Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN TUTORIAL

BLOK 2.2
PENGANTAR PENDIDIKAN KEDOKTERAN

KELOMPOK 11-B
Tutor : dr. Edison, MPH

Ketua : Redo Kurniawan 1210313094
Sekretaris 1 : Maulina Hanisyah 1210312080
Sekretaris 2 : Vannesya Olivia Hadi 1210313012
Anggota :

1. Faudila Novita L 1210312071
2. Poppy Novita 1210312097
3. Puji Aulia Zani 1210312115
4. Dian Pratiwi Burnama 1210313001
5. Amatullah Fauziyyah 1210313053
6. Fitria Akbar Syani 1210319004

FAKULTAS KEDOKTERAN
PENDIDIKAN DOKTER
UNIVERSITAS ANDALAS
2013

Modul 2
BAKTERI GRAM NEGATIF DAN SPIRAL PATOGEN

SKENARIO 2 : INFEKSI BERUNTUN
Pada era serba instan ini makanan dan minuman dapat diperoleh dimanapun. Salah
satunya air minum isi ulang yang dapat dikonsumsi tanpa dimasak terlebih dahulu. Mela, 21
tahun mahasiswi FK Unand berpikir, bahwa air minum yang tidak dimasak akan berbahaya bagi
kesehatan dan dapat menimbulkan sakit perut, mual, muntah, diare, dan demam. Dari kuliah
Mila pada blok sistem pencernaan, bakteri E coli yang normal terdapat dalam feses ditetapkan
sebagai indikator uji Coliform untuk menentukan kualitas air minum dan makanan secara
bakteriologis. Uji ini sebaiknya berlaku juga untuk air minum isi ulang, kata Mila dalam hati
sambil mencari siaran di TV.
Mila melihat berita di TV kasus leptosipirosis yang terjadi pada kelompok petani disuatu
desa. Mila ingat pamannya di kampung juga petani pernah menderita demam,sakit kepala, dan
ikteris, tidak ada diare. Ketika dibawa ke puskesmas, dokter merujuk ke rumah sakit umum dan
dianjurkan rawat inap. Kemudian dilakukan pemeriksaan laboratorium dan didapatkan kadar
bilirubin total 7mg%, dan pemeriksaan urine mikroskopis langsung ditemukan adanya bentuk
spiral halus dengan hook pada salah satu ujung. Sekarang paman Mila sudah sembuh dan
dianjurkan bekerja memakai sepatu boot. Anak tetangga Mila juga dirawat di rumah sakit
dengan keluhan demam dan kejang, menurut dokter diduga infeksi Meningococcus.
Bagaimana anda menjelaskan proses terjadinya infeksi pada berbagai kasus diatas ?






I. TERMINOLOGI
1. Bakteri E coli
Bakteri Gram negatif (flora normal pada usus manusia).
2. Uji Coliform
Pemeriksaan mengenai ada atau tidaknya bakteri coliform dalam sampel air,
dinilai secara kualitatif dankuantitatif.
3. Leptospirosis
Penyakit akibat leptospira, yang ditularkan lewat hewan (tikus, anjing, dan
sebagainya) ke manusia; oleh serotipe Leptospira interrogans; manifestasi klinik
berupa meningitis, limfositis, nefrositis, dan hepatitis).
4. Ikterus
Kondisi dimana kadar bilirubin dalam darah meningkat; kulit dan sklera serta
mukosa menjadi kuning akibat pengendapan pigmen empedu.
5. Hook
Bentuk panjang, tipis, dan melengkung; memiliki bentuk seperti pengait di ujung
pada bakteri sebagaifaktor virulensi.
6. Meningococcus
Neisserieae meningitidis; bakteri Gram negatif yang menginfeksi selaput otak dan
sumsum tulang (meningitis); biasanya melekat pada nasofaring.

