Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Secara umum pengertian dari pertanian adalah sebagai kegiatan manusia
dalam membuka lahan dan menanaminya dengan berbagai jenis tanaman yang
termasuk tanaman semusim maupun tanaman tahunan dan tanaman pangan
maupun tanaman non pangan serta digunakan untuk memelihara ternak maupun
ikan. (Ken Suratiyah,2008). Sebagian besar mata pencaharian masyarakat
Indonesia adalah sebagai petani. Indonesia merupakan negara pertanian, artinya
pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional,
pertanian memainkan peran sebagai suatu kegiatan yang sangat esensial dalam
menopang hidup dan kehidupan manusia, yaitu sebagai penyediaan kebutuhan
pangan manusia.
Berbagai komoditas pertanian yang dapat diusahakan dengan pola agribisnis
mencakup komoditas tanaman pangan, perkebunan dan holtikultura. Pada
umumnya, isi kebun di Indonesia adalah berupa tanaman buah-buahan, obat-
obatan dan tanaman holtikultura. Salah satunya adalah cabai merah.
Salah satu sektor yang sangat berperan dalam pembangunan Indonesia di
masa depan adalah sektor agribisnis. Peranan agribisnis terutama di bidang
hortikultura mengalami perkembangan cukup pesat, baik dalam usaha produksi,
industri olahan dan pangsa pasar. Sektor hortikultura merupakan salah satu sector
yang sangat perlu dikembangkan oleh pemerintah untuk meningkatkan kontribusi
dibidang pertanian dan juga dapat menunjang usaha pemerintah untuk
meningkatkan pendapatan petani, meningkatkan kesempatan kerja, mengurangi
impor dan melestarikan sumber daya alam.
Tanaman hortikultura mempunyai fungsi dalam pemenuhan kebutuhan
vitamin, mineral, penyegar, pemenuhan kebutuhan akan serat dan kesehatan
lingkungan. Salah satu komoditi hortikultura yang sangat dibutuhkan manusia dan
merupakan salah satu pangan yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat hamper
setiap hari adalah sayuran. Banyaknya manfaat sayuran ini menyebabkan sayuran
menjadi bagian dari komoditas hortikultura yang terus diproduksi. Perkembangan
tanaman hortikultura terutama sayuran dari tahun ke tahun terus meningkat, baik
dari segi luasan lahan panen, produktivitas dan produksi setiap tahun di Indonesia
mengalami perkembangan yang cukup baik. Tabel 1 menunjukkan luas panen,
produktivitas, dan produksi sayur di Indonesia tahun 2001- 2005.
Tabel 1. Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Sayuran Utama di Indonesia
Tahun 2001- 2005
Tahun Luas Panen (ha) Produktivitas
(ton/ha)
Produksi (ton)
2001 794.033 8,71 6.919.624
2002 824.361 8,67 7.144.745
2003 913.445 9,39 8.574.870
2004 977.552 9,27 9.059.676
2005 944.695 9,63 9.101.986
Sumber : Ditjen Bina Produksi Hortikultura, 2006
Dari Tabel 1 diketahui bahwa produksi sayuran di Indonesia dari tahun
2001- 2005 mengalami peningkatan terus menerus. Peningkatan produksi tersebut
disebabkan oleh peningkatan luas panen yang cukup besar (rataan 14 persen per
tahun) dan produktivitas. (Ditjen Bina Produksi Hortikultura, 2006)
Cabai merah sebagai salah satu komoditas hortikultura merupakan
tanaman yang cukup penting di Indonesia. Cabai mengandung zat-zat gizi yang
sangat diperlukan untuk kesehatan manusia. Cabai mengandung protein, lemak,
karbohidrat, kalsium (Ca), fosfor (P), besi (Fe) dan vitamin-vitamin dan senyawa
alkanoid seperti capsaisin, flavonoid dan minyak essensial.
Konsumsi cabai merah per kapita di Indonesia dari tahun ke tahun
berfluktuasi dalam kisaran yang relatif kecil baik itu secara kuantitas maupun
nilainya. Hal ini terjadi karena permintaan terhadap cabai akan dipengaruhi oleh
berbagai faktor, misalnya harga dan tingkat pendapatan. Dari Tabel 2 dapat dilihat
permintaan terhadap komoditi cabai merah lebih banyak di perkotaan dan setiap
tahunnya terus meningkat dengan nilai yang sangat berfluktuasi mengikuti
keadaan di pasar.
Tabel 2. Konsumsi dan Pengeluaran Rata- rata Perkapita Seminggu Komoditi
Cabai Merah di Indonesia Tahun 2002- 2005
Tahun Perkotaan Pedesaan
Jumlah (Ons) Nilai (Rp) Jumlah (ons) Nilai (Rp)
2002 0,138 314 0,238 235
2003 0,298 346 0,231 256
2004 0,295 332 0,234 265
2005 0,340 317 0,265 258
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2006
Di sisi lain perkembangan produksi cabai dari tahun ke tahun juga
mengalami peningkatan terus menerus, terlihat mulai tahun 2001 hingga 2004
mengalami peningkatan yang cukup bagus. Namun, pada tahun 2005 pernah
terjadi penurunan produksi sebesar 42.491 ton dari tahun 2004. Penurunan
produksi tersebut disebabkan karena penurunan luas panen cabai sehingga
produktivitasnya juga ikut mengalami penurunan. Sedangkan peningkatan
produksi cabai biasanya disebabkan oleh peningkatan luas panen dan
produktivitas. Perkembangan luas panen, produksi dan produktivitas cabai di
Indonesia dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Cabai di
Indonesia Tahun 2001- 2005
Tahun Luas Panen (ha) Produktivitas
(ton/ha)
Produksi (ton)
2001 142.556 580.464 4,07
2002 150.598 635.089 4,22
2003 176.264 1.066.722 6,05
2004 194.588 1.100.514 5,66
2005 187.236 1.058.023 5,65
Sumber : Ditjen Bina Produksi Hortikultura, 2006.

