materi secera teoritis ataupun praktek yang berkaitan dengan kebugaran jasmani
2. Kompetensi Dasar c. Menjelaskan komponen-komponen kebugaran jasmani yang mendukung terhadap materi pembelajaran penjasorkes. d. Menganalisis komponen-komponen kebugaran jasmani yang berkaitan dengan proses pembelajaran.
C. Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari modul Pendidikan Latihan Profesi Guru (PLPG) Penjas ini Bapak/ibu akan memiliki kompetensi yang tercermin dari indikator sebagai berikut: 1. Menjelaskan pengertian kebugaran jasmani. 2. Menjelaskan tentang komponen-komponen kebugaran jasmani. Modul PLPG Penjaskes 2013 190 3. Menjelaskan tentang ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan kebugaran jasmani.
D. Uraian Materi a. Pengertian Kebugaran Jasmani Istilah kebugaran jasmani sepertinya sudah tidak asing lagi bagi kita, terlebih bagi para pemerhati kemajuan dunia olahraga. Ada beberapa istilah yang maknanya sama untuk menjelaskan apa itu kebugaran jasmani. Kebugaran jasmani sesuai dengan kata asalnya yaitu : Physical fitness atau kesehatan fisik. Di Indonesia istilah ini dimasyarakat dengan sebutan : kebugaran jasmani, kesamaptaan, kesegaran jasmani, dan kesanggupan jasmani. Secara harfiah, Physical fitness berarti kecocokan fisik atau kesesuaian jasmani. Ini mengandung maksud adanya sesuatu yang harus cocok dengan fisik atau jasmani itu, yaitu macam atau beratnya tugas yang harus dilaksanakan oleh fisik tersebut. Oleh karena itu kebugaran jasmani dapat diartikan sebagai kemampuan tubuh dalam melakukan berbagai macam pekerjaan tanpa mengalami kelelahan yang berarti dan dapat segera pulih sebelum datangnya tugas pada keesokan harinya. Berdasar pada pengertian tersebut, kebugaran jasmani sesungguhnya merupakan derajat sehat dinamis tertentu yang diharapkan dapat menanggulangi tuntutan jasmani dalam melaksanakan tugas hidup sehari-hari dengan selalu mempunyai candangan energy untuk melakukan tugas tambahan lainnya. Hasil kesepakatan Ikatan Ahli Faal Indonesia (IAFI), kebugaran jasmani diklasifikasikan menjadi dua kelompok yaitu : komponen kebugaran jasmani yang berhubungan kesehatan dan komponen kebugaran jasmani yang berhubungan dengan keterampilan motorik. Kebugaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan terdiri dari : daya tahan kardiovaskuler, kekuatan otot, daya tahan otot, kelentukan, dan komposisi tubuh. Kebugaran jasmani yang berhubungan dengan keterampilan motorik adalah : keseimbangan, daya ledak, kecepatan, kelincahan, koordinasi, dan kecepatan reaksi. Dengan demikian terdapat tiga (3) indikator utama dari kebugaran jasmani yaitu : kemampuan tubuh untuk melakukan aktivitas fisik, tidak mengalami kelelahan yang berlebihan atas tugas fisik tersebut, dan kemampuan pulih asal yang segera setelah tugas fisik tersebut selesai. Pengertian Kesehatan menurut wikipedia adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Sedangkan Pengertian Kesehatan menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1948 menyebutkan bahwa pengertian kesehatan adalah sebagai suatu keadaan fisik, mental, dan sosial kesejahteraan dan bukan hanya ketiadaan penyakit atau kelemahan Pada tahun 1986, WHO, dalam Piagam Ottawa untuk Promosi Kesehatan, mengatakan bahwa pengertian kesehatan adalah sumber daya
Modul PLPG Penjaskes 2013 191 bagi kehidupan sehari-hari, bukan tujuan hidup. Kesehatan adalah konsep positif menekankan sumber daya sosial dan pribadi, serta kemampuan fisik. Pengertian Kesehatan Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009. Dalam Undang-Undang ini yang pengertian kesehatan adalah: Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
b. Syarat dan Macam Kebugaran Jasmani Sesuai dengan pengertian dari physical fitness, maka perlu dijelaskan bahwa kecocokan fisik terhadap pekerjaan sesuatu, memerlukan persyaratan tertentu pula. Syarat tersebut dibagi menjadi dua bagian : syarat anatomis dan syarat fisiologis. Oleh karena itu physical fitness terdiri dari dua bagian yaitu : anatomical fitness dan physiological fitness. Dengan demikian sesungguhnya kebugaran jasmani pun dibagi menjadi dua macam, yaitu kebugaran jasmani yang bersifat anatomis dan kebugaran jasmani yang bersifat fisiologis. Anatomical fitness berhubungan dengan kondisi dan kualitas dari indicator tinggi badan, berat badan, kelengkapan anggotan badan, dan ukuran berbagai bagian badan sedangkan physiological fitness berkaitan dengan tingkat kemampuan menyesuaikan fungsi alat-alat tubuh terhadap : cuaca, tugas fisik, dan fungsi alat-alat tubuh. Pada saat ini pengertian physical fitness dititikberatkan pada physiological fitness. Hal ini sangat disadari, bila kita membina atau meningkatkan indicator anatomis sangatlah sulit dan tidak efisien karena membutuhkan waktu yang lama dengan hasil yang belum tentu sesuai dengan harapan, tetapi pembinaan yang ditujukan untuk peningkatan fisiologis lebih mudah, terukur peningkatannya dan berhasil ganda ( fisiologisnya dan anatomis sekaligus meningkat ) Berdasarkan paparan tersebut, maka pada dasarnya semua orang memiliki tingkat kebugaran jasmani yang berbeda sesuai dengan kecocokan jasmani dalam mengerjakan pekerjaan tertentu. Olehkarena itu bila seseorang semakin mampu mengerjakan pekerjaan yang berat dan rumit, berarti dia memiliki tingkat kebugaran jasmani yang tinggi dan sebaliknya. Jadi, berat ringannya pekerjaan akan mempengaruhi dan membentuk derajat kebugaran jasmani seseorang. Arti lainnya bahwa derajat kebugaran jasm\ani seseorang bersifat relative dan tidak bersifatmutlak. Bila kita semakin menyadari betapa pentingnya dukungan fisioliogis terhadap berbagai bentuk pekerjaan manusia, maka kita semua akan berupaya bagaimana meningkatkan kemampuan fisik tersebut, agar kehidupan semakin berarti. Olehkarena itu sesungguhnya kebugaran jasmani merupakan derajat sehat dinamis tertentu yang diharapkan dapat menghadapi tuntutan pekerjaan jasmani serta masih mempunyai cadangan energy untuk mengerjakan tugas fisik lainnya. Dengan demikian derajat kebugaran jasmani yang maksimal, sangat dimungkinkan untuk Modul PLPG Penjaskes 2013 192 meminimalkan seseorang alami penyakit kronik-degeneratif pada usia menjelang tua dan masih produktif pada usia tua.
c. Komponen Kebugaran Jasmani Komponen kebugaran jasmani meliputi berbagai system tubuh, mulai system otot (muscular), system saraf (nervorum), system tulang (skelet), system pernapasan (respirasi), system jantung (cardio), system ginjal (eksresi), dan kerja sama antar berbagai system tersebut secara holistic. Berdasarkan pada system tubuh yang membentuknya maka, komponen kebugaran jasmani meliputi : kekuatan otot, kelentukan, daya tahan kardirespirasi dan daya tahan otot, daya ledak otot, kecepatan, kelincahan, keseimbangan, kecepatan, kelincahan, keseimbangan, kecepatan reaksi, dan koordinasi, serta memiliki komposisi tubuh yang ideal. Hakikat kebugaran jasmani merupakan keadaan kemampuan jasmani untuk dapat menyesuaikan fungsi alat-alat tubuhnya terhadap tugas jasmani tertentu dan /atau terhadap keadaan lingkungan yang harus diatasi dengan cara efisien, tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan, telah pulih sempurna sebelum datang tugas yang sama pada keesokan harinya, serta memiliki energy cadangan energy yang cukup untuk melakukan kerja fisik tambahan lainnya. Berikut akan dipaparkan hal yang berkaitan dengan komponen yang membentuk kebugaran jasmani secara komprehensif.
1. Daya Tahan (Endurance) Menurut Noer, dkk (1996:181) daya tahan dapat dibagi menjadi 2 macam yaitu: a. daya tahan otot setempat (muscular local endurance) b. daya tahan jantung dan paru (cardiorespiratory endurance)
Daya tahan (endurance) yang akan diuraikan adalah daya tahan jantung dan paru. a. Pengertian Daya tahan adalah keadaan atau kondisi tubuh yang mampu untuk bekerja dalam waktu yang lama,tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan setelah menyelesaikan latihan tersebut (Harsono : 2001:8)
b. Kegunaan/manfaat daya tahan PP.PBVSI (1995:43} Kegunaan memiliki daya tahan yang baik adalah untuk : 1) Mencapai prestasi maksimal suatu cabang olahraga. 2) Menjaga stabilitas prestasi yang telah dimiliki. 3) Mempermudah belajar teknik-teknik. 4) Mencegah terjadinya cedera dalam olahraga 5) Memantapkan mental bertanding atlet
Modul PLPG Penjaskes 2013 193 c. Faktor-faktor yang mempengaruhi daya tahan (Badriah, 2009:34): 1) Keturunan (Genetik), yaitu tipe serabut otot yang dominan adalah jenis otot slow twitch fiber (jenis serabut otot merah atau otot lambat) dan kadar Haemoglobin (Hb). 2) Usia, mulai anak-anak sampai sekitar usia 20 tahun, daya tahan kardiorespirasi meningkat dan mencapai maksimal pada usia 20 30 tahun. 3) Jenis kelamin, sampai usia pubertas tidak ada perbedaan daya tahan antara laki-laki dan perempuan dan setelah itu perempuan kemampuannya lebih rendah. 4) Aktivitas fisik, istirahat di tempat tidur selama 3 minggu dapat menurunkan kemampaun daya tahan kardiovaskuler.
2) Bentuk-bentuk latihan daya tahan
a. Latihan Kontinu (continous training) Latihan kontinu bisa dilakukan dengan 2 cara yaitu ; 1) Latihan kontinu dengan intensitas rendah (low intensity training) 60 70% dari DNM 2) Latihan kontinu dengan intensitas tinggi (high intensity training) 80 90% dari DNM
b. Latihan Fartlek (speed play) Fartlek atau speedplay adalah latihan yang berupa lari di alam terbuka untuk selama 1 sampai 3 jam. Atlet bisa menentukan sendiri tempo larinya, cepat, lambat ataupun jalan (Harsono, 2001:10).
c. Latihan Interval (interval training) Secara mendasar, ada 2 bentuk interval training, yaitu : 1) Lambat akan tetapi dengan jarak jauh 2) Cepat akan tetapi dengan jarak pendek Syarat latihan interval : 1) Lamanya latihan (jarak lari) 2) Beban atau intensitas latihan (kecepatan lari) 3) Ulangan (repetisi) 4) Masa istirahat (recovery interval) setelah setiap repetisi latihan
Alat ukur atau Instrumen tes Untuk mengukur kemampuan daya tahan kardiovaskuler dapat digunakan beberapa tes sebagai berikut : 1. Tes Balke, yaitu lari 15 menit 2. Lari 2,4 km 3. Lari 12 menit 4. Harvard step test 5. Ergometer sepeda (ergocycle) 6. Meniup Manometer air raksa
Modul PLPG Penjaskes 2013 194 2. Kekuatan (strength) a. Pengertian Kemampuan otot untuk membangkitkan tegangan/force terhadap suatu tahan (Harsono, 2001:24). b. Kegunaan/Manfaat kekuatan PP.PBVSI (1995:40) menjelaskan kegunaan kekuatan adalah untuk: 1) Mencapai prestasi maksimal. 2) Mempermudah mempelajari teknik-teknik. 3) Mencegah terjadinya cedera. 4) Memantapkan sikap percaya diri.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan Badriah (2009:36) menjelaskan faktor fisiologis yang mempengaruhi kekuatan otot adalah : 1) Usia, sampai usia 12 tahun peningkatan kekuatan otot terjadi akibat peningkatan ukuran otot, pada laki-laki maupun wanita sama. 2) Jenis kelamin 3) Suhu otot, kontraksi otot akan lebih kuat dan cepat bila suhu otot sedikit lebih tinggi daripada suhu normal tubuh. 4) bentuk-bentuk latihan kekuatan 5) Sesuai dengan batasan kekuatan, maka latihan yang cocok untuk mengembangkan kekuatan adalah latihan-latihan tahanan (resistance exercises) yang menurut tipe kontraksi ototnya dapat digolongkan dalam tiga katagori, yaitu kontraksi isometrik, kontraksi isotonik, dan kombinasi dari kedua kontraksi tersebut yaitu kontraksi isokinetik Kontraksi isometrik Kontraksi isometric adalah kontraksi otot-otot tetapi otot-otot tersebut tidak mengadakan perubahan apa-apa jadi tidak memanjang atau memendek, jadi otot tetap statis (kontraksi statis) (Noer, dkk, 1996;136) Dalam kontraksi isometrik otot-otot ditegangkan, namun tidak memanjang atau memendek sehingga tidak akan nampak suatu gerakan yang nyata, atau dengan perkataan lain, tidak ada jarak yang ditempuh. Oleh karena itu kontraksi ini disebut pula static contraction. Kontraksi statisnya dipertahankan selama 6 10 detik. Contoh : mendorong, mengangkat atau menghela suatu obyek atau benda yang tidak dapat digerakkan seperti tembok, lemari besi, mobil, dsb (Harsono, 2001:25). Kontraksi isotonik Kontraksi isotonic adalah kontraksi dari otot yang membawa perubahan pada otot yang sedang berkontraksi. Terlihat adanya perubahan sikap atau gerakan-gerakan dari anggota tubuh yang disebabkan memanjang dan memendeknya otot (Noer dkk, 1996:138). Kontraksi isotonis akan nampak bahwa ada terjadi suatu gerakan dari anggota-anggota tubuh kita yang disebabkan oleh memanjang dan
Modul PLPG Penjaskes 2013 195 memendeknya otot-otot, sehingga terdapat perubahan dalam panjang otot. Tipe kontraksi ini disebut juga dynamic contraction. Contoh : weight training atau latihan beban (Harsono, 2001:25). Dalam kontraksi isotonik ada 2 macam kontraksi lagi yaitu pada waktu otot memendek disebut kontraksi konsentrik, sedangkan pada waktu otot memanjang kontraksinya disebut eksentrik (Harsono, 2001:26). Sebuah kontraksi konsentris otot terjadi bila mana terjadi tegangan pada sebuah otot dan otot itu mengerut. Misalnya pada otot bisep saat dumbbell digerakkan ke atas ke arah pundak. Kontraksi eksentris terjadi jika terbentuk tegangan pada otot tetapi ototnya memanjang, dimana serat-serat otot perlahan- lahan memanjang untuk mengontrol kecepatan penurunan dumbbell Baechle dan Groves (2003:6-7) Kontraksi isokinetik Para ahli dalam weight training berpendapat bahwa latihan kekuatan dengan menganut metode kontraksi isokinetik, yang aplikasinya adalah kombinasi kontraksi isometrik dan isotonik, adalah yang paling efektif karena dalam gerakan isokinetik otot mendapat tahanan yang sama melalui seluruh ruang geraknya, sejak dari ekstensi penuh s/d kontraksi penuh, jadi berbeda dengan metode isokinetik (Harsono, 2001:27).
a. Alat ukur atau Instrumen tes Untuk mengukur kemampuan kekuatan dapat digunakan beberapa tes sebagai berikut : 1. Hand dynamometer 2. Back dynamometer 3. Leg dynamometer 4. Grip dynamometer
3. Kelentukan (flexibility) 1. Pengertian Kemampuan untuk bergerak dalam ruang gerak sendi (Harsono, 2001:15). 2. Kegunaan/Manfaat kelentukan Menurut Harsono (2001:15) perbaikan dalam kelentukan akan dapat : a. Mengurangi kemungkinan terjadinya cedera-cedera pada otot dan sendi. b. Membantu dalam mengembangkan kecepatan, koordinasi dan kelincahan (agility) c. Membantu memperkembangkan prestasi d. Menghemat pengeluaran tenaga (efisien) pada waktu melakukan gerakan-gerakan, dan e. Membantu memperbaiki sikap tubuh
Modul PLPG Penjaskes 2013 196 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kelentukan Suharno (1993:53) menjelaskan tentang faktor-faktor penentu atau yang mempengaruhi kelentukan adalah : 1. Elastisitas otot, ligamentum, tendo dan kapsula 2. Luas sempitnya ruang gerak sendi 3. Tonus otot, tendo, legamentum dan kapsula 4. Tergantung pada derajat panas di luar (temperatur) 5. Unsur kejiwaan : jemu, muram, takut, senang, semangat 6. Kualitas tulang-tulang yang membentuk persendian 7. Faktor umum dan jenis kelamin 4. Bentuk-bentuk latihan kelentukan Lentuk tidaknya seseorang ditentukan oleh luas sempitnya ruang gerak sendi-sendinya. Selain oleh ruang gerak sendi, kelentukan juga ditentukan oleh elastis tidaknya otot-otot, tendon, dan ligamen di sekitar sendi (Harsono, 2001:15). Berdasarkan penjelasan tersebut jelas bahwa untuk meningkatkan kelentukan atlet bukan hanya persendiannya saja yang harus dilatih tetapi juga otot, tendon dan ligamen yang ada di sekitar persendian tersebut.
Beberapa bentuk latihan kelentukan : a. Peregangan Dinamis (dynamic/ballistic stretch) b. Peregangan Statis (static stretch) c. Peregangan Pasif (passive stretching) d. Peregangan PNF (Proprioceptive Neuromuscular Facilitation)
5. Alat Ukur atau Instrumen tes Untuk mengukur kemampuan daya tahan fleksibitas dapat digunakan beberapa tes sebagai berikut : 1. The Modified Sit dan Reach Test 2. Bridge -Up 3. Shoulder elevation 4. Side Splite 5. Trunk Extention
4. Stamina 1. Pengertian Kemampuan seseorang untuk nertahan terhadap kelelahan, artinya meskipun berada dalam kondisi lelah masih mampu untuk meneruskan latihan atau pertandingan. Kerja stamina adalah kerja tingkat anaerobik yang intensitasnya tinggi, sehingga supply pemasukan oksigen tidak cukup untuk meladeni kebutuhan pekerjaan yang dilakukan oleh otot (Harsono, 2001:14).
Modul PLPG Penjaskes 2013 197 2. Kegunaan/Manfaat stamina Suharno (1993:57) menjelaskan kegunaan stamina : 1) Untuk mencapai prestasi prima dalam olahraga. 2) Menjaga stabilitas prestasi puncak. 3) Mempermudah belajar teknik dan untuk mengembangkan taktik dalam bertanding. 4) Mencegah terjadinya cedera dalam olahraga. 5) Meningkatkan tenaga aerobik dan anaerobik. 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi stamina Suharno (1993:57) faktor-faktor penentu baik tidaknya stamina : a. Daya tahan aerobik dan anaerobik b. Kekuatan otot c. Banyak sedikitnya cadangan ATP, myohaemoglobin, glycogen dalam otot dan alkali reserve dalam darah. d. Kemampuan kerja pernapasan dan peredarah darah (paru-paru dan jantung). 4. Bentuk-bentuk latihan stamina Bentuk latihan untuk meningkatkan stamina adalah : 1. Interval training Interval training yang digunakan untuk melatih daya tahan bisa digunakan untuk melatih stamina. Harsono (2001:14) menjelaskan beberapa cara meningkatkan daya tahan menjadi stamina: a. Memperjauh jarak lari atau renang dengan tetap memperhatikan tempo yang tinggi. b. Mempertinggi tempo (kecepatan 80% sampai 90% maksimal) c. Memperkuat otot-otot yang dibutuhkan untuk kerja tersebut. 2. Latihan sirkuit (Circuit training} Circuit training ialah suatu sistem latihan yang dapat memperbaiki secara serempak fitness keseluruhan dari tubuh, yaitu unsur-unsur power, daya tahan, kekuatan, kelincahan, kecepatan, dan lain-lain komponen fisik. Karena itu bentuk-bentuk latihan sirkuit biasanya merupakan kombinasi dari semua unsur fisik. Misalnya, lempar bola, naik turun tangga, lari bolak balik, berbagai bentuk latihan beban, sit-up, pull-up, lompat-lompat, dsb. Bentuk-bentuk latihannya biasanya disusun dalam lingkaran dan terdiri dari beberapa pos (Harsono, 2001:39). Latihan sirkuit dapat dilakukan dengan cara : Menyelesaikan seluruh pos dengan waktu secepatnya dan repetisi di setiap pos sudah ditentukan (ditentukan repetisi). Menyelesaikan bentuk latihan sebanyak mungkin dengan waktu yang sudah ditentukan di setiap pos-nya (ditentukan waktu). 5. Alat ukur atau Instrumen tes Untuk mengukur kemampuan stamina dapat digunakan Tes Balke, yaitu lari 15 menit
Modul PLPG Penjaskes 2013 198 5. Daya Ledak Otot (power) a. Pengertian 1) Power adalah kemampuan otot untuk mengerahkan kekutan maksimal dalam waktu yang amat singkat (Harsono, 2001:24). 2) Kemampaun otot atau sekelompok otot melakukan kontraksi secara ekplosif dalam waktu yang sangat singkat (Badriah, 2009:36) b. Kegunaan/Manfaat daya ledak otot PP.PBVSI (1995:59) menjelaskan kegunaan power adalah untuk: 1) Mencapai prestasi maksimal. 2) Dapat mengembangkan taktik bertanding dengan tempo cepat dan gerak mendadak. 3) Mencegah Memantapkan mental bertanding atlet. 4) Simpanan tenaga anaerobik cukup besar. c. Faktor-faktor yang mempengaruhi daya ledak otot PP.PBVSI (1995:59) menjelaskan faktor-faktor penentu baik tidaknya power adalah: 1) Banyak sedikitnya macam fibril otot putih (phasic) dari atlet. 2) Kekuatan dan kecepatan otot atlet. 3) Waktu rangsangan maksimal 34 detik, misalnya waktu rangsangan hanya 15 detik, power akan lebih baik dibandingkan dengan waktu rangsangan selama 34 detik. 4) Koordinasi gerakan yang harmonis antara kekuatan dan kecepatan 5) Tergantung banyak sedikitnya zat kimia dalam otot (ATP). 6) Penguasaan teknik gerak yang benar. d. Bentuk-bentuk latihan daya ledak otot 1. Latihan beban (Weight training) Pada prinsipnya latihan beban untuk power sama dengan kekuatan yang membedakan adalah repetisinya adalah 12 15 RM. 2. Pliometrik Cara yang paling baik untuk mengembangkan power maksimal pada suatu kelompok otot tertentu adalah dengan meregangkan (memanjangkan) terlebih dahulu otot-otot tersebut (kontraksi eksentrik) sebelum mengkontraksi (memendekan) otot-otot itu secara eksplosif (kontraksi konsentrik). Gerak yang eksplosif (pada waktu lompat, jingkat, sit-up, pukul, tendang, dsb) harus dilakukan sesegera dan semulus mungkin setelah gerakan ke arah yang berlawanan (jongkok, berbaring, ayun lengan ke belakang, dsb) (Harsono, 2001:41). e. Alat ukur atau Instrumen tes Untuk mengukur kemampuan power dapat digunakan beberapa tes sebagai berikut : 1. Vertical jump 2. Standing broad jump 3. Two hand medicine ball put
Modul PLPG Penjaskes 2013 199 6. Daya Tahan Otot (muscle endurance) a. Pengertian 1) Daya tahan otot setempat (muscular lokal endurance) yaitu: daya tahan yang menunjukkan kemampuan otot dalam melaksanakan tugasnya dalam waktu yang cukup lama (Noer, dkk, 1996:181). 2) Daya tahan otot mengacu kepada suatu kelompok otot yang mampu untuk melakukan kontraksi yang berturut-turut untuk waktu yang lama (misalnya dalam push-up atau sit-up) atau mampu mempertahankan suatu kontraksi statis untuk waktu yang lama (misalnya menggantung pada rekstok dengan lengan bengkok, menahan beban dengan lengan lurus ke samping untuk waktu yang lama (Harsono, 2001:24) 3) Daya tahan otot adalah kapasitas otot melakukan kerja aerobik secara terus menerus (Badriah,2009:35). b. Kegunaan/Manfaat daya tahan otot PP.PBVSI (1995:43) Kegunaan memiliki daya tahan yang baik adalah untuk : 1) Mencapai prestasi maksimal suatu cabang olahraga. 2) Menjaga stabilitas prestasi yang telah dimiliki. 3) Mempermudah belajar teknik-teknik. 4) Mencegah terjadinya cedera dalam olahraga 5) Memantapkan mental bertanding atlet. c. Faktor-faktor yang mempengaruhi daya tahan otot Daya tahan otot tergantung pada jumlah serabut otot lambat, kadar mioglobin, sumber energi yang tersedia, dan aktivitas enzim citrate synthase ( Badriah, 2009:35). d. Bentuk-bentuk latihan daya tahan otot Bentuk latihan daya tahan otot adalah dengan latihan beban (weight training) yang pada prinsipnya latihan untuk meningkatkan daya tahan otot sama dengan latihan untuk meningkatkan kekuatan dan power hanya yang membedakannya adalah repetisi latihan bebannya 20 25 RM. e. Alat ukur atau Instrumen tes Untuk mengukur kemampuan daya tahan otot dapat digunakan beberapa tes sebagai berikut : 1. Pull ups 2. Push ups 3. Sit ups 4. Squat jumps
7. Kecepatan (speed) a. Pengertian Kecepatan ialah kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan yang sejenis secara berturut-turut dalam waktu yang sesingkat-singkatnya, Modul PLPG Penjaskes 2013 200 atau kemampuan untuk menempuh suatu jarak dalam waktu yang cepat (Harsono, 2001:36). b. Kegunaan/Manfaat kecepatan Pada olahraga lari (berbagai jarak) atau cabang olahraga yang diukur oleh waktu, kecepatan sangat dibutuhkan (Badriah,2009:37). c. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan Badriah (2009:37) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan adalah : 1) Kelentukan, kurangnnya kelentukan pada daerah pinggul dan tungkai atas akan mengurang kecepatan lari karena hal tersebut meningkatkan tahanan yang dibuat oleh otot antagonis di bagian ekstremitas bawah. 2) Tipe tubuh, walaupun sukar untuk mencari hubungan kecepatan gerak dengan tipe tubuh, namun kita dapat mengerti bahwa tubuh yang gemuk bergeraknya sangat lambat. 3) Usia, peningkatan kecepatan sesuai dengan pertambahan usia. Wanita mencapai puncaknya pada usia 13 18 tahun dan pada pria pada usia 21 tahun. 4) Jenis kelamin, wanita mempunyai kecepatan sebesar 85% dari kecepatan laki-laki. d. Bentuk-bentuk latihan kecepatan 1) Interval sprint 2) Lari akselerasi deselerasi (lari cepat diselingi lari lambat) 3) Uphill (lari naik bukit) bertujuan untuk mengembangkan dynamic strength dalam otot-otot tungkai dan Downhill (lari menuruni bukit) bertujuan untuk melatih kecepatan frekuensi gerak kaki. e. Alat ukur atau Instrumen tes Untuk mengukur kemampuan kecepatan dapat digunakan beberapa tes sebagai berikut : 1) Lari 50 meter 2) Lari 100 meter 8. Kelincahan (agility) a. Pengertian Kelincahan adalah kemampuan untuk mengubah arah dan posisi tubuh dengan cepat dan tepat pada waktu sedang bergerak, tanpa kehilangan keseimbangan dan kesadaran akan posisi tubuhnya (Harsono, 2001:21). b. Kegunaan/Manfaat kelincahan PP.PBVSI (1995:50) menjelaskan kegunaan secara langsung kelincahan adalah untuk : 1) Mengkoordinasikan gerak-gerak berganda. 2) Mempermudah berlatih teknik tinggi 3) Gerakan dapat efisien dan efektif. 4) Mempermudah daya orientasi dan antisipasi terhadap lawan dan lingkungan bertanding. 5) Menghindari terjadinya cedera.
Modul PLPG Penjaskes 2013 201 c. Faktor-faktor yang mempengaruhi kelincahan PP.PBVSI (1995:50) menjelaskan faktor-faktor penentu kelincahan adalah : 1) Kecepatan reaksi dan kecepatan gerak. 2) Kemampuan berorientasi terhadap problem yang dihadapi/kemampuan berantisipasi 3) Kemampuan mengatur keseimbangan. 4) Tergantung kelenturan sendi-sendi. 5) Kemampuan mengerem gerakan-gerakan. d. Bentuk-bentuk latihan kelincahan Bentuk-bentuk latihan untuk kelincahan antara lain : shuttle run, zigzag run, envelop run, boomerang run, lompat hexagon, halang rintang, Three corner drill, squat thrust. Bentuk-bentuk latihan ini bisa dipilih sesuai dengan karakteristik cabang olahraga masing-masing. Alat ukur atau Instrumen tes Untuk mengukur kemampuan kelincahan dapat digunakan : Shuttle run
9. Keseimbangan (balance) a. Pengertian Keseimbangan adalah kemampuan mempertahankan sikap tubuh yang tepat pada saat melakukan gerakan (Badriah,2009:39). Keseimbangan terdiri dari 2 macam yaitu : keseimbangan statis yaitu keseimbangan pada saat kita tidak bergerak atau berdiri tegak, sedangkan keseimbangan dinamis adalah keseimbangan pada saat kita bergerak (Badriah, 2009:39). b. Kegunaan/Manfaat keseimbangan PP.PBVSI (1995:65) menjelaskan kegunaan dari keseimbangan adalah : 1) Untuk mencegah terjadinya cedera 2) Mempermudah belajar teknik 3) Membantu menyadari gerak yang dilakukan 4) Meningkatkan keterampilan gerak 5) Efisien gerak dalam meningkatkan prestasi olahraga c. Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan Faktor-faktor penentu keseimbangan menurut PP.PBVSI (1995:65) adalah : 1) Tingginya letak titik berat badan. 2) Sempitnya bidang tumpuan 3) Berat badan atlet. 4) Tergantung pada datangnya gaya. 5) Baik tidaknya koordinasi. 6) Labil tidaknya bidang tumpu 7) Memejamkan mata atu tidak 8) Tinggi rendahnya bidang tumpu d. Bentuk-bentuk latihan keseimbangan Modul PLPG Penjaskes 2013 202 a. Berdiri di atas dasar yang sempit (balok keseimbangan, rel kereta api), melakukan handstand, mempetahankan keseimbangan setelah berputar-puter di tempat (Harsono, 1988:223). b. Menari, latihan pada kuda-kuda atau palang sejajar, ski air, skating, sepatu roda dan sebagainya (Harsono, 1988:223) Lebih lanjut Suharno (1993:67 mengemukakan cara-cara mengembangkan keseimbangan adalah : a. Mempertahankan keseimbangan dari yang mudah ke yang sulit b. Tumpuan dari yang besar ke kecil, dari stabil ke labil. c. Tumpuan makin lama makin tinggi dan kecil d. Ketenangan berlatih secara kontinu e. Alat ukur atau Instrumen tes Untuk mengukur kemampuan keseimbangan dapat digunakan beberapa tes sebagai berikut : 1. Stork stand 2. Dynamic test of positional balance
10. Kecepatan Reaksi (reaction time) a. Pengertian Kecepatan reaksi adalah waktu tersingkat yang dibutuhkan untuk memberi jawab kinetik setelah menerima suatu rangsangan (Badriah, 2009:39). b. Kegunaan/Manfaat kecepatan reaksi Dapat memberikan jawaban kinetik yang cepat setelah menerima suatu rangsangan. Kecepatan reaksi ini sangat penting untuk setiap cabang olahraga seperti pada saat start dalam lomba lari, start dalam balap mobil atau motor melakukan blok dalam permainan bola voli dan sebagainya. c. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi Faktor yang mempengaruhi waktu reaksi adalah : uisa, jenis kelamin, kesiapan, intensitas latihan, latihan, diet, dan kelelahan. Alkohol dan rokok juga memperlambat waktu reaksi (Badriah, 2009:40). d. Bentuk-bentuk latihan kecepatan reaksi Bentuk bentuk latihan untuk meningkatkan kecepatan reaksi diantaranya ; mendengar suara pluit, tepukan, siulan,langsung bergerak, melihat warna tertentu, dan sebagainya. Intinya semua disesuaikan dengan kebutuhan setiap cabang olahraga.
11. Koordinasi (coordination) 1. Pengertian Kemampuan untuk memadukan berbagai macam gerakan ke dalam suatu atau lebih pola gerak khusus (Harsono,2001:38). 2. Kegunaan/Manfaat koordinasi PP.PBVSI (1995:61) menjelaskan kegunaan atau manfaat dari koordinasi adalah :
Modul PLPG Penjaskes 2013 203 1) Mengkoordinasikan beberapa gerak agar menjadi satu gerakan yang utuh dan serasi. 2) Efisien dan efektif dalam penggunaan tenaga 3) Untuk menghindari terjadinya cedera 4) Mempercepat berlatih, menguasai teknik 5) Dapat untuk memperkaya taktik dalam bertanding 6) Kesiapan mental atlet lebih mantap untuk menghadapi pertandingan. 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi koordinasi PP.PBVSI (1995:62) menjelaskan faktor-faktor penentu dari koordinasi adalah : 1) Pengaturan saraf pusat dan saraf tepi, hal ini berdasarkan pembawaan atlet dan hasil latihan-latihan. 2) Tergantung tonus dan elastisitas otot yang melakukan gerakan. 3) Baik tidaknya keseimbangan, kelincahan dan kelentukan atlet. 4) Baik dan tidaknya koordinasi kerja saraf, otot dan indera. 4. Bentuk-bentuk latihan koordinasi Harre (1982) yang dikutip oleh Harsono (1988:223) menganjurkan latihan-latihan koordinasi antara lain : 1) Latihan-latihan dengan perubahan kecepatan dan irama. 2) Latihan-latihan dengan kondisi lapangan yang berubah-ubah. Memperkecil dan memperluas lapangan. 3) Kombinasi berbagai latihan senam. 4) Koordinasi berbagai permainan 5) Latihan-latihan untuk mengembangkan reaksi. 6) Lari halang rintang dalam waktu tertentu. 7) Latihan di depan kaca, latihan keseimbangan, latihan dengan mata tertutup. 8) Melakukan gerakan-gerakan yang kompleks pada akhir latihan. 9) Latihan keseimbangan segera setelah melakukan koprol beberapa kali atau setelah berputar-putar di tempat 5. Alat ukur atau Instrumen tes Untuk mengukur kemampuan koordinasi dapat digunakan beberapa tes sebagai berikut 1. Koordinasi mata dan tangan dengan cara lempar tangkap bola 2. Koordinasi mata dan kaki dengan cara menendang bola ke dinding
12. Latihan Rileksasi Rileksasi (relaxation) adalah hilangnya atau mengurangnya tension atau ketegangan, baik ketegangan fisik maupun mental. Rileksasi fisik adalah masalah yang berhubungan dengan tinggi rendahnya tingkat ketegangan (degree of tension ) yang ada dalam otot-otot. Sedangkan rileksasi mental adalah masalah yang berhubungan dengan tinggi rendahnya tingkat ketegangan yang ada dalam mental atlet. Rileksasi Modul PLPG Penjaskes 2013 204 mental sering kali malah lebih penting dari rileksasi fisik (Harsono, 1988: 122-123). Rileksasi dapat dilatih karena rileksasi adalah suatu proses belajar membiasakan diri (conditioned learning) untuk rileks. Selama pertandingan berlangsung atlet harus secara sadar mencurahkan konsentrasinya untuk relax tanpa tahanan dan tegangan secara sadar misalnya dengan mengatakan kepada dirinya sendiri relak, relax, relax. Dalam setiap latihan pelatih mengatkan relax, relax ketika melihat atletnya tegang dalam melakukan gerakan-gerakan. Dengan seringnya melakukan stimulus relax dari luar, diharapkan atlet secara sadar dapat melakukannya sendiri baik pada saat latihan maupun pertandingan (Harsono, 1988: 124- 125) E. Rangkuman Kebugaran jasmani dapat diartikan sebagai kemampuan tubuh dalam melakukan berbagai macam pekerjaan tanpa mengalami kelelahan yang berarti dan dapat segera pulih sebelum datangnya tugas pada keesokan harinya. Berdasar pada pengertian tersebut, kebugaran jasmani sesungguhnya merupakan derajat sehat dinamis tertentu yang diharapkan dapat menanggulangi tuntutan jasmani dalam melaksanakan tugas hidup sehari-hari dengan selalu mempunyai candangan energy untuk melakukan tugas tambahan lainnya. Hakikat kebugaran jasmani merupakan keadaan kemampuan jasmani untuk dapat menyesuaikan fungsi alat-alat tubuhnya terhadap tugas jasmani tertentu dan /atau terhadap keadaan lingkungan yang harus diatasi dengan cara efisien, tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan, telah pulih sempurna sebelum datang tugas yang sama pada keesokan harinya, serta memiliki energy cadangan energy yang cukup untuk melakukan kerja fisik tambahan lainnya. Komponen kebugaran jasmani meliputi berbagai system tubuh, mulai system otot (muscular), system saraf (nervorum), system tulang (skelet), system pernapasan (respirasi), system jantung (cardio), system ginjal (eksresi), dan kerja sama antar berbagai system tersebut secara holistic. Berdasarkan pada system tubuh yang membentuknya maka, komponen kebugaran jasmani meliputi : kekuatan otot, kelentukan, daya tahan kardirespirasi dan daya tahan otot, daya ledak otot, kecepatan, kelincahan, keseimbangan, kecepatan, kelincahan, keseimbangan, kecepatan reaksi, dan koordinasi, serta memiliki komposisi tubuh yang ideal.
F. Soal-soal Latihan Soal Latihan Uraian Jawablah pertanyaan berikut ini dengan singkat dan tepat! 1. Komponen-komponen kebugaran jasmani apa saja yang terdapat dalam proses pembelajaran bola voli? Uraikan dan jelaskan! 2. Jelaskan pengertian kebugaran jasmani!
Modul PLPG Penjaskes 2013 205 3. Sebutakan komponen-komponen kebugaran jasmani! 4. Komponen-komponen kebugaran jasmani apa saja yang terdapat dalam proses pembelajaran sepakbola. 5. Sebutkan fungsi kebugaran jasmani untuk kehidupan!
DAFTAR PUSTAKA
Dewi Laelatul Badriah, 2009, Fisiologi Olahraga edisi II, Pustaka Ramadhan, Bandung
Hamidsyah Noer, dkk, 1996, Kepelatihan Dasar, Depdikbud-Dirjen Dasmen, Jakarta
Harsono, 1988, Coaching dan asfek-asfek psikologis dlam coaching, Tambak Kusuma, Jakarta
Harsono, 2001, Latihan Kondisi Fisik
Harsono, 2004, Perencanaan Program Latihan edisi kedua
Harsono, 2007,Teori dan Metodologi Pelatihan, Sekolah Pascasarjana Program Magister (S2) Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung
James C. Radcliffe and Obert C. Farentinos, 1999, High Powered Plyometrics, Human Kinetics USA.
Kravitz, 2001, Panduan Lengkap Bugar Total, Raja Grafindo Persada, Jakarta
Michael J. Alter, 2003, 300 teknik Peregangan Olahraga, Raja Grafindo Persada, Jakarta
Sekretariat Umum PP. PBVSI, 1995, Metodologi Pelatihan
Modul PLPG Penjaskes 2013 206 BAB IX PENDALAMAN MATERI PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PENJASORKES
A. Pokok-pokok Isi Materi Masalah penting yang sering dihadapi guru dalam kegiatan pembelajaran adalah memilih atau menentukan materi pembelajaran atau bahan ajar yang tepat dalam rangka membantu peserta didik mencapai kompetensi. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa dalam silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran, materi bahan ajar hanya dituliskan secara garis besar dalam bentuk materi pokok. Menjadi tugas guru untuk menjabarkan materi pokok tersebut sehingga menjadi bahan ajar yang lengkap. Selain itu, bagaimana cara memanfaatkan bahan ajar juga merupakan masalah. Pemanfaatan dimaksud adalah bagaimana cara mengajarkannya ditinjau dari pihak guru, dan cara mempelajarinya ditinjau dari pihak peserta didik. Berkenaan dengan pemilihan bahan ajar ini, secara umum masalah dimaksud meliputi: cara penentuan jenis materi, kedalaman, ruang lingkup, urutan penyajian, perlakuan (treatment) terhadap materi pembelajaran, dan sebagainya. Masalah lain yang berkenaan dengan bahan ajar adalah memilih sumber di mana bahan ajar itu didapatkan. Ada kecenderungan sumber bahan ajar dititikberatkan pada buku. Padahal banyak sumber bahan ajar selain buku yang dapat digunakan. Bukupun tidak harus satu macam dan tidak harus sering berganti seperti terjadi selama ini. Berbagai buku dapat dipilih sebagai sumber bahan ajar. Termasuk masalah yang sering dihadapi guru berkenaan dengan bahan ajar adalah guru memberikan bahan ajar atau materi pembelajaran terlalu luas atau terlalu sedikit, terlalu mendalam atau terlalu dangkal, urutan penyajian yang tidak tepat, dan jenis materi bahan ajar yang tidak sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai oleh peserta didik. Berkenaan dengan buku sumber sering terjadi setiap ganti semester atau ganti tahun ganti buku. Sehubungan dengan itu, perlu disusun rambu-rambu pemilihan dan pemanfaatan bahan ajar untuk membantu guru agar mampu memilih materi pembelajaran atau bahan ajar dan memanfaatkannya dengan tepat. Rambu-rambu dimaksud antara lain berisikan konsep dan prinsip pemilihan materi pembelajaran, penentuan cakupan, urutan, kriteria dan langkah-langkah pemilihan, perlakuan/ pemanfaatan, serta sumber materi pembelajaran. Penyusunan bahan ajar atau bahan pembelajaran merupakan rangkaian program pendidikan yang utuh, dan merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lainnya. Untuk itu, perlu ada model penyusunan bahan ajar yang dapat dijadikan sebagai salah satu
Modul PLPG Penjaskes 2013 207 acuan atau referensi oleh guru dan penyelenggaranya di jenjang sekolah menengah pertama/madrasah tsanawiyah. Modul Pendidikan Latihan Profesi Guru (PLPG) pengembangan bahan ajar Penjasorkes ini berisi tentang: identifikasi landasan yuridis penyusunan bahan ajar; konsep dasar penyusunan bahan ajar; dan identifikasi jenis bahan ajar berdasarkan karakteristik kompetensi; serta analisis kesesuaian bahan ajar. Secara praktik berisi tentang praktik pemilihan bahan ajar berdasarkan karakteristik kompetensi; penyusunan bahan ajar penjasorkes; dan pengembangan bahan ajar.
B. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar 3. Standar Kompetensi Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran/bidang pengembangan yang diampu.
4. Kompetnsi Dasar a. Memahami standar kompetensi mata pelajaran yang diampu. b. Memahami kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu. c. Memahami tujuan pembelajaran yang diampu.
C. Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari modul Pendidikan Latihan Profesi Guru (PLPG) Penjas ini Bapak/ibu akan memiliki kompetensi yang tercermin dari indikator sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi landasan yuridis penyusunan bahan ajar. 2. Menjelaskan konsep dasar penyusunan bahan ajar. 3. Mengidentifikasi jenis bahan ajar berdasarkan karakteristik kompetensi. 4. Menganalisis kesesuaian bahan ajar. 5. Memilih bahan ajar berdasarkan karakteristik kompetensi. 6. Menyusun bahan ajar penjasorkes. 7. Melakukan pengembangan bahan ajar Penjasorkes.
D. Uraian Materi 1. Konsep dasar Penyusunan Bahan Ajar a. Pengertian Bahan Ajar Bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional materials) secara garis besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari peserta didik dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Secara terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, dan sikap atau nilai. Termasuk jenis materi fakta adalah nama-nama obyek, peristiwa sejarah, lambang, nama tempat, nama orang, dan sebagainya (Ibu kota Modul PLPG Penjaskes 2013 208 Negara RI adalah Jakarta; Negara RI merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945). Termasuk materi konsep adalah pengertian, definisi, ciri khusus, komponen atau bagian suatu obyek (Contoh kursi adalah tempat duduk berkaki empat, ada sandaran dan lengan-lengannya). Termasuk materi prinsip adalah dalil, rumus, adagium, postulat, teorema, atau hubungan antar konsep yang menggambarkan jika . maka., misalnya Jika logam dipanasi maka akan memuai, rumus menghitung luas bujur sangkar adalah sisi kali sisi. Materi jenis prosedur adalah materi yang berkenaan dengan langkah- langkah secara sistematis atau berurutan dalam mengerjakan suatu tugas. Misalnya langkah-langkah mengoperasikan peralatan mikroskup, cara menyetel televisi. Materi jenis sikap (afektif) adalah materi yang berkenaan dengan sikap atau nilai, misalnya nilai kejujuran, kasih sayang, tolong- menolong, semangat dan minat belajar, semangat bekerja, dan sebagainya. Ditinjau dari pihak guru, materi pembelajaran itu harus diajarkan atau disampaikan dalam kegiatan pembelajran. Ditinjau dari pihak peserta didik bahan ajar itu harus dipelajari peserta didik dalam rangka mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan dinilai dengan menggunakan instrumen penilaian yang disusun berdasar indikator pencapaian belajar. b. Prinsip-prinsip bahan ajar Prinsip-prinsip dalam pemilihan materi pembelajaran meliputi: (1) prinsip relevansi, (2) konsistensi, dan (3) kecukupan. Prinsip relevansi artinya materi pembelajaran hendaknya relevan memiliki keterkaitan dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar. Prinsip konsistensi artinya adanya keajegan antara bahan ajar dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik. Misalnya, kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik empat macam, maka bahan ajar yang harus diajarkan juga harus meliputi empat macam. Prinsip kecukupan artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu peserta didik menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu banyak. Jika terlalu sedikit akan kurang membantu mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sebaliknya, jika terlalu banyak akan membuang-buang waktu dan tenaga yang tidak perlu untuk mempelajarinya.
2. Memilih Bahan Ajar Berdasarkan Karakteristik Kompetensi a. Langkah-langkah memilih bahan ajar Materi pembelajaran yang dipilih untuk diajarkan oleh guru dan harus dipelajari peserta didik hendaknya berisikan materi atau bahan ajar yang benar-benar menunjang tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar. Secara garis besar langkah-langkah pemilihan bahan ajar meliputi : (1) mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar yang menjadi acuan atau rujukan pemilihan bahan ajar, (2) mengidentifikasi jenis-jenis materi bahan ajar, (3)
Modul PLPG Penjaskes 2013 209 memilih bahan ajar yang sesuai atau relevan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah teridentifikasi tadi, dan (4) memilih sumber bahan ajar. Secara lengkap, langkah-langkah pemilihan bahan ajar dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sebelum menentukan materi pembelajaran terlebih dahulu perlu diidentifikasi aspek-aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dipelajari atau dikuasai peserta didik. Aspek tersebut perlu ditentukan, karena setiap aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar memerlukan jenis materi yang berbeda-beda dalam kegiatan pembelajaran. Sejalan dengan berbagai jenis aspek standar kompetensi, materi pembelajaran juga dapat dibedakan menjadi jenis materi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Materi pembelajaran aspek kognitif secara terperinci dapat dibagi menjadi empat jenis, yaitu: fakta, konsep, prinsip dan prosedur (Reigeluth, 1987). 2) Materi jenis fakta adalah materi berupa nama-nama objek, nama tempat, nama orang, lambang, peristiwa sejarah, nama bagian atau komponen suatu benda, dan lain sebagainya. Materi konsep berupa pengertian, definisi, hakekat, inti isi. Materi jenis prinsip berupa dalil, rumus, postulat adagium, paradigma, teorema.Materi jenis prosedur berupa langkah-langkah mengerjakan sesuatu secara urut, misalnya langkah-langkah menelpon, cara-cara pembuatan telur asin atau cara- cara pembuatan bel listrik.Materi pembelajaran aspek afektif meliputi: pemberian respon, penerimaan (apresisasi), internalisasi, dan penilaian. Materi pembelajaran aspek motorik terdiri dari gerakan awal, semi rutin, dan rutin. 3) Memilih jenis materi yang sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Materi yang akan diajarkan perlu diidentifikasi apakah termasuk jenis fakta, konsep, prinsip, prosedur, afektif, atau gabungan lebih daripada satu jenis materi. Dengan mengidentifikasi jenis-jenis materi yang akan diajarkan, maka guru akan mendapatkan kemudahan dalam cara mengajarkannya. Setelah jenis materi pembelajaran teridentifikasi, langkah berikutnya adalah memilih jenis materi tersebut yang sesuai dengan standar kompetensi atau kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik. Identifikasi jenis materi pembelajaran juga penting untuk keperluan mengajarkannya. Sebab, setiap jenis materi pembelajaran memerlukan strategi pembelajaran atau metode, media, dan sistem evaluasi/penilaian yang berbeda-beda. Misalnya, metode mengajarkan materi fakta atau hafalan adalah dengan menggunakan jembatan keledai, jembatan ingatan (mnemonics), sedangkan metode untuk mengajarkan prosedur adalah demonstrasi. Pilih jenis materi yang sesuai dengan standar kompetensi yang telah ditentukan. Perhatikan pula jumlah atau ruang lingkup yang cukup Modul PLPG Penjaskes 2013 210 memadai sehingga mempermudah peserta didik dalam mencapai standar kompetensi. Berpijak dari aspek-aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah diidentifikasi, langkah selanjutnya adalah memilih jenis materi yang sesuai dengan aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar tersebut. Materi yang akan diajarkan perlu diidentifikasi apakah termasuk jenis fakta, konsep, prinsip, prosedur, afektif, atau gabungan lebih daripada satu jenis materi. Dengan mengidentifikasi jenis-jenis materi yang akan diajarkan, maka guru akan mendapatkan kemudahan dalam cara mengajarkannya. Setelah jenis materi pembelajaran teridentifikasi, langkah berikutnya adalah memilih jenis materi tersebut yang sesuai dengan standar kompetensi atau kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik. Identifikasi jenis materi pembelajaran juga penting untuk keperluan mengajarkannya. Sebab, setiap jenis materi pembelajaran memerlukan strategi pembelajaran atau metode, media, dan sistem evaluasi/penilaian yang berbeda-beda. Misalnya metode mengajarkan materi fakta atau hafalan adalah dengan menggunakan jembatan keledai, jembatan ingatan (mnemonics), sedangkan metode untuk mengajarkan prosedur adalah demonstrasi. Cara yang paling mudah untuk menentukan jenis materi pembelajaran yang akan diajarkan adalah dengan jalan mengajukan pertanyaan tentang kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik. Dengan mengacu pada kompetensi dasar, kita akan mengetahui apakah materi yang harus kita ajarkan berupa fakta, konsep, prinsip, prosedur, aspek sikap, atau psikomotorik. Berikut adalah pertanyaan-pertanyaan penuntun untuk mengidentifikasi jenis materi pembelajaran : (1) Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik berupa mengingat nama suatu objek, simbul atau suatu peristiwa? Kalau jawabannya ya maka materi pembelajaran yang harus diajarkan adalah fakta. Contoh: Nama-nama ibu kota kabupaten, peristiwa sejarah, nama-nama organ tubuh manusia. (2) Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik berupa kemampuan untuk menyatakan suatu definisi, menuliskan ciri khas sesuatu, mengklasifikasikan atau mengelompokkan beberapa contoh objek sesuai dengan suatu definisi? Kalau jawabannya ya berarti materi yang harus diajarkan adalah konsep. Contoh : Seorang guru menunjukkan beberapa tumbuh-tumbuhan kemudian peserta didik diminta untuk mengklasifikasikan atau mengelompokkan mana yang termasuk tumbuhan berakar serabut dan mana yang berakar tunggang.
Modul PLPG Penjaskes 2013 211 (3) Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik berupa menjelaskan atau melakukan langkah-langkah atau prosedur secara urut atau membuat sesuatu? Bila ya maka materi yang harus diajarkan adalah prosedur. Contoh : Langkah-langkah mengatasi permasalahan dalam mewujudkan masyarakat demokrasi; langkah-langkah cara membuat magnit buatan; cara-cara membuat sabun mandi, cara membaca sanjak, cara mengoperasikan komputer, dsb. (4) Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik berupa menentukan hubungan antara beberapa konsep, atau menerapkan hubungan antara berbagai macam konsep? Bila jawabannya ya, berarti materi pembelajaran yang harus diajarkan termasuk dalam kategori prinsip. Contoh : Hubungan hubungan antara penawaran dan permintaan suatu barang dalam lalu lintas ekonomi. Jika permintaan naik sedangkan penawaran tetap, maka harga akan naik. Cara menghitung luas persegi panjang. Rumus luas persegi panjang adalah panjang dikalikan lebar. (5) Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik berupa memilih berbuat atau tidak berbuat berdasar pertimbangan baik buruk, suka tidak suka, indah tidak indah? Jika jawabannya Ya, maka materi pembelajaran yang harus diajarkan berupa aspek afektif, sikap, atau nilai. Contoh: Ali memilih mentaati rambu-rambu lalulintas meskpipun terlambat masuk sekolah setelah di sekolah diajarkan pentingnya mentaati peraturan lalulintas. (6) Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik berupa melakukan perbuatan secara fisik? Jika jawabannya Ya, maka materi pembelajaran yang harus diajarkan adalah aspek motorik. Contoh: Dalam pelajaran lompat tinggi, peserta didik diharapkan mampu melompati mistar 125 centimeter. Materi pembelajaran yang harus diajarkan adalah teknik lompat tinggi.
a) Memilih sumber bahan ajar. Setelah jenis materi ditentukan langkah berikutnya adalah menentukan sumber bahan ajar. Materi pembelajaran atau bahan ajar dapat kita temukan dari berbagai sumber seperti buku pelajaran, majalah, jurnal, koran, internet, media audiovisual, dan sebagainya. b. Cakupan dan urutan bahan ajar Masalah cakupan atau ruang lingkup, kedalaman, dan urutan penyampaian materi pembelajaran penting diperhatikan. Ketepatan dalam menentukan cakupan, ruang lingkup, dan kedalaman materi pembelajaran akan menghindarkan guru dari mengajarkan terlalu sedikit atau terlalu banyak, terlalu dangkal atau terlalu mendalam. Modul PLPG Penjaskes 2013 212 Ketepatan urutan penyajian (sequencing) akan memudahkan bagi peserta didik mempelajari materi pembelajaran. 1) Penentuan cakupan bahan ajar Dalam menentukan cakupan atau ruang lingkup materi pembelajaran harus diperhatikan apakah materinya berupa aspek kognitif (fakta, konsep, prinsip, prosedur) aspek afektif, ataukah aspek psikomotorik, sebab nantinya jika sudah dibawa ke kelas maka masing-masing jenis materi tersebut memerlukan strategi dan media pembelajaran yang berbeda-beda. Selain memperhatikan jenis materi pembelajaran juga harus memperhatikan prinsip-prinsip yang perlu digunakan dalam menentukan cakupan materi pembelajaran yang menyangkut keluasan dan kedalaman materinya. Keluasan cakupan materi berarti menggambarkan berapa banyak materi-materi yang dimasukkan ke dalam suatu materi pembelajaran, sedangkan kedalaman materi menyangkut seberapa detail konsep-konsep yang terkandung di dalamnya harus dipelajari/dikuasai oleh peserta didik.
