Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT (UKM)

F.1 UPAYA PROMOSI KESEHATAN DAN PEMBERDAYAAN


MASYARAKAT

Sosialisasi tentang Penyakit Stroke kepada Lansia Anggota PWRI
Kecamatan Gabus

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Dokter Internship





Disusun oleh :
dr. Bagus Fitriadi Kurnia Putra



Pusat Kesehatan Masyarakat Gabus I
Kecamatan Gabus
Pati
(Periode 01 September 31 Agustus 2014)

1

DAFTAR ISI


DAFTAR ISI...........................................................................................................1
BAB I. PENDAHULUAN......................................................................................2
A. Latar Belakang Permasalahan.........................................................................2
B. Tujuan .............................................................................................................3
C. Manfaat ...........................................................................................................3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................4
A. Definisi Stroke...............................................................................................4
B. Faktor Resiko Stroke.......................................................................................4
C. Stroke Non-Hemoragik...................................................................................7
D. Stroke Hemoragik.........................................................................................10
E.Pencegahan Stroke..........................................................................................12
BAB III. PELAKSANAAN..................................................................................15
A. Pelaksanaan Kegiatan....................................................................................15
B. Dokumentasi Kegiatan..................................................................................15
BAB IV. MONITORING DAN EVALUASI......................................................16
A. Monitoring dan Evaluasi Proses....................................................................16
B. Evaluasi Target..............................................................................................16
BAB V. PENUTUP...............................................................................................17
A. Kesimpulan ...................................................................................................17
B. Saran .............................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................18












2

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Permasalahan
Stroke merupakan masalah bagi negara-negara berkembang. Di dunia penyakit
stroke meningkat seiring dengan modernisasi. Di Amerika Serikat, stroke menjadi
penyebab kematian yang ketiga setelah penyakit jantung dan kanker. Menurut WHO
(2005), stroke menjadi penyebab kematian dari 5,7 juta jiwa di seluruh dunia, dan
diperkirakan meningkat menjadi 6,5 juta penderita pada tahun 2015 dan 7,8 juta
penderita pada tahun 2030
12
.
Menurut American Heart Association, diperkirakan terjadi 3 juta penderita
stroke pertahun, dan 500.000 penderita stroke yang baru terjadi pertahun. Angka
kematian penderita stroke di Amerika adalah 50-100/100.000 penderita pertahun
8
. Di
Indonesia diperkirakan setiap tahun terjadi 500.000 orang terkena serangan stroke,
125.000 orang meninggal dunia dengan CFR 25% dan yang mengalami cacat ringan
atau berat dengan proporsi 75% (375.000 orang)
16
.
Secara umum, stroke dapat dibagi menjadi stroke non-hemoragik/iskemik dan
stroke hemoragik. Di negara barat, dari seluruh penderita stroke yang terdata, 80%
merupakan jenis stroke iskemik sementara sisanya merupakan jenis stroke hemoragik.
Ada banyak faktor resiko dari stroke, diantaranya hipertensi, obesitas, hiperlipidemia,
diabetes melitus, merokok, kelainan jantung dan konsumsi alkohol.
Stroke juga merupakan penyebab utama gangguan fungsional, dimana 20%
penderita yang bertahan hidup masih membutuhkan perawatan di institusi kesehatan
setelah 3 bulan dan 15-30% penderitanya mengalami cacat permanen. Stroke
merupakan kejadian yang mengubah kehidupan dan tidak hanya mempengaruhi
penderitanya namun juga seluruh keluarga dan pengasuh. Akibat gangguan fungsional
ini menyebabkan penderita stroke harus mengeluarkan biaya yang besar untuk
perawatan rehabilitasi disamping juga kehilangan produktivitasnya
5
.
Penelitian-penelitian terhadap stroke menekankan pada strategi obat-obat baru,
operasi dan intervensi yang bertujuan mengurangi perluasan sekaligus mempengaruhi
morbiditas dan mortalitasnya. Secara bersamaan penelitian juga menekankan prevensi
stroke melalui modifikasi tingkah laku yang meningkatkan stroke seperti mengatur
pola makan yang sehat, menghentikan merokok, menghindari minum alkohol dan
3

penyalahgunaan obat, melakukan olahraga yang teratur serta menghindari stress dan
beristirahat yang cukup
3
.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberikan informasi kepada masyarakat tentang penyakit stroke dan
pencegahannya
2. Tujuan Khusus
a. Memberi tambahan informasi kepada masyarakat tentang definisi stroke dan
faktor resiko terjadinya penyakit tersebut.
b. Memberi informasi kepada masyarakat tentang tanda dan gejala klinis yang
khas pada penyakit stroke.
c. Memberi informasi kepada masyarakat tentang pencegahan penyakit stroke,
terutama berkaitan dengan pola hidup sehat.

C. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
a. Penyuluhan ini diharapkan dapat mengembangkan ilmu kedokteran khususnya
tentang kesehatan masyarakat.
b. Sebagai bahan masukan bagi tenaga kesehatan dalam meningkatkan
profesionalisme pelayanan terhadap masyarakat
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Masyarakat
Diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang
karakteristik penyakit stroke dan pencegahannya.
b. Bagi Tenaga Kesehatan
Memberikan tambahan informasi dan masukan bagi tenaga kesehatan
khususnya di kecamatan Gabus tentang penyakit stroke.






4

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Defenisi Stroke
Stroke adalah suatu penyakit defisit neurologis akut yang disebabkan
oleh gangguan pembuluh darah otak yang terjadi secara mendadak dan dapat
menimbulkan cacat atau kematian
1
. Secara umum, stroke digunakan sebagai
sinonim Cerebro-Vascular Disease (CVD). Stroke atau gangguan aliran darah di
otak disebut juga sebagai serangan otak (brain attack), yang merupakan penyebab
cacat (disabilitas, invaliditas)
9
.

B. Faktor Resiko Stroke
Faktor resiko stroke terdiri dari 2 kategori, yaitu:
1. Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi:
Usia
Risiko terkena stroke meningkat sejak usia 45 tahun. Setiap penambahan usia
3 tahun akan meningkatkan risiko stroke sebesar 11-20%. Dari semua stroke,
orang yang berusia > 65 tahun memiliki risiko paling tinggi yaitu 71%,
sedangkan 25% terjadi pada orang yang berusia 65-45 tahun, dan 4% terjadi
pada orang berusia < 45 tahun
4
.
Jenis Kelamin
Menurut data dari 28 rumah sakit di Indonesia, ternyata laki-laki lebih banyak
menderita stroke dibandingkan perempuan
2
. Insiden stroke 1,25 kali lebih
besar pada laki-laki dibanding perempuan
9
.
Ras/bangsa
Orang kulit hitam lebih banyak menderita stroke daripada orang kulit putih.
Hal ini disebabkan oleh pengaruh lingkungan dan gaya hidup
2
. Pada tahun
2004 di Amerika, penderita stroke laki-laki yang berkulit putih sebesar 37,1%
dan yang berkulit hitam sebesar 62,9%. Sedangkan pada wanita yang berkulit
putih sebesar 41,3% dan yang berkulit hitam sebesar 58,7%.
Hereditas
Gen berperan besar dalam beberapa faktor risiko stroke, misalnya hipertensi,
jantung, diabetes dan kelainan pembuluh darah. Riwayat stroke dalam
5

keluarga, terutama jika dua atau lebih anggota keluarga pernah mengalami
stroke pada usia < 65 tahun.
2. Faktor risiko yang dapat dirubah:
Hipertensi
Hipertensi merupakan faktor risiko utama terjadinya stroke. Hipertensi
meningkatkan risiko terjadinya stroke sebanyak 4-6 kali. Makin tinggi tekanan
darah kemungkinan stroke makin besar karena terjadinya kerusakan pada
dinding pembuluh darah sehingga memudahkan terjadinya penyumbatan
perdarahan otak
2
. Sebanyak 70% dari orang yang terserang stroke mempunyai
tekanan darah tinggi
7
.
Diabetes Melitus
Diabetes melitus merupakan faktor risiko untuk stroke, namun tidak sekuat
hipertensi. Diabetes melitus dapat mempercepat terjadinya aterosklerosis yang
lebih berat sehingga berpengaruh terhadap terjadinya stroke
13
.
Penyakit Jantung
Penyakit jantung yang paling sering menyebabkan stroke adalah atrial fibrilasi
(AF), karena memudahkan terjadinya penggumpalan darah di jantung dan
dapat lepas hingga menyumbat pembuluh darah di otak. Di samping itu juga
penyakit jantung koroner, kelainan katup jantung, infeksi otot jantung, pasca
operasi jantung juga memperbesar risiko stroke
2
. AF yang tidak diobati akan
meningkatkan risiko stroke 4-7 kali
4
.
Transient Ischemic Attack (TIA)
Sekitar 1 dari 100 orang dewasa akan mengalami paling sedikit 1 kali serangan
iskemik sesaat (TIA) seumur hidup mereka. Jika diobati dengan benar, sekitar
1/10 dari para pasien ini kemudian akan mengalami stroke dalam 3,5 bulan
setelah serangan pertama, dan sekitar 1/3 akan terkena stroke dalam 5 tahun
setelah serangan pertama
4
. Risiko TIA untuk terkena stroke 35-60% dalam
waktu 5 tahun
13
.
Obesitas
Obesitas berhubungan erat dengan hipertensi, dislipidemia, dan diabetes
melitus
3
. Obesitas meningkatkan risiko stroke sebesar 15%. Obesitas dapat
meningkatkan hipertensi, jantung, diabetes dan aterosklerosis yang semuanya
akan meningkatkan kemungkinan terkena serangan stroke
4
.

