Anda di halaman 1dari 17

ATYPICAL WOUND

(DERMATITIS)

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Wound Management
Dosen Pengampu
Ns. Sunarto, S.Kep.

Disusun oleh :
1. M. Ali Yafie 1003059
2. Muji Haryanti 1003063
3. Nur Azizah 1003065
4. Nurul Yakin 1003067
5. Akhmad Edy S. 1003105

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESESHATAN KARYA HUSADA
SEMARANG
2012

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dermatitis merupkan salah satu penyakit yang timbul gangguan pada sistem imun,
dermatitis kontak merupakan suatu berntuk penyakit yangdisebabkan hipersensivitas IV, dan
diawali oleh kontak langsung antara bahan allergik dan lain-lain. Ada banyak factor pencetus
penyakit tersebut, dan perlu untuk diketahui oleh semua kalangan masyarakat, demi mewujudkan
hal tersebut maka penulis membuat sebuah makalah yang berisikan tentang materi dermatitis.
Dermatitis adalah istilah yang luas yang mencakup berbagai gangguan yang
semuamengakibatkan ruam, merah gatal. Beberapa jenis dermatitis hanya mempengaruhi
bagiantertentu dari tubuh, sedangkan yang lain dapat terjadi di mana saja. Beberapa jenis
dermatitis memiliki penyebab yang diketahui, sedangkan yang lainnya tidak. Namun,
penyakitdermatitis selalu berhubungan dengan kulit yang bereaksi terhadap kekeringan
berat,menggaruk, zat iritasi, atau alergen. Biasanya, substansi yang datang dalam kontak
langsungdengan kulit, tetapi kadang-kadang substansi juga datang karena ditelan (seperti
alergimakanan).Dermatitis kontak akibat kerja yang merupakan salah satu penyakit kelainan kulit
yangsering timbul pada industri dapat menurunkan produktifitas pekerja. Dermatitis kontak
akibatkerja terjadi karena pekerja mengalami kontak dengan bahan kimia, termasuk logam
yangmenimbulkan kelainan kulit.

B. TUJUAN
Tujuan Umum Dari Penulisan Makalah Ini Yaitu Mengetahui:
1. Pengertian Atypical Wound
2. Etiologi Atypical Wound
3. Jenis Atypical Wound
4. Pengertian Dermatitis
5. Klasifikasi Dermatitis
6. Pembagian Stadium Dermatitis
7. Pengertian Dermatitis Kontak
8. Klasifikasi Dermatitis Kontak
9. Etiologi Dermatitis Kontak
10. Patogenesis Dermatitis Kontak
11. Gejala Klinis Dermatitis Kontak
12. Pencegahan Dermatitis Kontak
13. Penata Laksanaan Topikal Dermatitis Kontak
14. Pengkajian Luka Dermatitis Kontak
15. Ganbar Dermatitis




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

ATYPICAL WOUND
A. DEFENISI
Luka sekunder untuk sumber yang tidak biasa lebih banyak disebut luka atipikal, dan
sebagai hasilnya beberapa langka dan rumit di alam. Luka atipikal memiliki spektrum etiologi
yang mencakup proses inflamasi, vasculopathies, penyakit menular, gangguan metabolik,
penyakit genetik, neuropati, neoplastik originasi, dan trauma eksternal atau cedera.

B. ETIOLOGI ATYPICAL WOUND
Beberapa etiologi paling sering ditemui untuk luka atipikal termasuk penyebab inflamasi,
infeksi, vasculopathies, penyebab metabolik dan genetik, keganasan, dan penyebab eksternal.
Namun, melalui sejarah medis, termasuk paparan epidemiologi, riwayat keluarga, kebiasaan
pribadi, dan penyakit sistemik bersamaan, bersama dengan pemeriksaan fisik secara menyeluruh
dalam kombinasi dengan evaluasi histologis dan pengujian laboratorium, akan memberikan
informasi penting yang diperlukan untuk diagnosis yang benar dari luka atipikal .

C. JENIS ATYPICAL WOUND
Ada beberapa penyakit yang termaksuk dalam atypical wound yaitu :
1. Dermatitis
2. Sindrom Steven Johnson
3. Sistemik Lupus Eritematosus
4. Selulitis, dll.