2) Penentuan urutan bahan ajar Urutan penyajian (sequencing) bahan ajar sangat penting untuk menentukan urutan mempelajari atau mengajarkannya. Tanpa urutan yang tepat, jika di antara beberapa materi pembelajaran mempunyai hubungan yang bersifat prasyarat (prerequisite) akan menyulitkan peserta didik dalam mempelajarinya. Misalnya materi operasi bilangan penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Peserta didik akan mengalami kesulitan mempelajari perkalian jika materi penjumlahan belum dipelajari. Peserta didik akan mengalami kesulitan membagi jika materi pengurangan belum dipelajari. Materi pembelajaran yang sudah ditentukan ruang lingkup serta kedalamannya dapat diurutkan melalui dua pendekatan pokok , yaitu: pendekatan prosedural, dan hierarkis. (1) Pendekatan prosedural Urutan materi pembelajaran secara prosedural menggambarkan langkah-langkah secara urut sesuai dengan langkah-langkah melaksanakan suatu tugas. Misalnya langkah-langkah menelpon, langkah-langkah mengoperasikan peralatan kamera video. (2) Pendekatan hierarkis Urutan materi pembelajaran secara hierarkis menggambarkan urutan yang bersifat berjenjang dari bawah ke atas atau dari atas ke bawah. Materi sebelumnya harus dipelajari dahulu sebagai prasyarat untuk mempelajari materi berikutnya. Contoh : Urutan Hierarkis (berjenjang) Soal ceritera tentang perhitungan laba rugi dalam jual beli Agar peserta didik mampu menghitung laba atau rugi dalam jual beli (penerapan rumus/dalil), peserta didik terlebih dahulu harus mempelajari konsep/ pengertian laba, rugi, penjualan, pembelian,
Modul PLPG Penjaskes 2013 213 modal dasar (penguasaan konsep). Setelah itu peserta didik perlu mempelajari rumus/dalil menghitung laba, dan rugi (penguasaan dalil). Selanjutnya peserta didik menerapkan dalil atau prinsip jual beli (penguasaan penerapan dalil).
3. Menyusun dan Mengembangkan Bahan Ajar Penjasorkes a. Sumber bahan ajar Sumber bahan ajar merupakan tempat di mana bahan ajar dapat diperoleh. Dalam mencari sumber bahan ajar, peserta didik dapat dilibatkan untuk mencarinya. Misalnya, peserta didik ditugasi untuk mencari koran, majalah, hasil penelitian, dsb. Hal ini sesuai dengan prinsip pembelajaran peserta didik aktif (CBSA). Berbagai sumber dapat kita gunakan untuk mendapatkan materi pembelajaran dari setiap standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sumber-sumber dimaksud dapat disebutkan di bawah ini: 1) Buku teks Buku teks yang diterbitkan oleh berbagai penerbit dapat dipilih untuk digunakan sebagai sumber bahan ajar. Buku teks yang digunakan sebagai sumber bahan ajar untuk suatu jenis matapelajaran tidak harus hanya satu jenis, apa lagi hanya berasal dari satu pengarang atau penerbit. Gunakan sebanyak mungkin buku teks agar dapat diperoleh wawasan yang luas. 2) Laporan hasil penelitian Laporan hasil penelitian yang diterbitkan oleh lembaga penelitian atau oleh para peneliti sangat berguna untuk mendapatkan sumber bahan ajar yang atual atau mutakhir. 3) Jurnal (penerbitan hasil penelitian dan pemikiran ilmiah) Penerbitan berkala yang berisikan hasil penelitian atau hasil pemikiran sangat bermanfaat untuk digunakan sebagai sumber bahan ajar. Jurnal-jurnal tersebut berisikan berbagai hasil penelitian dan pendapat dari para ahli di bidangnya masing-masing yang telah dikaji kebenarannya. 4) Pakar bidang studi Pakar atau ahli bidang studi penting digunakan sebagai sumber bahan ajar. Pakar tadi dapat dimintai konsultasi mengenai kebenaran materi atau bahan ajar, ruang lingkup, kedalaman, urutan, dan sebagainya. 5) Profesional Kalangan professional adalah orang-orang yang bekerja pada bidang tertentu. Kalangan perbankan misalnya tentu ahli di bidang ekonomi dan keuangan. Sehubungan dengan itu bahan ajar yang berkenaan dengan eknomi dan keuangan dapat ditanyakan pada orang-orang yang bekerja di perbankan.
Modul PLPG Penjaskes 2013 214 6) Buku kurikulum Buku kurikulm penting untuk digunakan sebagai sumber bahan ajar. Karena berdasar kurikulum itulah standar kompetensi, kompetensi dasar dan materi bahan dapat ditemukan. Hanya saja materi yang tercantum dalam kurikulum hanya berisikan pokok-pokok materi. Gurulah yang harus menjabarkan materi pokok menjadi bahan ajar yang terperinci. 7) Penerbitan berkala seperti harian, mingguan, dan bulanan. Penerbitan berkala seperti Koran banyak berisikan informasi yang berkenaan dengan bahan ajar suatu matapelajaran. Penyajian dalam koran-koran atau mingguan menggunakan bahasa popular yang mudah dipahami. Karena itu baik sekali apa bila penerbitan tersebut digunakan sebagai sumber bahan ajar. 8) Internet Bahan ajar dapat pula diperoleh melalui jaringan internet. Di internet kita dapat memperoleh segala macam sumber bahan ajar. Bahkan satuan pelajaran harian untuk berbagai matapelajaran dapat kita peroleh melalui internet. Bahan tersebut dapat dicetak atau dikopi. 9) Media audiovisual (TV, Video, VCD, kaset audio) Berbagai jenis media audiovisual berisikan pula bahan ajar untuk berbagai jenis mata pelajaran. Kita dapat mempelajari gunung berapi, kehidupan di laut, di hutan belantara melalui siaran televisi. 10) Lingkungan ( alam, sosial, senibudaya, teknik, industri, ekonomi) Berbagai lingkungan seperti lingkungan alam, lingkungan social, lengkungan seni budaya, teknik, industri, dan lingkungan ekonomi dapat digunakan sebgai sumber bahan ajar. Untuk mempelajari abrasi atau penggerusan pantai, jenis pasir, gelombang pasang misalnya kita dapat menggunakan lingkungan alam berupa pantai sebagau sumber. Perlu diingat, dalam menyusun rencana pembelajaran berbasis kompetensi, buku-buku atau terbitan tersebut hanya merupakan bahan rujukan. Artinya, tidaklah tepat jika hanya menggantungkan pada buku teks sebagai satu-satunya sumber abahan ajar. Tidak tepat pula tindakan mengganti buku pelajaran pada setiap pergantian semester atau pergantian tahun. Buku-buku pelajaran atau buku teks yang ada perlu dipelajari untuk dipilih dan digunakan sebagai sumber yang relevan dengan materi yang telah dipilih untuk diajarkan. Mengajar bukanlah menyelesaikan satu buku, tetapi membantu peserta didik mencapai kompetensi. Karena itu, hendaknya guru menggunakan banyak sumber materi. Bagi guru, sumber utama untuk mendapatkan materi pembelajaran adalah buku teks dan buku penunjang yang lain.
Modul PLPG Penjaskes 2013 215 b. Strategi dalam Memanfaatan Bahan Ajar Secara garis besarnya, dalam memanfaatkan bahan ajar terdapat dua strategi, yaitu: (1) Strategi penyampaian bahan ajar oleh Guru dan (2) Strategi mempelajari bahan ajar oleh peserta didik. 1) Strategi penyampaian bahan ajar oleh guru a) Strategi urutan penyampaian simultan Jika guru harus menyampaikan materi pembelajaran lebih daripada satu, maka menurut strategi urutan penyampaian simultan, materi secara keseluruhan disajikan secara serentak, baru kemudian diperdalam satu demi satu (metode global). Misalnya guru akan mengajarkan materi Sila-sila Pancasila yang terdiri dari lima sila. Pertama-tama Guru menyajikan lima sila sekaligus secara garis besar, kemudian setiap sila disajikan secara mendalam. b) Strategi urutan penyampaian suksesif Jika guru harus manyampaikan materi pembelajaran lebih daripada satu, maka menurut strategi urutan panyampaian suksesif, sebuah materi satu demi satu disajikan secara mendalam baru kemudian secara berurutan menyajikan materi berikutnya secara mendalam pula. Contoh yang sama, misalnya guru akan mengajarkan materi Sila-sila Pancasila. Pertama-tama guru menyajikan sila pertama yaitu sila Ketuhanan Yang Maha Esa. Setelah sila pertama disajikan secara mendalam, baru kemudian menyajikan sila berikutnya yaitu sila kedua Kemanusiaan yang adil dan beradab. c) Strategi penyampaian fakta Jika guru harus manyajikan materi pembelajaran termasuk jenis fakta (nama-nama benda, nama tempat, peristiwa sejarah, nama orang, nama lambang atau simbol, dsb.) strategi yang tepat untuk mengajarkan materi tersebut adalah sebagai berikut: (1) Sajikan materi fakta dengan lisan, tulisan, atau gambar. (2) Berikan bantuan kepada siswa untuk menghafal. Bantuan diberikan dalam bentuk penyampaian secara bermakna, menggunakan jembatan ingatan, jembatan keledai, atau mnemonics, asosiasi berpasangan, dsb. Bantuan penyampaian materi fakta secara bermakna, misalnya menggunakan cara berpikir tertentu untuk membantu menghafal. Sebagai contoh, untuk menghafal jenis-jenis sumber belajar digunakan cara berpikir: Apa, oleh siapa, dengan menggunakan bahan, alat, teknik, dan lingkungan seperti apa? Berdasar kerangka berpikir tersebut, jenis-jenis sumber belajar diklasifikasikan manjadi: Pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan lingkungan. Bantuan mengingat-ingat jenis-jenis sumber belajar tersebut menggunakan jembatan keledai, jembatan ingatan (mnemonics) menjadi POBATEL (Pesan, orang bahan, alat, teknik, lingkungan).
Modul PLPG Penjaskes 2013 216 d) Strategi penyampaian konsep Materi pembelajaran jenis konsep adalah materi berupa definisi atau pengertian. Tujuan mempelajari konsep adalah agar siswa paham, dapat menunjukkan ciri-ciri, unsur, membedakan, membandingkan, meng-generalisasi, dan sebagainya. Langkah-langkah mengajarkan konsep: Pertama sajikan konsep, kedua berikan bantuan (berupa inti isi, ciri-ciri pokok, contoh dan bukan contoh), ketiga berikan latihan (exercise) misalnya berupa tugas untuk mencari contoh lain, keempat berikan umpan balik, dan kelima berikan tes.
e) Strategi penyampaian materi pembelajaran prinsip Termasuk materi pembelajaran jenis prinsip adalah dalil, rumus, hukum (law), postulat, teorema, dan sebagainya. Langkah-langkah mengajarkan atau menyampaikan materi pembelajaran jenis prinsip adalah : (1) Sajikan prinsip (2) Berikan bantuan berupa contoh penerapan prinsip (3) Berikan soal-soal latihan (4) Berikan umpan balik (5) Berikan tes.
f) Strategi penyampaian prosedur Tujuan mempelajari prosedur adalah agar siswa dapat melakukan atau mempraktekkan prosedur tersebut, bukan sekedar paham atau hafal. Termasuk materi pembelajaran jenis prosedur adalah langkah- langkah mengerjakan suatu tugas secara urut. Misalnya langkah- langkah menyetel televisi. Langkah-langkah mengajarkan prosedur meliputi: (1) Menyajikan prosedur (2) Pemberian bantuan dengan jalan mendemonstrasikan bagaimana cara melaksanakan prosedur (3) Memberikan latihan (praktek) (4) Memberikan umpan balik (5) Memberikan tes. g) Strategi mengajarkan/menyampaikan materi aspek afektif Termasuk materi pembelajaran aspek sikap (afektif) menurut Bloom (1978) adalah pemberian respons, penerimaan suatu nilai, internalisasi, dan penilaian. Beberapa strategi mengajarkan materi aspek sikap antara lain: penciptaan kondisi, pemodelan atau contoh, demonstrasi, simulasi, penyampaian ajaran atau dogma.
Modul PLPG Penjaskes 2013 217 2) Strategi penyampaian bahan ajar oleh peserta didik Ditinjau dari guru, perlakuan (treatment) terhadap materi pembelajaran berupa kegiatan guru menyampaikan atau mengajarkan kepada siswa. Sebaliknya, ditinjau dari segi siswa, perlakuan terhadap materi pembelajaran berupa mempelajari atau berinteraksi dengan materi pembelajaran. Secara khusus dalam mempelajari materi pembelajaran, kegiatan siswa dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu menghafal, menggunakan, menemukan, dan memilih.
c. Materi prasyarat, perbaikan dan penyayaan Dalam mempelajari materi pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar terdapat beberapa kemungkinan pada diri peserta didik, yaitu peserta didik belum siap bekal pengetahuannya, peserta didik mengalami kesulitan, atau peserta didik dengan cepat menguasai materi pembelajaran. Kemungkinan pertama peserta didik belum memiliki pengetahuan psyarat. Pengetahuan prasyarat adalah bekal pengetahuan yang diperlukan untuk mempelajari suatu bahan ajar baru. Misalnya, untuk mempelajari perkalian peserta didik harus sudah mempelajari penjumlahan. Untuk mengetahui apakah peserta didik telah memiliki pengetahuan prasyarat, guru harus mengadakan tes prasyarat (prequisite test). Bahan pembekalan (matrikulasi) dapat diambil dari materi atau modul di bawahnya. Dalam menghadapi kemungkinan kedua, yaitu peserta didik mengalami kesulitan atau hambatan dalam menguasai materi pembelajaran, guru harus menyediakan materi perbaikan (remedial). Materi pembelajaran remedial disusun lebih sederhana, lebih rinci, diberi banyak penjelasan dan contoh agar mudah ditangkap oleh peserta didik. Untuk keperluan remedial perlu disediakan modul remidial. Dalam menghadapi kemungkinan ketiga, yaitu peserta didik dapat dengan cepat dan mudah menguasai materi pembelajaran, guru harus menyediakan bahan pengayaan (enrichment). Materi pengayaan berbentuk pendalaman dan perluasan. Materi pengayaan baik untuk pendalaman maupun perluasan wawasan dapat diambilkan dari buku rujukan lain yang relevan atau disediakan modul pengayaan. Selain pengayaan, perlu dipertimbangkan adanya akselerasi alami di mana peserta didik dimungkinkan untuk mengambil pelajaran berikutnya. Untuk keperluan ini perlu disediakan bahan atau modul akselerasi.
E. Rangkuman Bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional materials) secara garis besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari peserta didik dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Secara terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, dan Modul PLPG Penjaskes 2013 218 sikap atau nilai. Prinsip-prinsip dalam pemilihan materi pembelajaran meliputi: (1) prinsip relevansi, (2) konsistensi, dan (3) kecukupan. Secara garis besar langkah-langkah pemilihan bahan ajar meliputi : (1) mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar yang menjadi acuan atau rujukan pemilihan bahan ajar, (2) mengidentifikasi jenis-jenis materi bahan ajar, (3) memilih bahan ajar yang sesuai atau relevan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah teridentifikasi tadi, dan (4) memilih sumber bahan ajar. Secara garis besarnya, dalam memanfaatkan bahan ajar terdapat dua strategi, yaitu: (1) Strategi penyampaian bahan ajar oleh Guru dan (2) Strategi mempelajari bahan ajar oleh peserta didik. Dalam mempelajari materi pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar terdapat beberapa kemungkinan pada diri peserta didik, yaitu peserta didik belum siap bekal pengetahuannya, peserta didik mengalami kesulitan, atau peserta didik dengan cepat menguasai materi pembelajaran. Kemungkinan pertama peserta didik belum memiliki pengetahuan psyarat.
F. Soal-soal Latihan Soal Latihan Uraian Jawablah pertanyaan berikut ini dengan singkat dan tepat!
1. Jelaskan yang dimaksud dengan bahan ajar! 2. Sebutkan jenis-jenis materi bahan ajar pembelajaran! 3. Sebutkan prinsip-prinsip dalam pemilihan materi pembelajaran! 4. Sebutkan langkah-langkah penyusunan bahan ajar! 5. Jelaskan cara menyusun dan mengembangkan bahan ajar Penjasorkes! Soal Latihan Pilihan Berganda Berilah tanda silang (X) pada huruf A, B, C, atau D yang merupakan jawaban paling benar! 1. Bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional materials) secara garis besar terdiri dari . . . . I. pengetahuan J. keterampilan K. sikap L. pengetahuan, keterampilan, sikap 2. Materi yang berkenaan dengan sikap atau nilai, misalnya nilai kejujuran, kasih sayang, tolong-menolong, semangat dan minat belajar, semangat bekerja, dan sebagainya, merupakan materi bahan ajar . . . . A. sikap B. pengetahuan C. keterampilan D. sikap, pengetahuan, keterampilan
Modul PLPG Penjaskes 2013 219 3. Materi pembelajaran hendaknya memiliki keterkaitan dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar. Hal ini merupakan prinsip-prinsip pemilihan bahan ajar dilihat dari . . . . A. relevansi B. konsistensi C. cakupan D. kedalaman materi 4. Materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu peserta didik menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Hal ini merupakan prinsip-prinsip pemilihan bahan ajar dilihat dari . . . . A. relevansi B. konsistensi C. cakupan D. kedalaman materi
5. Langkah-langkah yang pertama dalam pemilihan bahan ajar adalah . . . . A. mengidentifikasi jenis-jenis materi bahan ajar B. memilih bahan ajar yang sesuai dan relevan C. memilih sumber bahan ajar D. mengidentifikasi SK dan KD
Kunci Jawaban 1. D 2. A 3. A 4. C 5. D DAFTAR PUSTAKA Abdul Gafur (1986). Disain instruksional: langkah sistematis penyusunan pola dasar kegiatan belajar mengajar. Sala: Tiga Serangkai. Abdul Gafur (1987). Pengaruh strategi urutan penyampaian, umpan balik, dan keterampilan intelektual terhadap hasil belajar konsep. Jakarta : PAU - UT. Bloom et al. (1956). Taxonomy of educational objectives: the classification of educational goals. New York: McKay. Center for Civics Education (1997). National standard for civics and governement. Calabasas CA: CEC Publ. Dick, W. & Carey L. (1978). The systematic desgin of instruction. Illinois: Scott & Co. Publication. Direktorat Pendidikan Menengah Umum (2001). Kebijakan pendidikan menengah umum. Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah Umum. Modul PLPG Penjaskes 2013 220 Edwards, H. Cliford, et.all (1988). Planning, teaching, and evaluating: a competency approach. Chicago: Nelson-Hall. Hall, Gene E & Jones, H.L. (1976) Competency-based education: a process for the improvement of education. New Jersey: Englewood Cliffs, Inc. Joice, B, & Weil, M. (1980). Models of teaching. New Jersey: Englewood Cliffs, Publ. Kemp, Jerold (1977). Instructional design: a plan for unit and curriculum development. New Jersey: Sage Publication. Kaufman, Roger A. (1992). Educational systems planning. New Jersey: Englewood Cliffs. Marzano RJ & Kendal JS (1996). Designing standard-based districs, schools, and classrooms. Vriginia: Assiciation for Supervision and Curriculum Development. McAshan, H.H. (1989). Competency-based education and behavioral objectives. New Jersey: Educational Technology Publications, Engelwood Cliffs. Oneil Jr., Harold F. (1989). Procedures for instructional systems development. New York: Academic Press. Reigeluth, Charles M. (1987) Instructional theories in action: lessons illustrating selected theories and models. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates Publ. Russell, James D. (1984). Modular instruction: a guide to design, selection, utilization and evaluation of modular materials. Minneapolis: Burgess Publishing Company.
Modul PLPG Penjaskes 2013 221 BAB X PENDALAMAN MATERI EKSTRAKURIKULER DAN AKTIVITAS LUAR KELAS
A. Pokok-pokok Isi Materi Pendidikan aktivitas luar kelas merupakan suatu upaya untuk mengeksplor semua kemampuan peserta didik dengan mengikuti secara tekun, serius dan disiplin, dari seluruh program yang ada, dan dapat memotivasi peserta untuk menciptakan karya-karya baru, baik program, sistem penjadwalan dan jenis-jenis permainan yang berkualitas. Namun tidak ada satu program kegiatan yang paling baik, kecuali kolaborasi dan berbagai program kegiatan yang heterogen, terkemas dalam rangkaian jadwal yang tertata rapi dengan kegiatan yang saling terkait satu dengan yang lain dalam kurun waktu yang ditentukan. Modul Ekstrakurikuler dan Aktivitas Luar Kelas ini berisi tentang: penjelasan mengenai pengertian dan tujuan kegiatan ekstrakurikuler, aktivitas luar kelas, macam dan jenis aktivitas luar kelas berdasarkan keilmuan yang benar. B. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar 1. Standar Kompetensi Pokok materi pendidikan aktivitas luar kelas, membahas tentang pengetahuan teori dan praktek, manfaat, unsur-unsur yang harus dipersiapkan, berbagai jenis program kegiatan dan sarana prasarana pendukung, dan suatu program kegiatan di luar kelas atau alam bebas 2. Kompetensi Dasar Pembekalan dan penguasaan kompetensi keterampilan mengajar serta mampu menyusun model-model pembelajaran bidang pendidikan jasmani dalam pendidikan aktivitas luar kelas yang meliputi : piknik pariwisata, pengenalan lingkungan, berkemah, menjelajah dan mendaki gunung. Indikator setelah mempelajari materi ekstrakurikuler dan pendidikan aktivitas luar kelas dalam buku ini diharapkan : a. Peserta dapat memahami pengertian pendidikan aktivitas luar kelas. b. Peserta dapat mengenal berbagal jenis materi pendidikan aktivitas luar kelas. c. Peserta dapat mengenal prinsip-prinsip kegiatan dan aktifitas materi pendidikan luar kelas. d. Peserta dapat mendeskripsikan hal-hal yang harus dicermati pada saat persiapan, waktu melakukan dan setelah aktivitas dan kegiatan pendidikan aktivitas luar kelas. e. Peserta mengenal materi pendidikan aktivitas luar kelas. f. Peserta dapat mengenal teknik-teknik pendidikan aktivitas luar kelas hubungannya dengan PBM Penjaskes. g. Peserta dapat membuat suatu program pendidikan aktivitas luar kelas, hubungannya dengan materi kegiatan, penjadwalan/ alokasi waktu desain evaluasi. Modul PLPG Penjaskes 2013 222 C. Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari modul Pendidikan Latihan Profesi Guru (PLPG) Penjas ini Bapak/ibu akan memiliki kompetensi yang tercermin dari indikator sebagai berikut: 5. Menjelaskan pengertian pendidikan luar kelas. 6. Memahami tentang tatacara berkemah. 7. Memahami tentang pelaksanaan Outbond. 8. Mempraktekan aktivitas berkemah dan aktivitas Outbond. D. Uraian Materi 1. Pengertian Kegiatan Ekstrakurikuler Kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan pengayaan dan perbaikan yang berkaitan dengan program kokurikuler dan intrakurikuler. Kegiatan ini dapat dijadikan sebagai wadah bagi siswa yang memiliki minat mengikuti kegiatan tersebut. Melalui bimbingan dan pelatihan guru, kegiatan ekstrakurikuler dapat membentuk sikap positif terhadap kegiatan yang diikuti oleh para siswa. Kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti dan dilaksanakan oleh siswa baik di sekolah maupun di luar sekolah, bertujuan agar siswa dapat memperkaya dan memperluas diri. Memperluas diri ini dapat dilakukan dengan memperluas wawasan pengetahuan dan mendorong pembinaan sikap atau nilai-nilai. Pengertian ekstrakurikuler menurut kamus besar bahasa Indonesia (2002:291) yaitu:suatu kegiatan yang berada di luar program yang tertulis di dalam kurikulum seperti latihan kepemimpinan dan pembinaan siswa. Kegiatan ekstrakurikuler sendiri dilaksanakan diluar jam pelajaran wajib. Kegiatan ini memberi keleluasaan waktu dan memberikan kebebasan pada siswa, terutama dalam menentukan jenis kegiatan yang sesuai dengan bakat serta minat mereka. Menurut Rusli Lutan (1986:72) ekstrakurikuler adalah: Program ekstrakurikuler merupakan bagian internal dari proses belajar yang menekankan pada pemenuhan kebutuhan anak didik. Antara kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler sesungguhnya tidak dapat dipisahkan, bahkan kegiatan ekstrakurikuler perpanjangan pelengkap atau penguat kegiatan intrakurikuler untuk menyalurkan bakat atau pendorong perkembangan potensi anak didik mencapai tarap maksimum. Mengenai tujuan kegiatan dalam ekstrakurikuler dijelasken oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1995: 2) sebagai berikut: Kegiatan ekstrakurikuler bertujuan agar: 1. Siswa dapat memperdalam dan memperluas pengetahuan keterampilan mengenai hubungan antara berbagai mata pelajaran, menyalurkan bakat dan minat, serta melengkapi upaya pembinaan manusia seutuhnya yang: a. beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa b. berbudi pekerti luhur c. memiliki pengetahuan dan keterampilan d. sehat rohani dan jasmani
Modul PLPG Penjaskes 2013 223 e. berkepribadian yang mentap dan mandiri f. memilki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan 2. Siswa mampu memanfaatkan pendidikan kepribadian serta mengaitkan pengetahuan yang diperolehnya dalam program kurikulum dengan kebutuhan dan keadaan lingkungan.
Beberapa jenis kegiatan ekstrakurikuler yang diprogramkan di sekolah dijelaskan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1995: 3) sebagai berikut : a. Pendidikan kepramukaan b. Pasukan Pengibar Bendera (PASKIBRA) c. Palang Merah Remaja (PMR) d. Pasukan Keaman Sekolah (PKS) e. Gema Pencinta Alam f. Filateli g. Koperasi Sekolah h. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) i. Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) j. Olahraga k. Kesenian.
2. Aktivitas Luas Kelas Pendidikan luar kelas merupakan aktivitas luar sekolah yang berisi kegiatan di luar kelas/ sekolah dan di alam bebas lainnya, seperti: bermain di lingkungan sekolah, taman, perkampungan pertanian/ nelayan, berkemah, dan kegiatan yang bersifat kepetualangan, serta pengembangan aspek pengetahuan yang relevan (Arief Komarudin, 2007). Pendidikan luar kelas tidak sekedar memindahkan pelajaran ke luar kelas, tetapi dilakukan dengan mengajak siswa menyatu dengan alam dan melakukan beberapa aktivitas yang mengarah pada terwujudnya perubahan perilaku siswa terhadap lingkungan melalui tahap-tahap penyadaran, pengertian, perhatian, tanggungjawab dan aksi atau tingkah laku. Aktivitas luar kelas dapat berupa permainan, cerita, olahraga, eksperimen, perlombaan, mengenal kasus-kasus lingkungan di sekitarnya dan diskusi penggalian solusi, aksi lingkungan, dan jelajah lingkungan (Vincencia S, 2006). Pendidikan luar kelas diartikan sebagai pendidikan yang berlangsung di luar kelas yang melibatkan pengalaman yang membutuhkan partisipasi siswa untuk mengikuti tantangan petualangan yang menjadi dasar dari aktivitas luar kelas seperti hiking, mendaki gunung, camping dll. Pendidikan luar kelas mengandung filosofi, teori dan praktis dari pengalaman dan pendidikan lingkungan. Priest (1986) dalam Tri IL (2008: 5) menyatakan Outdoor education is, an experimential method of learning by doing, which takes place primarily through exposure to the out-of-doors. In outdoor education, the emphasis for the subject of Modul PLPG Penjaskes 2013 224 learning is placed on RELATIONSHIP: relationship concerning human and natural resources. Pendidikan luar kelas bertujuan agar siswa dapat beradaptasi dengan lingkungan dan alam sekitar,dan, mengetahui pentingnya keterampilan hidup dan pengalaman hidup di lingkungan dan alam sekitar, dan memiliki memiliki apresiasi terhadap lingkungan dan alam sekitar. Pendekatan Out-door learning menggunakan setting alam terbuka sebagai sarana. Proses pembelajaran menggunakan alam sebagai media dipandang sangat efektif dalam knowledge management dimana setiap orang akan dapat merasakan, melihat langsung bahkan dapat melakukannya sendiri, sehingga transfer pengetahuan berdasarkan pengalaman di alam dapat dirasakan, diterjemahkan, dikembangkan berdasarkan kemampuan yang dimiliki. Pendekatan ini mengasah aktivitas fisik dan social anak dimana anak akan lebih banyak melakukan kegiatan- kegiatan yang secara tidak langsung melibatkan kerjasama antar teman dan kemampuan berkreasi. Aktivitas ini akan memunculkan proses komunikasi, pemecahan masalah, kreativitas, pengambilan keputusan, saling memahami, dan menghargai perbedaan. (http://www.plbjabar.com) Beberapa konsep yang melandasi pendekatan Out-door learning : 1. Pendidikan selama ini tidak menempatkan anak sebagai subjek 2. Setiap anak berkebutuhan khusus dan unik. Mereka mempunyai kelebihan dan kekurangan, sehingga proses penyeragaman dan penyamarataan akan membunuh keunikan anak. Keunikan anak yang berkebutuhan khusus harus mendapat tempat dan dicarikan peluang agar anak dapat lebih berkembang. 3. Dunia anak adalah dunia bermain, tetapi pelajaran banyak disampaikan tidak lewat permainan. 4. Usia anak merupakan usia yang paling kreatif dalam hidup manusia, namun dunia pendidikan kurang memberikan kesempatan bagi pengembangan kreativitas. Sedangkan elemen-elemen yang perlu diperhatikan dalam pendekatan Out door learning adalah : 1) Alam terbuka sebagai sarana kelas; 2) Berkunjung ke objek langsung; 3) Unsur bermain sebagai dasar pendekatan; 4) Guru harus mempunyai komitmen. Disamping elemen di atas ada alasan mengapa metode pendekatan outdoor learning dipakai sebagai pengembangan karakter anak, yaitu : 1) Metode ini adalah sebuah simulasi kehidupan komplek menjadi sederhana; 2) Metode ini menggunakan pendekatan metode belajar melalui pengalaman; 3) Metode ini penuh kegembiraan karena dilakukan dengan permainan. Lingkungan sebagai Sumber Belajar Peranan sumber belajar sering dilupakan, padahal sumber belajar dapat diperoleh dimana-mana termasuk di lingkungan sekitar anak. Anggani S (2000: 7) menyatakan bahwa sumber belajar adalah bahan termasuk juga alat permainan untuk memberikan informasi maupun
Modul PLPG Penjaskes 2013 225 berbagai keterampilan kepada siswa dan guru. Bentuk pembelajaran yang menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar adalah dengan permainan. Guru bias memilih bentuk permainan yang sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan. Menurut Abulraihan (2008) lingkungan bisa lingkungan sekolah dan luar sekolah, yang terpenting bahwa aktivitas pembelajaran di luar kelas yang dilakukan siswa, guru harus pandai- pandai memilih model atau jenis pembelajaran yang tepat sesuai situasi lingkungan, memperhatikan factor keamanan karena di alam bebas mempunyai tingkat keriskanan yang tinggi terhadap keselamatan siswa. Model pembelajaran yang paling tepat di lingkungan luar sekolah adalah dengan bentuk bermain atau permainan. Menurut Rijsdorp (dalam Sukintaka 1992: 1), anak yang bermain kepribadiannya akan berkembang dan wataknya akan terbentuk, berarti bermain merupakan wahana yang baik untuk mengembangkan watak dan keprib Alam merupakan Manisfestasi Pendidikan Luar Kelas. Lahirnya konsep pendidikan di alam adalah manifestasi dari pendidikan di luar ruangan. Alam sebagai media belajar merupakan solusi ketika terjadi kejenuhan atas metodologi pendidikan di dalam kelas. Dari pemikiran inilah Walt Whitmant mencoba memperbaharuhi metodologi itu dengan penekanan pada proses aktivitas di luar kelas. Pendidikan dan latihan di luar kelas dapat menggantikan proses pendidikan konvensional (kelas/ ruangan) yang selama ini dilakukan secara masif. Akibatnya model pendidikan tersebut lebih berorientasi pada nilai-nilai kuantitatif , bukan pada proses pengenalan lebih dalam pada sumber-sumber pengetahuan ( F Herry, 2008:2).adiannya.
Pengertian Berkemah Berkemah merupakan suatu kegiatan yang menak, tidak saja bagi orang dewasa, tetapi juga bagi anak-anak dan remaja, khususnya pada saat liburan, mereka meninggalkan rumah, pergi ke alam bebas untuk mendinkan tenda berkemah. Pemikhan tempat berkemah tergantung dan rencana yang sudah diprogramkan, apakah daerah pantai yang indah, di lereng pegunungan yang sejuk atau di lembah yang mempesona, kadang- kadang juga dilakukan di tepi hutan dekat dengan sungai yang menakjubkan,sebagai contoh gambar dibawah ini.
a. Maksud dan Tujuan Perkemahan: 1. Maksud 1. Mempraktekkan sistem beregu 2. Mempraktekkan prinsip swadaya dan keprasahajaan hidup 3. Mempraktekkan pembinaan jasmani dan rohani 4. Mempraktekkan pembinaan hidup beragama 5. Menjadikan alat untuk tolok ukur kemampuan pribadi 2.
Modul PLPG Penjaskes 2013 226 Tujuan 1. Meningkatkan keyakinan dan ketakwaan kepada Tuhan YME 2. Membina mental dan kepercayaan pada diri sendiri 3. Meningkatkan kesehatan dan daya tahan tubuh 4. Meningkatkan daya kreasi, ketangkasan dan keterampilan 5. Membina keija sama, gotong royong dan kerukunan 6. Melatih hidup prasahaja dan berswadaya 7. Memperluas pengetahuan dan menambah pengalaman 8. Menanamkan kecintaan pada tanah air dan menumbuhkan kesadaran untuk berbakti ( httpll images.google.coid/images?imgurl)
b. Macam Perkemahan 1. Menurut waktunya, perkemahan dibagi dalam: a. Perkemahan satu han (siang hari saja), terkadang disebut Perkemahan Sehan (PERSARI) b. Perkemahan Sabtu Minggu( PERSAMI) c. Perkemahan yang waktunya Iebih dan 3 hari 2. Menurut tempat berkemah, dibagi dalam: a. Perkemahan, menetap (dan awal sampai akhir tetap ditempat itu) b. Perkemahan safari (berpindah-pindah tempat) 3. Menurut tujuannya, dibagi dalam: a. Perkemahan untuk lomba b. Perkemahan untuk persahabatan dengan acara santai c. Perkemahan untuk berkarya (menyelesaikan proyek) d. Perkemahan untuk penyelidikan alam dan ltngkungan e. Perkemahan untuk rekreasl 4. Menurut jumlah peserta dan tingkatnya yaltu: a. Perkemahan 2 (dua) orang (perkemahan pengembaraan penegak) b. Perkemahan satu regu Penggalang c. Perkemahan satuan perindukan siaga, pasukan penggalang, Ambalan Penegak atau Racana Pandega d. Perkemahan tingkat Kwartir Ranting/Cabang/Daerah/Nasional, Kawasan/Dunia
B. Pengertian Outbound Out bound merupakan salah satu metode pembelajaran modem yang memanfaatkan keunggulan alam. Para peserta yang mengikuti outbound tidak hanya dihadapkan pada tantangan intelegensia, tetapi juga fisik dan mental ( ) Dan mi akan terus terlatih menjadi sebuah pengalaman yang membekali dirinya dalam menghadapi tantangan yang lebih nyata dalam persaingan di kehidupan sosial masyarakat. Kegiatan outbound bertujuan menumbuhkan dan menciptakan suasana saling mendorong, mendukung serta memotivasi dalam sebuah kelompok. Selain mengembangkan kemampuan apresiasi atau kreativitas
Modul PLPG Penjaskes 2013 227 dan penghargaan terhadap perbedaan dalam sebuah kelompok juga memberikan kontribusi memupuk jiwa kepemimpinan, kemandirian, keberanian, percaya din, tanggung jawab dan empati yang merupakan nilai dasar yang hams dimiliki setiap orang. Yang diterjemahkan melalui experiential learning yang akan memberikan pengalaman langsung kepada peserta pelatihan dengan simulasi permainan. Peserta langsung merasakan sukses dan gagal dalam pelaksanaan tugas. Sisi menarik dad metode pembelajaran outbound adalah permainan sebagai bentuk penyampaiannya. Dalam permainan skill, individu tidak hanya ditantang berpikir rdas namun juga memiliki kepekaan sosial. Dalam outbound peserta akan lebih banyak dituntut mengembangkan kemampuan ESQ (emotional and spiritual quotient)nya, disamping lQ (intellegent quotient).
a. Tujuan Kegiatan ini diharapkan dapat memfasilitasi dan membantu tercapainya salah satu atau beberapa aspek dibawah mi, antara lain: 1. Pengembangan tim (team building) 2. Pengembangan kepemimpinan (leadership) 3. Pengelolaan perubahan (managing change) 4. Pengembangan budaya organisasi (culture development) 5. Perencanaan strategis (strategic planning) 6. Pengembangan diri (personal development)
b. Manfaat 1. Mempertebal rasa kepercayaan dm1 2. Menumbuhkan rasa keberanian mengambil resiko 3. Meningkatkan kemampuan beradaptasi dengan lingkungan 4. Membangkitkan kepekaan dan saling pengertian antar kelompok 5. Menumbuhkan motivasi dan berperan aktif 6. Mengembangkan rasa keyakinan untuk mengubah sesuatu yang dianggap tidak mungkin menjadi mungkin 7. Melahirkan semangat baru yang nantinya menjadi energi baru
c. Target 1. Tersedianya wahana dan pengalaman kerjasama tim yang menyenangkan bagi peserta 2. Peserta berani mengaktualisasikan potensi-potensi dalam dirinya 3. Peserta lebih optimis dalam menghadapi lingkungan kerja selanjutnya.
d. Metode Pelatihan 1. Permainan kelompok 2. Kerja kelompok Modul PLPG Penjaskes 2013 228 3. Petualangan individual 4. Ceramah (keterkaitan antara kegiatan simulasi dengan prinsmp- pnnsip manajemen) 5. Diskusi (refleksi kegiatan)
1. Meluncur Tali Merupakan suatu kegiatan meluncur dan ketinggian tertentu dengan jarak luncuran yang harus diperhitungkan, disusualkan dengan usia, jenis kelamin dan tingkat keberanian peserta. untuk tempat mendarat dapat pilih sesual kebutuhan dengan iandasan tanah lapang biasa atau di kolam atau air. Kalau di taruh biasa memang tidak begitu menantang dan tidak perlu basah, namun jika di air beban mental cukup berat, sebab mungkin mendarat tidak harus dengan kaki yang menapak, tapi dengan kaki dan pantat yang serempak dengan kondisi badan yang basah justru yang menantang. Perlu diingat dalam kegiatan mi keberanian peserta untuk melakukan luncuran sudah merupakan sensasi dan keberanian tersendin. Dalam kegiatan ml persiapan dan pelaksanaan perlu ekstra hati-hati, juga metode alat luncur dan gaya luncuran. Dibawah ml adalah alat dan sarana yang dipergunakan dalam kegiatan meluncur tall dan salah satu teknik posisi tubuh saat meluncur.
2. Turun Naik Tebing Merupakan materi kegiatan yang menank tapi tetap menantang jugs diperlukan stamina yang cukup, sebab proses saat melakukan harus dalam artian jangan sampai stamina habis ditengag rute yang harus di tempuh. Lokasi dapat dipilih sesuai dengan kondisi dan para peserta, hal yang perlu diperhatikan ialah, jarak tempuh dan dinding yang harus dilewati sebagai target, sudut kemiringan dan tebing dan juga keteijalan dan kondisi dinding baik tanah atau bebatuannya atau tanaman yang dapat jadi penghalang yang tumbuh di dinding tersebut. Keberanian dan peserta untuk naik atau turun dan dinding yang telah dipilih dan disesuaikan tingkat kesulitannya, sudah merupakan sensasi bagi peserta.
3. Merayap Merupakan kegiatan mental dan fisik yang cukup mengasyikkan, namun perlu diperhatikan keakuratan dan kecepatan waktu melakukannya. Dalam kegiatan mi, dapat diberi variasi yang bermacam- macam hubungannya dengan faktor kesulitan dan para peserta saat melakukannya yang berupa faktor penghalang, juga ketinggian antara tanah dengan tali dalam arti wang gerak yang terbatas, juga kondisi tanah , berbatu kecil-kecil, tanah kering atau tanah basah dan berlumpur. Kecepatan yang sangat minim tanpa kesuliatan sewaktu meaIui lintasan tersubut merupakan sensasii bagi para peserta.
Modul PLPG Penjaskes 2013 229 4.Trust Fall Merupakan maten kegiatan ml membutuhkan peserta yang memfliki nyali yang luar biasa tangguh, sebab dalam pelaksanaan tidak banyak hal yang hams dilukukan, tidak banyak tenaga yang hams kita keluarkan, hanya konsentrasi penuh dan persiapan mental yang kuat untuk penyerahan jiwa dan raga pada teman-teman, dengan posisi berdiri santai membelakangi arah jatuhan dan menjatuhkan din ke belakang tanpa alat bantu apapun kecuali tekat yang bulat. Teman-teman yang minimal tiga pasang, membuat jalinan tangan sebagai kasur jatuhan, hams juga konsentrasi dengan jalinan tangan yang sangat kuat, namun jangan kaku dan keras, agar terkesan peserta mendarat diatas kasur yang tebal dan empuk terbuat dan kapok kualitas nomor satu.
5. Menara Jatuhan Perlu dipersiapkan suatu bangunan dart bambu atau kayu dengan ketinggian kira-kira 120 cm atau lebih yang kuat dan kokoh, agar peserta yang akan melakukan kegiatan ml dapat berdiri dengan mantap, tanpa ada goyangan sedikitpun dart menara yang akan menciutkan nyali peserta sebelum intl kegiatan mnjatuhkan dirt dilukukan. Pertu diketahul kegiatan ml adalah yang paling menyiutkan nyali peserta, dalam pelaksanaannya dapat divariasi dengan hal-hal lain yang lebih sensasional, misalnya clengan ,menuttzp mata dengan kain hitam sehingga tidak dapat melihat sebelum terjun. menambah ketinggian menara, namun faktor keselamatan harus dinomor satukan.
6. Program Kegiatan Dengan Unsur Keseimbangan Tubuh. Program keseimbangan tubuh adalah suatu kegiatan di luar kelas yang menitik beratkan pada keseimbangan tubuh I peserta, dengan berbagal variasi balk alat yang digunakan. tempat maupun cara dan aturan main yang berbeda, yang intinya tervokus pada keseimbangan tubuh balk secara individu maupun kelompok. Kegiatan ml sangat sederhana namun tidak dapat dianggap mudah, sangat membutuhkan konsentrasi dan keberanian yang stimewa. Adapun peralatan yang diperlukan adalah bambu yang balk, furus dan kuat dan beberapa alat bantu seperti tall dan lain-lain, dlsamping lahan yang tldak begitu luas dan datar atau jika ada kolam yang tidak begitu dalam. Materi yang terfokus pada keseimbangan untuk mengetahui skor nilal keberhasilan dilihat dart keberhasilan peserta melewati jalur yang terbuat dart bambu, dengan tingkat kesulitan yang bervariasi, balk perorangan maupun beregu. Kegiatan ml dapat diwujutkan dengan kegiatan permainan: a. Bambu tidur. b. Bandul Gandul. c. Jembatan maut. d. Tall Titi. Modul PLPG Penjaskes 2013 230 e. Jaring jaring. f. Rakit Merit.
7. Bambu Tidur Adalah suatu kegiatan fisik yang membutuhkan keseimbangan yang penuh, sebab apabila saat melakukan program kegiatan tersebut tanpa konsentrasi, keseimbangan tidak akan diperoleh yang akhimya tidak dapat menyelesaikan tugasnya dengan tuntas karena terhempas jatuh. Tugas tersebut adalah ada dua batang yang terbentang sejajar kuat dengan ketinggian yang cukup. Dua peserta berpasangan masing-masing berada diatas batang bambu dan sating berpegangan, saling menjaga keseimbangan untuk berjalan menuju ke ujung bambu yang lain bersama sama. mudah memang kelihatannya, namun pedu diingat, sekuat kuatnya bambu sewaktu menahan beban yang bergerak pasti mengalami pantulan beban yang bergerak, disinilah keseimbangan dan dua peserta pasti mengalami ujian, jatuh atau tidak karena hal tersebut
8. Bandul Gandul Adalah maten kegiatan yang mengharuskan peserta berjalan diatas jembatan dan batang bambu dengan nntangan sebelah kanan dan kin terdapat bandul bandul bola yang siap diayunkan untuk mengganggu dan menghambat perjalanan peserta menuju ke ujung bambu 9. Jembatan Maut Jembatan Maut,adalah materi kegiatan yang cukup rnenantang, sebab peserta aruskan melewati jembatan yang berpenampang sempit dengan bantuan seutas tali yang terbentang di atasnya. Faktor yang menjadi sulitnya melakukan kegiatan ml adalah, sewaktu jalan di atas jembatan yang berpenampang sempit keseimbangan pasti teruji, juga pantulan dail jembatan karena menopang beban yang berjalan, disisi lain peserta diwajibkan berpegangan seutas tali diatasnya, hal ini kalau keseimbangan tidak baik justru dapat menjadi tidak setimbang. Menyeberang jembatan dengan rintangan bandul gandul
10.Tali Titi Tali Titi, adalah suatu materi kegiatan yang sangat menantang dan dibutuhkan suatu keberanian yang luar biasa dan keseimbangan badan intinya, sebab tugas dan peserta harus melewati lebar sungai hanya dengan menginjak seutas tall dengan berpegangan seutas tall pula. Jadi koordinasi antara tangan dan kaki peserta harus benar-benar balk, kelentukan badan juga sangat membantu. Dalam persiapan pertu diplllh dua utas tall yang benar-benar kuat dan cukup bentangannya sepanjang lebar sungai yang akan diseberangi Setelah tall utama dibentangkan dengan kuat, yang berfungsi sebagai injakan kaki, baru kita pasang tall kedua sebagai pegangan tangan juga keseimbangan badan, baru ldta coba kekuatan maksimalnya, agar keselamatan peserta dapat teramin.
Modul PLPG Penjaskes 2013 231 11. Jaring Jaring Jaring Jaring, adalah materi kegiatan yang cukup mengasyikkan tetapi juga membutuhkan konsentrasi dan akurasi yang tinggi, sebab apabila terlena dalam sedetikpun, kaki akan terperosok diantara rajutan tall dan tidak menutup kemungkinan badan akan terjerembap jatuh ke tanah, cederapun juga dapat terjadi, jika perlu dapat ditambahkan ikatan tali pada tubuh peserta kegiatan. Persiapan yang harus disediakan adalah rajutan tali yang cukup lebar dibentangkan pada ketinggian yang cukup membentang kearah bawah kanan dan kiri, dengan pertimbangan kekuatan rajutan tali untuk menopang beban satu orang atau bahkan lebih dari satu orang, juga ketinggian jaring harus disesuaikan dengan peserta kegiatan.
12. Rakit Merit Rakit merit, adalah materi kegiatan yang membutuhkan kesungguhan untuk beraktifitas secara fisik dan mental tanpa memperhitungkan akibat yang muncul, misalnya pakaian yang dipakai harus basah kuyup karena badan tercebur di air dan akibat lain. Namun apabila dijakukan dengan penuh keseusan dalam suasana gembira, kegiatan tersebut juga akan beqalan dengan baik dan mengasyikkan. Adapun kegiatan tersebut berupa aktifitas menyeberangi kolam atau sungai dengan menggunakan bermacam macam rakit yang terbuat daii bahan yang berbeda dan bentuk yang bervariasi
13. Kegiatan Memupuk Kekompakkan Kegiatan memupuk kekompakkan adalah kegiatan yang menitik beratkan pada suatu kegiata difokuskan pada kekompakan beregu dan kelompok peserta dalam melakukan aktivitasnya. Untuk mendapatkan nilai atau skor yang tinggi ditentukan oleh hasil keqa dan kelompok tersebut dan hasil kerja yang dilandasi gotong royong. Materi kegiatan tersebut menurut ( Agustinus S, 2008 ) dapat diwujudkan dengan permainan sebagai berikut: a. Duduk bersama b. Lingkaran rotan c. Duduk berdiri
14. Jagongan (Duduk Bersama) Jagongan (duduk bersama) adalah materi kegiatan yang menuntut kerja sama dan gotong royong yang kompak antar anggota peserta dalam kelompok tersebut. Dalam kegiatan ml seluruh peserta dan kelompok tersebut berjajar ke belakang tanpa bantuan alat apapun, hanya saling membelakangi dan merapatkan din dengan tangan berada pada pundak teman yang ada di depannya. Aktivitas yang dilakukan dengan satu aba- aba, seluruh peserta melakukan posisi jongkok yang akhirnya saling menduduki paha atau lutut teman yang ada di belakangnya, apabila Modul PLPG Penjaskes 2013 232 kegiatan mi tidak dilakukan dengan kekompakkan yang bersama (ada peserta satu atau lebih yang tidak kompak), maka kelompok tersebut akan goyah posisinya dan akhimya akan jatuh.
15. Lingkaran rotan Lingkaran rotan adalah kegiatan yang membutuhkan kekompakkan anatar peserta dalam satu kelompok saling bergandengan tangan, dalam permainan mi sebagai sarana memindahkan lingkaran rotan dan peserta dalam posisi awal yang melaju me!ewati tubuh! badan masing-masing peserta fanpa pufus sampai pada peserta yang paling ujung. Permainan ml membutuhkan konsentrasi, kerja sama dan kontrol yang baik, apabila diantara peserta ada yang lengah, sehingga tangan tidak bergayut dengan tangan peaserta yang fain maka Iingkaran rotan akan terjatuh dan dianggap diskualifikasi untuk kelompok tersebut.
16. Duduk berdiri Duduk berdiri adalah kegiatan yang membutuhkan kerja sama, kekompakkan dan konsentrasi yang tinggi, tugas dan peserta adalah duduk sambil bertolak punggung yang dilakukan oleh beberapa peserta seolah-olah membentuk sebuah Iingkaran. Dengan satu penntah ( aba-aba = yak! ) seluruh peserta serentak melakukan gerakan posisi berdiri, hal itu dapat terjadi antar peserta dalam satu kelompok saling adu punggung dengan kekuatan yang vertikal dibantu gerakan kaki masing-masing. Apabila kekompakkan tercipta dengan balk maka peserta dalam satu regu dapat berdiri dengan sempuma karena kerja gotong royong yang saling mendukung.
17. Jelajah Alam Jelajah alam merupakan suatu bentuk kegiatan yang dapat dilakukan baik perorangan maupun ketompok. Kegiatan mi bertujuan untuk menelusuri alam dan untuk mengetahul berbagai krkayaan alam sekitar yang metiputi flora, fauna, gunung, bukit dan frmbah, sebagai upaya penambahan wawasan pengetahuan bagi peserta. Pelaksanaan jelajah alam ml salah satu upaya untik mengenal ciptaan Tuhan, disamping mempunyal makna sebagal usaha pendekatan manusia kepada Tuhan dan ciptaannya.Agar tebih jelas dalam mempetajari materi kegiatan jelajah atam. berikut beberapa contoh dan materi kegiatan jelajah alam: a. Penyeberangan basah. b. Telusur Sungai c. Lintas Alam.
18. Penyeberangan Basah Penyeberangan basah adalah salah satu bentuk keterampilan yang hams dimiliki oieh seorang penjelajah alam, sebab kegiatan ml merupakan
Modul PLPG Penjaskes 2013 233 mata rantal dan kegiatan jelajah aam. Keterampilan penyeberangan basah ml banyak membeilkan manfaat untuk pembinaan generasi muda, terutama siswa Sekolah Lanjutan Atas. Aspek aspek yang terkandung dalam kegiatan mi adalah sikap berani, tegar dan teliti dalam persiapan maupun pelaksanaan daii kegiatan penyeberangan basah. Kegiatan penyeberangan basah mi dapat digunakan sebagai satah satu bentuk keterampilan yang dapat dilakukan dalam kegiatan wisata di alam terbuka, i mengisi waktu luang untuk siswa SLTA.
19. Menelusuri Sungai Menyusun sungai adalah salah satu bagian dan kegiatan wisata alam. Kegiatan mi sangat bermanfaat untuk memupuk rasa cinta setia kawan, kerja sama dan rasa cinta pada alam semesta. Selain itu kegiatan ml dapat menambah pengetahuan siswa tentang jenis dan nama-nama tanaman maupun berbagal binatang yang ada disekitarnya.
20. Lari Lintas Alam Lari lintas alam merupakan salah satu nomor dan cabang olahraga atletik yang pelaksanaannya dilakukan di alam terbuka. Dalam kegiatan ml peserta dituntut daya tahan, keterampilan dan power yang tinggi, karena Ian hntas alam mi selalu melewati route dengan nntangan-iintangan diantaranya tanjakan turunan dan menyeberangi sungal. Secara tidak langsung jika kegiatan mi dalam pelaksanaanya dilakukan dengan balk dan sungguh-sungguh, akan sangat berpengaruh terdap tingkat kesegaran jasmani.Pentu diperhatikan. dalam pemilihan route hendaknya diperhatikan faktor keamanan.
20. Keterampilan PPPK. Kegiatan wisata alam disamping menyenangkan peserta, juga dihadapkan dengan tantangan medan yang sanngat besar, maka bagi para peserta kegiatan mi harus dipersiapkan dalam menghadapi tantangan alam tersebut. Dalam kegiatan pelatih dilatih untuk menanggulangi keadaan darurat jika salah satu anggota regunya mengalami kecelakaan atau dan anggota regu mengalami cedera. Kegiatan mi peserta dilatih untuk menanggulangi keadaan darurat jika salah satu anggota regunya mengalami kecelakaan atau cedera. Kondisi mi dibuat seperti keadaan sebenarnya yaitu melewati bukit, sungai dan semak belukar sambil membawa korban ditandu menggunakan dragbar ke tempat aman.
21. Pendakian Pendakian merupakan salah satu bentuk olahraga keras dan penuh petualangan dan melatih kekuatan fisik serta daya tahan dan juang yang tinggi. Kegiatan mi dapat menambah sikap keagungan ciptaan Tuhan, nasa clnta tanah air dan secara tiadak Iangsun dapat pula meningkatkan rasa percaya diri. Modul PLPG Penjaskes 2013 234 22. Meluncur Berdiri Meluncur berdiri merupakan salah satu bentuk ketangkasan yang pertu dimilikI oleh seorang penje(ajah afam. Kegiatan mefuncur berdiri merupakan suatu mata rantai dan kegiatan jelajah alam, sebab memberikan banyak manfaat bagi generasi muda terutama siswa SLTA. Aspek-aspek yang terkandung dalam kegiatan mi diantaranya penanaman sikap berani, tegar serta teliti dalam persiapan maupun pelaksanaan dan kegiatan meluncur, berdiri tersebut, juga dapat digunakan sebagai salah satu bentuk keterampilan ya ng dapat dilakukan dalam kegiatan wisata di alam terbuka, juga dapat mengisi waktu luang disaat libur.
23. Kebut Gunung Kebut gunung adalah salah satu acara dalam kegiatan wisata alam yang hampir sama dengan mendaki gunung, hanya dibutuhkan waktu secepat mungkin untuk mencapai puncak gunung tan pa merusak alam dan Iingkungannya. Kegiatan mi dilakukan secara beregu untuk membina keija sama. setia kawan dan kaberanian, juga sangat memerlukan keterampilan khususnya penguasaan medan, keterampilan tali menali juga PPPK.
E. Rangkuman 1. Jelajah alam adalah suatu kegiatan alam untuk mengenal flora, fauna, gunung dan keadaan alam dengan kegiatan fisik dan mental. 2. Penyeberangan basah adalah suatu kegiatan untuk memupuk sikap berani, tegar dan disiplin sebagai bekal hidup dengan membentuk sikap percaya diii dan pantang menyerah dalam menghadapi masalah. 3. Menelusuri sungai adalah suattu kegiatan di alam terbuka untuk mengembangkan rasa cinta alam, setia kawan, pengembangan flsik,mental, sosial dan spiritual. 4. Lalu lintas alam adalah suatu kegiatan fisik untuk melatih daya tahan, keterampilan dan power yang tinggi di alam yang bebas. 5. Keterampilan PPPK adalah suatu kegiatan untuk melatih menaggulangi kecelakaan dan cedera termasuk penyelamatan. 6. Pendakian adalah suatu kegiatan untuk memupuk percaya diii dengan kegiatan penuh tantangan baik fisik maupun mental.
Pendidikan Jasmani adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi. Lingkungan belajar diatur secara seksama untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan seluruh ranah, jasmani, psikomotor, kognitif, dan afektif setiap peserta didik.
