Anda di halaman 1dari 23

didiksusetyo 1

didiksusetyo 2
Penjelasan Umum tentang Dana Alokasi Umum
Landasan Kebijakan :
A. DAU Tahun Anggaran 2001 s.d. TA 2005
B. DAU Tahun Anggaran 2006
Variabel Perhitungan DAU :
A. DAU Tahun Anggaran 2001 s.d. TA 2005
B. DAU Tahun Anggaran 2006
Sumber Data Variabel DAU :
A. DAU Tahun Anggaran 2001 s.d. TA 2005
B. DAU Tahun Anggaran 2006
didiksusetyo 3
Formula Perhitungan DAU :
A. DAU Tahun Anggaran 2001 s.d. TA 2005
B. DAU Tahun Anggaran 2006
Realisasi Penyaluran DAU dari TA 2001 s.d. TA 2005
didiksusetyo 4
Penjelasan Umum tentang
Dana Alokasi Umum (D A U)
Merupakan salah satu komponen dari Dana Perimbangan APBN, yang
pengalokasiannya didasarkan atas FORMULA dengan konsep
Kesenjangan Fiskal atau Celah Fiskal (Fiscal Gap), yaitu selisih
antara Kebutuhan Fiskal dengan Kapasitas Fiskal.
Sebagai instrumen untuk mengatasi horizontal imbalance, yang dialokasikan
dengan tujuan pemerataaan kemampuan keuangan antar-Daerah dimana
pengunaannya ditetapkan sepenuhnya oleh Daerah.
Sebagai equalization grant, yaitu berfungsi untuk menetralisasi ketimpangan
kemampuan keuangan dengan adanya PAD, Bagi Hasil Pajak dan Bagi Hasil
SDA yang diperoleh Daerah.
Penyaluran DAU dilakukan oleh Menteri Keuangan secara berkala setiap
bulan sebesar 1/12 dari plafon DAU
didiksusetyo 5
Landasan Kebijakan ( D A U )
A. DAU TA 2001 TA 2005
1. UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah ;
2. UU No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah ;
Plafon DAU sekurang-kurangnya 25% dari PDN Netto dalam
APBN
3. Peraturan Pemerintah Nomor 104 Tahun 2000 tentang Dana
Perimbangan, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 84 Tahun 2001
didiksusetyo 6
B. DAU TA 2006
1. UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
2. UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah;
Jumlah keseluruhan DAU sampai dengan tahun 2007
ditetapkan sekurang-kurangnya 25,5% dari PDN Netto
dalam APBN
mulai tahun 2003 ditetapkan sekurang-kurangnya 26%
dari PDN Netto yang ditetapkan dalam APBN
3. RPP Dana Perimbangan yang sampai ini masih dalam proses
penyelesaian.
LanjutanLandasan Kebijakan DAU
didiksusetyo 7
Variabel perhitungan DAU
A. DAU TA 2001 S.D TA 2005(UU No.25/1999)
Kebutuhan Fiskal dicerminkan dengan variabel :
Jumlah penduduk ;
Luas wilayah ;
Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK) yang mencerminkan keadaan geografis suatu
wilayah, dan
Indeks Kemiskinan Relatif (IKR) yang mencerminkan tingkat pendapatan
masyarakat.
Kapasitas Fiskal dicerminkan dengan variabel penerimaan Daerah :
potensi industri; PAD, PDRB;
potensi SDA; Dana Bagi Hasil SDA;
potensi SDM; Dana Bagi Hasil Pajak
didiksusetyo 8
B. DAU TA 2006 - (UU No.33/2004)
LanjutanVariabel Perhitungan DAU
Kebutuhan Fiskal dicerminkan dengan variabel :
Jumlah penduduk ;
Luas wilayah ;
Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK)
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) perkapita I nvers, dan
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) I nvers.
Kapasitas Fiskal dicerminkan dengan variabel penerimaan Daerah :
PAD (Pendapatan Asli Daerah);
Dana Bagi Hasil (DBH) dari sektor Pajak dan Sumber Daya Alam (SDA)
didiksusetyo 9
A. DAU TA 2001 S.D TA 2005(UU No.25/1999)
Data Kebutuhan Fiskal :
Jumlah penduduk ; - BPS
luas wilayah ; - Depdagri
Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK) - BPS
Indeks Kemiskinan Relatif (IKR) - BPS
terdiri dari 2 (dua) data yaitu : Jumlah Penduduk Miskin dan Poverty Gap Index
Data Kapasitas Fiskal :
PAD - APBD daerah yang bersangkutan
PDRB - BPS
Dana Bagi Hasil SDA - Departemen Teknis
Dana Bagi Hasil Pajak - Ditjen Pajak, Departemen Keuangan
Sumber Data Variabel DAU
didiksusetyo 10
B. DAU TA 2006 - (UU No.33/2004)
LanjutanSumber Data Variabel DAU
Data Kebutuhan Fiskal :
Jumlah penduduk - BPS
luas wilayah - DEPDAGRI
Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK) - BPS
PDRB perkapita - BPS
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) - BPS
Data Kapasitas Fiskal :
PAD : APBD masing-masing daerah
Dana Bagi Hasil SDA : Departemen Teknis
Dana Bagi Hasil Pajak : Ditjen Pajak, Departemen Keuangan
didiksusetyo 11
Formula Perhitungan DAU
A. Formula DAU TA 2001 TA 2005
(UU No.25/1999)
DAU = AM + Kesenjangan Fiskal (KF)
AM = Lumpsum + Gaji
KF = Kebutuhan Fiskal (KbF) Kapasitas Fiskal (KpF)
Dimana :
DAU : Dana Alokasi Umum ;
AM : Alokasi Minimum ;
KF : Kesenjangan Fiskal ;
Gaji : Proporsional berdasarkan kebutuhan Belanja Pegawai.
didiksusetyo 12
KEBUTUHAN FISKAL (KbF)