1.2 Rumusan Masalah
Masalah yang akan dijawab pada makalah ini adalah:
1. Analisis biaya usahatani cabai merah di Desa Sidamukti Kecamatan Baros
Kabupaten Serang.
2. Pendapatan usahatani cabai merah di Desa Sidamukti Kecamatan Baros
Kabupaten Serang.

1.3 Tujuan
Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan dari makalah ini adalah:
1. Menjelaskan secara lengkap tentang usaha tani.
2. Menghitung biaya-biaya dan pendapatan petani dari hasil produksi padi.
3. Dapat menyimpulkan apakah petani rugi atau untung dalam kegiatan
produksinya.
4. Mengetahui biaya total produksi yang dikeluarkan oleh petani dalam
memproduksi.
5. Menyimpulkan layak atau tidaknya usaha petani tersebut.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.I Tinjauan Teoritis Usahatani Cabai
2. 1.1 Sistematika Tanaman Cabai (Capsicum annum L.)
Tanaman cabai termasuk tanaman semusim (annual) yang berbentuk
perdu, tumbuh tegak dengan batang berkayu dan bercabang banyak. Tinggi
tanaman dewasa antara 65 170 cm dan lebar tajuk 50 100 cm.
Dalam dunia tumbuh-tumbuhan (Plantarum), tanaman cabai tergolong
dalam tumbuhan yang menghasilkan biji (Spermatophyta). Biji cabai tertutup oleh
kulit buah sehingga termasuk dalam golongan tumbuhan berbiji tertutup
(Angiospermae). Lembaga pada biji cabai terbagi dalam dua daun lembaga,
sehingga dimasukkan dalam kelas tumbuhan berbiji belah (Dicotyledoneae).
Hiasan bunganya termasuk lengkap, yaitu terdiri atas kelopak dan mahkota,
dengan daun-daun mahkota yang berlekatan menjadi satu, sehingga dimasukkan
dalam sub-kelas Sympetalae. Cabai termasuk dalam keluarga terung-terungan
(Solanaceae).
Klasifikasi Tanaman Cabai
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Subkelas : Sympetalae
Ordo : Tubiflorae (Solanales)
Famili : Solanaceae
Genus : Capsicum
Spesies : Capsicum annum L.

2.1.2 Syarat Tumbuh Tanaman Cabai
Syarat Iklim
Tinggi tempat 5-1500 mdpl
Curah hujan 90-120 mm/bulan
Temperatur yang baik minimal 16 derajat celcius, optimal 27
derajat celcius, maksimal 32 derajat celcius.

Syarat Tanah
pH tanah yang cocok 5,5 -6,5 . Bila pH tanah krang dari 5,5
maka garam-garam Al yang terlarut dalam tanah dapat meracuni
tanaman sehingga pertumbuhan tanaman menjadi terhambat.
Sebaliknya jika pH lebih dari 6,5 maka unsur mikro tidak dapat
diambil oleh tanaman sehingga produksi tanaman menurun.
Struktur tanah sebaiknya subur dan gembur
Tanah banyak mengandung bahan organik maupun anorganik
Drainase dan aerase harus baik, draenase dapat diatur dengan
membuat saluran pembuangan dan aerase yang baik agar tata
udara dalam tanah mudah
Reaksi kimia dalam tanah harus berjalan dengan baik agar tidak
merusak tanaman dan pertumbuhannya
Tekstur lempung

2.1.3 Teknik Budidaya Tanaman Cabai

1. Benih
Cabai di perbanyak secara generatif yaiyu dengan biji. Untuk mendapatkan
benih yang baik adalah sebagai berikut :
a. Pilih/petiklah buah cabai masak dari pohon induk yang
pertumbuhannya sehat, berbuah lebat dan bebas dari serangan hama
dan penyakit.
b. Buah lurus, tidak keriput dengan panjang yang baik 8-10 cm.

c. Ambil bagian tengah dari buah cabai, ujung dan pangkal di buang
d. Daya tumbuh benih 80-90 % dan berkecambah setelah sampai 4-6
hari.
e. Kebutuhan benih untuk 1 Ha : 400-500 gram bij kering.

2. Persemaian
a. Lokasi tanah untuk persemaian harus dekat dengan sumber air, untuk
memudahkan penyiraman.
b. Luas lahan persemaian untuk 1 Ha yaitu : 200-300 M2.
c. Lebar bedengan 1 cm dan panjang sesuai dengan kebutuhan, arah
bedengan utara-selatan.
d. Berikan pupuk kandang ( Taik Ayam) yang sudah masak benar 1
minggu sebelum benih ditabur.
e. Berikan penyiraman setiap hari sebelum benih tumbuh.
f. Berikan pupuk majemuk (NPK) sebanyak 4-8 Kg untuk 200-300 M.

3. Pengolahan Tanah
Apabila lahan yang akan ditanami cabai adalah lahan baru, maka terlebih
dahulu harus diadakan cangkul grewak. Sesudah 15-20 hari, baru diadakan
cangkul gulut. Besar gulutan :
Lebar gulutan bawah : 150 cm.
Tinggi gulutan : 60 cm (tergantung keadaan tanah).
Lebar gulutan atas : 100 cm.
Biarkan gulutan selama 15 hari kena panas dan hujan. Kemudian
cacah gulutan sampai halus dan dibuat permukaan cekung. Tabur pupuk
kandang taik ayam sebanyak : 8-10 ton/Ha ke permukaan gulutan dengan
merata. Cacah kembali gulutan, agar pupuk kandang bercampur dengan
tanah. Biarkan selama 15 hari.