Modul PLPG Penjaskes 2013 235 Didalam kurikulum pendidikan jasmani terhadap materi mengenai pendidikan luar kelas yang bertujuan untuk menggali dan mengaplikasikan tentang aktivitas luar kelas seperti berkemah, outbond dan aktivitas luar kelas lainya.Melalui Pendidikan luar kelas peserta didik diharapkan mampu mempraktekan tatacara melakukan berkemah dengan baik dan dapat melaksanakan aktivitas outbond sesuai dengan lingkungan sekitar.
F. Soal-soal Latihan Soal Latihan Uraian Jawablah pertanyaan berikut ini dengan singkat dan tepat! 1. Terangkan perencanaan dan modivikasi kegiatan dari a. Jelajah alam b. Penyeberangan basah c. Telusur sungai d. Lintas alam e. Pendakian 2. Sebutkan kelebihan dan kekurangan masing-masing kegiatan tersebut di atas cara rinci 3. Apakah difinisi dan berkemah? 4. Apakah tujuan, manfaat dan berekemah? 5. Apa yang harus dipersiapkan sebelum melakukan kegiatan berkemah?
DAFTAR PUSTAKA
---------------, 1984, Pedoman Wisata Alam, Direktur Bina Perjalanan Wisata, 1984, Direktorat Jenderal Pariwisata, Jakarta.
---------------, 1999, Pedoman Berolahraga Panjat Tebing, Pusat Kesegaran Jasmani dan Rekreasi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta. ---------------, 1999, Kegiatan Wisata Alam untuk Siswa SLTA, Pusat Kesegaran Jasmani dan Rekreasi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta. 1999 ---------------, 1990, Pedoman Pertama pada Kecelakaan (P3K)- I, Markas Besar Palang Merah Indonesia (PMI), Jakarta.
Rohn ke Karl, Cowstails & Cobras, 1977, A. Quide to Repes Courses, I nitiative Games, and Other Adventure Activities. Project adventure inc. Hamilton, 1977.
Modul PLPG Penjaskes 2013 236 BAB XI PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN PENJASORKES
A. Pokok-pokok Isi Materi Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mampu mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual, kepribadian, kecerdasan, pengendalian diri, kepribadian, akhlak mulia, serta kecakapan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Oleh karena itu, Sistem Pendidikan Nasional harus mampu memberikan penjaminan bagi terwujudnya pemeratan dan perluasan akses pendidikan, peningkatan mutu dan relevansi pendidikan, efisiensi pengelolaan pendidikan serta akuntabilitas publik. Penjaminan mutu pendidikan menjadi kata kunci dalam upaya peningkatan mutu sumber daya manusia yang cerdas dan kompetitif untuk menjawab berbagai tantangan persaingan global yang menjadi ciri khas di era milenium. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab IV Pasal 10 menyatakan bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah berhak mengarahkan, membimbing, dan mengawasi penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku. Selanjutnya, Pasal 11 Ayat (1) juga menyatakan bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi. Dengan lahirnya Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, wewenang Pemerintah Daerah dalam penyelenggaraan pendidikan di daerah menjadi semakin besar. Lahirnya kedua undang-undang tersebut menandai sistem baru dalam penyelenggaraan pendidikan dari sistem yang cenderung sentralistik menjadi lebih desentralistik. Kurikulum sebagai salah satu substansi pendidikan perlu didesentralisasikan terutama dalam pengembangan silabus dan pelaksanaannya yang disesuaikan dengan tuntutan kebutuhan siswa, keadaan sekolah, dan kondisi sekolah atau daerah. Dengan demikian, sekolah atau daerah memiliki cukup kewenangan untuk merancang dan menentukan materi ajar, kegiatan pembelajaran, dan penilaian hasil pembelajaran. Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran di kelas, guru harus menggunakan model-model pembelajaran. Model-model pembelajaran harus disusun secara terencana, terprogram, dan berkesinambungan. Diharapkan dengan disusunnya model-model pembelajaran dalam proses pembelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan ini dapat membantu Guru Pendidikan Jasmani dalam melakukan Kegiatan Pembelajaran di kelas, sehingga proses Pembelajaran menjadi lebih terarah
Modul PLPG Penjaskes 2013 237 dan lebih baik, yang pada gilirannya dapat mencapai tujuan Pendidikan Nasional. Modul Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) Mata Diklat ini berisi tentang: menjelaskan konsep pengembangan model pembelajaran Penjasorkes, menjelaskan macam-macam model pembelajaran Penjasorkes, melakukan penyusunan pengembangan model pembelajaran Penjasorkes, melakukan penerapan model pembelajaran Penjasorkes berdasarkan prinsip-prinsip pengembangan model pembelajaran yang benar.
B. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar 1. Standar Kompetensi Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran. 2. Kompetnsi Dasar Menganalisis berbagai pendekatan, strategi, metode, teknik pembelajaran yang mendidik secara kreatif dalam mata pelajaran Penjasorkes.
C. Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari modul Pendidikan Latihan Profesi Guru (PLPG) Penjas ini Bapak/ibu akan memiliki kompetensi yang tercermin dari indikator sebagai berikut: 1. Menjelaskan konsep pengembangan model pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan. 2. Menjelaskan macam-macam model pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan. 3. Melakukan penyusunan pengembangan model pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan. 4. Melakukan penerapan model-model pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan.
D. Uraian Materi 1. Konsep Pengembangan Model-model Pembelajaran Penjasorkes a. Gambaran pelaksanaan pembelajaran Penjasorkes Salah satu masalah utama dalam pendidikan jasmani di Indonesia, hingga dewasa ini, ialah belum efektifnya pengajaran pendidikan jasmani di sekolah-sekolah. Kondisi kualitas pengajaran pendidikan jasmani yang memprihatinkan di sekolah dasar, sekolah lanjutan dan bahkan perguruan tinggi telah dikemukakan dan ditelaah dalam berbagai forum oleh beberapa pengamat pendidikan jasmani dan olahraga (Cholik Mutohir, 1990a: 1990b, 1993: Mujiharsono, 1993; Soediyarto, 1992, 1993). Kondisi ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya ialah terbatasnya kemampuan guru pendidikan jasmani dan terbatasnya sumber-sumber yang digunakan untuk mendukung proses pengajaran pendidikan jasmani (cf. Cholik Mutohir, 1990a; 1990b, 1993: Soediyarto, 1992, 1993). Modul PLPG Penjaskes 2013 238 Kualitas guru pendidikan jasmani yang ada pada sekolah dasar dan lanjutan pada umumnya kurang memadai. Mereka kurang mampu dalam melaksanakan profesinya secara kompeten. Mereka belum berhasil melaksanakan tanggung jawabnya untuk mendidik siswa secara sistematik melalui pendidikan jasmani. Tampak pendidikan jasmani belum berhasil mengembangkan kemampuan dan keterampilan anak secara menyeluruh baik fisik. Mental maupun intelektual (Kantor Menpora, 1983). Hal ini benar mengingat bahwa kebanyakan guru pendidikan jasmani di sekolah adalah bukan guru khusus yang secara normal mempunyai kompetensi dan pengalaman yang terbatas dalam bidang pendidikan jasmani. Mereka kebanyakan adalah guru kelas yang harus mampu mengajar berbagai mata pelajaran yang salah satunya adalah pendidikan jasmani.Gaya mengajar yang dilakukan oleh guru dalam praktik pendidikan jasmani cenderung tradisional. Model metode-metode praktik dipusatkan pada guru (Teacher Centered) dimana para siswa melakukan latihan fisik berdasarkan perintah yang ditentukan oleh guru. Latihan- latihan tersebut hampir tidak pernah dilakukan oleh anak sesuai dengan inisiatif sendiri (Student Centered). Guru pendidikan jasmani tradisional cenderung menekankan pada penguasaan keterampilan cabang olahraga. Pendekatan yang dilakukan seperti halnya pendekatan pelatihan olahraga. Dalam pendekatan ini, guru menentukan tugas-tugas ajarnya kepada siswa melalui kegiatan fisik tak ubahnya seperti melatih suatu cabang olahraga. Kondisi seperti ini mengakibatkan tidak optimalnya fungsi pengajaran pendidikan jasmani sebagai medium pendidikan dalam rangka pengembangan pribadi anak seutuhnya. Ditinjau dari konteks isi kurikulum, pembelajaran yang dilakukan oleh guru pendidikan jasmani secara praktis tidak tampak tidak adanya kesinambungan. Tugas ajar yang diberikan oleh guru untuk SD, SMP dan SMA pada hakikatnya tidak berbeda. Demikian pula, ketidakjelasan dalam tata urutan dan tingkat kesukaran tugas-tugas ajar tersebut. Penerapan model pembelajaran pendidikan jasmani tradisional sering mengabaikan tugas-tugas ajar yang sesuai degan taraf perkembangan anak. Mengajar anak-anak SD disamakan dengan anak-anak SMP. Bentuk- bentuk modifikasi baik dalam peraturan, ukuran lapangan maupun jumlah pemain tidak terperhatikan. Karena tidak dilakukan modifikasi, sering mereka tidak mampu dan gagal untuk melaksanakan tugas yang diberikan dalam bentuk kompleks oleh guru. Untuk itu kebutuhan akan modifikasi olahraga sebagai suatu pendekatan alternatif dalam mengajar pendidikan jasmani mutlak perlu dilakukan. Guru dalam ini harus memiliki kemampuan untuk melakukan modifikasi keterampilan yang hendak diajarkan agar sesuai dengan tingkat perkembangan anak.
Modul PLPG Penjaskes 2013 239 b. Karakteristik Proses Belajar Mengajar (PBM) yang Efektif Pengajaran khususnya dalam pendidikan jasmani dapat dipandang sebagai seni dan ilmu (art and science). Sebagai seni, pengajaran hendaknya dipandang sebagai proses yang menuntut intuisi, kreativitas, improviasi, dan ekspresi dari guru. Ini berarti guru memiliki kebebasan dalam mengambil keputusan dan tindakan proses pembelajaran selama dapat dipertanggung jawabkan sesuai dengan pandangan hidup dan etika yang berlaku. Jadi guru tidak harus selalu terpaku dan terikat formula ilmu mengajar. Pengajaran dapat disebut sebagai ilmu apabila memenuhi karakteristik sebagai berikut: (1) Memiliki daya ramal dan kontrol terhadap pencapaian prestasi belajar siswa (Gage, 1978 di Brucher, 1983), (2) dapat dievaluasi secara sistematik dan dapat dipecah menjadi rangkaian kegiatan yang dapat dikuasai (Siedentop, 1976), (3) mengandung pemahaman tentang tingkah laku manusia, pengubahan tingkah laku, rancangan pembelajaran, penyampaian dan manajemen (Siedentop, 1976), (4) berkaitan erat dengan prinsip belajar seperti kesiapan, motivasi, latihan, umpan balik, dan kemajuan seta urutan (Siedentop, 1976), dan (5) dimungkinkannya untuk mengkaji pengajaran dari sudut keilmuan (Siedentop, 1976). Menurut pendapat Siedentop (di Bucher, 1988:550) pengajaran dapat dan harus dapat dipelajari dari sisi teori ilmiah untuk mengembangkan teori pengajaran. Walaupun proses untuk membentuk teori pengajaran pendidikan jasmani merupakan perjalanan yang panjang, namun upaya untuk memahami tentang proses pengajaran merupakan arah yang harus dituju, selama body of knowledge tentang pengajaran belum mapan, atau selama pengajaran cenderung merupakan seni, maka perilaku guru dalam pengajaran akan menjadi tetap menarik untuk dikaji oleh pengamat tingkah laku setiap saat. Pengajaran reflektif mencakup pengertian guru yang sukses atau efektif dalam arti tercapainya kepuasan profesional. Pendekatan pengajaran refleksi menekankan pada kreatifitas penumbuhan kondisi pembelajaran yang kondusif melalui penerapan berbagai keterampilan pengajaran yang disesuaikan dengan situasi (lingkungan) tertentu. Pengertian pengajaran reflektif tidak menunjuk salah satu metodologi atau model pengajaran tertentu, namun ia menunjuk pada berbagai keterampilan mengajar yang diadaptasikan secara tepat oleh guru dalam proses belajar mengajar. Guru yang reflektif selalu melakukan penilaian terhadap lingkungan sekitar dalam upaya mengidentifikasi dan memanfaatkan berbagai unsur-unsur secara optimum, guru tersebut memanfaatkan berbagai unsur tersebut secara optimum, guru tersebut kemudian membuat rencana proses pengajarannya. Pengajaran reflektif ini berbeda dengan pengajaran tradisional atau pengajaran invariant yang diberi ciri dengan penggunaan satu metode dalam berbagai situasi pengajaran. Kategori model yang dikemukakan oleh Modul PLPG Penjaskes 2013 240 Mosston (1966), sebagai contoh, dapat diterapkan selama model kategori itu sesuai dengan tuntutan kegiatan-kegiatan dan kebutuhan situasional saat itu. Perbandingan pengajaran reflektif dengan pengajaran tradisional (invariant) dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini.
Tabel 1 Karakteristik Guru Efektif dan Guru Tradisional Variabel Guru Efektif Guru Tradisional Perencanaan Sesuai rencana pelajaran pada kelas dan anak yang berbeda. Gunakan rencana pelajaran yang sama. Kemajuan Didasarkan pada kondisi faktor: (1) irama dan tingkat perkembangan, (2) kebutuhan keterampilan, (3) perhatian dalam topik atau aktivitas. Didasarkan pada faktor seperti: (1) Unit kegiatan 6 minggu, (2) jumlah materi yang telah dicakup dalam satu semester/tahun, (3) rumus yang ditetapkan sebelumnya. Kurikulum Rancang setiap kelas yang unik setelah diadakan penilaian awal dari kemampuan dan kebutuhan. Gunakan kurikulum yang telah ditetapkan tanpa faktor seperti kemampuan anak, pengaruh masyarakat atau minat anak. Peralatan & fasilitas Modifikasi kegiatan dan pelajaran sesuai peralatan dan fasilitas yang ada di lingkungan. Mengajar sesuai dengan peralatan dan fasilitas yang tersedia. Disiplin Berupaya memahami masalah dan mencari penyebab dan pemecahannya, memodifikasi prosedur pengajarannya. Mengasumsi anak bersikap tidak pada tempatnya dan berupaya mengatasi tingkah laku individu/kelas. Evaluasi Mengevaluasi anak secara teratur dan mengevaluasi keefektifan pengajarannya lewat anak didik dan teman sejawat. Mengevaluasi secara sporadik biasanya berdasarkan pada kesukaan anak dan minat anak kebaikan perilaku anak didik.
Selama dua dekade terakhir pengajaran pendidikan jasmani dengan pendekatan refleksi telah berhasil dilaksanakan di beberapa negara seperti
Modul PLPG Penjaskes 2013 241 Amerika dan Australia. Hasil riset tentang pengajaran menunjukkan bahwa ada tiga butir hal yang penting untuk diperhatikan agar pengajaran pendidikan jasmani efektif dalam arti bahwa anak didik akan memiliki keterampilan bergerak yang tinggi dengan sikap yang positif terhadap kegiatan fisik. Ketiga hal itu meliputi: (1) Anak didik memerlukan latihan praktek yang tepat dan memadai, (2) Latihan praktek tersebut harus memberikan peluang tingkat sukses (rate of success) yang tinggi, dan (3) Lingkungan perlu distrukturisasi sedemikian rupa sehingga menumbuhkan iklim belajar yang kondusif. Perubahan kurikulum khususnya kurikulum sekolah dasar pada hakikatnya menuntut perubahan wawasan dan perilaku gurunya agar kurikulum yang dirancang dan dikembangkan dapat dilaksanakan sesuai dengan yang diharapkan. Untuk itu sangat perlu direncanakan secara matang mengenai strategi implementasi dari kurikulum tersebut. Penataran dan pelatihan guru, pengadaan fasilitas dan peralatan yang mendukung pelaksanaan kurikulum perlu direncanakan dan diadakan guna mendukung keberhasilan implementasi kurikulum. Upaya perbaikan dan pengembangan kurikulum SD, SMP dan SMA yang baru ini harus dilakukan dengan cermat dan memperhitungkan berbagai faktor termasuk faktor keterlaksanaannya. Pengalaman empirik selama ini menunjukkan bahwa dari seluruh isi kurikulum pendidikan jasmani yang tertulis itu hanya sebagian kecil saja yang dapat diimplementasikan karena berbagai kendala termasuk terbatasnya sarana dan prasarana pendukung dan keterbatasan wawasan dan kemampuan guru.
2.Model-model Pembelajaran Penjasorkes Dari literatur diperoleh gambaran tentang model pengajaran pendidikan jasmani. Beberapa tahun terakhir ini dikembangkan berbagai model pengajaran pendidikan jasmani dan diterapkan dengan berhasil di lapangan. Beberapa model pengajaran tersebut dikemukakan oleh Siedentop, Mand, dan Taggart (1986) sebagai berikut: (1) Pengajaran langsung/perintah (Direct instruction); (2) pengajaran tugas/pos (Task/station teaching); (3) pengajaran berpasangan kelompok (Reciprocal/group teaching); (4) pengajaran sistem kontrak (Personalyzed system of Instruction (PSI)/Mastery Teaching), dan (5) manajemen Kontingensi (Contingensi Management). Salah satu spectrum model pengajaran lain juga dikemukakan Mosston (1996). Model Mosston ini didasarkan atas asumsi bahwa keputusan terhadap proses dan produk pengajaran hendaknya bergeser dari pengajaran terpusat pada guru ke terpusat pada anak, dari siswa terikat menjadi siswa bebas (aktif). Mosston mengklasifikasi model pengajaran berdasarkan hasil analisa siapa yang membuat keputusan. Klasifikasi model pengajaran tersebut adalah sebagai berikut.
Modul PLPG Penjaskes 2013 242 a. Spectrum Gaya Belajar Mengajar Pembahasan mengenai struktur belajar berkaitan dengan bagaimana orang itu belajar. Struktur belajar meliputi matriks kontrak psikologis dan fisiologis yang memberikan penjelasan tentang belajar tentang struktur pelajaran atau pokok bahasan menggambarkan dan menyajikan suatu upaya untuk menghubungkan komponen-komponen pengetahuan dengan cara-cara logis dan berarti. Mosston mengemukakan spectrum gaya mengajar sebagai upaya menjembatani di antara pokok bahasan dan belajar. Spektrum ini merupakan suatu konsepsi teoritis dan suatu desain atau rancangan operasional mengenai alternatif atau kemungkinan gaya mengajar. Setiap gaya mengajar memiliki struktur tertentu yang menggambarkan peran guru, siswa dan mengidentifikasi tujuan-tujuan yang dapat dicapai jika gaya mengajar ini dilakukan. Gaya mengajar didefinisikan dengan keputusan-keputusan yang dibuat oleh guru dan dibuat oleh siswa di dalam episode atau peristiwa belajar yang diberikan. Jenis-jenis keputusan dibuat oleh guru dan siswa yang menentukan proses dan hasil dari episode itu. Oleh karena itu, spektrum gaya mengajar ini memberikan kepada guru suatu susunan atau aturan tentang alternatif di dalam perilaku mengajar, yang memungkinkan guru mencapai lebih banyak siswa dan memenuhi banyak tujuan. Penemuan dan rancangan spetrum gaya mengajar, yaitu:
1) Masalah yang bertentangan Kebanyakan guru telah dibanjiri dengan banyak ide, program, penemuan-penemuan penelitian, dan bahan-bahan paket. Beberapa di antaranya ada yang berguna, sedangkan yang lain ada yang tidak bermanfaat, tetapi kebanyakan menimbulkan kontradiksi atau pertentangan. Setiap ide telah menyajikan cara pemecahan tunggal (singular) terhadap program pendidikan jasmani. Seperti, individualisasi dengan pengajaran kelompok, pemecahan masalah (problem solving) dengan belajar yang bersifat menghafal (tanpa berpikir), permainan bola dengan aktivitas perkembangan, yang beberapa ide tersebut menggambarkan permasalahan yang bertentangan. Polaritas atau sifat berlawanan ini telah menimbulkan kebingungan dan ketidakseimbangan di dalam desain program dan di dalam mengajar pendidikan jasmani. Padahal siswa perlu berpengalaman dan mengembangkan pada semua dimensi. Masalahnya adalah bagaimana guru mengetahui, bagaimana menyatakan ide-ide tersebut di atas dengan setiap diberikan ke dalam perilaku mengajarnya? Pengamatan ini yang mendorong penemuan dan membuat desain spectrum gaya mengajar ini. Spektrum ini didasarkan pada suatu ide yang tidak saling bertentangan. Hal-hal pokok ini saling berhubungan di antara gaya-gaya mengajar daripada perbedaannya.
Modul PLPG Penjaskes 2013 243 2) Belajar dan Mengajar Pengaman kedua dialamatkan pada ketidaksesuaian yang ada di antara belajar dan mengajar. Jiwa siswa di dalam cara yang berbeda atau memperlihatkan perilaku belajar yang berbeda, maka yang sangat penting untuk mengidentifikasi gaya mengajar yang akan dilakukan, dengan cara yang teliti, yang mendatangkan perilaku belajar tertentu, khususnya jika setiap perilaku belajar dan dapat mencapai seperangkat tujuan tertentu. Spektrum gaya mengajar ini merupakan struktur mengajar yang mengidentifikasi gaya-gaya tertentu. Spektrum mengidentifikasi struktur setiap gaya dan hubungannya dengan gaya mengajar yang lain. Spektrum ini mengidentifikasi prosedur penerapan pada berbagai kegiatan dan pelaksanaan dan setiap gaya pada pertumbuhan dan perkembangan siswa di dalam domain fisik, emosi, sosial, dan domain kognitif. Masalah utamanya adalah bahwa apakah guru memiliki hubungan intrinsik dan hubungan langsung dengan perilaku belajar. Spektrum gaya mengajar ini memberikan kepada guru kemampuan untuk memilih gaya mengajar tertentu yang akan meminta kesesuaian dengan gaya mengajar. Hal ini memberikan kepada guru pengetahuan tentang bagaimana melakukannya dengan berhati-hati dan teliti. Suatu pengajaran yang bersifat umum, sewenang-wenang (sekehendak guru) dan yang bersifat kebutuhan tidak dapat dilakukan dengan gaya mengajar Mosston ini.
3) Perilaku yang unik dan universal Pendekatan mengajar selalu memiliki keunikan yang bersandar pada ide bahwa mengajar adalah bersifat intuitif, spontan, dan kadang-kadang bersifat mistik, ini sebenarnya dikaitkan karena pemberian kebebasan kepada para guru untuk melakukan sesuatu. Ide ini didorong oleh ungkapkan seperti: Kebebasan individu, Cara saya, Kerja saya, Mengajar kreatif, mengajar adalah suatu seni dan sebagainya. Tidak ada upaya untuk menyangkal keberadaan daya keunikan itu, serangkaian keunikan, tidak menyajikan teori mengajar pada profesi yang dapat dibuat pegangan profesi yang dapat dibuat pegangan. Berdasarkan gambaran singkat itu, mengakibatkan adanya perkembangan spectrum gaya mengajar adalah: Tahap pertama, kita menentukan aksioma tentang aktivitas mengajar adalah bahwa perilaku mengajar adalah suatu rangkaian pembuatan keputusan. Pernyataan ini memberikan konsep universal, karena semua guru di dalam bidang studi atau pokok bahasan sepanjang waktu itu digunakan di dalam pembuatan keputusan. Tahap kedua, adalah untuk mengidentifikasi kategori-kategori keputusan yang harus selalu dibuat di dalam berbagai aktivitas belajar mengajar. Ini merupakan keputusan tentang tujuan-tujuan, pokok bahasa, Modul PLPG Penjaskes 2013 244 aktivitas tertentu, pengorganisasian materi, bentuk-bentuk feddback (umpan balik) kepada siswa dan sebagainya. Kategori-kategori keputusan itu diorganisasikan atau disusun di dalam tiga perangkat yang memberikan rangkaian keputusan-keputusan dalam berbagai transaksi belajar mengajar. Perangkap pertama adalah pra-pertemuan (pre-impact), meliputi keputusan-keputusan yang harus dibuat sebelum berhadapan di antara guru dan siswa. Perangkat kedua adalah selama pertemuan (impact), meliputi keputusan-keputusan yang harus dibuat selama penampilan atau pelaksanaan tugas. Perangkat ketiga adalah pasca pertemuan (post- impact),meliputi keputusan-keputusan yang harus dibuat yang berkaitan dengan evaluasi pelaksanaan dan feedback kepada siswa. Dengan kata lain, ketiga perangkat tersebut dapat dikatakan sebagai (1) tahap perencanaan; (2) tahap pelaksanaan; dan (3) tahap evaluasi. Ketiga perangkat ini membentuk suatu anatomi berbagai gaya mengajar.
b. Anatomi Gaya Mengajar Anatomi gaya mengajarkan menyajikan konsep universal, karena keputusan-keputusan dalam tiga perangkat ini biasanya dibuat di dalam berbagai kegiatan mengajar. Struktur gaya mengajar individual dan kedudukan spectrum ini ditentukan dengan mengidentifikasi yang membuat keputusan tertentu di dalam tiap perangkat. Dengan demikian, setiap gaya diidentifikasi dengan pembagian keputusan-keputusan tertentu yang dibuat guru dan siswa di dalam episode yang diberikan. Susunan gaya-gaya mengajar itu mulai dari gaya komando, yang menggambarkan spectrum gaya-gaya mengajar. Penampilan atau pelaksanaan yang telah dilakukan kemudian dievaluasi dan keputusan-keputusan feedback yakni pada pasca pertemuan. Rangkaian keputusan ini selalu berlangsung tanpa mengabaikan lamanya episode atau pelaksanaan pelajaran. Rangkaian ini terjadi jika satu latihan dilakukan, jika satu seri latihan terdiri dari episode, jika suatu keterampilan tertentu dilakukan di dalam permainan bola, atau jika seluruh permainan bola dilakukan. 1) Perangkat Pra Pertemuan Sebelum berbagai penampilan atau pelaksanaan suatu keputusan aktivitas pelajaran harus dibuat, maka pada perangkat pra-pertemuan dibuat keputusan yang berkaitan. a) Tujuan/sasaran pelajaran; yaitu keputusan harus dibuat untuk tujuan kegiatan tertentu. Keputusan ini mengidentifikasi hasil yang dicapai pada akhir pelajaran. b) Penentuan (pemilihan gaya mengajar); yakni guru benar-benar mengetahui kegiatan tertentu. Keputusan ini mengidentifikasi hasil yang dicapai pada akhir pelajaran.
Modul PLPG Penjaskes 2013 245 c) Gaya belajar yang diharapkan; yakni dua keputusan pertama mengarah pada realisasi gaya belajar di dalam episode yang diberikan yang akan mengungkapkan gaya mengajar itu. Keputusan tentang gaya belajar ditemukan untuk mempertinggi keputusan di dalam dua kategori sebelumnya. d) Siapa yang akan diajar; di dalam situasi kelas pelajaran, keputusan harus dibuat kepada siapa dialamatkan pada saat porsi pelajaran yang berbeda; apakah seluruh kelas? Satu kelompok? Atau untuk individu? e) Pokok bahasan/pelajaran; keputusan harus dibuat apakah pokok bahasan akan diajar oleh guru sendiri, atau apakah tugas akan diberikan kepada siswa. Kategori ini meliputi empat keputusan tambahan yaitu: (1) Mengapa pokok bahasan ini disampaikan (2) Ini meliputi dasar pemikiran atau alasan pemilihan tugas ini. Apakah tugas ini menyelesaikan atau mencapai tujuan? (3) Kuantitas; setiap tugas didalam pendidikan jasmani memiliki kuantitas, misalnya, 10 kali menembak; 20 kali push-up; lari 1 km, dan sebagainya. Oleh karena itu, keputusan kuantitas ini harus dibuat. (4) Kualitas; setiap tugas yang dilakukan menyajikan tingkat kualitas yakni bagaimana tugas itu dilakukan? (5) Urutan; setiap tugas di dalam pendidikan jasmani memiliki urutan tertentu, yang menunjukkan urutan atau rangkaian gerakan. f) Di mana mengajar (lokasi); setiap aktivitas berlangsung pada beberapa tempat, maka keputusan lokasi harus dibuat. g) Kapan mengajar; kategori ini meliputi keputusan-keputusan yang berkaitan dengan beberapa aspek waktu, yaitu: (1) Waktu mulai; setiap tugas (misalnya; lari, loncat/lompat, lempar dan sebagainya) memiliki waktu mulai. (2) Kecepatan dan irama pelajaran, tidak ada gerakan tanpa kecepatan dan irama pelajaran dalam pendidikan jasmani. (3) Lama pelajaran; semua aktivitas termasuk pembagian waktu.
(4) Waktu berhenti; setiap tugas berakhir pada waktu yang ditentukan. (5) Interval (selang waktu antara tugas-tugas); yakni menunjukkan pada waktu yang diperlukan diantara dan tugas. (6) Waktu pengakhiran (terminasi). h) Sikap tubuh (postur); semua tugas di dalam pendidikan jasmani meliputi berbagai sikap tubuh untuk membantu atau menyelesaikan tujuan dari setiap tugas. i) Pakaian dan penampilan; keputusan ini menunjukkan pada pakaian dan penampilan dari siswa did alam gedung olahraga, lapangan permainan dan sebagainya. Modul PLPG Penjaskes 2013 246 j) Komunikasi; suatu keputusan harus dibuat tentang komunikasi yang digunakan selama episode, misalnya berbicara demonstrasi fisik dan sebagainya. k) Cara menjawab pertanyaan di dalam berbagai peristiwa belajar- mengajar, berbagai pertanyaan mungkin muncul di antara siswa. l) Rencana/susunan organisasi; kategori ini meliputi semua persiapan logistik yang perlu untuk menyelesaikan atau mencapai tujuan dari episode. m) Parameter; suatu keputusan harus mengenai batas-batas yang mungkin perlu di dalam kategori tersebut di atas, keputusan parameter tentang tempat, waktu dan sebagainya. n) Suasana kelas/pelajaran; kategori ini menunjukkan pada suasana sosial dan sikap di dalam kelas/pelajaran selama episode. Suasana ini ditentukan oleh jumlah total dari keputusan yang dibuat di dalam kategori sebelumnya. o) Materi dan prosedur evaluasi; suatu keputusan harus dibuat tentang jenis evaluasi yang akan dilakukan setelah penampilan/pelaksanaan tugas. p) Lain-lain; seperangkat keputusan pra-pertemuan ini merupakan suatu struktur tambahan. Jika ingin mengidentifikasi kategori tambahan, maka dapat ditambahkan.
2) Perangkat Selama Pertemuan Perangkat selama pertemuan meliputi keputusan-keputusan yang berkaitan dengan penghantaran atau pengalihan dan penampilan tugas- tugas. Keputusan-keputusan yang diambil selama pelajaran berlangsung adalah :
a) Melaksanakan dan mengikuti keputusan-keputusan pra-pertemuan. b) Menyesuaikan keputusan-keputusan Ada beberapa keputusan yang dibuat di dalam kegiatan yang tidak sesuai atau ketidakserasian di dalam berbagai kategori ini. Kadang-kadang hal-hal yang tidak berjalan seperti yang diharapkan di dalam kategori keputusan yang dibuat. Jika hal ini terjadi, maka penyesuaian keputusan dibuat dan episode berjalan terus. Penyesuaian itu tetap pada gerak guru ataupun siswa. c) Lain-lain jika berbagai keputusan lain, sebelumnya tidak diidentifikasi, maka dapat disisipkan atau dimasukkannya.
3) Perangkat Pasca Pertemuan Serangkaian keputusan yang berkaitan dengan evaluasi dengan evaluasi pelaksanaan dan feedback yang diberikan kepada siswa. Keputusan-keputusan ini dibuat selama atau sesudah pelaksanaan tugas. Kategori-kategori ini pada hakikatnya merupakan suatu rangkaian.
Modul PLPG Penjaskes 2013 247 a) Pengumpulan informasi tentang pelaksanaan; pertama guru harus melihat pada pelaksanaan dan mengumpulkan informasi mengenai penampilan atau pelaksanaan itu. Hal ini sebagai dasar membuat keputusan untuk langkah selanjutnya. b) Menilai informasi dengan kriteria Hanya setelah guru mengamati pelaksanaan tugas siswa, guru dapat membuat keputusan tentang apakah memenuhi kriteria yang ditentukan standar dan tujuan yang ditetapkan. c) Feedback, Informasi tentang pelaksanaan telah dikumpulkan, kualitas pelaksanaan telah dinilai dengan kriteria yang ada, maka feedback kepada siswa dapat diberikan. Feedback dapat diberikan dengan berbagai cara, misalnya dengan sikap atau Sentuhan. Ini sebenarnya merupakan cara komunikasi atau interaksi di antara guru dengan siswa. Kebanyakan komunikasi atau interaksi di antara guru dengan perhatian. Perkataan atau perilaku verbal.
3.Pelaksanaan dan Penerapan Spektrum Gaya Mengajar Penjasorkes Pelaksanaan dan penerapan gaya-gaya mengajar dalam pendidikan jasmani perlu disesuaikan dengan kondisi dan situasi belajar-mengajarnya. Dougherly dan Bonanno mengemukakan padangannya terhadap gaya- gaya mengajar dikemukakan oleh Mosston tentang karakteristik, pertimbangan-pertimbangan mengajar tertentu, dan kelebihan dan kekurangannya. Selanjutnya ia mengemukakan pendapatnya dalam melaksanakan dan menerapkan gaya mengajar tersebut, adalah sebagai berikut : 1) Tidak ada gaya mengajar yang paling baik untuk selamanya. Setiap gaya mengajar memiliki kelebihan dan kekurangan tertentu pada gaya itu sendiri. Faktor-faktor ini harus ditekankan yang berkaitan dengan tujuan-tujuan tertentu dari pelajaran, kesiapan siswa untuk mengambil keputusan faktor lain. 2) Ada periode yang membuat atau menyebabkan berhenti yang harus diamati, jika gaya mengajar beralih ke arah yang lebih menekan kepada siswa pada akhir dari rangkaian kesatuan gaya mengajar. Orang (siswa) yang tidak pernah memiliki kesempatan untuk membuat keputusan di dalam kelas/pelajaran tidak dapat mengemukakan dasar pemikiran yang bersifat emosional dan intelektual, diharapkan melakukan atau membuat lebih banyak keputusan melakukan atau membuat lebih banyak keputusan tanpa periode latihan dan pengembangan secara bertahap. Sebaliknya, guru yang membiasakan mendominasi membuat keputusan seharusnya berusaha mengekang perilaku ini dan memberikan lebih banyak kesempatan (Keleluasaan) pada siswa untuk membuat dari gaya mengajar komando. Transisi atau peralihan ini sangat efektif dilakukan secara perlahan dan cermat. Ini jauh lebih meningkatkan Modul PLPG Penjaskes 2013 248 dalam membuat keputusan-keputusan kecil atau sederhana daripada diberikan terlalu banyak tetapi sulit dilakukan siswa. 3) Jika pelajaran ternyata tidak berhasil, maka dengan berhati-hati dalam menilai semua variabel atau faktor did alam situasi mengajar sebeluym menyalahkan gaya mengajar itu sendiri. Sebagaimana di dalam berbagai pengajaran yang lain, terdapat banyak kemungkinan kesulitan yang tidak tampak pada setiap gaya mengajar. Salah satu diantaranya adalah alternatif atau kemungkinan pada gaya mengajar itu. Jika pelajaran mengalami kegagalan, maka pertimbangan dan meninjau kembali semua variabel atau faktor sebelum menyalahkan kegagalan atau ketidaksesuaian pada gaya mengajar itu sendiri. Kita dapat meninjau kembali dan mempertanyakan seperti: a) Apakah siswa mempersiapkan untuk membuat jenis-jenis keputusan sesuai dengan yang diharapkan? b) Apakah guru menyampaikan informasi persiapan yang cukup kepada siswa? c) Apakah guru melakukan gaya mengajar dengan benar? d) Apakah guru memberikan feedback tidak hanya berkaitan dengan penampilan fisik, tetapi juga penyesuaian dengan gaya yang digunakan? e) Apakah gaya mengajar sesuai dengan pelajaran? 4) Jangan ragu atau takut untuk mengkombinasi gaya-gaya mengajar. 5) Jangan terpaku atau terkunci pada gaya mengajar tertentu.
4.Melakukan Penyusunan Model-model Pembelajaran Penjasorkes a. Gaya Komando 6) Anatomi Gaya Komando a) Dalam setiap anatomi gaya, Mosston meninjau dari tiga perangkat keputusan: pra-pertemuan, selama pertemuan berlangsung, dan pasca pertemuan. Keputusan yang dibuat guru dan yang akan diteruskan kepada siswa dinyatakan sebagai berikut: G = Keputusan Guru S = Keputusan Siswa b) Untuk gaya komando atau gaya perintah ini, semua keputusan diambil oleh guru. Jadi diagram tentang keputusan-keputusan untuk gaya komando ini adalah sebagai berikut:
A
Pra-pertemuan G Dalam pertemuan G Pasca pertemuan G
Modul PLPG Penjaskes 2013 249 7) Menyusun pelajaran gaya komando a) Semua keputusan pra-pertemuan dibuat oleh guru (1) Pokok bahasan (2) Tugas-tugas (3) Organisasi (4) Dan lain-lain b) Semua keputusan selama pertemuan berlangsung dibuat oleh guru: (1) Penjelasan peranan guru dan siswa (2) Penyampaian pokok bahasan (3) Penjelasan prosedur organisasi (1) Regu, kelompok (2) Penempatan dalam wilayah kegiatan (3) Perintah yang harus diikuti c) Urutan kegiatan (1) Peragaan (2) Penjelasan (3) Pelaksanaan (4) Penilaian d) Keputusan pasca-pertemuan (1) Umpan balik kepada siswa, (2) Sasarannya: harus memberi banyak waktu untuk pelaksanaan tugas. 8) Implikasi penggunaan gaya komando a) Standar penampilan sudah mantap dan pada umumnya satu model untuk satu tugas. b) Pokok bahasan dipelajari secara meniru dan mengingat melalui penampilan. c) Pokok bahasan dipilih-pilah menjadi bagian-bagian yang dapat ditiru. d) Tidak ada perbedaan individual diharapkan menirukan model. 9) Unsur-unsur khas dalam pelajaran dengan gaya komando a) Semua keputusan dibuat oleh guru b) Menuruti petunjuk dan melaksanakan tugas merupakan kegiatan utama dari siswa. c) Menghasilkan tingkat kegiatan yang tinggi. d) Dapat membuat siswa merasa terlibat dan termotivasi e) Mengembangkan perilaku berdisiplin karena prosedur yang telah ditetapkan. 10) Saluran-saluran pengembangan gaya komando a) Menurut Mosston, selama masa belajar mengajar, setiap orang memperoleh kesempatan untuk mengembangkan keterampilan- keterampilan fisik, sosial, emosional, dan kognitifnya. b) Mosston berbicara tentang empat saluran perkembangan: Modul PLPG Penjaskes 2013 250 (1) Saluran fisik meningkatkan dengan pesat selama menggunakan gaya komando. (2) Saluran sosial-terbatas (3) Saluran emosional terbatas (4) Saluran kognitif terbatas.
b. Gaya Latihan Dalam gaya latihan, ada beberapa keputusan selama pertemuan berlangsung yang dipindahkan dari guru ke siswa. Pergeseran keputusan ini memberi peranan dan perangkat tanggungjawab baru kepada siswa. 1) Anatomi gaya latihan A B Pra-pertemuan : G G Pertemuan : S S Pasca Pertemuan : G G 2) Implikasi gaya latihan a) Satu-satunya keputusan siswa dalam gaya komando adalah untuk bergerak sesuai dengan petunjuk. Dalam episode-episode gaya latihan, siswa harus: (1) Mengenal/mengetahui yang diharapkan dari kelas, (2) Menerima pemberian tugas, (3) Membuat keputusan sambil menjalankan tugas (4) Menerima balikan b) Sekarang disediakan waktu bagi siswa untuk mengatur: kapan memulai, kapan berhenti, waktu sela antara tugas-tugas. c) Siklus kegiatan adalah: (1) Pencapaian tugas oleh guru (peragaan, penjelasan) (2) Pelaksanaan tugas oleh siswa, (3) Pengamatan dan penilaian oleh guru (umpan balik). d) Peranan baru siswa, keputusan-keputusan dan peranan guru harus dijelaskan di kelas. (1) Karena perubahan dari perintah ke latihan, maka siswa perlu memahami peranan mereka dan meyakininya oleh guru. (2) Perubahan menimbulkan ketegangan dan kadang-kadang ketidakpastian, jadi harus diusahakan agar siswa merasa enak dengan tanggung jawab baru mereka. (3) Gaya latihan mungkin perlu dimulai dengan memakai satu tugas saja dan menambah waktu bagi siswa untuk mengambil keputusan dalam beberapa jam pelajaran. Dengan demikian mereka berkesempatan untuk menyesuaikan diri dengan peranan baru mereka.
Modul PLPG Penjaskes 2013 251 3) Merencanakan pelajaran dalam gaya latihan a) Lembaran tugas atau kartu gaya latihan dibuat untuk meningkatkan efisiensi gaya latihan. Ini dapat didesain untuk ditempatkan didinding atau dibuat untuk masing-masing siswa. (1) Membantu siswa untuk mengingat tugasnya (apa yang harus dilakukan dan bagaimana melakukannya). (2) Mengurangi pengulangan penjelasan oleh guru. (3) Mengajar siswa tentang bagaimana mengikuti tanggung jawab tertulis untuk menyelesaikan tugas-tugas. (4) Untuk mencatat kesempatan mengabaikan peragaan dan penjelasan oleh siswa, dan kemudian guru harus menyisihkan waktu lagi untuk mengulangi penjelasan yang telah diberikan. Manipulasi siswa secara demikian akan mengurangi interaksi guru dalam: (a) meningkatkan tanggung jawab siswa, (b) guru mengarahkan perhatian siswa kepada keterangan di lembaran tugas dan pada tugas-tugas lain yang harus dilakukan. b) Desain lembaran tugas (1) Berisi keterangan yang diperlukan mengenai apa yang harus dilakukan dan bagaimana melakukannya, dengan berfokus pada tugas. (2) Merinci tugas-tugas khusus (3) Menyatakan banyaknya tugas (a) Ulangan (b) Jarak (4) Memberi arah bagi siswa dalam melaksanakan tugas. (5) Kriteria yang didasarkan atas hasil yang dapat diketahui dan dilihat oleh siswa. c. Gaya Resiprokal Dalam gaya mengajar resiprokal, tanggung jawab memberikan umpan balik bergeser dari guru ke teman sebaya. Pergeseran peranan ini memungkinkan: Peningkatan interaksi sosial antara teman sebaya dan umpan balik langsung.
1) Anatomi gaya resiprokal Di dalam perangkat keputusan sebelum pertemuan. Pengadaan umpan balik langsung digeser kepada seorang pengamat (a). a) Kelas diatur berpasangan dengan peranan-peranan khusus untuk setiap partner. (1) Salah satu dari pasangan adalah pelaku (p) (2) Lainnya menjadi pengamat (a) (3) Guru (G) memegang peranan khusus untuk berkomunikasi dengan pengamat. Modul PLPG Penjaskes 2013 252
P P a G P G (4) Peranan pelaku sama seperti dalam Gaya Latihan (5) Peranan pengamat adalah memberikan umpan balik kepada pelaku dan berkomunikasi dengan guru. (6) Guru mengamati baik p maupun a tetapi hanya berkomunikasi dengan a. (a) Guru membuat semua keputusan sebelum pertemuan. (b) Pelaku membuat keputusan selama pertemuan (c) Pengamat membuat keputusan umpan balik sesudah pertemuan A U C Pra Pertemuan G G G Dalam Pertemuan G S P Pasca Pertemuan G G a
2) Sasaran gaya resiprokal Sasaran gaya resiprokal ini berhubungan dengan tugas dan peranan siswa. a) Tugas (pokok bahasan) (1) Memberi kesempatan untuk latihan berulang kali dengan seorang pengamat. (2) Siswa menerima umpan balik langsung (3) Sebagai pengamat, siswa memperoleh pengetahuan mengenai penampilan tugas. b) Peranan siswa (1) Memberi dan menerima umpan balik (2) Mengamati penampilan teman, membandingkan dan mempertentangkan dengan kriteria yang ada, menyampaikan hasilnya kepada pelaku. (3) Menumbuhkan kesabaran dan toleransi terhadap kawan. (4) Memberikan umpan balik. 3) Pelaksanaannya gaya resiprokal a) Dalam gaya resiprokal ada tuntutan-tuntutan baru bagi guru dan pengamat. (1) Guru harus menggeser umpan balik kepada siswa (a). (2) Pengamat harus belajar bersikap positif dan memberi umpan balik.
Modul PLPG Penjaskes 2013 253 (3) Pelaku harus belajar menerima umpan balik dari teman sebaya ini memerlukan adanya rasa percaya. b) Keputusan-keputusan (1) Sebelum pertemuan: Guru menambahkan lembaran desain kriteria kepada pengamat untuk dipakai dalam gaya ini. (2) Selama pertemuan: (a) Guru menjelaskan peranan-peranan baru dari pelaku (p) dan pengamat (a). (b) Perhatian bahwa pelaku berkomunikasi dengan pengamat dan bukan dengan guru. (c) Jelaskan bahwa peranan pengamat adalah untuk menyampaikan umpan balik berdasarkan kriteria yang terdapat dalam lembaran yang diberikan. (3) Sesudah pertemuan: (a) Menerima kriteria (b) Mengamati penampilan pelaku (c) Membandingkan dan mempertentangkan penampilan dengan kriteria yang diberikan. (d) Menyimpulkan apakah mengenai penampilan benar atau salah. (e) Menyampaikan hal-hal mengenai penampilannya kepada pelaku. (4) Peranan guru adalah : (a) Menjawab pertanyaan-pertanyaan dari pengamat. (b) Berkomunikasi dengan pengamat saja. Ini memungkinkan timbulnya saling percaya antara pelaku dan pengamat. Komunikasi guru dengan pelaku akan mengurangi peranan pengamat. (5) Pada waktu tugas telah terlaksana, pelaku dan pengamat berganti peranan. (6) Proses pemilihan partner dan pemantauan keberhasilan proses adalah penting. (7) Guru bebas untuk mengamati banyak siswa selama pelajaran berlangsung. c) Pemilihan pokok bahasan: (1) Ini menentukan garis-garis pedoman untuk perilaku pengamat. (2) Lima bagian lembaran kriteria adalah: (a) Uraian khusus mengenai tugas (termasuk pembagian tugas secara berurutan). (b) Hal-hal yang khusus yang harus dicari selama penampilan (kesulitan yang potensial). (c) Gambar atau sketsa untuk melukiskan tugas. Modul PLPG Penjaskes 2013 254 (d) Contoh-contoh perilaku verbal untuk dipakai sebagai umpan balik. (e) Mengingatkan peranan pengamat (apabila siswa telah memahami gaya ini, bagian ini bisa dihapuskan).
d. Gaya Periksa Sendiri Dalam Gaya Periksa Sendiri (self check), lebih banyak keputusan yang digeser ke siswa. Kepada siswa diberikan keputusan sesudah pertemuan, untuk menilai penampilannya. 1) Anatomi gaya periksa sendiri Dalam gaya ini, keputusan-keputusan dibuat seperti dalam gaya latihan, dan kemudian keputusan sesudah pertemuan, untuk diri mereka sendiri. Siswa menyamakan dan membandingkan penampilan dengan kriteria yang telah ditetapkan oleh guru. A B C D Pra-Pertemuan Dalam Pertemuan Pasca Pertemuan G G G G S G G P a G S S 2) Penerapan gaya periksa sendiri Gaya memungkinkan siswa menjadi lebih mandiri dalam melaksanakan tugasnya. Keputusan dari Gaya Latihan dipertahankan, dan keputusan tentang penilaian dalam Gaya Resiprokal bergeser dari mengamati teman sebaya ke mengamati diri sendiri. a) Dalam gaya ini, siswa menjalankan tugas dengan menyamakan dan membandingkannya dengan kriteria yang telah ditentukan oleh guru. Hal ini merupakan tanggung jawab baru bagi siswa, untuk menganalisis dan menilai tugasnya. b) Keputusan sebelum pertemuan Guru membuat keputusan ini menyusun lembaran kriteria. c) Keputusan pada saat pertemuan berlangsung (1) Menjelaskan tujuan gaya ini kepada kelas (2) Menjelaskan peranan siswa dan tekanan penilaian diri. (3) Menjelaskan peranan guru (4) Menjelaskan tugas dan logistik (5) Tentukan parameter-parameternya. d) Keputusan sesudah pertemuan Peranan guru di sini adalah : (1) Mengawasi pelaksanaan tugas yang dilakukan oleh siswa (2) Mengawasi penggunaan lembaran kriteria
Modul PLPG Penjaskes 2013 255 (3) Mengadakan pembicaraan secara perorangan mengenai kecakapan dan ketepatan dalam menggunakan proses periksa sendiri. (4) Di akhir pertemuan, berikan umpan balik secara umum.
3) Implikasi gaya periksa sendiri a) Guru mendorong kemandirian siswa b) Guru mendorong siswa untuk mengembangkan keterampilan untuk memantau diri sendiri, c) Guru mempercayai siswa, d) Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berpusat pada proses periksa sendiri dan pelaksanaan tugas, e) Siswa belajar sendiri, f) Siswa mengenali keterbatasan, keberhasilan dan kegagalannya sendiri. g) Siswa memakai umpan balik dari periksa sendiri untuk berusaha memperbaikinya.
4) Memilih dan menyusun pokok bahasan Tidak semua tugas dalam pendidikan jasmani yang cocok untuk gaya mengajar ini. a) Tugas-tugas yang baru tidak cocok, b) Apabila pusat perhatian diarahkan kepada tugas dan hasil akhir, yaitu pada posisi badan dan postur yang untuk tugas ini tidak cocok, misalnya: (1) Senam, (2) Menyelam, (3) Menari (beberapa komponen), (4) Apabila umpan balik yang diperlukan berasal dari sumber luar, maka gaya mengajar ini tidak cocok. c) Kegiatan-kegiatan yang berkenaan dengan pengetahuan tentang hasil dari gerakan (pengetahuan tentang hasil) akan lebih cocok dengan gaya mengajar ini (shooting dalam bola basket, tugas yang menyangkut jarak dan kecermatan atau proyeksi yang dapat diamati seperti penempatan servis tenis, tendangan ke gawang dan sebagainya).
5) Memilih desain tugas gaya periksa sendiri a) Ada dua pilihan (1) Guru bisa memilih satu tugas untuk semuanya, atau (2) Guru mendesain tugas yang berbeda-beda, menyediakan berbagai tugas. Bisa juga dengan menyediakan tugas yang berbeda untuk memenuhi perbedaan individual dalam tingkat penampilannya.
Modul PLPG Penjaskes 2013 256 b) Lembaran kriteria Lembaran kriteria untuk gaya latihan dapat juga dipakai untuk gaya periksa sendiri ini.
5. Gaya Cakupan/Inklusi Gaya mengajar Inklusi (cakupan) memperkenalkan berbagai tingkat tugas. Sementara gaya komando sampai dengan gaya periksa sendiri menunjukkan suatu standar tunggal dari penampilan, maka gaya inclusion memberikan tugas yang berbeda-beda. Dalam gaya ini, siswa didorong untuk menentukan tingkat penampilannya. Suatu contoh yang menggambarkan contoh dari gaya ini dapat dilihat pada penggunaan tali untuk melompat. Jika tali direntangkan setinggi satu meter dari tanah, dan setiap siswa diminta untuk melompatinya, maka semua akan berhasil. Akan tetapi keberhasilan ini tidak diperoleh semua siswa dengan tingkat kesulitan yang sama. Sebagian siswa dapat melompatinya dengan mudah, sedang sebagian lagi harus mengerahkan kemampuannya untuk dapat melompatinya. Bila ketinggian tali tadi dinaikkan, maka kesulitannya dalam tugas akan meningkat dan akhirnya akan menyebabkan makin sedikit jumlah siswa yang akan berhasil dalam penampilannya. Ini berarti kita telah memberikan suatu standar tunggal bagi semua siswa, dan banyak siswa yang akan dikeluarkan dengan menaikkan tingkat kesulitan dari tugas tersebut. Sekarang, jika tali tadi direntangkan miring dan para siswa diperintahkan untuk melompat, para siswa akan menyebarkan diri sepanjang rentangan tali tadi pada berbagai ketinggian. Hal ini akan memungkinkan para siswa untuk menyesuaikan kemampuannya dengan ketinggian tali tadi.
1) Anatomi gaya inklusi
A B C D E Pra-Pertemuan Dalam Pertemuan Pasca Pertemuan G G G G S G G P a G S S G S S
2) Pelaksanaan gaya inklusi a) Menjelaskan gaya ini kepada siswa b) Satu demonstrasi dengan menggunakan tali yang miring akan memberikan ilustrasi yang sangat baik, c) Siswa disuruh memulai,
Modul PLPG Penjaskes 2013 257 d) Memberi umpan balik kepada siswa tentang peranan siswa dalam pengambilan keputusan, dan bukan penampilan tugas. (1) Tanyakan bagaimana mereka memilih tugas-tugas ini. (2) Fokuskan perhatian pada penggunaan umpan balik yang netral, agar siswa dapat mengambil keputusan tentang tingkat tugas yang sesuai dengan kemampuannya. (3) Amati kesalahan-kesalahan dalam penampilan siswa dan kriteria untuk penampilan dalam tugasnya. 3) Implikasi gaya inklusi a) Salah satu keuntungan yang sangat penting dari gaya ini adalah memperhatikan perbedaan individu, dan memperhatikan kemungkinan untuk lebih maju dan berhasil. b) Memungkinkan siswa untuk melihat ketidaksamaan antara aspirasi atau pengetahuan mereka dengan kenyataan. Mereka akan belajar untuk mengurangi kesenjangan antara kedua hal ini. c) Fokus perhatian ditujukan kepada individu dan apa yang dapat dilakukannya daripada membandingkannya dengan yang lain. d) Siswa mengembangkan konsep mereka sendiri, yang berkaitan dengan penampilan fisik. 4) Memilih dan merancang pokok bahasan a) Konsep tentang tingkat kesulitan Tugas-tugas yang dipilih harus dimulai dari yang sederhana ke yang lebih unik, dengan setiap tugas mempunyai tingkat kesulitan yang ditambahkan.
f. Gaya Penemuan Terpimpin Gaya inklusi (cakupan) merupakan gaya yang terakhir dari kelompok gaya yang memusatkan perhatian pada pengembangan keterampilan fisik daripada siswa. Saluran tekanan dalam gaya komando sampai dengan gaya inclusion yang akan kita bahas, adalah gaya penemuan terpimpin (konvergen) dan gaya Divergen (berlainan), yang penekanannya terpusat pada perkembangan kognitif. Mosston menyatakan bahwa dengan menggunakan strategi-strategi mengajar tersebut ini, maka kita telah melampaui ambang penemuan. Gaya penemuan terpimpin ini disusun sedemikian rupa, sehingga guru harus menyusun serangkaian pertanyaan-pertanyaan yang menurut adanya serangkaian jawaban-jawaban yang disusun guru ini hanya ada satu jawaban saja yang dianggap benar. Rangkaian pertanyaan-pertanyaan tersebut harus menghasilkan serangkaian jawaban-jawaban yang mengarah kepada penemuan konsep-konsep, prinsip atau gagasan- gagasan.
Modul PLPG Penjaskes 2013 258 1) Anatomi gaya penemuan terpimpin
A B C D E F Pra-Pertemuan Dalam Pertemuan
Pasca Pertemuan G G
G G S
G G P
a G S
S G S
S G U G U S 2) Penerapan penemuan terpimpin a) Dalam menyusun pertanyaan bagi siswa, guru harus mengenali prinsip, gagasan, atau konsep yang akan ditemukan. Kemudian guru menyusun pertanyaan-pertanyaan yang akan membawa siswa ke rangkaian tanggapan yang menuju kepada gagasan tersebut. Untuk hal ini perlu dimulai dari jawaban akhir, terus mundur sampai kepada pertanyaan. b) Dalam situasi mengajar yang sesungguhnya, guru harus mengikuti prosedur berikut: (1) Menyampaikan pertanyaan sesuai dengan susunan. (2) Beri waktu untuk jawaban dari siswa (3) Berikan umpan balik (netral atau menilai) mengarahkannya lagi. (4) Ajukan pertanyaan berikutnya (5) Jangan berikan jawaban (6) Bersikap sabar dan menerima c) Merencanakan: (1) Mengenali pokok bahasan yang khusus (2) Menentukan urutan langkah-langkah (pertanyaan dan petunjuk) menuju ke hasil akhir. (a) Setiap langkah didasarkan atas jawaban sebelumnya. (b) Perlu mengharapkan kemungkinan jawaban yang akan diberikan oleh siswa, dan mengarahkan kembali jawaban yang tidak tepat. d) Yang harus dilakukan dengan jawaban yang tidak benar: (1) Ulangi pertanyaan/petunjuknya. Kalau masih salah, ajukan pertanyaan lain yang menguatkan/menjabarkannya. (2) Beri waktu kepada siswa untuk memikirkan jawaban.
