Dalam menentukan area masalah, langkah awal yang dilakukan peneliti adalah melakukan observasi dan wawancara dengan tenaga kesehatan di daerah keluarga binaan, berdasarkan data yang terdapat di puskesmas serta program program yang ada dan mencari prioritas permasalahan berdasarkan data yang ada. Dari hasil observasi di puskesmas di temukan beberapa masalah besar yaitu : a. Gizi buruk b. Pengetahuan tentang pemberian ASI eksklusif pada bayi c. Leptospirosis d. Perilaku cuci tangan e. Perilaku ibu dalam kunjungan ke posyandu f. Perilaku ibu hamil dalam pelayanan ANC di puskesmas g. Pengetahuan tentang 3M h. Perilaku ibu dalam mengikuti program KB
Setelah mendapatkan data dari puskesmas, peneliti berkunjung ke keluarga binaan masing masing. setiap peneliti menemukan area masalah pada masing masing keluarga binaan. Berikut hasil temuan tiap peneliti pada keluarga binaan masing - masing :
1. Peneliti Pertama : M. Iqbal Siregar a. kesadaran diri akan kesehatan kurang b. perkembangan dan pertumbuhan balita terlambat c. kunjungan ke posyandu tidak teratur d. riwayat imunisasi dasar tidak lengkap e. kartu menuju sehat hilang f. balita terlihat lesu 2. Peneliti kedua : M. Ardyansyah a. pola asuh kurang baik b. ibu balita terlalu tua c. pendidikan dalam keluarga kurang d. kurangnya informasi kesehatan dan program posyandu 2
e. balita terlihat kurus dan sulit makan f. penghuni rumah terlalu padat 3. Peneliti ketiga : Cahya Dwi Lestari a. ibu terlalu muda b. ibu belum menyadari manfaat posyandu c. riwayat imunisasi dasar tidak lengkap d. anak yang banyak dalam keluarga e. ibu sibuk bekerja f. anak sering sakit 4. Peneliti keempat : Rizweta Destin a. stigma negatif terhadap program posyandu b.promosi kesehatan oleh posyandu kurang baik c. transportasi kurang memadai menuju posyandu d.anak tidak pernah mendapatkan pelayanan posyandu e. ibu merasa anak tidak sakit f. kader kurang melakukan pendekatan 5. Peneliti kelima : Soraya Muchlisa a. pola makan kurang baik b. ibu sebagai tulang punggung keluarga c. kurang peduli terhadap kesehatan anak d. pertumbuhan balita terganggu e. kebersihan balita tidak terjaga f. ibu tidak tahu program posyandu 6. Peneliti keenam: Sri Fatmawati a. dukungan keluarga terhadap kesehatan kurang b.ibu tidak puas terhadap pelayanan posyandu c. konsumsi jajanan pada balita meningkat d.kunjungan ke posyandu kurang e. kartu menuju sehat dibawah garis merah f. obat dari posyandu tidak dimimum
3
Dari sekian masalah yang ada pada keluarga tersebut, kami memutuskan untuk mengangkat permasalahan perilaku ibu dalam kunjungan ke posyandu di Desa Tanjung Pasir. Pemilihan area masalah kesehatan ini didasarkan atas berbagai pertimbangan: Dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan didapat hampir semua keluarga binaan tidak melakukan kunjungan ke posyandu secara rutin dan berkala. Menurut data dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2007 angka kematian balita (AKBAL) sebesar 44/1000 kelahiran hidup. Tingkat pendidikan ibu pada umumnya masih rendah, persentase wanita yang tidak menamatkan pendidikan dasarnya mencapai 34%. Pada tahun 1985, 15,7 juta penduduk usia diatas 10 tahun buta huruf dan 2/3 nya adalah wanita. Keadaan ini akan mempengaruhi pengetahuan dan sikap ibu erhadap perilaku hidup sehat dan kemampuan ibu menanggulangi masalah yang dihadapi sehari-hari (Depkes RI, 1999)