DERMATITIS
A. DEFINISI
Dermatitis adalah peradangan pada kulit (imflamasi pada kulit) yang disertai dengan
pengelupasan kulit ari dan pembentukkan sisik (Brunner dan Suddart 2000). Jadi dermatitis
adalah peradangan kulit yang ditandai oleh rasa gatal.
Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respon terhadap
faktor eksogen dan atau faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi
polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama, linefikasi) dan gatal. Tanda polimorfik tidak
selalu timbul bersamaan, bahkan mungkin hanya beberapa (oligomorfik). dermatitis cenderung
residif dan menjadi kronis. (Djuanda, Adhi, 200 ).

B. KLASIFIKASI
Berdasarkan klasifikasinya dermatitis dibagi menjadi :
1. Berdasarkan Etiologi
contoh : dermatitis kontak, radiodermatitis, dermatitis medikamentosa.
2. Berdasarkan Morfologi
contoh : dermatitis papulosa, dermatitis vesikulosa, dermatitis medidasns, dermatitis
eksfoliativa.
3. Berdasarkan Bentuk
contoh : dermatitis numularis.
4. Berdasarkan Lokalisasi
contoh : dermatitis interdigitalis, dermatitis intertriginosa, dermatitis manus, dermatitis
generalisata.
5. Berdasarkan Lama atau stadium penyakit
contoh : dermatitis akut, dermatitis subakut, dermatitis kronis.

C. PEMBAGIAN STADIUM
Perubahan histopatologi dermatitis terjadi pada epidermis dan dermis, bergantung pada
stadiumnya.
1. Stadium akut
Pada stadium ini terjadi kelainan di epidermis berupa vesikel atau bula, spongiosis,
edema intrasel, dan eksositosis, terutama sel mononuklear. Dermis sembab, pembuluh
darah melebar, ditemukan sebukan terutama sel mononuklear; eosinofil kadang
ditemukan, bergantung pada penyebab dermatitis.
2. Stadium subakut
Kelainan pada stadium subakut hampir seperti stadium akut, jumlah vesikel di epidermis
berkurang, spongiosis masih jelas, epidermis tertutup krusta, dan parakeratosis; edema di
dermis berkurang, vasodilatasi masih tampak jelas, demikian pula sebukan sel radang.
3. Stadium kronis
Epidermis pada stadium kronis, hiperkeratosis, parakeratosis, akantosis, rete ridges
memanjang, kadang ditemukan spongiosis ringan; vesikel tidak ada lagi. Papila dermis
memanjang (papilamatosis), dinding pembuluh darah menebal, dermis terutama di bagian
atas bersebukan sel radang mononuklear, jumlah fibroblas dan kolagen bertambah.

DERMATITIS KONTAK
A. DEFINISI
Dermatitis kontak adalah respon peradangan kulit akut atau kronik terhadap paparan
bahan iritan eksternal yang mengenai kulit. Dikenal dua macam jenis dermatitis kontak yaitu
dermatitis kontak iritan yang timbul melalui mekanisme non imunologik dan dermatitis kontak
alergik yang diakibatkan mekanisme imunologik dan dermatitis kontak alergik yang diakibatkan
meka nisme imunologik yang spesifik.
Dermatitis kontak iritan adalah efek sitotosik lokal langsung dari bahan iritan pada sel-sel
epidermis, dengan respon peradangan pada dermis. Daerah yang paling sering terkena adalah
tangan dan pada individu atopi menderita lebih berat. Secara definisi bahan iritan kulit adalah
bahan yang menyebabkan kerusakan secara langsung pada kulit tanpa diketahui oleh sensitisasi.
Mekanisme dari dermatis kontak iritan hanya sedikit diketahui, tapi sudah jelas terjadi kerusakan
pada membran lipid keratisonit.
Menurut Gell dan Coombs dermatitis kontak alergik adalah reaksi hipersensitifitas tipe
lambat (tipe IV) yang diperantarai sel, akibat antigen spesifik yang menembus lapisan epidermis
kulit. Antigen bersama dengan mediator protein akan menuju ke dermis, dimana sel limfosit T
menjadi tersensitisasi. Pada pemaparan selanjutnya dari antigen akan timbul reaksi alergi.