3) Implikasi penemuan terpimpin a) Gaya ini menuntut guru untuk menyediakan waktunya untuk menyusun Pertanyaan-pertanyaan yang memaksa siswa untuk berpikir.
Modul PLPG Penjaskes 2013 259 b) Tanggung jawab untuk menemukan merupakan kegiatan utama dari siswa. c) Siswa memerlukan waktu untuk menyesuaikan diri dengan tanggungjawab baru ini. 4) Pokok Bahasan a) Jenis-jenis informasi yang perlu ditemukan adalah: konsep, prinsip, kaidah, hubungan, bagaimana, mengapa, dan batasan- batasan. b) Topik tidak boleh diketahui siswa sebelumnya, kalau tidak, siswa tidak akan memperoleh penemuan. c) Episode-episode dari gaya ini bisa dipakai untuk yang lain bisa juga dipakai pada waktu memberi umpan balik kepada masing- masing siswa. d) Yang paling baik adalah episode yang pendek. e) Ada baiknya menyusun pertanyaan-pertanyaan tersebut sedemikian rupa, sehingga siswa harus mengerjakan jawabannya secara fisik. Dengan demikian, siswa bisa memakai gerakan sebagai media penemuan. g. Gaya Divergen Gaya mengajar Divergen merupakan suatu bentuk pemecahan masalah. Dalam gaya ini siswa memperoleh kesempatan untuk mengambil keputusan mengenai suatu tugas yang khusus di dalam pokok bahasan. Gaya ini memungkinkan jawaban-jawaban pilihan. Ini berbeda dengan gaya penemuan terpimpin, yang pertanyaan-pertanyaannya disusun untuk mendapatkan jawaban-jawaban yang konvergen. Gaya ini disusun sedemikian rupa sehingga suatu masalah pertanyaan atau situasi yang dihadapkan kepada siswa akan memerlukan pemecahan. Rancangan-rancangan yang diberikan akan membimbing siswa untuk memenuhi pemecahan atau jawaban secara individual. 1) Anatomi gaya Divergen A B C D E F G Pra-Pertemuan Dalam Pertemuan
Pasca Pertemuan G G
G G S
G G P
a G S
S G S
S G S G G S G S
S G
2) Sasaran gaya Divergen a) Mendorong siswa untuk menemukan pemecahan ganda melalui pertimbangan-pertimbangan kognitif. Modul PLPG Penjaskes 2013 260 b) Mengembangkan wawasan (insight) ke dalam struktur kegiatan dan menemukan variasi-variasi. c) Memungkinkan siswa untuk bebas dari guru dan melampaui jawaban-jawaban yang diharapkan. d) Mengembangkan kemampuan untuk memeriksa dan menganalisis pemecahan-pemecahannya. 3) Penerapan gaya Divergen a) Mula-mula, mungkin perlu menyakinkan siswa bahwa gagasan dan pemecahan mereka akan diterima. Seringkali siswa sudah terbiasa dengan mereka diberitahu tentang apa yang harus mereka lakukan, dan tidak diperkenankan untuk menemukan sendiri jawaban-jawaban yang benar. b) Pada waktu siswa bekerja mencari pemecahan, guru harus mengawasi dan menunggu untuk memberi kesempatan kepada siswa untuk menyusun jawaban-jawaban mereka. (1) Umpan balik harus dapat membimbing siswa kepada masalah untuk menentukan jawaban yang tepat. (2) Guru harus menahan diri untuk tidak memilih jawaban- jawaban tertentu sebagai contoh. Sebab itu akan mendorong penjiplakan dan bukan pemecahan masalah secara individual. Guru yang efektif akan mampu memilih dan menerapkan secara kreatif model-model pengajaran yang tepat dan sesuai dengan situasi dan kondisi. Apapun model tersebut yang digunakan oleh guru hendaknya diperhatikan kesesuaian model tersebut dengan kondisi anak dan situasi lingkungan. Pemilihan model pengajaran yang sesuai dengan kondisi dan situasi lingkungan itu sering disebut model pengajaran refleksi atau dikenal dengan model pendekatan modifikasi.
Peranan Pendekatan dan Strategi Pembelajaran 1. Pendekatan Pembelajaran Efektivitas pembelajaran sangat ditentukan oleh pendekatan yang dipilih guru, atas dasar pengetahuan guru terhadap siswa, dan sifat keterampilan atau tugas gerak yang akan dipelajari siswa. Berdasarkan karakteristik siswa serta sifat tugas gerak yang ada, pendekatan pembelajaran bisa dibedakan menjadi dua, yaitu pendekatan pembelajaaran langsung dan pendekatan tidak langsung langsung. Dalam pendidikan jasmani, pendekatan pembelajaran langsung memandang bahwa guru melakukan kontrol yang penuh terhadap apa yang siswa pelajari dan bagaimana prosesnya berlangsung. Tugas guru
Modul PLPG Penjaskes 2013 261 penjas dengan menggunakan pendekatan pembelajaran langsung adalah sebagai berikut: Memecah keterampilan ke dalam bagian-bagian tertentu dan berorientasi pada keberhasilan. Merancang tugas yang terstruktur untuk siswa sehingga mudah dipelajari. Secara jelas menerangkan dan mendemonstrasikan tugas gerak yang harus dilakukan siswa. Mewajibkan siswa untuk bertanggung jawab pada tugasnya melalui pembelajaran aktif, kreatif dan umpan balik khusus. Menilai keberhasilan siswa dan pembelajarannya didasarkan pada apa yang dipelajari siswa. Di sisi lain, pendekatan pembelajaran tak langsung mengalihkan tugas mengontrol pembelajaran kepada siswa. Artinya, guru tidak lagi mengendalikan pembelajaran secara penuh, tetapi memberikan kesempatan kepada siswa untuk bersama-sama melakukan berbagai tugas ajar. Pembelajaran tak langsung tidak mudah dijelaskan seperti pembelajaran langsung; tetapi biasanya melibatkan satu atau beberapa gambaran berikut: Materi pelajaran disajikan secara menyeluruh. Materi tidak dipecah menjadi bagian-bagian, karena dianggap bahwa satuan materi akan lebih bermakna bagi siswa. Tugas siswa dalam proses pembelajaran biasanya dikembangkan sehingga pemikiran, perasaan, atau keterampilan berinteraksi dari siswa dikembangkan ke dalam pengalaman belajar yang dirancang oleh guru. Sifat-sifat individual dari kemampuan, minat, dan kebutuhan siswa memperoleh pertimbangan tersendiri.
2. Strategi Pembelajaran Strategi pembelajaran merupakan suatu kesatuan pengertian dari strategi dan pembelajaran. Dengan demikian, strategi pembelajaran secara harfiah dapat diartikan sebagai menyiasati atau mengakali pelaksanaan proses pembelajaran. Tujuannya tentu agar proses pembelajaran itu berhasil. Dalam menyiasati itu terkandung pula pengertian memilih, menetapkan dan menggabungkan berbagai kegiatan belajar siswa dalam berusaha mencapai tujuan pembelajarannya. Startegi adalah operasi atau gerakan sebelum kegiatan pembelajaran itu dilaksanakan seperti halnya militer mengadakan operasi dan gerakan sebelum bertempur. Agar mendapatkan informasi yang lebih jelas dan komprehensif mengenai pengertian strategi pembelajaran mari kita simak pendapat para ahli sebagai berikut: Secara umum strategi adalah alat, rencana, atau metode yang digunakan untuk menyelesaikan suatu tugas (Beckman, 2004:1) Modul PLPG Penjaskes 2013 262 Dalam konteks pembelajaran, strategi berkaitan dengan pendekatan dalam penyampaian materi pada lingkungan pembelajaran (Gerlach dan Elly, 1971:207). Menurut Miarso (2004:530) strategi pembelajaran adalah pendekatan menyeluruh dalam suatu sistem pembelajaran, yang berupa pedoman umum dan kerangka kegiatan untuk mencapai tujuan umum pembelajaran, yang dijabarkan dari pandangan falsafah dan atau teori belajar tertentu. Seels dan Richey (1994:31) menyatakan bahwa strategi pembelajaran merupakan rincian dari seleksi pengurutan peristiwa kegiatan pembelajaran. Strategi pembelajaran ini terdiri dari metode-metode, teknik-teknik maupun prosedur-prosedur yang memungkinkan siswa mencapai tujuan. Strategi pembelajaran sebagai seperangkat kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mencapai tujuan tertentu (Kauchak dan Eggen, 1993:12). Dari batasan-batasan tersebut di atas, dapat dipahami bahwa strategi pembelajaran merupakan pola umum kegiatan pembelajaran, rangkaian perbuatan guru-siswa dalam mewujudkan peristiwa pembelajaran yang efektif untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran. Strategi pembelajaran pada hakikatnya berkenaan dengan: (1) urutan kegiatan pembelajaran, (2) metode atau teknik pembelajaran, (3) media pembelajaran, dan (4) pembagian peran (fungsi) antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Dengan demikian, maka stategi pembelajaran bukan merupakan proses yang pasti dan siap dipakai dalam segala situasi dan tujuan pembelajaran. Strategi pembelajaran adalah merupakan hasil pilihan yang disesuaikan dengan situasi dan tujuan pembelajaran tertentu.
B. Jenis-Jenis Strategi Pembelajaran Secara garis besar terdapat sedikitnya tujuh strategi pembelajaran yang berhubungan dengan penataan pengalaman belajar dalam penjas, yaitu: Strategi pembelajaran interaktif (interactive teaching) Strategi pembelajaran berpangkalan/berpos (station teaching) Strategi pembelajaran sesama teman (peer teaching) Strategi pembelajaran kooperatif (cooperative learning) Strategi pembelajaran diri (Self-instructional strategies) Strategi pembelajaran kognitif (Cognitive strategies) Strategi pembelajaran beregu (Team teaching) Strategi di atas sama sekali tidak inklusif dan sulit ditampilkan secara murni sebagai suatu strategi yang mandiri dalam pembelajaran.
Modul PLPG Penjaskes 2013 263 Kebanyakan dari strategi di atas dapat dikombinasikan dengan yang lain untuk memberikan pengalaman belajar yang berbeda. 1. Pembelajaran Interaktif Strategi yang benar-benar paling umum dalam perencanaan pengalaman belajar dalam pendidikan jasmani adalah strategi yang bersifat interaktif. Umumnya kita tidak akan kesulitan mengkonseptualisasikan strategi interaktif. Pengertian pengajaran mempunyai makna guru memberitahukan, menunjukkan, atau mengarahkan sekelompok anak tentang apa yang harus dilakukan; lalu siswa melakukannya; dan guru mengevaluasi seberapa baik hal itu dilakukan dan mengembangkan isi pelajaran lebih jauh. Inilah tipe dari pengajaran interaktif. Dalam pengajaran jenis ini, guru mengontrol proses pengajaran. Dalam pengajaran interaktif, gerakan guru didasarkan pada respons siswa pada gerakan guru sebelumnya. Rencana guru memudahkan proses itu, tetapi gerakan guru selanjutnya didasarkan pada respons murid. Guru sangat dominan dalam strategi ini dan yang paling bertanggung jawab dalam untuk keempat fungsi pengajaran dalam menyusun pengalaman pembelajaran yang dibicarakan di bagian sebelumnya. Biasanya seluruh kelas bekerja pada tugas yang sama atau dalam kerangka tugas yang sama. Bandingkan strategi ini dengan gaya komando; keduanya memiliki perangkat ciri yang sama. 2. Strategi Pembelajaran Berpangkalan Pengajaran berpangkalan menata lingkungan sehingga dua atau lebih tugas bisa berlangsung dalam ruangan secara bersamaan. Biasanya, setiap tugas harus dilakukan dalam pangkalan yang berbeda dengan tugas lainnya, sehingga setiap tugas memiliki pangkalannya masing-masing. Siswa berputar dari satu pangkalan ke pangkalan lain. Kadang-kadang, pengajaran berpangkalan ini disebut juga pengajaran tugas. Pengajaran ini telah menjadi strategi yang sangat populer dalam pendidikan jasmani. Jika dilakukan secara efektif, strategi ini akan menyediakan satu kerangka untuk pengalaman pembelajaran yang memuaskan seluruh fungsi pengajaran. Strategi ini dalam tataran gaya mengajar, serupa dengan gaya latihan (practice style). 3. Strategi Pembelajaran Sesama Teman (Peer Teaching) Pengajaran sesama teman adalah strategi pengajaran yang mengalihkan tanggung jawab guru dalam fungsi pengajarannya kepada siswa. Strategi ini biasanya digunakan bersamaan dengan strategi lain tetapi berharga untuk dieksplorasi secara terpisah. Sebenarnya, strategi pengajaran sesama dapat digunakan dengan setiap fungsi pengajaran yang sesuai, baik untuk keseluruhan pelajaran maupun hanya sebagian pelajaran. Strategi ini tidak terlalu jauh berbeda dengan gaya berbalasan (reciprocal style), dalam hal ini siswa sendiri memberikan pengarahan kepada siswa lainnya. Bedanya, dalam pengajaran sesama teman, siswa yang bertindak sebagai pengajar tidak hanya berhadapan dengan satu siswa, tetapi bisa dengan sekelompok siswa. Modul PLPG Penjaskes 2013 264 4. Strategi Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif mulai populer sejak diperkenalkan pertama kali oleh Johnson dan Johnson tahun 1975. Pembelajaran kooperatif memiliki potensi untuk meningkatkan kegiatan belajar anak, juga memberikan sumbangan yang cukup signifikan pada pengembangan keterampilan sosial dan afektif. Dalam pembelajaran kooperatif, sekelompok siswa diberi suatu tugas pembelajaran atau suatu proyek untuk diselesaikan oleh kelompoknya. Para siswa dikelompokkan secara heterogen berdasarkan pertimbangan yang berbeda seperti ras, kemampuan, atau kebutuhan sosialnya. Kelompok, juga sebagai individu, dinilai sesuai dengan seberapa baik mereka menyelesaikan tugasnya, di samping dari cara mereka bekerja sama dengan yang lain. Seperti juga strategi yang lain, keuntungan yang bisa diperoleh dari strategi ini tidak bisa terjadi otomatis. Siswa harus dipersiapkan dengan baik agar harapan untuk terlibat dalam bekerja sama bisa terbentuk. Hasil yang positif dapat dicapai hanya jika tujuan yang diberikan kepada siswa bermakna, siswa diajari bagaimana caranya bekerja sama, dan akuntabilitas untuk proses dan hasil dari pengalaman belajar itu terbukti nyata kepada siswa. 5. Strategi Pembelajaran Mandiri Dalam arti sederhana, strategi pembelajaran mandiri melibatkan program yang ditetapkan sebelumnya untuk pembelajaran yang boleh melibatkan guru dalam peranan tutorial atau pengaturan tetapi pada dasarnya mengurangi fungsi pengajaran guru yang lebih tradisional selama prosesnya. Strategi pengajaran sendiri menyandarkan diri sepenuhnya pada materi tertulis, media, dan prosedur evaluasi yang ditetapkan sebelumnya. Strategi ini dapat dipakai untuk memenuhi satu atau lebih, terkadang seluruhnya, fungsi pengajaran. Di samping dapat digunakan untuk satu pelajaran tunggal atau sebagian dari pelajaran, strategi pengajaran sendiri dapat dirancang untuk seluruh satuan pelajaran dalam satu semester. Siswa dapat belajar, baik dalam batasan kelas maupun mandiri dari periode kelas yang terstruktur. Materi yang mencakup tahapan tugas, petunjuk untuk melakukan tugas, rekomendasi latihan, dan alat penilaian, disediakan oleh guru. Siswa dan atau guru memutuskan di mana siswa harus mulai masuk ke tahapan yang ada dan di mana siswa akan mengakhirinya. Amatlah jelas bahwa siswa yang diharuskan memanfaatkan strategi pengajaran-sendiri haruslah siswa yang bermotivasi tinggi, bisa mengatur diri, dan pada titik tertentu, banyak mengetahui dalam bagaimana memanfaatkan waktu dan materi yang disediakan. Motivasi, pengaturan diri, dan keterampilan dalam menggunakan materi pembelajaran akan memakan waktu dalam mengembangkannya. Guru bisa dianggap kurang bijaksana untuk menggunakan strategi ini jika belum mengembangkan kemampuan-kemampuan di atas.
Modul PLPG Penjaskes 2013 265 6. Strategi Pembelajaran Kognitif Strategi kognitif adalah nama yang diberikan pada sekelompok strategi pembelajaran yang dirancang untuk melibatkan siswa secara kognitif dalam isi pelajaran melalui penyajian tugasnya. Istilah gaya pemecahan masalah, penemuan terbimbing (Mosston, 1986), dan gaya lain yang memerlukan fungsi kognitif anak, seperti pembelajaran melalui pertanyaan (Siedentop, 1991), atau inquiry learning. Semua model di atas pada dasarnya menggambarkan pendekatan yang melibatkan siswa dalam memformulasikan respons sendiri dari pada hanya meniru apa yang sudah diperlihatkan guru sebelumnya. Guru menggunakan strategi kognitif karena strategi ini mendukung salah satu atau beberapa dari hal berikut: Proses pembelajaran sama pentingnya dengan apa yang dipelajari. Siswa diperkirakan akan terlibat dengan isi pelajaran pada tingkat yang lebih tinggi jika peranan mereka dalam proses pembelajaran diperluas. Strategi kognitif memungkinkan isi pelajaran lebih individual. Strategi kognitif merupakan cara yang baik untuk mengajarkan konsep kepada siswa, dan konsep memiliki potensi untuk ditransfer pada isi pelajaran lain yang serupa. Tingkat keterlibatan siswa bervariasi sesuai dengan tingkat respons kognitifnya. Ketika guru mengetengahkan masalah yang memerlukan jawaban benar yang tunggal, pemecahan masalah itu biasanya disebut convergent problem solving. Ketika masalah tersebut bersifat terbuka dan tidak memerlukan satu jawaban terbaik, maka pemecahan masalah tersebut disebut divergent problem solving. 7. Strategi Pembelajaran Beregu Pengajaran beregu adalah strategi pengajaran yang melibatkan lebih dari satu orang guru yang bertanggung jawab untuk menyajikan pelajaran kepada sekelompok siswa. Ketika pelajaran pendidikan jasmani bersifat co- educational (melibatkan siswa putra dan putri), banyak pendidik melihat bahwa team teaching sebagai cara untuk memenuhi kebutuhan baik putra maupun putri yang terkelompokkan secara heterogen dengan mendapat guru pria dan wanita di saat bersamaan. Namun demikian, potensi atau keuntungan team teaching bukan hanya itu, melainkan sangat diperlukan dalam pengajaran yang membagi siswa menjadi beberapa kelompok pada saat bersamaan, dan harus melakukan kegiatannya di tempat-tempat yang terpisah. Keuntungan team teaching yang paling mencolok adalah dalam hal: Pengelompokkan yang fleksibel. Keuntungan utama dari team teaching adalah pengelompokkan yang fleksibel, dengan penggunaan strategi yang sudah dikemukakan di atas. Dalam cara ini, siswa dapat dibagi secara berbeda dalam setiap periode pelajaran tertentu untuk keperluan mengindividualisasikan program, didasarkan pada tingkat keterampilan, minat, kebutuhan sosial, atau kriteria apapun yang dipandang guru penting. Ukuran kelompok dapat tetap dipertahankan fleksibel, sehingga bisa berubah manakala diperlukan. Peranan guru dapat bergantian, sekali waktu menjadi guru Modul PLPG Penjaskes 2013 266 utama, dan di lain kali menjadi guru pendukung. Guru pendukung dapat dimanfaatkan dalam pengajaran untuk mengidentifikasi siswa yang memerlukan bantuan dan segera memberikannya tanpa harus bertanggung jawab untuk seluruh pelajaran. Umpan balik dan penilaian agak sulit dalam pengajaran kelompok dengan hanya satu orang guru. Memenuhi kebutuhan individual siswa merupakan potensi kekuatan dari team teaching ini.
C. Gaya-Gaya Mengajar Pada tahun 1966, Muska Mosston telah membuat sumbangan yang sangat monumental terhadap metodologi pembelajaran pendidikan jasmani. Mosston telah mengidentifikasi bahwa dalam pembelajarannya cara guru bisa dibedakan dari bagaimana ia memperlakukan dan melibatkan siswa dalam pembelajaran. Cara guru melibatkan siswa ini akhirnya lajim disebut gaya mengajar (teaching style), yang bergerak dari gaya yang disebut komando hingga gaya pengajaran diri sendiri. Karena gaya pembelajaran intinya memberikan kesempatan pada murid untuk mengambil keputusan, di manakah siswa dan guru dapat berbagi kesempatan tersebut? Menurut Mosston, guru dan siswa dapat saling tawar menawar dalam memperoleh kesempatan dalam perihal perencanaan, pelaksanaan, dan dalam penilaian pelaksanaannya. Atau dalam istilah yang di pakainya, Mosston menyebutnya setting pre-impact, impact, dan post-impact.
Gaya Penmbelajaran Pendidikan Jasmani Gaya A Komando (Command Style) Semua keputusan dikontrol guru. Murid hanya melakukan apa yang diperintahkan guru. Satu aba-aba, satu respons siswa.
Gaya B Latihan (Practice Style) Guru memberikan beberapa tugas, siswa menentukan di mana, kapan, bagaimana, dan tugas mana yang akan dilakukan pertama kali. Guru memberi umpan balik.
Gaya C Berbalasan (Reciprocal Style) Satu siswa menjadi pelaku, satu siswa lain menjadi pengamat dan memberikan umpan balik. Setelah itu, bergantian.
Gaya D Menilai diri sendiri (Self Check Style) Siswa diberi petunjuk untuk bisa menilai penampilan dirinya sendiri. Pada saat latihan, siswa berusaha menentukan kekurangan dirinya dan mencoba memperbaikinya.
Gaya E Partisipatif atau Inklusif (Inclusion Style) Guru menentukan tugas pembelajaran yang memiliki target atau kriteria yang berbeda tingkat kesulitannya, dan siswa diberi keleluasaan untuk menentukan tingkat tugas mana yang sesuai dengan kemampuannya. Dengan begitu, setiap anak akan merasa berhasil, dan tidak ada yang merasa tidak mampu.
Gaya F Penemuan Terbimbing (Guided Discovery) Guru membimbing siswa ke arah jawaban yang benar melalui serangkaian tugas atau permasalahan yang dirancang guru. Guru setiap kali meluruskan atau memberikan petunjuk untuk mengarahkan anak pada penemuan itu.
Gaya G Pemecahan Masalah (Problem Solving) Guru menyediakan satu tugas atau permasalahan yang akan mengarahkan siswa pada jawaban yang bisa diterima untuk memecahkan masalah itu. Oleh karena itu, jawaban atau pemecahan yang diajukan siswa bisa bersifat jamak. Gaya H, I, J Program yang dirancang siswa/Inisiatif siswa/Pengajaran diri Sendiri (Learner designed program/learner initiated/self-teaching) Siswa mulai mengambil tanggung jawab untuk apa pun yang akan dipelajari serta bagaimana hal itu akan dipelajari.
Kotak 6-1
Modul PLPG Penjaskes 2013 267 Prosedur Pembelajaran a. Pre-impact set, mencakup semua keputusan yang harus dibuat sebelum terjadinya tatap muka antara guru dengan murid. Keputusan dalam setting ini mencakup tugas gerak yang harus dipelajari, waktu, pengorganisasian alat, tempat berlangsungnya gerak, kriteria keberhasilan, serta prosedur dan materi penilaiannya. Keputusan ini menegaskan tentang maksud. b. Impact set, meliputi keputusan-keputusan yang berhubungan dengan pelaksanaan maksud di atas, atau hal-hal yang diputuskan pada tahap pre-impact set. Keputusan dalam tahap ini menentukan aksi. c. Post-impact set, memasukkan keputusan yang berhubungan dengan penilaian penampilan atau pelaksanaan tugas pada masa impact set serta kesesuaian antara maksud dan aksi. Pemberian koreksi dan umpan balik serta penilaian, termasuk pada setting ini.
D. Metode Pembelajaran Metode pembelajaran secara umum meliputi keseluruhan cara atau teknik dalam menyajikan bahan pelajaran kepada siswa serta bagaimana siswa diperlakukan selama pembelajaran tersebut. Oleh karena itu, secara umum, pembahasan tentang metode mengajar bukan hanya bersinggungan dengan disikusi tentang apakah pelajaran perlu diberikan secara keseluruhan (whole method) ataukah sebagian-sebagian (part method), tetapi juga tentang metode yang berhubungan secara langsung dengan memperlakukan siswa dan pengaturan waktu. 1. Metode Bimbingan Teknik atau metode bimbingan adalah metode yang paling umum dalam proses pembelajaran, di mana siswa dituntun dengan berbagai cara melalui pemolaan gerak. Dalam penggunaannya metode ini mempunyai beberapa tujuan, dan yang paling utama adalah untuk mengurangi kesalahan serta memastikan bahwa pola gerak yang tepat sudah dilakukan. Penggunaan metode bimbingan amat penting terutama dalam cabang olahraga yang berbahaya seperti senam sehingga memerlukan bantuan untuk mengurangi timbulnya bahaya. Demikian juga dalam renang, ketika siswa pertama kali mempelajarinya dan merasa takut. Di sini siswa tentu perlu dibantu, baik secara langsung oleh bimbingan guru atau lewat pemakaian alat-alat penolong. Jenis belajar terbimbing. Metode bimbingan bisa dilakukan dengan berbagai cara tergantung setting pembelajarannya. Beberapa bentuk bimbingan sedikit longgar, sehingga hanya memberikan sedikit bantuan untuk tampil kepada siswa. Contohnya adalah pada pembelajaran sepak bola atau menari ketika guru hanya memberikan tanda-tanda verbal untuk membantu siswa mengerti tugas yang dilakukannya. Bimbingan dalam jenis ini bisa kontak langsung dengan guru atau dengan alat tertentu seperti pada senam. Modul PLPG Penjaskes 2013 268 Efektivitas metode latihan terbimbing. Penelitian menyatakan bahwa metode bimbingan memang efektif dalam membantu siswa melakukan tugas geraknya. Namun demikian, kemampuan siswa dalam menampilkan tugasnya itu segera hilang ketika bimbingan yang semula diterimanya itu ditiadakan. Hal ini menandakan bahwa metode ini hanya efektif jika keberadaannya tetap dipertahankan terus. Tetapi, kita pun tahu bahwa tidaklah mungkin bahwa siswa tetap tergantung terus pada adanya bimbingan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode bimbingan kurang dapat dipertanggung jawabkan. Namun begitu bukan berarti bahwa latihan terbimbing tidak perlu digunakan lagi. Keuntungannya tetap ada jika metode bimbingan diterapkan pada dua kondisi di bawah ini: a. Latihan dini. Dalam latihan yang sangat dini, ketika siswa sedang mengembangkan gagasan tugas yang sangat primitif, prosedur bimbingan dapat sangat berguna. Prosedur itu akan dapat membantu siswa memperjelas gambaran dasar suatu keterampilan, memberikan petunjuk tentang apa yang harus dilakukan, serta memicu perhatian siswa kapan ia harus memulai gerak tubuhnya. Untuk menghindari efek buruk dari metode ini, maka bantuan harus segera dihilangkan ketika siswa mulai mampu melakukan tugasnya secara mandiri. b. Tugas berbahaya. Kekecualian lain penggunaan prosedur bimbingan adalah pada situasi yang berbahaya. Bimbingan fisik, seperti sabuk penopang yang sering digunakan siswa ketika mempelajari keterampilan senam, dapat mencegah terjadinya salah gerak yang membahayakan. Jika alat tidak tersedia, guru harus mampu memberikan bimbingan fisik pada saat-saat kritis. Ketika siswa berhasil menambah kemampuannya, besaran bantuan secara bertahap dikurangi, hingga akhirnya dihilangkan sama sekali. Dalam kondisi ini, prosedur bimbingan mempunyai manfaat lain, yaitu mengurangi rasa takut dan keraguan siswa. Keyakinan siswa bahwa dirinya tidak akan cedera dapat menambah kefektifan konsentrasi pada gerak yang sedang dipelajarinya. 2. Metode Latihan Padat dan Terdistribusi Guru pendidikan jasmani harus membuat keputusan sekaitan dengan seberapa lama dalam satu episode pembelajaran siswa harus melatih suatu keterampilan, dan bagaimana waktu yang tersedia ini dimanfaatkan, apakah langsung dihabiskan sekaligus atau diselingi istirahat. Umumnya, unit pengajaran dalam pendidikan jasmani menghabiskan waktu latihannya hanya untuk menguasai satu keterampilan, misalnya pass bawah pada permainan voli. Hari lain, keterampilan yang dipelajari dari voli ini sudah berbeda, misalnya jadi pass atas, dan tidak pernah lagi secara khusus kembali melatih pass bawah. Jika ini yang dilakukan, guru mempunyai pilihan, apakah keterampilan akan dilatih oleh anak secara terus menerus, sampai waktu habis, atau
Modul PLPG Penjaskes 2013 269 menetapkannya dalam satuan waktu tertentu diselingi istirahat. Pilihan yang pertama disebut massed practice atau sering disebut latihan padat, sedangkan pilihan kedua disebut distributed practice atau latihan terdistribusi. 3. Metode Latihan Terpusat dan Acak Di samping latihan bisa dibedakan secara padat dan terdistribusi, latihan pun bisa dibedakan secara terpusat (blocked practice) dan acak (random practice). Latihan terpusat dan acak biasanya digunakan untuk pembelajaran gerak yang melatih beberapa keterampilan dalam satu pertemuan. Latihan disebut terpusat jika dua atau tiga keterampilan yang dilatih dilaksanakan satu persatu hingga jumlah ulangan atau waktu yang ditentukan terselesaikan, sebelum dilanjutkan ke keterampilan lain. Contohnya, tiga buah keterampilan dalam badminton dijadikan isi pelajaran, misalnya serve, smes, dan cop. Guru akan meminta siswa melatih dulu serve, misalnya 20 kali, kemudian pindah ke gerakan smes, juga 20 kali, baru pindah ke cop, 20 kali. Intinya, latihan terpusat dilaksanakan dengan mendahulukan satu tugas hingga selesai sebelum berpindah ke tugas lain. 4. Metode Keseluruhan versus Bagian Beberapa keterampilan terdiri dari beberapa gerakan yang sangat kompleks. Dari kenyataan tersebut cukup jelas bahwa alangkah sulitnya bagi guru untuk menampilkan semua aspek keterampilan tersebut sekaligus kepada siswa. Terhadap tugas yang demikian tentunya guru harus mampu menyesuaikan prosedur dan pendekatan yang tepat. Metode yang sering digunakan manakala menghadapi gerakan tersebut, biasanya guru akan membagi tugas tadi menjadi bagian-bagian kecil (sesuai teknik dasarnya). Setiap bagian tersebut dilatih satu persatu sesuai urutan teknik dasarnya, untuk kemudian disatukan setelah semua bagian terkuasai agar menjadi satu keterampilan yang utuh. Jika ini yang ditempuh guru, maka ia sedang menerapkan metode bagian (part method). Satu hal yang diakui para ahli, bahwa menyatukan bagian-bagian menjadi keseluruhan ternyata tidak mudah. Anak akan menemukan kesulitan dalam mempersatukan konsep, bagaimana bagian-bagian yang terpisah tadi bisa membentuk gambaran yang utuh? 5. Metode Pengajaran yang Berdasarkan pada Bahan Ajaran Bahan ajar mempunyai pengaruh nyata terhadap keberhasilan belajar siswa. Bahan ajar yang berbelit-belit dan tidak keruan strukturnya akan sulit diserap siswa. Sebaliknya bahan ajar yang berstruktur ketat denagan poko bahasan yang banmyak akan menyulitkan siswa untuk belajar. Bahan ajar yamg mengandung hal-hal yang jelek tantu saja akan menyebabkan siswa turut jelek dalam belajarnya. Metode ini disebut metode global gestalt. Eggen (1979:132-139) menjelaskan tentang garis besar langkah-langkah utama metode global adalah sebagai berikut: Modul PLPG Penjaskes 2013 270 a. Penyajian konsep /generalisasi. Pada langkah ini dikemukakan definisi, konsep, keterangan, penjelasan tentang keterampilan uang menjadi bahan ajar. Penyajian yang berupa lnformasi itu dapat disampaikan melalui pelbagai media dan alat bantu pengajaran yang cocok untuk bahan ajar terdebut. Dalam hal gerak, media yang paling cocok adalah media slide, film, dan orang yang mampu mempertunjukan baik sebagai contoh didepan siswa atau benar-benar melakukan yang sebenarnya seperti dalam pertandingan, festival, atau pertunjukan. Sebagai contoh dalam belajar renang dapat disampaikan melalui gambar-gambar, slide, film, demonstrasi oleh guru atau anak yang mahir, perenang atau melihat pertandingan renang itu sendiri. Berdasarkan efisiensi waktu, yang paling cocok untuk pendidikan jasmani adalah demonstrasi oleh guru, anak yang mahir, atau perenang didepan siswa. b. Penjelasan tentang definisi. Pada tahap ini istilah-istilah yang terkandung dalam konsep tersebut digunakan. Dalam hal pelajaran renang istilah-lstilah yang terkandung dalam renang itu dijelaskan. Penjelasan mengenai gerakan-gerakan dasar merupakan hal poko yang harus diterangkan. c. Penyajian bahan ajar . Pada tahap ini bahan dasar ini disajikan untuk dicoba dn dialami para siswa. Kegiatan belajar siswa dalam tahap ini ialah berlatih semua bahan ajar itu sampai dikuasai secara keseluruhan. Secara garis besarnya metode global-parsial ini dikemukakan sebagai berikut. a. Penyajian konsep. Pada langkah ini konsep gerakan atau keterampilan gerak itu disampaikan melalui pelbagai media pembelajaran. Tujuannya ialah membentuk persepsi yang utuh dan jelas. Slide, film, dan demonstrasi biasanya digunakan dalam langkah ini. b. Praktek secara keseluruhan. Gerak atau keterampilan fisik yang menjadi pokok bahasan itu dipraktekan secara utuh. Maksudnya ialah menanamkan kesan motorik atau gerak secara umum kepada siswa. c. Berlatih bagian. Langkah ini berisi latihan-latihan yang menekankan pada bagian-bagian dari gerak atau keterampilan motorik yang menjadi pokok bahasan. Tujuannya adalah agar siswa menguasai bagian ini dengan tepat. d. Praktek secara keseluruhan. Setelah berlatih bagian-bagian, siswa kembali mempraktekan gerakan atau keterampilan motorik yang dipelajarinya secara utuh. e. Berlatih bagian. Setelah praktek secara keseluruhan, siswa kembali dengan latihan bagian. Pada kesempatan ini guru mengadakan perbaikan secara individual. Langkah praktek global dan parsial itu dapat dilakukan silih berganti sampai dianggap cukup. 6. Metode Permainan Pendekatan ini juga sering disebut metode bermain, berlandaskan anggapan dasarnya pada sifat manusia yang hakiki yaitu suka
Modul PLPG Penjaskes 2013 271 bermain.sifat ini merupakan suatu segi dari manusia sebagai mahluk sosial, karena keterlibatan dalam permainan ini menuntut kesediaan mematuhi dan menjalankan peraturan dan sanksi yang pada hakikatnya berasal dari budaya masyarakat. Anggapan dasar dari proses belajar pendekatan bermain ini adalah anak-anak di masyarakat telah bisa melakukannya. Hal ini disebut sosialisasi yang berlaku secara informal dan dalam bentuk permainan. Demikian pula pelajaran pendidikan jasmani di kelas-kelas rendah itu dapat dilakukan dengan kebiasaan sosialisasi di masyarakat. Pada garis besarnya pendekatan permainan ini meliputi jenis-jenis berikut : 1) Permainan meniru. Gerakan atau pokok bahasan meniru perilaku hewan, manusia atau mesin yang bergerak. 2) Permainan peran. Tugas gerak atau pokok bahasannya dikemas dengan peranan-peranan suatu pekerjaan. Kadang-kadang juga hanya diandaikan saja menyerupai peranan satu jabatan atau pekerjaan seperti supir, kusir atau petani sedang mencangkul atau suatu profesi, jabatan, atau pekerjaan lain. 3) Permainan fantasi. Gerakan atau pokok bahasan yang diajarkan dikemas dengan dunia dongeng atau imajinasi yang lain. 4) Permainan dramatisasi. Tugas-tugas gerak disusun dalam suatu lakon dengan kerangka kerja drama. 7. Metode Perlombaan Pendekatan ini sama dengan permainan. Perlombaan ini merupakan cerminan budaya masyarakat. Perlombaan merupaka alat untuk sosialisasi generasi muda dalam melestarikan warisan budaya masyarakatnya. Pada dasarnya perlombaan ini merupakan suatu persaingan dalam bentuk sederhana atau individu, kelompok, atau masyarakat. Bentuk yang lebih kompleks adalah pertandingan bisa terdapat dalam dunia olahraga. Perlombaan dan pertandingan ini bersumber dari kinginan naluriah manusia untuk menonjolkan diri di antara sesamanya. Dalam belajar naluri ini dianggap sebagai motivator perilaku pelajar. Secara garis besarnya langkah-langkah penerapan metode perlombaan dikemukakan sebagai berikut ini; a. Tetapkan sasaran yang akan dicapai b. Jelaskan cara-cara mencapai sasaran tersebut c. Tetapkan criteria keberhasilan dan kemenangan d. umumkanlah siapa-siapa yang menang Keuntungan yang dapat diperoleh dari metode ini anatara lain ialah: 1. Memberikan kesempatan mengembangkan segi-segi sosial siswa yang sesuai dengan adat kebiasaan masyarakat. 2. Suasana yang cenderung bebas dan informal memberikan kemungkinan kebebasan dan membuat keputusan. Sedangkan kelemahan metode ini antara lain : 1. Terlalu banyak waktu sehingga kurang efisien dalam membina keterampilan teknik gerakan. Modul PLPG Penjaskes 2013 272 2. Karena bebas dan informal sering terjadi kehilangan sasaran dan cenderung menekankan pada segi hura-hura ketimbang peningkatan keterampilan geraknya.
E. Rangkuman Salah satu masalah utama dalam pendidikan jasmani di Indonesia, hingga dewasa ini, ialah belum efektifnya pengajaran pendidikan jasmani di sekolah-sekolah. Kondisi kualitas pengajaran pendidikan jasmani yang memprihatinkan di sekolah dasar, sekolah lanjutan dan bahkan perguruan tinggi telah dikemukakan dan ditelaah dalam berbagai forum oleh beberapa pengamat pendidikan jasmani dan olahraga. Kondisi ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya ialah terbatasnya kemampuan guru pendidikan jasmani dan terbatasnya sumber-sumber yang digunakan untuk mendukung proses pengajaran pendidikan jasmani. Sebagai akibat dari kondisi seperti ini, anak dapat menjadi kurang senang terhadap Pelajaran pendidikan jasmani. Tugas-tugas ajar yang merupakan keterampilan kompleks itu sesungguhnya hanya mampu dilakukan upaya memodifikasi tugas gerak yang memodifikasi tugas gerak yang kompleks menjadi tugas gerak yang sederhana maka dapat diramalkan tingkat keberhasilan siswa dalam menyelesaikan tugas yang harus dipelajari tergolong rendah. Tujuan utama pengajaran pendidikan jasmani di sekolah adalah memantau peserta didik agar meningkatkan keterampilan gerak mereka, disamping agar mereka merasa senang dan mau berpartisipasi dalam berbagai aktivitas. Salah satu spectrum model pengajaran lain juga dikemukakan Mosston (1996). Model Mosston ini didasarkan atas asumsi bahwa keputusan terhadap proses dan produk pengajaran hendaknya bergeser dari pengajaran terpusat pada guru ke terpusat pada anak, dari siswa terikat menjadi siswa bebas (aktif).
F. Soal-soal Latihan Soal Latihan Uraian Jawablah pertanyaan berikut ini dengan singkat dan tepat!
1. Jelaskan yang dimaksud dengan model-model pembelajaran! 2. Sebutkan macam-macam model-model pembelajaran Penjasorkes! 3. Jelaskan berbagai langkah yang harus ditempuh dalam mengembangkan model-model pembelajaran Penjasorkes! 4. Jelaskan mengapa seorang guru dituntut untuk mengembangkan model-model pembelajaran dalam proses pembelajaran! 5. Buatlah salah satu materi pembelajaran Penjasorkes dengan menggunakan model pembelajaran gaya resiprokal! 6. Jelaskan dengan singkat anggapan dasar mengapa guru menjadi pusat proses belajar.
Modul PLPG Penjaskes 2013 273 7. Menurut pendapat anda, keuntungan-keuntungan apa yang dapat diperoleh dari prinsip guru sebagai pusat proses belajar mengajar. 8. Jelaskan dengan singkat anggapan dasar prinsip siswa sebagai pusat proses belajar mengajar. 9. Keuntungan-keuntungan apa yang dapat diperoleh dari prinsip siswa sebagai pusat proses belajar mengajar. 10. Gambarkanlah dengan garis linier proses belajar dengan metode praktek padat dan metode praktek didistribusikan.
Soal Latihan Pilihan Berganda Berilah tanda silang (X) pada huruf A, B, C, atau D yang merupakan jawaban paling benar! 6. Salah satu masalah utama dalam proses pembelajaran Penjasorkes di Indonesia dewasa ini adalah . . . . M. mutu guru Penjas N. sarana dan prasarana O. standar isi P. belum efektifnya pengajaran 7. Model metode-metode praktik yang sering dilakukan oleh guru Penjas saat ini adalah dimana para siswa melakukan latihan fisik berdasarkan perintah yang ditentukan oleh guru. Latihan-latihan tersebut hampir tidak pernah dilakukan oleh anak sesuai dengan inisiatif sendiri. Hal ini merupakan jenis metode . . . . . A. school centered B. teacher centered C. student centered D. teacher centered dan student centered 8. Guru pendidikan jasmani yang dalam proses pembelajaran cenderung menekankan pada penguasaan keterampilan cabang olahraga dan pendekatan yang dilakukan seperti halnya pendekatan pelatihan olahraga. Tipe guru Penjas seperti ini merupakan menerapkan model . . . . A. tradisional B. moderen C. situasional D. kondisional 9. Akibat penerapan model pembelajaran yang kurang tepat dan menarik, maka proses pembelajaran Penjasorkes akan . . . . A. menerima apa adanya B. kurang berkembang C. tidak disenangi oleh anak D. tidak berhasil sesuai dengan tujuan Modul PLPG Penjaskes 2013 274 10. Pelaksanaan proses pembelajaran dimana semua keputusan diambil oleh guru. Hal ini merupakan gaya mengajar . . . . A. komando B. latihan C. resiprokal D. cakupan/inklusi Kunci Jawaban 1. D 2. B 3. A 4. C 5. A
DAFTAR PUSTAKA Buccher, Charles A. (1983). Foundation of Physical Education & Sport. Ninth Edition. St. Louis: Te C.V. Mosby Company. Cholik Mutohir. T. (2002). Gagasan-gagasan tentang Pendidikan Jasmani dan Olahraga, Surabaya, Unesa University Press. __________, Pengembangan Model Pengajaran Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar. Surabaya: Pusat Penelitian IKIP Surabaya.
Mosston, M. (1996). Teaching Physical Education, Columbus, Ohio: Merill. Siedentop, Daryl: Mand, Charles, Taggart, Andrew. (1986). Physical Education: Teaching and Curriculum Strategies for Grades 5-12. California: Mayfield Publishing Company.
Modul PLPG Penjaskes 2013 275 BAB XII PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN PENJASORKES
A. Pokok-pokok Isi Materi Ditinjau dari aspek pengadaannya, para guru dapat menggunakan media yang sudah ada yang dibuat oleh pihak tertentu (produsen media) dan dapat langsung menggunakannya. Demikian pula media yang sifatnya alamiah (tersedia di lingkungan sekolah) juga dapat langsung digunakan. Selain itu, para guru dapat mengembangkan media sendiri sesuai dengan kebutuhan. Dalam mengembangkan media itu diperlukannya perencanaan produksi media pembelajaran. Dalam membuat perencanaan media ada beberapa hal yang perlu duiperhatikan, diantaranya : (1) mengapa kita ingin membuat program media itu?, (2) apakah pembuatan media tersebut ada kaitannya dengan kegiatan pembelajaran tertentu untuk mencapai tujuan tertetu?; (3) Untuk siapakah ( Siswa SD, SMP, atau SMA) program media tersebut kita buat?, (4) bagaimana karakteristik sasaran siswa tersebut?, (5) betulkan media yang dikembangkan betul- betul dibutuhkan oleh mereka?; dan (6) perubahan perilaku apa yang diharapkan akan terjadi pada diri siswa setelah menggunakan media tersebut? Pertanyaan-pertanyaan tersebut harus ditindak lanjuti dengan cara menuliskannya sehingga akan terwujud sebuah dokumen perencanaan media. Modul Pendidikan Latihan Profesi Guru (PLPG) pengembangan media pembelajaran Penjasorkes ini berisi tentang: konsep dasar pengembangan media dan sumber belajar, peran media dalam pembelajaran, rasional penggunaan media, fungsi media dalam pembelajaran, klasifikasikan media pembelajaran, analisisis kelebihan dan keterbatasan beberapa media, dan prosedur perencanaan pengembangan media pembelajaran.
B. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar 1. Standar Kompetensi Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri. 2. Kompetensi Dasar a. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam berkomunikasi. b. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk pengembangan diri.
Modul PLPG Penjaskes 2013 276 C. Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari modul Pendidikan Latihan Profesi Guru (PLPG) Penjas ini Bapak/ibu akan memiliki kompetensi yang tercermin dari indikator sebagai berikut: 1. Menjelaskan konsep dasar pengembangan media dan sumber belajar. 2. Menjelaskan peran media dalam pembelajaran. 3. Mengidentifikasikan rasional penggunaan media. 4. Menjelaskan fungsi media dalam pembelajaran. 5. Mengklasifikasikan media pembelajaran. 6. Menganalisisis kelebihan dan keterbatasan beberapa media. 7. Menjelaskan prosedur perencanaan pengembangan media pembelajaran.
D. Uraian Materi 1. Konsep Dasar Pengembangan Media dan Sumber Belajar Apakah yang dimaksud dengan media? Secara singkat dapat dikatakan, media adalah sarana fisik yang berisi pesan atau sarana untuk menyampaikan pesan. Menurut konsep dan kawasan teknologi pendidikan/pembelajaran, media termasuk sumber belajar. Seperti diketahui, menurut definisi dan kawasan teknologi pendidikan tahun 1977, sumber belajar meliputi pesan, orang, bahan, alat, teknik dan lingkungan. Tabel 1 menunjukkan klasifikasi sumber belajar dilengkapi contoh- contohnya. Tabel 1: Klasifikasi Sumber Belajar No. Jenis Sumber Belajar Contoh 1. Pesan (Message) Kurikulum, matapelajaran, matakuliah, pokok bahasan, topik, subtopik. Pengetahuan, sikap, dan ketrampilan. Fakta konsep, prinsip, dan prosedur 2. Orang (Men) Dosen, guru, fasilitator, instruktur, tutor, asisten, penyiar, khotib. 3. Bahan (Software) Kertas tulis, kertas gambar, film, CD/VCD Blank, kaset audio, video, kanvas, gypsum. 4. Alat (Hardware) Pesawat TV, pesawat radio, komputer, laptop. LCD, OHP, proyektor filem, video palyer, DVD palyer. 5. Teknik (Technique) Strategi, metode, teknik, misalnya ceramah, diskusi, debat, naratif, tanyajawab, simulasi, permainan, dramatisasi. 6. Lingkungan (Setting) Ruang kelas, ruang lab, perpustakaan, kebun percobaan, tempat magang, workshop, ruang studio.
Modul PLPG Penjaskes 2013 277 Klasifikasi sumber belajar tersebut (untuk memudahkan disingkat POBATEL) disusun dengan menggunakan kerangka pikir: Apa (pesan), oleh siapa (penyampai pesan), menggunakan bahan, alat, teknik, dan lingkungan seperti apa sumber belajar itu difungsikan untuk membantu proses pembelajaran peserta didik. Dari klasifikasi sumber belajar tersebut, biasanya yang termasuk kategori media adalah bahan dan alat. Bahan berisi pesan misalnya transparansi, sedangkan alat digunakan untuk menyampaikan atau memproyeksikan pesan (misalnya Overhead Projector). Sumber belajar dapat dibedakan menjadi sumber belajar yang direncanakan (learning resource by design) dan digunakan (learning resource by utilization). Sumber belajar yang direncanakan adalah segala sesuatu yang sejak dibuat memang dimaksudkan untuk digunakan sebagai sumber belajar. Misalnya kaset pelajaran bahasa Inggris, filem pendidikan, program TV Pendidikan, ruang kelas, perpustakaan sekolah, dan sebagainya. Ditinjau dari segi bahasa, istilah media (jamak) medium (tunggal) mengandung arti perantara. Dalam kegiatan sehari-hari di sekolah, istilah media sering diartikan sebagai alat peraga. Dalam hubungannya dengan komunikasi, media diartikan sebagai alat atau saluran komunikasi. Dalam hubungannya dengan pembelajaran, media diartikan sebagai sarana fisik yang digunakan untuk mengkomunikasikan atau menyampaikan pesan pembelajaran kepada siswa (Gagne & Reiser, 1983, p. 5). Media sebagai alat atau sarana fisik penyampai pesan dibedakan menjadi dua, yaitu perangkat keras dan perangkat lunak. Perangkat keras lazim disebut sebagai alat penampil pesan, misalnya pesawat radio, pesawat televisi yang digunakan sebagai alat untuk menampilkan pesan berupa suara, gambar, dan kombinasi gambar dan suara. Perangkat lunak adalah sarana untuk menuangkan atau menyimpan pesan, misalnya kaset untuk untuk menyimpan suara, filem untuk menyimpan gambar, buku untuk menyimpan tulisan atau gambar. Secara tradisional sejak zaman pra-sejarah, media dalam bentuknya yang sedarhana sudah lama digunakan sebagai sarana komunikasi dan sarana mengajarkan keterampilan. Ketika orang-orang masih hidup dalam gua-gua, pahat, pasir, paku atau pisau dari batu, busur dan anak panah telah digunakan untuk mengajarkan keterampilan sesuai dengan fungsi atau kegunaan peralatan tersebut (Gafur, 1984, p. 2). Dewasa ini, media sebagai produk teknologi komunikasi memegang peranan penting dalam membantu tercapainya proses belajar mengajar. Dunia sekarang boleh dikatakan adalah dunia media. Kegiatan belajar mengajar sekarang telah bergerak menuju dikuranginya sistem penyampaian ceramah, dan berpindah ke arah digunakannya banyak media. Bahkan di negara-negara maju, media ini telah dikhawatirkan akan menggeser fungsi pendidik.
Modul PLPG Penjaskes 2013 278 2. Peran Media dalam Pembelajaran 1) Belajar dan Pembelajaran Belajar merupakan perubahan pengetahuan, sikap, dan ketrampilan yang disebabkan oleh adanya interaksi antara individu peserta didik dengan informasi atau lingkungan (Molenda, 1996:9). Terjadi proses belajar jika terjadinya perubahan itu disebabkan oleh adanya interaksi peserta didik dengan lingkungan belajar, bukan karena faktor pertumbuhan atau kedewasaan (maturity). Proses belajar terjadi pada setiap saat. Belajar dapat terjadi pada saat kita berjalan, menonton TV, mendengarkan radio, bercakap-cakap dengan orang lain, dsb. Peristiwa belajar secara incidental tersebut bukan yang menjadi titik perhatian para pendidik. Para pendidik menekankan proses belajar yang terjadi dalam usaha kegiatan pembelajaran. 2) Peran Media dalam Pembelajaran Media mempunyai banyak peran dalam porses belajar mengajar atau pembelajaran. Bentuk pembelajaran dapat berpusat pada guru (instructor- directed instruction) atau berpusat pada siswa (student-centered learning). Dalam bentuk pembelajaran berpusat pada guru, media digunakan oleh guru sebagai alat bantu ajar (teaching aid). Dalam pembelajaran yang berpusat pada siswa, media berperan sebagai media yang dapat mengajar sendiri dengan tanpa atau sedikit bantuan guru (self instructional media).