Dalam hal ini kelompok kami menentukan area masalah dengan menggunakan metode delphi. Metode delphi adalah suatu metode dimana dalam proses pengambilan keputusan melibatkan beberapa pakar. Adapun para pakar tersebut tidak dipertemukan secara langsung (tatap muka), dan identitas dari masing-masing pakar disembunyikan sehingga setiap pakar tidak mengetahui identitas pakar yang lain. Hal ini bertujuan untuk menghindari adanya dominasi pakar lain dan dapat meminimalkan pendapat yang bias. Dalam penelitian ini kami melibatkan seluruh anggota kelompok, dokter puskesmas setempat, dan keluarga binaan untuk menentukan area masalah. Setiap peneliti menemukan area masalah pada masing-masing keluarga binaan. Dengan mempertimbangkan hasil temuan data di puskesmas dan hasil penentuan prioritas masalah pada keluaga binaan menurut metode delphi, maka peneliti memutuskan memilih area permasalahan yaitu : Perilaku ibu dalam kunjungan ke posyandu
4
KERANGKA TEORI 1. Pengertian Perilaku Perilaku manusia adalah refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti pengetahuan, persepsi, minat, keinginan dan sikap. Hal-hal yang mempengaruhi perilaku seseorang sebagian terletak dalam diri individu sendiri yang disebut juga faktor internal sebagian lagi terletak di luar dirinya atau disebut dengan faktor eksternal yaitu faktor lingkungan (Notoatmodjo, 2003 ) Menurut Notoadmodjo (2003) seseorang yang menerima atau mengadopsi perilaku baru dalam kehidupannya dalam 3 tahap, yaitu : pengetahun, sikap, praktek atau tindakan (practice). Menurut WHO, yang dikutip oleh Notoatmodjo (1993), perubahan perilaku dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu : a. Perubahan alamiah (natural change), ialah perubahan yang dikarenakan perubahan pada lingkungan fisik, sosial, budaya ataupun ekonomi dimana dia hidup dan beraktifitas. b. Perubahan terencana (planned change), ialah perubahan ini terjadi, karena memang direncanakan sendiri oleh subjek. c. Perubahan dari hal kesediaannya untuk berubah (readiness to change), ialah perubahan yang terjadi apabila terdapat suatu inovasi atau program-program baru, maka yang terjadi adalah sebagian orang cepat mengalami perubahan perilaku dan sebagian lagi lamban.Hal ini disebabkan setiap orang mempunyai kesediaan untuk berubah yang berbeda-beda
Tim ahli WHO (1984), menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang itu berperilaku ada empat alasan pokok, yaitu : a. Pemikiran dan perasaan Bentuk pemikiran dan perasaan ini adalah pengetahuan, kepercayaan, sikap dan lainlain. b. Orang penting sebagai referensi Apabila seseorang itu penting bagi kita, maka apapun yang ia katakan dan lakukan cendrung untuk kita contoh. Orang inilah yang dianggap kelompok referensi seperti : guru, kepala suku dan lain-lain. 5
c. Sumber-sumber daya Yang termasuk adalah fasilitas-fasilitas misalnya : waktu, uang, tenaga kerja, ketrampilan dan pelayanan. Pengaruh sumber daya terhadap perilaku dapat bersifat positif maupun negatif. d. Kebudayaan Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai dan pengadaan sumber daya di dalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup yang disebut kebudayaan. Perilaku yang normal adalah salah satu aspek dari kebudayaan dan selanjutnya kebudayaan mempunyai pengaruh yang dalam terhadap perilaku.
Dari uraian tersebut diatas dapat dilihat bahwa, alasan seseorang berperilaku. Oleh sebab itu, perilaku yang sama diantara beberapa orang dapat berbeda-beda penyebab atau latar belakangnya
1.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan Menurut L.W.Green,di dalam Notoatmodjo ( 2003 ) faktor penyebab masalah kesehatan adalah faktor perilaku dan faktor non perilaku. Faktor perilaku khususnya perilaku kesehatan dipengaruhi oleh 3 (tiga) faktor, yaitu : 1. Faktor-faktor Predisposisi (Predisposing Factors) Adalah faktor yang terwujud dalam kepercayaan, kayakinan, niali-nilai dan juga variasi demografi, seperti : status ekonomi, umur, jenis kelamin dan susunan keluarga. Faktor ini lebih bersifat dari dalam diri individu tersebut. a. Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (over behavior).