II. RUMUSAN MASALAH
1. Mengapa air minum yang tidak dimasak dapat berbahaya bagi tubuh dan
menyebabkan demam, diare, mual, dan muntah ?
2. Bagaimana uji coliform dapat menentukan kualitas air minum dan makanan
secara bakteriologis ?
3. Mengapa E coli ditetapkan sebagai indikator uji coliform ?
4. Mengapa E coli dikatakan normal jika terdapat dalam feses ?
5. Bagaimana kandungan bakteri air yang sudah dimasak dengan sebelum dimasak ?
6. Kenapa leptospirosis banyak terjadi pada kelompok petani ?
Apakah faktor pekerjaanlain berkaitan juga ?
7. Kenapa leptospirosis menyebabkan demam, sakit kepala, tapi tanpa diare ?
8. Mengapa pada pemeriksaan laboratorium, kadar bilirubin ditemukan 7 mg% ?
9. Mengapa pada pemeriksaan mikroskopis langsungditemukan adanya bentuk
spiral halus dengan hook pada salah satu ujungnya ?
10. Mengapa anak tetangga Mila mengalami kejang dan demam diduda infeksi
Meningococcus ?
11. Bagaimana usaha pencegahan dari infeksi bakteri Gram negatif ?

III. ANALISIS MASALAH
1. Mengapa air minum yang tidak dimasak dapat berbahaya bagi tubuh dan
menyebabkan demam, diare, mual, dan muntah ?
Air tidak dimasak akan menyebabkan bakteri yang terkadung didalamnya masih
tetap bertahan dan berkembang biak. Air yang dimasak dengan suhu mendidih
akan membunuh sebagian besar kuman yang tidak tahan panas dan anak
mengurangi patogenitas dari bakteri yang ada.
Misalnya pada bakteri E coli, dapat menyebabkan diare, demam, dan muntah.
Demam dikarenakan respon tubuh dalam memerangi bakteri dengan menaikkan
set point di hipotalamus. Sedangkan diare terjadi karena biasanya E coli yang
menginfeksi usus akan mengubah permeabilitas dinding usus sehingga
menyebabkan hipersekresi air dan memperlama kontak makanan dengan usus.
Untuk mual dan muntah biasanya terjadi karena terjadinya iritasi saluran cerna
akibat stimulus di otak yang menyebabkan menurunkan peristaltik lambung,
mereangsang perbesaran kerongkongan, meningkatkan peristaltik usus, dan
mengkontraksi dinding perut.

2. Bagaimana uji coliform dapat menentukan kualitas air minum dan makanan
secara bakteriologis ?
Uji coliform memiliki 4 uji, yaitu :
Uji dugaan
Uji penegasan
Uji kelengkapan
Uji identifikasi
Prinsip dasarnya adalah dengan cara fermentasi salah satunya. Yaitu melihat
pembentukan gas dan zat asam dari hasil uraian fermentasi lakstosa. E coli
mampu menguraikannya.
Maka apabila ditemukan e coli dalam uji coliform tersebut, sudah dipastikan air
tersebut sudah terkontaminasi dengan feses, sebab E coli normal terdapat pada
feses.
3. Mengapa E coli ditetapkan sebagai indikator uji coliform ?
Karena sudah dipastikan air tersebut sudah terkontaminasi dengan feses, sebab E
coli normal terdapat pada feses.

4. Mengapa E coli dikatakan normal jika terdapat dalam feses ?
Karena bakteri tersebut normal terdapat dalam feses, dan feses adalah hasil akhir
dari kerja sistem pencernaan, terutama pada usus.

5. Bagaimana kandungan bakteri air yang sudah dimasak dengan sebelum dimasak ?
Pada bakteri Gram negatif, bakteri tersebut akan mati pada suhu 70.

6. Kenapa leptospirosis banyak terjadi pada kelompok petani ?
Apakah faktor pekerjaanlain berkaitan juga ?
Leptospirosis adalah penyakit akibat bakteri Leptospira. Leptospira terdapat pada
pada hewan, terutama pada organ ginjal. Jika hewan tersebut terinfeksi oleh
kuman tersebut, dan mengenai ginjal maka urin yang dikeluarkan hewan tersebut
akan mengandung kuman tersebut dan jika urin tersebut terkontaminasi dengan
manusia maka manusia tersebut terinfeksi kuman tersebut juga.
Leptospira banyak dijumpai pada daerah kumuh, genangan air, sawah, dan tanah
lembab, tempat dimana banyak dijumpai hewan-hewan seperti tikus.