3. Rasional Penggunaan Media a. Rasional Penggunaan Media menurut Teori Komunikasi Mengapa dalam proses pembelajaran diperlukan media? Proses pembelajaran pada dasarnya mirip dengan proses komunikasi, yaitu proses beralihnya pesan dari suatu sumber, menggunakan saluran, kepada penerima, dengan tujuan untuk menimbulkan akibat atau hasil (Gafur, 1986, p.16). Model komunikasi terebut dikenal dengan nama model: Source Message Channel Reciever Effect. Dalam proses pembelajaran, pesan itu berupa materi pelajaran, sumber diperankan oleh pendidik, saluran berupa media, penerima adalah siswa, sedangkan hasil berupa bertambahnya pengetahuan, sikap, dan keterampilan. b. Rasional penggunaan media menurut teori informasi Proses informasi adalah proses menerima, menyimpan dan mengungkap kembali informasi. Dalam proses pembelajaran, proses menerima informasi terjadi pada saat siswa menerima pelajaran. Proses menyimpan informasi terjadi pada saat siswa harus menghafal, memahami, dan mencerna pelajaran. Sedangkan proses mengungkap kembali informasi terjadi pada saat siswa menempuh ujian atau pada saat siswa harus menerapkan pengetahuan yang telah dimilikinya untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu perlu dikemukakan bahwa informasi masuk ke dalam kesadaran manusia melalui pancaindera, yaitu indera pendengaran, penglihaan, penciuman, perabaan, dan pengecapan. Informasi masuk ke
Modul PLPG Penjaskes 2013 279 kesadaran manusia paling banyak melalui indera pendengaran dan penglihatan. Berdasarkan alas an tersebut , maka media yang banyak digunakan adalah media audio, media visual, dan media audiovisual (gabungan media audio dan visual). Belakangan berkembang konsep multimedia, yaitu penggunaan secara serentak lebih daripada satu media dalam proses komunikasi, informasi dan pembelajaran. Konsep multimedia diasarkan atas pertimbangan bahwa penggunaan lebih dari pada satu media yang menyentuh banyak indera akan membuat proses komunikasi termasuk proses pembelajaran lebih efektif. c. Rasional penggunaan media menurut teori kerucut pengelaman (cone experience) Idealnya dalam proses pembelajaran, pendidik memberikan pengalaman nyata dan langsung kepada siswa. Semakin nyata, kongkrit dan langsung, semakin mudah pula siswa dapat menangkap materi pelajaran. Namun karena keadaan, tidak selamanya pendidik dapat memberikan pengalaman secara langsung dan nyata. Karena itu sesuai dengan teori kerucut pengalaman karya Edgar Dale, dalam mengajar jika pengalaman langsung tidak mungkin dilaksanakan, maka digunakan tiruan pengalaman, pengalaman yang didramatisaikan, demonstrasi, karya wisata, pameran, televisi pendidikan, gambar hidup, gambar mati, radio dan rekaman, lambang visual, dan lambang verbal (Gafur, 1984, p. 102). Berhubung dengan itu pula, maka para pengembang sistem pengajaran, para pendidik maupun dosen, dituntut untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan yang berkenaan dengan media ini. Dalam kurikulum Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) atau lembaga penghasil tenaga Pendidik/kependidikan, masalah media ini termasuk dalam kelompok mata kuliah Proses Belajar Mengajar (PBM) dengan beberapa sebutan, misalnya matakuliah Teknologi Pengajaran, Media Pembelajaran, Produksi Media, Teknologi Informasi, dsb. 3. Fungsi Media Dalam Pembelajaran Teknologi pendidikan dan teknologi pembelajaran lazimnya selalu diasosiasikan dengan media TV, radio, slide tape, film, dan sebagainya, yang kesemuanya termasuk dalam kategori perangkat keras dan perangkat lunak (hardware dan software). Sebenarnya, pengertian teknologi pendidikan lebih daripada sekedar perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan untuk pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari salah satu definisi teknologi pendidikan yang berbunyi "proses sistematis dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi keseluruhan proses belajar mengajar, dan proses komunikasi dengan melibatkan manusia dan sumber belajar yang lain dengan tujuan untuk meningkatkan efektifitas pembelajaran" (Anderson, 1976, p. 19). Teknologi pendidikan merupakan bidang garapan yang berupaya membantu proses belajar manusia dengan menggunakan sumber belajar melaui fungsi pengembangan dan pengelolaan, naik pengelolaan Modul PLPG Penjaskes 2013 280 organisasi maupun pengelolaan personalia (AECT, 1977). Teknologi pembelajaran merupakan teori dan praktek tentang disain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, dan evaluasi terhadap proses dan sumber untuk belajar (AECT 1994). Penggunaan media dalam pembelajaran didasarkan atas konsep dan prinsip teknologi pendidikan. Teknologi pendidikan seperti dikemukakan di depan merupakan bidang garapan yang berusaha membantu proses belajar manusia dengan jalan memanfaatkan secara optimal sumber- sumber belajar melalui fungsi pengembangan dan pengelolaan, baik pengelolaan organisasi maupun pengelolaan personel ( Gafur,dkk. 1986, p. 2). Sumber belajar dimaksud meliputi pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan lingkungan (POBATEL). Sumber belajar dapat kelompokkan menjadi dua, yaitu pertama sumber belajar yang direncanakan (misalnya TV Pendidikan, Kaset Pendidikan, Modul, Transparansi), dan kedua sumber belajar karena dimanfaatkan (misalnya ruang sidang pengadilan yang digunakan oleh mahasiswa yang mempelajari cara mengadili). Dengan menggunakan media sebagai produk teknologi pendidikan, diharapkan dapat dipetik beberapa keuntungan, antara lain: pendidikan menjadi lebih produktif, efektif, efisien, berdaya mampu tinggi, aktual, serempak, merata, dan menarik. Secara garis besar, fungsi media dalam pembelajaran dapat dibedakan menjadi dua yaitu pertama sebagai alat bantu pembelajaran (teaching aids), dan kedua sebagai media yang dapat digunakan untuk belajar sendiri tanpa bantuan pendidik (self instructional media). Media sebagai alat bantu pengajaran mengandung makna bahwa penggunaan media tersebut tergantung pada pendidik. Media tersebut digunakan untuk membantu pendidik dalam mengajar. Contoh media sebagai alat bantu pembelajaran misalnya, kapur, papan tulis, peta, bola dunia, bagan, grafik, proyektor slide,transparansi, OHP, dsb. Semua media tadi merupakan alat bantu bagi pendidik dalam mengajar. Media yang dapat digunakan untuk belajar sendiri dengan sedikit atau tanpa bantuan Pendidik, misalnya modul, komputer multimedia, paket pengajaran berprograma, buku resep, buku petunjuk pengoperasian suatu peralatan (user manual),dan sebagainya. Secara terperinci, media berguna atau berfungsi untuk: a. Memperjelas konsep Dengan menggunakan media, konsep yang abstrak dapat disajikan menjadi nampak kongkit sehingga mudah dipahami. Misalnya definisi di bidang filsafat, hukum, agama dengan kalimat yang panjang- panjang dan abstrak, jika disajikan dengan media akan menjadi jelas. b. Menyederhanakan materi pelajaran yang kompleks Materi pelajaran yang kompleks susah untuk dipahami. Dengan menggunakan media, materi pelajaran yang kompleks dapat disederhanakan. Misalnya letak gedung pertemuan di suatu kota, jika
Modul PLPG Penjaskes 2013 281 disajikan dengan menggunakan denah akan mudah dicari letaknya. c. Menampakdekatkan yang jauh, menampakjauhkan yang dekat Obyek yang jauh maupun yang sangat dekat akan susah diamati. Dengan menggunakan media teropong atau tele-lense, maka obyek yang jauh akan nampak dekat. dan mudah diamati. Misalnya penggunaan teropong bintang untuk mengamati bintang-bintang di langit. Obyek yang terlalu dekat juga sulit diamati. Dengan menggunakan mekanisme zoom in dan zoom out atau menggunakan wide-angle lense maka obyek dapat dinampakjauhkan sehingga mudah diamatyi. Contoh, pengambilan gambar dalam suatu ruangan yang sempit. Dengan menggunakan wide-angle lense ataiu camera zoom in dan zoom out, pemotret ataupuin cameramen dapat mengambil gambar seluruh isi ruangan. d. Menampakbesarkan yang kecil, menampakkecilkan yang besar Obyek yang sangat kecil sulit diamati. Begitu pula obyek yang sangat besar. Dengan menggunakan mikroskup maka obyek yang kecil seperti bakteri dapat diamati. Obyek yang besar seperti bangunan gedung bertingkat dan candi Borobudur, sulit diamati secara menyeluruh. Dengan membuatkan model atau miniature, maka obyek-obyek yang besar tersebut dapat diamati. e. Menampakcepatkan dan menampaklambatkan proses Dalam pembelajaran , pendidik akan mengalami kesulitan kalau harus menjelaskan proses secara alami yang memakan waktu lama, misalnya pertumbuhan tanaman. Untuk mempercepat pengamatan, maka digunakan media video yang bias menampakcepatkan proses (fast motion). f. Obyek yang bergerak cepat sulit diamati gerakannya secara mendetail. Dengan menggunakan video yang dapat memperlambat gerakan (slow motion), maka gerakan obyek dapat diamati. g. Menampakgerakkan yang statis, menampakstatiskan yang gerak Obyek yang mempunyai fungsi gerak, misalnya roda, gigi versnelling, zecker pada mesin sepeda motor, agar diketahui bagaimana gerakannya dapat digunakan media video. Sebaliknya, kuda balap yang sedang lari, dapat diamati dengan membuat gambar video dalam keadaan berhenti (pause). h. Menampilkan suara dan warna sesuai aslinya Dengan suara atau gambar yang disajikan oleh pendidika belum tentu dapat diperoleh suara dan warna yang jelas. Dengan menggunakan rekaman suara dan potret berwrna maka suara dan warna dapat disajikan dengan jelas. Misalnya rekaman ucapan bahasa Inggris oleh native speaker. Foto warna daun, warna bendera berbagai Negara, warna bunga, dan sebagainya. 4. Klasifikasi Media Pembelajaran Klasifikasi berbagai jenis media perlu dipelajari agar kita dapat memilih media dengan tepat. Media dapat diklasifikasikan dengan Modul PLPG Penjaskes 2013 282 menggunakan berbagai kriteria. Ditinjau dari segi indera yang paling banyak menerima rangsang media, maka media dapat diklasifikasikan menjadi media audio, visual, dan audiovisual. Wilbur Schramm (1978) mengklasifikasikan media menjadi dua kelomok, yaitu media besar dan media kecil. Heinich (1996, p.99, dan p.137) mengklasifikasikan media menjadi dua kelompok yaitu pertama media yang tidak diproyeksikan, dan kedua media yang diproyeksikan. Media yang tidak diproyeksiksn misalnya: benda nyata, tiruan benda, model, mock-up, multimedia kit, bahan cetak, alat peraga, herbarium, insectarium, benda pajangan, dan sebagainya. Sedangkan media yang diproyeksikan misalnya: Overhead Projector (OHP), komputer multimedia yang diproyeksikan, filem suara, slide suara, filemstrips, video, opaque, presentasi multimedia, dan sebagainya. Media dapat pula dikalsifikasikan sesuai fungsinya dalam pembelajaran, yaitu media sebagai alat bantu pembelajaran atau media yang digunakan untuk belajar mandiri. Di negara-negara maju dewasa ini, pengelompokan media menjadai dua yaitu media berbasis komputer dan media berbasis non komputer. Berikut disajikan beberapa klasifikasi media ditinjau dari dari berbagai segi: a. Klasifikasi media ditinjau dari segi fungsi Ditinjau dari segi fungsinya, media dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu pertama sebagai alat bantu mengajar (teaching aid) dan dua sebagai media yang digunakan untuk belajar sendiri tanpa bantuan Pendidik (self instructional media): Tabel 2: Klasifikasi Media Menurut Fungsinya Kelompok media Media Pembelajaran Mandiri (self instructional media) Alat Bantu Pengajaran (teaching aids) 1. Audio (suara)
- Audio tape (open reel, casette tape) - Telepon - Intercom 2. Bahan cetak (termasuk gambar/foto) - Teks Terprogram, - Manual - Modul - Buku pedoman/petunjuk
- Hand out - Papan tulis - Grafik - Transparansi - Peta - Globe 3. Gambar mati yang diproyeksikan - Slide, film strip (bisa disertai narasi/penjelasan) - Slide - Transparansi - Film strip 4. Audio-cetak (kombinasi 1 dan 2) - Lembaran kerja disertai tape - Peta/diagram disertai narasi - Lembarankerja disertai audio tape - Peta/diagram disertai narasi 5. Audio visual yang diproyeksikan - Film strip diberi narasi - Sound-slide - 6. Gambar bergerak - Film tanpa suara - Film tanpa suara 7. Gambar/film bersuara - Film bersuara - Video-tape - Film bersuara, video tape
Modul PLPG Penjaskes 2013 283 Kelompok media Media Pembelajaran Mandiri (self instructional media) Alat Bantu Pengajaran (teaching aids) - Audio-vision (Video disertai alat peraga benda nyata) 8. Obyek/benda - Benda nyata - Model/tiruan benda - Specimen - Benda nyata - Model/tiruan benda 9. Hubungan antar pribadi dan pengalaman langsung (Pendidik, teman sejawat) - - Permainan - Simulasi - Kunjungan lapangan - Diskusi kelompok 10. Komputer Komputer Alat Bantu Ajar (CAI) Internet Web Course Tool (WBCT) - Komputer multimedia
b. Klasifikasi media berdasar digunakan atau tidaknya alat penampil 1) Media yang diproyeksikan Media yang diproyeksikan adalah media yang pemanfaatannya memerlukan alat penampil (proyektor). Misalnya overhead transparansi memerlukan OHP, filem memerlukan proyektor filem; slides, slide suara, filmstrip, proyektor opaque, bahan presentasi powerpoint, LCD.
2) Media yang tidak diproyeksikan Media yang tidak diproyeksikan adalah media yang pemanfaatannya tidak memerlukan alat penampil (proyektor). Misalnya benda tiga dimensi, benda nyata, tiruan benda, model, kit multimedia, bahan cetak, gambar, bagan, peta, dsb.
c. Klasifkasi media berdasar kompleksitasnya 1) Media kecil Media kecil adalah media yang ditinjau dari segi pembuatan maupun pemanfaatannya relatif sederhana. Ditinjau dari segi harga tidak terlalu mahal. Misalnya alat peraga matematika sederhana. 2) Media besar Media besar adalah media yang segi pembuatan maupun pemanfaatannya bersifat kompleks atau rumuti. Ditinjau dari segi biaya memerlukan biaya besar. Contoh media besar: komputer, televisi, internet. d. Klasifikasi media dalam hubungannya komputer 11) Media berbasis komputer Media berbasis komputer adalah media yang pembuatan maupun pemanfaatannya menggunakan komputer. Contoh: VCD, DVD, CAI, internet, web pembelajaran, e-learning. Modul PLPG Penjaskes 2013 284 12) Media berbasis nonkomputer Media berbasis nonkomputer adalah media yang pembeuatan maupun pemanfaatan-nya tidak memerlukan komputer. Misalnya: kaset audio, kaset video, OHP/OHT.
5. Analisis Kelebihan Dan Keterbatasan Beberapa Media Kelebihan dan keterbatasan berbagai jenis media perlu kita pelajari agar kita dapat memilih media yang tepat, yaitu media yang memiliki banyak keunggulan dengan sedikit mungkin keterbatasan. Beberapa media yang klasifikasinya telah dikemukakan di atas memiliki kelebihan atau keunggulan di samping keterbatasan masing-masing. Berikut disajikan hasil identifikasi kelebihan dan keterbatasan beberapa media: a. Media Radio 1) Kelebihan media radio a) Meningkatkan kemampuan murid untuk berkomunikasi secara lisan (misalnya kemampuan mendengarkan, intonasi, ucapan, dan sebagainya) b) Mampu menyampaikan pesan-pesan yang karena sifatnya lebih menarik kalau disajikan atau disampaikan secara auditif (menyentuh indera pendengaran). c) Mengembangkan imaginasi murid. d) Menyampaikan suara atau bunyi asli yang tidak bisa diperoleh secara langsung dan segera, misalnya suara toke-toke, bunyi binatang, suara mesin pesawat jet, dan sebagainya. e) Memiliki jangkauan yang luas dan dalam waktu yang relatif singkat. f) Program radio dipersiapkan dengan lebih baik oleh team ahli, dengan bahan-bahan yang relatif lebih luas sehingga kualitas materi pelajaran dan isinya lebih bermutu. g) Mudah dijangkau oleh daya beli masyarakat karena harganya yang relatif murah. h) Harga dan biaya pemeliharaan cukup murah. i) Program radio relatif mudah di buat. j) Radio mampu menyampaikan kebijaksanaan, informasi secara cepat dan akurat. k) Pesawat radio mudah dibawa kemana-mana. 2) Keterbatasan media radio a) Sarana komunikasi satu arah. b) Sarana penyampai program yang hanya satu kali, tak dapat dihentikan untuk diulang (diluar kontrol pendengaran/ audience ). c) Terikat oleh alat pemancaran dan waktu. d) Terlalu peka terhadap gangguan sekitar. e) Hanya dapat didengar saja/menjangkau indera ya ng terbatas.
Modul PLPG Penjaskes 2013 285 f) Terbatasnya bahan pelajaran yang dapat disampaikan dalam satu program karena terbatasnya intensitas daya dengar murid.
b. Media Kaset Audio 1) Kelebihan media kaset Selain kelebihan-kelebihan yang sama dengan media radio, media kaset, memiliki kelebihan lain : a) Kaset mulai membudaya dalam masyarakat Indonesia b) Program kaset dapat digunakan secara perseorangan maupun kelompok. c) Dapat diulang setiap waktu d) Mudah diperbanyak. e) Mudah menggunakannya. 2) Keterbatasan media kaset a) Media untuk didengar saja b) Media satu arah c) Tidak memiliki jangkauan yang luas.
c. Media Slide-Suara 1) Kelebihan media slide-suara a) Sebagai pengganti pengalaman langsung b) Untuk memperjelas dan melengkap informasi yang memerlukan banyak visualisasi. c) Untuk memberikan pematangan pada bagian-bagian yang dipandang perlu. d) Membuat pelajaran lebih menarik dan menghindari kebosanan. e) Sebagai bagian pengayaan. f) Dapat menampilkan di layar sesuatu yang tak mungkin disaksikan dengan mata biasa. g) Dapat dilihat dan didengar (menjangkau lebih dari satu indera).
2) Keterbatasan media slide suara a) Pembuatannya relatif sulit dan mahal daripada program radio dan kaset. b) Penggunaannya lebih sulit daripada radio dan kaset. c) Visualisasinya tidak bisa menggambarkan gerakan. d) Pemeliharaan dan penyimpangannya relatif sukar. e) Daya jangkau terbatas. f) Memerlukan fasilitas dan perlengkapan yang khusus (ruang gelap, layar, tenaga listrik).
d. Media komputer 1) Kelebihan/keunggulan a) Menghemat waktu b) Kendali belajar pada siswa Modul PLPG Penjaskes 2013 286 c) Dapat memberikan umpan balik dan penguatan secara otomatis d) Bisa untuk belajar secara individual/mandiri e) Dapat menyesuaikan dengan kecepatan, kesempatan, dan kebutuhan siswa f) Mempunyai daya tarik visual, audio, maupun audiovisual terutama pada computer multimedia g) Dapat mengelola dan mencatat informasi secara teratur h) Dapat memberi pengalaman belajar yang berbeda-beda. i) Konsisten j) Efektif dan efisien k) Ketepatan komunikasi 2) Kelemahan a) Biaya mahal b) Kompatibiltas kurang c) Kurang membantu terjadinya interaksi social d) Kurangnya perangkat lunak yang tersedia di pasaran e) Pemeliharaan mahal dan perlu keahlian f) Ketergantungan pada pasokan listrik. g) Perlu keahlian untuk pembuatan program.
6. Prosedur Perencanaan Pengembangan Media Pembelajaran Secara umum perencanaan pengembangan media dapat diidentifikasi sebagai berikut: (1) mengidentifikasi kebutuhan dan karakteristik siswa (2) merumuskan tujuan pembelajaran, (3) mengembangkan materi, (4) menetapkan alat pengukur keberhasilan, (5) menuliskan naskah media, (5) merumuskan instrumen dan tes dan revisi. Untuk lebih jelasnya, terlihat pada flow chart berikut ini.
Gambar: Prosedur Pengembangan Media Identifikasi Kebutuhan & Karakteristik Siswa
Perumusan Tujuan Mengembangkan Materi Menetapkan Alat Pengukur Keberhasilan
Penulisan Naskah Media Tes / Uji Coba REVISI
NASKAH siap produksi Tidak ya GBPM
Modul PLPG Penjaskes 2013 287 a. Identifikasi kebutuhan dan karakteristik siswa Sebuah perencanaan media didasarkan atas kebutuhan. Kebutuhan terjadi karena terdapat kesenjangan (gap). Kesenjangan adalah adanya ketidaksesuaian antara apa yang seharusnya atau apa yang diharapkan dengan apa yang terjadi. Dalam pembelajaran yang dimaksud dengan kebutuhan adalah adanya kesenjangan antara kemampuan, keterampilan dan sikap siswa yang kita inginkan dengan kemampuan, keterampilan dan sikap siswa yang mereka miliki sekarang. Jika yang kita inginkan siswa menguasai 1000 kosa kata bahasa Inggris, sedangkan siswa hanya menguasai 500 kata, maka terjadi kesenjangan 500 kata lagi. Dalam hal ini dibutuhkan sebuah pembelajaran bagaimana meningkatkan kemampuan penguasaan kosa kata sehingga sampai pada target 500 kata. Kebutuhan akan media dapat didasarkan atas tuntutan kurikulum. Siswa kelas enam SD pada akhir tahun diharapkan memiliki sejumlah kemampuan, keterampilan dan sikap yang telah dirumuskan dalam kurikulum. Pada awal tahun ajaran tentulah guru menghadapi kesenjangan untuk mencapai target kurikulum sehingga pada akhir tahun kemampuan itu sudah dapat dimiliki siswa. Media yang digunakan siswa, haruslah relevan dengan kemampuan yang dimiliki siswa. Misalnya seorang siswa yang ingin belajar ucapan dan percakapan dalam bahasa Inggris melalui kaset audio, hanya akan dapat mengikutinya jika siswa tersebut telah memiliki kemampuan awal berupa penguasaan kosa kata dan dapat menyusun kalimat sederhana. Jika kita tidak memperhatikan kemampuan tersebut ketika diberikan media tersebut siswa akan mengalami kesulitan. b. Perumusan Tujuan Program Tujuan merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan karena dengan tujuan akan mempengaruhi arah dan tindakan kita. Dengan tujuan itu pulalah kita dapat mengetahui apakah target sudah dapat tercapai atau tidak. Berangkat dari tujuan, baik guru maupun siswa memiliki kejelasan apa yang harus dicapai, apa yang harus dilakukan untuk mewujudkan tujuan tersebut, materi apa yang harus disiapkan guru, dan bagaimana menyampaikannya. Untuk memudahkan merumuskan tujuan pembelajaran, Degeng (1989) membuat formula rumusan tujuan dengan rumus ABCD dengan penjelasan sebagai berikut :
A Audience, artinya sasaran sebagai pebelajar yang perlu dijelaskan secara spesifik agar jelas untuk siapa tujuan tersebut diberikan. Sasaran yang dimaksud di sini misalnya, siswa SMA kelas XII dan lain-lain B Behaviour, adalah perilaku spesifik yang diharapkan dilakukan atau dimunculkan siswa setelah pembelajaran berlangsung. Behaviour ini di rumuskan dalam bentuk kata kerja, contohnya : menjelaskan, menyebutkan, merinci, mengidentifikasi, memberikan contoh dan sebagainya Modul PLPG Penjaskes 2013 288 C Conditioning, Sesuatu yang diberikan atau tidak diberikan ketika siswa menampilkan perilaku, misalnya : dengan cara mengamati, tanpa membaca kamus, dengan menggunakan kalkulator D Degree, adalah batas minimal tingkat keberhasilan yang harus dipenuhi dalam mencapai perilaku yang diharapkan. Ada jenis 5 derajad keberhasilan, yakni: waktu, kesesuaian prosedur, kualitas, kuantitas, kecermatan. Penentuan ini tergantung pada jenis bahan materi, penting tidaknya materi. Contoh : 3 buah, minimal 80%, sesui dengan prosedur, dan sebagainya c. Perumusan Materi Perumusan materi berkaitan dengan substansi isi pelajaran yang harus diberikan. Materi perlu disusun dengan memperhatikan kriteria kriteria tertentu. Pertama, sahih atau valid, materi yang dituangkan dalam media untuk pembelajaran benar-benar telah teruji kebenarannya dan kesahihannya. Hal ini juga berkaitan dengan keaktualan materi sehingga materi yang disiapkan tidak ketinggalan jaman, dan memberikan kontribusi untuk masa yang akan datang. Kedua, tingkat kepentingan (significant), dalam memilih materi perlu dipertimbangkan pertanyaan sebagai berikut, sejauhmana materi tersebut penting untuk dipelajari? Penting untuk siapa? Dimana dan mengapa?.Dengan demikian materi yang diberikan kepada siswa tersebut benar-benar yang dibutuhkannya. Ketiga, kebermanfaatan (utility) kebermanfaatan yang dimaksud haruslah dipandang dari dua sudut pandang yaitu kebermanfaatan secara akademis dan non akademis, secara akademis materi harus bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan siswa, sedangkan non akademis materi harus menjadi bekal berupa life skill baik berupa pengetahuan aplikatif, keterampilan dan sikap yang dibutuhkannya dalam kehidupan keseharian. Keempat, Learnability artinya sebuah program harus dimungkinkan untuk dipelajari, baik dari aspek tingkat kesulitannya (tidak terlalu mudah, sulit ataupun sukar) dan bahan ajar tersebut layak digunakan sesuai dengan kebutuhan setempat. (5) Menarik minat (interest) materi yang dipilih hendaknya menarik minat dan dapat memotivasi siswa untuk mempelajarinya lebih lanjut. Setiap materi yang diberikan kepada siswa harus menimbulkan keingin tahuan lebih lanjut, sehingga memunculkan dorongan lebih tinggi untuk belajar secara aktif dan mandiri.
d. Perumusan Alat Pengukur Keberhasilan Pembelajaran yang kita lakukan haruslah diukur apakah tujuan pembelajaran sudah tercapai atau tidak? Untuk mengukur hal tersebut, maka diperlukan alat pengukur hasil belajar, misalnya berupa tes, penugasan atau daftar cek perilaku. Alat pengukur keberhasilan belajar ini perlu dikembangkan dengan berpijak pada tujuan yang telah dirumuskan dan harus sesuai dengan materi yang sudah disiapkan. Yang perlu dikur adalah tiga kemampuan utama yaitu pengetahuan, keterampilan dan sikap yang telah dirumuskan secara rinci dalam tujuan. Dengan demikian
Modul PLPG Penjaskes 2013 289 terdapat hubungan yang erat antara tujuan, materi dan tes pengukur keberhasilan.
e. Penulisan Garis Besar Program Media (GBPM) GBPM merupakan petunjuk yang dijadikan pedoman oleh para penulis naskah di dalam penulisan naskah program media. GBPM dibuat dengan mengacu pada analisis kebutuhan, tujuan, dan materi. Untuk program media, GBPM disusun setelah dilakukan telaah topik yang akan dibuat programnya. Kegiatan telaah topik ini perlu dilakukan, karena tidak semua topik yang ada dalam GBPP cocok untuk dibuat media tertentu misalnya video atau radio. Misalnya topik-topik yang berisi materi pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan psikomotorik yang memerlukan penjelasan visual. Topik-topik yang menampilkan kemampuan psikomotorik lebih cocok diproduksi untuk media video atau media cetak atau tatap muka di kelas. misalnya: Rumus- rumus yang sulit yang menghendaki waktu lama untuk penjelasannya bila ditampilkan di layar TV. Rumus ini akan lebih jelas kalau disajikan di depan kelas.
E. Rangkuman Media adalah sarana fisik yang berisi pesan atau sarana untuk menyampaikan pesan. Menurut konsep dan kawasan teknologi pendidikan/pembelajaran, media termasuk sumber belajar. Seperti diketahui, menurut definisi dan kawasan teknologi pendidikan tahun 1977, sumber belajar meliputi pesan, orang, bahan, alat, teknik dan lingkungan. Sumber belajar dapat dibedakan menjadi sumber belajar yang direncanakan (learning resource by design) dan digunakan (learning resource by utilization). Sumber belajar yang direncanakan adalah segala sesuatu yang sejak dibuat memang dimaksudkan untuk digunakan sebagai sumber belajar. Misalnya kaset pelajaran bahasa Inggris, filem pendidikan, program TV Pendidikan, ruang kelas, perpustakaan sekolah, dan sebagainya. Penggunaan media dalam pembelajaran didasarkan atas konsep dan prinsip teknologi pendidikan. Teknologi pendidikan seperti dikemukakan di depan merupakan bidang garapan yang berusaha membantu proses belajar manusia dengan jalan memanfaatkan secara optimal sumber- sumber belajar melalui fungsi pengembangan dan pengelolaan, baik pengelolaan organisasi maupun pengelolaan personel.
F. Soal-soal Latihan Soal Latihan Uraian Jawablah pertanyaan berikut ini dengan singkat dan tepat!
6. Jelaskan yang dimaksud dengan media pembelajaran! Modul PLPG Penjaskes 2013 290 7. Sebutkan jenis-jenis media pembelajaran! 8. Jelaskan peran media dalam proses pembelajaran! 9. Sebutkan klasifikasi media pembelajaran! 10. Jelaskan prosedur perencanaan pengembangan media pembelajaran! Soal Latihan Pilihan Berganda Berilah tanda silang (X) pada huruf A, B, C, atau D yang merupakan jawaban paling benar! 11. Kurikulum, mata pelajaran, mata kuliah, pokok bahasan, topik, sub topik, pengetahuan, sikap, dan ketrampilan merupakan sumber pembelajaran jenis . . . . Q. pesan R. orang S. bahan T. alat 12. Segala sesuatu yang sejak dibuat memang dimaksudkan untuk digunakan sebagai sumber belajar adalah jenis sumber belajar . . . . A. digunakan B. direncanakan C. dimanfaatkan D. difungsikan 13. Proses sistematis dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi keseluruhan proses belajar mengajar, dan proses komunikasi dengan melibatkan manusia dan sumber belajar yang lain dengan tujuan untuk meningkatkan efektifitas pembelajaran . . . . A. sumber pembelajaran B. alat pembelajaran C. teknologi pendidikan D. media pembelajaran 14. Overhead Projector (OHP), komputer multimedia yang diproyeksikan, filem suara, slide suara, filemstrips, video, opaque, presentasi multimedia, dan sebagainya merupakan jenis media. . . . A. besar B. kecil C. tidak diproyeksikan D. diproyeksikan 15. Mempunyai daya tarik visual, audio, maupun audiovisual merupakan kelebihan jenis media . . . . A. radio B. televise C. computer D. slide
Modul PLPG Penjaskes 2013 291 Kunci Jawaban 1. A 2. B 3. C 4. D 5. C
DAFTAR PUSTAKA Abdul Gafur (1986). Disain Instruksional : Suatu Langkah Sistematis Penyusunan Pola Dasar Kegiatan Belajar Mengajar, Sala : Tiga Serangkai, 1986. Abdul Gafur (1986) Definisi Teknologi Pendidikan. Jakarta : Rajawali. Abdul Gafur (1985) Media Besar Media Kecil : Alat dan Teknologi Pengajaran (Terjemahan) Semarang: IKIP Semarang Press. AECT (1986) Definisi Teknologi Pendidikan. Jakarta: CV Rajawali. Abdul Gafur (2001) Pengorganisasian dan Pengadministrasian Lab-Site. Jakarta: Universitas Terbuka. American Association of School Librarians & AECT (1995). Media Programs: District and School. Washington: ALA & AECT Publications. Anglin Gary J. (1991). Instructional Technology: Past, present, and Future. Colorado: Englewood. Anderson, Ronald (1983) Selecting and developing media for instruction. New Jersey: Van Nortrand & Reinhold Co. Aitken, Peter G. (1994) Panduan cepat menggunakan Microsoft Ofrfice. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Heinich, R., Molenda, M., Russel J, Smaldino, S. (1996). Instructinal media and technologies for learning. Sydney: Printice-Hall International.
Modul PLPG Penjaskes 2013 292 BAB XIII SILABUS DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENJASORKES
A. Pokok-pokok Isi Materi Pemberlakuan Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah menuntut pelaksanaan otonomi daerah dan wawasan demokrasi dalam penyelenggaraan pendidikan. Hal ini diikuti dengan perubahan pengelolaan pendidikan dari bersifat sentralistik ke desentralistik. Desentralisasi pengelolaan pendidikan ini diwujudkan dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Selanjutnya tuntutan globalisasi dalam bidang pendidikan juga perlu dipertimbangkan agar hasil pendidikan nasional dapat bersaing dengan hasil pendidikan negara-negara maju. Kurikulum sebagai salah satu substansi pendidikan perlu didesentralisasikan terutama dalam pengembangan silabus dan pelaksanaannya yang disesuaikan dengan tuntutan kebutuhan siswa, keadaan sekolah, dan kondisi sekolah atau daerah. Dengan demikian, sekolah atau daerah sekolah memiliki cukup kewenangan untuk merancang dan menentukan hal-hal yang akan diajarkan, pengelolaan pengalaman belajar, cara mengajar, dan menilai keberhasilan suatu proses belajar dan mengajar. Secara lengkap di dalam PP RI Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dijelaskan : (1) Kurikulum dan silabus SD/MI/SDLB/Paket A, atau bentuk lain yang sederajat menekankan pentingnya kemampuan dan kegemaran membaca dan menulis, kecakapan berhitung serta kemampuan berkomunikasi (pasal 6 ayat 6). (2) Sekolah dan Komite Sekolah, atau madrasah dan komite madrasah, mengembangkan kurikulum tingkat satuan tingkat satuan pendidikan dan silabusnya berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan, di bawah supervisi Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab terhadap pendidikan untuk TK, SMP, SMA, dan SMK, dan Departemen yang menangani urusan pemerintahan di bidang agama untuk MI, MTs, MA, dan MAK (pasal 17 ayat 2), (3) Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pembelajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar (Pasal 20). Berdasarkan ketentuan di atas, daerah atau sekolah memiliki ruang gerak yang seluas-luasnya untuk melakukan modifikasi dan mengembangkan variasi-variasi penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan keadaan, potensi, dan kebutuhan daerah serta kondisi siswa. Materi pendidikan jasmani pada era terkini dikelompokkan pada; aktivitas olahraga dan permainan (atletik, permainan bola besar dan kecil, dangan dan tanpa alat, serta bela diri), uji diri/senam, aktivitas ritmik,
Modul PLPG Penjaskes 2013 293 akuatik (aktivitas air), dan pendidikan luar kelas (outdoor). Pemahaman akan konsep berbagai kelompok materi tersebut diharapkan memberi peluang kepada peserta didik untuk menyadari mengapa manusia bergerak, cara melakukan berbagai gerak tersebut secara aman, efisien, dan efektif. Kesadaran ini perlu ditumbuhkan melalui proses pembelajaran yang terencana, bertahap, dan berkelanjutan, sehingga tujuan akhir proses tersebut dapat dicapai secara efektif dan efisien. Keberhasilan suatu proses (apapun itu), akan sangat tergantung pada kualitas perencanaannya, tidak terkecuali proses pembelajaran. Atas dasar pertimbangan ini maka perlu disampaikan berbagai informasi yang terkait dengan perencanaan pembelajaran yaitu pengembangan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran. Modul Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) pengembangan perencanaan pembelajaran Penjasorkes ini berisi tentang: landasan yuridis pengembangan perencanaan pembelajaran, analisis standar isi, analisis SK- KD dalam penjasorkes, konsep pengembangan perencanaan pembelajaran, dan konsep silabus dan RPP. Secara praktik berisi tentang silabus dan RPP sesuai dengan langkah dan prosedur yang benar.
B. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar 1. Standar Kompetensi Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik. 2. Kompetensi Dasar a. Menganalisis prinsip perancangan pembelajaran yang mendidik. b. Menyusun rancangan pembelajaran yang lengkap untuk kegiatan di lapangan. c. Melaksanakan rancangan pembelajaran yang lengkap untuk kegiatan di lapangan.
C. Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari modul Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) Penjasorkes ini Bapak/ibu akan memiliki kompetensi yang tercermin dari indikator sebagai berikut: a. Menjelaskan landasan yuridis pengembangan perencanaan pembelajaran. b. Menganalisis standar isi dan analisis SK-KD dalam penjasorkes. c. Menjelaskan konsep pengembangan perencanaan pembelajaran dengan berbagai model, dan konsep pengembangan silabus dan RPP. d. Melakukan pengembangan silabus dan RPP dengan berbagai model pembelajaran Penjasorkes.
D. Uraian Materi Modul PLPG Penjaskes 2013 294 1. Konsep Perencanaan Pembelajaran a. Pengertian Silabus Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Dengan demikian, silabus pada dasarnya menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: (1) apa kompetensi yang harus dicapai siswa yang dirumuskan dalam standar kompetensi, kompetensi dasar dan materi pokok; (2) bagaimana cara mencapainya yang dijabarkan dalam pengalaman belajar beserta alokasi waktu dan alat sera sumber belajar yang diperlukan; dan (3) bagaimana mengetahui pencapaian kompetensi yang ditandai dengan penyusunan indikator sebagai acuan dalam menentukan jenis dan aspek yang akan dinilai.
Selain pengertian tersebut dapat dipahami pengertian berikut, bahwa silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Pada konteks ini, yang dimaksud mata pelajaran tersebut adalah pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan.
b. Landasan Perencanaan Pembelajaran 1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301); 2) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4496) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32. tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5410); 3) Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2011 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 141); 4. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara, sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 92 Tahun 2011 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Modul PLPG Penjaskes 2013 295 Nomor 142); 5. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 84/P Tahun 2009 mengenai Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu II sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 5/P Tahun 2013; 4) PP NO 19 TAHUN 2005 Pasal 17 Ayat (2); Sekolah dan komite sekolah, atau madrasah dan komite madrasah, mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan, di bawah supervisi dinas kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang pendidikan untuk SD, SMP, SMA, dan SMK, dan departemen yang menangani urusan pemerintahan di bidang agama untuk MI. MTs, MA, dan MAK. 5) PP NO 19 TAHUN 2005 Pasal 20; Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar 6) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65 tahun 2013 Tanggal 04 Juni 2013 Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah
c. Prinsip Perencaan Pembelajaran 1) Ilmiah; Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan. Prinsip berpikir ilmiah adalah bahwa suatu kegiatan penyusunan didasari dengan landasan teoretik yang benar, melalui tahapan yang seharusnya ditempuh, dan hasil yang diperoleh dapat diterapkan dalam pengalaman nyata di sekolah. 2) Relevan; silabus yang dikembangkan memiliki kesesuaian dengan mata pelajaran, materi pokok yang akan diajarkan, serta kebutuhan peserta didik. Pertimbangan akan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spritual peserta didik memberi arah kesesuaian ini, selain berbagai hal yang terkait dengan proses pembelajaran misalnya tersedianya sumber, media, bahan, serta lingkungan belajarnya . Jika berbagai hal tersebut telah dilakukan, pengembang kemudian mencermati cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi dalam silabus. 3) Sistemis dan Sistematis; komponen-komponen di dalam silabus saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya, baik secara struktur maupun fungsi dalam upaya mencapai kompetensi yang dimaksud. Sebagai sebuah sistem, keberadaan komponen- komponen minimal tersebut tidak bisa dipisahkan satu dengan lainnya. Penulisan berbagai komponen tersebut sesuai dengan tata urutannya, sehingga yang perlu didahulukan diletakkan di awal dan yang lainnya dikemudiankan. Namun demikian jika tidak Modul PLPG Penjaskes 2013 296 berurutanpun tidak menjadi sebuah masalah yang berarti, karena masing-masing memiliki alasan tersendiri, berdasarkan prinsip keilmiahannya. 4) Konsisten; Adanya hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara kompetensi dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian. 5) Memadai; silabus yang dianggap memadai adalah silabus yang memiliki kecukupan dan ketercakupan. Kecukupan berkaitan dengan kedalaman materi yang dituliskan dalam silbus tersebut, sedangkan ketercakupan adalah ukuran yang menyatakan keluasan jangkauan dari materi yang dituliskan pada silabus. Materi yang dituliskan dalam silabus meliputi; indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar. 6) Aktual dan Kontekstual; ilmu pengetahuan berkembang secara dinamis. Perkembangan ini membawa konskwensi akan kebutuhan informasi yang bersifat kekinian (up to date), yang benar-benar diperlukan oleh peserta didik, tidak terkecuali dalam mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan. Untuk memenuhi tuntutan tersebut, maka cakupan indikator, materi pokok, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan sistem penilaian haarus pula memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi. 7) Fleksibel; silabus disusun untuk memberi rambu-rambu kegiatan apa yang akan dilaksanakan dalam pembelajaran, baik oleh peserta didik maupun guru. Rambu-rambu yang dipakai tidak sedemikian rupa kaku, atau dengan kata lain memiliki daya adaptasi, sehingga mampu disesuaikan dengan berbagai kondisi yang terjadi saat berlangsungnya pembelajaran. Keseluruhan komponen silabus harus dapat mengakomodir berbagai kondisi tersebut, yaitu variasi karakteristik peserta didik, pendidik, serta dinamika perubahan lain yang terjadi di sekolah maupun tuntutan di lingkungan yang lebih luas (masyarakat). 8) Menyeluruh; tujuan pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan tidak hanya bersentuhan dengan ranah keterampilan saja, melainkan juga meliputi aspek pengetahuan, dan pembentukan sikap, untuk itu komponen silabus yang dituliskan hendaknya juga mencakup keseluruhan ranah kompetensi tersebut (kognitif, afektif, psikomotor). d. Pengembangan Perencanaan Pembelajaran Pengembangan perencanaan pembelajaran dapat dilakukan oleh para guru secara mandiri atau berkelompok dalam sebuah sekolah atau beberapa sekolah, kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) atau Kelompok Kegiatan Guru (KKG), dan Dinas Pendidikan.
Modul PLPG Penjaskes 2013 297 1) Guru; sebagai tenaga profesional yang memiliki tangung jawab langsung terhadap kemajuan belajar peserta didik, seorang guru diharapkan mampu mengembangkan silabus sesuai dengan kompetensi mata ajarnya secara mandiri. Guru adalah orang yang paling tahu dan mengenal karakteristik peserta didik dan kondisi sekolah serta lingkungan belajarnya, sehingga guru harus mampu mengidentifikasi kebutuhan belajar peserta didik tersebut. Terkait dengan ini maka sudah menjadi kewajiban, bahwa seorang guru pendidikan jasmani harus mampu melakukan penyusunan atau bahkan mengembangkan silabus sebagai sebuah rencana dalam rangka memenuhi kebutuhan belajar peserta didik untuk mencapai kompetensi yang diinginkan. 2) Kelompok Guru; kelompok guru kelas atau guru mata pelajaran dapat melakukan pengembangan silabus secara bersama-sama sebagai sebuah kelompok pengemabang silabus. Hal ini dilakukan ketika belum semua guru dapat melakukan pengembangan silabus secara mandiri. Sekolah harus bertanggung jawab untuk memfasilitasi upaya ini, karena bagaimanapun hasil dari tim pengembang ini merupakan hasil dari sekolah tersebut. 3) Musyawarah Guru Mata Pelajaran atau Kelompok Kerja Guru (MGMP/KKG); Pengembangan silabus yang dilakukan di MGMP/KKG dimaksudkan untuk mengantisipasi beberapa guru maupun tim pengembang di berbagai sekolah yang belum mampu mengembangkan silabus secara mandiri. Selain tujuan tersebut, kegiatan ini dilakukan agar ditemukan kesepakatan bersama bahwa bentuk, format, maupun isi silabus yang akan digunakan dalam satu wilayah yang memiliki karakter peserta didik dan kondisi lingkungan yang hampir sama, akan diseragamkan, sehingga memudahkan dalam pengorganisasian dokumen dan pengawasannya. Sekali lagi perlu dipertegas, kondisi ini sebaiknya dilakukan hanya jika guru mata pelajaran memang benar-benar tidak mampu mengembangkan silabus pembelajaran, serta karakter peserta didik dan kondisi lingkungan yang cenderung sama. 4) Dinas Pendidikan; Dinas Pendidikan setempat dapat memfasilitasi penyusunan silabus dengan membentuk sebuah tim yang terdiri dari para guru berpengalaman di bidangnya masing-masing. Dalam pengembangan silabus penjasorkes ini sekolah, kelompok kerja guru, atau dinas pendidikan dapat meminta bimbingan teknis dari perguruan tinggi, LPMP, PPPPTK atau unit utama lain yang ada di Depatemen Pendidikan Nasional.
Modul PLPG Penjaskes 2013 298 e. Komponen Silabus Silabus merupakan acuanpenyusunan kerangka pembelajaran untuk setiap bahan kajian mata pelajaran. Silabus paling sedikitmemuat: a. Identitas mata pelajaran (khususSMP/MTs/SMPLB/Paket BdanSMA/MA/SMALB/ SMK/MAK/Paket C/ Paket C Kejuruan); b. Identitas sekolah meliputi nama satuan pendidikan dan kelas; c. Kompetensi inti, merupakan gambaran secara kategorial mengenai kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran; d. Kompetensi dasar, merupakan kemampuan spesifik yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang terkait muatan atau mata pelajaran; e. Tema(khususSD/MI/SDLB/Paket A); f. Materi pokok, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi; g. Pembelajaran,yaitukegiatan yang dilakukan oleh pendidik dan peserta didik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan; h. Penilaian, merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik; i. Alokasi waktu sesuai dengan jumlah jam pelajaran dalam struktur kurikulum untuk satu semester atau satu tahun; dan j. sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar atau sumber belajar lain yang relevan.
Silabus dikembangkan berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah sesuai dengan pola pembelajaran pada setiap tahun ajaran tertentu.Silabus digunakan sebagaiacuan dalam pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran. Komponen ini dapat diletakkan secara berurutan dari nomor 1 hingga 9, atau dapat saja bertukar tempat asalkan memiliki alasan yang tepat dan tidak menyalahi prinsip pengembangan.
f. Format Penyajian Silabus Dalam menyusun silabus, penyusun silabus dapat memilih salah satu model format di antara beberapa contoh format berikut ini: SILABUS Nama Sekolah : . Mata Pelajaran : . Kelas/Semester : / .
Modul PLPG Penjaskes 2013 299 Standar Kompetensi : .......
Kompetens i Dasar Mater i Pokok Pengalama n Belajar Indikato r Penilaia n Alokas i Waktu Sumber / Bahan/ Alat ... ... ... ... ... ... ...
g. Tahapan Pengembangan Silabus 1) Perencanaan; guru sebagai perorangan maupun anggota tim yang ditugaskan untuk menyusun dan mengembangkan silabus terlebih dahulu perlu mengumpulkan informasi dan mempersiapkan kepustakaan atau referensi yang sesuai untuk mengembangkan silabus. Pencarian informasi dapat dilakukan dengan memanfaatkan perangkat teknologi dan informasi seperti multi-media dan internet. Selain kegiatan tersebut, juga dilakukan rencana kegiatan tahap demi tahap sehingga seluruh kegiatan berlangsung efektif dan tepat waktu. 2) Pelaksanaan pengembangan; dalam melaksanakan penyusunan silabus perlu dipahami semua perangkat yang berhubungan dengan penyusunan silabus tersebut, seperti Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan sesuai dengan mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Pelaksanaan penyusunan silabus sesuai dengan prinsip-prinsip pengembangan silabus, mencakup keseluruhan komponen silabus, mulai dari identitas silabus kolom pertama tentang kompetensi dasar hingga kolom terakhir yang berisi tentang sumber, bahan, dan alat pembelajaran. 3) Uji kelayakan; kegiatan ini dilakukan untuk menjamin bahwa silabus yang dikembangkan telah sesuai dengan prinsip-prinsip pengembangan. Uji ini dilakukan melalui penilaian ahli atau pakar di bidang pengembangan silabus, atau pihak terkait lain yang memahami betul seluk-beluk pengembangan silabus. Misalnya wakil kepala sekolah bidang kurikulum, para spesialis kurikulum, ahli mata pelajaran, ahli didaktik-metodik, ahli penilaian, psikolog, guru/instruktur, kepala sekolah, pengawas, staf profesional dinas pendidikan, perwakilan orang tua peserta didik, atau pengawas bidang studi penjasorkes dari Dinas Pendidikan setempat. 4) Perbaikan; silabus yang masih berupa draft, setelah dilakukan pengujian oleh pakar perlu dikaji ulang dan dilakukan perbaikan sesuai rekomendasi yang diberikan oleh para pakar atau ahli tersebut, sebelum diujicobakan dan digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Modul PLPG Penjaskes 2013 300 5) Uji coba penerapan silabus; uji coba ini dilakukan untuk melihat tingkat keterbacaan dan keterlaksanaan berbagai komponen yang dituliskan. Kelebihan dan kekurangan dokumen tersebut dicatat untuk kemudian dijadikan sebagai pedoman untuk memperbaiki silbus tersebut. 6) Penyempurnaan; berbagai catatan yang didapat dari hasil pengkajian ulang dan uji coba dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk memperbaiki draft silabus. Apabila telah memenuhi kriteria dengan cukup baik dapat segera disampaikan kepada kepala sekolah, Dinas Pendidikan dan komunitas sekolah lainnya. 7) Penilaian silabus; penilaian silabus perlu dilakukan secara berkala dengan menggunakan model-model penilaian kurikulum. Hal ini untuk menjaga validitas silabus dengan proses pembelajaran yang akan dilakukan. Kegiatan ini merupakan titik tolak untuk mengembangkan silabus secara berkelanjutan. Silbus selanjutnya dijabarkan ke dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. 8) Silabus diterapkan dalam proses pembelajaran, dievaluasi, dan ditindaklanjuti oleh masing-masing guru. Pengkajian dan pengembangan secara berkelanjutan dilakukan dengan memperhatikan catatan dari hasil evaluasi hasil belajar, evaluasi proses (pelaksanaan pembelajaran), dan evaluasi rencana pembelajaran secara menyeluruh. h. Langkah-langkah Penyusunan/penulisan Silabus 1) Mengisi identitas; Identitas adalah sesuatu yang akan diuraikan atau penanda silabus, seperti nama sekolah, mata pelajaran, kelas/jurusan, dan semester. Identitas silabus ditulis di atas matriks silabus. 2) Memilih dan menuliskan standar kompentensi; Standar Kompetensi adalah kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap tingkat dan atau semester untuk mata pelajaran tertentu. Standar Kompetensi yang dipilih atau digunakan sesuai dengan yang terdapat dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran. Sebelum menentukan atau memilih Standar Kompetensi, penyusun terlebih dahulu mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran dengan memperhatikan hal-hal berikut; (1) urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau tingkat kesulitan materi; (2) keterkaitan antar standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata pelajaran; (3) keterkaitan standar kompetensi dan kompetensi dasar antar mata pelajaran; (4) menuliskan Standar Kompetensi di dalam kolom matriks silabus yang tersedia. 3) Memilih dan menuliskan kompentensi dasar; Kompetensi Dasar merupakan sejumlah kemampuan yang harus dimiliki peserta didik
Modul PLPG Penjaskes 2013 301 dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan untuk menyusun indikator kompetensi. Kompetensi dasar yang digunakan atau dipilih sesuai dengan yang tercantum dalam Standar Kompetensi dan Kompetesi Dasar Mata Pelajaran. Sebelum menentukan atau memilih Kompetensi Dasar, penyusun terlebih dahulu mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut; (1) urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau tingkat kesulitan materi; (2) keterkaitan antarstandar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata pelajaran; (3) keterkaitan standar kompetensi dan kompetensi dasar antar mata pelajaran. 4) Mengidentifikasi materi pokok; Dalam mengidentifikasi materi pokok harus dipertimbangkan: (1) tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spiritual peserta didik; (2) kebermanfaatan bagi peserta didik; (3) struktur keilmuan; (4) kedalaman dan keluasan materi; (5) relevansi dengan kebutuhan peseta didik dan tuntutan lingkungan; (6) alokasi waktu. Selain itu juga harus diperhatikan: a) kesahihan (validity): materi memang benar-benar teruji kebenaran dan kesahihannya b) tingkat kepentingan (Significancy): materi yang diajarkan memang benar-benar diperlukan oleh siswa c) kebermanfaatan (utility) : materi tersebut memberikan dasar- dasar pengetahuan dan keterampilan pada jenjang berikutnya. d) layak dipelajari (learnability): materi layak dipelajari baik dari aspek tingkat kesulitan maupun aspek pemanfaatan bahan ajar dan kondisi setempat. e) menarik minat (interest) : materinya menarik minat siswa dan memotivasinya untuk mempelajari lebih lanjut. 5) Mengembangkan kegiatan pembelajaran; Pengalaman belajar adalah kegiatan fisik maupun mental yang dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan bahan ajar. Kriteria mengembangkan pengalaman belajar sebagai berikut : (1) kegiatan belajar disusun bertujuan untuk memberikan bantuan kepada para pendidik, khususnya guru, agar mereka dapat bekerja dan melaksanakan proses pembelajaran secara propesional sesuai dengan tuntutan kurikulum; (2) kegiatan belajar disusun berdasarkan atas satu tuntutan kompetensi dasar secara utuh; (3) kegiatan belajar memuat rangkaian kegiatan yan harus dilakukan oleh siswa secara berurutan untuk mencapai kompetensi dasar; (4) kegiatan belajar berpusat pada siswa (student centered). Guru harus selalu berfikir kegiatan apa yang bisa dilakukan agar siswa memiliki kompetensi yang telah di tetapkan; (5) materi (content) pengalaman belajar dapat berupa pengetahuan, sikap dan keterampilan; (6) perumusan kegiatan belajar harus jelas materi/konten yang ingin dikuasai siswa; (7) Modul PLPG Penjaskes 2013 302 penentuan urutan langkah pembelajaran sangat penting artinya bagi materi-materi yang memerlukan prasyarat tertentu; (8) pendekatan pembelajaran yang di gunakan bersifat spiral (mudah ke sukar; konkret ke abstrak; dekat ke jauh) dan juga memerlukan urutan pembelajaran yang berstruktur; (9) rumusan pernyataan dalam pengalaman belajar minimal mengandung dua unsur penciri yang mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar siswa, yaitu kegiatan siswa dan materi. Dalam memilih kegiatan siswa mempertimbangkan hal sebagai berikut: (1) memberikan peluang bagi siswa untuk mencari, mengolah dan menemukan sendiri pengetahuan, di bawah bimbingan guru; (2) mencerminkan ciri khas dalam pegembangan kemapuan mata pelajaran; (3) disesuaikan dengan kemampuan siswa, sumber belajar dan sarana yang tersedia; (4) bervariasi dengan mengkombinasikan kegiatan individu/perorangan, berpasangan, kelompok dan klasikal; (5) emperhatikan pelayanan terhadap perbedaan individual siswa seperti: bakat, minat, kemampuan, latar belakang keluarga, sosial-ekomomi dan budaya serta masalah khusus yang dihadapi siswa yang bersangkutan. 6) Merumuskan indikator; Indikator merupakan penjabaran dari kompetensi dasar yang nenunjuk tanda-tanda, perbuatan dan atau respon yang dilakukan atau ditampilkan oleh peserta didik. Indikator dirumuskan sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan, potensi daerah dan peserta didik dan dirumuskan dalam kata kerja operasioanl yang terukur dan atau dapat diobservasi. Indikator digunakan sebagai dasar dalam menyusun alat penilaian. Kriteria penulisan indikator adalah; sesuai tingkat perkembangan berfikir siswa, berkaitan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar, memperhatikan aspek manfaat dalam kehidupan sehari-hari (Life Skills), harus dapat menunjukan pencapaian hasil belajar siswa secara utuh (kognitif, afektif dan psikomotor), memperhatikan sumber-sumber belajar yang relevan, dapat diukur/dapat dikuantifikasi, memperhatikan ketercapaian standar lulusan secara nasional, berisi kata kerja operasional, tidak boleh mengandung pengertian ganda (ambigu). 7) Menetukan Alokasi waktu; Alokasi waktu adalah waktu yang dibutuhkan untuk ketercapaian satu Kompetensi dasar, dengan memperhatikan: (1) minggu efektif per semester; (2) alokasi waktu mata pelajaran; (3) jumlah kompetensi per semester. 8) Menentukan Sumber /Fasilitas/Alat; a) Sumber; Merupakan rujukan, referensi atau literatur yang digunakan dalam menyusun silabus atau pembelajaran. b) Bahan;
Modul PLPG Penjaskes 2013 303 c) Alat; Alat adalah segala sesuatu yang digunakan pembelajaran yang sifatnya mudah dipindahkan, misalnya: bola, net, satelkok, matras, boks senam, simpai, tongkat, pita.
i. Penentuan Penilaian; Di dalam kegiatan penilaian ini terdapat tiga komponen penting, yang meliputi: (a) teknik penilaian, (b) bentuk instrumen, dan (c) contoh instrumen. 1) Teknik Penilaian Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis dan menafsirkan proses dan hasil belajar siswa yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Adapun yang dimaksud dengan teknik penilaian adalah cara-cara yang ditenmpuh untuk memperoleh informasi mengenai proses dan produk yang dihasilkan pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik. Ada beberapa teknik yang dapat dilakukan dalam rangka penilaian ini, yang secara garis besar dapat dikategorikan sebagai teknik tes dan teknik nontes. Teknik tes merupakan cara untuk memperoleh informasi melalui pertanyaan yang memerlukan jawaban betul atau salah, sedangkan teknik nontes adalah suatu cara untuk memperoleh informasi melalui pertanyaan yang tidak memerlukan jawaban betul atau salah. Untuk melaksanakan teknik penilaian diperlukan adanya berbagai kriteria berikut ini; (1) Penulisan jenis penilaian harus disertai dengan aspek-aspek yang akan dinilai sehingga memudahkan dalam pembuatan soal-soalnya; (2) Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian indikator; (3) Penilaian menggunakan acuan kriteria; yaitu berdasarkan apa yang bisa dilakukan siswa setelah siswa mengikuti proses pembelajaran, dan bukan untuk menentukan posisi seseorang terhadap kelompoknya; (4) Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang berkelanjutan. Berkelanjutan dalam arti semua indikator ditagih, kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar yang telah dimiliki dan yang belum, serta untuk mengetahui kesulitan siswa; (5) Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindakan perbaikan, berupa program remedi. Apabila siswa belum menguasai suatu kompetensi dasar, ia harus mengikuti proses pembelajaran lagi, sedang bila telah menguasai kompetensi dasar, ia diberi tugas pengayaan; (6) Siswa yang telah menguasai semua atau hampir semua kompetensi dasar dapat diberi tugas untuk mempelajari kompetensi dasar berikutnya; (7) Dalam sistem penilaian berkelanjutan, guru harus membuat kisi-kisi penilaian dan rancangan penilaian secara menyeluruh untuk satu semester dengan menggunakan teknik penilaian yang tepat; (8) Penilaian dilakukan untuk menyeimbangkan berbagai aspek pembelajaran (kognitif, afektif dan psikomotorik), dengan menggunakan berbagai model penilaian, formal dan tidak formal secara berkesinambungan; (9) Penilaian merupakan suatu proses pengumpulan pelajaran dan penggunaan informasi tentang hasil Modul PLPG Penjaskes 2013 304 belajar siswa dengan menerapkan prinsip berkelanjutan, bukti-bukti otentik, akurat dan konsisten sebagai akuntabilitas publik; (10) Penilaian merupakan proses identifikasi pencapaian kompetensi dan hasil belajar yang dikemukakan melalui pernyataan yang jelas tentang standar yang harus dan telah dicapai disertai dengan peta kemajuan hasil belajar siswa; (11) Penilaian berorientasi pada Standar Kompetensi, Kompetensi dasar dan indikator dengan demikian hasil akan memberikan gambaran mengenai perkembangan pencapaian kompetensi; (12) Penilaian dilakukan secara berkelanjutan (direncanakan dan dilakukan terus menerus) guna mendapatkan gambaran yang utuh mengenai perkembangan penguasaan kompetensi oleh siswa, baik sebagai efek langsung (main effect) maupun efek pengiring (nurturant effect) dari proses pembelajaran; (13) Sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar yang ditempuh dalam proses pembelajaran. Misalnya, jika pembelajaran menggunakan pendekatan tugas observasi lapangan maka evaluasi harus diberikan baik pada proses (keterampilan proses) misalnya teknik wawancara, maupun produk/hasil melakukan observasi lapangan yang berupa informasi yang dibutuhkan.
