NT
TM
Nano Technology Light Cured Dental
Adhesive
4. Etsa merk Email Preparator Atzgel/ Etching Gel 37% Phosphorsaure
Phosporicacid Ivoclar Vivadent
5. Aquadest
6. Kopi hitam merk Nescafe Classic. 2 sachet, @ 2g.
7. Kopi krimer merk Nescafe Crme 2 sachet, @ 20g.
8. Gula
Alat:
1. Mikromotor merk Marathon 4.
2. Mata bur diamond bulat dan silindris merk EDENTA
3. Bur white stone
4. Bur polis RK Enhance
5. Light cured merk SELECTOR
6. Pinset
7. Cotton pelet
8. Gelas kaca
Cara/Prosedur Kerja:
a. Persiapan Sampel:
1. Gigi premolar dipreparasi dengan desain kavitas Klas I menggunakan bur
diamond bulat dan slindris.
2. Kavitas yang terbentuk di etsa, kemudian dibilas dan keringkan sesuai petunjuk
pabrik.
3. Aplikasi bonding diamkan 20 detik, lakukan penyinaran.
4. Masukkan RK ke dalam kavitas dan kondensasi, lakukan penyinaran.
5. Sampel dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok yang dipolis dan tidak
dipolis.
6. Pemolisan dilakukan dengan menggunakan bur white stone dilanjutkan dengan
bur polis RK.
Wandania Farahanny : Perbedaan Diskolorisasi Restorasi Resin Komposit Yang Dipolis Dan Tidak Dipolis Pada
Perendaman Larutan Kopi Hitam Dan Kopi Krimer, 2009
Wandania Farahanny : Perbedaan Diskolorisasi Restorasi Resin Komposit Yang Dipolis Dan Tidak Dipolis Pada
Perendaman Larutan Kopi Hitam Dan Kopi Krimer, 2009
b. Persiapan Larutan:
1. Larutan kopi hitam sebanyak 2 gelas, yaitu masing-masing 1 gelas larutan dibuat
dengan cara melarutkan 1 sachet kopi hitam instant dan 1 sdt gula dengan 150 ml air
panas yang baru mendidih (100
0
C). Biarkan larutan tersebut hingga sesuai dengan
suhu ruangan.
2. Larutan kopi krimer sebanyak 2 gelas, yaitu masing-masing 1 gelas larutan dibuat
dengan cara melarutkan 1 sachet kopi krimer instan dengan 150 ml air panas yang
baru mendidih (100
0
C).
3. Biarkan larutan tersebut hingga sesuai dengan suhu ruangan.
c. Prosedur Uji Diskolorisasi:
1. Kelompok sampel yang dipolis dan tidak dipolis direndam ke dalam air biasa
selama 2 hari.
2. Kemudian 2 kelompok tersebut dibagi menjadi lagi menjadi 2 sub kelompok yang
direndam ke dalam larutan kopi hitam dan kopi krimer selama 7 hari.
3. Setelah itu dicuci dengan air mengalir dan keringkan. Kemudian dilihat dengan
bantuan cahaya matahari ada atau tidaknya diskolorisasi (perubahan warna) pada
restorasi RK.
III.9 Analisis Data
Penelitian ini bersifat deskriptif sehingga tidak menggunakan analisis statistik
tetapi hanya observasi terhadap ada atau tidaknya diskolorisasi (perubahan warna) pada
restorasi RK.
