Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Gunadarma Jl. Akses UI Kelapa Dua, Depok 16424, Jawa Barat
Abstrak Bidang transportasi berperan penting dalam kesejahteraan masyarakat sehingga mendukung pertumbuhan di berbagai bidang. Peningkatan di bidang transportasi itu sendiri dapat dengan jelas dilihat dengan semakin meningkatnya jumlah kendaraan bermotor. Hal tersebut yang menyebabkan kerusakan jalan di Indonesia menjadi permasalahan rutin yang harus dihadapi setiap tahunnya. Faktor curah hujan yang tinggi di wilayah Jabodetabek sering dianggap sebagai faktor pengaruh penyebab kerusakan jalan. Curah hujan yang tinggi memungkinkan adanya kenaikan muka air yang terdapat di drainase-drainase sekitar jalan yang mendorong air untuk masuk kedalam struktur jalan yang nantinya akan menjadi penyebab dari kerusakan jalan.
Kata kunci : kendaraan bermotor, curah hujan, kerusakan jalan.
PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Meningkatnya pertumbuhan penduduk Indonesia dewasa ini diimbangi dengan desertainya pembangunan infrastruktur baik dalam sarana dan prasarana tanpa terkecuali pembangunan dan pengembangan jalan yang dilandasi oleh kemajuan dibidang teknologi untuk menyesuaikan dengan kebutuhan semakin banyaknya jumlah kendaraan yang ada. Bidang transportasi berperan penting dalam kesejahteraan masyarakat sehingga mendukung pertumbuhan di berbagai bidang. Peningkatan di bidang transportasi itu sendiri dapat dengan jelas dilihat dengan semakin meningkatnya jumlah kendaraan bermotor. Otomatis luas jalan pun semakin bertambah dengan adanya faktor tersebut. Tidak bisa dipungkiri bahwa jalan mempunyai peran yang sangat penting, bukan hanya dalam bidang angkutan orang dan barang, melainkan juga dalam bidang sosial, ekonomi, budaya, dan pertahanan keamanan. Hal ini dapat dilihat dari besarnya tuntutan agar jalan yang dilewati memberikan kenyamanan dan keselamatan bagi pergerakan. Namun kenyataannya, kondisi jalan mengalami penurunan sesuai dengan bertambahnya umur, apalagi jika dilewati oleh truk-truk dengan muatan yang cenderung berlebih.
Kerusakan jalan di Indonesia merupakan permasalahan rutin yang harus dihadapi setiap tahunnya. Program pemeliharaan jalan yang dilakukan selama ini dinilai tidak mampu menyelesaikan masalah kerusakan konstruksi jalan yang lebih cepat dari umur rencana. Harian Kompas (14 Februari 2008) memberitahukan bahwa kerusakan jalan di sebagian besar wilayah Indonesia terjadi semakin cepat karena jalan terbebani melebihi kapasitas perencanaannya. Toleransi jumlah beban yang diizinkan (JBI) saat ini masih 50% - 60%, artinya jalan yang direncanakan untuk beban sumbu tunggal 8 sampai 10 ton masih diizinkan dilewati truk dengan sumbu tunggal 16 ton. Sesuai dengan toleransi tersebut, maka kerusakan jalan terjadi 6,5 kali lebih cepat (Dept. PU). Kerusakan jalan mengakibatkan ekonomi biaya tinggi, karena waktu tempuh menjadi lebih lama dan kendaraan juga lebih cepat rusak. Selain itu pertambahan penduduk dan kemakmuran menjadi salah satu penyebab meningkatnya kecelakaan lalu lintas di jalan karena semakin banyaknya orang yang berpergian namun tidak berbanding lurus dengan kesadaran masyarakat atas pentingnya pembayaran pajak, hal ini sebanding dengan kurangnya pelayanan pemerintah dalam pengelolaan sarana umum yang pada kasus ini merupakan pemeliharaan jalan.
Sejumlah bagian jalan atau bahkan ruas jalan pada akhir-akhir ini banyak sekali dijumpai dalam kondisi rusak. Pemandangan tersebut bukanlah merupakan pemandangan yang asing bagi 2
ruas-ruas jalan raya di wilayah sekitar Jabodetabek. Termasuk jalan yang terdapat pada kawasan perumahan, khususnya kawasan perumahan Bukit Waringin yang berlokasi di Bojonggede, kabupaten Bogor yang pada kesempatan kali ini kerusakan konstruksi jalannya saya angkat menjadi sumber permasalahan dalam penulisan ini.