2) Bentuk Instrumen Bentuk instrumen yang dapat dikembangkan dapat meliputi instrumen-instrumen yang erat terkait dengan jenis tes. Oleh karena itu, bentuk instrumen dapat dibedakan menjadi: (1) Instrumen Tes, dapat berbentuk: esai/uraian, objektif, isian, menjodohkan, unjuk kerja; (2) Instrumen Nontes, dapat berupa: lembar observasi, penugasan, kuesioner, Penentuan dan pencantuman bentuk instrumen ini dapat diperhatikan jenis tes apa yang akan digunakan. Sesudah penentuan instrumen tes telah dipandang tepat, selanjutnya instrumen tes itu dituliskan di dalam kolom matriks silabus yang tersedia.
3) Contoh Instrumen Instrumen yang sudah tersusun, selanjutnya diberikan contoh yang dapat dituliskan di dalam kolom matriks silabus yang tersedia. Namun, apabila dipandang hal itu menyulitkan karena kolom yang tersedia tidak mencukupi, selanjutnya bentuk instrumen penilaian diletakkan di dalam lampiran.
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) a. Pengertian Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan penjabaran dari silabus yang telah disusun pada langkah sebelumnya. RPP disusun untuk setiap kali pertemuan. Di dalam RPP tercermin kegiatan yang dilakukan guru dan peserta didik untuk mencapai kompetensi yang telah ditetapkan.
Modul PLPG Penjaskes 2013 305 Selain pengertian tersebut, juga dikemukakan pengertian lain tentang rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) ini, yaitu; rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan telah dijabarkan dalam silabus. Lingkup rencana pelaksanaan pembelajaran paling luas mencakup 1 (satu) kompetensi dasar yang terdiri atas 1 (satu) atau beberapa indikator untuk 1 (satu) kali pertemuan atau lebih.
b. Landasan Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran PP NO 19 TAHUN 2005 Pasal 20; Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar. Permendiknas Nomor 41tahun 2007 Tentang Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah. RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai KD. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih. Guru merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan yang disesuaikan dengan penjadwalan di satuan pendidikan.
c. Prinsip Pengembangan RPP Sebagaimana prinsip-prinsip yang ada pada pengembangan silabus, pada rencana pelaksanaan pembelajaran ini juga memiliki prinsip Ilmiah (prinsip berpikir ilmiah adalah bahwa suatu kegiatan penyusunan didasari dengan landasan teoretik yang benar, melalui tahapan yang seharusnya ditempuh, dan hasil yang diperoleh dapat diterapkan dalam pengalaman nyata di sekolah). Relevan (rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang dikembangkan memiliki kesesuaian dengan mata pelajaran, materi pokok yang akan diajarkan, serta kebutuhan peserta didik). Sistemis dan Sistematis (sebagai sebuah sistem, keberadaan komponen-komponen minimal tersebut tidak bisa dipisahkan satu dengan lainnya. Penulisan berbagai komponen tersebut sesuai dengan tata urutannya, sehingga yang perlu didahulukan diletakkan di awal dan yang lainnya dikemudiankan. Namun demikian jika tidak berurutanpun tidak Modul PLPG Penjaskes 2013 306 menjadi sebuah masalah yang berarti, karena masing-masing memiliki alasan tersendiri, berdasarkan prinsip keilmiahannya). Konsisten (adanya hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara kompetensi dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian); Memadai (rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) memiliki kecukupan dan ketercakupan; Aktual dan Kontekstual (up to date dan yang benar-benar diperlukan oleh peserta didik). Fleksibel (memiliki daya adaptasi, sehingga mampu disesuaikan dengan berbagai kondisi yang terjadi saat berlangsungnya pembelajaran); Menyeluruh (bersentuhan dengan ranah keterampilan, aspek pengetahuan, dan pembentukan sikap).
d. Pengembang RPP Pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dapat dilakukan oleh para guru secara mandiri atau berkelompok dalam sebuah sekolah atau beberapa sekolah, kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) atau Kelompok Kegiatan Guru (KKG), dan Dinas Pendidikan. Sebagaiman pada pengembangan silabus, pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) penjasorkes ini sekolah, kelompok kerja guru, atau dinas pendidikan dapat meminta bimbingan teknis dari perguruan tinggi, LPMP, PPPPTK atau unit utama lain yang ada di Depatemen Pendidikan Nasional.
e. Komponen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Rencana pelaksanaan pembelajaran paling tidak memuat komponen- komponen; 1) Tujuan Pembelajaran; Tujuan Pembelajaran berisi penguasaan kompetensi yang operasional yang ditargetkan/dicapai dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Tujuan pembelajaran dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang operasional dari kompetensi dasar. Apabila rumusan kompetensi dasar sudah operasional, rumusan tersebutlah yang dijadikan dasar dalam merumuskan tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran dapat terdiri atas sebuah tujuan atau beberapa tujuan. 2) Materi Pembelajaran; Materi ajar adalah materi yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Materi ajar dikembangkan dengan mengacu pada materi pokok yang ada dalam silabus. 3) Metode Pembelajaran; Metode dapat diartikan benar-benar sebagai metode, tetapi dapat pula diartikan sebagai model atau pendekatan pembelajaran, bergantung pada karakteristik pendekatan dan/atau strategi yang dipilih.
Modul PLPG Penjaskes 2013 307 4) Sumber Belajar; Pemilihan alat dan sumber belajar mengacu pada perumusan yang ada dalam silabus dan dituliskan secara lebih operasional. Misalnya, sumber belajar dalam silabus dituliskan buku teks, dalam RPP harus dicantumkan judul buku teks tersebut, pengarang, dan halaman yang diacu. 5) Penilaian Hasil Belajar; Penilaian dijabarkan atas teknik penilaian, bentuk instrumen, dan instrumen yang dipakai untuk mengumpulkan data. Apabila penilaian menggunakan teknik tes tertulis uraian, tes unjuk kerja, dan tugas rumah yang berupa proyek harus disertai rubrik penilaian
f. Format RPP Permendikbud Nomor 65 tahun 2013 Tentang Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah menjelaskan mengenai pengembangan RPP memuat identitas mata pelajaran atau tema pelajaran, SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih. Guru merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan yang disesuaikan dengan penjadwalan di satuan pendidikan. Komponen RPP terdiri atas: 1) identitas sekolah yaitu nama satuan pendidikan 2) identitas mata pelajaran atau tema/subtema; 3) kelas/semester; 4) materipokok; 5) alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban belajar dengan mempertimbangkan jumlah jam pelajaran yang tersedia dalam silabus dan KD yang harus dicapai; 6) tujuan pembelajaran yang dirumuskan berdasarkan KD, dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan; 7) kompetensi dasar dan indicator pencapaian kompetensi; 8) materi pembelajaran, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator ketercapaian kompetensi; 9) metode pembelajaran, digunakan oleh pendidik untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai KD yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan KD yang akan dicapai; Modul PLPG Penjaskes 2013 308 10) media pembelajaran, berupa alat bantu proses pembelajaran untuk menyampaikan materi pelajaran; 11) sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar, atau sumber belajar lain yang relevan; 12) langkah-langkah pembelajaran dilakukan melalui tahapan 13) pendahuluan, inti, dan penutup; dan penilaian hasil pembelajaran.
g. Tahapan Pengembangan RPP Pengembangan RPP merupakan kelanjutan dari pengembngan silabus sebagai satu kesatuan rangkaian penyusunan perencanaan pembelajaran. RPP merupakan jabaran lebih operasional silabus yang telah disusun melalui tahap perencanaan, pelaksanaan pengembangan, uji kelayakan, perbaikan, uji coba penerapan, penyempurnaan, serta Penilaian RPP.
h. Langkah-langkah Menyusun Rencana Pelaksanaan Pelaksanaan 1) Mengisi kolom identitas; sebagaimana tertulis pada silabus, dentitas pada RPP adalah sesuatu yang akan diuraikan atau penanda silabus, seperti nama sekolah, mata pelajaran, kelas/jurusan, dan semester. Identitas silabus yang ditulis sebelumnya dapat dipindahkan pada RPP ini. 2) Menentukan alokasi waktu yg dibutuhkan utk pertemuan yg telah ditetapkan; penentuan waktu pada RPP merujuk pada alokasi waktu yang ada pada silabus, yang didasarkan pada potensi awal kemampuan peserta didik, tingkat kerumitan tugas gerak, serta daya dukung maupun daya hambat yang mungkin terjadi saat dilaksanakannya pembelajaran. 3) Memindahkan SK, KD, dan Indikator yang akan digunakan; hal ini juga terdapat pada silabus yang telah disusun. 4) Merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan SK, KD, dan Indikator yg telah ditentukan; tujuan pembelajaran ini merupakan uraian lebih rinci dari KD dan Indikator, pada saat-saat tertentu rumusan indikator sama dengan tujuan pembelajaran, karena indikator sudah sangat rinci sehingga tidak dapat dijabarkan lagi. 5) Mengidentifikasi materi ajar berdasarkan materi pokok/ pembelajaran yang terdapat dalam silabus. Materi ajar merupakan uraian dari materi pokok/pembelajaran. 6) Menentukan metode pembelajaran yang akan digunakan; penentuan metode pembelajaran ini mempertimbangkan karakter peserta didik, karakter dari materi pembelajaran, serta media pembelajarannya dan berbagai hal yang terkait dengan proses pembelajaran. 7) Merumuskan langkah pembelajaran yang terdiri dari kegiatan awal, inti, dan akhir; perumusan langkah pembelajaran didasari dengan berbagai landasan teoretik, misalnya; tiga tahap pembelajaran Fitts
Modul PLPG Penjaskes 2013 309 dan Possner; (1) Tahap kognitif, (2) Assosiatif/akuisisi/penyatuan/latihan, (3) Tahap autonomous/otomatisasi. Atau nine events instruction-nya Gagne, yaitu; pencarian perhatian (gain attention), penjelasan tujuan (describe the goal), merangsang pemanggilan kembali pengetahuan yang relevan yang diperoleh sebelumnya (stimulate recall of prior knowledge), mempersembahkan materi pembelajaran untuk dipelajari (present the material to be learned), menyiapkan/ menyediakan panduan untuk pembelajaran (provide guidance for learning), merangsang peserta didik untuk melatih kinerjanya (elicit performance practice), pemberian balikan informative (provide informative feedback), melakukan penilaian pembelajaran (assess performance) serta pemberian informasi kemajuan pembelajaran secara umum, dan yang terakhir adalah melakukan penguatan dan pengalihan (enhance retention and transfer) 8) Menentukan alat/bahan/ sumber belajar yang digunakan sesuai dengan keperluan proses pembelajaran. 9) Menyusun kriteria penilaian, lembar pengamatan, contoh soal, teknik penskoran, dll.
E. Rangkuman Pada era pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ini, penyusunan silabus hendaknya dilakukan oleh guru mata pelajaran pendidikan jasmani secaara mandiri, karena guru tersebutlah yang tahu secara pasti karakter dan kebutuhan anak didiknya. Namun demikian jika guru yang bersangkutan merasa belum mampu maka dapat bekerja sama dengan guru bidang studi lain atau sesama guru penjas pada satu wilayah atau satuan kerjanya, dengan difasilitasi oleh sekolah maupun dinas pendidikan setempat. Silabus dikembangkan berdasarkan landasan, dan prinsip pengembangan yang memadai melalui tahapan dan langkah yang sistemik dan sistematik. Silabus harus dikaji dan dikembangkan secara berkelanjutan dengan memperhatikan masukan hasil evaluasi belajar, evaluasi proses (pelaksanaan pembelajaran) dan evaluasi rencana pembelajaran. Pada era pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ini, penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) hendaknya dilakukan oleh guru mata pelajaran pendidikan jasmani secaara mandiri, karena guru tersebutlah yang tahu secara pasti karakter dan kebutuhan anak didiknya. Namun demikian jika guru yang bersangkutan merasa belum mampu maka dapat bekerja sama dengan guru bidang studi lain atau sesama guru penjas pada satu wilayah atau satuan kerjanya, dengan difasilitasi oleh sekolah maupun dinas pendidikan setempat. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dikembangkan berdasarkan landasan, dan prinsip pengembangan yang memadai melalui tahapan dan langkah yang sistemik dan sistematik. Modul PLPG Penjaskes 2013 310 Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) harus dikaji dan dikembangkan secara berkelanjutan dengan memperhatikan masukan hasil evaluasi belajar, evaluasi proses (pelaksanaan pembelajaran) dan evaluasi rencana pembelajaran.
F. Soal-soal Latihan Soal Latihan Uraian Jawablah pertanyaan berikut ini dengan singkat dan tepat!
1. Jelaskan tahap-tahap yang harus dilalui dalam mengembangkan silabus! 2. Menurut saudara seberapa pentingkah peran silabus dan RPP dalam keberhasilan proses pembelajaran, sehingga perlu disusun dan dikembangkan? 3. Bagaimanakah mekanisme pengembangan silabus jika silabus disusun oleh guru secara mandiri, dan jika silabus disusun bersama dalam kelompok kerja guru? 4. Mengapa rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sebaiknya dikembangkan oleh guru yang bersangkutan? 5. Susunlah silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sesuai dengan prisip pengembangan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)!
Soal Latihan Pilihan Berganda Berilah tanda silang (X) pada huruf A, B, C, atau D yang merupakan jawaban paling benar!
1. Rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar disebut . . . . A. standar kompetensi mata pelajaran B. indikator pencapaian pembelajaran C. silabus D. rencana pelaksanaan pembelajaran
2. PP No 19 Tahun 2005 Pasal 20; menyatakan bahwa perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya . . . . A. tujuan, materi ajar, metode, sumber B. materi, metode, sumber, penilaian C. metode, sumber, penilaian, tujuan D. tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar
Modul PLPG Penjaskes 2013 311
3. Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan. Hal ini merupakan prinsip pengembangan silabus dilihat dari unsur . . . . A. ilmiah B.relevan C. sistemis dan sistematik D. konsisten
4. Tujuan pembelajaran Penjasorkes tidak hanya bersentuhan dengan ranah keterampilan saja, melainkan juga meliputi aspek pengetahuan, dan pembentukan sikap, untuk itu komponen silabus yang dituliskan hendaknya juga mencakup keseluruhan ranah kompetensi tersebut (kognitif, afektif, psikomotor). Hal ini merupakan prinsip pengembangan silabus dilihat dari unsur . . . . A. menyeluruh B. relevan C. fleksibel D. konsisten
5. Penjabaran dari silabus yang telah disusun pada langkah sebelumnya disebut .... A. standar kompetensi mata pelajaran B. indikator pencapaian pembelajaran C. tujuan pembelajaran D. rencana pelaksanaan pembelajaran
Kunci Jawaban 1. C 2. D 3. A 4. A 5. D DAFTAR PUSTAKA ____________, Undang-Undang Negara Republik Indonesia, Nomor 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta; Depdiknas, 2003 ____________, Undang-undang Negara Republik Indonesia, Nomor 3 Tahun 2005, Tentang Sistem Keolahragaan Nasional, Jakarta: Menegpora 2005 ____________, Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 Standar Isi/Standar Kompetensi Dan Kompetensi Dasar SMP-MTs-SMPLB, Jakarta: Depdiknas, 2006 ___________, Bahan Sosialisasi KTSP Permendiknas No. 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan, Jakarta: Depdiknas, 2007 Modul PLPG Penjaskes 2013 312 ___________, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah __________, Pengembangan Model Pengajaran Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar. Surabaya: Pusat Penelitian IKIP Surabaya Buccher, Charles A. Foundation of Physical Education & Sport. Ninth Edition. St. Louis: Te C.V. Mosby Company, 1983 Cholik Mutohir. T. Gagasan-gagasan tentang Pendidikan Jasmani dan Olahraga, Surabaya, Unesa University Press, 2002 Mosston, M. Teaching Physical Education, Columbus, Ohio: Merill. 1966
Modul PLPG Penjaskes 2013 313 BAB XIV PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS)
A. Pokok-pokok Isi Materi Pendidikan, perlu ada perhatian secara khusus dari berbagai aspek. Aspek tersebut meliputi profesionalisme guru, perkembangan dan pertumbuhan peserta didik, tujuan pendidikan dan pengajaran, program pendidikan dan kurikulum, perencanaan pengajaran, strategi belajar mengajar, media pembelajaran. Media pembelajaran memiliki bermacam-macam bentuk dan fungsinya, Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan salah satu media cetak yang digunakan sebagai pedoman di dalam pembelajaran serta berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik dalam kajian tertentu. Kebanyakan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang ada di sekolah atau institusi pendidikan hanya Lembar Kerja Siswa (LKS) yang memindah sebuah jawaban dari materi yang terurai pada awal halaman. Lembar Kerja Siswa (LKS) semacam ini tidak efisien dan kurang baik terhadap proses pembelajaran peserta didik, karena peserta didik hanya terpaku pada sebuah uraian dalam Lembar Kerja Siswa (LKS) tanpa menganalisa sebuah problem atau soal, sehingga dapat meningkatkan aktifitas peserta didik dalam proses belajar dapat mengoptimalkan hasil belajar. Dalam situasi yang modern saat ini banyak media selain Lembar Kerja Siswa (LKS) yang lebih dapat mempermudah dan dapat cepat diterima oleh peserta didik. Tetapi, bukan berarti media Lembar Kerja Siswa (LKS) tidak dapat digunakan oleh karena media-media yang lebih canggih seperti media audio visual, dan lain-lain. Berkenaan dengan pemilihan Lembar Kerja Siswa (LKS) ini, secara umum masalah dimaksud meliputi: cara penentuan jenis materi, kedalaman, ruang lingkup, urutan penyajian, perlakuan (treatment) terhadap materi pembelajaran, dan sebagainya. Masalah lain yang berkenaan dengan Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah memilih sumber di mana Lembar Kerja Siswa (LKS) itu didapatkan. Ada kecenderungan sumber LKS dititikberatkan pada buku. Padahal banyak sumber Lembar Kerja Siswa (LKS) selain buku yang dapat digunakan. Bukupun tidak harus satu macam dan tidak harus sering berganti seperti terjadi selama ini. Berbagai buku dapat dipilih sebagai sumber Lembar Kerja Siswa (LKS). Termasuk masalah yang sering dihadapi guru berkenaan dengan Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah guru memberikan Lembar Kerja Siswa (LKS) atau materi pembelajaran terlalu luas atau terlalu sedikit, terlalu mendalam atau terlalu dangkal, urutan penyajian yang tidak tepat, dan jenis materi Lembar Kerja Siswa (LKS) yang tidak sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai oleh peserta didik. Berkenaan dengan buku sumber sering terjadi setiap ganti semester atau ganti tahun ganti buku. Modul PLPG Penjaskes 2013 314 Sehubungan dengan itu, perlu disusun rambu-rambu pemilihan dan pemanfaatan Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk membantu guru agar mampu memilih materi pembelajaran dan memanfaatkannya dengan tepat. Rambu-rambu dimaksud antara lain berisikan konsep dan prinsip pemilihan materi pembelajaran, penentuan cakupan, urutan, kriteria dan langkah-langkah pemilihan, perlakuan/pemanfaatan, serta sumber materi pembelajaran. Penyusunan Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan rangkaian program pendidikan yang utuh, dan merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lainnya. Untuk itu, perlu ada model penyusunan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang dapat dijadikan sebagai salah satu acuan atau referensi oleh guru dan penyelenggaranya di satuan pendidikan. Modul Pendidikan Latihan Profesi Guru (PLPG) pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) ini berisi tentang: identifikasi LKS, prinsip- prinsip penggunaan LKS, peran LKS, macam-macam bentuk LKS, komponen-komponen LKS, manfaat dan fungsi LKS, karakteristik LKS, langkah-langkah dan struktur LKS, cara membuat LKS, kelebihan dan kekurangan LKS, dan implikasi LKS dalam Pembelajaran.
B. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar 1. Standar Kompetensi Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran/bidang pengembangan yang diampu.
2. Kompetensi Dasar a. Memahami standar kompetensi mata pelajaran yang diampu. b. Memahami kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu. c. Memahami tujuan pembelajaran yang diampu.
C. Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari modul Pendidikan Latihan Profesi Guru (PLPG) Penjas ini Bapak/ibu akan memiliki kompetensi yang tercermin dari indikator sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi identifikasi lembar kerja siswa (LKS). 2. Menjelaskan prinsip-prinsip penggunaan lembar kerja siswa (LKS). 3. Menjelaskan peran, manfaat dan fungsi lembar kerja siswa (LKS). 4. Menjelaskan bentuk, komponen-komponen, karakteristik lembar kerja siswa (LKS). 5. Menjelaskan langkah-langkah dan struktur lembar kerja siswa (LKS). 6. Menjelaskan cara membuat lembar kerja siswa (LKS) 7. Menjelaskan kelebihan dan kekurangan lembar kerja siswa (LKS). 8. Menjelaskan implikasi LKS dalam Pembelajaran.
Modul PLPG Penjaskes 2013 315 D. Uraian Materi 1. Pengertian Lembar Kerja Siswa LKS merupakan lembar kerja bagi siswa baik dalam kegiatan intrakurikuler maupun kokurikuler untuk mempermudah pemahaman terhadap materi pelajaran yang didapat (Azhar, 1993:78). LKS (lembar kerja siswa) adalah materi ajar yang dikemas secara integrasi sehingga memungkinkan siswa mempelajari materi tersebut secara mandiri. Lembar kerja siswa (LKS) merupakan salah satu perangkat pembelajaran Penjasorkes yang cukup penting dan diharapkan mampu membantu peserta didik menemukan serta mengembangkan konsep pembelajaran Penjasorkes. LKS merupakan salah satu sarana untuk membantu dan mempermudah dalam kegiatan belajar mengajar sehingga akan terbentuk interaksi yang efektif antara siswa dengan guru, sehingga dapat meningkatkan aktifitas siswa dalam peningkatan prestasi belajar. Dalam lembar kerja siswa (LKS) siswa akan mendapatkan uraian materi, tugas, dan latihan yang berkaitan dengan materi yang diberikan. Dengan menggunakan LKS dalam pengajaran akan membuka kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk ikut aktif dalam pembelajaran. Dengan demikian guru bertanggung jawab penuh dalam memantau siswa dalam proses belajar mengajar. Penggunaan LKS sebagai alat bantu pengajaran akan dapat mengaktifkan siswa. Dalam hal ini, sesuai dengan pendapat Tim Instruktur Pemantapan Kerja Guru (PKG) dalam Sudiati (2003:11), menyatakan secara tegas salah satu cara membuat siswa aktif adalah dengan menggunakan LKS. Menurut Dhari dan Haryono (1988) yang dimaksud dengan lembar kerja siswa adalah lembaran yang berisi pedoman bagi siswa untuk melakukan kegiatan yang terprogram. Setiap LKS berisikan antara lain: uraian singkat materi, tujuan kegiatan, alat/ bahan yang diperlukan dalam kegiatan, langkah kerja pertanyaan-pertanyaan untuk didiskusikan, kesimpulan hasil diskusi, dan latihan ulangan. Jadi, Lembar Kerja Siswa (LKS) dapat diartikan lembaran-lembaran yang digunakan peserta didik sebagai pedoman dalam proses pembelajaran, serta berisi tugas yang dikerjakan oleh siswa baik berupa soal maupun kegiatan yang akan dilakukan peserta didik. Prinsipnya lembar kerja siswa adalah tidak dinilai sebagai dasar perhitungan rapor, tetapi hanya diberi penguat bagi yang berhasil menyelesaikan tugasnya serta diberi bimbingan bagi siswa yang mengalami kesulitan. Mengandung permasalahan (problem solving) sehingga siswa dapat mengembangkan pola pikir mereka dengan memecahkan permasalahan tersebut. Lembar kerja siswa merupakan bahan pembelajaran cetak yang yang paling sederhana karena komponen isinya bukan pada materi ajar tetapi pada pengembangan soal-soalnya serta latihan. LKS sangat baik dipergunakan dalam rangka strategi heuristik maupun ekspositorik. Dalam strategi heuristik LKS dipakai dalam metode penemuan terbimbing, Modul PLPG Penjaskes 2013 316 sedangkan dalam strategi ekspositorik LKS dipakai untuk memberikan latihan pengembangan. Selain itu LKS sebagai penunjang untuk meningkatkan aktifitas siswa dalam proses belajar dapat mengoptimalkan hasil belajar.
2. Prinsip Penggunaan Lembar Kerja Siswa (LKS) Prinsip-prinsip penggunaan lembar kerja siswa (LKS) antara lain sebagai berikut: a. Menentukan tujuan Standar Kompetensi, Kompetensi dasar, Indikator dan Tujuan Pembelajaran lalu rencanakan pelaksanaan pembelajarannya dalam bentuk RPP. b. Memilih secara cermat dan nilai secara teliti pertanyaan, tugas atau latihan dalam LKS apakah sudah sesuai dengan kebutuhan pembelajaran dan tahap perkembangan siswa. c. Setiap tes yang tertuang dalam LKS seyogianya dapat diperiksa dengan cepat agar efektif dan efisien. d. Latihan dalam LKS menunjang penguasaan literasi sains siswa, penguasaan inkuiri dan menanamkan sikap ilmiah. e. Bila kelas heterogen, rancanglah sebuah latihan yang bersifat individual. f. Penggunaan LKS bukanlah untuk menggantikan tanggung jawab guru dalam pembelajaran melainkan sebagai sarana untuk mempercepat pencapaian tujuan pembelajaran. g. Penggunaan LKS sebaiknya dapat menumbuhkan minat siswa terhadap pembelajaran sains melalui diskusi dan pelaksanaan langkah kerja berupa percobaan atau demonstrasi. h. Guru sebaiknya memiliki kesiapan dalam pengelolaan kelas berkaitan dengan pengindividualan pengajaran berhubung LKS disusun dengan mempertimbangkan aspek perbedaan individu dan mengembangkan kemampuan self assessment bagi siswa.
3. Peran Lembar Kerja Siswa (LKS) Peran LKS dalam proses pembelajaran adalah sebagai alat untuk memberikan pengetahuan, sikap dan ketrampilan pada siswa. Penggunaan LKS memungkinkan guru mengajar lebih optimal, memberikan bimbingan kepada siswa yang mengalami kesulitan, memberi penguatan, serta melatih siswa memecahkan masalah. Manfaat penggunaan bagi peserta didik adalah sebagai berikut: a. Meningkatkan aktifitas siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar. b. Melatih dan mengembangkan ketrampilan proses pada siswa sebagai dasar penerapan ilmu pengetahuan. c. Membantu memperoleh catatan tentang materi yang dipelajari melalui kegiatan tersebut. d. Membantu menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar siswa secara sistematis.
Modul PLPG Penjaskes 2013 317 Hal yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan bahan pembelajaran cetak terutama lembar kerja siswa adalah pada pengembangan GBPP bahan ajar cetak yang telah dikembangkan sebelumnya, terutama pada analisis kompetensi sampai pada insikator ketercapaiannya. Pengembangan indikator dalam GBPP haruslah benar-benar mewakili standart kompetensi dan kompetensi dasarnya,karena nantinya indikator ini yang akan dijadikan panduan dalam membuat soal. Materi yang ada di dalam lembar kerja siswa merupakan hanya sebuah ringkasan saja tetapi sudah mencangkup tentang apa yang akan dimengerti oleh siswa. Latihan dan soal-soal yang dikembangkan harus menggunakan berbagai bentuk dan teknik yang beraneka ragam sehingga tidak membosankan. Harus dicantumkan pula bagaimana langkah-langkah pengerjaanya jika soal tersebut berbentuk esai ataupun penugasan.
4. Macam-macam Lembar Kerja Siswa (LKS) Macam- macam lembar kerja siswa dibagi menjadi dua yaitu LKS terbuka dan LKS tertutup. a. LKS tertutup, lembaran kegiatan siswa yang digunakan dalam pembelajaran di kelas secara teratur dan sistematis. Contohnya, biasanya setelah guru menyampaikan materi maka siswa diberikan lembar kerja yang harus diselesaikan oleh peserta didik, guru bisa menggunakan lembar kerja siswa tertutup. b. LKS terbuka, yaitu lembar kegiatan siswa yang di dalamnya tidak terikat dengan aturan-aturan. Jadi, siswa disuruh menyelesaikan masalah yang ada di dalam LKS ini dengan caranya sendiri beserta dengan petunjuk guru.
5. Komponen-komponen Lembar Kerja Siswa (LKS) Komponen- komponen lembar kerja siswa (LKS) sebagai berikut : a. Kata pengantar b. Daftar isi c. Pendahuluan (berisi analisis/daftar dari tujuan pembelajaran dan indikator ketercapaian berdasarkan hasil analisis dari GBPP). d. Bab 1 berisi tentang ringkasan materi/penekanan materi dari pokok bahasan tersebut. e. Lembar kerja : berisi berbagai soal ataupun penugasan yang akan dikerjakan oleh siswa. f. Bab 2 berisi tentang ringkasan materi/penekanan materi dari pokok bahasan tersebut. g. Lembar kerja dan seterusnya. h. Daftar pustaka
Modul PLPG Penjaskes 2013 318 6. Manfaat dan Fungsi Lembar Kerja Siswa (LKS) Manfaat dan fungsi Lembar Kerja Siswa (LKS). Peran LKS sangat besar dalam proses pembelajaran karena dapat meningkatkan aktifitas siswa dalam belajar dan penggunaannya dalam pembelajaran Penjasorkes dapat membantu guru untuk mengarahkan siswanya menemukan konsep- konsep melalui aktifitasnya sendiri. Disamping itu LKS juga dapat mengembangkan keterampilan proses, meningkatkan aktifitas siswa dan dapat mengoptimalkan hasil belajar. Manfaat secara umum adalah sebagai berikut : a. Membantu guru dalam menyusun rencana pembelajaran. b. Mengaktifkan peserta didik dalam proses belajar mengajar. c. Sebagai pedoman guru dan peserta didik untuk menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistimatis. d. Membantu peserta didik memperoleh catatan tentang materi yang akan dipelajari melalui kegiatan belajar. e. Membantu peserta didik untuk menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis. f. Melatih peserta didik untuk menemukan dan mengembangka keterampilan proses. g. Mengaktifkan peserta didik dalam mengembangkan konsep. Adapun manfaat secara khusus sebagai berikut : a. Untuk tujuan latihan Siswa diberikan serangkaian tugas/aktivitas latihan. Lembar kerja seperti ini sering digunakan untuk memotivasi siswa ketika sedang melakukan tugas latihan. b. Untuk menerangkan penerapan (aplikasi) Siswa dibimbing untuk menuju suatu metode penyelesaian soal dengan kerangka penyelesaian dari serangkaian soal-soal tertentu. Hal ini bermanfaat ketika kita menerangkan penyelesaian soal aplikasi yang memerlukan banyak langkah. Lembaran kerja ini dapat digunakan sebagai pilihan lain dari metode tanyajawab, dimana siswa dapat memeriksa sendiri jawaban pertanyaan itu. c. Untuk kegiatan penelitian Siswa ditugaskan untuk mengumpulkan data tertentu, kemudian menganalisis data tersebut. Misalnya dalam penelitian statistika. d. Untuk penemuan Dalam lembaran kerja ini siswa dibimbing untuk menyelidiki suatu keadaan tertentu, agar menemukan pola dari situasi itu dan kemudian menggunakan bentuk umum untuk membuat suatu perkiraan. Hasilnya dapat diperiksa dengan observasi dari contoh yang sederhana. e. Untuk penelitian hal yang bersifat terbuka Penggunaan lembaran kerja siswa ini mengikutsertakan sejumlah siswa dalam penelitian dalam suatu bidang tertentu.
Modul PLPG Penjaskes 2013 319 Fungsi Lembar kerja siswa (LKS) dalam proses belajar mengajar ada dua sudut pandang, yaitu : a. Dari sudut pandang peserta didik, fungsi LKS sebagai sarana belajar baik di kelas, di ruang praktek, maupun di luar kelas. Sehingga siswa berpeluang besar untuk mengambangkan kemampuan, menerapkan pengetahuan, melatih ketrampilan, memproses sendiri dengan bimbingan guru untuk mendapat perolehannya. b. Dari sudut pandang guru, melalui lembar kerja siswa dalam menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar sudah menerapkan metode membelajarkan siswa, dengan kadar keaktifan peserta didik yang tinggi. LKS merupana salah satu dari sekian banyak media yang digunakan dalam proses belajar mengajar di sekolah. Dalam pengajaran mata pelajaran, media LKS banyak digunakan untuk memancing aktivitas belajar siswa. Karena dengan LKS siswa akan merasa diberi tanggung jawab moril untuk menyelesaikan suatu tugas dan merasa harus mengerjakannya, terlebih lagi apabila guru memberikan perhatian penuh terhadap hasil pekerjaan siswa dalam LKS tersebut. Guru tidak memberi jawaban akan tetapi siswa diharapkan dapat menyelesaikan dan memecahkan masalah yang ada dalam LKS tersebut dengan bimbingan atau petunjuk dari guru.
7. Karakteristik Lembar Kerja Siswa (LKS) Karakteristik Lembar Kerja Siswa (LKS) antara lain sebagai berikut: a. LKS memiliki soal-soal yang harus dikerjakan siswa, dan kegiatan- kegitan seperti percobaan atau terjun ke lapangan yang harus siswa lakukan. b. Merupakan bahan ajar cetak. c. Materi yang disajikan merupakan rangkuman yang tidak terlalu luas pembahasannya tetapi sudah mencakup apa yang akan dikerjakan atau dilakukan oleh peserta didik. d. Memiliki komponen-komponen seperti kata pengantar, pendahuluan, daftar isi, dan lain-lain.
8. Langkah-langkah dan Struktur Lembar Kerja Siswa (LKS) a. Langkah-langkah penulisan LKS sebagai berikut: 1) Melakukan analisis kurikulum; SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indicator. 2) Menyusun peta kebutuhan LKS 3) Menentukan judul LKS 4) Menulis LKS 5) Menentukan alat penilaian
b. Struktur LKS sebagai berikut: 1) Judul, mata pelajaran, semester, tempat 2) Petunjuk belajar Modul PLPG Penjaskes 2013 320 3) Kompetensi yang akan dicapai 4) Indikator 5) Informasi pendukung 6) Tugas-tugas dan langkah-langkah kerja 7) Penilaian 9. Cara Membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) Dalam pembuatan lembar kerja siswa perlu diperhatikan beberapa syarat dan hal-hal yang penting, diantaranya sebagai berikut. a. Mempunyai tujuan yang ingin dicapai berdasarkan GBPP, AMP, dan buku pegangan/paket, mengandung proses dan kemampuan yang dilatih, serta mengutamakan bahan-bahan yang penting. b. Tata letak harus dapat menunjukkan urutan kegiatan secara logis dan sistematis, menunjukan bagian-bagian yang sudah diikuti dari awal sampai akhir, serta desainnya menarik dan indah. c. Susunan kalimat dan kata-kata memenuhi kriteria berikut : sederhana dan mudah dimengerti, singkat dan jelas, istilah baru hendaknya diperkenalkan, serta informasi / penjelasan yang panjang hendaknya dibuat dalam lembar catatan peserta didik. d. Gambar ilustrasi dan skema sebaiknya membantu peserta didik, menunjukkan cara, menyusun, dan merangkai sehingga membantu anak didik berpikir kritis.Agar lebih spesifik lagi pembahasan tentang cara pembuatgan Lembar Kerja Siswa (LKS) maka diklasifikasikan sebagai berikut : a. Syarat didaktik, Lembar Kerja Siswa (LKS) sebagai salah satu bentuk sarana berlangsungnya proses belajar- mengajar haruslah memenuhi persyaratan didaktik, artinya suatu LKS harus mengikuti asas belajar- mengajar yang efektif, yaitu : memperhatikan adanya perbedaan individual, sehingga LKS yang baik itu adalah yang dapat digunakan baik oleh siswa yang lamban, yang sedang maupun yang pandai, menekankan pada proses untuk menemukan konsep-konsep sehingga LKS dapat berfungsi sebagai petunjuk jalan bagi siswa untuk mencari tahu, memiliki variasi stimulus melalui berbagai media dan kegiatan siswa, dapat mengembangkan kemampuan komunikasi sosial, emosional, moral, dan estetika pada diri siswa, pengalaman belajarnya ditentukan oleh tujuan pengembangan pribadi siswa (intelektual, emosional dan sebagainya), bukan ditentukan oleh materi bahan pelajaran. b. Syarat konstruksi, yang dimaksud dengan syarat konstruksi adalah syarat-syarat yang berkenaan dengan penggunaan bahasa, susunan kalimat, kosa kata, tingkat kesukaran, dan kejelasan yang pada hakikatnya haruslah tepat guna dalam arti dapat dimengerti oleh peserta didik. Menggunakan bahasa yang sesuai dengan tingkat kedewasaan peserta didik, menggunakan struktur kalimat yang jelas, memiliki taat urutan pelajaran yang sesuai dengan tingkat kemampuan peserta didik menghindari pertanyaan yang terlalu
Modul PLPG Penjaskes 2013 321 terbuka, tidak mengacu pada buku sumber yang diluar kemampuan keterbacaan, peserta didik menyediakan ruangan yang cukup untuk memberi keleluasaaan pada peserta didik untuk menulis maupun menggambarkan pada LKS, menggunakan kalimat yang sederhana dan pendek, lebih banyak menggunakan ilustrasi daripada kata-kata, sehingga akan mempermudah peserta didik dalam menangkap apa yang diisyaratkan LKS, memiliki tujuan belajar yang jelas serta manfaat dari pelajaran itu sebagai sumber motivasi, mempunyai identitas untuk memudahkan administrasinya.
c. Syarat teknis, dari segi teknis memiliki beberapa pembahasan yaitu: 1) Tulisan Menggunakan huruf cetak dan tidak menggunakan huruf latin atau romawi, menggunakan huruf tebal yang agak besar, bukan huruf biasa yang diberi garis bawah, menggunakan tidak lebih dari 10 kata dalam satu baris, menggunakan bingkai untuk membedakan kalimat perintah dengan jawaban peserta didik, mengusahakan agar perbandingan besarnya huruf dengan besarnya gambar serasi. 2) Gambar Gambar yang baik untuk LKS adalah yang dapat menyampaikan pesan/isi dari gambar tersebut secara efektif kepada penguna LKS. Yang lebih penting adalah kejelasan isi atau pesan dari gambar itu secara keseluruhan. 3) Penampilan Penampilan adalah hal yang sangat penting dalam sebuah LKS. Apabila suatu LKS ditampilkan dengan penuh kata-kata, kemudian ada sederetan pertanyaan yang harus dijawab oleh peserta didik, hal ini akan menimbulkan kesan jenuh sehingga membosankan atau tidak menarik. Apabila ditampilkan dengan gambarnya saja, itu tidak mungkin karena pesannya atau isinya tidak akan sampai. Jadi yang baik adalah LKS yang memiliki kombinasi antara gambar dan tulisan. 4) Uraian di atas merupakan syarat khusus pembuatan lembar kerja siswa, jika sudah terpenuhi maka melangkah pada syarat umum yang harus dipenuhi untuk membuat LKS : a) Melakukan analisis kurikulum baik SK,KD, indikator, maupun materi pokok. b) Menyusun peta kebutuhan lembar kerja siswa yaitu pembuatan LKS harus membuat suatu konsep/rancangan terlebih dahulu guna mengetahui materi/komponen perihal yang akan dibahas di dalam LKS tersebut,sehingga akan lebih mudah dalam pelaksanaannya. c) Menentukan judul LKS dan menulis LKS dengan buku paduan yang jelas. d) Mencetak lembar kerja siswa dan menentukan lembar penilaian.
Modul PLPG Penjaskes 2013 322 10. Kelebihan dan Kekurangan Lembar Kerja Siswa (LKS) a. Kelebihan Lembar Kerja Siswa (LKS) Kelebihan Lembar kerja Siswa (LKS) antara lain sebagai berikut: 1) Guru dapat menggunakan lembar kerja siswa sebagai media pembelajaran mandiri bagi peserta didik. 2) Meningkatkan aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. 3) Praktis dan harga cenderung terjangkau tidak terlalu mahal. 4) Materi didalam LKS lebih ringkas dan sudah mencakup keseluruhan materi. 5) Dapat membuat siswa berinteraksi dengan sesame teman. 6) Kegiatan pembelajaran menjadi beragam dengan LKS. 7) Sebagai pengganti media lain ketika media audio visual misalnya mengalami hambatan dengan listrik maka kegiatan pembelajaran dapat diganti dengan media LKS. 8) Tidak menggunakan listrik sehingga bisa digunakan oleh SD, SMP dan SMA di pedesaan maupun di perkotaan.
b. Kekurangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Kekurangan Lembar Kerja Siswa (LKS) antara lain sebagai berikut: 1) Soal-soal yang tertuang pada lembar kerja siswa cenderung monoton, bisa muncul bagian berikutnya maupun bab setelah itu. 2) Adanya kekhawatiran karena guru hanya mengandalkan media LKS tersebut serta memnfaatkannya untuk kepentingan pribadi. Misalnya siswa disuruh mengerjakan LKS kemudian guru meninggalkan siswa dan kembali untuk membahas LKS itu. 3) LKS yang dikeluarkan penerbit cenderung kurang cocok antara konsep yang akan diajarkan dengan LKS tersebut. 4) LKS hanya melatih siswa untuk menjawab soal,tidak efektif tanpa ada sebuah pemahaman konsep materi secara benar. 5) Di dalam LKS hanya bisa menampilakan gambar diam tidak bisa bergerak, sehingga siswa terkadang kurang dapat memahami materi dengan cepat. 6) Media cetak hanya lebih banyak menekankan pada pelajaran yang bersifat kognitif, jarang menekankan pada emosi dan sikap. 7) Menimbulkan pembelajaran yang membosankan bagi siswa jika tidak dipadukan dengan media yang lain.
c. Cara Mengatasi Kekurangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Cara mengatasi kekurangan dalam penggunaan lembar kerja siswa antara lain sebagai berikut: 1) Guru diharapkan membuat LKS yang memiliki soal-soal yang beragam, sehingga soal-soal yang ada tidak kebanyakan terulang- ulang.
Modul PLPG Penjaskes 2013 323 2) Peningkatan kualitas professional guru perlu dan juga peningkatan kesadaran seorang guru sebagai pendidik. 3) Di sekolah sebaiknya tidak terpaku dengan LKS yang dikeluarkan oleh penerbit tetapi diharapkan dengan keprofesionalan guru dapat membuat lembar kerja siswa yang lebih bermutu tinggi dari pada yang dikeluarkan penerbit. 4) Untuk menghindari siswa yang hanya dilatih untuk mengerjakan soal sebaiknya guru mempunyai buku pegangan selain LKS dan didalam LKS tidak hanya soal-soal yang wajib dikerjakan oleh siswa tetapi sejumlah kegiatan-kegiatan lapang untuk peserta didik juga perlu. 5) Guru bisa memadukan antara media cetak dengan media-media yang menunjang, misalnya audio-visual kalau ada. 6) Menambah kagiatan-kegiatan yang menstimulus siswa untuk aktif baik bertanya kepada guru maupun menjawab pertanyaan guru. 7) Untuk menghindari kebosanan guru sebaiknya menggabung media satu dengan yang lain. Ataupun menambah sebuah kegiatan diluar kegiatan yang ada pada LKS tersebut.
11. Implikasi Lembar Kerja Siswa (LKS) dalam Pembelajaran Dengan adanya media Lembar Kerja Siswa (LKS) diharapkan dapat menjadikan peserta didik aktif dan cepat tanggap, serta kreatif. LKS dapat digunakan pada peserta didik untuk mengamati kognitif, afektif dan psikomotorik siswa. Dapat pula digunakan dalam pendekatan ketrampilan proses, dimana Siswa berlatih mengumpulkan kosep sebanyak-banyaknya tentang materi yang akan dipelajari melalui LKS dan kemudian didiskusikan untuk memperoleh kesimpulan mengenai definisi dan karakteristik materi yang dipelajari. Pemanfaatan LKS sebagai media pembelajaran dilakukan secara optimal, yaitu digunakan sebagai sumber perolehan informasi serta media dalam latihan soal. Implementasi pendekatan ketrampilan proses, dilakukan sesuai bagan desain pembelajaran dengan pendekatan ketrampilan proses melalui media LKS. Proses pembelajaran dilakukan dengan terlebih dahulu membagi siswa dalam kelompok kelompok. Pembelajaran dilakukan menggunakan berbagai macam metode, yaitu metode penemuan konsep, metode diskusi, dan metode latihan soal. Penerapan setiap metode pembelajaran tersebut disesuaikan dengan karakteristik materi pelajaran pada setiap pertemuan.
E. Rangkuman LKS (lembar kerja siswa) adalah materi ajar yang dikemas secara integrasi sehingga memungkinkan siswa mempelajari materi tersebut secara mandiri. Lembar kerja siswa (LKS) merupakan salah satu perangkat pembelajaran Penjasorkes yang cukup penting dan diharapkan mampu Modul PLPG Penjaskes 2013 324 membantu peserta didik menemukan serta mengembangkan konsep pembelajaran Penjasorkes. LKS merupakan salah satu sarana untuk membantu dan mempermudah dalam kegiatan belajar mengajar sehingga akan terbentuk interaksi yang efektif antara siswa dengan guru, sehingga dapat meningkatkan aktifitas siswa dalam peningkatan prestasi belajar. Penggunaan LKS sebagai alat bantu pengajaran akan dapat mengaktifkan siswa. Dalam hal ini, sesuai dengan pendapat Tim Instruktur Pemantapan Kerja Guru (PKG) dalam Sudiati (2003 : 11), menyatakan secara tegas salah satu cara membuat siswa aktif adalah dengan menggunakan LKS. Menurut Dhari dan Haryono (1988) yang dimaksud dengan lembar kerja siswa adalah lembaran yang berisi pedoman bagi siswa untuk melakukan kegiatan yang terprogram. Setiap LKS berisikan antara lain: uraian singkat materi, tujuan kegiatan, alat/ bahan yang diperlukan dalam kegiatan, langkah kerja pertanyaan-pertanyaan untuk didiskusikan, kesimpulan hasil diskusi, dan latihan ulangan. Peran LKS dalam proses pembelajaran adalah sebagai alat untuk memberikan pengetahuan, sikap dan ketrampilan pada siswa. Penggunaan LKS memungkinkan guru mengajar lebih optimal, memberikan bimbingan kepada siswa yang mengalami kesulitan, memberi penguatan, serta melatih siswa memecahkan masalah.
F. Soal-soal Latihan Soal Latihan Uraian Jawablah pertanyaan berikut ini dengan singkat dan tepat! 1. Jelaskan yang dimaksud dengan bahan ajar! 2. Sebutkan jenis-jenis materi bahan ajar pembelajaran! 3. Sebutkan prinsip-prinsip dalam pemilihan materi pembelajaran! 4. Sebutkan langkah-langkah penyusunan bahan ajar! 5. Jelaskan cara menyusun dan mengembangkan bahan ajar Penjasorkes!
Soal Latihan Pilihan Berganda Berilah tanda silang (X) pada huruf A, B, C, atau D yang merupakan jawaban paling benar! 1. Materi ajar yang dikemas secara integrasi sehingga memungkinkan peserta didik mempelajari materi tersebut secara mandiri adalah . . . . A. modul B. bahan ajar C. buku pelajaran D. lembar kerja siswa
Modul PLPG Penjaskes 2013 325 2. Menentukan tujuan Standar Kompetensi, Kompetensi dasar, Indikator dan Tujuan Pembelajaran lalu rencanakan pelaksanaan pembelajarannya dalam bentuk RPP. Hal ini merupakan . . . . A. sistematika penyusunan LKS B. struktur LKS C. prinsip-prinsip LKS D. langkah-langkah LKS
3. Penggunaan LKS memungkinkan guru mengajar lebih optimal, memberikan bimbingan kepada peserta didik yang mengalami kesulitan, memberi penguatan, serta melatih peserta didik memecahkan masalah. Hal ini merupakan . . . . A. tujuan LKS B. peran LKS C. fungsi LKS D. manfaat LKS
4. Lembar kegiatan siswa yang di dalamnya tidak terikat dengan aturan- aturan. Jadi, peserta didik disuruh menyelesaikan masalah yang ada di dalam LKS ini dengan caranya sendiri beserta dengan petunjuk guru. Hal ini merupakan jenis LKS . . . . A. terbuka B. tertutup C. terstruktur D. tidak terstruktur
5. Dengan adanya media LKS diharapkan dapat menjadikan peserta didik aktif dan cepat tanggap, serta kreatif. LKS dapat digunakan pada peserta didik untuk mengamati kognitif, afektif dan psikomotori. Hal ini merupakan . . . . A. manfaat LKS B. tujuan LKS C. keuntungan LKS D. Implikasi LKS dalam pembelajaran
Kunci Jawaban 1. D 2. C 3. B 4. A 5. D
Modul PLPG Penjaskes 2013 326 DAFTAR PUSTAKA
Abdul Gafur (1986). Disain instruksional: langkah sistematis penyusunan pola dasar kegiatan belajar mengajar. Sala: Tiga Serangkai. Abdul Gafur (1987). Pengaruh strategi urutan penyampaian, umpan balik, dan keterampilan intelektual terhadap hasil belajar konsep. Jakarta : PAU - UT. Bloom et al. (1956). Taxonomy of educational objectives: the classification of educational goals. New York: McKay. Center for Civics Education (1997). National standard for civics and governement. Calabasas CA: CEC Publ. Dick, W. & Carey L. (1978). The systematic desgin of instruction. Illinois: Scott & Co. Publication. Direktorat Pendidikan Menengah Umum (2001). Kebijakan pendidikan menengah umum. Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah Umum. Edwards, H. Cliford, et.all (1988). Planning, teaching, and evaluating: a competency approach. Chicago: Nelson-Hall. Hall, Gene E & Jones, H.L. (1976) Competency-based education: a process for the improvement of education. New Jersey: Englewood Cliffs, Inc. Joice, B, & Weil, M. (1980). Models of teaching. New Jersey: Englewood Cliffs, Publ. Kemp, Jerold (1977). Instructional design: a plan for unit and curriculum development. New Jersey: Sage Publication. Kaufman, Roger A. (1992). Educational systems planning. New Jersey: Englewood Cliffs. Marzano RJ & Kendal JS (1996). Designing standard-based districs, schools, and classrooms. Vriginia: Assiciation for Supervision and Curriculum Development. McAshan, H.H. (1989). Competency-based education and behavioral objectives. New Jersey: Educational Technology Publications, Engelwood Cliffs. Oneil Jr., Harold F. (1989). Procedures for instructional systems development. New York: Academic Press. Reigeluth, Charles M. (1987) Instructional theories in action: lessons illustrating selected theories and models. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates Publ. Russell, James D. (1984). Modular instruction: a guide to design, selection, utilization and evaluation of modular materials. Minneapolis: Burgess Publishing Company.
Modul PLPG Penjaskes 2013 327 BAB XV PENGEMBANGAN SISTEM PENILAIAN PEMBELAJARAN PENJASORKES
A. Pokok-pokok Isi Materi Implementasi Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Sistem Pendidikan Nasional membawa implikasi terhadap model dan teknik penilaian yang dilaksanakan di kelas. Penilaian terdiri atas penilaian eksternal dan penilaian internal. Penilaian eksternal merupakan penilaian yang dilakukan oleh pihak lain yang tidak melaksanakan proses pembelajaran. Penilaian eksternal dilakukan oleh suatu lembaga, baik dalam maupun luar negeri dimaksudkan antara lain untuk pengendali mutu. Sedangkan penilaian internal adalah penilaian yang direncanakan dan dilakukan oleh guru pada saat proses pembelajaran berlangsung. Penilaian kelas merupakan bagian dari penilaian internal (internal assessment) untuk mengetahui hasil belajar peserta didik terhadap penguasaan kompetensi yang diajarkan oleh guru. Tujuannya adalah untuk menilai tingkat pencapaian kompetensi peserta didik yang dilaksanakan pada saat pembelajaran berlangsung dan akhir pembelajaran. Penilaian hasil belajar peserta didik dilakukan oleh guru untuk memantau proses, kemajuan, perkembangan hasil belajar peserta didik sesuai dengan potensi yang dimiliki dan kemampuan yang diharapkan secara berkesinambungan. Penilaian juga dapat memberikan umpan balik kepada guru agar dapat menyempurnakan perencanaan dan proses pembelajaran. Modul Pendidikan Latihan Profesi Guru (PLPG) pengembangan penilaian Penjasorkes ini berisi tentang: landasan yuridis pengembangan penilaian pembelajaran, pengembangan indikator setiap SK-KD dalam penjasorkes, konsep dasar penilaian pembelajaran, dan konsep dasar pengolahan, pendokumentasian, pelaporan dan tindak lanjut hasil penilaian. Secara praktik berisi tentang pengembangan instrumen penilaian, simulasi pelaksanaan penilaian, serta pengolahannya dengan langkah dan prosedur yang benar.
B. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar 1. Standar Kompetensi Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar. 2. Kompetensi Dasar a. Menganalisis prinsip penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar sesuai dengan karakteristik penjasorkes. b. Mengembangkan instrumen penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar. Modul PLPG Penjaskes 2013 328
C. Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari modul Pendidikan Latihan Profesi Guru (PLPG) Penjas ini Bapak/ibu akan memiliki kompetensi yang tercermin dari indikator sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi landasan yuridis pengembangan penilaian pembelajaran. 2. Mengembangkan indikator setiap SK-KD dalam penjasorkes. 3. Menjelaskan konsep dasar penilaian pembelajaran. 4. Mengolah, mendokumentasikan, melaporkan sekaligus melakukan tindak lanjut hasil penilaian sesuai dengan langkah dan prosedur yang benar. D. Uraian Materi 1. Prinsip dan Teknik Penilaian a. Pengertian penilaian Penilaian pendidikan adalah proses untuk mendapatkan informasi tentang prestasi atau kinerja peserta didik. Hasil penilaian digunakan untuk melakukan evaluasi terhadap ketuntasan belajar peserta didik dan efektivitas proses pembelajaran. Fokus penilaian pendidikan adalah keberhasilan belajar peserta didik dalam mencapai standar kompetensi yang ditentukan. Pada tingkat mata pelajaran, kompetensi yang harus dicapai berupa Standar Kompetensi (SK) mata pelajaran yang selanjutnya dijabarkan dalam Kompetensi Dasar (KD). Untuk tingkat satuan pendidikan, kompetensi yang harus dicapai peserta didik adalah SKL. b. Penilaian hasil belajar 1) Penilaian hasil belajar oleh pendidik Penilaian hasil belajar oleh pendidik bertujuan untuk memantau proses dan kemajuan belajar peserta didik serta untuk meningkatkan efektivitas kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan dan mencakup seluruh aspek pada din peserta didik, baik aspek kognitif, afekti, maupun psikomotor sesuai dengan karakteristik mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan. Setidaknya ada empat hal yang perlu diperhatikan dalam menilai hasil belajar peserta didik pada kelompok mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan. Pertama, penilaian pendidikan ditujukan untuk menilai hasil belajar peserta didik secara menyeluruh, mencakup aspek kognitif, psikomotor, dan afektif. Informasi hasil belajar yang menyeluruh menuntut berbagai bentuk sajian, yakni berupa angka prestasi, kategorisasi, dan deskripsi naratif sesuai dengan aspek yang dinilai. Informasi dalam bentuk angka cocok untuk menyajikan prestasi dalam aspek kognitif dan psikomotor.