B. KLASIFIKASI
Berdasarkan klasifikasinya dermatitis dibagi menjadi 2, yaitu :
a. Dermatitis kontak alergik (mekanisme imunologik spesifik)
b. Dermatitis kontak iritan (mekanisme non imunologik)

Perbedaan Dermatitis kontak iritan dan kontak alergik
No. Dermatitis kontak iritan Dermatitis kontak alergik
1. Penyebab Iritan primer Alergen kontak S.sensitizer
2. Permulaan Pada kontak pertama Pada kontak ulang
3. Penderita Semua orang Hanya orang yang alergik
4. Lesi Batas lebih jelas
Eritema sangat jelas
Batas tidak begitu jelas
Eritema kurang jelas
5. Uji Tempel Sesudah ditempel 24 jam,
bila iritan di angkat reaksi
akan segera
Bila sesudah 24 jam bahan allergen di
angkat, reaksi menetap atau meluas
berhenti.

C. ETIOLOGI
Zat-zat tertentu dapat menyebabkan peradangan kulit melalui 2 cara, yaitu iritasi (dermatitis
kontak iritan) atau reaksi alergi (dermatitis kontak alergika).
1. Dermatitis kontak alergika
Sabun yang sangat lembut, deterjen dan logam-logam tertentu bisa mengiritasi kulit
setelah beberapa kali digunakan. Kadang pemaparan berulang bisa menyebabkan
kekeringan dan iritasi kulit. Dalam waktu beberapa menit, iritan kuat (misalnya asam,
alkali dan beberapa pelarut organik) bisa menyebabkan perubahan kulit.
Pada reaksi alergi, pemaparan pertama pada zat tertentu tidak menimbulkan suatu reaksi,
tetapi pemaparan berikutnya bisa menyebabkan gatal-gatal dan dermatitis dalam waktu 4-
24 jam. Seseorang bisa saja sudah biasa menggunakan suatu zat selama bertahun-tahun
tanpa masalah, lalu secara tiba-tiba mengalami reaksi alergi. Bahkan salep, krim dan
losyen yang digunakan untuk mengobati dermatitispun bisa menyebabkan reaksi alergi.
Sekitar 10% wanita mengalami alergi terhadap nikel. Dermatitis juga bisa terjadi akibat
berbagai bahan yang ditemukan di tempat bekerja (dermatitis okupasional).
Jika dermatitis terjadi setelah menyentuh zat tertentu lalu terkena sinar matahari, maka
keadaannya disebut dermatitis kontak fotoalergika atau dermatitis kontak fototoksik. Zat-
zat tersebut antara lain tabir surya, losyen setelah bercukur, parfum tertentu, antibiotik
dan minyak.
Penyebab dari dermatitis kontak alergika :
a. Kosmetik : cat kuku, penghapus cat kuku, deodoran, pelembab, losyen sehabis
bercukur, parfum, tabir surya.
b. Senyawa kimia (dalam perhiasan) : nikel.
c. Tanaman : racun ivy (tanaman merambat), racun pohon ek, sejenis rumput liar,
primrose.
d. Obat-obat yang terkandung dalam krim kulit : antibiotik (penisilin, sulfonamid,
neomisin), antihistamin (difenhidramin, prometazin), anestesi (benzokain),
antiseptik (timerosal).
e. Zat kimia yang digunakan dalam pengolahan pakaian.

2. Dermatitis kontak iritan
Penyebab munculnya dermatitis jenis ini ialah bahan yang bersifat iritan, misalnya bahan
pelarut, detergen, minyak pelumas, asam, alkali, dan serbuk kayu. Kelainan kulit yang
terjadi selain ditentukan oleh ukuran molekul, daya larut, konsentrasi, kohikulum, serta
suhu bahan iritan tersebut, juga dipengaruhi oleh faktor lain. Faktor yang dimaksud yaitu:
lama kontak, kekerapan (terus-menerus atau berselang) adanya oklusi menyebabkan kulit
lebih permeabel, demikian juga gesekan dan trauma fisis. Suhu dan kelembaban
lingkungan juga ikut berperan.
Faktor individu juga berpengaruh pada dermatitis kontak iritan, misalnya perbedaan
ketebalan kulit di berbagai tempat menyebabkan perbedaan permeabilitas; usia (anak di
bawah umur 8 tahun lebih mudah teriritasi); ras (kulit hitam lebih tahan dari pada kulit
putih); jenis kelamin (insidens dermatitis kontak iritan lebih tinggi pada wanita); penyakit
kulit yang pernah atau sedang dialami (ambang rangsang terhadap bahan iritan turun),
misalnya dermatitis atopik.

