Anda di halaman 1dari 7

RESESI GINGIVA TERLOKALISASI YANG DIRAWAT DENGAN TEKNIK

ENVELOP ORIGINAL

ABSTRAK
Teknik bedah yang digunakan untuk merawat resesi gingiva telah berubah drastik dalam waktu
50 tahun terakhir. Namun, teknik envelop yang dijelaskan lebih dari 20 tahun yang lalu ternyata
masih lagi menawarkan alternatif yang sangat baik untuk masalah resesi. Tujuan dari laporan
klinis ini adalah untuk menunjukkan prediktabilitas prosedur ini bila dibandingkan dengan
prosedur lain yang tekniknya lebih sensitif.
Kata kunci: teknik envelop, resesi gingiva

PENDAHULUAN
Survei epidemiologis telah mengungkapkan bahwa resesi gingiva merupakan penyumbang
sejumlah besar kasus kehilangan perlekatan pada populasi industri dengan tingkat kebersihan
mulut yang baik. Pasien yang memerhatikan kesehatan gigi dan mulutnya mungkin akan
menyadari adanya zona tidak estetik dan sensitivitas pada permukaan akar yang terpapar, lantas
mencari pengobatan untuk menutup permukaan akar tersebut.
Prosedur penutupan akar memberikan manfaat besar bagi pasien dengan masalah
hipersensitivitas dentin dan estetika. Selama bertahun-tahun, beberapa prosedur penutupan akar
telah diusulkan untuk memperoleh penutupan akar: flep rotasional, coronally advanced flap,
cangkok jaringan lunak berepitel (epitelized soft tissue graft), cangkok jaringan ikat subepitel
(subepithelial connective tissue graft), dan regenerasi jaringan berpandu (guided tissue
regeneration).
Antara semua teknik ini, cangkok jaringan ikat telah menerima perhatian yang cukup baik karena
prediktabilitasnya sejak ia diperkenalkan oleh Langer dan Langer pada tahun 1985.
Prediktabilitas prosedur penutupan akar mengacu pada nilai rata-rata penutupan akar yang



diperoleh dan prevalensi penutupan akar lengkap (100%). Menurut Miller, penutupan akar yang
lengkap secara klinis didefinisikan dengan keadaan margin jaringan lunak terletak di
cementoenamel junction, adanya perlekatan pada permukaan akar, kedalaman sulkus sebanyak 2
mm yang disertai dengan kewujudan pita berkeratin yang mencukupi tanpa adanya perdarahan
pada saat probing. Berdasarkan klasifikasi resesi gingiva Miller, penutupan akar 100% dapat
diperoleh pada resesi gingiva kelas I dan II.
Langer dan Langer pada awalnya mengusulkan pemindahan secara korona dari flep dengan
ketebalan terpisah untuk menutupi cangkok jaringan ikat. Kemudian, Nelson menyarankan untuk
memindahkan flep secara lateral dengan tujuan yang sama. Pada tahun 1985 Raetzke
mengusulkan teknik envelop. Ini terdiri dari mempersiapkan envelop dengan ketebalan parsial
atau poket di sekitar permukaan akar yang resesi dan menempatkan cangkok jaringan ikat
subepitel dalam envelop, sama seperti pendekatan-pendekatan yang lain. Tidak dilakukan
sebarang sayatan pelepasan untuk menghindari kerusakan pleksus vaskular jaringan ikat dan
periosteum.
Teknik envelop telah digunakan selama lebih dari 25 tahun dan telah memberikan hasil yang
sangat baik pada berbagai jenis resesi. Tujuan dari laporan kasus bersiri ini adalah untuk
memberikan informasi tentang SCTG menggunakan teknik envelop untuk merawat resesi
gingiva yang terlokalisasi dalam suasana "in office".


LAPORAN KASUS
Kasus 1
Seorang pasien berusia 25 tahun datang untuk mendapatkan konsultasi mengenai resesi gingiva
pregresif pada gigi # 31. Resesi menyebabkan pasien mengalami masalah hipersensitivitas.
Riwayat medisnya baik-baik saja. Setelah evaluasi, resesi midfasial sedalam 4 mm yang
memanjang sehingga mencapai junction mukogingiva ditemukan. Terdapat pengurangan lebar
attached gingiva. Tidak ada tarikan otot yang mempengaruhi daerah tersebut. Kedalaman pada
saat probing adalah 2 mm dan tingkat perlekatan secara klinis adalah 6mm pada aspek bukal



gingiva yang resesi. Diagnosis termasuk resesi gingiva terlokalisasi dengan klasifikasi Miller
kelas II yang disertai masalah mukogingiva pada daerah tersebut. Sebuah teknik envelop
dilakukan dan dikombinasi dengan perletakan cangkok jaringan ikat. Persiapan daerah operasi
terdiri dari proses undermining jaringan lunak, dan penempatan cangkok jaringan ikat yang
didapatkan melalui pemanfaatan teknik Bruno. Setelah enam bulan penyembuhan, diamati
bahwa penutupan akar lengkap pun diperoleh baik dalam hal kedalaman maupun lebar resesi.
Jumlah gingiva yang terkeratinisasi meningkat sebanyak 5mm. Jaringan yang baru dicangkokkan
menyatu sempurna dengan jaringan berkeratin di sekitarnya. Tidak perlu dilakukan gingivoplasty
pada daerah yang dicangkokkan.
Protokol bedah pada daerah yang dirawat disertai dengan gambar preoperative dan paskaoperatif
disajikan di Gambar 1- 6.
Gambar 1. Status awal kelas II Miller resesi pada
gigi # 34

Gambar 2. Sayatan intrasulkular awal ditempatkan
dan flep dengan ketebalan parsial dibuka.

