Victor M. Corman 1 , Joerg Jores 1 , Benjamin Meyer 1 , Mario Younan, Anne Liljander, Mohammed Y. Said, Ilona Gluecks, Erik Lattwein, Berend-Jan Bosch, Jan Felix Drexler, Set Bornstein, Christian Drosten , and Marcel A. Mller Author affiliations: University of Bonn Medical Centre, Bonn, Germany (V.M. Corman, B. Meyer, J.F. Drexler, C. Drosten, M.A. Mller); International Livestock Research Institute, Nairobi, Kenya (J. Jores, A. Liljander, M.Y. Said); Vtrinaires Sans Frontires Germany, Nairobi (M. Younan); Vtrinaires Sans Frontires Suisse, Nairobi (I. Gluecks); EUROIMMUN AG, Lbeck, Germany (E. Lattwein); Utrecht University, Utrecht, the Netherlands (B.-J. Bosch); National Veterinary Institute, Uppsala, Sweden (S. Bornstein)
Abstrak Unta Dromedary diduga merupakan sumber infeksi MERS pada manusia. Kami menunjukkan bahwa sampel unta di berbagai daerah di Kenya selama 1992- 2013 memiliki antibodi terhadap virus ini . Padatnya populasi unta berkorelasi dengan peningkatan seropositif.
MERS - CoV ditemukan pada pasien dari Arab Saudi pada tahun 2012 dan sejak itu menyebabkan 250 infeksi pada manusia dan 93 kematian. Asal-usul evolusi dan spesies MERS - CoV termasuk dalam genus Betacoronavirus clade C dikaitkan dengan kelelawar pemakan serangga di Eropa dan Afrika. Studi prevalensi ternak dari beragam spesies menunjukkan bahwa unta dromedaris dari Oman , Arab Saudi , Uni Emirat Arab , Yordania , Qatar , Spanyol , dan Mesir memiliki antibodi terhadap antigen MERS - CoV. Bukti langsung tentang infeksi MERS - CoV di unta telah ditemukan di Qatar , Arab Saudi , dan Mesir . kesamaan urutan MERS - CoV Camel-assosiated dan human-assosiated menunjukkan bahwa unta merupakan sumber infeksi bagi manusia dan mungkin merupakan reservoir hewan. Di mana dan kapan penemuan MERS - CoV ke populasi unta terjadi dan bagaimana virus berembang dalam populasi unta masih belum jelas . Kebanyakan unta ternak yang dipotong di Semenanjung Arab dan di Mesir diimpor dari The Greter Horn of Afrika , khususnya Ethiopia , Somalia , Sudan , dan Kenya. Kami menyelidiki tingkat antibodi MERS - CoV dan pola distribusi di unta ternak dan nomaden dari Kenya . Studi Sampel diperoleh dari 774 unta dromedaris di 3 wilayah di Kenya ( Northeastern ,Eastern , dan Rift Valley [ mantan provinsi administratif ] ) dan 7 wilayah bagian ( Mandera , Wajir , Isiolo , Marsabit , Laikipia , Turkana , dan Baringo ) selama 1992-2013 ( Gambar.1 ) . Sample darah diambil dari unta ternak atau nomaden dari punksi vena jugularis . Sampel serum berasal dari arsip Internasional Livestock and Research Institute ( ILRI ) ( Nairobi , Kenya ) . Izin untuk penelitian berasal dari perjanjian antara Pemerintah Kenya dan ILRI , yang mengizinkan ILRI dengan persetujuan secara luas untuk menyelidiki penyakit ternak di Kenya Semua sampel serum diuji untuk antibodi MERS - CoV dengan menggunakan rekombinan MERS - CoV spike protein subunit 1 berbasis ELISA ( rELISA ) . Sampel serum digunakan pada pengenceran 1:100 , yang telah terbukti optimal untuk skrining . Sebuah sampel serum positif dari studi terbaru digunakan sebagai acuan dalam semua percobaan . Kami menggunakan assay spesifik cutoff ( rasio densitas optik 0,3 ) yang telah divalidasi dalam studi sebelumnya untuk sampel serum unta. Total sebanyak 228 ( 29,5 % ) dari 774 unta dromedari yang dinilai positif MERS - CoV oleh rELISA ( Tabel 1 ) . Dari 228 sampel serum rELISA - positif diambil 228 unta yang kemudian diuji degan pengenceran 1:40 dengan menggunakan immunofluorescence assay rekombinan dan Vero cell expresing MERS CoV spike protein. Uji konfirmasi ini menunjukkan bahwa 213 ( 93,4 % ) dari 228 sampel serum rELISA - positif memiliki antibodi MERS - CoV ( Tabel 1 )
Table 1 Analysis for MERS-CoV in serum samples of dromedary camel from 3 regions in Kenya, 19922013*