D. PATOGENESIS
1. Dermatitis kontak alergika
Mekanisme terjadinya kelainan kulit pada dermatitis kontak alergi adalah mengikuti
respons imun yang diperantarai oleh sel (cell-mediated immune respons) atau reaksi tipe
IV. Reaksi hipersensitivitas di kulit timbulnya lambat (delayed hypersensitivit),
umumnya dalam waktu 24 jam setelah terpajan dengan alergen.
Sebelum seorang pertama kali menderita dermatitis kontak alergik, terlebih dahulu
mendapatkan perubahan spesifik reaktivitas pada kulitnya. Perubahan ini terjadi karena
adanya kontak dengan bahan kimia sederhana yang disebut hapten yang akan terikat
dengan protein, membentuk antigen lengkap. Antigen ini ditangkap dan diproses leh
makrofag dan sel Langerhans, selanjutnya dipresentasikan ke sel T. Setelah kontak
dengan yang telah diproses ini, sel T menuju ke kelenjar getah bening regional untuk
berdeferensiasi dan berproliferasi membentuk sel T efektor yang tersensitisasi secara
spesifik dan sel memori. Sel-sel ini kemudian tersebar melalui sirkulasi ke seluruh tubuh,
juga sistem limfoid, sehingga menyebabkan keadaan sensitivitas yang sama di seluruh
kulit tubuh. Fase saat kontak pertama alergen sampai kulit menjadi sensitif disebut fase
induksi atau fase sensitisasi. Fase ini rata-rata berlangsung selama 2-3 minggu.
Pada umumnya reaksi sensitisasi ini dipengaruhi oleh derajat kepekaan individu, sifat
sensitisasi alergen (sensitizer), jumlah alergen, dan konsentrasi. Sensitizer kuat
mempunyai fase yang lebih pendek, sebaliknya sensitizer lembah seperti bahan-bahan
yang dijumpai pada kehidupan sehari-hari pada umumnya kelainan kulit pertama muncul
setelah lama kontak dengan bahan tersebut, bisa bulanan atau tahunan. Sedangkan
periode saat terjadinya pajanan ulang dengan alergen yang sama atau serupa sampai
timbulnya gejala klinis disebut fase elisitasi, umumnya berlangsung antara 24-48 jam.

2. Dermatitis kontak iritan
Kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel yang disebabkan oleh bahan iritan melalui
kerja kimiawi maupun fisik. Bahan irisan merusak lapisan tanduk, denaturasi keratin,
menyingkirkan lemak lapisan tanduk, dan mengubah daya ikat air kulit. Keadan ini akan
merusak sel epidermis.
Ada dua jenis bahan iritan yaitu : iritan kuat dan iritan lemah. Iritan kuat akan
menimbulkan kelainan kulit pada pajanan pertama pada hampir semua orang, sedang
iritan lemah hanya pada mereka yang paling rawan atau mengalami kontak berulang-
ulang. Faktor kontribusi, misalnya kelembaban udara, tekanan, gesekan dan oklusi,
mempunyai andil pada terjadinya kerusakan tersebut.

E. GEJALA KLINIS
1. Dermatitis kontak alergika
Penderita pada umumnya mengeluh gatal. Kelainan kulit bergantung pada keparahan
dermatitis. Pada yang akut dimulai dengan bercak eritema berbatas jelas, kemudian
diikuti edema, papulovesikel, vesikel atau bula. Vesikel atau bula dapat pecah
menimbulkan erosi dan eksudasi (basah). Pada yang kronis terlihat kulit kering,
berskuama, papul, likenifikasi dan mungkin juga fisur, batasnya tidak jelas. Kelainan ini
sulit dibedakan dengan dermatitis kontak iritan kronis; mungkin penyebabnya juga
campuran.
Berbagai lokalisasi terjadinya dermatitis kontak :
a. Tangan. Kejadian dermatitis kontak baik iritan maupun alergik paling sering di
tangan, misalnya pada ibu rumah tangga. Demikian pula kebanyakan dermatitis
kontak akibat kerja ditemukan di tangan. Sebagian besar memang oleh karena
bahan iritan. Bahan penyebabnya misalnya deterjen, antiseptik, getah
sayuran/tanaman, semen, dan pestisida.
b. Lengan. Alergen umumnya sama dengan pada tangan, misalnya oleh jam tangan
(nikel), sarung tangan karet, debu semen, dan tanaman. Di aksila umumnya oleh
bahan pengharum.
c. Wajah. Dermatitis kontak pada wajah dapat disebabkan oleh bahan kosmetik,
obat topikal, alergen yang di udara, nekel (tangkai kaca mata). Bila di bibir atau
sekitarnya mungkin disebabkan oleh lipstik, pasta gigi, getah buah-buahan.
Dermatitis di kelopak mata dapat disebabkan oleh cat kuku, cat rambut,
eyeshadows, dan obat mata.
d. Telinga. Anting atau jepit telinga terbuat dari nikel, penyebab dermatitis kontak
pada cuping telinga. Penyebab lain, misalnya obat topikal, tangkai kaca mata, cat
rambut, hearing-aids.
e. Leher. Penyebanya kalung dari nikel, cat kuku (yang berasal dari ujung jari),
parfum, alergen di udara, zat warna pakaian.
f. Badan. Dermatitis kontak di badan dapat disebabkan oleh pakaian, zat warna,
kancing logam, karet (elastis, busa), plastik, dan detergen.
g. Genitalia. Penyebabnya dapat antiseptik, obat topikal, nilon, kondom, pembalut
wanita, dan alergen yang ada di tangan.
h. Paha dan tungkai bawah. Dermatitis di tempat ini dapat disebabkan oleh
pakaian, dompet, kunci (nikel) di saku, kaos kaki nilon, obat topikal (misalnya
anestesi lokal, neomisin, etilendiamin), semen, dan sepatu.

