I. TUJUAN Memepelajari kimia alumunium dan senyawanya Membandingkan dengan kimia magnesium dan senyawanya II. TEORI Sifat kimia alumunium sangat ditentukan oleh muatan yang besar dan jari-jari yang kecil dari ion Al +3 yaitu kerapatan muatan yang besar. Kerapatan muatan Kation Satuan muatan Jari-jari ion (nm) Muatan/jari-jari Na + +1 0,098 13 Mg +2 +2 0,065 10 Al +3 +3 0,048 63 Zn +2 +2 0,074 27 Cu +2 +2 0,069 29 Jika garam alumunium dilarutkan dalam air ion Al +3 segera membentuk Al(H 2 O) 6 3+ yang biasanya ditulis dengan Al 3+ (aq). Di dalam larutan air, air yang dibebaskan berfungsi sebagai basa dan dapat diperoleh kesetimbangan sebagai berikut : Al(H 2 O) 6 3+ + H 2 O Al(H 2 O) 5 OH + H 3 O + Dalam basa yang kuat seperti NaOH terjadi reaksi, Al(H 2 O) 6 3+ + 3OH - Al(H 2 O) 3 (OH) 3 (s) + 3H 2 O Dalam larutan NaOH yang berlebih Al(H 2 ) 3 (OH) 3 - (s) Al(H 2 O) 2 (OH) - (aq) + H 2 O (Tim Kimia Anorganik, 2014 : 33-34) (Latin: alumen, alum) Orang-orang Yunani dan Romawi kuno menggunakan alum sebagai cairan penutup pori-pori dan bahan penajam proses pewarnaan. Pada tahun 1761 de Morveau mengajukan nama alumine untuk basa alum dan Lavoisier, pada tahun 1787, menebak bahwa ini adalah oksida logam yang belum ditemukan. Wohler yang biasanya disebut sebagai ilmuwan yang berhasil mengisolasi logam ini pada 1827, walau aluminium tidak murni telah berhasil dipersiapkan 2
oleh Oersted dua tahun sebelumnya. Pada 1807, Davy memberikan proposal untuk menamakan logam ini aluminum (walau belum ditemukan saat itu), walau pada akhirnya setuju untuk menggantinya dengan aluminium. Nama yang terakhir ini sama dengan nama banyak unsur lainnya yang berakhir dengan ium. Metoda untuk mengambil logam aluminium adalah dengan cara mengelektrolisis alumina yang terlarut dalam cryolite. Metoda ini ditemukan oleh Hall di AS pada tahun 1886 dan pada saat yang bersamaan oleh Heroult di Perancis. Cryolite, bijih alami yang ditemukan di Greenland sekarang ini tidak lagi digunakan untuk memproduksi aluminium secara komersil. Penggantinya adalah cariran buatan yang merupakan campuran natrium, aluminium dan kalsium fluorida. Aluminium adalah unsur logam yang biasa dijumpai dalam kerak bumi dan terdapat dalam batuan seperti felspar dan mika. Kandungan yang mudah diperoleh adalah oksida terhidrat seperti bauksit, Al 2 O 3 .nH 2 O, dan kryolit, Na 3 AlF 6 . Satu-satunya oksida aluminium adalah alumina, Al 2 O 3 . meskipun demikian, kesederhanaan ini diimbangi dengan adanya bahan-bahan polimorf dan terhidrat yang sifatnya bergantung kepada kondisi pembuatannya. Terdapat dua bentuk anhidrat, Al 2 O 3 yaitu Al 2 O 3 dan Al 2 O 3 . Al 2 O 3 stabil pada suhu tinggi dan juga metastabil tidak terhingga pada suhu rendah. Ia terdapat di alam sebagai mineral korundum dan dapat dibuat dengan pemanasan Al2O3 atau oksida anhidrat apapun di atas 1000 o C. Al 2 O 3 diperoleh dengan dehidrasi oksida terhidrat pada suhu rendah (~450 o C). Al 2 O 3 keras dan tahan terhadap hidrasi dan penyerangan asam, sedangkan Al 2 O 3 mudah menyerap air dan larut dalam asam. Alumina yang digunakan untuk kromatografi dan diatur kondisinya untuk berbagai kereaktifan adalah Al 2 O 3 . (Anonim, 2010) Aluminium (dalam bentuk bauksit) adalah suatu mineral yang berasal dari magma asam yang mengalami proses pelapukan dan pengendapan secara residual. Proses pengendapan residual sendiri merupakan suatu proses pengkonsentrasian mineral bahan galian di tempat. Pengertian aluminium secara umum adalah logam yang ringan, tidak mengalami korosi, sangat kuat, terutama jika di buat aliasi. 3