4. Penutupan Gulutan Dengan Plastik Hitam Perak
Setelah 15 hari lagi akan tanam, taburkan pupuk buatan ke permukaan
gulutan dengan merata. Pupuk buatan yang diberikan :

Urea : 250 Kg/Ha. (10 Kg/rante)
TSP : 375 Kg/Ha (15 Kg/rante)
ZA : 250 Kg /Ha (10 Kg/rante)
KCL : 250 Kg/Ha (10 Kg/rante)
Kemudian siram gulutan dengan air sampai basah betul, tutup
gulutan dengan plastik Hitam Perak yang sudah disediakan. Warna perak
di atas dan warna hitam dibawah. Plastik jangan terlalu tegang, tapi biasa-
biasa saja kemudian plastik bagian bawah dipaku dengan bambu tali yang
dibelah-belah kecil dengan panjang 15-20 cm dan dibengkokkan kedalam
tanah ke pangkal plastik bagian bawah. Jarak antara bambu 20-30 cm.
Bagian bawah plastik yang sudah dipaku, timbun dengan tanah secara
merata, agar udara dalam plastik jangan keluar.

Mulsa Plastik Hitam Perak (MPHP)
Ciri pokok budidaya tanaman cabai secara intensif adalah penggunaan
plastik perak hitam pada bedengan pertanaman sebagai mulsa. Seperti telah
disinggung , bahwa lingkungan tumbuh berupa tanah dan iklim dapat berpengaruh
pada pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Cabai yang dibudidayakan
dengan menggunakan plastik perak hitam sebagai mulsa akan menghasilkan
tingkat pertumbuhan dan produktivitas buah yang tinggi dibandingkan dengan
menggunakan mulsa plastik.
Tanpa dilengkapi mulsa, tanaman cabai tumbuh lebih pendek, tinggi tanaman
rata-rata hanya 50 cm yang produksinya kurang dari setelah dibandingkan yang
menggunakan mulsa. Dilihat dari segi ekonomi dan pendapatan usaha tentu akan
jauh perbedaannya akhirnya akan diperoleh sisa usaha yang lebih kecil
dibandingkan menggunakan mulsa plastik.
1) Pemasangan Mulsa Plastik
Setelah pupuk disebar secepatnya permukaan bedeng ditutup plastik perak
hitam. Plastik dipersiapkan sebelumnya agar setelah selesai pelebaran pupuk
dapat segera dilakukan pemasangan mulsa.
Cara pemasangan mulsa cuku mudah. Hanya saja, letaknya jangan sampai
terbalik. Warna hitam dipasang menghadap ke atas atau ke arah luar. Waktu

pemasangan sebaiknya siang hari saat temperatur udara tinggi. Maksudnya agar
plastik dapat dipancang sehingga erat dengan permukaan bedengan.Mulsa plastik
dipancang agar dapat menutup sempurna, untuk membantu dapat dijepit dengan
belahan bambu. Sisa plastik direkatkan erat dengan p[ermukaan bedengan. Bagian
sisi yang terbuka akan mudah sobek karena angin. Perlu diperhatikan plastik
mulsa ini sangat tipis dan lentur, tetapi tidak tahan gesekan dengan bahan kasar.
Karena itu pemasangannya harus dilakukan secara hati-hati.
Permukaan bedengan yang tidak rata menimbulkan benjolan pada waktu
ditutup mulsa. Tonjolan ini biasanya dapat menyobek plastik atau menyebabkan
air menggenag di atas mulsa. Bedengan yang baik adalah yang permukaannya
halus apabila telah ditutup mulsa.

2) Manfaat Mulsa Plastik Perak
Tanah sebagai media tumbuh tanaman tersusun atas bahan hidup dan
bahan tak hidup. Bahan hidup berupa mikroorganisme tanah, sedangkan bahan tak
hidup berupa mineral tanah, udara, air dan bahan organik tanah. Bahan penyusun
tersebut satu sama lain saling berinteraksi dan berpengaruh pada sifat serta tingkat
kesuburan tanah. Tanah yang terletak di areal terbuka keadaannya lebih banyak
dipengaruhi oleh faktor alam seperti intensitas cahaya, curah hujan, kelembababn
dan temperatur lingkungan. Intensitas cahaya matahari yang cukup tinggi
menyebabkan air permuakaan tananh mudah hilang menguap. Selain itu, juga
menyebabkan bahan organik lebih cepat melapuk sehingga kandungannya dalam
tanah semakin berkurang.
Curah hujan dapat melarutkan unsur hara tanah seperti nitrogen dan
kalium sehingga menjadi tidak tersedia bagi tanaman. Singkat kata tanah
pertanaman cabai yang terbuka keadaannya akan selalu berubah-ubah sesuai
keadaan lingkungan perubahan (fluktiuasi) lingkungan ini akan terpengaruh
langsung terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman cabai karena akar
tanaman ini letaknya tidak jauh dari permukaan tanah,
Penggunaan Mulsa Plastik Perak Hitam Pada bedengan pertanaman cabai
dapat mencegah dan mengurangi pengaruh alam yang cenderung berubah-ubah.
Dengan demikian, Mikroflora dan tingkat kesuburan tanah dapat dijaga

kestabilannya. Karena itu budidaya menggunakan mulsa plastik menjadi kondisi
pertumbuhan tanaman jauh berbeda dibandingkan tanpa menggunakan mulsa
plastik. Untuk memperoleh tingkatan pertumbuhan dan produktifitas yang
memadai, budidaya cabai mutlak dibutuhkan mulsda plasti perak hitam apabila
pada areal terbuka. Cara lain dapat ditempuh tanpa menggunakan mulsa plastik
perak hitam yaitu bertanam cabai hibrida pada rumah kaca (Green House).
Manfaat penggunaan mulsa plastik perak hitam pada budidaya cabai dapat
diringkas sebagai berikut
1. Dapat memelihara kestabilan mikroflora tanah, kelembaban tanah dan
tingkat kesuburan.
2. Menghindari terjadinya flaktuasi suhun permukaan tanah dan pencucian
hara oleh air hujan.
3. Menekankan pertumbuhan tanaman pengganggu (gulma) sehingga tidak
terjadi kompetisi dalam penyerapan hara tanah.
4. Menurangi sumber inokulum (sumber penyakit) penting tanaman cabai.
5. menjaga kebersihan lahan
6. Meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman sehingga
tanaman dapat berproduksi secara optimum
7. Mempermudah pada kegiatan pemeliharaan.