7. Kenapa Leptospirosis menyebabkan demam, sakit kepala, ikterus, tapi tanpa diare
?
Leptospirosis memiliki 2 gejala, yaitu :
Gejala ringan, berupa : sakit kepala dan demam
Gejala berat, berupa : disfungsi organ (hati, ginjal, dan otak)
Terjadinya demam, karena respon tubuh dalam memerangi bakteri. Sedangkan
ikterus terjadi, karena Leptospira menginfeksi hati dan terjadilah disfungsi organ
yang akan menyebabkan pengendapan bilirubin dalam darah. Untuk kasus tanpa
diare, karena biasanya kuman Leptospira jarang menginfeksi bagian mukosa
usus.
8. Mengapa pada pemeriksaan laboratorium, kadar bilirubin ditemukan 7 mg% ?
Karena terjadi hiperbilirubinemia akibat disfungsi organ hati maupun saluran
empedu. Kadar normal, yaitu : 0,1 1,2 mg/dl.

9. Mengapa pada pemeriksaan mikroskopis langsungditemukan adanya bentuk
spiral halus dengan hook pada salah satu ujungnya ?
Karena bakteri dengan ciri tersebut merupakan ciri bakteri yang patogen.

10. Mengapa anak tetangga Mila mengalami kejang dan demam diduga infeksi
Meningococcus ?
Meningococcus memiliki antigen permukaan yang ditemukan di dalam cairan
serebrospinal. Jika bakteri tersebut menginfeksi cairan ini, maka akan menyerang
SSP, hipersekresi dan udem akibat tekanan intrakranial meningkat, serta
gangguan polaritas yang akan menyebabkan kejang.

11. Bagaimana usaha pencegahan dari infeksi bakteri Gram negatif ?
Dengan melakukan PHBS.














IV. SISTEMATIKA
Bakteri Gram
Negatif
E coli
Fekal
Non-fekal
Uji Coliform
Kualitas Air
Air minum
tidak
dimasak
Infeksi
oleh
bakteri
Mual, muntah,
diare, dan
demam
Meningococcus Meningitis
Demam
dan
kejang
Leptospira
Leptospirosis
Pemeriksaan
Urin
Spiral dan
Hook
Kejang, demam,
ikterus, tanpa
diare
FESES

V. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Mahasiswa mampu menjelaskan klasifikasi, morfologi, struktur dan pertumbuhan
bakteri Gram negatif
2. Mahasiswa mampu menjelaskan fisiologis flora normal Gram negatif pada
manusia
3. Mahasiswa mampu menjelaskan patogenesis dan penyakit bakteri spiral Gram
negatif
4. Mahasiswa mampu menjelaskan patogenesis dan penyakit bakteri kokus Gram
negatif
5. Mahasiswa mampu menjelaskan patogenesis dan penyakit bakteri basil Gram
negatif
6. Mahasiswa mampu menjelaskan pemeriksaan penunjang pada infeksi bakteri
Gram negatif
7. Mahasiswa mampu menjelaskan farmakologi antibiotikpada infeksi bakteri Gram
negatif
8. Mahasiswa mampu menyebutkan upaya pencegahan infeksi bakteri Gram negatif

VI. BELAJAR MANDIRI
(mengumpulkan informasi)
VII. BERBAGI INFORMASI

1. Mahasiswa mampu menjelaskan klasifikasi, morfologi, struktur dan pertumbuhan
bakteri Gram negatif
a. Klasifikasi
Bakteri gran negatif yang menyebabkan patogen pada manusia terdiri dari tiga tipe
yaitu coccus , basil , spiral.