Sesuai dengan kondisi alam, daerah di Indonesia sering mengalami hujan sekalipun bukan di musim hujan. Sudah tidak asing lagi jika kerusakan jalan seringkali dikaitkan dengan keadaan alam ini. Faktor curah hujan yang tinggi di wilayah Jabodetabek sering dianggap sebagai faktor pengaruh penyebab kerusakan jalan. Curah hujan yang tinggi memungkinkan adanya kenaikan muka air yang terdapat di drainase-drainase sekitar jalan yang mendorong air untuk masuk kedalam struktur jalan yang nantinya akan menjadi penyebab dari kerusakan jalan.
Karakteristik Jalan yang Mengalami Kerusakan Komponen jalan di lokasi permasalahan sebenarnya telah menggunakan komposisi seperti jalan yang terdapat di perumahan pada umumnya yaitu tersusun dari lapisan batu kali, campuran pasir dan batu (sirtu), dan kemudian aspal (lapisan dari bawah ke atas). Bahkan di sebagian tempat telah direnovasi dengan menggunakan paving block dan jalan cor beton. Namun masih banyak dijumpai lubang-lubang yang bersebaran di berbagai lokasi.
Gambar 1. Kerusakan Jalan Aspal Di Wilayah Perumahan Bukit Waringin
Keadaan Sekitar Jalan Di tinjau dari nama perumahannya, Bukit Waringin, menurut keterangan historis lokasi dari penduduk asli wilayah ini memang dahulu merupakan dataran rendah yang sedikit berbukit. Dengan 2 sungai yang mengalir di masing-masing sisinya. Jadi permukaan datar yang ada saat ini merupakan permukaan dari hasil tanah galian dan timbunan. Sehingga tidak heran jika di berbagai lokasi yang relatif rendah dan dekat dengan sungai sering merasakan luapan air sungai, meskipun hanya sebatas membanjiri jalan dan halaman saja.
Hal ini didukung oleh adanya sistem drainase yang kurang baik di sekitar perumahan. Banyak drainase yang relatif tidak berfungsi dengan baik. Entah karena tertutupi oleh sampah ataupun karena tertimbun oleh pasir/tanah sehingga air cenderung meluap saat terjadinya hujan. Ahli konstruksi jalan sangat bersepakat bahwa musuh utama perkerasan jalan khususnya perkerasan jalan lentur, adalah air. Air dapat memberi pengaruh dan dampak dalam berbagai kondisi, seperti air permukaan, air terkepung dalam konstruksi, air intrusi dari lapis bawah tanah (subgrade). Apabila semua penyebab keberadaan air tersebut sudah terpehitungkan dalam proses perencanaan, maka umur rencana dan umur jalan pada masa layannya akan tercapai. Hal ini dapat menjadi salah satu faktor pendukung adanya kerusakan jalan pada wilayah perumahan ini, karena tiap turun hujan tidak jarang air menggenangi ruas-ruas jalan. Keadaan ini yang memaksa jalan menjadi cenderung 3
berlubang dan memiliki alur cekungan yang memberikan jalan bagi air untuk mengalir pada saat hujan datang, dikarenakan keadaan permukaan tanah yang sedikit berbukit.
Pengaruh lingkungan yang dapat menjadi penyebab kerusakan yang lebih awal adalah kondisi tanah dasar yang tidak memenuhi kriteria teknis seperti yang diukur dengan nilai CBR, atau tanah yang memiliki sifat labil. Apabila perencana tidak memperhitungkan dengan teliti faktor tersebut, maka sangat mungkin terjadi badan jalan akan turun sesuai dengan mekanisme konsolidasi tanah dasarnya. Apabila penurunan terjadi secara tidak merata, maka jalan akan menjadi rusak (failure), mulai dari tingkat kerusakan ringan hingga kerusakan berat. Kerusakan akan menjadi lebih cepat terjadi dengan gabungan beban berat overload yang melalui segmen jalan tersebut. Pengamatan yang cermat terhadap sifat tanah pada segmen sepanjang jalan sangat penting dalam mengurangi kerusakan jalan khususnya kerusakan dini. Seperti banyak terjadi akhir-akhir ini, jalan terpaksa harus ditutup karena lereng yang tidak stabil mengakibatkan kelongsoran. Longsoran mengakibatkan jalan tertutup timbunan tanah, atau apabila badan jalan terletak dalam bidang longsor, jalan menjadi rusak total.