Mulsa plastik perak hitam terdiri atas dua warna, yaitu warna hitam dan
sisi lain berwarna perak. Mulsa dipasang dengan posisi warna hitam menghadap
ke tanah, sedangkan warna perak menghadap keluar (ke atas) . Cara pemasangan
ini penting karena dapat memberi pengaruh yang sedikit berbeda apabila terbalik.
Warna hitam memberikan kondisi yang lebih gelap media sehingga
memungkinkan pertumbuhan perakaran tanaman menjadi lebih baik. Warna perak
dapat memantulkan sinar matahari sehingga jumlah panas yang mengenai
permukaan media dapat dikurangi. Disamping itu pantulan cahaya dapat
membantu mempercepat hilangnya uap air yang menempel di permukaan daun
tanaman. Karena itu , penggunaan mulsa berpengaruh baik terhadap proses
pertumbuhan dan perkembangan tanaman.


5. Tanam
Sesudah satu minggu, palstik dilubangi dengan jarak dalam barisan 50cm,
jarak antara barisan 60cm, besar lubang dengan garis tengah 10 - 12cm. Sesudah
satu minggu dilubangi, tanaman bibit cabai yang sudah berumur 30-35 hari,
tanamkan bibit ke masing-masing lobang. Tapi sebelum tanam di siram lubang-
lubang tersebut dengan air agar tanah menjadi gembur dan mudah di ditanamkan.
Bibit yang akan ditanam hendaknya di seleksi terlebih dahulu, besar dan
panjangnya yang sama di tanam sebaiknya pada sore hari sekitar jam 15.30 WIB.
Agar tunjang waktu menanam jangan sampai bengkok/melipat di dalam tanah.
Sesudah selesai tanam, bibit yang lebih / sisa agar ditanam didalam
polybeg yang sudah diisi dengan tanah dicampur dengan pupuk kandang yang
sudah masak dengan perbandingan 4 : 3. Tujuannya untuk mengisap tanaman
yang mati.

6. Pemeliharaan Tanam
Selesai tanam harus diadakan penyiraman pagi dan sore, apabila tidak ada
turun hujan . penyiraman ini dilaksanakan semapai tanaman hidup ( 7 hari) .
Sesudah itu dilaksanakan penyiraman 2 hari sekali, juga apabila tidak turun hujan.
Pada umur tanaman 25 hari sesudah tanaman , setiap tanaman diberi patok bambu
sepanjang 50 Cm. Yang bertujuan agar tanaman tidak tumbang di terpa angin dan
hujan. Ikatlah tanaman cabai kemasing-masing patok bambu.
Pengendalian gulma / rumput di parit gulutan, lakukan penyemprotan
dengan herbisida Gramosone, Parakcol, Basta dll. Penutupan plastik paling bawah
gulutan dilaksanakan 1- 11/2 bulan sekali, agar plastik senantiasa rapi dan tidak
berkibar-kibar diterpa angin yang bisa mengakibatkan plastik bisa koyak. Sesudah
tanaman umur 2 bulan dan kelihatan tanaman cukup subur dan baik,
diadakan/diberikan pematokan dengan bambu setiap pinggir gulutan dengan jarak
antar bambu 150 175 cm. Kemudian dari bambu ke bambu ikat dengan tali
plastik yang kuat. Tujuannya apabila tanaman cabai jangan sampai tumbang
ataupun patah keparit gulutan, sehingga dapat mengganggu waktu menyemprot
dan waktu memanen.


7. Pemupukan Susulan
Setelah tanaman cabai umur 15 hari, berikan pemupukan susulan dengan
cara dilarutkan dengan air, pupuk buatan yang diberikan :
Pupuk NPK : 50 Kg / Ha.
Pupuk Urea : 25 kg/ Ha.
Pupuk Z. A : 25 kg /Ha.
Dengan jumlah air yang dilarutkan : 2.500 3.000 liter / Ha. Diberikan
secara berkesinambungan setiap 2 minggu sekali dengan dosis pupuk dan jumlah
air untuk dilarutkan seperti di atas.

8. Pemberian Pupuk Pelengkap Cair (Ppc) Dan Zat Pengatur Tumbuh (Zpt)
Pupuk Pelengkap Cair (PPC) mulai diberikan setelah tanaman umur 3
minggu, dan diberikan secara berkesinambungan setiap 1 minggu sekali. Misalnya
dengan merek dagang seperti : Baypolan, Spesial, Pokon, Intanik, Liptonik, dan
lain-lain sebagainya. Dosis yang diberikan : baca pada label botol setiap merek
dagang yang dijual.
Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) mulai saat tanaman Cabai mulai berbunga,
kira-kira tanaman berumur 5 minggu. ZPT yang diberikan misalnya dengan merek
dagang : Atonik, Ergostim, Hydrasil, Dekamon dan lain sebagainya waktu dan
dosis yang diberikan : baca label pada botol ZPT yang dijual.