Coccus : neisseria gonorrhoeae : penyakit gonorrhoeae
Neisseria meningitidis : meningitis

Spiral : treponema palidum : sifilis
Leptospira : leptospirosis
Borrelia recurrentis : demam kekambuhan

Batang: enterobacteriaceae ( shigela, salmonella, E coli )
Klebsiella, proteus, morganella dll.

b. Struktur



c. Morfologi

- Coccus ( gram negatif yang biasanya berpasangan )

Neisseria gonorhea : punya plasmid
Neisseria meningitidis : punya capsul polisakarida, jarang punya plasmid , n
ditemukan di saluran pernafasan.

Dari organisme tipical : tidak motil, diameter 0.8 mikron ,coccus tunggal
berbentuk ginjal, ketika berpasangan sisi datar atau konkafnya berdekatan
Dari kultur : membentuk koloni konveks, mengilat, mukoid, diameter 1-5
mm, koloni bersifat transparan(opak), tidak berpigmen, dan tidak hemolitik.
- Basil
Enterobacteriae
Merupakan bakteri batang pendek gram negatif , kapsul besar dan reguler lazim
ditemukan pada klebsiella, yang kecil dan irreguler dijumpai pada enteribakter.
Sebagien besak bakteri enterik membentuk bundar, cembung, permukaan halus dan
tepi yang khas.
Salmonella : panjang berfariasi, sebagian besar isolat, bersifat motil dengan
flagel peritriks , membentuk asam terkadang membentuk gas dari glukosa
dan matosa, bisa bertahan hidup pada air yang beku.
Shigella
organisme tipikal : merupakan batang gram negatif yang ramping, bentuk
cocobasil n ditemukan pada biakan yang masih muda

kultur : merupakan bakteri anaerop fakultatif, koloni cembung, bundar,
trasnparan, tepi berbatas tegas, mencapai diameter sekitar 2mm
dalam 24 jam.


- Spiral
Treponema palidum : spiral halus , 5-15 mikron , di lihat menggunakan
mikriskop dengan lapangan pandang gelap.
Leptospira : berbentuk ulir yang rapat, tipis dan fleksibel, motil yang aktif
Borrelia recurentis : spiral , fleksibel, tidak berflagen, dan merupakan
mikroorganisme anaerop dan di tulakkan melalui tuma atau sengkenit.

d. Pertumbuhan

Proses pertumbuhannya sama dengan bakteri gram positif melalui fase berikut :



2. Mahasiswa mampu menjelaskan fisiologis flora normal Gram negatif pada manusia
MIKRO FLORA NORMAL
Setelah kita mengetahui beberapa laboratorium kesehatan, maka pada artikel kesehatan kali
ini akan memaparkan secara ringkas tentang mikro flora normal yang terdapat pada tubuh
kita. Referensinya dapat dilihat di Mikrobiologi Kedokteran buku 1 karangan Jawetz,
Melnick, dan Adelbergs ataupun pada buku tentang mikrobiologi lainnya karena secara
umum sama.
Mikro flora normal itu sendiri merujuk kepada sekumpulan mikroorganisme yang hidup
pada kulit dan selaput lendir (mukosa) pada manusia normal dan sehat. Mikro flora normal
pada kulit ini dapat di bagi menjadi :
1. Flora Tetap (Resident Flora)
2. Flora Sementara (Transient Flora)