6
Tingkatan pengetahuan di dalam domain kognitif, mencakup proses yang berurutan , yaitu: 1. Awareness (kesadaran) Dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek). 2. Interest (merasa tertarik) Tertarik terhadap stimulus atau objek tersebut. Di sini sikap subjek sudah mulai timbul. 3. Evaluation (menimbang-nimbang) Menimbang-nimbang terhadap baik tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. 4. Trial Dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai apa yang dikehendaki oleh stimulus. 5. Adoption Dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus
b. Keyakinan Keyakinan adalah pendirian bahwa suatu fenomena atau objek benar atau nyata. Kebenaran adalah kata-kata yang sering digunakan untuk mengungkapkan atau menyiratkan keyakinan agar terjadi perubahan perilaku. a. Seseorang harus yakin bahwa kesehatannya terancam b. Orang tersebut harus merasakan potensi keseriusan kondisi itu dalam bentuk nyeri atau ketidaknyamanan, kehilangan waktu untuk bekerja, kesulitan ekonomi. c. Dalam mengukur keadaan tersebut, orang yang bersangkutan harus yakin bahwa manfaat yang berasal dari perilaku sehat melebihi pengeluaran yang harus dibayarkan dan sangat mungkin dilaksanakan serta berada dalam kapasitas jangkauannya. d. Harus ada isyarat kunci yang bertindak atau suatu kekuatan pencetus yang membuat orang itu merasa perlu mengambil tindakan. 7
c. Sikap ( attitude ) Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari- hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek dilingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. Tingkatan sikap adalah: a. Menerima ( memperhatikan ), meliputi kepekaan terhadap kondisi, gejala, kerelaan, dan mengarahkan perhatian. b. Merespon, meliputi merespon secara diam-diam, bersedia merespon, merasa puas dalam merespon, dan mematuhi peraturan. c. Menghargai, meliputi menerima suatu nilai, mengutamakan suatu nilai, komitmen terhadap nilai. d. Bertanggung jawab, meliputi mengkonseptualisasikan nilai, memahami hubungan abstrak, dan mengorganisasi sistem suatu nilai (Sunaryo, 2004).
d. Tindakan ( practice ) Suatu sikap pada diri individu belum tentu terwujud dalam suatu tindakan. Agar sikap terwujud dalam perilaku nyata diperlukan faktor pendukung dan fasilitas. Tingkatan tindakan, seperti halnya pengetahuan dan sikap, tindakan juga memiliki tingkatan- tingkatan, yaitu: a. Persepsi, yaitu mengenal dan memilih berbagai objek sesuai dengan tindakanyang akan dilakukan. b. Respon terpimpin, yaitu individu dapat melakukan sesuatu dengan urutan yang benar sesuai contoh. c. Mekanisme, yaitu individu dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau sudah menjadi kebiasaan. 8
d. Adaptasi, yaitu suatu tindakan yang sudah berkembang dan dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran.
1. Faktor-faktor Pemungkin (Enambling Factors) Adalah faktor pendukung yang terwujud dalam lingkungan fisik, termasuk di dalamnya adalah berbagai macam sarana dan prasarana, misal : dana, transportasi, fasilitas, kebijakan pemerintah dan lain sebagainya a. Sarana adalah segala jenis peralatan, perlengkapan kerja dan fasilitas yang berfungsi sebagai alat utama/pembantu dalam pelaksanaan pekerjaan, dan juga dalam rangka kepentingan yang sedang berhubungan dengan organisasi kerja. b. Prasarana adalah alat penunjang keberhasilan suatu proses upaya yang dilakukan di dalam pelayanan publik, karena apabila kedua hal ini tidak tersedia maka semua kegiatan yang dilakukan tidak akan dapat mencapai hasil yang diharapkan sesuai dengan rencana. 1) Dana merupakan bentuk yang paling mudah yang dapt digunakan untuk menyatakan nilai ekonomis dan karena dana atau uang dapat dengan segera diubah dalam bentuk barang dan jasa. 2) Transportasi adalah pemindahan manusia, hewan atau barang dari satu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan sebuah wahana yang digerakkan oleh manusia dan atau mesin. Transportasi digunakan untuk memudahkan manusia dalam melakukan aktifitas sehari-hari. 3) Fasilitas adalah segala sesuatu yang dapat mempermudah upaya dan memperlancar kerja dalam rangka mencapai suatu tujuan. 4) Kebijakan Pemerintah adalah yaitu suatu aturan yang mengatur kehidupan bersama yang harus ditaati dan berlaku mengikat seluruh warganya. Setiap pelanggaran akan diberi sanksi sesuai dengan bobot pelanggarannya yang dilakukan dan sanksi dijatuhkan didepan masyarakat oleh lembaga yang mempunyai tugas menjatuhkan sanksi.