Perilaku Pengguna Jalan Perencanaan konstruksi jalan didasarkan atas beban lalu lintas yang melewatinya dengan mengkonversi kananya menjadi satuan mobil penumpang (SMP), beban per roda kendaraan, dan jumlah roda kendaraan. Beban kumulatif lalu lintas tersebut menjadi masukan untuk memperhitungkan kekuatan lapis-lapis konstruksi jalan. Sesuai dengan fungsi jalan, beban maksimum ditetapkan antara 8 ton dan 12 ton, sehingga secara teoritis masa layan jalan dapat diperhitungkan. Menurut metode pangkat empat (fourth factor method), penambahan beban roda kendaraan mengakibatkan tingkat kerusakan sebesar pangkat empat rasio antara beban nyata yang bekerja dan beban standar. Artinya, penambahan beban tersebut akan sangat dipengaruhi umur layan jalan yang menjadi jauh lebih pendek karena faktor pangkat empat tersebut. Kerusakan dini dengan segera dapat terjadi, apabila beban lalu lintas melebihi beban standar rencana. Dalam kasus ini jalan yang diangkat hanyalah merupakan jalan yang dibuat untuk menerima beban dari kendaraan-kendaraan yang relatif ringan, bukan truk-truk besar yang memuat barang. Namun kenyataannya, dari pengamatan yang telah saya lakukan, disekitar perumahan terdapat beberapa kios yang menjual berbagai jenis barang yang mengharuskan kendaraan besar hilir mudik melewati jalan yang pada hakikatnya bukan untuk menerima beban tersebut. Sebagai contoh adalah kios agen gas dan air mineral galon, dalam seminggu kios tersebut relatif memerlukan 2 kali supply barang, yang pada kenyataanya pengangkutan gas tersebut menggunakan truk besar. Kemudian contoh selanjutnya adalah truk sampah. Secara kebetulan tempat pembuangan sementara (TPS) setempat berlokasi di bahu jalan utama dari jalan perumahan Bukit Waringin ini. Dalam jangka waktu beberapa hari sekali truk-truk berkapasitas besar melewati jalan ini untuk mengambil sampah yang berada di tempat pembuangan sementara.
Perilaku pengguna jalan yang berdampak pemendekan umur layan konstruksi jalan diperngaruhi oleh keinginan untuk mengangkut barang semaksimal mungkin untuk setiap kendaraan. Perilaku dari pengemudi atau pengusaha angkutan truk tersebut terkadang lebih mengutamakan efisiensi dari satu sudut pandang biaya transportasi yang lebih rendah. Kerugian yang diderita akibat kerusakan jalan menjadi pertimbangan terakhir.
Tanggung Jawab Sosial Prasarana jalan adalah milik publik yang dipergunakan untuk melayani masyarakat dalam menjalankan berbagai fungsinya untuk kepentingan baik ekonomi maupun sosial. Jalan dibangun oleh pemerintah dengan mengandalkan antara lain penerimaan dari pajak masyarakat. Apabila prasana jalan tersebut memiliki kondisi baik, maka pergerakan ekonomi akan dapat terjamin sehingga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat. Pemerintah secara prinsip bertanggung jawab atas berfungsinya prasarana jalan dengan melakukan tindakan baik peningkatan, pemeliharaan, maupun rehabilitasi. Namun karena jalan adalah milik umum, maka seyogyanya peran masyarakat baik pengguna jalan langsung maupun pengguna jalan tidak langsung turut bertanggung 4
jawab dalam memelihara fungsi jalan. Tanggung jawab sosial ini antara lain terkait dengan kesadaran dalam menggunakan prasarana jalan dengan baik, sesuai dengan kemampuan jalan menanggulangi beban lalulintas. Peran masyarakat dalam memelihara kondisi jalan meliputi antara lain menggunakannya tidak untuk kepentingan selain akomodasi arus lalulintas.
Penutup Prasarana jalan merupakan fasilitas yang sangat penting dalam menunjang kehidupan dan peningkatan kualitas hidup masyarakat. Proses penyediaannya sangat membutuhkan biaya yang besar juga membutuhkan bahan alam dengan jumlah besar yang berpotensi mengganggu keseimbangan ekosistem, sehingga sangat logis apabila masyarakat sekitar seharusnya turut bertanggung jawab dalam memelihara agar jalan berfungsi dengan optimal.