Modul PLPG Penjaskes 2013 329 Sajian dalam bentuk kategorisasi disertai dengan deskriptif-naratif cocok untuk melaporkan aspek afektif. Kedua, hasil penilaian pendidikan dapat digunakan untuk menentukan pencapaian kompetensi dan melakukan pembinaan dan pembimbingan pribadi peserta didik. Ketiga, penilaian oleh pendidik terutama ditujukan untuk pengembangan seluruh potensi peserta didik, termasuk pembinaan prestasi. Misalnya, seorang peserta didik kurang berminat terhadap mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan, maka hendaknya diberi motivasi agar ia menjadi lebih berminat. Keempat, untuk memperoleh data yang lebih dapat dipercaya sebagai dasar pengambilan keputusan perlu digunakan banyak teknik penilaian yang dilakukan secara berulang dan berkesinambungan. 2) Penilaian oleh Satuan Pendidikan Penilaian oleh satuan pendidikan merupakan penilaian akhir pada tingkat satuan pendidikan yang bertujuan untuk menilai pencapaian SKL. Penilaian kelompok mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan didasarkan pada hasil ujian sekolah dengan mempertimbangkan hasil penilaian oleh pendidik. Penilaian oleh satuan pendidikan digunakan sebagai: (1) salah satu syarat kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan, (2) dasar untuk meningkatkan kinerja pendidik, dan (3) dasar untuk mengevaluasi pelaksanaan kurikulum tingkat satuan pendidikan.
c. Prinsip-prinsip Penilaian Prinsip penilaian mengacu pada standar penilaian pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah. Prinsip tersebut mencakup: 1) Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang diukur. Oleh karena itu, instrumen yang digunakan perlu disusun melalui prosedur sebagaimana dijelaskan dalam panduan agar memiliki bukti kesahihan dan keandalan. 2) bjektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas tanpa dipengaruhi oleh subjektivitas penilai. Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan objektivitas penilaian, pendidik menggunakan rubrik atau pedoman dalam memberikan skor terhadap jawaban peserta didik atas butir soal uraian dan tes praktik atau kinerja. 3) Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender. Faktor-faktor tersebut tidak relevan di dalam penilaian, oleh karena itu perlu dihindari agar tidak berpengaruh terhadap hasil penilaian. 4) Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik merupakan salah satu komponen kegiatan pembelajaran. Dalam hal ini hasil penilaian benar-benar dijadikan dasar untuk memperbaiki proses pembelajaran Modul PLPG Penjaskes 2013 330 yang diselenggarakan oleh peserta didik. Jika hasil penilaian menunjukkan banyak peserta didik yang gagal, sementara instrumen yang digunakan sudah memenuhi persyaratan secara kualitatif, berarti proses pembelajaran kurang baik. Dalam hal demikian, pendidik harus memperbaiki rencana dan/atau pelaksanaan pembelajarannya. 5) Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan. Oleh karena itu, pendidik menginformasikan prosedur dan kriteria penilaian kepada peserta didik. Selain itu, pihak yang berkepentingan dapat mengakses prosedur dan kriteria penilaian serta dasar penilaian yang digunakan. 6) Menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian mencakup semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk memantau perkembangan kemampuan peserta didik. Oleh karena itu, penilaian bukan semata-mata untuk menilai prestasi peserta didik melainkan harus mencakup semua aspek hasil belajar untuk tujuan pembimbingan dan pembinaan. 7) Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti langkah-langkah baku. Oleh karena itu, penilaian dirancang dan dilakukan dengan mengikuti prosedur dan prinsip-prinsip yang ditetapkan. Dalam penilaian kelas, misalnya, guru mata pelajaran pendidikan jasmani menyiapkan rencana penilaian bersamaan dengan menyusun silabus dan RPP. 8) Beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan. Oleh karena itu, instrumen penilaian disusun dengan merujuk pada kompetensi (SKL, SK, dan KD). Selain itu, pengambilan keputusan didasarkan pada kriteria pencapaian yang telah ditetapkan. 9) Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur, maupun hasilnya. Oleh karena itu, penilaian dilakukan dengan mengikuti prinsip-prinsip keilmuan dalam penilaian dan keputusan yang diambil memiliki dasar yang objektif.
d. Teknik Penilaian Sesuai dengan karakteristik kelompok mata pelajaran ini, maka teknik penilaian mengacu pada aspek yang dinilai, yaitu teknik untuk mengukur aspek kognitif, afektif, dan keterampilan motorik peserta didik. Untuk keperluan tersebut, maka teknik penilaian dapat berbentuk tes perbuatan/unjuk kerja, dan pengamatan terhadap perilaku, penugasan, dan tes pengetahuan. 1) Tes praktik atau tes kinerja (performance test) Tes praktik atau tes kinerja berbentuk tes keterampilan gerak (skill test). Melalui tes praktik atau kinerja peserta didik diminta mendemonstrasikan kinerjanya dalam aktivitas jasmani atau
Modul PLPG Penjaskes 2013 331 melaksanakan berbagai macam tes keterampilan gerak sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran pendidikan jasmani dan olahraga. Tes kinerja dalam pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan dimaksudkan untuk mengukur kemampuan psikomotor peserta didik. Kemampuan psikomotor tersebut secara umum mencakup kesegaran jasmani, kelincahan, dan koordinasi yang merupakan unsur-unsur dalam keterampilan gerak, di samping itu dapat juga dilakukan tes kinerja yang secara khusus dapat menggambarkan keterampilan dalam pendidikan jasmani dan olahraga seperti keterampilan bermain sepakbola, keterampilan bermain bolabasket, keterampilan bermain bolavoli dan sebagainya. Kemampuan psikomotor peserta didik ini harus diukur setiap menyelesaikan satu kompetensi tertentu. 2) Pengamatan/Observasi terhadap perilaku Pengamatan terhadap kinerja dilakukan untuk mengumpulkan data, sehingga dapat diketahui seberapa jauh peserta didik telah menguasai suatu kompetensi berdasarkan kinerja yang ditampilkan selama, sesudah, dan atau setelah beberapa kali proses pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan. Pengamatan dilakukan terhadap kompetensi psikomotor menggunakan lembar pengamatan. Pengamatan kompetensi psikomotor dilakukan selama proses pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan yang dipandu dengan pedoman pengamatan. Pengamatan terhadap kompetensi tersebut mencakup: frekuensi, intensitas, dan kualitas tugas gerak yang ditampilkan peserta didik selama proses pembelajaran termasuk aplikasi teknik dan taktik. Hasilnya dicatat untuk digunakan sebagai salah satu bahan penilaian proses pembelajaran dan pertimbangan penilaian peserta didik. 3) Penugasan Penugasan dapat berbentuk portofolio atau tugas rumah tentang perilaku hidup sehat, dan atau pengetahuan tentang pendidikan jasmani dan olahraga. Portofolio merupakan kumpulan karya-karya terbaik peserta didik dalam bidang tersebut. Tugas rumah merupakan kegiatan yang diperintahkan guru kepada peserta didik yang diselesaikan di rumah dalam waktu tertentu sesuai dengan tingkat pendidikan atau usia peserta didik. Tugas yang diberikan pada peserta didik merupakan upaya untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman, pelaksanaan, dan sikap peserta didik terhadap kompetensi yang harus dikuasai. Tugas tersebut harus diperiksa oleh guru dan menjadi umpan balik bagi peserta didik. 4) Tes tertulis Tes tertulis digunakan untuk mengungkap pengetahuan yang diperoleh dalam pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan. Berdasarkan waktu pelaksanaannya tes dilakukan dalam situasi yang disediakan khusus, misalnya: ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester ataupun ulangan kenaikan Modul PLPG Penjaskes 2013 332 kelas. Tes dapat juga dilakukan melekat dalam proses pembelajaran, misalnya dalam bentuk kuis, untuk mengetahui seberapa jauh peserta didik dapat menguasai atau menyerap materi pelajaran atau kompetensi yang ditargetkan. Kompetensi yang dinilai dalam pendidikan kesehatan mencakup penilaian tentang (1) kebersihan pribadi dan lingkungan, (2) Pendidikan keselamatan (3) penyakit menular, (4) kesehatan reproduksi dan pelecehan seksual, (5) pengetahuan gizi dan makanan, (6) penyalah gunaan obat dan psikotropika, (7) rokok dan minuman keras, (8) dan kebiasaan hidup sehat melalui aktivitas jasmani. 5) Tes lisan Tes lisan dilaksanakan melalui komunikasi langsung antara peserta didik dengan penguji. Jawaban diberikan secara lisan. Tes jenis ini memerlukan daftar pertanyaan dan pedoman pensekoran. 6) Penilaian portofolio Penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan dengan cara menilai portofolio peserta didik. Portofolio adalah kumpulan karya-karya peserta didik dalam bidang tertentu yang diorganisasikan untuk mengetahui minat, perkembangan, prestasi, dan/atau kreativitas peserta didik dalam kurun waktu tertentu. 7) Jurnal Jurnal merupakan catatan pendidik selama proses pembelajaran yang berisi informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik yang berkait dengan kinerja ataupun sikap dan perilaku peserta didik yang dipaparkan secara deskriptif. 2. Penilaian oleh Pendidik a. Karakteristik Kelompok Mata Pelajaran Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan Kelompok Mata Pelajaran Jasmani, Olahraga dan Kesehatan bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir, keterampilan sosial, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat, dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani, olahraga, dan kesehatan yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional. Untuk melaksanakan penilaian kelompok mata pelajaran ini, guru pendidikan jasmani harus memahami dimensi-dimensi yang diperlukan dalam mengidentifikasi apa yang seharusnya diukur dalam pembelajaran, dan mampu mengukur tingkat perolehan keterampilan dalam pendidikan jasmani dan olahraga. Dimensi tersebut adalah keterampilan gerak yang merupakan kombinasi dari berbagai unsur gerak seperti kekuatan, kecepatan, kelincahan, kelentukan, dan koordinasi. Dimensi kognitif mencakup pengetahuan tentang pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan, sedang dimensi afektif mencakup sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggung jawab, kerjasama, percaya diri dan demokratis.
Modul PLPG Penjaskes 2013 333 Pendidikan kesehatan meliputi pengetahuan dan pemahaman tentang perilaku hidup sehat yang mencakup: (1) kebersihan pribadi dan lingkungan, (2) pendidikan keselamatan, (3) penyakit menular, (4) kesehatan reproduksi dan pelecehan seksual, (5) pengetahuan gizi dan makanan, (6) penyalah-gunaan obat dan psikotropika, (7) rokok dan minuman keras, dan (8) kebiasaan hidup sehat melalui aktivitas jasmani. b. Rambu-rambu Umum Menurut PP No. 19 Tahun 2005 pasal 64 ayat 1, penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas. Penilaian proses dan hasil pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan, dilakukan melalui pengukuran dengan menggunakan instrumen tes dan nontes. Selanjutnya pada pasal 64 ayat (6) dinyatakan bahwa penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan dilakukan melalui (1) pengamatan terhadap perilaku dan sikap untuk menilai perkembangan motorik dan afeksi peserta didik, dan (2) ulangan, dan/atau penugasan untuk mengukur aspek kognitif peserta didik.
c. Prosedur Penilaian Prosedur penilaian kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan oleh pendidik menggunakan langkah-langkah sebagai berikut. 1) Penentuan Tujuan Penilaian Penentuan tujuan penilaian merupakan langkah awal dalam rangkaian kegiatan penilaian secara keseluruhan, seperti untuk penilaian harian, tengah semester, akhir semester, kenaikan kelas, atau penilain akhir dari satuan pendidikan. 2) Penyusunan kisi-kisi Kisi-kisi penilaian merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kegiatan perencanaan pembelajaran dalam bentuk silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Di dalam silabus, pendidik menunjukkan keterkaitan antara SK, KD, materi pokok/materi pembelajaran, alokasi waktu, sumber belajar, indikator pencapaian KD yang bersangkutan beserta teknik penilaian, dan bentuk instrumen yang digunakan. Teknik penilaian dan bentuk instrumen dapat dituliskan dalam satu kolom, dan dapat pula dituliskan pada kolom yang berbeda. d. Perumusan Indikator Penilaian Indikator pencapaian dikembangkan oleh pendidik berdasarkan KD mata pelajaran dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1) Rumusan indikator menggunakan kata kerja operasional. 2) Tiap KD dikembangkan dua atau lebih indikator. 3) Tiap indikator dapat dibuat lebih dari satu butir instrumen. Modul PLPG Penjaskes 2013 334 4) Indikator memiliki aspek manfaat atau terkait dengan kehidupan seharihari. e. Penyusunan Instrumen Penilaian Instrumen yang digunakan dalam penilaian meliputi tes dan nontes. Langkah-langkah penyusunan instrumen disesuaikan dengan karakteristik teknik dan bentuk butir instrumennya. 1) Penyusunan Tes Tertulis a) memperhatikan persyaratan penyusunan tes tertulis, baik dari aspek materi/isi/ konsep, konstruksi, maupun bahasa; b) mengacu pada indikator pencapaian; c) memilih bentuk butir yang sesuai dengan indikator, misalnya bentuk isian, uraian, pilihan ganda atau lainnya; d) membuat kunci jawaban dan/atau pedoman penskoran. 2) Penyusunan Pedoman Observasi a) mengacu pada indikator pencapaian; b) mengidentifikasi perilaku atau langkah kegiatan yang diobservasi; c) menentukan model skala yang dipakai, yakni skala penilaian (rating scale) atau daftar cek (check list); d) membuat rubrik/pedoman penskoran. 3) Penyusunan Penugasan (Tugas Rumah/Proyek) a) mengacu pada indikator pencapaian; b) mengacu pada jenis tugas yang dikerjakan; c) membuat rubrik/pedoman penskoran. f. Penyusunan Instrumen Nontes Instrumen nontes dapat berupa pedoman wawancara dan/atau inventori. Langkah-langkah penyusunan pedoman wawancara dan inventori adalah sebagai berikut. 1) mengacu pada indikator pencapaian; 2) memilih pernyataan/pertanyaan yang tidak menuntut respon yang mengandung keberpihakan sosial (social desirability) yang tinggi; 3) menyediakan pernyataan yang tidak merujuk pada hal-hal yang benar atau salah; 4) menentukan jenis skala yang dipilih dan pedoman penskorannya. g. Telaah Instrumen Instrumen penilaian dalam bentuk tertulis, lisan maupun perbuatan perlu dianalisis baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan secara rasional bersama teman sejawat, sedangkan analisis kuantitatif dilakukan secara statistik dengan menggunakan data hasil uji coba. 1) Telaah Instrumen Secara Kualitatif Analisis instrumen secara kualitatif dilakukan dengan menelaah atau mereviu instrumen penilaian yang telah dibuat. Telaah mencakup substansi isi, konsep, dan bahasa yang digunakan. Berdasarkan hasil telaah tersebut dilakukan revisi terhadap butir soal yang kurang baik.
Modul PLPG Penjaskes 2013 335 2) Telaah Instrumen Secara Kuantitatif Analisis instrumen secara kuantitatif dimaksudkan untuk mencari bukti validitas dan reliabilitas instrumen. Dalam analisis tersebut juga dihitung tingkat kesukaran dan daya beda butir soal. Dalam konteks penilaian acuan kriteria, analisis butir soal lebih diutamakan pada analisis daya serap peserta didik dan sensitivitas butir terhadap proses pembelajaran. Butir tes yang memenuhi syarat sebagai butir tes beracuan kriteria adalah butir yang tidak dapat dikerjakan sebelum proses pembelajaran tetapi berhasil dikerjakan peserta didik setelah proses pembelajaran. Indeks sensitivitas dapat dihitung dengan mencari selisih banyaknya peserta didik yang menjawab benar dalam tes akhir (sesudah proses pembelajaran) dan banyaknya jumlah peserta didik yang menjawab benar dalam tes awal kemudian dibagi jumlah seluruh peserta tes. h. Pelaksanaan Penilaian Penilaian dilakukan dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, penugasan, dan pengamatan dengan menggunakan instrumen yang sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Penilaian dilaksanakan dalam situasi dan kondisi yang memungkinkan peserta didik menunjukkan kemampuan optimalnya. Untuk itu, penilaian dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip penilaian. Untuk menilai akhlak peserta didik, guru mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan melakukan pengamatan terhadap perilaku peserta didik, baik di dalam maupun di luar kelas. Pengamatan ini dimaksudkan untuk menilai perilaku peserta didik yang mencerminkan akhlak seperti kedisiplinan, tanggung jawab, sopan santun, hubungan sosial, dan kejujuran. Hal-hal yang dinilai antara lain mencakup aspek: 1) Kedisiplinan, yaitu kepatuhan kepada peraturan atau tata tertib, seperti datang tepat waktu, mengikuti semua kegiatan, dan pulang tepat waktu. 2) Kejujuran, yaitu kejujuran dalam perkataan dan perbuatan, seperti tidak berbohong, dan tidak berlaku curang. 3) Tanggungjawab, yaitu kesadaran untuk melaksanakan tugas dan kewajiban yang diberikan, seperti menyelesaikan tugas-tugas selama kegiatan berlangsung. 4) Sopan santun, yaitu sikap hormat kepada orang lain, baik dalam bentuk perkataan, perbuatan, dan sikap, seperti berbicara, berpakaian, dan duduk yang sopan. 5) Hubungan sosial, yaitu kemampuan untuk berinteraksi sosial dengan orang lain secara baik, seperti menjalin hubungan baik dengan guru dan sesama teman, menolong teman, dan mau bekerjasama dalam kegiatan yang positif. Untuk menilai kepribadian peserta didik, guru mata pelajaran pendidikian jasmani, olahraga, dan kesehatan melakukan pengamatan Modul PLPG Penjaskes 2013 336 terhadap perilaku peserta didik, baik di dalam maupun di luar kelas. Pengamatan ini dimaksudkan untuk menilai perilaku peserta didik yang mencerminkan kepribadian seperti percaya diri, harga diri, motivasi diri, kompetisi, saling menghargai, dan kerjasama. Indikator masing-masing aspek kepribadian antara lain sebagai berikut. 1) Percaya diri: diwujudkan dalam perilaku berani menyatakan pendapat, bertanya, menegur, mengritisi tentang sesuatu hal. 2) Harga diri: diwujudkan dalam perilaku tidak mudah menyerah dan mengetahui kelebihan diri dan mengakui kelemahan diri. 3) Motivasi diri: diwujudkan dalam perilaku kemauan untuk maju, menyelesaikan segala hal, berprestasi, dan meraih cita-cita. 4) Saling menghargai: diwujudkan dalam perilaku mau menerima pendapat yang berbeda, memaklumi kekurangan orang lain, dan mengakui kelebihan orang lain. 5) Kompetisi: diwujudkan dalam bentuk perilaku yang tegar menghadapi kesulitan, berani bersaing dengan orang lain, dan berani kalah dengan orang lain berlandaskan kejujuran (fair play). i. Pengolahan dan Penafsiran Hasil Penilaian 1) Pengolahan Hasil Penilaian Hasil tes, pengamatan, dan penugasan selanjutnya dianalisis untuk menentukan nilai masing-masing peserta didik. Setelah memiliki data hasil tes, pengukuran, pengamatan, dan/atau penugasan, pendidik selanjutnya mengolah data dengan langkah-langkah sebagai berikut: Mengelompokkan hasil pengukuran/penilaian berdasarkan kompetensi. Untuk mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan dapat dikelompokan atas dasar kompetensi psikomotor yang mencakup kesegaran jasmani, kelincahan, dan koordinasi. Kompetensi kognitif mencakup aplikasi teknik dan taktik, pengetahuan tentang pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan. Kompetensi afektif mencakup sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggungjawab, kerjasama, percaya diri dan demokratis. Kompetensi afektif yang berkaiatan dengan perilaku hidup sehat menjadi catatan khusus dan digunakan sebagai bahan pertimbangan kenaikan atau kelulusan. 2) Pembobotan Hasil rekap nilai berdasarkan kompetensi selanjutnya dirata-rata dan dibobot. Tabel pembobotan sebagai berikut:
No Aspek Yang Dinilai Bobot Skor Skor Akhir 1 Kognitif 2 Rata-rata 2 x rata-rata 2 Afektif - Kualitatif*) 3 Psikomotor 3 Rata-rata 3 x rata-rata 4 Perilaku Hidup Sehat 1 Rata-rata 1 x rata-rata Jumlah 6 Skor Akhir : 6 *) Sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan kelulusan atau kenaikan kelas.
Modul PLPG Penjaskes 2013 337 3) Penentuan nilai akhir Setelah diberi bobot dapat ditentukan nilai akhir peserta didik, yaitu: Nilai Akhir (NA) = Jumlah Skor Akhir dibagi 6 (Skor Akhir:6) NA selanjutnya dirujuk/dikonformasikan dengan Kriteria Penilaian Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan sebagai berikut: No Interval Nilai Kriteria 1 . 86 - 100 Baik Sekali 2 . 75 - 85 Baik* 3 . 65 - 74 Sedang** 4 . 55 - 64 Kurang 5 . 10 - 54 Kurang Sekali Keterangan: * Batas kelulusan bagi siswa berdasarkan PP No 19 tahun 2005 adalah dengan kriteria Baik. ** Bagi yang mendapat kriteria sedang diberi kesempatan mengulang dengan proses remidi.
4) Penafsiran hasil pengukuran Peserta didik yang mempunyai skor kurang dari 75 (74 ke bawah) harus menjalani remidi untuk mencapai batas kriteria baik. Peserta didik yang memiliki nilai kualitatif sedang, dan kurang harus mengikuti program remidi untuk selanjutnya dapat dievaluasi kembali selama proses remidi. j. Pelaporan dan Pemanfaatan Hasil Penilaian 1) Pelaporan Hasil Penilaian Hasil penilaian oleh pendidik dan satuan pendidikan disampaikan dalam bentuk angka pencapaian kompetensi, disertai dengan deskripsi dan/atau profil kemajuan belajar. Pada prinsipnya nilai akhir suatu mata pelajaran adalah gabungan dari seluruh pencapaian KD yang ditargetkan. Nilai mata pelajaran hendaknya disajikan dalam satu nilai. Nilai dalam bentuk angka untuk menunjukkan penguasaan gabungan aspek kognitif dan psikomotor. Jika suatu mata pelajaran lebih banyak mengandung aspek kognitif maka dalam penentuan nilai akhir aspek kognitif memiliki bobot yang lebih besar dibanding aspek psikomotor. Sebaliknya, bila suatu mata pelajaran lebih banyak mengandung aspek psikomotor maka dalam penentuan nilai akhir aspek psikomotor memiliki bobot yang lebih tinggi daripada aspek kognitif. 2) Pemanfaatan Hasil Penilaian Hasil penilaian kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan dapat dijadikan sebagai acuan kemajuan belajar, pertumbuhan dan perkembangan keterampilan gerak peserta didik, terutama peserta didik dalam masa pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun keterampilan gerak. Pendidik dapat memberikan bimbingan dan Modul PLPG Penjaskes 2013 338 pengarahan berkaitan dengan gangguan perkembangan fisik dan motorik maupun aspek afektifnya. Hasil kemajuan belajar kelompok mata pelajaran ini dapat dilaporkan kepada para orang tua, dan sekolah, sehingga mereka dapat ikut memberi perhatian dan dukungan. Hasil penilaian juga bermanfaat sebagai umpan balik bagi guru dalam upaya mengetahui tingkat keterlaksanaan dan ketercapaian program pembelajaran yang telah dilakukan, serta perbaikan proses pembelajaran selanjutnya. Secara rinci manfaat hasil penilaian adalah sebagai berikut. a) Mendorong peserta didik untuk meningkatkan intensitas dan frekuensi belajar. Dalam hal ini, guru memberikan bimbingan kepada peserta didik agar memiliki kebiasaan belajar yang positif, atau memberikan informasi tentang cara-cara belajar yang efektif. Untuk melaksanakan kegiatan ini, guru dapat berkolaborasi dengan guru pembimbing (konselor). b) Mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik. Melalui kegiatan ini guru dapat mengetahui tingkat ketuntasan peserta didik dalam menguasai materi pelajaran. Guru dapat mengetahui kompetensi dasar mana yang belum dikuasai peserta didik. Pemahaman tentang hal ini sangat bermanfaat bagi guru untuk memberikan program perbaikan kepada peserta didik. Melakukan pengajaran remedi bagi peserta didik yang belum mencapai standar kompetensi yang diharapkan. Kegiatan ini dapat dilakukan guru melalui (1) pemberian pembelajaran kembali bagi peserta didik yang mengalami kesulitan dalam menguasai kompetensi dasar tertentu, atau (2) pemberian tugas kepada peserta didik untuk membaca buku yang isinya memberikan penjelasan tentang materi yang relevan dengan kompetensi dasar yang belum dikuasai peserta didik. Setelah kegiatan ini dilakukan, maka guru memberikan tes remedi, yang terkait dengan kompetensi dasar yang belum dikuasai peserta didik. Hasil penilaian ini dapat bermanfaat bagi: (1) Peserta didik Pelaporan hasil belajar merupakan cerminan prestasi dan kondisi selama ia melakukan kegiatan belajar. Dengan melihat hasil akhir, serta keterangan yang ada ia dapat mengetahui kekuatan dan kelemahan dirinya serta bagaimana peserta didik harus bersikap dalam pembelajaran selanjutnya. (2) Orang tua peserta didik Pelaporan hasil belajar merupakan cerminan prestasi dan kondisi hasil kerjasama antara pihak orang tua dan sekolah dalam mendidik. Oleh karena itu, dengan melihat hasil akhir beserta keterangannya yang diperoleh peserta didik, menjadi bahan untuk introspeksi bagi
Modul PLPG Penjaskes 2013 339 kedua pihak dan sekaligus mencari solusi untuk mencapai hasil yang lebih baik. (3) Pendidik Pelaporan hasil belajar merupakan cerminan prestasi dan kondisi yang dapat dicapai dalam mengimplementasikan program pembelajaran yang sudah dirancang di dalam Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Oleh karena itu, dengan melihat hasil akhir beserta keterangan yang ada yang diperoleh setiap peserta didik menjadi bahan untuk memperbaiki program pebelajaran yang disusunnya sekaligus menjadi lebih profesional. (4) Satuan Pendidikan Pelaporan hasil belajar merupakan cerminan prestasi dan kondisi layanan pendidikan dari satuan pendidikan yang bersangkutan. Oleh karena itu, hasil akhir yang dicapai seluruh peserta didik menjadi bahan untuk introspeksi dan sekaligus mencari solusi untuk mencapai hasil yang lebih baik melalui peningkatan layanan sesuai dengan standar yang ditetapkan. (5) Dinas Pendidikan Pelaporan hasil belajar merupakan cerminan prestasi dan kondisi layanan managerial, pemberian bantuan, penanganan pendidik dan tenaga kependidikan dalam satuan pendidikan oleh dinas pendidikan setempat. 3) Pelaporan Hasil Penilaian Pelaporan Hasil Penilaian meliputi hasil penilaian setiap pelaksanaan pembelajaran, penilaian tengah semester, dan akhir semester. Pelaporan ini akan bermanfaat bagi peserta didik, pendidik, satuan pendidikan dan Dinas Pendidikan. Pelaporan ini hendaknya dibuat sejelas mungkin, sehingga para pembaca dapat memahami apa yang ditulis, dan dapat memberikan dukungan terhadap keputusan yang diambil berdasarkan hasil penilaian yang benar. 3. Penilaian Oleh Satuan Pendidikan Penentuan nilai akhir kelompok mata pelajaran Penjasorkes oleh satuan pendidikan dilakukan berdasarkan hasil penilaian oleh pendidik. Peniliaian oleh satuan pendidikan dilakukan pada akhir tahun ajaran untuk menentukan kelulusan atau kenaikan kelas. Langkah-langkah dalam menentukan nilai akhir oleh satuan pendidikan adalah dengan membentuk tim untuk melaksanakan ujian akhir, dan selanjutnya tim melaksanakan ujian akhir kinerja peserta didik (performance test) dalam keterampilan gerak. Bentuk keterampilan gerak yang diujikan mencakup kemampuan fisik umum (kesegaran jasmani), Kelincahan, dan koordinasi. Kesegaran jasmani dapat diukur dengan berbagai macam tes kesegaran jasmani yang sesuai dengan tingkat usia dan perkembangan peserta didik. (pilih satu). Kelincahan dapat diukur dengan berbagai macam tes kelincahan yang sesuai dengan tingkat usia dan perkembangan Modul PLPG Penjaskes 2013 340 peserta didik. (pilih satu). Tes koordinasi dapat dikembangkan sendiri oleh pendidik atau tim untuk mengukur kemampuan koordinasi mata, tangan, dan kaki. Tes koordinasi ini merupakan alat ukur yang dikembangkan untuk dapat mengukur koordinasi peserta didik secara umum. Nilai akhir kelompok mata pelajaran Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan adalah sebagai berikut: Nilai Akhir (NA) = (2 x skor rata-rata penilaian kognitif oleh pendidik)+ (1 x skor rata-rata penilaian kognitif perilaku hidup sehat oleh pendidik) + (2 x skor ujian akhir) + (3 x skor rata- rata penilaian psikomotor oleh pendidik) + (6 x skor rata-rata penilaian psikomotor ujian akhir) : 14.
E. Rangkuman Penilaian kelas merupakan suatu kegiatan yang dilakukan guru yang berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang pencapaian kompetensi dasar setelah mengikuti proses pembelajaran. Penilaian kelas merupakan suatu proses yang dilakukan melalui langkah-langkah perencanaan, penyusunan alat penilaian, pengumpulan informasi melalui sejumlah bukti yang menunjukkan pencapaian hasil belajar peserta didik, pengolahan, dan penggunaan informasi tentang hasil belajar peserta didik. Penilaian kelas dilaksanakan melalui berbagai teknik/cara, seperti penilaian unjuk kerja (performance), penilaian tertulis (paper and pencil test) atau lisan, penilaian proyek, penilaian produk, penilaian melalui kumpulan hasil kerja/karya peserta didik (portfolio), dan penilaian diri. Manfaat penilaian kelas antara lain sebagai berikut: untuk memberikan umpan balik bagi peserta didik, memantau kemajuan dan mendiagnosis kesulitan belajar, umpan balik bagi pendidik dalam memperbaiki metode, pendekatan, kegiatan, dan sumber belajar yang digunakan, masukan bagi pendidik guna merancang kegiatan belajar, memberikan informasi kepada orang tua dan komite satuan pendidikan tentang efektivitas pendidikan, memberi umpan balik bagi pengambil kebijakan (Diknas Daerah) dalam mempertimbangkan konsep penilaian kelas yang digunakan. Prinsip-prinsip penilaian kelas antara lain: valid, reliabel, menyeluruh, berkesinambungan, obyektif, dan mendidik.
F. Soal-soal Latihan Soal Uraian Jawablah pertanyaan berikut ini dengan singkat dan tepat! 1. Jelaskan yang dimaksud dengan penilaian kelas! 2. Sebutkan langkah-langkah penilaian kelas! 3. Sebutkan berbagai teknik atau cara dalam melakukan penilaian kelas! 4. Sebutkan manfaat melakukan penilaian kelas! 5. Jelaskan cara melakukan penilaian hasil belajar mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan!
Modul PLPG Penjaskes 2013 341 Soal Latihan Pilihan Berganda Berilah tanda silang (X) pada huruf A, B, C, atau D yang merupakan jawaban paling benar! 1. Suatu kegiatan yang dilakukan guru yang berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang pencapaian kompetensi dasar setelah mengikuti proses pembelajaran . . . . A. penilaian kelas B. penilaian kognitif C. penilaian afektif D. penilaian psikomotor 2. Penilaian yang paling besar bobotnya dalam menentukan hasil belajar peserta didik mata pelajaran Penjasorkes adalah . . . . A. penilaian unjuk kerja B. penilaian portofolio C. penilaian tertulis D. penilaian produk 3. Memberikan umpan balik bagi peserta didik agar mengetahui kekuatan dan kelemahannya dalam proses pencapaian kompetensi merupakan . . . . A. fungsi penilaian kelas B. tujuan penilaian kelas C. manfaat penilaian kelas D. makna penilaian kelas 4. Penilaian dilakukan secara terencana, bertahap dan terus menerus untuk memperoleh gambaran pencapaian kompetensi peserta didik dalam kurun waktu tertentu. Hal ini merupakan penilaian dilihat dari prinsip . . . . A. validitas B. realibitas C. menyeluruh D. berkenambungan 5. Penilaian hasil belajar Penjasorkes sebaiknya harus menggunakan ranah . . . . A. kognitif B. afektif C. psikomotor D. kognitif, afektif, psikomotor
Kunci Jawaban 1. A 2. A 3. C 4. D 5. D Modul PLPG Penjaskes 2013 342 DAFTAR PUSTAKA Forster, Margaret, dan Masters, G. (1996). Portfolios Assessment Resource Kit. Camberwell, Melborne: The Australian Council for Educational Research Ltd. Forster, Margaret, dan Masters, G. (1996). Project Assessment Resource Kit. Camberwell, Melborne: The Australian Council for Educational Research Ltd. Forster, Margaret, dan Masters, G. (1998). Product Assessment Resource Kit. Camberwell, Melborne: The Australian Council for Educational Research Ltd. Forster, Margaret, dan Masters, G. (1996). Performance Assessment Resource Kit. Camberwell, Melborne: The Australian Council for Educational Research Ltd. Forster, Margaret, dan Masters, G. (1999). Paper amd Pen Assessment Resource Kit. Camberwell, Melborne: The Australian Council for Educational Research Ltd. Gronlund, E. Norman. (1982). Constructing Achievement Tests. London: Prentice Hall. Linn, R.L., dan Gronlund, N.E. (1995). Measurement and Assessment in Teaching. New Jersey: Prentice Hall. Popham, W.J. (1995) Classroom Assessment, What Teachers Need to Know. Boston: Allyn & Bacon.
Modul PLPG Penjaskes 2013 343 BAB XVI PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)
A. Pokok-pokok Isi Materi Tujuan kegiatan pengembangan profesi guru adalah untuk meningkatkan mutu guru agar mereka lebih profesional dalam pelaksanaan tugas dan tanggungjawabnya. Kegiatan tersebut bertujuan bukan untuk mempercepat atau memperlambat kenaikan pangkat/ golongan, tetapi untuk memper-banyak guru yang makin profesional. Selanjutnya sebagai penghargaan kepada guru yang mampu meningkatkan mutu profesionalnya, diberikan penghargaan, di antaranya dengan kenaikan pangkat/golongannya. Sangat tidak adil dan tidak professional jika penghargaan kenaikan pangkat/golongan diberikan secara otomatis kepada semua guru (baik yang berprestasi maupun yang tidak), atau hanya berdasar kepada masa kerjanya. Berbagai informasi menyatakan bahwa kenaikan pangkat/jabatan guru dari golongan IIIa ke IVa, relatif lancar, sehingga saat ini cukup banyak guru telah menduduki golongan IVa, baik mereka yang professional maupun tidak. Hal tersebut dapat saja menggembirakan. Tetapi juga sekaligus menyedihkan bila kenaikan pangkat/golongan itu tidak dilakukan dengan seleksi yang mampu menunjukkan realita mutu guru yang sesuai dengan pangkat/golongan yang disandangnya. Kegunaan khusus penelitian ilmiah dalam pendidikan adalah memungkinkan pendidik untuk mengembangkan jenis dasar pengetahuan yang jelas yang merupakan ciri profesi dan disiplin lain yang pada saat ini belum dimiliki oleh ilmu pendidikan. Penelitian yang dilakukan guru dalam pengembangan profesi seyogyanya berada pada permasalahan teknologi pembelajaran. Menurut Miarso (1993) teknologi pendidikan didefinisikan sebagai: teori dan praktik dalam desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, penilaian dan penelitian proses, sumber dan sistem untuk belajar. Dalam kaitan dengan proses pembelajaran, ciri khas dari penelitian teknologi pembelajaran adalah adanya kajian yang berhubungan dengan penerapan rancangan, sajian dan evaluasi pembelajaran yang ditujukkan untuk mencapai hasil belajar tertentu, pada suatu tujuan, karakteristik peserta didik, lingkungan dan ataupun kondisi pembelajaran spesifik. Menurut Suhardjono (1990) kegiatan pembelajaran yang umum dilakukan oleh seorang guru adalah (1) merancang pembelajarannya yang meliputi rancangan penataan isi, rancangan strategi pembelajaran termasuk rancangan pengembangan dan pemanfaatan media, rancangan evaluasi dan lain-lain, (2) menyajikan atau menyampaikan materi pelajaran, termasuk di dalamnya pemilihan dan penggunaan model pembelajaran tertentu sesuai tujuan, penggunaan media, dan pengelolaan kelas, serta (3) melakukan evaluasi baik proses maupun hasil pembelajaran. Modul PLPG Penjaskes 2013 344 Modul Pendidikan Latihan Profesi Guru (PLPG) tentang penelitian tindakan kelas (PTK) ini berisi tentang: konsep dasar Karya Tulis Ilmiah (prinsip, jenis, karakteristik, dan kriteria); konsep dasar Penelitian Tindakan Kelas (prinsip, jenis, karakteristik, dan kriteria); serta tahap dan prosedur Penelitian Tindakan Kelas. Secara praktik berisi tentang perumusan permasalahan Penelitian Tindakan Kelas; penyusunan proposal Penelitian Tindakan Kelas; penyusun laporan Penelitian Tindakan Kelas; serta publikasi hasil Penelitian Tindakan Kelas.
B. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar 1. Standar Kompetensi Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif.
2. Kompetnsi Dasar Melakukan penelitian tindakan kelas untuk peningkatan keprofesionalan.
C. Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari modul Pendidikan Latihan Profesi Guru (PLPG) Penjas ini Bapak/ibu akan memiliki kompetensi yang tercermin dari indikator sebagai berikut: 1. Menjelaskan konsep dasar Karya Tulis Ilmiah (prinsip, jenis, karakteristik, dan kriteria). 2. Menjelaskan konsep dasar Penelitian Tindakan Kelas (prinsip, jenis, karakteristik, dan kriteria). 3. Menjelaskan tahap dan prosedur Penelitian Tindakan Kelas; merumuskan permasalahan Penelitian Tindakan Kelas; menyusun proposal Penelitian Tindakan Kelas; menyusun laporan Penelitian Tindakan Kelas; serta mempublikasikan hasil penelitian yang dilakukan.
D. Uraian Materi 1. Konsep Dasar Karya Tulis Ilmiah (KTI) a. Kebijakan Pengembangan Profesi yang harus dilakukan oleh Guru 1) Kegiatan Pengembangan Profesi Guru Kegiatan pengembangan profesi guru adalah kegiatan guru dalam rangka pengamalan ilmu dan pengetahuan, teknologi dan ketrampilan untuk peningkatan mutu baik bagi proses belajar mengajar dan profesionalisme tenaga kependidikan lainnya maupun dalam rangka
Modul PLPG Penjaskes 2013 345 menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi pendidikan dan kebudayaan (berdasar definisi pada Kepmendidbud No. 025/0/1995). Pengembangan profesi terdiri dari 5 (lima) macam kegiatan, yaitu: (1) menyusun Karya Tulis Ilmiah (KTI), (2) menemukan Teknologi Tepat Guna, (3) membuat alat peraga/bimbingan,(4) menciptakan karya seni dan (5) mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum. 2) Pengertian Karya Tulis Ilmiah (KTI) Karya Tulis Ilmiah (selanjutnya disingkat KTI) pada dasarnya merupakan laporan tertulis tentang (hasil) suatu kegiatan ilmiah. Karena kegiatan ilmiah itu banyak macamnya, maka laporan kegiatan ilmiah (= KTI) juga beragam. Ada yang berbentuk laporan penelitian, tulisan ilmiah populer, buku, diktat dan lain-lain. KTI juga berbeda bentuk penyajiannya sehubungan dengan berbedanya tujuan penulisan serta media yang menerbitkannya. Bila seorang guru menulis KTI (dengan benar) maka kepadanya diberikan penghargaan, berupa angka kredit yang dapat dipakai untuk memenuhi persyaratan dalam usulan kenaikan pangkat/jabatannya. Besarnya angka kredit KTI berbeda-beda tergantung pada macam dan lingkup publikasinya. Berdasar aturan yang berlaku, KTI yang berangka kredit tertinggi (12,5 angka kredit) adalah KTI hasil penelitian perorangan yang dipublikasi dalam bentuk buku, yang terendah bernilai 1 angka kredit, untuk KTI yang berupa diktat. 3) Dasar hukum kebijakan mengenai pengembangan profesi guru Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara nomor 84/1993 penetapan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, serta Keputusan bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan Kepala BAKN Nomor 0433/P/1993, nomor 25 tahun 1993 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, pada prinsipnya bertujuan untuk membina karier kepangkatan dan profesionalisme guru. Pada aturan tersebut, di antaranya dinyatakan bahwa untuk keperluan kenaikan pangkat/jabatan Guru Pembina /Golongan IVa ke atas, diwajibkan adanya angka kredit yang harus diperoleh dari Kegiatan Pengembangan Profesi. Melalui sistem angka kredit itu, diharapkan dapat diberikan penghargaan secara lebih adil dan lebih professional terhadap pangkat guru, yang merupakan pengakuan profesi dan kemudian akan meningkatkan pula tingkat kesejahteraannya. Pengembangan profesi terdiri dari 5 (lima) macam kegiatan, yaitu: (1) menyusun Karya Tulis Ilmiah (KTI), (2) menemukan Teknologi Tepat Guna, (3) membuat alat peraga/bimbingan,(4) menciptakan karya seni dan (5) mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum. Sehingga membuat Karya Tulis Ilmiah (KTI) merupakan salah satu macam kegiatan yang dapat dilakukan guru dalam pengembangan profesinya.
Modul PLPG Penjaskes 2013 346 b. Kegiatan Pengembangan Profesi melalui Karya Tulis Ilmiah (KTI) Karya Tulis Ilmiah (KTI) adalah laporan tertulis tentang (hasil) kegiatan ilmiah. Karena kegiatan ilmiah itu banyak macamnya, maka laporan kegiatan ilmiah (= KTI) juga beragam bentuknya. Ada yang berbentuk laporan penelitian, tulisan ilmiah populer, buku, diktat dan lain-lain. KTI pada kegiatan pengembangan profesi guru, terdiri dari 7 (tujuh) macam, dengan rincian sebagai berikut:
No Macam KTI Macam publikasinya Angka kredit 1. KTI hasil penelitian, pengkajian, survei dan atau evaluasi Berupa buku yang diedarkan secara nasional 12,5 Berupa tulisan (artikel ilmiah) yang dimuat pada majalah ilmiah yang diakui oleh Depdiknas 6,0 Berupa buku yang tidak diedarkan secara nasional 6,0 Berupa makalah 4,0 2. KTI yang merupakan tinjuan atau gagasan sendiri dalam bidang pendidikan Berupa buku yang diedarkan secara nasional 8,0 Berupa tulisan (artikel ilmiah) yang dimuat pada majalah ilmiah yang diakui oleh Depdiknas 4,0 Berupa buku yang tidak diedarkan secara nasional 7,0 Berupa makalah 3,5 3. KTI yang berupa tulisan ilmiah popular yang disebarkan melalui media masa Berupa tulisan (artikel ilmiah) yang dimuat pada media masa 2,0 4. KTI yang berupa tinjuan, gagasan, atau ulasan ilmiah yang disampaikan sebagai prasaran dalam pertemuan ilmiah Berupa makalah dari prasaran yang disampaikan pada pertemuan ilmiah 2,5 5. KTI yang berupa buku pelajaran Berupa buku yang bertaraf nasional 5 Berupa buku yang bertaraf propinsi 3 6. KTI yang berupa diktat pelajaran Berupa diktat yang digunakan di sekolahnya 1 7. KTI yang berupa karya terjemahan Berupa karya terjemahan buku pelajaran/ karya ilmiah yang bermanfaat bagi pendidikan 2.5
Modul PLPG Penjaskes 2013 347
c. Sistem Penilaian Karya Tulis Ilmiah (KTI) 1) Permasalahan dalam pengumpulan angka kredit Paling tidak terdapat dua fakta dalam pengumpulan angka kredit, yaitu : a) Pengumpulan angka kredit untuk kenaikan dari golongan IIIa sampai dengan golongan IVa, relatif lancar. Pada jenjang tersebut, angka kredit yang wajib dikumpulkan hanya dari tiga macam bidang kegiatan guru, yakni (1) pendidikan, (2) proses pembelajaran, dan (3) penunjang proses pembelajaran. Angka kredit dari bidang pengembangan profesi, belum merupakan persyaratan wajib. Akibat longgarnya proses kenaikan pangkat itu, tujuan pemberian penghargaan secara lebih adil dan lebih profesional terhadap peningkatan karir kurang dapat dicapai secara optimal. Longgarnya seleksi peningkatan karir, juga menyulitkan untuk membedakan antara mereka yang berpretasi dan kurang atau tidak berprestasi. Lama kerja lebih memberikan urunan yang siginifikan pada kenaikan pangkat. Kebijakan itu seolah-olah berupa kenaikan pangkat yang mengacu pada lamanya waktu kerja, dan kurang mampu memberikan evaluasi pada kinerja profesional. b) Permasalahan kedua, berbeda dan bahkan bertolak belakang dengan keadaan di atas. Proses kenaikan dari golongan IVa ke atas relatif berjalan lambat. Pada kenaikan pangkat golongan IVa ke atas tersebut, diwajibkan adanya pengumpulan angka kredit dari unsur kegiatan pengembangan profesi. Angka kredit kegiatan pengembangan profesi berdasar aturan yang berlaku saat ini dapat diperoleh melalui kegiatan : (1) menyusun Karya Tulis Ilmiah (KTI), (2) menemukan Teknologi Tepat Guna, (3) membuat alat peraga/bimbingan, (4) menciptakan karya seni dan (5) mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum.
d. Pengaruh Karya Tulis Ilmiah terhadap Kenaikan Pangkat dan Jabatan 1) Guru berlomba untuk berprestasi baik unsur pendidikan, proses belajar mengajar, maupun pengembangan profesi. 2) Guru diberi motivasi tinggi untuk dapat mencapai pangkat puncak sebagai PNS (sampai dengan Pembina Utama, Gol. Ruang IV/e). 3) Agar guru dapat bekerja di bidang pendidikan atau karya seni yang sangat diperlukan dalam upaya meningkatkan kualitas proses belajar mengajar dan kualitas pendidikan. 4) Dengan mengembangkan profesi, guru terdorong untuk menulis, meneliti, mengemukakan pendapat. Modul PLPG Penjaskes 2013 348 5) Dengan menulis berarti guru banyak membaca/menyerap informasi sehingga akan meningkatkan kemampuan profesionalnya.
e. Penyusunan Karya Tulis Ilmiah (KTI) 1) Kriteria Penilaian Karya Tulis Ilmiah (KTI) KTI dapat dinilai apabila telah memenuhi kriteria dan persyaratan yang ditetapkan. Di samping memakai berbagai kriteria penulisan karya tulis ilmiah yang umum dipergunakan, terdapat beberapa kriteria dan persyaratan yang khusus yang digunakan untuk menilai KTI dalam pengembangan profesi guru (untuk itu lihat peraturan dan pedoman yang telah dikeluarkan oleh Diknas, yang berkaitan dengan hal ini) KTI dalam kegiatan pengembangan profesi juga harus memenuhi kriteria APIK yang artinya adalah : a) Asli penelitian harus merupakan karya asli penyusunnya, bukan merupakan plagiat, jiplakan, atau disusun dengan niat dan prosedur yang tidak jujur. Syarat utama karya ilmiah adalah kejujuran. KTI yang tidak asli dapat terlihat antara lain melalui, (1) Terdapat bagian-bagian tulisan, atau petunjuk lain yang menunjukkan bahwa KTI itu dirubah di sana-sini dan digunakan sebagai KTI nya (seperti misalnya: bentuk ketikan yang tidak sama, tempelan nama, terdapat petunjuk adanya lokasi dan subyek yang tidak konsisten, terdapat tanggal pembuatan yang tidak sesuai, terdapat berbagai data yang tidak konsisten, tidak akurat. (2) Waktu pelaksanaan pembuatan KTI yang kurang masuk akal (misalnya pembuatan KTI yang terlalu banyak dalam kurun waktu tertentu). (3) adanya kesamaan yang sangat mencolok pada isi, format, gaya penulisan dengan KTI yang lain, baik yang dibuat oleh guru yang bersangkutan atau dengan KTI lain dari daerah tertentu (umumnya dengan sampul yang sama, kata pengantar yang sama, teori yang sama, daftar pustaka yang sama, yang berbeda hanya pada subyek mata pelajaran, dan data yang tampak sekedarnya). (4) Adanya ketidaksamaan yang sangat mencolok pada isi, format, gaya penulisan di anatara KTI yang dibuat oleh seorang guru (misalnya yang satu sangat sederhana, yang satu sangat tebal, sangat akademik setara tesis atau bahkan desertasi). (5) Tidak melampirkan dokumen kegiatan guna menunjukkan bahwa KTI tersebut benar-benar dilakukan sendiri, misalnya pada laporan hasil penelitian tidak melampirkan (1) semua instrumen yang digunakan dalam penelitian, terutama lembar pengamatan, (2) contoh-contoh hasil kerja dalam pengisian/ pengerjaan instrumen baik oleh guru maupun peserta didik, (3) dokumen pelaksanaan penelitian yang lain seperti foto-foto kegiatan, daftar hadir, dan lain- lain.
Modul PLPG Penjaskes 2013 349 b) Perlu, permasalahan yang dikaji pada kegiatan pengembangan profesi tentunya harus memang diperlukan, mempunyai manfaat. Bukan hal yang mengada-ada, atau memasalahkan sesuatu yang tidak perlu untuk dipermasalahkan. Contoh dari KTI yang tidak perlu antara lain sebagai berikut: (1) Masalah yang dikaji terlalu luas, tidak langsung berhubungan dengan permasalahan yang berkaitan dengan upaya pengembangan profesi guru di kelasnya (misalnya KTI yang berjudul (a) Kemampuan professional guru untuk meningkatkan mutu pembelajaran, (b) Peranan guru dalam melestarikan Pancasila, dan (c) Teknologi Informasi dalam dunia pendidikan). (2) Masalah yang ditulis tidak menunjukan adanya kegiatan nyata penulis dalam peningkatan/pengembangan profesinya sebagai guru, permasalahan yang ditulis, sangat mirip dengan KTI yang telah ada sebelumnya, telah jelas jawabannya, kurang jelas manfaatnya dan merupakan hal mengulang-ulang (misalnya KTI yang berjudul: (a) Hubungan status orangtua peserta didik dengan prestasi belajar, (b) Korelasi nilai Penjasorkes dengan nilai Pendidikan Pancasila, dan (c) Hubungan antara Motivasi Berprestasi dengan nilai Penjasorkes). (3) Isi tulisan tidak termasuk pada macam KTI yang memenuhi syarat untuk dapat dinilai, misalnya pada KTI yang berjudul (a) rela berkorban untuk tanah air, (b) sejarah kerajaan Sunda Melinda, (c) Agar PEMILU berjalan Jurdil.
c) Ilmiah, penelitian harus berbentuk, berisi, dan dilakukan sesuai dengan kaidah-kaidah kebenaran ilmiah. Penelitian harus benar, baik teorinya, faktanya maupun analisis yang digunakannya. KTI yang tidak ilmiah antara lain ditandai dengan: (1) Masalah yang dituliskan berada di luar permasalahan keilmuan khususnya permasalahan pembelajaran spesifik yang berkaitan dengan sekolah atau kelasnya. (2) Latar belakang masalah tidak jelas sehingga tidak dapat menunjukkan pentingnya hal yang dibahas dan hubungan masalah tersebut dengan upayanya untuk mengembangkan profesinya sebagai guru (misalnya tidak ada fakta spesifik yang berkaitan dengan masalah di sekolah atau kelasnya). (3) Rumusan masalah tidak jelas sehingga kurang dapat diketahui apa sebenarnya yang akan diungkapkan pada KTInya. (4) Kebenarannya tidak terdukung oleh kebenaran teori, kebenaran fakta dan kebenaran analisisnya. (5) Landasan teori perlu perluas dan disesuaikan dengan permasalahan yang dibahas. (6) bila KTInya merupakan laporan hasil penelitian, tampak dari metode penelitian, sampling, data, analisis hasil yang tidak / kurang benar. (7) Bila KTInya berupa laporan PTK tidak jelas apa, bagaimana dan Modul PLPG Penjaskes 2013 350 mengapa kegiatan tindakan yang dilakukan, juga tidak jelas bagaimana peran hasil evaluasi dan refleksi pada penentuan siklus- siklus berikutnya. (8) kesimpulan tidak/belum menjawab permasalahan yang diajukan.
d) Konsisten, penelitian harus disusun sesuai dengan kemampuan penyusunnya. Bila penulisnya seorang guru, maka penelitian haruslah berada pada bidang kelimuan yang sesuai dengan kemampuan guru tersebut. Penelitian di bidang pembelajaran yang semestinya dilakukan guru adalah yang bertujuan dengan upaya peningkatan mutu hasil pembelajaran dari peserta didiknya, di kelas atau di sekolahnya. (1) Masalah yang dikaji tidak sesuai dengan tugas si penulis sebagai guru. (2) Masalah yang dikaji tidak sesuai latar belakang keahlian atau tugas pokok penulisnya. (3) Masalah yang dikaji tidak berkaitan dengan upaya penulis untuk mengembangkan profesinya sebagai guru (misalnya masalah tersebut tidak mengkaji permasalahan di bidang pendidikan yang bertujuan untuk meningkatkan mutu peserta didik di kelasnya yang sesuai dengan bidang tugasnya).
2) Alasan Karya Tulis Ilmiah (KTI) Ditolak Tujuan kegiatan pengembangan profesi tentu tidak untuk menjadikan guru yang tidak jujur. Karena itu, semua KTI yang menunjukkan hasil kerja yang tidak jujur seharusnya ditolak dan tidak diberi nilai, dan bahkan bila perlu yang bersangkutan dikenai sangsi. Tujuan kegiatan pengembangan juga dimaksudkan agar guru melakukan secara nyata sesuatu kegiatan (seberapa sederhana atau kecilnya kegiatan) di kelasnya yang ditujukan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil belajar. Sehingga KTI yang diajukan harus mampu menunjukkan adanya karya nyata tersebut. KTI yang jelas-jelas tidak menunjukkan kegiatan semacam itu tidak dapat diberi nilai. Dalam praktik sering dijumpai KTI yang merupakan jiplakan, KTI orang lain yang dinyatakan sebagai karyanya, atau bahkan KTI yang dibuatkan oleh orang lain (institusi; biro jasa). KTI yang tidak asli, seringkali mudah terdeteksi, misalnya dari data yang tidak konsisten, tulisan yang tidak sama, dan lain-lain.
3) Karya Tulis Ilmiah (KTI) berupa Penelitian Tindakan kelas (PTK) Bukan satu-satunya Karya Tulis Ilmiah (KTI) berupa Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Sebagaimana dijelaskan sebelumnya terdapat tujuh macam KTI, mulai dari KTI hasil penelitian sampai dengan KTI terjemahan. Apapun macam KTInya apabila telah dibuat dengan baik dan benar, maka dapat diberi nilai. Namun, akhir-akhir ini KTI yang paling banyak dibuat
Modul PLPG Penjaskes 2013 351 oleh guru adalah KTI hasil penelitian, terutama hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Memang, KTI yang dibuat berdasar hasil PTK disarankan untuk dilakukan guru dalam upaya menulis KTI karena (1) KTI tersebut merupakan laporan dari kegiatan nyata yang dilakukan para guru di kelasnya dalam upaya meningkatkan mutu pembelajarannya (ini tentunya berbeda dengan KTI yang berupa laporan penelitian korelasi, penelitian diskriptif, ataupun ungkapan gagasan, yang umumnya tidak memberikan dampak langsung pada proses pembelajaran di kelasnya), dan (2) dengan melakukan kegiatan penelitian tersebut, maka para guru telah melakukan salah satu tugasnya dalam kegiatan pengembangan profesionalnya.