9
2. Faktor-faktor Pendukung (Reinforcing Factors) Adalah faktor-faktor ini meliputi : faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, sikap dan perilaku petugas termasuk petugas kesehatan, undang- undang peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan. a. Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir, dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi, atau nilai. Sikap bukan perilaku, tetapi merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu terhadap objek sikap. Objek sikap boleh berupa benda, orang, tempat, gagasan atau situasi, atau kelompok. b. Tokoh Masyarakat adalah orang yang dianggap serba tahu dan mempunyai pengaruh yang besar terhadap masyarakat . Sehingga segala tindak-tanduknya merupakan pola aturan patut diteladani oleh masyarakat. c. Tokoh Agama adalah panutan yang merepresentasikan kegalauan umatnya dan persoalan yang sudah diungkap oleh para tokoh agama menjadi perhatian untuk diselesaikan dan dicarikan jalan keluarnya d. Petugas Kesehatan merupakan tenaga profesional, seyogyanya selalu menerapkan etika dalam sebagian besar aktifitas sehari-hari. Etika yang merupakan suatu norma perilaku ( Notoatmodjo, 2003 )
1.I.3 Bentuk perilaku 2.I.4.1. Perilaku pasif ( respons internal ) Perilaku yang sifatnya masih tertutup, terjadi dalam diri individu dan tidak dapat diamati secara langsung. Perilaku ini sebatas sikap belum ada tindakan yang nyata, contoh: berpikir dan berfantasi.
10
2.I.4.2. Perilaku aktif ( respons internal ) Perilaku yang sifatnya terbuka. Perilaku aktif adalah perilaku yang dapat diamati secara langsung, berupa tindakan yang nyata, contoh: mengerjakan soal dan membaca buku (Sunaryo, 2004).
2.Konsep Posyandu 2.1.1 Pengertian Posyandu Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat yang pada dasarnya merupakan salah satu wujud peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan, tempat masyarakat dapat memperoleh pelayanan KB , kesehatan ibu dan anak (KIA), Gizi, Imunisasi,dan penanggulangan diare pada waktu dan tempat yang sama ( Effendy, 1998 ) Kegiatan di posyandu merupakan kegiatan yang melibatkan partisipasi masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan dari masyarakat oleh masyarakat dan untuk masyarakat, yang dilaksanakan oleh kader-kader kesehatan, yang telah mendapatkan pendidikan dan pelatihan dari tim puskesmas mengenai pelayanan kesehatan dasar ( Effendy,1998 ).
2.2.2 Tujuan Posyandu Tujuan pembentukan posyandu adalah : a. Mempercepat penurunan angka kematian bayi, balita dan angka kelahiran dalam rangka mempercepat terwujudnya keluarga catur warga. b. Menjadi kebutuhan pokok dan bagian yang tidak terpisah dari kegiatan masyarakat 3. Sasaran Penyelenggaraan posyandu Sasarannya meliputi : a. Bayi usia kurang dari 1 tahun b. Anak balita usia 1 5 tahun c. Ibu hamil, menyusui dan ibu nifas d. Wanita Usia Subur
2.2.4 Kegiatan Posyandu Kegiatan posyandu menurut Panca Krida Posyandu ( Effendy,1998) a. Kesehatan Ibu dan Anak b. Keluarga Berencana 11
c. Imunisasi d. Peningkatan Gizi e. Penanggulangan Diare
Kegiatan gizi di posyandu sebagai bagian dari UPGK dalam langkah langkah kebijaksanaan perbaikan gizi merupakan kegiatan upaya langsung yang meliputi : 1. Pemantauan pertumbuhan anak balita dengan Kartu Menuju Sehat (KMS) melalui penimbangan oleh kader. 2. Pemberian Makanan Tambahan 3. Penyuluhan Gizi. Prosedur pelaksanaan posyandu mengikuti system lima meja atau lima langkah dasar. Pola pelaksanaan posyandu sistem lima meja dapat dilihat pada Gambar 1.