2. Dermatitis kontak iritan
Sebagaimana disebabkan diatas bahwa ada dua jenis bahan iritan, maka
dermatitis kontak iritan juga ada dua macam yaitu dermatitis kontak iritan akut dan
dermatitis kontak iritan kronis.
a. Dermatititis kontak iritan akut
Penyebabnya iritan kuat, biasanya karena kecelakaan. Kulit terasa pedih atau
panas, eritema, vesikel, atau bula. Luas kelainan umumnya sebatas daerah yang
terkena, berbatas tegas.
Pada umumnya kelainan kulit muncul segera, tetapi ada segera, tetapi ada
sejumlah bahan kimia yang menimbulkan reaksi akut lambat misalnya podofilin,
antralin, asam fluorohidrogenat, sehingga dermatitis kontak iritan akut
lambat. Kelainan kulit baru terlihat setelah 12-24 jam atau lebih. Contohnya
ialah dermatitis yang disebabkan oleh bulu serangga yang terbang pada malam
hari (dermatitis venenata); penderita baru merasa pedih setelah esok harinya,
pada awalnya terlihat eritema dan sorenya sudah menjadi vesikel atau bahkan
nekrosis.

b. Dermatitis kontak iritan kronis
Nama lain ialah dermatitis iritan kumulatif, disebabkan oleh kontak dengan iritan
lembah yang berulang-ulang (oleh faktor fisik, misalnya gesekan, trauma mikro,
kelembaban rendah, panas atau dingin; juga bahan contohnya detergen, sabun,
pelarut, tanah, bahkan juga air). Dermatitis kontak iritan kronis mungkin terjadi
oleh karena kerjasama berbagai faktor. Bisa jadi suatu bahan secara sendiri tidak
cukup kuat menyebabkan dermatitis iritan, tetapi bila bergabung dengan faktor
lain baru mampu. Kelainan baru nyata setelah berhari-hari, berminggu atau
bulan, bahkan bisa bertahun-tahun kemudian. Sehingga waktu dan rentetan
kontak merupakan faktor paling penting. Dermatitis iritan kumulatif ini
merupakan dermatitis kontak iritan yang paling sering ditemukan.
Gejala klasik berupa kulit kering, eritema, skuama, lambat laun kulit tebal
(hiperkeratosis) dan likenifikasi, batas kelainan tidak tegas. Bila kontak terus
berlangsung akhirnya kulit dapat retak seperti luka iris (fisur), misalnya pada
kulit tumit tukang cuci yang mengalami kontak terus menerus dengan deterjen.
Ada kalanya kelainan hanya berupa kulit kering atau skuama tanpa eritema,
sehingga diabaikan oleh penderita. Setelah kelainan dirasakan mengganggu, baru
mendapat perhatian. Banyak pekerjaan yang beresiko tinggi yang memungkinkan
terjadinya dermatitis kontak iritan kumulatif, misalnya : mencuci, memasak,
membersihkan lantai, kerja bangunan, kerja di bengkel dan berkebun.