9. Hama dan Penyakit
A. Hama
Jenis-jenid hama yang sering menyerang tanaman cabai ialah :
a. Ulat Daun
Ulat ini memakan daun dan juga dapat menggulung daun-daun cabai.
Untuk mencegah serangan hama ini perlu diadakan usaha preventif dengan
mengadakan penyomprotan insektisida seperti Atabron, Cascede, Matador. Dosis
yang dianjurkan : baca label pada botol Insektisida ts
b. Kutu Daun (Tungau) :
Hama ini menyerang daun pada umumnya daun-daun muda yang
menyebabkan daun yang terserang jadi mengecil dan menggelembung serta daun

menjadi rapuh apabila diremas dengan tangan. Untuk mencegah serangan ini
perlu diadakan usaha preventif dengan mengadakan penyemprotan Insektisida
seperti : Curacron, Hostation, Tamaron, Mitag. Dosis yang dianjurkan : baca label
pada botol Insektisida tersebut.
c. Ulat Tanah / Ulat Grayak
Hama ini menyerang tanaman cabai waktu masih kecil (baru tanam)
Pangkal batang tanaman dipotong sehingga putus. Pada umumnya mulai
menyerang pada waktu sore hari dan siang hari ulat ini berada di tanah sekitar
tanaman. Pengendaliannya dengan melaksanakan penyemprotan pada sore hari
yaitu Insektisida seperti : Tamaron, Atabron ataupun dengan mempergunakan
Insektisida Butiran seperti Curater Furadan. Dosis yang digunakan : baca label
pada botol kemasan.
d. Lalat Buah
Hama ini menyerang buah cabai yang muda ataupun yang agak masak,
akibatnya bila buah tua tidak berwarna merah cerah, tetapi berubah menjadi
kehitam-hitaman dan mengeras. Untuk mencegah serangan hama ini perlu
diadakan usaha preventif dengan mengadakan penyemprotan Insektisida seperti :
Matador, Decis, Serva, Azodrin. Dosis yang dianjurkan ; baca label pada botol
kemasan Insektisida.


B. Penyakit
a. Penyakit Gugur Daun :
Penyakit ini disebabkan oleh Cendawan Asoomyoetes yang disebut
Oidium sp. Akibat serangan ini daun-daun tanaman akan gugur sebelum
waktunya. Untuk mencegah penyakit ini dapat digunakan Fungisida seperti :
Antracol, Dithane M-45 atau Dacunil. Dosis yang dianjurkan : baca label pada
bungkus kemasan Fungisida.
b. Penyakit Busuk Daun :
Penyakit ini disebabkan oleh Cendawan Phytoptora Capsici. Gejala
serangannya kelihatan pada daun dan pucuk menjadi layu dan busuk sehingga
akhirnya berguguran. Penyakit ini timbul apabila cuaca terlalu lembab, sumber

penularan lain dapat juga dari pupuk kandang yang diberikan belum masak.
Penyakit ini cepat sekali penularannya. Pencegahannya dapat dilaksanakan
penyemprotan dengan menggunakan Fungisida seperti : Volymex, Dithane M-45,
Angrofol. Dosis penggunaanya : baca label pada bungkusan kemasan fungisida.
c. Penyakit Busuk Buah :
Penyakit ini ada yang disebabkan oleh Cendawan Colletotrichum
nigrum dan Gloesporium sp. Akibat serangan penyakit ini buah
menjadi busuk dan berguguran.
Ada yang disebabkan oleh Cendawan Anstracknose. Buah yang
terserang menjadi busuk dan mengering, baik buah yang sudah tua
maupun yang masih muda. Cendawan ini cepat menjadfi resisten
terhadap fungisida yang disemprotkan. Pengendaliannya dapat
dilaksanakan dengan fungisida : Volimex, Delsen, Anvil, Agisan.
d. Penyakit Karen Virus :
Penyakit ini biasannya ditandai dengan keritingnya daun. Gejala
serangannya, warna daun yang semula hijau berubah menjadi bintik-bintik kuning
serta mengeriting, akhirnya daun berguguran sehingga seluruh tanaman tidak
berdaun dan mati. Untuk mencegah penyakit ini dicabut dan dibakar tanaman
yang terserang, sebab penyakit ini mudah dan cepat sekali menular pada tanaman
lainnya. Belum ada Pestisida yang dapat mengendalikan penyakit ini.

10. Panen
Panen dimulai setelah cabai berumur 2 3 bulan. Dilaksanakan 4 hari
sekali. Panen sebaiknya dilaksanakan sesudah embun pada tanaman sudah tidak
ada lagi. Apabila keadaan hujan, jangan dilaksanakan pengutipan buah cabai.
Panen dapat mencapai sampai 35 40 kali, bila tanaman tersebut cukup baik dan
subur. Hasil diperoleh dalam 1 periode tanaman dapat mencapai 12 15 Ton / Ha.


2.2 Usahatani Cabai
2.2.1 Biaya produksi
Biaya dibagi atas dua yaitu biaya dalam arti sempit dan biaya dalam arti
luas. Biaya dalam arti sempit adalah sebagai pengorbanan sumber ekonomi untuk
memperoleh aktiva. Sedangkan biaya dalam arti luas adalah pengorbanan sumber
ekonomi yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi dan kemungkinan akan
terjadi untuk tujuan tertentu (Mulyadi 2000: 8-10).
Biaya produksi sangat berpengaruh dalam proses usahatani seperti biaya-
biaya yang berupa uang tunai misalnya upah kerja untuk biaya persiapan
penggarapan tanah, termasuk upah untuk ternak, biaya untuk membeli pupuk,
pestisida dan lain-lain. Selain itu juga biaya produksi dapat di bagi menjadi dua
yaitu Biaya Tetap (Fixed cost) dan Biaya Tidak Tetap (Variabel Cost).
Biaya Tetap (Fixed Cost) adalah biaya yang jumlahnya tetap konstan tidak
dipengaruhi perubahan volume kegiatan atau aktivitas sampai tingkat tertentu.
Sedangakan Biaya Tidak Tetap (Variabel Cost) adalah biaya yang jumlah totalnya
berubah secara sebanding dengan perubahan volume kegiatan atau aktivitas.
Kalau menginginkan produksi yang tinggi, maka tenaga kerja perlu
ditambah, pupuk juga perlu ditambah, sehingga biaya ini sifatnya berubah ubah
tergantung dari besarkecilnya produksi yang diinginkan. Secara matematis biaya
produksi dapat dirumuskan sebagai berikut :

Keterangan :
TC : Total Cost (Total Biaya)
TFC : Total Fixed Cost (Jumlah Biaya Tetap)
TVC : Total Variable Cost (Jumlah Biaya Tidak Tetap)