IV ALUR PENELITIAN
12 Gigi Premolar Manusia
Desain Kavitas Klas RK
Total Etsa
Bonding +Light Cured
Tumpatan RK +Light Cured
6 Gigi Dipolish 6 Gigi Tidak
Dipolish
Rendam Aquadest 2 hari Rendam Aquadest 2 hari
3 Gigi Rendam
Kopi Krimer
3 Gigi Rendam
Kopi Hitam
3 Gigi Rendam
Kopi Hitam
3 Gigi Rendam
Kopi Krimer
Wandania Farahanny : Perbedaan Diskolorisasi Restorasi Resin Komposit Yang Dipolis Dan Tidak Dipolis Pada
Perendaman Larutan Kopi Hitam Dan Kopi Krimer, 2009
V KERANGKA KONSEP PENELITIAN
RESTORASI RK
Daya adhesif
yang kuat
Estetik yang baik :
Sewarna dengan gigi
Polymerization
shrinkage
Diskolorisasi
o Diskolorisasi
o Hipersensitif
dentin
o Karies
sekunder
o Inflamasi pulpa
o Nekrosis pulpa
Permukaan
kasar
Microleakage
Finshing &
Polishing
Intrinsik Ekstrinsik
o Usia
o Bahan
makanan dan
minuman
o Tembakau
o Hubungan
mariks dan
filler
o Oksidasi atau
hidrolisis
dalam matriks
resin
Wandania Farahanny : Perbedaan Diskolorisasi Restorasi Resin Komposit Yang Dipolis Dan Tidak Dipolis Pada
Perendaman Larutan Kopi Hitam Dan Kopi Krimer, 2009
VI HASIL
Penelitian ini melibatkan dua variabel yaitu restorasi RK yang dipolis dan tidak
dipolis pada perendaman jenis larutan kopi terdiri dari 4 kelompok. Tabel 1 menunjukkan
restorasi RK yang dipolis mengalami diskolorisasi pada rendaman larutan kopi hitam
teteapi pada kopi krimer tidak terdapat noda.
Tabel 1. Perbedaan Diskolorisasi Restorasi RK yang Dipolis pada Rendaman Kopi
Hitam dan Kopi Krimer.
Diskolorisasi
Rendaman
n Ada (%) n Tidak (%)
Keterangan
Kopi Hitam (3) 3 (100%) -
Ada noda hitam hanya pada
pinggiran restorasi
Dipolis
Kopi Krimer (3) - 3 (100%) t.a.a
Pada tabel 2 menunjukkan restorasi RK yang tidak dipolis pada rendaman kopi
hitam semuanya mengalami diskolorisasi. Sedangkan pada rendaman kopi krimer hanya
ada 2 dari 3 restorasi RK yang mengalami diskolorisasi.
Tabel 2. Perbedaan Diskolorisasi Restorasi RK yang Tidak Dipolish pada Rendaman
Kopi Hitam dan Kopi Krimer.
Diskolorisasi
Rendaman
n Ada (%) n Tidak (%) Keterangan
Kopi Hitam (3) 3 (100%) -
Ada noda hitam di keseluruhan
permukaan restorasi
Tidak
Dipolis
Kopi Krimer (3) 2 (66,67%) 1 (33,33%)
Ada sedikit noda di permukaan
restorasi tetapi lebih sedikit
Pada tabel 3 menunjukkan secara keseluruhan bagaimana diskolorisasi yang
terjadi pada restorasi RK yang dipolis dan tidak dipolis baik pada perendaman larutan
kopi hitam maupun kopi krimer. Hasil penelitian memperlihatkan diskolorisasi paling
besar terjadi pada restorasi RK yang tidak dipolis.
Wandania Farahanny : Perbedaan Diskolorisasi Restorasi Resin Komposit Yang Dipolis Dan Tidak Dipolis Pada
Perendaman Larutan Kopi Hitam Dan Kopi Krimer, 2009
Tabel 3. Perbedaan Diskolorisasi Restorasi RK yang Dipolis dan Tidak Dipolis
Diskolorisasi Perlakuan Akhir
Restorasi RK n Ada (%) n Tidak (%)
Dipolish (6) 3 (50%) 3 (50%)
Tidak Dipolish (6) 5 (83,33%) 1 (16,67%)
Wandania Farahanny : Perbedaan Diskolorisasi Restorasi Resin Komposit Yang Dipolis Dan Tidak Dipolis Pada
Perendaman Larutan Kopi Hitam Dan Kopi Krimer, 2009
VII PEMBAHASAN
Kualitas permukaan merupakan suatu parameter penting yang secara klinis
mempengaruhi restorasi. Tekstur permukaan yang inadekuat dari suatu restorasi dapat
menyebabkan iritasi gingiva, akumulasi plak, karies sekunder dan stein/diskolorisasi.