12
2.2.5 Klasifikasi Posyandu Klasifikasi posyandu terdiri dari : a. Posyandu pratama ( warna merah ) Posyandu tingkat pratama adalah posyandu yang masih belum mantap, kegiatannya belum bisa rutin tiap bulan dan kader aktifnya terbatas. b. Posyandu Madya ( warna kuning ) Posyandu pada tingkat madya sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali pertahun, dengan rata rata jumlah kader tugas 5 orang atau lebih. Akan tetapi cakupan program utamanya ( KB, KIA, Gizi dan Imunisasi ) masih rendah yaitu kurang dari 50%. c. Posyandu purnama ( warna hijau ) Posyandu pada tingkat purnama adalah posyandu yang frekuensinya lebih dari 8 kali pertahun, rata rata jumlah kader tugas 5 orang atau lebih, dan cakupan 5 program utamanya ( KB, KIA, Gizi dan Imunisasi ) lebih 50%. Sudah ada program tambahan, bahkan mungkin sudah ada dana sehat tetapi masih sederhana. d. Posyandu Mandiri ( warna biru ) Posyandu ini berarti sudah dapat melakukan kegiatan secara teratur. Cakupan 5 program utama sudah bagus, ada program tambahan dan dana sehat telah menjangkau lebih dari 50% KK. ( DepKes RI, 2001 )
III. Tingkat Kehadiran Balita di Posyandu Tingkat kehadiran balita di posyandu dapat dilihat dari hasil angka D/S. D/S merupakan tingkat partisipasi masyarakat yang diperoleh melalui perbandingan jumlah balita yang ditimbang dengan jumlah balita yang ada di suatu wilayah. Tingkat kehadiran anak balita di posyandu dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : 1. Aktifitas Kader Menurut Slamet Y ( 1980) menyatakan bahwa keaktifan kader sebagai pelaksana kegiatan posyandu merupakan kunci keberhasilan posyandu karena kader posyandu merupakan penghubung antara program dengan masyarakat serta memerlukan berbagai persyaratan 13
tertentu agar keberadaannya diakui dan diterima masyarakat. Kader dalam posyandu adalah anggota masyarakat yang bekerja dengan sukarela, mampu melaksanakan UPGK dan mampu menggerakkan masyarakat. 2. Kelengkapan Sarana Sarana dalam kegiatan posyandu akan membantu kelancaran kegiatan posyandu. Sarana yang lengkap, jelas akan membantu kelancaran kegiaatan posyandu. 3. Tingkat Pengetahuan Ibu Balita tentang Posyandu Pengetahuan tentang posyandu yang baik pada ibu balita akan memberikan respon yang positif yaitu hadir di posyandu untuk menimbangkan balitanya. 4. Keaktifan Petugas Pembina Salah satu strategi perubahan perilaku menurut WHO adalah dengan pemberian informasi. Dengan keaktifan petugas Pembina memberikan informasi-informasi tentang posyandu akan meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang posyandu dan hal ini menyebabkan masyarakat mau berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki, yaitu hadir menimbangkan anak balitanya ke posyandu ( Depkes RI, 2001 ) 5. Tingkat Pendidikan ( Ibu Balita dan kader Posyandu ) Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi partisipasi dan peran serta masyarakat dalam penyelenggeraan posyandu.
V. Tingkat Pendidikan Ibu Pendidikan merupakan usaha memindahkan ilmu pengetahuan kepada orang lain. Seseorang yang menerima pendidikan yang lebih baik atau tinggi, biasanya akan lebih mampu berpikir secara obyektif dan rasional. Dengan berpikir secara rasional maka seseorang akan lebih mudah menerima hal- hal baru yang dianggap menguntungkan bagi dirinya. Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang berlangsung seumur hidup dalam rangka mengalihkan pengetahuan oleh seseorang kepada orang lain. Tingkat pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan formal. Pendidikan dalam arti formal sebenarnya adalah suatu proses penyampaian bahan atau materi pendidikan oleh pendidik kepada sasaran pendidikan (anak didik) guna mencapai perubahan tingkah laku (tujuan ). Karena pendidikan itu adalah suatu proses maka dengan sendirinya mempunyai masukan dan keluaran. Masukan proses pendidikan adalah sasaran pendidikan atau anak didik yang mempunyai karakteristik. Sedangkan keluaran proses pendidikan adalah tenaga atau 14
lulusan yang mempunyai kualifikasi tertentu yang sesuai dengan tujuan pendidikan institusi yang bersangkutan.( Notoatmodjo, 1993). Tingkat pendidikan ibu adalah lamanya ibu menempuh pendidikan dalam lembaga pendidikan formal yang dinyatakan dengan tahun sukses. ( SD = 6 tahun, SMP = 9 tahun, SMA = 12 tahun PT > 12 tahun ) ( Depdiknas, 2002 )
VI. Tingkat Pengetahuan Ibu Balita tentang Posyandu Penambahan pengetahuan yang paling lazim diberikan adalah melalui ceramah atau penerangan, yang merupakan cara penyampaian pesan yang berjalan searah. Untuk itu perlu cara yang lebih merangsang panca indera agar kuat bereaksi, misalnya saja dengan melihat penjelasan pesan menggunakan alat peragaan akan membantu penerimaan pesan yang tepat ( Kardjati,1998). Apabila penerimaan perilaku baru / adopsi perilaku melalui proses dimana disadari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif maka perilaku tersebut bersifat langgeng, sebaliknya apabila prilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran akan tidak berlangsung lama. Pengetahuan merupakan tahap awal dimana subyek mulai mengenal ide baru serta belajar memahami, yang pada akhirnya dapat merubah perilakunya. Dengan semakin baik pengetahuan ibu balita tentang posyandu akan meningkatkan kehadiran balita di posyandu.