TC = TFC + TVC


2.2.2 Penerimaan dan Pendapatan
Penerimaan diperoleh dengan menekankan adanya harga jual. Harga
penjualan yang dapat diperoleh petani ditentukan oleh berbagai factor yaitu: mutu
hasil, pengolahan hasil, dan serta struktur pasar yang dihadapi produksi yang
dijual petani ke pasar sehingga akan mendapat penerimaan (Simanjuntak,2004)
Penerimaan usahatani adalah nilai produksi yang diabaikan dari suatu
usahatani dalam suatu periode tertentu.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kecilnya penerimaan usahatani
dipengaruhi oleh faktor yaitu :
1. Jumlah produk yang dihasilkan dari kegiatan usahatani per satuan luas
lahan
2. Harga jual produk persatuan ditingkat petani.
Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan usahatani yang
diperoleh dengan biaya yang dikeluarkan. Analisis pendapatan usahatani
mempunyai kegunaan bagi petani maupun bagi pemilik faktor produksi. Ada dua
tujuan utama dari analisis pendapatan, yaitu menggambar keadaan sekarang suatu
kegiatan usaha, dan menggambarkan keadaan yang akan mendatang dari
perencanaan atau tindakan. Bagi seorang petani analisis pendapatan memberikan
bantuan untuk mengukur apakah kegiatan usahanya pada saat ini akan berhasil
atau tidak.
Prinsip penting yang perlu diketahui dalam menganalisis mengenai
pendapatan pada usahatani adalah keterangan mengenai keadaan penerimaan dan
pendapatan keadan pengeluaran. Penerimaan didapat dari hasil perkalian antara
berapa besar produksi yang dicapai dan dapat dijual dengan harga satuan komoditi
tersebut dipasar. Sedangakan pengeluaran usahatani adalah nilai penggunaan
faktor produksi serta seberapa besar penggunaanya pada suatu proses produksi
yang bersangkutan (Soekartawi dkk, 1986).
Usahatani dalam operasinya bertujuan untuk memperoleh pendapatan
yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan serta dana kegiatan diluar usahatani.

Untuk memperoleh tingkat pendapatan yang diinginkan maka petani seharusnya
mempertimbangkan harga jual dari produksinya. Melakukan perhitungan terhadap
semua unsur biaya dan selanjutnya menentukan harga pokok dari usahataninya,
keadaan ini tidak dapat dilakukan oleh petani, akibat efektifitas usahatani menjadi
rendah (Hernanto, 1993)
Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya
diperoleh dengan biaya yang dikeluarkan. Analisis pendapatan usahatani
mempunyai kegunaan bagi petani maupun bagi pemilik faktor produksi. Ada dua
tujuan utama dari analisis pendapatan, yaitu menggambarkan keadaan sekarang
suatu kegiatan usaha, dan menggambarkan keadaan yang akan datang dari
perencanaan atau tindakan. Bagi seorang petani analisis pendapatan memberikan
bantuan untuk mengukur apakah kegiatan usahanya pada saat ini berhasil atau
tidak.
1. Analisis Penerimaan
Penerimaan dapat menggunakan rumus sebagai berikut :

TR : Total Penerimaan (Total Revenue)
Y : Produksi yang diperoleh (Kg)
Py : Harga Jual (Rp)

2. Analisis Pendapatan
Pendapatan dapat menggunakan rumus sebagai berikut :

: Pendapatan
TR : Total Revenue (Total Penerimaan)
TC : Total Cost ( Total Biaya)
TR = Y x Py

= TR TC


Abdul rodjak (1996) menyatakan bahwa ada beberapa kemungkinan yang
berhubungan antara biaya dan pendapatan , misalnya:
1. usahatani (cost) lebih besar dari pada penerimaan (revenue), maka usaha
dikatakan rugi.
2. Penerimaan (revenue) lebih besar dari pada biaya (cost), maka usahatani
mendapatkan keuntungan.
3. Biaya sama dengan penerimaan, maka usahatani tidak mendapatkan
keuntungan dan tidak pula mengalami kerugian.

2.2.3 Break Event Point (BEP)
Break Even point atau BEP adalah suatu analisis untuk menentukan dan
mencari jumlah barang atau jasa yang harus dijual kepada konsumen pada harga
tertentu untuk menutupi biaya-biaya yang timbul serta mendapatkan
keuntungan/profit.
Pendekatan untuk mengetahui pada batas mana BEP ( Break Even Point )
akan tercapai ada tiga macam yaitu :
a. BEP Penjualan yaitu untuk mengetahui batas minimum penjualan,apabila
penjualan tersebut dicapai maka kan menutupi biaya yang dikeluarkan.
b. BEP Volume Produksi yaitu untuk mengetahui batas minimum produk yang
akan dicapai, dimana apabila batas minimum tercapai maka akan menutupi
biaya yang akan dikeluarkan dengan asumsi harga jual produk satuan
ditentukan .
c. BEP Luas Lahan yaitu untuk mengetahui batas minimum luas lahan
usahatani dimana dengan batas minimum luas lahan tersebut biaya yang akan
dikeluarka akan tertutupi dan apabila luas lahan yang diusahakan kurang dari
batas minimum tersebut, maka usahatani tersebut akan mengalami kerugian.
Break Event Point merupakan titik potong antara biaya total dengan
penerimaan total, hal ini menggambarkan bahwa biaya total yang dikeluarkan
petani dalam usahatani adalah sama dengan penerimaan total.
Dalam menganalisa BEP digunakan rumus sebagai berikut :

1-


BEP Penjualan =
Keterangan :
BEP = Break Event Point (Titik Impas)
TFC = Total Fixed Cost (Jumlah Biaya Tetap)
TVC = Total Variable Cost (Jumlah Biaya Tidak Tetap)
TR = Total Revenue (Jumlah Penerimaan )