Berbagai macam bahan dan teknik telah diperkenalkan untuk contouring, finshing dan
polishing tetapi tidak ada yang diterima secara universal bagaimana metode untuk
prosedur finishing.
4
Dalam penelitian ini menggunakan metode polishing sederhana yang
dilakukan di klinik yaitu menggunakan bur white stone dan dilanjutkan dengan bur polis
RK (enhance).
Untuk mensimulasi potensi diskolorisasi secara klinis dari restorasi RK, sampel
penelitian yang telah direstorasi RK baik yang dipolis maupun tidak dipolis terlebih
dahulu direndam dalam aquadest selama 2 hari. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan
restorasi RK yang memiliki kelembaban yang hampir sama seperti halnya di rongga
mulut. Setelah itu direndam ke dalam larutan kopi hitam dan kopi krimer selama 7 hari
berturut-turut untuk mendapatkan efek yang kira-kira sama dengan mengkonsumsi
minuman tersebut dalam waktu yang lama.
2
Beberapa penelitian sebelumnya menyatakan bahwa kopi memiliki intensitas stein
yang lebih tinggi dibandingkan teh dan cola. Namun tidak dalam semua keadaan dapat
dikemukakan kopi lebih menyebabkan diskolorisasi dibanding teh. Moon dkk (1991)
meneliti proses stein dari bahan veneer basis resin dengan resin three heat cured dan two
light cured sebagai bahan uji menunjukkan teh lebih menyebabkan diskolorisasi
dibandingkan kopi yang diobservasi lebih dari 48 jam. Tetapi stein pada teh melekat pada
superfisial dan lebih mudah hilang dibandingkan stein kopi setelah penyikatan gigi
dengan pasta. Walaupun demikian hasil penelitian tersebut tidak dapat secara langsung
dibandingkan satu dengan yang lainnya karena perbedaan bahan uji dan waktu observasi
yang singkat.
1
Larutan kopi krimer mengandung sedikit bahan kopi dibanding dengan larutan
kopi hitam karena telah dicampur dengan bahan krimer. Namun demikian larutan kopi
krimer juga dapat menyebabkan diskolorisasi pada restorasi RK yang tidak dipolis
walaupun dengan intensitas stein yang lebih sedikit dibanding dikolorisasi restorasi RK
pada larutan kopi hitam. Pada kelompok restorasi RK yang dipolis juga ada diskolorisasi
Wandania Farahanny : Perbedaan Diskolorisasi Restorasi Resin Komposit Yang Dipolis Dan Tidak Dipolis Pada
Perendaman Larutan Kopi Hitam Dan Kopi Krimer, 2009
Wandania Farahanny : Perbedaan Diskolorisasi Restorasi Resin Komposit Yang Dipolis Dan Tidak Dipolis Pada
Perendaman Larutan Kopi Hitam Dan Kopi Krimer, 2009
tetapi hanya pada terjadi pada restorasi RK yang direndam larutan kopi hitam. Walaupun
restorasi RK baik yang dipolis maupun tidak dipolis sama-sama mengalami diskolorisasi,
tetapi intensitas stein yang ditimbulkan oleh keduanya berbeda. Dari hasil penelitian ini,
pada restorasi RK yang tidak dipolis jauh lebih banyak daripada yang dipolis.
Diskolorisasi restorasi RK yang tidak dipolis akibat dari permukaan restorasi yang kasar
sehingga mempermudah perlekatan stein, berbeda halnya dengan permukaan restorasi
yang kasar sehingga mempermudah perlekatan stein, berbeda halnya dengan permukaan
restorasi RK yang dipolis yang licin dan berkilat tahan terhadao asam.