6

Hiperkolesterolemia
Kondisi ini secara langsung dan tidak langsung meningkatkan faktor risiko.
Tingginya kolesterol dapat merusak dinding pembuluh darah dan juga
menyebabkan penyakit jantung koroner. Kolesterol yang tinggi terutama Low
Density Lipoprotein (LDL) akan membentuk plak di dalam pembuluh darah
dan dapat menyumbat pembuluh darah baik di jantung maupun di otak. Kadar
kolesterol total > 200 mg/dl meningkatkan risiko stroke 1,3-2,9 kali
2
.
Merokok
Berdasarkan penelitian Siregar (2002) di RSUP H.Adam Malik Medan dengan
desain case control, kebiasaan merokok meningkatkan risiko terkena stroke
sebesar 4 kali
14
. Merokok menyebabkan penyempitan dan pengerasan arteri di
seluruh tubuh, sehingga merokok mendorong terjadinya aterosklerosis,
mengurangi aliran darah, dan menyebabkan darah mudah menggumpal
4
.
Alkohol
Konsumsi alkohol yang berlebihan dapat mengganggu metabolisme tubuh,
sehingga terjadi dislipidemia, diabetes, mempengaruhi berat badan dan
tekanan darah, dapat merusak sel-sel saraf tepi, saraf otak dan lain-lain.
Semua ini mempermudah terjadinya stroke
2
. Konsumsi alkohol berlebihan
meningkatkan risiko terkena stroke 2-3 kali
13
.
Stres
Hampir setiap orang pernah mengalami stres. Stres psiokososial dapat
menyebabkan depresi. Jika depresi berkombinasi dengan faktor risiko lain
dapat memicu terjadinya stroke. Depresi meningkatkan risiko terkena stroke
sebesar 2 kali
4
.
Penyalahgunaan Obat
Pada orang-orang yang menggunakan narkoba terutama jenis suntikan akan
mempermudah terjadinya stroke, akibat dari infeksi dan kerusakan dinding
pembuluh darah otak. Di samping itu, zat narkoba itu sendiri akan
mempengaruhi metabolisme tubuh, sehingga mudah terserang stroke. Hasil
pengumpulan data dari rumah sakit Jakarta tahun 2001 yang menangani
narkoba, didapatkan bahwa >50% pengguna narkoba dengan suntikan berisiko
terkena stroke
2
.