BEP Volume Produksi =


BEP Luas Lahan =


TR
Penerimaan dan Biaya Produksi (Rp) TC

BEP TVC

TFC

Produksi
Daerah Rugi Daerah Untung
Gambar 1. Kurva Break Event Point Usahatani
TR
TVC
TFC
BEP Penjualan
Harga Jual
BEP Volume Produksi
Produktivitas

2.2.4 Analisis Kelayakan
Untuk menganalisis kelayakan usahatani dapat diperhitungkan dalam dua
macam cara perhitungan yaitu jika limbah berupa rendeng atau hijauan
makanan ternak tidak dimasukkan sebagai penambah pendapatan petani.
Dalam menganalisis kelayakan usahatani ada beberapa kriteria yang
digunakkan yaitu : R/C ratio, produktivitas modal (/C), produktivitas tenaga
kerja, dan nilai sewa lahan. Suatu usahatani dikatakan layak untuk dilakukan jika:
1) R/C ratio > 1.
2) /C > Bunga bank yang berlaku
3) Produktivitas tenaga kerja > Tingkat upah yang berlaku
4) Pendapatan > Sewa lahan

Untuk menghitung R/C ratio dapat menggunakan rumus sebagai berikut :

R/C ratio =

Bila nilai R/C Rasio > 1 maka usahatani tersebut sudah layak.
Bila nilai R/C Rasio < 1 maka usahatani tersebut tidak layak.
Bila nilai R/C Rasio = 1 maka dikatakan nilai produksi dengan biaya adalah sama
besar atau titik impas.
Untuk menghitung keuntungan usahaatani dapat menggunakan rumus
sebagai berikut :








Pendapatan Petani > Sewa Lahan
Jumlah Penerimaan (Rp)
Total Biaya (Rp)
= Pendapatan petani Upah tenaga kerja keluarga

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil
Biaya Dan Pendapatan Usahatani cabai merah Ibu Bakrah di Desa
Sidamukti Kecamatan Baros Kabupaten Serang Dengan Luas Lahan 0,2 ha:
Biaya dan Pendapatan:
1. Penerimaan
Produksi total 350 kg
Harga Rp. 25.000,00/kg x
Penerimaan Rp. 8.750.000
2. Biaya
a. Biaya Variabel
Benih Rp. 600.000
Pupuk Kimiawi Rp. 1.650.000
Pestisida Rp. 100.000
Tenaga Kerja
Pria (19 HKO x Rp30.000/orang) Rp. 570.000
Wanita (16,8 HKO x Rp30.000/orang) Rp. 504.000
Jumlah Variabel Rp. 3.424.000

Biaya Variabel per unit : Total biaya variabel = Rp. 3.424.000
Produksi total 250 kg
= Rp. 13.696/kg
b. Biaya Tetap
Harga Barang Rp. 2.510.000
Harga sisa (harga barang x 10) Rp. 251.000
Penyusutan/tahun
Harga Barang (Harga Sisa/5) Rp. 2.459.800
Penyusutan permusim

(Penyusutan x 10%) Rp. 245.980
Sewa lahan Rp. 2.000.000
Hasil
(Jumlah variabel+Penyusutan permusim+Sewa) Rp. 5.669.980
Bunga Modal x 2% (Hasil x 2%) Rp. 113.399,6
Jumlah variabel tetap
Penyusutan permusim
(Penyusutan x 10%) Rp. 245.980
Sewa lahan Rp. 2.000.000
Bunga Modal x 2 % (Hasil x 2%) Rp. 113.399,6 +
Jumlah Biaya Tetap Rp. 2.359.379,6
3. Total Biaya (Biaya Variabel Biaya Tetap) Rp. 5.783.379,6
4. Pendapatan Petani (Penerimaan Biaya Total) Rp. 2.966.620,4



Analisis BEP:
1. BEP Penerimaan/Penjualan (Rp) = Biaya Tetap
1 - Biaya Variabel
Penerimaan
= Rp. 2.359.379,6
1 - Rp. 3.424.000
Rp. 8.750.000
= Rp. 3.932.299,3

2. BEP Produksi (kg) = BEP Penerimaan/Penjualan
Harga Jual

= Rp. 3.932.299,3
Rp. 25.000
= 157,3 kg

3. BEP Harga (Rp/kg) = Biaya Total
Produksi Total
= Rp. 5.783.379,6
250/kg
= Rp. 23.133,5/kg

Dengan analisis BEP ini petani dapat merancanakan segala sesuatunya misal:
1). A. Jika petani menginginkan laba Rp. 100.000 per usaha tani permusim
maka:
Penerimaan (S) = Biaya Tetap +
1 - Biaya Variabel
Penerimaan
= Rp. 2.359.379,6 + Rp.100.000
1- Rp. 3.424.000

Rp. 8.750.000
= Rp. 4.098.966

B. Jika petani menginginkan laba marjin sebesar 20% permusim maka :
Penerimaan (S) = Biaya Tetap
1 - Biaya Variabel + laba marjin
Penerimaan
= Rp. 2.359.379,6
1 - Rp. 3.424.000 + 20%
Rp. 8.750.000
= Rp. 3.876.187,062

2). A. Jika petani menginginkan keuntungan sebesar Rp. 100.000 diatas total
biaya produksi permusim tanam maka :

Harga (Rp/kg) = Biaya Total + Rp. 100.000
Y (Produksi Total)

= Rp. 5.783.379,6 + Rp. 100.000
250 kg
= Rp.23.533,5/ kg

B. Jika petani menginginkan 20% dari total biaya produksi permusim tanam
maka :
Keuntungan 20% dari total biaya = 20% x Biata Total
= 20% x Rp 5.783.379,6
= Rp. 1.156.675,9

Harga (Rp/kg) = Biaya Total + Rp 1.723.919
Y(Produksi Total)
= Rp. 5.783.379,6 + Rp. 1.156.675,9
250 kg