15
Kerangka Teori Menurut Lawrence Green
Gambar.1. Kerangka Teori
PERILAKU Faktor predisposisi Faktor pendukung Pengetahuan Internal : jasmani, rohani Eksternal : pendidikan, media masa, hubungan sosial, pengalaman, ekonomi. Kebiasaan keyakinan Fasilitas kesehatan Akses ke pelayanan kesehatan
Faktor pendorong Petugas kesehatan Peran gaya hidup 16
KERANGKA KONSEP
Kerangka konsep dibangun berdasarkan teori Lawrence Green serta berdasarkan rumusan masalah tentang perilaku mencuci tangan. Kerangka konsep ini kami buat sebagai panduan untuk mempermudah melakukan penelitian. Adapun kerangka konsep yang dibuat adalah sebagai berikut :
Gambar.2. Kerangka Konsep
VARIABEL INDEPENDENT 1. Pengetahuan 2. Perilaku 3. Sikap 4. Sarana dan prasarana 5. Peran tenaga kesehatan
VARIABEL DEPENDENT PERILAKU IBU DALAM KUNJUNGAN KE POSYANDU 17
Definisi Operasional NO Variabel Definisi Alat Cara Hasil Skala 1 Pengetahuan tentang posyandu Wawasan mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan posyandu, meliputi kegiatan posyandu,tujuan posyandu, fungsi posyandu, manfaat posyandu Kuesioner Wawancara Baik: 3 Buruk: < 3
Ordinal 2 Perilaku kesehatan Suatu respon seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, minuman, dan lingkungan. Kuesioner Wawancara Observasi Baik : 2 Buruk : < 2 Ordinal 3 Sikap terhadap kunjungan posyandu Reaksi responden terhadap permasalahan kunjungan ke posyandu Kuesioner Wawancara Baik:3 Buruk: < 3
Ordinal 4 Sarana dan Semua peralatan Kuesioner Wawancara Baik : 4 Ordinal 18
Prasarana dan perlengkapan yang digunakan dan yang menunjang untuk kegiatan posyandu Observasi Buruk : <4 5 Peran Petugas Kesehatan Peran petugas kesehatan dalam memberikan informasi mengenai posyandu, meliputi kegiatan posyandu, manfaat posyandu, tujuan posyandu Kuesioner Wawancara Baik : 3 Buruk : < 3 Ordinal 6. Tingkat pendidikan ibu Lamanya ibu menempuh pendidikan dalam bidang pendidikan formal kuesioner wawancara Rendah : < 6 tahun Sedang : 9- 12 tahun Tinggi : >12 tahun
ordinal
19
PERILAKU MENCUCI TANGAN DI DESA TANJUNG PASIR RT 01/RW 01 KEC.TELUK NAGA KABUPATEN TANGERANG
DAFTAR KUESIONER I. UMUM IDENTITAS RESPONDEN 2. Nama : 3. Umur : 4. Status keluarga : 5. Alamat : 6. Jenis kelamin : 7. Pendidikan : 8. Pekerjaan : 9. Suku : 10. Penghasilan :
20
Berilah tanda silang ( X ) pada jawaban yang dianggap benar A. pengetahuan tentang posyandu 1.Apakah ibu mengeahui program posyandu? a. Iya b. Tidak 2. apakah ibu mengetahui atau mendapat informasi mengenai manfaat posyandu? a. iya b. tidak 3. apakah ibu mengetahui bahwa posyandu merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan pemantauan tumbuh kembang balita? a. Iya b. tidak
B. perilaku kesehatan 1. apakah ibu setuju untuk pergi membawa anggota keluarga yang sakit untuk berobat ke tenaga kesehatan? a. iya b. tidak c. tidak tahu 2. apakah ibu setuju bahwa kesehatan merupakan hal yang penting? a. Iya b. tidak c. tidak tahu