7

C. Stroke Non-Hemoragik
C.1.Klasifikasi Stroke Non Hemoragik
15

Secara non hemoragik, stroke dapat dibagi berdasarkan manifestasi klinik dan
proses patologik (kausal):
C.1.1. Berdasarkan manifestasi klinik:
Transient Ischemic Attack (TIA).
Gejala neurologik yang timbul akibat gangguan peredaran darah di otak akan
menghilang dalam waktu 24 jam.
Reversible Ischemic Neurological Deficit (RIND)
Gejala neurologik yang timbul akan menghilang dalam waktu > 24 jam, tapi
tidak lebih dari seminggu.
Stroke Progresif (Progressive Stroke/Stroke In Evaluation)
Gejala neurologik makin lama makin berat.
Stroke komplet (Completed Stroke/Permanent Stroke)
Kelainan neurologik sudah menetap, dan tidak berkembang lagi.
C.1.2. Berdasarkan Kausal:
Stroke Trombotik
Stroke trombotik terjadi karena adanya penggumpalan pada pembuluh darah di
otak. Trombotik dapat terjadi pada pembuluh darah besar dan pembuluh darah
kecil. Pada pembuluh darah besar, trombotik terjadi akibat aterosklerosis yang
diikuti oleh terbentuknya gumpalan darah yang cepat. Selain itu, trombotik
juga diakibatkan oleh tingginya kadar LDL. Sedangkan pada pembuluh darah
kecil, trombotik terjadi karena aliran darah ke pembuluh darah arteri kecil
terhalang. Ini terkait dengan hipertensi dan merupakan indikator penyakit
aterosklerosis.
Stroke Emboli/Non Trombotik
Stroke emboli terjadi karena adanya gumpalan dari jantung atau lapisan lemak
yang lepas, sehingga terjadi penyumbatan pembuluh darah yang
mengakibatkan darah tidak bisa mengaliri oksigen dan nutrisi ke otak.

C.2. Gejala Stroke Non-Hemoragik
11

Gejala stroke non-hemoragik yang timbul akibat gangguan peredaran darah di otak
bergantung pada berat ringannya gangguan pembuluh darah dan lokasi tempat
gangguan peredaran darah terjadi, maka gejala-gejala tersebut adalah:
8

C.2.1. Gejala akibat penyumbatan arteri karotis interna.
Buta mendadak (amaurosis fugaks).
Ketidakmampuan untuk berbicara atau mengerti bahasa lisan (disfasia)
Kelumpuhan pada sisi tubuh yang berlawanan (hemiparesis kontralateral).
C.2.2. Gejala akibat penyumbatan arteri serebri anterior.
Hemiparesis kontralateral dengan kelumpuhan tungkai lebih menonjol.
Gangguan mental.
Gangguan sensibilitas pada tungkai yang lumpuh.
Ketidakmampuan dalam mengendalikan buang air.
C.2.3. Gejala akibat penyumbatan arteri serebri media.
Gangguan saraf perasa pada satu sisi tubuh.
Hilangnya kemampuan dalam berbahasa (aphasia).
C.2.4. Gejala akibat penyumbatan sistem vertebrobasilar.
Kelumpuhan di satu sampai keempat ekstremitas.
Meningkatnya refleks tendon.
Gangguan dalam koordinasi gerakan tubuh.
Gejala-gejala serebelum seperti tremor dan vertigo.
Ketidakmampuan untuk menelan (disfagia).
Gangguan motoris pada lidah, mulut, rahang dan pita suara sehingga pasien
sulit bicara (disatria).
Kehilangan kesadaran sepintas (sinkop), penurunan kesadaran secara lengkap
(strupor), koma, pusing, gangguan daya ingat terhadap lingkungan
(disorientasi).
Gangguan penglihatan, seperti penglihatan ganda (diplopia), gerakan arah bola
mata yang tidak dikehendaki (nistagmus), penurunan kelopak mata (ptosis),
kurangnya daya gerak mata, kebutaan setengah lapang pandang pada belahan
kanan atau kiri kedua mata (hemianopia homonim)
Gangguan pendengaran.
C.2.5. Gejala akibat penyumbatan arteri serebri posterior
Koma
Hemiparesis kontra lateral.
Ketidakmampuan membaca (aleksia).
Kelumpuhan saraf kranialis ketiga.

9

C.2.6. Gejala akibat gangguan fungsi luhur
Aphasia yaitu hilangnya kemampuan dalam berbahasa.
Alexia adalah hilangnya kemampuan membaca karena kerusakan otak.
Agraphia adalah hilangnya kemampuan menulis akibat adanya kerusakan otak.
Acalculia adalah hilangnya kemampuan berhitung dan mengenal angka setelah
terjadinya kerusakan otak.
Amnesia adalah gangguan mengingat yang dapat terjadi pada trauma capitis,
infeksi virus, stroke, anoxia dan pasca operasi pengangkatan massa di otak.
Dementia adalah hilangnya fungsi intelektual yang mencakup sejumlah
kemampuan.