PERAN FLORA TETAP
Mikroorganisme ini bersifat komensal dimana pertumbuhan pada bagian-bagian tubuh
tertentu bergantung kepada factor fisiologis seperti suhu, kelembaban dan ada tidaknya
nutrisi tertentu serta beberapa zat penghambat.
Beberapa anggota flora tetap di saluran pencernaan mensintesis vitamin K dan penyerapan
berbagai zat makanan. Flora yang menetap di selaput lender dan kulit dapat mencegah
kolonisasi oleh bakteri pathogen dan mencegah penyakit akibat gangguan bekteri.
Flora normal ini dapat menimbulkan penyakit pada manusia yaitu pada kondisi tertentu.
Contohnya, streptococcus dari kelompok viridians merupakan kelompok organnisme yang
biasa menghi=uni saluran nafas atas. Apabila masuk ke aliran darah dalam jumlah banyak,
maka mereka akan hidup di katup jantung yang rusak atau katup prostetik dan
menimbulkan endokarditis infektif.
Namun demikian flora normal ini tidak berbahayajika tidak berada pada lokasi asing dalam
jumlah banyak dan adanya factor-factor predisposisi dan dapat pula bermanfaat bagi tubuh
inang pada tempat yang seharusnya atau tidak ada kelainan yang menyertainya.
FLORA NORMAL PADA KULIT
Mikroorganisme utama pada kulit adalah difteroid aerobic dan anaerobic (misalnya
corynebacterium, propionibacterium), stafilokokkus aerobic dan anaerobic non hemolitikus
(Staphylococcus epidermidis, kadang-kadang S. aureus dan golongan peptostreptococcus),
basil gram postif aerobic, bakteri pembentuk spora yang banyak terdapat di udara, air,
tanah; streptococcus alfa hemoliticus (S. viridians) dan enterococcus; dan basil coliform
gram negative serta acitenobacter. Jamur dan ragi sering terdapat pada lipatan-lipatan kulit;
micro bacteria tahan asam nonpatogen terdapat pada daerah-daerah yang kaya
sekresilemak/sebum (genital, telingan bagian luar).
Factor-faktor yang berperan menghilangkan flora sementara pada kulit adalah pH rendah,
asam lemak pada sekresi sebasea danadanya lisozim. Jumlah mikroorganisme pada
permukaan kulit mungkin bias berkurang dengan jalan menggosok-gosoknya dengan sabun
yang mengandung heksaklorofen atau desinfektan lain, namun flora secara cepat muncul
kembali dari kelenjar sebasea dan keringat.
FLORA NORMAL PADA MULUT DAN SALURAN NAFAS BAGIAN ATAS
Pada hidung terdapat flora normal utama yaitu dari Corinebacteria, stafilococcus (S.
epidermidids, S. aureus) dan streptococcus.
Saat lahir, selaput lendir(mukosa) pada mulut dan faring akan terkontaminasi oleh flora.
Kemudian setelah 4 12 jam setelah lahir flora seperti Streptococcus viridians menjadi
flora tetap yang utama sepanjang hidup.
Ketika gigi mulai tumbuh, akan muncul spirochaeta anaerob, spesies prevotella
(terutama P. melaninogenica), spesies fusobakterium, spesies rothia dan spesies
capnocytophaga muncul secara bersamaan dengan vibrio anaerob dan lactobasili. Spesies
Actinomyces secara normal terdapat pada jaringan tonsil dan pada gingival orang dewasa,
begitu pula dengan beberapa protozoa. Begitu pula dengan ragi (spesies Candida) terdapat
pada mulut.
Faring dan Trakhea
Pada daerah ini juga terdapat flora normal yang sama. Organism normal pada saluran nafas
bagian atas, teruatama pada faring adalah streptococcus non hemoliticus dan alfa
hemoliticus serta Neisseria.
FLORA NORMAL PADA SALURAN PENCERNAAN
Saat lahir, kondisi usus steril namun organism akan segera masuk bersamaan dengan
makanan yang dimakan oleh bayi.
Saat menyusui, usus akan mengandung flora seperti Strptocokokki asam laktat dan
lactobacilli dalam jumlah besar. Organisme aerob dan anaerob, gram positif, non motil ini
menghasilkan asam dari karbohidrat dan tahan pada pH 5,0.
Pada orang dewasa, esophagus terdiri atas mikroorganisme yang masuk bersama dengan
saliva dan makanan. pH asam lambung yang di hasilkan akan melindungi terhadap infeksi
bakteri pathogen usus seperti cholera. Pada duodenum terdapat 10
5
10
8
bakteri/gram.
Pada usus halus bagian atas, lactobacillus dan enterococcus mendominasi dan pada usus
halus bagian bawah yang mendominasi adalah flora tinja. Pada kolon sigmoid dan dan
rectum, terdapat sekitar 10
11
bakteri/gram isi kolon.
FLORA NORMAL PADA URETRA
Uretra anterior baik itu pada wanita ataupun pria mengandung sedikit mikroorganisme
yang berjenis sama seperti pada kulit dan perineum. Mikroorganisme ini terdapat dalam air
kemih normal dengan jumlah 10
2
10
4
/ ml.
FLORA NORMAL PADA VAGINA
Saat lahir, lactobacil aerob muncul dalam vagina dan menetap selama pH tetap asam.
Apabila pH ini menjadi netral akan terdapat flora campuran yaitu coccus dan bacil.
Saat Pubertas, lactobacil aerob dan anaerob ditemukan kembali dalam jumlah yang besar
dan akan mempertahankan keasaman pH melalui pembentukan asam dari karbohidrat
khususnya glikogen. Keuntungan pembentukan asam ini yaitu untuk mencegah bakteri
yang bersifat pathogen dalam vagina.
Setelah Monopause, lactobacil akan berkurang jumlahnnya dan flora campuran coccus
dan bacil akan muncul kembali.
FLORA NORMAL PADA MATA (konjungtiva)
Mikroorganisme yang terdapat pada mata yang paling utama adalah
difteroid(Corynebacterium xerosis), S. epidermidis dan streptococcus non hemolitik. Flora
normal ini dikendalikan oleh lisozim yang terdapat pada air mata.