2
Selain untuk menghasilkan permukaan yang licin dan berkilat, finshing dan
polishing yang baik merupakan salah satu cara untuk meminimalkan terbentuknya
diskolorisasi pada restorasi RK. Microleakage kemungkinan besar menjadi jalur penetrasi
zat warna seingga menyebabkan diskolorisasi pada restorasi RK. Diskolorisasi restorasi
RK akibat adanya microleakage ditandai dengan adanya perubahan warna yang terjadi
pada tepi restorasi, karena microleakage merupakan celah mikro yang terbentuk antara
bahan RK dan dinding kavitas akibat pegkerutan selama polimerisasi.
Dalam penelitian ini masih banyak terdapat kekurangan diantaranya tidak adanya
parameter yang absolut untuk mengukur diskolorisasi yang terjadi dengan jumlah sampel
yang belum representatif. Namun penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi
tambahan bahwa diskolorisasi pada restorasi RK dapat diminimal dengan melakukan
finishing dan polishing yang baik.
VIII KESIMPULAN DAN SARAN
VIII.1 Kesimpulan:
1. Restorasi RK yang dipolis ada yang mengalami diskolorisasi yaitu pada
perendaman larutan kopi hitam namun tidak terjadi pada perendaman kopi krimer.
2. Restorasi RK yang tidak dipolis mengalami diskolorisasi, tetapi lebih sedikit
pada perendaman larutan kopi krimer.
3. Restorasi RK yang tidak dipolis lebih tinggi kemungkinan mengalami
diskolorisasi daripada yang dipolis.
VIII.2 Saran:
1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan sampel dan variabel penelitian
yang lebih luas untuk mendapatkan hasil yang lebih signifikan.
2. Perlu diperhatikan bagi setiap dokter gigi untuk melakukan finishing dan
polishing yang baik setiap setelah melakukan restorasi.
Wandania Farahanny : Perbedaan Diskolorisasi Restorasi Resin Komposit Yang Dipolis Dan Tidak Dipolis Pada
Perendaman Larutan Kopi Hitam Dan Kopi Krimer, 2009
DAFTAR PUSTAKA
1. Patel SB, Gordan VV, Barrett AA, Shen C. The effect of surface finishing and
storage solutions on the color stability of resin-based composites. J ADA 2004;
135: 587-94.
2. Gupta R, Parkash H, Shah N, J ain V. A spectrophotometric evaluation of color
changes of various tooth colored veneering materials after exposure to comonly
consumed beverages. The J ournal of Indian Prosthodontic Society 2005; 5 (2): 72-
8.
3. Goracci G, Mori G, Martinis LC. Curing light intensity and marginal leakage of
resin composite restorations. Quintessence International 1996; 27 (5): 355-61.
4. Summit J B, Robbins J W, Scwartz RS, Santos J S). Fundamentalof operative
dentistry a contemporary approach. 2
nd
ed. Chicago : Quinstenssence Publishing
Co, Inc, Chicago : 186- dan 255.
5. Uctasli MB, Arisu HD, Omoriu H. The effect of different finishing and polishing
systems on the surface roughness of different composite restorative materials. The
J ournal of Contemporary Dental Practice (www.thejcpd.com) 2007; 8 (2): 1-9.
6. Anonymous. MIcroleakage of packable composite used in post spaces condensed
using different methods. <http//www_thejcdp_com-issue010-gorgul-graphics-
fig1b_jpg.htm>. (Mei 2007).
Wandania Farahanny : Perbedaan Diskolorisasi Restorasi Resin Komposit Yang Dipolis Dan Tidak Dipolis Pada
Perendaman Larutan Kopi Hitam Dan Kopi Krimer, 2009
Wandania Farahanny : Perbedaan Diskolorisasi Restorasi Resin Komposit Yang Dipolis Dan Tidak Dipolis Pada
Perendaman Larutan Kopi Hitam Dan Kopi Krimer, 2009