C.3. Diagnosis Stroke Non Hemoragik
6

Diagnosis didasarkan atas hasil:
C.3.1. Penemuan Klinis
Anamnesis
Terutama terjadinya keluhan/gejala defisit neurologik yang mendadak. Tanpa
trauma kepala, dan adanya faktor risiko stroke.
Pemeriksaan Fisik
Adanya defisit neurologik fokal, ditemukan faktor risiko seperti hipertensi,
kelainan jantung dan kelainan pembuluh darah lainnya.
C.3.2. Pemeriksaan tambahan/Laboratorium
Pemeriksaan Neuro-Radiologik
Computerized Tomography Scanning (CT-Scan), sangat membantu diagnosis
dan membedakannya dengan perdarahan terutama pada fase akut. Angiografi
serebral (karotis atau vertebral) untuk mendapatkan gambaran yang jelas
tentang pembuluh darah yang terganggu, atau bila scan tak jelas.
Pemeriksaan LCS seringkali dapat membantu membedakan infark, perdarahan
otak, baik perdarahan intraserebral (PIS) maupun perdarahan subarakhnoid
(PSA).
Pemeriksaan lain-lain
Pemeriksaan untuk menemukan faktor resiko, seperti: pemeriksaan darah
rutin, hitung jenis dan bila perlu gambaran darah. Komponen kimia darah,
gas, elektrolit, Doppler,
Elektrokardiografi (EKG).
10

D. Stroke Hemoragik
D.1. Klasifikasi Stroke Hemoragik
9
Menurut WHO, dalam International Statistical Classification of Diseases and
Related Health Problem 10
th
Revision, stroke hemoragik dibagi atas:
D.1.1. Perdarahan Intraserebral (PIS)
Perdarahan Intraserebral (PIS) adalah perdarahan yang primer berasal dari
pembuluh darah dalam parenkim otak dan bukan disebabkan oleh trauma.
Perdarahan ini banyak disebabkan oleh hipertensi, selain itu faktor penyebab
lainnya adalah aneurisma kriptogenik, diskrasia darah, penyakit darah seperti
hemofilia, leukemia, trombositopenia, pemakaian antikoagulan angiomatosa
dalam otak, tumor otak yang tumbuh cepat, amiloidosis serebrovaskular.
D.1.2. Perdarahan Subarakhnoidal (PSA)
Perdarahan Subarakhnoidal (PSA) adalah keadaan terdapatnya/masuknya darah
ke dalam ruangan subarakhnoidal. Perdarahan ini terjadi karena pecahnya
aneurisma (50%), pecahnya malformasi arteriovena (5%), berasal dari PIS
(20%) dan 25% kausanya tidak diketahui.
D.1.3. Perdarahan Subdural
Perdarahan subdural adalah perdarahan yang terjadi akibat robeknya vena
jembatan (bridging veins) yang menghubungkan vena di permukaan otak dan
sinus venosus di dalam durameter atau karena robeknya araknoidea.

D.2. Gejala Stroke Hemoragik
9

D.2.1. Gejala Perdarahan Intraserebral (PIS)
Gejala yang sering djumpai pada perdarahan intraserebral adalah: nyeri kepala
berat, mual, muntah dan adanya darah di rongga subarakhnoid pada
pemeriksaan pungsi lumbal merupakan gejala penyerta yang khas. Serangan
sering kali di siang hari, waktu beraktivitas dan saat emosi/marah. Kesadaran
biasanya menurun dan cepat masuk koma (65% terjadi < setengah jam, 23%
antara 1/2-2 jam, dan 12% terjadi > 3 jam).
D.2.2. Gejala Perdarahan Subarakhnoid (PSA)
Pada penderita PSA dijumpai gejala: nyeri kepala yang hebat, nyeri di leher dan
punggung, mual, muntah, fotofobia. Pada pemeriksaan fisik dapat dilakukan
dengan pemeriksaan kaku kuduk, Laseque dan Kernig untuk mengetahui
kondisi rangsangan selaput otak, jika terasa nyeri maka telah terjadi gangguan
11

pada fungsi saraf. Pada gangguan fungsi saraf otonom terjadi demam setelah 24
jam. Bila berat, maka terjadi ulkus pepticum karena pemberian obat anti muntah
disertai peningkatan kadar gula darah, glukosuria, albuminuria, dan perubahan
pada EKG.
D.2.3. Gejala Perdarahan Subdural
Pada penderita perdarahan subdural akan dijumpai gejala: nyeri kepala, tajam
penglihatan mundur akibat edema papil yang terjadi, tanda-tanda defisit
neurologik daerah otak yang tertekan. Gejala ini timbul berminggu-minggu
hingga berbulan-bulan setelah terjadinya trauma kepala.