3. Mahasiswa mampu menjelaskan patogenesis dan penyakit bakteri spiral Gram
negatif
A. Treponema pallidum
Manusia merupakan hospes alami satu-satunya bagi Treponema pallidum, dan infeksi
terjadi akibat kontak seksual. Treponema pallidum yang merupakan patogen yang paling
virulen terhadap manusia, menyebabkan sifilis venerik pada manusia dan menimbulkan
lesi pada kulit dan testis. Organisme ini menembus selaput mukosa atau memasuki kulit
yang mempunyai luka kecil. Setelah berada di dalam hospes,organisme tersebut
terlokalisasi pada tempat masuknya dan mulai memperbanyak diri.Treponema pallidum
segera memasuki aliran darah dan pembuluh limfe kemudian tersebar ke jaringan
lainnya. Dengan demikian, sejak awal sifilis merupakan penyakit yang menyerang
seluruh bagian tubuh, menyerang jaringan meliputikelenjar limfe, kulit, selaput mukosa,
hati, limfa, ginjal, jantung, tulang, laring, mata, otak, selaput otak, dan susunan saraf
pusat. Pada wanita lesi awal biasanya terdapat pada labia, dinding vagina atau pada
serviks, sedangkan pada pria lesi awal terdapat p[ada batang penis atau pada dlans penis.
Lesi primer dapat pula terjadi pada bibir, lidah, tonsil, atau daerah kulit lainya.
B. Leptospira
Leptospirosis disebabkan oleh kontaminasi (kontak dengan) spirochaeta yang dapat
ditemukan dalam air yang terkontaminasi air ken cing hewan. Ini biasanya terjadi pada
daerah beriklim tropis.- Masa inkubasi 2 sampai 26 hari (rata-rata 10 hari)- Demam tiba-
tiba, menggigil, nyeri otot dan nyeri kepala merupakan gejala awal.- Mual, muntah dan
diare dialami oleh 50% kasus- Batuk kering dialami oleh 25-35 % kasus- Nyeri sendi,
nyeri tulang, sakit tenggorokan dan sakit perut dapat juga dijumpai tetapi agak jarang-
Pendarahan conjuctiva merupakan tanda khas penyakit ini pada fase leptospira beredar di
dalam darah penderita- Pada fase ke dua atau fase imunitas, menjadi asimtomatis;
demam tidak terlalu tinggi, nyeri otot dan gejala gangguan saluran pencernaan menjadi
ringan- Gejala meningitis merupakan tanda khas fase kedua (50%). Kasus berat dengan
gejala karakteristik berupa demam tinggi disertai perdarahan, kuning (jaundice) dan
gagal ginjal dikenal dengan Weils disease; pada keadaan ini angka kematian sangat
tinggi.
C. Borrelia
Borrelia adalah genus dari bakteri kelas spirochete.spesies dari borrelia, dan yang dikenal
saat ini adalah 37 spesies. Pada tahun 1970-an, penelitian tentang kasus lyme,pengenalan
akan Penyakit Lyme yang jelas sungguh ada. Ini tidak sampai 1982pertama kali
teridentifikasi bahwa ini disebabkan kutu dari New York, oleh Dr. willyBurgdorfer di
Laboratorium Gunung Rocky., National Institut of Allergy andInfection Diseases
(Institut Nasional Alergi dan Penyakit Infeksi) , di Hamilton,Montana. Penyakit Lyme
biasanya kebanyakan infeksi kutu pada utara Amerika danEropa. Seperti pada tahun
1975 ditemukan sejumlah kasus tentang munculnyapenyakit Lyme di 47 negara bagian,
juga dikenal di Eropa, Uni Soviet, Cina, Jepangdan Australia. Penyakit ini disebabkan
oleh Bakteri Borrelia burgdorferi, yangbiasanya ditularkan melalui kutu kecil pada rusa.
Penyakit Lyme adalah penyakitperadangan akut yang ditandai oleh perubahan
kulit,peradangan sendidan gejala yangmenyerupai flu. Lyme biasanya terjadi pada saat
musim panas dan awalmusim gugur, lebih sering menyerang anak-anak dan dewasa
muda yang tinggal didaerah perhutanan.