Gambar 3. Cangkok jaringan ikat yang didapat
melalui teknik Bruno


Gambar 4. Cangkok jaringan ikat yang didapatkan




Gambar 5. Cangkok jaringan ikat dengan kerah
epitel diposisikan dan difiksasi dengan jahitan
interrupted yang dapat diresorpi


Gambar 6. Hasil setelah 6 bulan dengan penutupan
akar sempurna baik dari kedalaman maupun lebar
resesi



Kasus II

Seorang pasien berusia 23 tahun datang untuk mendapatkan konsultasi mengenai resesi gingiva
dan hipersensitivitas terhadap dingin pada gigi # 34. Riwayat medisnya baik-baik saja. Setelah
evaluasi, resesi sedalam 4 mm yang memanjang sehingga mencapai junction mukogingiva
ditemukan. Terjadi pengurangan lebar attached gingiva. Tidak ada tarikan otot yang
mempengaruhi daerah tersebut. Kedalaman pada saat probing adalah 2-3 mm dan tingkat
perlekatan secara klinis adalah 8 mm pada aspek bukal gingiva yang resesi. Diagnosis termasuk
resesi gingiva terlokalisasi dengan klasifikasi Miller kelas II yang disertai masalah mukogingiva
pada daerah tersebut. Teknik bedah yang sama dengan yang sudah dijelaskan tadi dilakukan.
Setelah enam bulan penyembuhan, diamati bahwa penutupan akar lengkap pun diperoleh baik
dalam hal kedalaman maupun lebar resesi. Jumlah gingiva yang terkeratinisasi meningkat
sebanyak 5mm. Jaringan yang baru dicangkokkan menyatu sempurna dengan jaringan berkeratin
di sekitarnya. Tidak perlu dilakukan gingivoplasty pada daerah yang cangkokan yang sudah
sembuh.



Gambar 1. Status awal kelas II Miller resesi
pada gigi # 34

Gambar 2. Sayatan intrasulkular awal
ditempatkan dan flep dengan ketebalan
parsial dibuka.


Gambar 3. Cangkok jaringan ikat yang didapat
melalui teknik Bruno


Gambar 4. Cangkok jaringan ikat yang didapatkan

Gambar 5. Cangkok jaringan ikat dengan kerah
epitel diposisikan dan difiksasi dengan jahitan
interrupted yang dapat diresorpi

Gambar 6. Hasil setelah 6 bulan dengan
penutupan akar sempurna baik dari kedalaman
maupun lebar resesi













PEMBAHASAN

Seri kasus ini mengevaluasi efektivitas teknik envelop original untuk merawat defek resesi
gingiva tunggal dalam ukuran 2-5 mm. Teknik envelop original telah digambarkan oleh
Raetzke. Prosedur ini mudah dilakukan tetapi tekniknya sensitif. Dengan trauma di daerah
bedah yang minimal, di mana persiapannya terdiri dari proses undermining jaringan lunak yang
jauh lebih mudah daripada mengangkat dan memindahkan flep, teknik ini mungkin lebih
menguntungkan dalam merawat defek resesi yang terlokalisasi jika dibandingkan dengan teknik
coronally repositioned flap, cangkok jaringan ikat subepitel yang dikombinasi dengan coronally
advanced flap dan flep subpedikel dan pedikel ganda dengan ketebalan parsial. Dengan tidak
adanya sayatan pelepasan, suplai darah juga adalah lebih terjaga bila dibandingkan dengan
teknik lain.

Selain itu, penggabungan teknik envelop dengan cangkok jaringan ikat subepitel memberikan
prediktabilitas yang lebih baik pada hasil. Perbaikan yang terlihat pada semua kasus dalam hal
penutupan resesi dan peningkatan jumlah gingiva yang terkeratinisasi, mendukung metode ini
sebagai metode yang efektif untuk mendapatkan tujuan tersebut.

Dalam laporan ini, kasusnya adalah berupa resesi gingiva kelas II Miller yang hasilnya
menunjukkan hampir 100% resesinya menutup. Teknik yang dijelaskan di sini menunjukkan
keuntungan seperti penyembuhan awal, pencocokan warna yang baik dan penutupan akar yang
sangat diprediksi. Hasil yang didapatkan adalah bersesuaian dengan penelitian lain yang
dilakukan oleh Zabalegui et al (85% akar cakupan), Cordioli et al (cakupan akar 89,5%), Janke et
al (cakupan akar 80%). Dalam kasus ini, ketebalan cangkok jaringan ikat adalah tidak standar
dan ia tergantung pada ketebalan palatal. Maka, uji coba yang kontrolnya lebih acak dengan
parameter yang tetap dan ukuran sampel yang lebih besar diperlukan untuk menilai signifikansi
hasil yang diperoleh.







KESIMPULAN

Dalam keterbasan dengan merujuk pada laporan kasus ini semata-mata, prosedur pencangkokan
jaringan ikat dapat menyebabkan jaringan akar menutup, kedalaman residual pada saat probing
berkurang, adanya perbaikan dalam perlekatan klinis dan terdapat pengurangan pada kedalaman
dan kelebaran resesi, yang merupakan premis penting yang harus dicapai untuk pemeliharaan
lebih baik pada gingiva yang sudah tertutup. Selain itu, tekstur jaringan gingiva juga
menunjukkan ada peningkatan keratinisasi, penyatuan jaringan yang baik dengan daerah sekitar,
dengan warna yang begitu cocok sekali.

Anda mungkin juga menyukai