D.3. Diagnosis Stroke Hemoragik
D.3.1. Perdarahan Intraserebral (PIS)
Diagnosis didasarkan atas gejala dan tanda-tanda klinis dari hasil pemeriksaan.
Untuk pemeriksaan tambahan dapat dilakukan dengan CT-Scan, Magnetic
Resonance Imaging (MRI), EKG, Elektroensefalografi (EEG), Ultrasonografi
(USG), dan Angiografi cerebral.
D.3.2. Perdarahan Subarakhnoid (PSA)
Diagnosis didasarkan atas gejala-gejala dan tanda klinis. Pemeriksaan tambahan
dapat dilakukan dengan Multislices CT-Angiografi, MR Angiografi atau Digital
Substraction Angiography (DSA).
D.3.3. Perdarahan Subdural
Diagnosis didasarkan atas pemeriksaan yaitu dilakukan foto tengkorak antero-
posterior dengan sisi daerah trauma. Selain itu, dapat juga dilakukan dengan
CT-Scan dan EEG. Oleh karena tidak seluruh rumah sakit memiliki alat-alat di
atas, maka untuk memudahkan pemeriksaan dapat dilakukan dengan sistem lain,
misalnya sistem skoring yaitu sistem yang berdasarkan gejala klinis yang ada
pada saat pasien masuk Rumah Sakit. Sistem skoring yang sering digunakan
antara lain:

Skor Algoritma Gajah Mada:
1. Nyeri Kepala
2. Penurunan Kesadaran
3. Refleks Babinsky (+)

12

Analisa :
Terdapat 3 atau 2 gejala diatas Stroke Hemoragik.
Terdapat poin A atau B saja Stroke Hemoragik.
Terdapat poin C saja Stroke Non-Hemoragik.
Tidak ada ketiganya Stroke Non-Hemoragik

E. Pencegahan Stroke
Menurut Konsensus Nasional Pengelolaan Stroke (1999) di Indonesia, upaya yang
dilakukan untuk pencegahan penyakit stroke yaitu:
E.1. Pencegahan Primer
Tujuan pencegahan primer adalah mengurangi timbulnya faktor risiko stroke bagi
individu yang mempunyai faktor risiko dengan cara melaksanakan gaya hidup sehat
bebas stroke, antara lain:
Menghindari: rokok, stress, alkohol, kegemukan, konsumsi garam berlebihan,
obat-obatan golongan amfetamin, kokain dan sejenisnya.
Mengurangi: kolesterol dan lemak dalam makanan.
Mengendalikan: Hipertensi, DM, penyakit jantung (misalnya AF, infark
miokard akut, penyakit jantung reumatik), dan penyakit vaskular lainnya.
Menganjurkan konsumsi gizi yang seimbang seperti, makan banyak sayuran,
buah-buahan, ikan terutama ikan salem dan tuna, minimalkan junk food dan
beralih pada makanan tradisional yang rendah lemak dan gula, serealia dan susu
rendah lemak serta dianjurkan berolah raga secara teratur.
E.2. Pencegahan Sekunder
10

Pencegahan sekunder ditujukan bagi mereka yang pernah menderita stroke. Pada
tahap ini ditekankan pada pengobatan terhadap penderita stroke agar stroke tidak
berlanjut menjadi kronis. Tindakan yang dilakukan adalah:
Obat-obatan, yang digunakan: asetosal (asam asetil salisilat) digunakan sebagai
obat antiagregasi trombosit pilihan pertama dengan dosis berkisar antara 80-320
mg/hari, antikoagulan oral diberikan pada penderita dengan faktor resiko
penyakit jantung (AF, infark miokard akut, kelainan katup) dan kondisi
koagulopati yang lain.
Clopidogrel dengan dosis 1x75 mg. Merupakan pilihan obat antiagregasi
trombosit kedua, diberikan bila pasien mempunyai kontra-indikasi terhadap
asetosal (aspirin).
13

Modifikasi gaya hidup dan faktor risiko stroke, misalnya mengkonsumsi obat
antihipertensi yang sesuai pada penderita hipertensi, mengkonsumsi obat
hipoglikemik pada penderita diabetes, diet rendah lemak dan mengkonsumsi
obat antidislipidemia pada penderita dislipidemia, berhenti merokok, berhenti
mengkonsumsi alkohol, hindari kelebihan berat badan dan kurang gerak.
E.3. Pencegahan Tertier
4