F. PENCEGAHAN
Pencegahan dermatitis kontak berarti menghindari kontak dengan zat seperti poison ivy
atau sabun keras yang dapat menyebabkan hal itu. Strategi pencegahan meliputi:
1. Bilas kulit dengan air dan gunakan sabun ringan jika dermatitis karena kontak dengan
suatu zat. Usahakan mencuci untuk menghapus banyak iritan atau alergen dari kulit
Anda. Pastikan untuk membilas sabun sepenuhnya dari tubuh Anda.
2. Kenakan kapas atau sarung tangan plastik ketika melakukan pekerjaan rumah tangga
untuk menghindari kontak dengan pembersih atau larutan.
3. Jika di tempat kerja, memakai pakaian pelindung atau sarung tangan untuk melindungi
kulit Anda terhadap senyawa berbahaya.
4. Oleskan krim atau gel penghalang untuk kulit Anda untuk memberikan lapisan
pelindung. Juga, gunakan pelembab untuk mengembalikan lapisan terluar kulit dan untuk
mencegah penguapan kelembaban.
5. Gunakan deterjen ringan, tanpa wewangian saat mencuci pakaian, handuk dan selimut.
Coba lakukan siklus bilas tambahan pada mesin cuci.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Alergi kontak dapat dibuktikan dengan tes in vivo dan tes in vitro. Tes in vivo dapat
dilakukan dengan uji Tempel (patch test). Uji tempel digunakan untuk mengetahui
hipersensitivitas terhadap suatu bahan yang kontak dengan kulit. Menurut American Academy of
Allergy, Asthma, And Immunology bahwa uji tempel ini merupakan golden standart untuk
identifikasi dermatitis kontak, terutama untuk penderita yang kronik dan berulang. Pelaksanaan
uji tempel dilakukan setelah dermatitisnya sembuh (tenang), bila mungkin setelah 3 minggu.
Tempat melakukan uji tempel biasanya di punggung, dapat pula di bagian luar lengan atas.
Bahan uji diletakkan pada sepotong kain atau kertas, ditempelkan pada kulit yang utuh,
ditutup dengan bahan impermeable, kemudian direkat dengan plester. Setelah 48 jam dibuka.
Reaksi dibaca setelah 48 jam (pada waktu dibuka). Untuk bahan tertentu bahkan baru memberi
reaksi setelah satu minggu. Hasil positif dapat berupa eritema dengan urtika sampai vesikel atau
bula. Penting dibedakan, apakah reaksi karena alergi kontak atau karena iritasi, sehubungan
dengan konsentrasi bahan uji terlalu tinggi. Bila oleh karena iritasi reaksi akan menurun setelah
48 jam (reaksi tipe decrescendo), sedangkan reaksi alergi kontak makin meningkat (reaksi tipe
crescendo).
Syarat uji tempel adalah dermatitis dalam keadaan tenang atau sudah sembuh agar tidak
terjadi angry back, pemakaian kortikosteroid topical harus di hentikan sekurang-kurangnya 1
minggu, uji tempel dilakukan dengan dengan bahan standar atau bahan yang dicurigai. Hasil
dapat berupa: tidak ada reaksi (0), eritema (+), eritema dan papul (++), eritema, papula dan
vesikula(+++), udema yang jelas dan vesikula (++++) (pembacaan hasil menurut Fisher).

H. PENATALAKSANAAN TOPIKAL
Pengobatan dilakukan dengan cara menghilangkan atau menghindari zat-zat penyebab
terjadinya dermatitis kontak. Untuk mencegah infeksi dan menghindari iritasi, daerah yang
terkena harus dibersihkan secara teratur dengan air dan sabun yang lembut. Lepuhan tidak boleh
dipecahkan. Umumnya kelainan kulit akan mereda setelah beberapa hari. Kelainan kulitnya
cukup dikompres dengan larutan garam faal. Verban kering juga bisa mencegah terjadinya
infeksi.
Krim atau salep corticosteroid biasanya bisa meringankan gejala-gejala dermatitis kontak
yang ringan. Krim atau salep corticosteroid seperti Hydrocortisone, Betamethasone, desonide,
mometasone, Triamcinolone bisa mengurangi ruam dan mengendalikan rasa gatal. Tablet
corticosteroid kadang digunakan pada kasus yang berat.
Membersihkan bagian yang teriritasi dilakukan dengan cara mengompres kulit yang
teriritasi dengan air hangat (32,2
o
C) atau lebih dingin. Kompres tidak boleh menggunakan air
panas (40,5
o
C) atau lebih sebab akan memperparah luka, dan bahkan dapat menyebabkan luka
terbakar. Pencucuan menggunakan sabun hipoallergenik dan jangan menggosok bagian ruam.