* MERS-CoV, Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus; rELISA, rekombinan ELISA untuk MERS-COV subunit 1 protein (sampel serum diuji pada pengenceran 1:100); Rifa, immunofluorescence assay rekombinan untuk MERS-COV ekspresi protein lonjakan dalam sel Vero (sampel serum diuji pada pengenceran 1:40, ND, tidak dilakukan). Data digabung karena kedua kabupaten memiliki tingkat antibodi yang sebanding. kepadatan tinggi unta dan kontak reguler antara ternak, termasuk pertukaran hewan ternak antara sehubungan dengan laktasi dan status reproduksi. Sebelumnya dari Pakistan. # Kepadatan rendah unta dan hanya kontak sporadis antara ternak, dengan pengenalan hewan baru hanya dengan pembelian atau merampok ternak, atau restocking unta. ** Kepadatan rendah unta tetapi lebih sering kontak antara ternak dari pada peternakan Ini termasuk pertemuan di waterholes dan malam lampiran, serta berbagi padang rumput dengan harian kontak mingguan antara ternak. Terisolasi kawanan yang berasal dari Wajir tetapi disimpan dalam kondisi isolasi karantina seperti untuk pekerjaan eksperimental sejak tahun 1998
Sebagai langkah terakhir , spesifisitas antibodi dikonfirmasi dengan menggunakan Highly Spesific MERS-CoV Microneutralization assay . Semua ( 228 ) sampel serum rELISA - positif diuji pada pengenceran mulai dari 1:80 sampai 1:800 untuk mengidentifikasi hewan dengan titer netralisasi tinggi . Sebanyak 119 ( 52,2 % ) dari 228 sampel serum rELISA - positif memiliki titer antiodi netralisasi MERS - CoV (kisaran 1:80-1:800 ) dan 14 ( 6,1 % ) dari 228 sampel memiliki titer yang tinggi ( > 1:800 ) . Sampel serum unta yang sangat reaktif berasal dari 3 wilayah bagian ( Wajir , Mandera , dan Marsabit ) di 2 negara bagian ( Northeastern dan Eastern ) . Titik akhir titer tertinggi adalah 1:5120. Unta Dromedary yang memiliki antibodi MERS - CoV ditemukan disemua pengambilan sampel dan selama 20 tahun sampling ( Tabel 1; Gambar ) . Dengan pengecualian dari 1 wilayah bagian , prevalensi umumnya lebih tinggi di Northeastern dan Eastern (kisaran 53,4 % -100 % ) daripada di utara wilayah Rift Valley ( kisaran 0 % -17,5 % ). Sampel serum dari 28 unta dromedaris dari Wajir yang telah dilakukan di sebuah pusat penelitian dalam kondisi isolasi sejak tahun 1998 adalah negatif untuk antibodi MERV - CoV . Untuk lebih mengkonfirmasi seropositif gradien diamati , kami membandingkan 129 sampel serum unta dengan yang diperoleh pada tahun yang sama (2000) , tetapi pada 2 lokasi ( barat laut wilayah Rift Valley dan Timur ) . Tingkat antibodi unta dromedaris nomaden dari wilayah Timur secara signifikan lebih tinggi daripada hewan ternak dari Rift Valley ( dikoreksi 2 34,1 , p < 0,005 ) ( Tabel 2 ) . Hewan dewasa di kedua wilayah memiliki prevalensi 7 % -10 % lebih tinggi dari hewan remaja , yang konsisten dengan hasil penelitian sebelumnya ( 6 ).
Table 2 Antibodies against MERS-CoV in dromedary camels in 2 regions of Kenya, 2000* Region County Husbandry Sex Age No. samples positive by rELISA/no. tested (%) Eastern Marsabit Nomadic F/M A 24/42 (57.1) F/M J 15/31 (48.4) Subtotal 39/73 (53.4) Rift Valley Laikipia Ranch F/M A 2/28 (7.1) F/M J 0/28 (0) Subtotal 2/56 (3.6) Total 41/129 (31.8) *MERS-CoV, Middle East respiratory syndrome coronavirus; rELISA, recombinant ELISA; A, adult; J, juvenile. Designated county refers to place of sampling or location in which camels were primarily located. Frequent herd contacts. Sporadic herd contacts.
Technical Appendix Technical Appendix Table. Dromedary camel population densities in 3 regions in Kenya during 2 periods*
Region Area, km2 No. camels during 19912000 Camel density during 19912000, no./km2 No. camels during 20002013 Came density during 20002013, no./km2 Rift Valley Baringo 11,075 3,280 0.30 5,376 0.49 Kajiado 21,293 268 0.01 607 0.03 Laikipia 8,696 3,829 0.44 2,170 0.25 Narok 17,921 0 0.00 145 0.01 Samburu 20,182 15,430 0.76 20,597 1.02 Turkana 71,598 67,097 0.94 69,380 0.97 West Pokot 8,418 2,731 0.32 1,587 0.19 Total
*Camel density data was calculated on the basis of livestock counts conducted by the Department of Resource Surveys and Remote Sensing as part of an ongoing Kenya-wide rangeland monitoring program (1). Population estimates were calculate by using Jollys method 2 and averaged for 19912000 and 20002013 to minimize the influence of stochastic variation in the survey data.