Tujuan pencegahan tersier adalah untuk mereka yang telah menderita stroke agar
kelumpuhan yang dialami tidak bertambah berat dan mengurangi ketergantungan
pada orang lain dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari. Pencegahan
tersier dapat dilakukan dalam bentuk rehabilitasi fisik, mental dan sosial.
Rehabilitasi akan diberikan oleh tim yang terdiri dari dokter, perawat, ahli
fisioterapi, ahli terapi wicara dan bahasa, ahli okupasional, petugas sosial dan peran
serta keluarga.
E.3.1. Rehabilitasi Fisik
Pada rehabilitasi ini, penderita mendapatkan terapi yang dapat membantu proses
pemulihan secara fisik. Adapun terapi yang pertama diberikan adalah fisioterapi,
diberikan untuk mengatasi masalah gerakan dan sensoris penderita seperti
masalah kekuatan otot, duduk, berdiri, berjalan, koordinasi dan keseimbangan
serta mobilitas di tempat tidur. Terapi yang kedua adalah terapi okupasional,
diberikan untuk melatih kemampuan penderita dalam melakukan aktivitas sehari-
hari seperti mandi, memakai baju, makan dan buang air. Terapi yang ketiga
adalah terapi wicara dan bahasa, diberikan untuk melatih kemampuan penderita
dalam menelan makanan dan minuman dengan aman serta dapat berkomunikasi
dengan orang lain.
E.3.2. Rehabilitasi Mental
Sebagian besar penderita stroke mengalami masalah emosional yang dapat
mempengaruhi mental mereka, misalnya reaksi sedih, mudah tersinggung, tidak
bahagia, murung dan depresi. Masalah emosional yang mereka alami akan
mengakibatkan penderita kehilangan motivasi untuk menjalani proses rehabilitasi.
Oleh sebab itu, penderita perlu mendapatkan terapi mental dengan melakukan
konsultasi dengan psikiater.



14

E.3.3. Rehabilitasi Sosial
Pada rehabilitasi ini, petugas sosial berperan untuk membantu penderita stroke
menghadapi masalah sosial seperti, mengatasi perubahan gaya hidup, hubungan
perorangan, pekerjaan, dan aktivitas senggang. Selain itu, petugas sosial akan
memberikan informasi mengenai layanan komunitas lokal dan badan bantuan
sosial.




























15

BAB III
PELAKSANAAN

A. Pelaksanaan Kegiatan
Hari/tanggal : Rabu, 11 Juni 2014
Waktu : Pukul 10.00 11.00 WIB
Tempat : PWRI Kec.Gabus
Peserta : 40 orang lansia
Metode Intervensi :
Penyuluhan, pembagian materi, dan diskusi.
Pelaksanaan Kegiatan :
Kegiatan penyuluhan ini dilaksanakan bersamaan dengan pertemuan bulanan
Persatuan Wredatama Republik Indonesia (PWRI) Kec.Gabus. Dalam kesempatan ini,
kami menyampaikan materi dengan judul Mengenal Stroke dan Pencegahannya.
Tujuan penyuluhan ini adalah untuk memberikan informasi kepada para lansia
tentang penyakit stroke beserta klasifikasi, faktor resiko, tanda-gejala, dan cara
pencegahan terjadinya penyakit stroke.
Diharapkan materi yang disampaikan dalam penyuluhan ini dapat dipahami
oleh para lansia, dan para lansia dapat menerapkan pola hidup yang lebih sehat untuk
mencegah terjadinya penyakit ini.

B. Dokumentasi Kegiatan


16

BAB IV
MONITORING DAN EVALUASI

A. Monitoring dan Evaluasi Proses
Proses penyuluhan berjalan lancar dan sesuai dengan tujuan penyuluhan. Para
peserta berusaha memahami materi dan memanfaatkan sesi diskusi dengan baik.
Penyuluhan dimulai pukul 10.00 dan diakhiri pukul 11.00 WIB.

B. Evaluasi Target
Target pemberian pengetahuan kepada para lansia sudah tercapai. Semoga
bahan penyuluhan ini dapat dipahami dan para lansia dapat menerapkan gaya hidup
sehat guna mencegah terjadinya penyakit stroke. Sebagai hasil penyuluhan ini perlu
dilakukan monitoring dari tim pelayan kesehatan, terutama dokter keluarga dalam
kegiatan medical check-up.




