KbF = TPR (1IP + 2IW + 3IKR + 4IKK)
Keterangan :
TPR : Total Pengeluaran Rata-rata dalam APBD;
IP : Indeks Jumlah Penduduk;
IW : Indeks Wilayah Relatif;
IKR : Indeks Kemiskinan Relatif;
IKK : Indeks Kemahalan Konstruksi;
: Bobot Indeks.
Catatan :
Bobot 1, 2, 3, dan 4, ditentukan dengan mempergunakan
pertimbangan proporsional dan uji statistik sederhana
didiksusetyo 13
KAPASITAS FISKAL (KpF)
KpF = PAD^ (PBB + BPHTB + PPh + SDA)
Keterangan :
PAD ^ : Pendapatan Asli Daerah Estimasi
PBB : Pajak Bumi dan Bangunan
BPHTB : Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
PPh : Pajak Penghasilan Orang Pribadi dan Pasal 21
SDA : Sumber Daya Alam
Catatan : Nilai estimasi PAD menggunakan model ekonometrik
sederhana dengan formula :
PADt^ = 0 + 1 PDRB(t-1) jasa
didiksusetyo 14
B. Formula DAU TA 2006 - dst (UU No.33/2004)
DAU = AD + Celah Fiskal (CF)
AD = Alokasi Dasar
CF = Kebutuhan Fiskal (KbF) Kapasitas Fiskal (KpF)
Dimana :
DAU : Dana Alokasi Umum ;
AD : Alokasi Dasar dihitung berdasarkan gaji PNS Daerah ;
CF : Celah Fiskal ;
LanjutanFormula Perhitungan DAU
didiksusetyo 15
KEBUTUHAN FISKAL (KbF)
KbF = TBD (1IP + 2IW + 3IKK + 4IPM....
.+ 5PDRB/cap )
Keterangan :
TBD : Total Belanja Daerah Rata-rata dalam APBD;
IP : Indeks Jumlah Penduduk;
IW : Indeks Luas Wilayah;
IPM : Invers Indeks Pembangunan Manusia;
PDRB/cap : Invers Produk Domestik Regional Bruto perkapita;
: Bobot Indeks.
Catatan :
Bobot 1, 2, 3, dan 4, ditentukan dengan mempergunakan
pertimbangan proporsional dan uji statistik sederhana
didiksusetyo 16
KAPASITAS FISKAL (KpF)
KpF = PAD + (PBB + BPHTB + PPh + SDA)
Keterangan :
PAD : Pendapatan Asli Daerah
PBB : Pajak Bumi dan Bangunan
BPHTB : Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
PPh : Pajak Penghasilan Orang Pribadi dan Pasal 21
SDA : Sumber Daya Alam
didiksusetyo 17
DAU PROVINSI
DAU atas dasar celah fiskal untuk suatu daerah provinsi dihitung
berdasarkan perkalian bobot daerah provinsi yang bersangkutan
dengan jumlah DAU seluruh daerah provinsi
DAU DPropi = Bobot DPropi x DAU Prop
Bobot daerah provinsi merupakan perbandingan antara celah fiskal
daerah provinsi yang bersangkutan dan total celah fiskal seluruh daerah
provinsi
Bobot DPropi = Celah Fiskal DPropi
Total Celah Fiskal Seluruh Daerah Prop
didiksusetyo 18
DAU KABUPATEN/KOTA
DAU atas dasar celah fiskal untuk suatu daerah kab/kota dihitung
berdasarkan perkalian bobot daerah kab/kota yang bersangkutan
dengan jumlah DAU seluruh daerah kab/kota
DAU DKab/Kotai = Bobot DKab/Kotai x DAU Kab/Kota
Bobot daerah kab/kota merupakan perbandingan antara celah fiskal
daerah kab/kota yang bersangkutan dan total celah fiskal seluruh
daerah kab/kota
Bobot DKab/Kotai = Celah Fiskal DKab/Kotai
Total Celah Fiskal Seluruh Daerah Kab/Kota
didiksusetyo 19
ALOKASI DAU
Contoh : 1
Daerah yang memiliki nilai celah fiskal = 0 (kapasitas fiskal sama dengan
kebutuhan fiskal) menerima DAU sebesar Alokasi Dasar
Contoh :
Kebutuhan Fiskal = Rp 100 miliar
Kapasitas Fiskal = Rp 100 miliar
Alokasi Dasar = Rp 50 miliar
Celah Fiskal = Kebutuhan Fiskal Kapasitas Fiskal
= Rp 100 miliar Rp 100 miliar
= Rp 0
DAU = Alokasi Dasar
Total DAU = Rp 50 miliar
didiksusetyo 20
ALOKASI DAU
Contoh : 2
Daerah yang memiliki nilai celah fiskal negatif dan lebih kecil dari Alokasi
Dasar, akan menerima DAU sebesar Alokasi Dasar setelah diperhitungkan
dengan nilai celah fiskal
Contoh :
Kebutuhan Fiskal = Rp 100 miliar
Kapasitas Fiskal = Rp 125 miliar
Alokasi Dasar = Rp 50 miliar
Celah Fiskal = Kebutuhan Fiskal Kapasitas Fiskal
= Rp 100 miliar Rp 125 miliar
= Rp -25 miliar (negatif)
DAU = Alokasi Dasar + Celah Fiskal
Total DAU = 50 miliar + (- 25 miliar)
= Rp 25 miliar
didiksusetyo 21
ALOKASI DAU
Contoh : 3
Daerah yang memiliki nilai celah fiskal negatif dan nilainya sama atau
lebih besar dari Alokasi Dasar, tidak menerima DAU
Contoh :
Kebutuhan Fiskal = Rp 100 miliar
Kapasitas Fiskal = Rp 175 miliar
Alokasi Dasar = Rp 50 miliar
Celah Fiskal = Kebutuhan Fiskal Kapasitas Fiskal
= Rp 100 miliar Rp 175 miliar
= Rp -75 miliar (negatif)
DAU = Alokasi Dasar + Celah Fiskal
Total DAU = 50 miliar + (-75 miliar)
= Rp -25 miliar, disesuaikan menjadi Rp 0
didiksusetyo 22
PERBANDINGAN
Perhitungan DAU TA 2001-2005
Uraian DAU TA 2001 DAU TA 2002 DAU TA 2003 DAU TA 2004 DAU TA 2005
Komponen DAU FP + KF AM + KF AM + KF AM + KF AM + KF
FP/AM
DRD + DPD TA
2000
Lumpsum + Gaji Lumpsum + Gaji Lumpsum + Gaji Lumpsum + Gaji
Cvariasi ;
Indeks Will
0,49 ; 0,63 0,45 ; 0,62 0,44 ; 0,61 0,48 ; 0,63 0,47 ; 0,63
Komposisi FP/AM
dan KF
20 % KF