C. sikap terhadap kunjungan ke posyandu 1. apakah ibu tertarik untuk membawa balita ke posyandu? a. iya b. tidak 2. apakah ibu pernah membawa balita untuk berkunjung ke posyandu? a. iya b. tidak 21
3. bila jawaban no.1, iya, berapa kali selama 1 tahun? a. < 8x/ tahun b. > 8x/ tahun
A. sarana dan prasarana kunjungan ke posyandu 1. apakah lokasi posyandu jauh dari lingkungan rumah? a. iya b. tidak 2. apakah ibu mudah menjangkau posyandu dengan alat transposasi yang tersedia? a. iya b. tidak 3. apakah fasilitas di posyandu sudah lengkap? a.iya b. tidak 4. apakah ibu mengetahui apa saja yang dibawa saat berkunjungan ke posyandu? a. iya, sebutkan. b. tidak
B. petugas kesehatan 1. apakah ibu pernah mendapat informasi mengenai posyandu dari petugas kesehatan? a.Iya b. tidak 2. apakah ada kader posyandu yang datang ke lingkungan tempat tinggali untuk melakukan pelayanan kesehatan? a. iya b. tidak 3. apakah ibu percaya erhadap petugas kesehatan? a.iya b. tidak 22
F. pendidikan ibu 1. berapa lama ibu menempuh pendidikan formal? a.< 6 tahun b. 9-12 tahun c. > 12 tahun
SKORING OPTIONAL KUISIONER A. pengetahuan tentang posyandu 1.Apakah ibu mengeahui program posyandu? a = 1 b = 0 2. apakah ibu mengetahui atau mendapat informasi mengenai manfaat posyandu? a = 1 b = 0 3. apakah ibu mengetahui bahwa posyandu merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan pemantauan tumbuh kembang balita? a = 1 b = 0
B. perilaku kesehatan 1. apakah ibu setuju untuk pergi membawa anggota keluarga yang sakit untuk berobat ke tenaga kesehatan? a = 1 b = 0
2. apakah ibu setuju bahwa kesehatan merupakan hal yang penting? a = 1 b = 0 23
C. sikap terhadap kunjungan ke posyandu 1. apakah ibu tertarik untuk membawa balita ke posyandu? a = 1 b = 0 2. apakah ibu pernah membawa balita untuk berkunjung ke posyandu? a = 1 b = 0 3. bila jawaban no.1, iya, berapa kali selama 1 tahun? a = 1 b = 0
C. sarana dan prasarana kunjungan ke posyandu 1. apakah lokasi posyandu jauh dari lingkungan rumah? a = 0 b = 1 2. apakah ibu mudah menjangkau posyandu dengan alat transposasi yang tersedia? a = 1 b = 0 3. apakah fasilitas di posyandu sudah lengkap? a = 1 b = 0 4. apakah ibu mengetahui apa saja yang dibawa saat berkunjungan ke posyandu? a = 1 b = 0
D. petugas kesehatan 1. apakah ibu pernah mendapat informasi mengenai posyandu dari petugas kesehatan? a = 1 b = 0
24
2. apakah ada kader posyandu yang datang ke lingkungan tempat tinggali untuk melakukan pelayanan kesehatan? a = 1 b = 0 3. apakah ibu percaya perhadap petugas kesehatan? a = 1 b = 0
F. pendidikan ibu 1. berapa lama ibu menempuh pendidikan formal? a = rendah b = sedang c = tinggi
25
DAFTAR PUSTAKA 1. Notoatmojo S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta. 2. Sunaryo.2004. Psikologi untuk Keprawatan. Jakarta: EGC 3. Efendi, N. 1998. Dasar-Dasar Keperawatan, Kesehatan Masyarakat. Jakarta: IEGC, 4. Departemen Kesehatan RI. 1996. Buku Pedoman Petugas Lapangan. Jakarta: Komite Nasional Posyandu, 5. Notoatmojo S. 2000. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Edisi 1. Jakarta: PT. Rineka Cipta,.