I. PENGKAJIAN LUKA
1. Identitas Klien
Nama
Jenis kelamin
Umur
Pendidikan
Agama
Pekerjaan
Suku
No. Register
Penanggungjawab
Telephone
Email/blog
Tanggal
Alamat

2. Keadaan Klinik
a. Keluhan utama
Tanyakan pada pasien keluhan utama yang dirasakan pasien dengan adanya luka.
b. Penyebab terjadinya luka
Tanyakan pada klien penyebab luka yang terjadi. Misalnya : gigitan serangga,
kosmetik yang di gunakan (cat kuku, penghapus cat kuku, deodoran, pelembab,
lotion sehabis bercukur, parfum, tabir surya), tanaman-tanaman, obat-obat yang
di konsumsi sebelumnya, sabun / deterjen dan perhiasan yang di gunakan.
c. Riwayat mekanisme terjadinya luka
Tanyakan pada pasien mengenai kronologis terjadinya luka atau proses yang
terjadi sampai kondisi saat ini.
d. Waktu terjadinya luka
Tanyakan pada pasien kapan luka itu pertama terjadi atau sudah berapa lama
terjadinya luka sampai saat ini.

3. Tanda-Tanda Vital
a. Tekanan darah :
b. Nadi :
c. Pernafasan :
d. Suhu tubuh :
e. Test diagnostik :

4. Lokasi Luka
Lokasi dan baik tidaknya vaskularisasi sangat menentukan proses penyembuhan luka.
Luka pada daerah lipatan cenderung aktif bergerak dan tertarik sehingga memperlambat
proses penyembuhan akibat sel-sel yang telah beregenerasi dan bermigrasi trauma.
Lokasi luka dermatitis terdapat pada tangan.

5. Tipe Luka
Tipe luka kita kaji apakah termasuk abrasi, laserasi, dekubitus, luka vena, luka arteri,
luka bedah, luka bakar, luka gigitan, luka neuropati, luka gigitandan lain-lain sehingga
penanganan yang tepat pada luka dapat dilakukan.

6. Jenis Luka berdasarkan
a. Kontaminasi
b. Waktu penyembuhan
c. Kedalaman dan luas luka
d. Mekanisme terjadinya luka
e. Integritas kulit
f. Wagner scale

7. Bentuk Penyembuhan Luka
a. First intention healing
b. Second intention healing
c. Third intention healing

8. Gambaran kulit Sekitar Luka
Biasanya pada dermatitis kulitnya berwarna kemerahan pada luka, jadi kita
mengambil kesimpulan gambaran kulit sekitar luka adalah Erytema.

9. Nyeri
a. P ( paliatif dan Profokatif ) :
Tanyakan pada pasien faktor yang menimbulkan nyeri, pada saat
aktivitas, stres, setelah makan dll.
b. Q ( Quality dan Quantity ) :
Tanyakan pada pasien seberapa berat keluhan nyeri terasa..?. Bagaimana
rasanya..?. Seberapa sering terjadinya..? Ex : Seperti tertusuk, tertekan / tertimpa
benda berat, diris-iris, dll.
c. R ( Region dan Radiation ) :
Tanyakan pada pasien okasi dimana keluhan nyeri tersebut dirasakan /
ditemukan..? Apakah juga menyebar ke daerah lain dan area penyebarannya
sampai mana?
d. S ( Severity dan Scale ) :
Tanyakan pada pasien jika nyeri digambarkan angka 1-10, nyeri pasien
masuk pada angka no berapa, dan kita jelaskan masing- masing nilai dari ringan
sampai sedang dari angka tersebut.
e. T ( Time ) :
Tanyakan pada pasien Kapan keluhan nyeri tersebut mulai ditemukan /
dirasakan..? Seberapa sering keluhan nyeri tersebut dirasakan / terjadi...? Apakah
terjadi secara mendadak atau bertahap..? Acut atau Kronis..?

10. Sensasi test
a. Suhu hangat
b. Suhu dingin
c. Sensasi lancip
d. Sensasi tumpul
e. Monofilament test 1 10
f. Kelainan bentuk kaki
g. Kondisi psikologis
h. Nilai Ankle Brakial index

GAMBAR DERMATITIS KONTAK

Anda mungkin juga menyukai