2. Konsep Dasar Penelitian Tindakan Kelas (PTK) a. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Penelitian tindakan kelas istilah dalam bahasa Inggrisnya adalah Classroom Action Research (CAR). Dikarenakan ada tiga kata yang membentuk pengertian Penelitian Tindakan Kelas, maka ada tiga pengertian yang harus dijelaskan terlebih dahulu. (Menurut Prof. Suharsini 2007 : 2 - 3). 1) Penelitian Penelitian ialah suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.
2) Tindakan Tindakan ialah menunjuk pada sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam kegiatan berbentuk rangkaian siklus kegiatan peserta didik.
3) Kelas Dalam hal ini kelas tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertian yang lebih spesifik. Seperti yang sudah lama dikenal dalam bidang pendidikan dan pengajaran, yang dimaksud dengan istilah kelas adalah sekelompok peserta didik dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula. Dengan menggabungkan batasan pengertian tiga kata inti, yaitu: (1) Penelitian, (2) Tindakan, dan (3) Kelas. Disimpulkan bahwa Penelitian Tindakan Kelas adalah Suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Penelitian tindakan adalah sebagai suatu bentuk investigasi yang bersifat reflektif partisipasif, kolaboratif dan spiral, yang memiliki tujuan Modul PLPG Penjaskes 2013 352 untuk melakukan perbaikan sistem, metode kerja, proses, isi, kompetensi, dan situasi. (Menurut Prof. Supardi 2007 : 104). Daur ulang dalam penelitian tindakan diawali dengan perencanaan tindakan (planning), penerapan tindakan (action), mengobservasi dan mengevaluasi proses dan hasil tindakan (observation and evaluation), dan melakukan refleksi (reflecting), dan seterusnya sampai perbaikan atau peningkatan yang diharapkan tercapai (kriteria keberhasilan). Berikut beberapa hal yang perlu dipahami tentang penelitian tindakan kelas: (1) PTK adalah suatu pendekatan untuk meningkatkan pendidikan dengan melakukan perubahan ke arah perbaikan terhadap hasil pendidikan dan pembelajaran. (2) PTK adalah partisipatori, melibatkan orang yang melakukan kegiatan untuk meningkatkan praktiknya sendiri. (3) PTK dikembangkan melalui suatu self-reflective spiral; a spiral of cycles of planning, acting, observing, reflecting, the re-planning. (4) PTK adalah kolaboratif, melibatkan partisipasi bersama-sama bergabung untuk mengkaji praktik pembelajaran dan mengembangkan pemahaman tentang makna tindakan. (5) PTK menumbuhkan kesadaran diri mereka yang berpartisipasi dan berkolaborasi dalam seluruh tahapan PTK. (6) PTK adalah proses belajar yang sistematis, dalam proses tersebut menggunakan kecerdasan kritis membangun komitmen melakukan tindakan. (7) PTK memerlukan orang untuk membangun teori tentang praktik mereka (guru). (8) PTK memerlukan gagasan dan asumsi ke dalam praktik untuk mengkaji secara sistematis bukti yang menantangnya (memberikan hipotesis tindakan). (9) PTK memungkinkan kita untuk memberikan rasional justifikasi tentang pekerjaan kita terhadap orang lain dan membuat orang menjadi kritis dalam analisis. (Mc Taggart, 1997).
b. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Tujuan dan Manfaat dilaksanakannya Penelitian Tindakan Kelas adalah untuk perbaikan dan peningkatan layanan profesional. Perbaikan di sini memiliki konteks pada proses pembelajaran, bagaimana tujuan itu dapat dicapai? Tujuan dapat dicapai dengan melakukan berbagai tindakan alternatif dalam memecahkan berbagai persoalan pembelajaran. Oleh karena itu fokus penelitian tindakan kelas terletak pada tindakan-tindakan alernatif yang direncanakan oleh pendidik, kemudian dicobakan dan selanjutnya dievaluasi apakah tindakan-tindakan alternatif itu dapat digunakan untuk memecahkan persoalan pembelajaran yang sedang dihadapi oleh pendidik atau tidak.
Modul PLPG Penjaskes 2013 353
c. Prinsip Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah sebagai berikut : 1) Kegiatan Nyata dalam Situasi Rutin Penelitian dilakukan tanpa mengubah situasi rutin. Mengapa ? Jika penelitian dilakukan dalam situasi lain, hasilnya tidak dijamin dapat dilaksanakan lagi dalam situasi aslinya.
2) Adanya Kesadaran Diri untuk Memperbaiki Kinerja Setiap manusia tidak suka atas hal-hal yang statis, tetapi selalu menginginkan sesuatu yang lebih baik. Penelitian tindakan dilakukan bukan karena ada paksaan atau permintaan dari fihak lain, tetapi harus atas dasar sukarela, dengan senang hati. Penelitian tindakan sifatnya bukan menyangkut hal-hal statis, tetapi dinamis, yaitu adanya perubahan. Penelitian bukan menyangkut materi atau topik pokok bahasan itu sendiri, tetapi menyangkut penyajian topik pokok bahasan itu sendiri, tetapi menyangkut penyajian topik pokok bahasan yang bersangkutan, yaitu strategi, pendekatan, metode atau cara untuk memperoleh hasil melalui sebuah kegiatan uji coba atau eksperimen.
3) SWOT sebagai dasar berpijak Dalam melakukan Penelitian Tindakan Kelas, mulailah dengan analisis SWOT, terdiri atas unsur S-Strength (kekuatan), W-Weaknesses (kelemahan), O-Opportunity (kesempatan), T-Threat (ancaman). Kekuatan (strenght) dan kelemahan (weaknesses) yang ada pada diri peneliti dan subjek tindakan diidentifikasi secara cermat sebelum mengidentifikasi yang lain. Dua unsur yang lain yaitu kesempatan (opportunity) dan ancaman (threat), diidentifikasi dari yang ada di luar diri guru atau peneliti dan juga di luar diri peserta didik atau subjek yang dikenai tindakan. Dalam memilih sebuah tindakan yang akan dicoba, peneliti harus mempertimbangkan apakah ada sesuatu di luar diri dan subjek tindakan yang kiranya dapat dimanfaatkan, juga sebaliknya berpikir tentang bahaya di luar diri dan subjeknya sehingga dapat mendatangkan resiko. Hal ini terkait dengan prinsip pertama, bahwa penelitian tindakan tidak boleh mengubah situasi asli, yang biasanya tidak mengundang resiko.
4) Upaya empiris dan sistematik Prinsip empiris (terkait dengan pengalaman) dan sistematik, berpijak pada unsur-unsur terkait dengan keseluruhan sistem yang terkait dengan objek yang sedang digarap. Pembelajaran adalah sebuah sistem, yang keterlaksanaannya didukung oleh unsur-unsur yang kait-mengait. Jika guru mengupayakan cara mengajar baru, harus juga memikirkan tentang sarana pendukung yang berbeda, Modul PLPG Penjaskes 2013 354 mengubah jadwal pelajaran, dan hal-hal lain yang terkait dengan cara baru yang diusulkan tersebut.
5) Ikuti prinsip SMART dalam perencanaan SMART adalah kata bahasa Inggris yang artinya cerdas. Akan tetapi dalam proses perencanaan kegiatan merupakan singkatan dari lima huruf bermakna. Makna dari masing-masing huruf adalah sebagai berikut : S Specific, khusus, tidak terlalu umum; M Managable, dapat dikelola, dilaksanakan; A Acceptable, dapat diterima lingkungan, atau Achievable, dapat dicapai, dijangkau; R Realistic, operasional, tidak di luar jangkauan ; dan T Time-bound, diikat oleh waktu, terencana. Di antara unsur dalam SMART, unsur yang sangat penting karena terkait dengan subjek yang dikenai tindakan adalah unsur ketiga, yaitu A; Acceptable, dapat diterima oleh subjek yang akan diminta melakukan sesuatu oleh guru. Oleh karena itu, sebelum guru menentukan lebih lanjut tentang tindakan yang akan diberikan, mereka harus diajak bicara. Tindakan yang akan diberikan oleh guru dan akan mereka lakukan harus disepakati dengan sukarela. Dengan demikian, guru dapat mengharapkan tindakan yang dilakukan oleh peserta didik dilandasi atas kesadaran dan kemauan penuh. Dampak dari kemauan penuh itu menghasilkan semangat atau kegairahan yang tinggi. Agar guru dan peserta didik sama-sama puas dengan hasil dari penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru, hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian karya tulis ilmiah adalah bahwa metode pembelajaran yang dilakukan seperti berikut :
d. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Sebagai paradigma sebuah penelitian tersendiri, jenis PTK memiliki karakteristik yang relatif agak berbeda jika dibandingkan dengan jenis penelitian yang lain, misalnya penelitian naturalistic, eksperimen survei, analisis isi, dan sebagainya. Jika dikaitkan dengan jenis penelitian yang lain PTK dapat dikatagorikan sebagai jenis penelitian kualitatif dan eksperimen. PTK dikatagorikan sebagai penelitian kualitatif karena pada saat data dinalisis digunakan pendekatan kualitatif, tanpa ada perhitungan statistik. Dikatakan sebagai penelitian ekperimen, karena penelitian ini diawali dengan perencanaan, adanya perlakuan terhadap subjek penelitian, dean adanya evaluasi terhadap hasil yang dicapai sesudah adanya perlakuan. Ditinjau dari karakteristiknya, PTK setidaknya memiliki karakteristik antara lain: (1) didasarkan pada masalah yang dihadapi guru dalam
Modul PLPG Penjaskes 2013 355 instruksional; (2) adanya kolaborasi dalam pelaksanaannya; (3) penelitian sekaligus sebagai praktisi yang melakukan refleksi; (4) bertujuan memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas praktek intruksional; (5) dilaksanakan dalam rangkaian langkah dengan beberapa siklus. Menurut Richart Winter ada enam karekteristik PTK, yaitu (a) kritik reflektif, (b) kritik dialektis, (c) kolaboratif, (d) resiko, (e) susunan jamak, dan (f) internalisasi teori dan praktek ( Winter, 1996) . untuk lebih jelasnya, berikut ini dikemukakan secara singkat karakteristik PTK tersebut. 1) Kritik Refeksi Salah satu langkah di dalam penelitian kualitatif pada umumnya, dan khususnya PTK ialah adanya upaya refleksi terhadap hasil observasi mengenai latar dan kegiatan suatu aksi. Hanya saja, di dalam PTK yang dimaksud dengan refleksi ialah suatu upaya evaluasi atau penilaian, dan refleksi ini perlu adanya upaya kritik sehingga dimungkinkan pada taraf evaluasi terhadap perubahan-perubahan.
2) Kritik Dialektis Dengan adanyan kritik Dialektif diharapkan penelitian bersedia melakukan kritik terhadap fenomena yang ditelitinya. Selanjutnya peneliti akan bersedia melakukan pemeriksaan terhadap: (a) konteks hubungan secara menyeluruh yang merupakan satu unit walaupun dapat dipisahkan secara jelas, dan, (b) Struktur kontradiksi internal- maksudnya di balik unit yang jelas, yang memungkinkan adanya kecenderungan mengalami perubahan meskipun sesuatu yang berada di balik unit tersebut bersifat stabil.
3) Kolaboratif Di dalam PTK diperlukan hadirnya suatu kerja sama dengan pihak- pihak lain seperti atasan, sejawat atau kolega, mahapeserta didik, dan sebagainya. Kesemuanya itu diharapkan dapat dijadikan sumber data atau data sumber. Mengapa demikian? Oleh karena pada hakikatnya kedudukan peneliti dalam PTK merupakan bagian dari situasi dan kondisi dari suatu latar yang ditelitinya. Peneliti tidak hanya sebagai pengamat, tetapi dia juga terlibat langsung dalam suatu proses situasi dan kondisi. Bentuk kerja sama atau kolaborasi di antara para anggota situasi dan kondisi itulah yang menyebabkan suatu proses dapat berlangsung. Kolaborasi dalam kesempatan ini ialah berupa sudut pandang yang disampaikan oleh setiap kolaborator. Selanjutnya, sudut pandang ini dianggap sebagai andil yang sangat penting dalam upaya pemahaman terhadap berbagai permasalahan yang muncul. Untuk itu, peneliti akan bersikap bahwa tidak ada sudut pandang dari seseorang yang dapat digunakan untuk memahami sesuatu masalah secara tuntas dan mampu dibandingkan dengan sudut pandang yang berasal; dari berbagai pihak. Namun demikian memperoleh berbagai pandangan dari pada kolaborator, peneliti tetap sebagai figur yang memiliki ,kewenangan dan Modul PLPG Penjaskes 2013 356 tanggung jawab untuk menentukan apakah sudut pandang dari kolaborator dipergunakan atau tidak. Oleh karenanya, sdapat dikatakan bahwa fungsi kolaborator hanyalah sebagai pembantu di dalam PTK ini, bukan sebagai yang begitu menentukan terhadap pelaksaanan dan berhasil tidaknya penelitian.
4) Resiko Dengan adanya cirri resiko diharapkan dan dituntut agar peneliti berani mengambil resiko, terutama pada waktu proses penelitian berlangsung. Resiko yang mungkin ada diantaranya (a) melesatnya hipotesis dan (b) adanya tuntutan untuk melakukan suatu transformasi. Selanjutnya, melalui keterlibatan dalam proses penelitian, aksi peneliti kemungkinan akan mengalami perubahan pandangan karena ia menyaksikan sendiri adanya diskusi atau pertentangan dari para kalaborator dan selanjutnya menyebabkan pandangannya berubah.
5) Susunan Jamak Pada umumnya penelitian kuantitatif atau tradisional berstuktur tunggal karena ditentukan oleh suara tunggal, penelitiannya. Akan tetapi, PTK memiliki struktur jamak karena jelas penelitian ini bersifat dialektis, reflektif, partisipasi atau kolaboratif. Susunan jamak ini berkaitan dengan pandangan bahwa fenomena yang teliti harus mencakup semua komponen pokok supaya bersifat komprehensif. Suatu contoh, seandainya yang diteliti adalah diteliti adalah situasi dan kondisi proses belajar-mengajar, situasinya harus meliputi paling tidak guru, peserta didik, tujuan pendidikan, tujuan pembelajaran, interaksi belajar-mengajar, lulusan atau hasil yang dicapai, dan sebagainya.
6) Internalisasi Teori dan Praktik Menurut pandangan para ahli PTK bahwa antara teori dan praktik bukan merupakan dua dunia yang berlainan. Akan tetapi, keduanya merupakan dua tahap yang berbeda, yang saling bergantung, dan keduanya berfungsi untuk mendukung tranformasi. Pendapat ini berbeda dengan pandangan para ahli penelitian konvesional yang beranggapan bahwa teori dan praktik merupakan dua hal yang tersipah. Keberadaan teori diperuntukan praktik, begitu pula sebaliknya sehingga kedunya dapat digunakan dan dikembangkan bersama. Berdasarkan uraian di atas, jelaslah bahwa bentuk PTK benar-benar berbeda dengan bentuk penelitian yang lain, baik itu penelitian yang menggunakan paradigma kualitatif pada umumnya maupun yang menggunakan paradigma kualitatif. Oleh karenanya, keberadaan bentuk PTK tidak perlu lagi diragukan, terutama sebagai upaya memperkaya khasanah kegiatan penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan taraf keilmiahannya.
Modul PLPG Penjaskes 2013 357 e. Jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Ada empat jenis PTK, yaitu (1) PTK diasnogtik, (2) PTK partisipan, (3) PTK empiris, dan (4) PTK eksperimental (Chein, 1990). Untuk lebih jelas, berikut dikemukakan secara singkat mengenai keempat jenis PTK tersebut. 1) PTK Diagnostik PTK diagnostik ialah penelitian yang dirancang dengan menuntun peneliti ke arah suatu tindakan. Dalam hal ini peneliti mendiagnosia dan memasuki situasi yang terdapat di dalam latar penelitian. Sebagai contohnya ialah apabila peneliti berupaya menangani perselisihan, pertengkaran, konflik yang dilakukan antar peserta didik yang terdapat di suatu sekolah atau kelas.
2) PTK Partisipan Suatu penelitian dikatakan sebagai PTK partisipan ialah apabila orang yang akan melaksanakan penelian harus terlibat langsung dalam proses penelitian sejak awal sampai dengan hasil penelitian berupa laporan. Dengan demikian, sejak penencanan panelitian peneliti senantiasa terlibat, selanjutnya peneliti memantau, mencacat, dan mengumpulkan data, lalu menganalisa data serta berakhir dengan melaporkan hasil panelitiannya. PTK partisipasi dapat juga dilakukan di sekolah seperti halnya contoh pada butir a di atas. Hanya saja, di sini peneliti dituntut keterlibatannya secara langsung dan terus-menerus sejak awal sampai berakhir penelitian.
3) PTK Empiris PTK empiris ialah apabila peneliti berupaya melaksanakan sesuatu tindakan atau aksi dan membukakan apa yang dilakukan dan apa yang terjadi selama aksi berlangsung. Pada prinsipnya proses penelitinya berkenan dengan penyimpanan catatan dan pengumpulan pengalaman peneliti dalam pekerjaan sehari-hari. 4) PTK Eksperimental PTK eksperimental ialah apabila PTK diselenggarakan dengan berupaya menerapkan berbagai teknik atau strategi secara efektif dan efisien di dalam suatu kegiatam belajar-mengajar. Di dalam kaitanya dengan kegitan belajar-mengajar, dimungkinkan terdapat lebih dari satu strategi atau teknik yang ditetapkan untuk mencapai suatu tujuan instruksional. Dengan diterapkannya PTK ini diharapkan peneliti dapat menentukan cara mana yang paling efektif dalam rangka untuk mencapai tujuan pengajaran.
Modul PLPG Penjaskes 2013 358 f. Model Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Ada beberapa model PTK yang sampai saat ini sering digunakan di dalam dunia pendidikan, di antaranya: (1) Model Kurt Lewin, (2) Model Kemmis dan Mc Taggart, (3) Model John Elliot, dan (4) Model Dave Ebbutt.
1) Model Kurt Lewin Di depan sudah disebutnya bahwa PTK pertama kali diperkenalkan oleh Kurt Lewin pada tahun 1946. konsep inti PTK yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin ialah bahwa dalam satu siklus terdiri dari empat langkah, yaitu: (1) Perencanaan (planning), (2) aksi atau tindakan (acting), (3) Observasi (observing), dan (4) refleksi (reflecting) (Lewin, 1990). Sementara itu, empat langkah dalam satu siklus yang dikemukakan oleh Kurt Lewin tersebut oleh Ernest T. Stringer dielaborasi lagi menjadi : (1) Perencanaan ( planning ), (2) pelaksaan ( Implementing), dan (3) Penolaian (evaluating) ( Ernest, 1996).
2) Model John Elliot Apabila dibandingkan dua model yang sudah diutarakan di atas, yaitu Model Kurt Le win dan Kemmis-Mc Taggart, PTk Model john Elliot ini tampak lebih detail dan rinci. Dikatakan demikian, oleh karena didalam setiap siklus dimungkinkan terdiri dari beberapa aksi yaitu antara tigalima aksi ( tindakan). Sementara itu, setiap aksi kemungkinan terdiri dari beberapa langkah ( step), yang terealisasi dalam bentuk kegitan belajar- mengajar. Maksud disusunnya secara terinci pada PTK Model John Elliot ini, supaya terdapat kelancaran yang lebih tinggi antara taraf-taraf di dalam pelaksanan aksi atau proses belajar-mengajar. Selanjutnya, dijelaskan pula olehnya bahwa terincinya setiap aksi atau tindakan sehingga menjadi beberapa langkah (step) oleh karena suatu pelajaran terdiri dari beberapa subpokok bahasan atau materi pelajaran. Di dalam kenyataan praktik di lapangan setiap pokok bahasan biasanya tidak akan dapat diselesaikan dalam satu langkah, tetapi akan diselesaikan dalam beberapa rupa itulah yang menyebabkan John Elliot menyusun model PTK yang berbeda secara skematis dengan kedua model sebelumnya, yaitu seperti yang terdapat di dalam yang dikemukakan pada halaman berikut ini. Secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilakukan, yaitu: (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan, (3) Pengamatan, dan (4) Refleksi. Model masing-masing tahap adalah sebagai berikut :
Modul PLPG Penjaskes 2013 359
Gambar 1: Riset Aksi Model John Elliot a) Tahap 1 : Menyusun Rancangan Tindakan (Planning) Tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Penelitian tindakan yang ideal sebetulnya dilakukan secara berpasangan antara fihak yang melakukan tindakan dan pihak yang mengamati proses jalannya tindakan. Istilah untuk cara ini adalah penelitian kolaborasi. Dalam penelitian kolaborasi, pihak yang melakukan tindakan adalah guru itu sendiri, sedangkan yang diminta melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya proses tindakan adalah peneliti, bukan guru yang sedang melakukan tindakan. Kolaborasi juga dapat dilakukan oleh dua orang guru, yang dengan cara bergantian mengamati. Ketika sedang mengajar, dia adalah seorang guru, ketika sedang mengamati, dia adalah seorang peneliti. Dalam tahap menyusun rancangan ini peneliti menentukan titik atau fokus peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk diamati, kemudian membuat sebuah instrurmen. Dikarenakan pelaksana guru peneliti adalah pihak yang paling berkepentingan untuk meningkatkan kinerja, maka pemilihan strategi pembelajaran disesuaikan dengan selera dan kepentingan guru peneliti, agar pelaksanaan tindakan dapat terjadi secara wajar, realistis, dan dapat dikelola dengan mudah.
b) Tahap 2 : Pelaksanaan Tindakan (Acting) Tahap ke-2 dari penelitian tindakan adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu: mengenakan tindakan di kelas. Hal yang perlu diingat adalah bahwa dalam tahap ke-2 ini pelaksana guru harus ingat dan berusaha menaati apa yang sudah dirumuskan dalam rancangan, tetapi harus pula berlaku wajar, tidak dibuat-buat. Dalam refleksi, keterkaitan antara pelaksanaan dengan perencanaan perlu diperhatikan secara seksama agar sinkron dengan maksud semula. Perencanaan SIKLUS I Pengamatan Pengamatan Perencanaan SIKLUS II Pelaksanaan Pelaksanaan Refleksi Refleksi ? Modul PLPG Penjaskes 2013 360 c) Tahap 3 : Pengamatan (Observasi) Tahap ke-3, yaitu: kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat. Sebetulnya sedikit kurang tepat kalau pengamatan ini dpisahkan dengan pelaksanaan tindakan karena seharusnya pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang dilakukan. Jadi, keduanya berlangsung dalam waktu yang sama. Sebutan tahap ke-2 diberikan untuk memberikan peluang kepada guru pelaksana yang juga berstatus sebagai pengamat. d) Tahap 4 : Refleksi (Reflecting) Tahap ke-4 merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Istilah refleksi berasal dari kata bahasa Inggris reflection, yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia pemantulan. Kegiatan refleksi ini sangat tepat dilakukan ketika guru pelaksana sudah selesai melakukan tindakan, kemudian berhadapan dengan peneliti untuk mendiskusikan implementasi rancangan tindakan. Jika penelitian tindakan dilakukan melalui beberapa siklus, maka dalam refleksi terakhir, peneliti menyampaikan rencana yang disarankan kepada peneliti lain apabila dia menghentikan kegiatannya, atau kepada diri sendiri apabila akan melanjutkan dalam kesempatan lain.
g. Persyaratan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Berikut ini merupakan persyaratan Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan guru, antara lain : 1) PTK harus tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi di dalam pembelajaran dan diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. 2) PTK oleh guru menuntut dilakukannya pencermatan secara terus- menerus, objektif, dan sistematis, artinya dicatat atau direkam dengan baik sehingga diketahui dengan pasti tingkat keberhasilan yang diperoleh peneliti serta penyimpangan yang terjadi. 3) PTK harus dilakukan sekurang-kurangnya dalam dua siklus tindakan yang berurutan. Informasi dari siklus yang terdahulu sangat menentukan bentuk siklus berikutnya. 4) PTK terjadi secara wajar, tidak mengubah aturan yang sudah ditentukan, dalam arti tidak mengubah jadwal yang berlaku. Tindakan yang dilakukan tidak boleh merugikan peserta didik, baik yang dikenai atau peserta didik lain. 5) PTK harus betul-betul disadari oleh pemberi maupun pelakukanya sehingga pihak-pihak yang bersangkutan dapat mengemukakan kembali apa yang dilakukan, baik mengenai tindakan, suasana ketika terjadi, reaksi peserta didik, urutan peristiwa, hal-hal yang dirasakan sebagai kelebihan dan kekurangan dibandingkan dengan rencana yang sudah dibuat sebelumnya. 6) PTK harus benar-benar menunjukkan adanya tindakan yang dilakukan oleh sasaran tindakan, yaitu: peserta didik yang sedang
Modul PLPG Penjaskes 2013 361 belajar. Banyak guru yang melakukan penelitian tindakan, tetapi hanya menyebut apa yang dilakukan oleh guru sendiri, misalnya memberi contoh, atau Kepala Sekolah karena melengkapi buku perpustakaan.
h. Sasaran Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Apabila kita berpikir sistematis (memandang sesuatu selalu dalam keseluruhan dan dalam kaitan dengan unsur lain), yaitu: mengajak alam berpikir kita ke dalam kerangka sebuah unit atau kesatuan yang terdiri dari beberapa komponen pembentuk sistem, maka sebuah kelas dapat kita lihat sebagai satu kesatuan unsur yang bersangkut paut dan bekerja menuju tujuan tertentu, komponen-komponen dari sebuah kelas adalah (1) Peserta didik itu sendiri, (2) Guru yang sedang mengajar, (3) Materi pelajaran, (4) Peralatan yang digunakan, (5) Hasil pembelajaran, (6) Lingkungan pembelajaran, dan (7) Pengelolaan/ pengaturan yang dilakukan oleh pimpinan sekolah. Unsur-unsur pembelajaran sedang berlangsung maupun tidak. Dengan demikian, objek amatan dalam penelitian tindakan kelas tidak harus selalu ketika proses pembelajaran sedang berlangsung karena kelas bukan ruangan, tetapi sekelompok peserta didik.
3. Pelaksanaan Penyusunan Laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Membuat karya tulis ilmiah laporan penelitian sebetulnya akan jauh lebih mudah dibandingkan dengan menulis artikel, karena lahan tulisan akan sudah dipenuhi dengan penjelasan tentang alasan, tujuan, manfaat dan isi penelitian, kemudian ceritera tentang tindakan dengan siklusnya. Pada akhir tulisan tinggal disampaikan hasil penelitian, yaitu: keberhasilan yang diperoleh dan hambatan atau kesulitan dalam pelaksanaan, dan kemudia ditutup dengan rekomendasi atau saran. Sistematika laporan penelitian tidak jauh berbeda dengan laporan penelitian yang lain. Kesalahan yang sering terjadi adalah guru hanya menyebutkan sedikit dari tindakan yang dilakukan, dan langsung menunjukkan data yang dikumpulkan melalui tes. Hasil tes antarsiklus dibandingkan dengan atau tanpa rumus, kemudian disimpulkan. Dalam penelitian tindakan ini guru tidak diharuskan menonjolkan analisa data, tetapi seperti sudah dikemukakan di depan, harus menekankan pada proses. Pada akhir bagian ini disampaikan secara singkat tentang sistematika penulisan laporan penelitian tindakan kelas.
a. Penyusunan Proposal/Usulan PTK Untuk menyusun proposal Penelitian Tindakan Kelas, peneliti perlu mengikuti sistematika/format sebagai berikut : 1) Judul Penelitian Judul hendaknya ditulis dengan singkat dan spesifik, tetapi cukup Modul PLPG Penjaskes 2013 362 jelas menggambarkan masalah yang akan diteliti dan tindakan untuk mengatasi masalahnya. Judul hendaknya mencerminkan permasalahan pokok yang akan dipecahkan, sedapat mungkin mengandung unsur variabel utama yang diteliti. Judul harus deklaratif, singkat, jelas (8 sampai 10 kata) dan memberi kemungkinan penafsiran yang bermacam-macam. Setelah halaman judul dilanjutkan dengan halaman pengesahan proposal PTK, yang berisi tentang hal-hal yang berkenaan dengan judul peneliti (judul, bidang ilmu, dan kategori penelitian), ketua peneliti, jumlah peneliti (nama, jenis kelamin, golangan/ pangkat, jabatan dan satmintal), lokasi penelitian, kerja sama dengan istansi lain, waktu penelitian, serta biaya yang di perlukan Contoh judul PTK : (1) Peningkatan Hasil Belajar Peserta didik melalui Model Pembelajaran Sistem Sirkuit Training SMPN 2 Talaga Majalengka. (2) Aplikasi Media Compic (Computer Picture) bagi Peserta didik Berkesulitan Membaca pada Peserta didik Kelas VII di SMPN 2 Talaga Majalengka. (3) Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Tipe Stand dan Problem secara Variatif untuk Meningkatkan Kualitas Proses dan Hasil Belajar Kimia Peserta didik Kelas IX SMPN 2 Talaga Majalengka. (4) Penerapan Kegiatan Hands on Activity dalam Pembelajaran Biologi Pokok Bahasan Ekosistem untuk Meningkatkan Motivasi, Aktivitas, dan Hasil Belajar Peserta didik Kela VII C SMPN 2 Talaga Majalengka.
2) Isi proposal Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Berisi latar belakang dan indentifikasi permasalahan yang pada pokoknya menguraikan konteks permasalahan, pentingnya masalah ini diteliti dan manfaatnya yang diharapkan dari temuan penelitian jika pelaksaanaannya selesai. Secara keseluruhan isi prosal terdiri atas hal sebagai berikut: a) Pendahuluan Pada bagian pendahuluan setidaknya memuat faktor-faktor berikut : (1) Latar Belakang Kemukakan secara jelas bahwa masalah yang akan diteliti merupakan sebuah masalah yang nyata terjadi di sekolah atau bidang pendidikan sesuai profesi peneliti dengan disertai data faktualnya, dan diagnosis dilakukan oleh guru dan/atau tenaga kependidikan lainnya di sekolah. Setelah diidentifikasi masalah penelitiannya, selanjutnya perlu dianalisis dan dideskripsikan secara cermat akar penyebab dari masalah tersebut. Prosedur yang digunakan dalam identifikasi masalah perlu dikemukakan secara jelas dan sistematis. Di samping itu, kemukakan perlakuan atau metode pembelajaran yang biasa digunakan sehingga perlunya ada perbaikan.
Modul PLPG Penjaskes 2013 363 (2) Perumusan dan Pemecahan Masalah Rumuskan masalah penelitian dalam bentuk suatu rumusan penelitian tindakan kelas. Dalam perumusan masalah dapat dijelaskan definisi, asumsi, dan lingkup yang menjadi batasan penelitian. Setelah diidentifikasi masalah yang akan diteliti, selanjutnya dirumuskan ke dalam rumusan masalah yang sebaiknya menggunakan kalimat pernyataan dengan terlihat unsur what, when, who, where, how much an how many secara jelas. Peneliti diharapkan mencoba menganalisis akar penyebab masalah akar penyebab masalah yang mendekati kenyataan. Selanjutnya, mengajukan alternatif pemecahan masalah serta tindakan yang akan dilakukan dan hasil positif yang diantisipasi dengan mencoba mengajukan indikator keberhasilan tindakan, dan cara pengukuran serta cara mengevaluasinya. Uraikan alternatif tindakan yang akan dilakukan untuk memecahkan masalah. Pendekatan dan konsep yang digunakan untuk menjawab masalah yang diteliti, hendaknya sesuai dengan kaidah penelitian tindakan kelas. Cara pemecahan masalah ditentukan berdasarkan pada akar penyebab permasalahan dalam bentuk tindakan (action).
(3) Tujuan Penelitian Kemukakan secara singkat tentang tujuan penelitian yang ingin dicapai dengan berdasarkan pada permasalahan yang dikemukakan. Tujuan penelitian harus terjawab dalam kesimpulan hasil penelitian.
(4) Manfaat Penelitian Uraikan kontribusi hasil penelitian tentang kualitas pembelajaran sehingga tampak manfaatnya bagi peserta didik, guru, maupun komponen pendidikan di sekolah terkait. Kemukakan inovasi yang akan dihasilkan dari penelitian.
3) Kajian Pustaka Uraikan dengan jelas kajian teori dan pustaka yang menumbuhkan gagasan dan mendasari usulan rancangan penelitian tindakan. Kemukakan juga teori, temuan, dan bahan penelitian lain yang mendukung pilihan tindakan untuk mengatasi permasalahan penelitian tersebut. Uraian ini digunakan untuk menyusun kerangka berpikir atau konsep yang akan digunakan dalam penelitian. Pada bagian akhir dapat dikemukakan hipotesis tindakan dan indikator keberhasilan.
4) Metodologi Penelitian Uraikan secara jelas prosedur penelitian yang akan dilakukan. Kemukakan objek, waktu dan lamanya tindakan, serta lokasi penelitian secara jelas. Prosedur hendaknya dirinci berupa Modul PLPG Penjaskes 2013 364 perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi/pengamatan, evaluasi-refleksi, yang bersifat daur ulang atau siklus. Tunjukkan siklus-siklus kegiatan dalam setiap siklus sebelum pindah ke siklus berikutnya. Jumlah siklus diusahakan lebih dari satu siklus, namun harus tetap memperhatikan jadwal kegiatan belajar di sekolah. Dalam rencana pelaksanaan tindakan pada setiap tahapan hendaknya digambarkan peranan dan intensitas kegiatan masing-masing anggota peneliti, sehingga tampak jelas tingkat dan kualitas kolaborasi dalam kegiatan tersebut.
5) Personalia Penelitian Tim peneliti yang melaksanakan penelitian ini dilapangan PTK haus tercantum dengan jelas, kadang-kadang ditentut melampirkan curiculum vitae yang menunjutkan bidang keahlian dalam track record yang relevan dengan penelitian yang dilaksanakan.
6) Rencana Pembiayaan Penelitian Berisi rincian rencana pengeluaran biaya penelitian, misalnya untuk uang lelah atau honorarium, perjalanan, bahan dan operasi di sekolah pra-observasi, pelaksanaan observasi lapangan, penyusunan instrumen monitoring, peralatan, bahan habis, analisis data. Dengan komputer, dan lain-lain (laporan) dan sebagainya.
7) Jadwal Pelaksanaan Buatlah jadwal kegiatan penelitian yang meliputi persiapan, perencanaan, pelaksanaan, dan penyusunan laporan hasil penelitian dalam bentuk Gant Chart, jadwal penelitian disusun untuk memberikan prediksi bagi penulis sendiri dalam memprogram persiapan usulan pengembangan profesi.
8) Daftar Pustaka Disusun daftar pustaka dengan menggunakan pedoman yang berlaku.
9) Lampiran-lampiran Proposal penelitian hendaknya melampirkan juga daftar kepustakaan dan daftar riwayat hidup tim peneliti.
b. Penyusunan Laporan PTK Dalam menyusun laporan penelitian tindakan kelas, perlu mengkuti garis besar sistematika yang umum digunakan. Secara garis besar, laporan dibagi dalam tiga bagian, yaitu bagian pembukaan, bagian isi, dan bagian penunjang. Secara rinci dijelaskan pada uraian berikut. 1) Bagian Pembukaan a) Halaman judul b) Halaman pengesahan
Modul PLPG Penjaskes 2013 365 c) Abstrak (jika diperlukan) Abstrak merupakan kondensasi (pemadatan/sari) dari hasil penelitian, yang terdiri atas 4 unsur pokok, yaitu (1) Latar belakang subjek pada awal/permasalahan penelitian, (2) Tujuan penelitian, (3) Prosedur penelitian, dan (4) Hasil penelitian. Ditulis dalam satu halaman, satu spasi, maksmal tiga alinea, ada yang mengharuskan hanya satu alinea, hal ini sangat tergantung pada sumber data atau ketentuan selingkung dari penunjang dana atau pemesan. Contoh abstraksi : Menumbuhkan Keberanian Mengemukakan Ide Pengerjaan Soal melalui Optimalisasi Satuan Pembelajaran Matematika Peserta didik Kelas IX SMP 2 Talaga Majalengka. Menurut pengamatan peneliti pada Peserta didik Kelas IX SMP 2 Talaga Majalengka jumlah peserta didik yang berani mengemukakan ide pengerjaan soal matematika cenderung sedikit (< 10 %). Hanya jika dipaksa oleh guru peserta didik baru berani. Fenomena ini merupakan salah satu keprihatinan guru yang perlu segera dipecahkan. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah peningkatan jumlah peserta didik yang berani mengemukakan ide pengerjaan soal matematika. Upaya pemecahan masalah dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : (1) Perencanaan tindakan perbaikan (planning), yang meliputi kegiatan analisis faktor penyebab dan penetapan aksi, (2) Pelaksanaan tindakan (acting), (3) Pengumpulan data (observing), dan (4) Analisis efektifitas tindakan (reflecting). Serangkaian kegiatan ini disebut satu siklus. Menurut hasil wawancara dengan peserta didik, observasi kelas dan refleksi guru yang dilanjutkan dengan kolaborasi dengan teman sejawat, ditemukan bahwa akar masalah adalah mutu proses pembelajaran yang belum mendorong peserta didik berani mengerjakan soal matematika. Ada tiga tindakan yang menjadi fokus upaya pemecahan masalah, yaitu: (1) Peningkatan motivasi, (2) Peningkatan guru yang otoritatif, dan (3) Optimalisasi penerapan satuan pembelajaran matematika. Dengan memberlakukan tindakan tersebut, diharapkan tiga indikator keberhasilan riset tindakan ini tercapai, yaitu: (1) Sekurang-kurangnya 30% peserta didik berani mengemukakan ide pengerjaan soal, (2) Lebih dari 50% peserta didik menyetujui ide pengerjaan soal dari teman, dan (3) Lebih dari 10% peserta didik menyanggah /menyetujui ide pengerjaan guru. Data (informasi) mengenai efektifitas tindakan dikumpulkan dari observasi kelas, angket, wawancara dengan guru, wawancara dengan peserta didik, dan refleksi diri guru/peserta didik. Validasi instrumention ditempuh melalui face validity dan Modul PLPG Penjaskes 2013 366 critical reflection dari masing-masing kolaborator penelitian ini. Berdasarkan analisis data selama siklus I, II, dan III, dapat disimpulkan : (1) Jumlah peserta didik yang berani mengemukakan ide pengerjaan soal meningkat (10% - 42 %), (2) Jumlah peserta didik yang berani menyetujui ide pengerjaan tema meningkat dari 20% menjasi 35,97%, dan (3) Jumlah peserta didik yang berani menyanggah/menyetujui ide guru meningkat dari 5% menjadi 53,29%. Perubahan hasil belajar peserta didik (nilai harian) cenderung meningkat. Hasil penelitian juga menunjukkan perubahan suasana kelas yang cenderung demokratis dan perubahan sikap guru yang lebih peduli terhadap suasana kelas. Mengingat pelaksanaan penelitian oleh perubahan kalender akademik (liburan puasa), diharapkan siklus penelitian diperpanjang (dari 3 siklus ke 5 siklus) untuk mendapatkan signifikansi keterkaitan antara frekuensi peserta didik mengerjakan soal matematika di kelas dengan rata-rata hasil belajar. (Yudi hamdan dardiri, 2008). (1) Kata Pengantar (2) Daftar Isi (3) Daftar Lampiran (4) Daftar Tabel (kalau ada) (5) Bagian Isi Pada bagian isi laporan memuat lima bab penting yang perlu diperhatikan, Bab dalam bagian isi adalah sebagai berikut :
2) BAB I : PENDAHULUAN Terlihat unsur-unsur berikut : a) Latar Belakang Masalah Deskripsikan data faktual awal yang menunjukkan terjadi masalah, tempat/setting, pentingnya masalah dipecahkan dengan cara yang dilakukan. Uraikan bahwa masalah yang diteliti benar-benar nyata, berada dalam kewenangan guru/peneliti. Masalah ini juga menguraikan bahwa masalah tersebut problematik/perlu/mendesak dipecahkan, resikonya kalau masalah tersebut tidak segera dipecahkan. Masalah tersebut penting diteliti: uraikan manfaat jangka pendek dan jangka panjang apabila masalah tersebut berhasil di atasi.
b) Rumusan Masalah Yang dimaksud adalah problem statement (formulation), yaitu: rumusan masalah dalam kalimat pernyataan sedemikian sehingga terlihat unsur-unsur (who, what, where, when, how much/many). Jadi, sedikit berbeda dengan research question yang ada dalam penelitian formal.
Modul PLPG Penjaskes 2013 367 c) Tujuan Penelitian Agar diuraikan tujuan penelitian yang ingin dicapai (umum dan khusus) sehingga tampak jelas indikator keberhasilannya. Indikator keberhasilan itu perlu ditulis karena akan menjadi target tindakan yang akan dilakukan.
d) Manfaat Penelitian Kemukakan secara jelas manfaat bagi peserta didik, guru, maupun komponen lain yang terkait. Agar ada konsistensi pada bab ini, peneliti harus melihat kembali proposal yang pernah disusun dengan lebih rinci dan lengkap. Tidak dibenarkan bahwa laporan penelitian jauh berbeda dengan proposal yang pernah dirancang.
3) BAB II : KAJIAN TEORI DAN PUSTAKA Pada penelitian formal (empiris), kajian pustaka disajikan untuk meningkatkan pemahaman yang lebih tinggi tentang masalah yang diteliti, karena umumnya penelitian formal berasal dari hasil studi terhadap hasil penelitian sebelumnya. Jadi, ada tuntutan yang tinggi untuk menelaah secara luas/mendalam literatur terkait dengan permasalahan yang diteliti dan penelitian-penelitian sebelumnya. Sedangkan pada penelitian tindakatan kelas, kajian pustaka hanya dimaksudkan untuk guideline (petunjuk) bahwa suatu tindakan itu dibenarkan secara teoritis. Jadi jika ada kebutuhan (tuntutan yang mendasar) untuk menguji teori yang sudah ada, dan dapat menggunakan literatur ataupun tulisan-tulisan tangan kedua, atau dokumen sekunder masih dipakai untuk memperkuat dasar teori yang ada di bab ini. (1) Ada teori-teori terkait yang memberi arah/petunjuk tentang variabel permasalahan yang dipecahkan serta variabel tindakan yang digunakan untuk mengatasinya. (2) Ada usaha peneliti memberikan argumen teoritis bahwa tindakan yang diambil didukung oleh referensi yang ada sehingga secara teoritis tindakan tersebut memiliki dukungan. (3) Action tertentu dimungkinkan dapat meningkatkan mutu KBM, tetapi tidak untuk membuktikan teori. Dari uraian ini tergambar kerangka berpikir yang memberikan langkah dan arah penelitian tindakan. (4) Hipotesis tindakan (jika diperlukan).
4) BAB III : METODOLOGI PENELITIAN Bagian ini oleh Sagor (1992) disebut deskripsi proses penelitian, yaitu peneliti diharapkan mampu menuliskan atau menguraikan langkah- langkah penelitian secara jelas dan padat.
Modul PLPG Penjaskes 2013 368 Contoh : Kami melakukan pretes kepada semua peserta didik kelas VII SMPN 2 Talaga Majalengka tentang kemampuannya percakapan Bahasa Inggris pada akhir September. Selama bulan Oktober dan November, semua peserta didik dan guru diharuskan untuk menulis catatan kemajuan percakapan setelah peserta didik diberikan tugas (perlakuan) khusus percakapan, termasuk tugas-tugas percakapan di kelas dan di luar kelas. Pada akhir Desember, semua peserta didik diberikan pos tes. Kami melakukan wawancara secara random terhadap 25 peserta didik. Secara bersamaan pula kami melakukan wawancara melalui telepon kepada para orang tuanya untuk mengetahui kebiasaan percakapan anak di luar sekolah, kesenangan peserta didik, dan sikap anak terhadap sekolah. Setiap anggota tim peneliti saling memantau di kelas-kelas untuk melihat secara dekat penerapan strategi (intervensi) pembelajaran yang diterapkan. Akhirnya, kami menganalisis data untuk melihat perkembangan kemajuan percakapan: yang cepat membaca (dramatic growth), yang sedang (moderate growth), dan yang belum menunjukkan kemajuan (no growth), untuk memutuskan apakah sudah ada kemajuan yang berarti atau belum. Apabila contoh di atas kita cermati, ada beberapa hal yang perlu ditulis dalam metodologi penelitian, yaitu (1) subjek penelitian, (2) setting (tempat penelitian), (3) desain (rancangan atau cara-cara pokok penelitian, dalam hal ini disebut pretes dan postes, wawancara, observasi kelas, wawancara melalui telepon), (4) pelaksanaan tindakan (waktu, urutan, dan lain-lain), (5) cara pemantauan (monitoring, siapa yang melakukan, di mana, apa yang dipantau), dan (6) analisis hasil dan refleksi (jenis data yang dianalisis, siapa yang menganalisis). Dengan demikian, pada bab metodologi penelitian ini terlihat unsur- unsur berikut : (1) Subjek penelitian (2) Setting penelitian (tempat penelitian) (3) Desain (rancangan penelitian atau cara-cara pokok penelitian, siklus yang akan dilakukan; alat, materi, dan media yang perlu dipersiapkan. (4) Jenis instrumen dan cara penggunaannya (5) Pelaksanaan tindakan. Tindakan yang dilakukan bersifat rasional, artinya berbasis pada akar penyebab masalah; dan feasible (dapat dilakukan dengan tidak ambisius), artinya tindakan terdukung materi, waktu, serta prasarana lainnya. (6) Cara pengamatan (monitoring) (7) Analisis data dan refleksi. Data yang akan dianalisis, cara analisis serta dampak tindakan, kemajuan yang diperoleh, maupun kelemahan yang ditemukan.
Modul PLPG Penjaskes 2013 369 Kemukakan tahapan siklus berikutnya sesuai hasil analisis dan refleksinya.
5) BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN a) Deskripsi setting penelitian Berikan gambaran kondisi lapangan saat tindakan dilakukan, secara kualitatif maupun kuantitatif tentang semua aspek yang dapat direkam pada waktu penelitian.
b) Hasil penelitian Sajikan dengan data lengkap dari setiap siklus, sehingga memberikan gambaran yang jelas perubahan/perbaikan yang diperoleh dari hasil kegiatan observasi, menyangkut berbagai aspek konsentrasi penelitian. Sajian data ini dapat dibuat dalam bentuk grafik/tabel dengan diberikan berbagai penjelasan dan analisis data.
c) Pembahasan Rangkuman hasil penelitian dari seluruh siklus dan semua aspek konsentrasi penelitian dengan diformulasikan ke dalam bentuk tabel, grafik, serta dibahas tiap aspek yang diketahui adanya peningkatan, atau tidak adanya perubahan dengan berbagai alasan yang rasional dan logis. Jika dapat dikuatkan dengan teori yang relevan maka dapat meningkatkan kualitas pembahasan hasil penelitian.
6) BAB V : SIMPULAN DAN SARAN a) Simpulan Kemukakan simpulan yang diperoleh dari hasil analisis pada bab sebelumnya, dengan memperhatikan perumusan masalah dan tujuan penelitiannya. b) Saran Ada dua macam saran : (1) saran untuk penelitian lanjut, dan (2) untuk penerapan hasil penelitian (1) Saran untuk penelitian lanjut Utarakan keterbatasan penelitiannya, kemudian sampaikan saran. Contoh : (a) Mengingat pelaksanaan penelitian ini baru berjalan 3 siklus, maka peneliti/guru lain diharapkan dapat melanjutkan untuk mendapatkan temuan yang lebih sigbifikan. (b) Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini masih merupakan instrumen yang tingkat validasinya belum memuaskan. Penelitian berikutnya dapat mencoba dengan instrumen yang lebih standar.
(2) Saran untuk penerapan hasil penelitian Inti hasil penelitian terdahulu perlu disampaikan, kemudian Modul PLPG Penjaskes 2013 370 sampaikan saran dengan bahasa yang halus/tidak ambisius. Contoh : (a) Mengingat model pembelajaran prestasi oral dapat mendorong peserta didik lebih aktif, sekolah dengan karakteristik yang relatif sama dapat menerapkan strategi pembelajaran serupa untuk meningkatkan partisipasi peserta didik secara lebih aktif. (b) Media visualisasi dapat mendorong peserta didik lebih berminat terhadap pelajaran biologi, sekolah yang memiliki masalah pembelajaran yang relatif sama dapat menerapkan media visualisasi untuk meningkatkan minat peserta didik belajar Biologi
7) BAGIAN PENUNJANG DAFTAR PUSTAKA Gunakan cara penulisan daftar pustaka yang berlaku. Dalam penulisan daftar pustaka di lingkungan akademik pada prinsipnya ada dua sistem, yaitu sistem MLA (Modern Language Association) dan sistem APA (American Psychological Assosiation). Pada prinsip kedua sistem itu hampir sama, namun mengingat yang sering digunakan di jurnal-jurnal ilmiah APA, maka dianjurkan penelitian menggunakan sistem itu. Prinsip APA adalah sebagai berikut. (1) Baliklah semua nama pengarang dan gunakan nama inisial apabila ada dua atau tiga pengarang, gunakan tanda & daripada dan. Pisahkan nama dengan koma. Susun daftar sesuai alpabet. (2) Sebutkan semua nama pengarang, jangan gunakan dkk. (3) Tempatkan tahun penerbitan setelah nama pengarang. (4) Garis bawahi atau cetak tebal judul dan subjudul untuk buku, gunakan huruf besar untuk huruf awal setiap kata pada nama judul dan sub judul, kecuali untuk kata sambung.
Contoh : Sagor, R. 1994. How to Conduct Collaborative Action Research. Alexandria U.S ASPN Gross, Ronald & Beatrice, 1985, The Great School Debete. New York, N. Y : A Touchstone Book. Kartodirjo, Sartono, 1990. Kebudayaan Pembangunan dalam Persepektif Sejarah. Yogyakarta : Gajah Mada University Press. LAMPIRAN-LAMPIRAN YANG PERLU LAMPIRAN INSTRUMEN PENELITIAN
Modul PLPG Penjaskes 2013 371 E. Rangkuman Tujuan kegiatan pengembangan profesi guru adalah untuk meningkatkan mutu guru agar mereka lebih profesional dalam pelaksanaan tugas dan tanggungjawabnya. Kegiatan tersebut bertujuan bukan untuk mempercepat atau memperlambat kenaikan pangkat/golongan, tetapi untuk memperbanyak guru yang makin profesional. KTI adalah laporan tertulis tentang (hasil) kegiatan ilmiah. Karena kegiatan ilmiah itu banyak macamnya, maka laporan kegiatan ilmiah (KTI) juga beragam bentuknya. Ada yang berbentuk laporan penelitian, tulisan ilmiah populer, buku, diktat dan lain-lain.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK), disarankan dilakukan guru karena KTI tersebut merupakan laporan dari kegiatan nyata yang dilakukan para guru di kelasnya dalam upaya meningkatkan mutu pembelajarannya. Agar guru lebih mau dan lebih mampu membuat KTI, agar jumlah KTI yang baik dan benar dapat bertambah dapat dilakukan (1) Perbanyak sosialisasi tentang makna dan tujuan Kegiatan Pengembangan Profesi dan hubungannya dengan kriteria KTI yang dapat dinilai, (2) Perbanyak pelatihan tentang bagaimana menyusun KTI terutama kepada mereka yang sudah memenuhi syarat untuk itu, (3) Revisi dan perbaiki Pedoman Penulisan untuk dapat menjadi pedoman yang lebih praktis dan mudah dipahami, perbanyak dan sebarkan, (4) Buat dan sebarkan berbagai buku pedoman penulisan yang dapat membantu guru dalam menulis KTInya.
F. Soal-soal Latihan Soal Latihan Uraian Jawablah pertanyaan berikut ini dengan singkat dan tepat! 1. Jelaskan tujuan kegiatan pengembangan profesi yang dilakukan oleh guru! 2. Sebutkan macam-macam pengembangan profesi yang dilakukan oleh guru! 3. Jelaskan mengapa KTI yang berupa laporan hasil penelitian cenderung diminati oleh para guru! 4. Sebutkan angka kredit yang dapat diperoleh melalui kegiatan pengembangan profesi berdasar aturan yang berlaku! 5. Jelaskan kriteria Karya Tulis Ilmiah (KTI) dalam kegiatan pengembangan profesi!
Modul PLPG Penjaskes 2013 372 Soal Latihan Pilihan Berganda Berilah tanda silang (X) pada huruf A, B, C, atau D yang merupakan jawaban paling benar!
1. Kegiatan guru dalam rangka pengamalan ilmu dan pengetahuan, teknologi dan ketrampilan untuk peningkatan mutu baik bagi proses belajar mengajar dan profesionalisme tenaga kependidikan lainnya maupun dalam rangka menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi pendidikan dan kebudayaan dinamakan . . . . A. kegiatan peningkatan profesi B. kegiatan yang harus ditempuh guru C. kegiatan pengembangan berkelanjutan D. kegiatan pengembangan profesi 2. Jenis kegiatan pengembangan profesi yang dapat dinilai sebagai angka kredit sebanyak . . . . A. tiga jenis kegiatan B. empat jenis kegiatan C. lima jenis kegiatan D. enam jenis kegiatan 3. Laporan tertulis tentang (hasil) kegiatan ilmiah disebut . . . . A. Penelitian Tindakan Kelas B. Karya Tulis Ilmiah C. Penelitian Pendidikan D. Pengembangan profesi guru 4. Salah satu macam kegiatan yang dapat dilakukan guru dalam pengembangan profesinya adalah . . . . A. Penelitian Tindakan Kelas B. Karya Tulis Ilmiah C. Penelitian Pendidikan D. Pengembangan profesi guru 5. KTI dalam kegiatan pengembangan profesi juga harus memenuhi kriteria . . . . A. sistematis dan bermanfaat B. penelitian dilakukan di kelas C. meningkatkan keprofesional guru D. asli, perlu, ilmian dan konsisten Kunci Jawaban 1. D 2. C 3. B 4. B 5. D
Modul PLPG Penjaskes 2013 373 DAFTAR PUSTAKA
Kemmis and McTaggart. (1994). The Action Research Planner. Dekain University. Nana Syaodih Sukmadinata. (2006). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nawawi, Hadari. (1983). Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Soejono dan Abdurrahman. (1999). Metode Penelitian: Suatu Pemikiran dan Penerapan. Jakarta: Rineka Cipta. Sudarwan Danim. (2002). Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung: Pustaka setia. Suhardjono, A. Azis Hoesein, dkk. (1995). Pedoman penyusunan KTI do Bidang Pendidikan dan Angka Kredit Pengembangan Profesi Guru. Dikgutentis. Jakarta : Diknas. Suhardjono. (2003). Penelitian Tindakan Kelas. Makalah pada Diklat Pengembangan Profesi bagi Jabatan Fungsional Guru. Direktorat Tenaga Kependidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional Suhardjono. (2004). 50 Pertanyaan dan Jawaban di sekitar Menyusun Usulan Penelitian makalah pada Lokakarya dan Penataran Penelitian Jurusan Sipil Fakultas. Teknik Universitas Widya Gama Malang, Sabtu 14 Agustus 2004 Suhardjono. (2006). Metodologi Penelitian di Bidang Teknik Pengairan. Buku Ajar Jurusan Teknikm Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya. Suharsimi, Arikunto (1998), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Suharsimi, Arikunto. (2002). Penelitian Tindakan Kelas, Makalah pada Pendidikan dan Pelatihan (TOT) Pengembangan Profesi bagi Jabatan Fungsionla Guru, 11-20 Juli 2002 di Balai penataran Guru (BPG) Semarang. Sukidin dan Mundir. (2005). Metode Penelitian : Membimbing dan Mengantar Kesuksesan Anda dalam Dunia Penelitian. Surabaya: Insan Cendekia. Modul PLPG Penjaskes 2013 374 Suriasumantri, Jujun S. (1984). Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Sinar Harapan Suriasumantri, Jujun S. (ed) (1981). Ilmu dalam Prespektif. Jakarta: Gramedia. ------, Keputusan Menteri Negera Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 84/1993 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka kreditnya ------, Keputusan bersama Menteri Pendidikan dan kebudayaan dan Kepala BAKN Nomor 0433/P/1993, nomor 25 tahun 1993 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. ------, Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 025/0/1995.