4. Mahasiswa mampu menjelaskan patogenesis dan penyakit bakteri kokus Gram
negatif
Neisseria
Golongan Neisseria ini merupakan kokus gram (-) yang biasanya tampak berpasangan, dan
biasanya ditemukan bersama sel polimorfonuklear .

Terdapat dua jenis Neisseria yang bersifat patogen :
1) Neisseria gonorrhoeae (gonokokus)
2) Neisseria meningitidis (meningokokus)
Ada beberapa perbedaan dari dua jenis Neisseria ini, seperti :


Patogenesis
1) Neisseria gonorrhoeae (gonokokus)
Neisseria gonorrhoeae mempunyai pertahanan / menghindari dari pertahanan sel inang,
karena punya struktur :
a. Pili - membantu pelekatan pada sel inang dan resistensi terhadap fagositosis
b. Por (protein I) untuk membentuk pori pori di permukaan sehingga tempat
masuknya nutrien kedalam sel.
c. Opa (protein II) untuk perlekatan gonokokus di dalam koloninya dan perlekatan
gonokokus pada sel inang.
d. Rmp (protein III) berkerja sama dengan Por untuk membentuk pori pori .
Gonokokus Meningokokus
1. Tidak mempunyai simpai
polisakarida
2. Punya plasmid
3. Penyakit khas pada infeksi sel
kelamin
1. Mempunyai simpai polisakarida
2. Jarang memiliki plasmid
3. Penyakit khas ditemukan di sel
napas bagian atas.

Prosesnya :
Gonokokus menyerang selaput lendir sel genitaurinari, mata, rektum yang mengakibatkan
supuratif akut. Pada pria menyebabkan uretritis, nanah yang berwarna kuning dan nyeri
waktu kencing, sedangkan pada wanita, infeksi primer terjadi di endoserviks dan meluas ke
uretra dan vagina mengakibatkan sekret mukopurulen.

2) Neisseria meningitidis (meningokokus)
Ditularkan melalui batuk / bersin dari orang penderita (kontak dengan cairan respirasi /
tenggorokan).
Prosesnya :
Infeksi biasanya terjadi pada nasofaring, dengan cara melekat pada sel epitel mukosa dengan
bantuan pili, dengan enzim yg bersifat litiknya, dia merusak sel, dan masuk kedalam darah
dan terjadi keadaan bakteriemia , mengikuti jalur edar darah, termasuk ke selaput otak, dan
menyebabkan radang selaput otak (meningitis) dan dapat diikuti dengan demam dan kejang.
5. Mahasiswa mampu menjelaskan patogenesis dan penyakit bakteri basil Gram negatif
1. Bakteri Batang Gram Negatif Salmonella
Salmonela umumnya bersifat patogen untuk manusia atau hewan bila masuk melalui
mulut. Organisme ini ditularkan dari hewan dan produk hewan ke manusia, dan
menyebabkan enteritis, infeksi sistemik, dan demam enterik.