Aluminium disimbolkan dengan Al, Aluminium terdapat pada golongan logam III A, unsur kimia dengan nomor atom 13 dan massa atom 26, 9815. secara umum logam-logam golongan III A cendrung kurang reaktif dan kurang bersifat logam dibandingkan dengan golongan I A dan II A. Bisa dibandingkan dengan beberapa sifat amfoter atau amfiprotik dan pembentukan senyawa kovalen. Diantara logam-logam III A, aluminium adalah salah satu logam terpenting yang terdapat di kerak bumi. Bijih aluminium yang digunakan untuk produksi aluminium adalah bauksit. Bijih ini mengandung hidrat aluminium oksida, Al 2 O 3 .H 2 O dan Al 2 O 3 .3H 2 O serta oksida besi, silikon, titanium, sedikit tanah liat dan silikat. Kadar aluminium oksida (alumina) dapat mencapai 35-60%. Ciri-ciri aluminium: a Aluminium merupakan logam yang berwarna perak-putih. b Aluminum dapat dibentuk sesuai dengan keinginan karena memiliki sifat plastisitas yang cukup tinggi. c Merupakan unsur metalik yang paling berlimpah dalam kerak bumi setelah setelah silisium dan oksigen. (Afnan Aziz, 2013) Sejumlah garam aluminium seperti golongan IIA, mengkristal dalam larutannya sebagai anhidrat. Sebagian dari hidrat ini amat larut dalam air dan bersifat delikuesen, misalnya AlX 3 6H 2 O, AlO 3 9H2O . Selanjutnya segi-segi kimia tertentu dari senyawa aluminium dalam air diturunkan dari ion aluminium trihidat (Al(H 2 O) 6 ) 3+ . Senyawa-senyawa aluminium, bentuk alami dari sebanyak- banyaknya senyawa aluminium diturunkan dari oksida (Al 2 O 3 ) dan bermacam- macam oksida hidrat. Misalnya Al 2 O 3 H 2 O dan Al 2 O 3 3H 2 O. Senyawa oksida jika direaksikan dengan asam sulfat menghasilkan aluminium sulfat pekat panas. Al 2 O 3 + H 2 O 4 Al 2 (SO 4 ) 3 + 3H 2 O Senyawa ini mengkristal dari larutan sebagai Al 2 (SO 4 ) 3 18H 2 O Larutan berair yang mengandung jumlah molar yang sama dari Al 2 (SO4) 3 dan K 2 SO 4 mengkristal sebagai kalium aluminium sulfat. Garam ini yang dikenal dengan tawas, alum memunyai kegunaan yang sama dengan garam pembentukannya. (Manurung.2010) 4
III. PROSEDUR PERCOBAAN 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat Tabung reaksi Pipa penyalur Gelas kimia 100 mL Pembakar Bunsen Gelas piala 50 mL 3.1.2 Bahan Keping alumunium Pita magnesium Natrium hidroksida encer Larutan Mg 2+ 0,1 M Serbuk alumunium Asam klorida encer Larutan Al 3+ 0,1 M 3.2 Skema Kerja 3.2.1 Reaksi dengan asam klorida
dimasukkan dalam tabung reaksi dicampurkan dengan beberapa keeping logam alumunium dipanasakan campuran setelah 5 menit alumunium belum bereaksi diulangi percobaan dengan pita magnesium sebagai pengganti logam alumunium diamati yang terjadi
5 mL asam klorida encer HASIL 5
3.2.2 Reaksi dengan larutan natrium hidroksida
dimasukkan dalam tabung reaksi dicampurkan dengan beberapa keeping alumunium atau sesendok serbuk alumunium dipanaskan tabung reaksi tersebut jika 5 menit belum bereaksi diulangi percobaan dengan magnesium sebagai pengganti alumunium dibandingkan hasil keduanya
3.2.3 Membandingkan sifat asam basa ion Al 3+ dan Mg 2+ yang terhidrat
dimasukkan dalam tabung reaksi yang berbeda diperiksa pH setiap larutan dengan kertas lakmus ditambahkan larutan NaOH encer diamati yang terjadi
5mL larutan natrium hidroksida encer HASIL 3mL larutan Al 3+ dan 3 mL larutan Mg 2+
HASIL 6