80% FP
Propinsi
20 % Lumpsum
30 % Gaji
50 % KF
75 % BHSDA
100 % PAD Est

Kab/Kota
10 % Lumpsum
50 % Gaji
40 % KF
75 % BHSDA
100 % PAD Est
Propinsi
10 % Lumpsum
30 % Gaji
60 % KF
75 % BHSDA
50 % PAD Est

Kab/Kota
5 % Lumpsum
45 % Gaji
50 % KF
75 % BHSDA
50 % PAD Est
Propinsi
5 % Lumpsum
30 % Gaji
65 % KF
100 % BHSDA
50 % PAD Est

Kab/Kota
5 % Lumpsum
40 % Gaji
55 % KF
100 % BHSDA
50 % PAD Est
Propinsi
5 % Lumpsum
30 % Gaji
65 % KF
100 % BHSDA
50 % PAD Est

Kab/Kota
5 % Lumpsum
40 % Gaji
55 % KF
100 % BHSDA
50 % PAD Est

didiksusetyo 23
Pengaruh Penambahan Daerah Terhadap Rata-Rata Penerimaan DAU
Kabupaten / Kota
Tahun
DAU
Nasional
DAU Kab/Kota
(90% DAU
nasional)
%
Kenaikan
DAU
Jml Kab/Kota
Penerimaan
%
Kenaikan
Jml
Daerah
Rata-Rata
Penerimaan
DAU
Kenaikan
(Penurunan)
Rata-Rata
2001 60.516,70 54.465,03 - 336 - 162,10 -
2002 69.114,10 62.202,69 14,21 348 3,57 178,74 16,65
2003 76.978,00 69.280,20 11,38 370 6,32 187,24 8,50
2004 82.130,94 73.917,85 6,69 410 10,81 180,29 (6,96)
2005 88.765,60 79.889,04 8,08 434 5,85 184,08 3,79

Anda mungkin juga menyukai