Karena penularan virus mungkin dipengaruhi oleh populasi unta, kami berusaha untuk mengkorelasikan seroprevalence dengan kepadatan populasi unta dromedari di berbagai daerah. Data untuk kepadatan unta dromedaris ( Lampiran Teknis [ PDF - 514 KB - 2 halaman ] ) dihitung berdasarkan jumlah ternak yang dilakukan oleh Department of Resource Surveys and Remote Sensing sebagai bagian dari program pemantauan di Kenya yang sedang berlangsung ( 14 ). Peningkatan prevalensi menunjukkan korelasi yang signifikan ( Spearman rank koefisien korelasi 0,715 , p < 0,005 ) dengan kepadatan yang lebih tinggi dari populasi unta dromedaris di wilayah Northeastern dan bagian utara dari wilayah Eastern (kisaran 0,73-2,9 animals/km2 ) daripada di Rift Valley wilayah ( 0,58-0,6 animals/km2 ) ( Gambar ; Lampiran Teknis )
Technical Appendix Figure. Average numbers of dromedary camels in Kenya, 19922013.
Kesimpulan Penelitian ini menunjukkan bahwa unta dromedaris dari Kenya memiliki antibodi terhadap MERS - CoV, yang melengkapi temuan saat ini, yaitu MERS CoV adalah patogen yang umum pada populasi unta dromedaris ( 5,6,8,9,13 ) . Temuan lain pada antibodi MERS - CoV di unta dromedaris pada tahun 1992, konsisten dengan temuan dari laporan terbaru dari Arab Saudi , yang menunjukkan bahwa MERS - CoV telah beredar di unta dromedaris selama 20 tahun ( 5 ) . Untuk mengendalikan penyebaran virus , komunitas kesehatan masyarakat harus memahami faktor yang mempengaruhi pemeliharaan virus . Kelompok kami dan yang lain telah menunjukkan bahwa unta dromedaris muda memiliki seroprevalences lebih rendah dan lebih mungkin untuk membawa virus yang menular ( 5,6 ) . Pengamatan serupa telah dibuat untuk coronaviruses di host chiropteran dimana amplifikasi virus yang kuat terjadi segera setelah waktu nifas ( 15 ). Kami juga menunjukkan bahwa kepadatan populasi unta dromedaris menunjukkan korelasi positif dengan MERS - CoV seropositif , yang menunjukkan efisiensi pemeliharaan MERS - COV atau penyebarannya jika kepadatan kawanannya tinggi . Berbagai jenis peternakan di daerah Northeastern dan Eastern dari Kenya mungkin tempat prediksi yang lebih baik dari penularan virus antara unta yang satu dengan yang lain. Unta Dromedary di daerah ini sering berpindah pindah mengikuti curah hujan/musim , dan diambil melintasi perbatasan ke negara-negara tetangga, seperti Ethiopia, untuk tujuan perdagangan ( 13 ). Peningkatan yang diamati dalam seropositif dari wilayah Western ke daerah Northeastern dan Eastern dapat dikaitkan dengan peningkatan kontak antara hewan dengan yang hewan lain dalam lintas batas populasi unta dromedaris. Sebaliknya, unta dromedaris yang berasal dari wilayah Northeastern yang ditahan dalam isolasi sejak tahun 1998 tidak mempunyai antibodi terhadap MERS - COV, yang sama dengan tidak didapatkannya antibodi dalam unta dromedaris yang di isolasi di Dubai ( 6 ). Kombinasi antara peternakan dan yang nomaden untuk sebuah populasi yang besar dan adanya young virus-susceptible pada hewan mungkin memudahkan pemeliharaan virus. Namun, studi retrospektif kami dengan sampel yang diarsipkan tidak bisa menilai hipotesis untuk setiap variabel individu untuk menentukan pengaruh derajat relatif dan absolut pada sirkulasi virus . Karena ekspor unta dromedaris sebagian besar dari Afrika Timur ke Arabian Peninsula ( 11 ), temuan kami mungkin mempermudah pencarian terdahulu varian MERS - CoV untuk memperjelas sejarah alam perolehan MERS - COV oleh unta dromedaris dan transmisi yang diduga ke manusia. Temuan terbaru kami dari MERS - CoV pada kelelawar dari Afrika Selatan ( 3 )membutuhkan penyelidikan yang lebih luas untuk mengetahui reservoarnya. Fakta bahwa tidak ada kasus MERS di manusia telah diamati di Afrika timur bisa menunjukkan kurangnya kemampuan virus untuk bertransmisi dalam garis regional atau kurangnya deteksi dan pelaporan kasus. Serosurvei orang menangani unta dromedaris di wilayah ini bisa membantu untuk mendeteksi apakah menginfeksi secara diam - diam yang sedang dipertahankan pada manusia.