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Pengamatan dan Perhitungan Tabel 4.1.1 Reaksi dengan Asam Klorida No Perlakuan Hasil Pengamatan 1. HCl + Al 3+ Sebelum dipanaskan tidak bereaksi dan larutan tidak bercampur, setelah dipanaskan terjadi reaksi yeitu terdapat gelembung-gelembung gas naik kepermukaan tabung reaksi 2. HCl + Mg 2+ Sebelum dipanaskan tidak bereaksi dan larutan tidak bercampur, setelah dipanaskan terjadi reaksi yaitu terdapat gelembung-gelembung gas pada dinding tabung reaksi dan pada pita Mg sehingga membuat pita Mg mengecil
Tabel 4.1.2 Reaksi dengan Natrium Hidroksida No Pelakuan Hasil Pengamatan 1. NaOH encer Al 3+ Sebelum dipanaskan tidak bereaksi sehingga tidak larut dalam NaOH encer. setelah dipanaskan terjadi reakis kuat yaitu serbuk alumunium naik kepermukaan sampai meluap dari tabung reaksi 2. NaOH encer + Mg 2+ Sebelum dipanaskan tidak bereaksi, setelah dipanaskan terjadi reaksi tapi tidak seperti Al, hanya Mg mengeluarkan 7
gelembung-gelembung gas
Tabel 4.1.3 Membandingkan sifat asam basa Al 3+ dan Mg 2+ didehidrasi No Perlakuan Hasil Pengamatan 1. Membandingkan sifat asam basa Al 3+ dan Mg 2+
didehidrasi Al 3+ bersifat basa karena pH nya 14 Mg 2+ bersifat basa karena pH nya 13
8
4.2 Pembahasan Pada percobaan kali ini praktikan akan melakukan eksperimen tentang alumunium dan persenyawaannya. Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari kimia alumunium dan senyawanya, serta membandingkan dengan magnesium dan senyawanya. Alumunium merupakan logam paling melimpah. Alumunium banyak digunakan sebagai peralatan dapur, bahan konstruksi bangunan dan ribuan aplikasi lainnya dimana alumunium adalah logam yang mudah di buat, kuat dan ringan. Walaupun konduktivitas listriknya hanya 60 % dari tembaga, tetapi ia digunakan sebagai bahan transmisi karena ringan. Alumunium murni sangat lunak dan tidak kuat. Tetapi dapat dicampur dengan tembaga, magnesium, silicon, mangan dan unsur-unsur lainnya untuk memebentuk sifat-sifat menguntungkan. Menjelaskan sifat-sifat alumunium oksida dapat menimbulkan kebingungan karena dapat berda pada beberapa bentuk yang berbeda. Salah satu bentuknya sangat tidak reaktif. Ini diketahui secara kimia sebagai alfa Al 2 O 3 dan dihasilkan pada temperature tinggi. Alumunium oksida merupakan senyawa amfoter Artinya dapat bereaksi baik secara basa maupun asam. Alumunium oksida mengandung ion oksida, sehingga dapt bereaksi dengan asam seperti pada magnesium oksida. Artinya, sebagai contoh alumunium oksida akan bereaksi dengan asam klorida encer yang panas menghasilkan larutan alumunium klorida. dalam hal ini alumunium oksida menunjukkan sisi basa dari sifat amfoternya. Aluminium oksida juga dapat menunjukkan sifat asamnya, dapat dilihat dalam reaksi dengan basa seperti larutan natrium hidroksida. Berbagai aluminat dapat terbentuk senyawa dimana aluminium ditemukan dalam ion negatif. Hal ini mungkin karena aluminium memiliki kemampuan untuk membentuk ikatan kovalen dengan oksigen. Pada contoh natrium, perbedaan elektronegativitas antara natrium dan oksigen terlalu besar untuk membentuk ikatan selain ikatan ionik. Tetapi elektronegativitas meningkat dalam satu periode sehingga perbedaan elektronegativitas antara aluminium dan oksigen lebih kecil. Hal ini menyebabkan terbentuknya ikatan kovalen diantara keduanya.mDengan larutan natrium hidroksida pekat yang panas al 9