= Rp. 27.760,2/kg

Analisis Perubahan Harga
Untuk analisis ini fokusnya pada perubahan harga produk, karena pada
umumnya harga faktor produksi lebih stabil dibandingkan dengan harga
produknya. Dengan kata lain, biaya relative stabil sedangkan besarnya
penerimaan berfluktuasi mengikuti fluktuasi harga produk hasil perhitungannya
sebagai berikut :
1. Harga Produk (p) saat penelitian = Rp. 25.000/kg
2. Harga produk (p) saat BEP = Rp. 23.133,5/kg
Harga saat BEP adalah sebesar Rp. 23.133,5/kg dari harga real saat
penelitian. Ini berarti bahwa jika terjadi penurunan harga melebihi Maka
petani mengalami kerugian:
1). Harga turun 25% sehingga menjadi Rp. 18.750 Maka:
- Penerimaan 250 kg x Rp. = Rp. 4.687.500
- Biaya produksi total = Rp. 5.783.379,6 -
Petani mengalami kerugian = Rp. 1.095.879,6

Analisis Kelayakan
Suatu usaha tani padi dikatakan layak jika :
1. R/C ratio > 1

R/C ratio = Rp. 8.750.000
Rp. 5.783.379,6
= 1,5 > 1 (Layak)

2. /C > bunga bank yang berkaku
/C ratio = Rp. 2.966.620,4 x 100%
Rp. 5.783.379,6
= 51,3 % > 2% (Tingkat bunga bank) (Layak)



3. Produktivitas tanaga kerja > tingkat upah yang berlaku
Produktivitas tenaga kerja = Rp. 8.750.000
35,8 HOK
= Rp. 244.413,4 /HOK
Rp. 244.413,4 /HKO > RP. 30.000/HOK (Layak)
4. Pendapatan Petani > Sewa Lahan
Pendapatan petani = Rp. 2.966.620,4 > Rp. 2.000.000 (Layak)

3.2 Pembahasan
Break Even Point (BEP) adalah titik impas usahatani dimana biaya masih
dapat ditutupi dengan hasil penjualan, pada kondisi ini usahatani tidak untung
tidak rugi. Mengukur Break Even Point (BEP) usahatani terung di Desa Sidamukti
diperoleh sebagai berikut :
Break Even Point (BEP) Usahatani Timun di Desa Sidamukti Musim Tanam
2013

Uraian Satuan Nilai
BEP
Penerimaan/Penjualan
BEP Produksi
Rp
Kg
Rp.3.932.299,3
157,3 kg

Nilai BEP Penerimaan/Penjualan menggambarkan bahwa nilai tersebut
usahatani pada kondisi tidak untung dan tidak rugi. Nilai BEP Produksi
menggambarkan bahwa, pada volume produk tersebut usahatani berada pada
kondisi tidak untung dan tidak rugi.
Dalam itu dalam evaluasi kelayakan usaha berdasarkan beberapa kategori
pada usaha tani Desa Sidamukti :
1) R/C Pada usaha tani cabai merah adalah 1.5 > 1 artinya layak untuk
dilakukan
2) Keuntungan/jumlah biaya pada usaha tani cabai merah 51,3% artinya lebih
besar dari bunga bank yaitu 2% maka layak untuk dilakukan.
3) Produktivitas tenaga kerja usaha tani timun Rp. 244.413,4 /HOK lebih
besar dari upah tenaga kerja Rp. 30,000.00 maka layak untuk dilakukan.

4) Pendapatan usaha tani cabai merah Rp. 2.966.620,4 lebih besar dari sewa
lahan Rp. 2.000.000 artinya layak untuk dilakulan.
5) Produksi 250 kg lebih besar dari BEP produksi yaitu sebesar 157,3 kg
6) Penerimaan Rp. 8.750.000 lebih besar dari BEP penerimaan
Rp.3.932.299,3

Sehingga usaha tani di Desa Sidamukti Kecamatan Baros Kabupaten
Serang layak untuk dilakukan. Namun tenaga kerja usahatani cabai merah
masih bisa di tambah.






















BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
1. Biaya total usahatani Cabai merah yang harus dikeluarkan oleh petani
dalam satu kali produksi per 0,2 hektar permusim adalah sebesar Rp.
5.783.379,6 yang terdiri dari biaya variable Rp. 3.424.000 meliputi biaya
benih, pupuk, pestisida dan tenagakerja. Biaya tetap Rp, 2.359.379,6
meliputi biaya sewa lahan, penyusutan alat dan bunga modal.
2. Penerimaan usahatani Cabai merah di Desa Sidamukti rata-rata per 0,2
hektar permusim adalah sebesar Rp 8.750.000. Pendapatan usahatani
Cabai merah di Desa Sidamukti per 0,2 hektar permusim adalah sebesar
Rp. 2.966.620,4.
3. Break Even Point (BEP) penerimaan/penjualan sebesar Rp. 3.932.299,3
dan BEP produksi sebesar 157,3 kg.
4. Berdasarkan analisis, diperoleh nilai R/C rasio sebesar 1,5 sehingga
usahatani di Desa Sidamukti Kecamatan Baros Kabupaten Serang
dianggap efisien.
4.2 Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan diatas maka penulis sarankan sebagai berikut:
1. Pemerintah diharapkan memberikan kemudahan penyediaan modal dalam
bentuk kredit.
2. Petani hendaknya dapat mempertahankan tingkat efesiensi dan sekaligus
meningkatkan penerimaan usahatani, selain dengan menekan komponen
biaya, terutama biaya tenaga kerja.
Petani hendakanya dapat mengusahakan diatas titik impas (baik penjualan,
produksi, dan luas lahan usahatani), agar usahataninya dapat berkembang.
Luas usahataninya yang dikelola disarankan lebih besar dari luas 0.25 ha.
3. Diharapkan kepada peneliti selanjutnya agar melakukan penelitian tentang
pengembangan usahatani timun.

Anda mungkin juga menyukai