17

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Stroke adalah suatu penyakit defisit neurologis akut yang disebabkan
oleh gangguan pembuluh darah otak yang terjadi secara mendadak dan dapat
menimbulkan cacat atau kematian
1
.
Faktor resiko stroke terdiri dari 2 kategori, yaitu:
1. Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi, yaitu: usia, jenis kelamin,
ras/bangsa, dan hereditas.
2. Faktor resiko yang dapat dimodifikasi, yaitu: hipertensi, diabetes, obesitas,
hiperkolesterolemia, merokok, alkohol, stres, dan penyalahgunaan obat.
Secara umum, stroke dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Stroke non-hemoragik/iskemik
2. Stroke hemoragik.
Diagnosis stroke bisa ditegakkan melalui penemuan klinis, pemeriksaan neuro-
radiologik (CT-scan atau MRI), pemeriksaan laboratorium darah, atau pemeriksaan
lainnya. Jika fasilitas pemeriksaan di rumah sakit kurang lengkap/memadai, bisa
digunakan sistem skoring. Salah satu sistem skoring yang sering digunakan adalah
Algoritma Gajah Mada.
Menurut Konsensus Nasional Pengelolaan Stroke (1999) di Indonesia, upaya
yang dilakukan untuk pencegahan penyakit stroke yaitu:
1. Pencegahan primer, yaitu pencegahan stroke bagi individu yang mempunyai
faktor risiko dengan cara melaksanakan gaya hidup sehat.
2. Pencegahan sekunder, yaitu ditujukan bagi mereka yang pernah menderita
stroke agar stroke tidak berlanjut menjadi kronis.
3. Pencegahan tersier, yaitu ditujukan bagi mereka yang telah menderita stroke
agar kelumpuhan yang dialami tidak bertambah berat.

B. Saran
Para lansia dapat memahami materi terkait penyakit stroke dan
menyebarluaskan pengetahuannya kepada masyarakat luas, beserta selalu melakukan
pola hidup sehat untuk mencegah terjadinya penyakit ini.

18

DAFTAR PUSTAKA

1. Bustan, 2000. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. PT. Rineka Cipta, Jakarta.
2. Bambang, et.al., 2003. Pencegahan Stroke dan Jantung pada Usia Muda. Balai
Pustaka FKUI, Jakarta
3. Caplan LR, 2000. Caplans Stroke: A Clinical Approach.
3rd
ed. Butterworth-
Heineman, Boston.
4. Feigin, 2006. Stroke Panduan Bergambar Tentang Pencegahan dan Pemulihan Stroke.
PT. Bhuana Ilmu Populer, Jakarta.
5. Goldstein, et.al., 2006. Primary Prevention of Ischemic Stroke.
6. Harsono, 2003. Kapita Selekta Neurologi. Edisi Kedua, Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta
7. Henderson, 2002. Stroke Panduan Perawatan. Penerbit Arcan, Jakarta.
8. Japardi, 2002. Patofisiologi Stroke Infark Akibat Tromboemboli. Bagian Bedah FK-
USU, Medan.
9. Lumbantobing, 2003. Neurogeriatri. Balai Penerbit FKUI Indonesia, Jakarta.
10. Lumbantobing, S.M, 2003. Stroke Bencana Peredaran Darah di Otak. Balai Penerbit
FKUI, Jakarta
11. Price & Wilson, 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6.
EGC, Jakarta.
12. Regional Statistics, 2008. Basic Health Information on Cardiovascular Diseases.
http://www.wpro.who.int
13. Shimberg, 1998. Stroke petunjuk Penting bagi Keluarga. Alih Bahasa Anne Rozana.
PT. Pustaka Delapratasa, Jakarta.
14. Siregar, 2002. Determinan Kejadian Stroke Pada Penderita Rawat Inap RSUP Haji
Adam Malik Medan. Jurnal Kesehatan Masyarakat.
15. Sutrisno, 2007. Stroke Sebaiknya Anda Tahu Sebelum Anda Terserang Stroke. PT.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
16. Yastorki, 2003. Stroke Urutan Ketiga Penyakit Mematikan. http://www.yastorki.or.id

Anda mungkin juga menyukai