minium oksida bereaksi menghasilkan larutan natrium tetrahidroksoaluminat yang tidak berwarna. Dalam percobaan ini praktikan akan melakukan 3 eksperimen yaitu reaksi dengan asam klorida, reaksi dengan natrium hidroksida dan membandingkan sifat asam basa alumunium dan magnesium. 1. Reaksi dengan asam klorida Pada percobaan ini yang pertama praktikan lakukan adalah mereaksikan serbuk alumunium 0,5 gram dengan 5 ml asam klorida encer. Namun, setelah dicampurkan tidak terjadi reaksi antar keduanya sehingga praktikan melakukan pemanasan untuk mempercepat terjadinya reaksi, setelah dipanaskan tedapat gelembung-gelembung gas yang naik kepermukaan tabung reaksi. Pada dasarnya logam Al kurang reaktif karena terlindung oleh oksidanya, sehingga perlu pemanasan. Pada saat aluminium bereaksi dengan asam maka akan menghasilkan gas hidrogen. Reaksi yang terjadi, yaitu : 2Al + 6HCl 2AlCl 3 + 3H 2
Pada percobaan kedua praktikan mereaksikan pita magnesium dengan 5 ml larutan HCl encer, namun setelah pencampuran tidak terjadi reaksi. Setelah beberapa menit juga tidak terjadi reaksi praktikan melakukan pemanasan campuran tersebut untuk mempercepat terjadinya reaksi. Ketika dipanaskan larutan tersebut menimbulkan gelembung-gelembung gas pada dinding tabung reaksi dan pada bagian pita magnesium sehingga menyebabkan pita magnesium tersebut mengecil dan habis. Reaksi ini berlangsung sangat cepat. Mg sangat mudah bereaksi dengan mereduksi ion H + menjadi H 2 dan menghasilkan garam MgCl 2 . Reaksi yang terjadi, yaitu : Mg + (s) + 2HCl (aq) MgCl 2 (aq) + 3H 2 (g) Dilihat dari potensial elektoda masing-masing : Al(s ) Al 3+ + 3e E = + 1,67 V 3 H + + 3e
3/2 H 2 E = 0 V Al(s)
+ 3H +
Al 3+
+ 3/2 H 2 E = + 1,67 V
10
Mg(s) Mg 2+ + 2e E = + 2,34 V 2 H + + 2e
H 2 E = 0 V Mg (s)
+ 2H +
Mg 2+
+ H 2 (g) E = + 2,34 V Dari harga potensial elektroda di atas dapat diketahui bahwa Mg lebih besar potensial elektroda dibandingkan potensial elektroda Al. Dengan kata lain walaupun Al dan Mg sama-sama bisa bereaksi dengan HCl encer, tetapi Mg lebih mudah bereaksi dari pada Al. Ini juga dipengaruhi oleh sifat logamnya, semakin kuat sifat logam maka akan semakin mudah untuk bereaksi dengan asam. 2. Reaksi dengan natrium hidroksida Pada pecorbaan ini perlakuan pertama yang praktikan lakukan adalah mereaksikan serbuk alumunium dengan 5 ml larutan natrium hidroksida. Namun, setelah di campurkan tidak terjadi reaksi dan dilakukan pemanasan terjhadap campran tersebut menghasilkan reaksi yang sangat kuat yaitu timbul gelembung-gelembung gas dan serbuk alumunium naik kepermukaan sampai meluap dari tabung reaksi. Hal ini menunjukkan bahwa alumunium dapat bereaksi dengan basa kuat seperti natrium hidroksida. Produk dari reaksi ini merupakan kompleks alumunium (III) tak berwarna dengan reaksi yang terjadi, yaitu : 2Al (s) + 2NaOH (aq) + 6H 2 O (l) 2[Al(OH) 4 ] - (aq) + 3H 2(g)
Ternyata serbuk aluminium melarut seiring dengan makin banyaknya gelembung gas yang terbentuk. Dari reaksi di atas, secara teoritis gas yang dihasilkan teridentifikasi sebagai gas hydrogen. Sedangkan untuk reaksi kedua, dimana logam aluminium diganti dengan magnesium tidak terbentuk gelembung gas. Setelah diberikan pemanasan selama lima menit, timbul gelembung gas namun lebih sedikit dari reaksi sebelumnya (reaksi dengan logam aluminium). Adapun reaksi yang berlaku bagi magnesium terhadap basa NaOH adalah : 2Mg (s) + 2NaOH (aq) + 6H 2 O (l) 2[Mg(OH) 4 ] 2- (aq) + 3H 2(g)
Reaksi aluminium dengan basa jauh lebih cepat dibandingkan magnesium terhadap reagent yang sama. Hal ini dapat direlasikan terhadap sifat logamnya. Kita ketahui bahwa magnesium jauh lebih bersifat logam 11
daripada aluminium, walaupun keduanya sama-sama berada pada periode 3 dalam system periodic. Dalam hal ini, terdapat perbedaan yang menyolok, dimana magnesium akan bereaksi lebih cepat terhadap suatu asam dan lebih lambat terhadap basa, sebaliknya aluminium akan bereaksi lebih cepat dalam basa dan lebih lambat terhadap asam. Sekali lagi, sifat logam kedua unsur ini sangat berpengaruh, semakin ke kiri kedudukan suatu unsure dalam system periodic, maka sifat logamnya makin kuat. 3. Membandingkan sifat asam basa Al 3+ dan Mg 2+ didehidrasi Pada percobaan ini Praktikan mengambil larutan Al 3+ tersebut diperiksa dengan kertas indikator, pHnya = 3 hal ini menunjukkan bersifat asam. Kemudian ketika larutan Mg 2+ diperiksa dengan kertas indikator pH = 6, yang menunjukkan Mg 2+ tersebut bersifat masih asam, namun sebenarnya Mg 2+
bersifat basa. Hal ini mungkin dikarenakan kesalahan praktikan dalam mengamati warna dalam kertas indikator. Kemudian kedalam kedua larutan tersebut ditambahakan dengan NaOH encer, ketika larutan Al 3+ ditambahkan larutan berwarna putih susu dan terdapat endapan putih, kemudian endapan melarut saat penambahan NaOH 3 mL, karena Al 3+ juga bersifat basa (amfoter), sehingga ion akan menjadi ion negatif. Reaksi yang terjadi, yaitu : Al 3+ (aq)
+ 2OH - + 3H 2 O 6 Al(OH) 4 - Kemudian percobaan dilanjutkan dengan penambahan larutan NaOH encer ke dalam larutan Mg 2+ , hasil yang diperoleh terbentuk endapan. Namun berbeda dengan Al 3+ endapan ini tidak melarut kembali walaupun ditambahkan dengan larutan NaOH berlebih. Karena [Al(H 2 O) 2 ] - larut dalam air dan [Al(OH) 3 (H 2 O) 3 ] tidak melarut sebab [Al(H 2 O) 2 ] - ion yang tentunya akan melarut, sedangkan [Al(OH) 3 (H 2 O) 3 ] tidak dapat mengion sebagai donor akseptor elektron dalam air karena air bukan basa kuat. Reaksi dalam basa kuat : [Al(H 2 O) 6 ] 3+ + 3 OH [Al(H 2 O) 3 (OH) 3 ] (s) + H 2 O (l)
Reaksi dalam larutan NaOH berlebih : [Al(H 2 O) 3 (OH) 3 ] (s) + OH (aq) [Al(H 2 O) 2 (OH) 4 ] - (aq) + H 2 O (aq)
12
V. KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, dapst disimpulkan : 1. Reaksi logam Aluminium dalam HCl encer berjalan lambat dan memerlulkan pemanasan. Reaksi berjalan lambat karena logam Aluminium memiliki lapisan oksida Aluminium yang bersifat melindungi logamnya. Sedang pada reaksi Pita Mg dengan HCl encer berlangsung dengan cepat. 2. Logam alumunium lebih mudah larut dalam NaOH dibandingkan dengan logam Magnesium 3. Ion Al 3+ bereaksi dengan basa kuat menghasilkan endapan, penambahan NaOH selanjutnya dapat melerutkan kembali endapan, sedangkan untuk ion Mg 2+ endapannya tidak dapat larut.
5.2 Saran Diharapkan untuk percobaan selanjutnya, alat dan bahan yang seharusnya digunakan sudah terpenuhi, agar paraktikum dapat berjalan lancar sesuai prosedur.
13
VI. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 5 Juni 2010. Aluminium. Wikipedia Eksiklopedia Bebas. diakses tanggal 31 Mei 2014 http://id.wikipedia.org/wiki/Aluminium. Afnan Aziz. 2013. Alumunium. diakses tangggal 31 mei 2014 http://dakwahkamp.blogspot.com/ Manurung. 2010. Kandungan alumunium dalam kalenh bekas dan pemenfaatannya dalam pembuatan tawas. Jurnal Kimia Tim Kimia Anorganik. 2014. Penuntun Praktikum Kimia Anorganik I. Jambi. Universitas Jambi