Morfologi dan Klasifikasi
Salmonella sp. adalah bakteri batang lurus, gram negatif, tidakberspora, bergerak dengan
flagel peritrik, berukuran 2-4 m x 0.5-0,8 m. Salmonella sp. tumbuh cepat dalam
media yang sederhana (Jawetz,dkk, 2005), hampir tidak pernah memfermentasi laktosa
dan sukrosa, membentuk asam dan kadang gas dari glukosa dan manosa, biasanya
memporoduksi hidrogen sulfide atau H2S, pada biakan agar koloninya besar bergaris
tengah 2-8 milimeter, bulat agak cembung, jernih, smooth, pada media BAP tidak
menyebabkan hemolisis, pada media Mac Conceykoloni Salmonella sp. Tidak
memfermentasi laktosa (NLF), konsistensinya smooth (WHO, 2003) Salmonella sp.
tahan hidup dalam air yang dibekukan dalam waktu yang lama, bakteri ini resisten
terhadap bahan kimia tertentu (misalnya hijau brillian, sodium tetrathionat, sodium
deoxycholate) yang menghambat pertumbuhan bakteri enterik lain, tetapi senyawa
tersebut berguna untuk ditambahkan pada media isolasi Salmonella sp.
Pada sampel feses. Klasifikasi kuman Salmonella sp. sangat kompleks, biasanya
diklasifikasikan menurut dasar reaksi biokimia, serotipe yang diidentifikasi menurut
struktur antigen O, H, dan Vi yang spesifik (Jawetz, dkk, 2005 ;Bennasar, A.,et al ,
2000). Menurut reaksi biokimianya, Salmonella sp.dapat diklasifikasikan menjadi tiga
spesies yaitu S. typhi, S. enteritidis, S.cholerasuis, disebut bagan kauffman-white
(Irianto, 2006). Berdasarkan serotipenya di klasifikasikan menjadi empat serotipe
yaitu S. paratyphi A (Serotipe group A), S. Paratyphi B (Serotipe group B), S. Paratyphi
C (Serotipe group ), dan S. typhi dari Serotipe group D (Jawetz, 2005).

Patogenesis dan Gambaran Klinis
Salmonella Thypi, Salmonella Choleraesuis, dan mungkin juga Salmonella Paratyphi B
bersifat infeksius untuk manusia, dan infeksi oleh organisme tersebut didapatkan dari
manusia. Namun, sebagian besar salmonella bersifat pathogen terutama bagi hewan yang
menjadi reservoir untuk menjadi manusia: unggas, babi, hewan pengerat, hewan ternak,
binatang piaraan (dari kura-kura hingga burung kakatua), dan banyak lainnya. Organisme
ini hampir selalu masuk melalui rute oral, biasanya bersama makanan atau minuman
yang terkontaminasi. Dosis efektif rata-rata untuk menimbulakn infeksi klinis atau
subklinis pada manusia adalah 105-108 Salmonella. Beberapa factor pejamu yang
menimbulkan resistensi terhadap infeksi Salmonella adalah keasaman lambung, flora
normal usus dan kekebalan usus.

Penyakit yang Disebabkan Oleh Bakteri Jenis Ini
Berikut macam macam penyakit yang disebabkan oleh Salmonella yaitu :
1. Demam Enterik (Demam Tifoid)
HCL dalam lambung berperan sebagai penghambat masuknya Salmonella typhi dan
bakteri lain. Jika Salmonella typhi masuk bersama-sama cairan, maka terjadi
pengenceran HCL yang mengurangi daya hambat terhadap
mikroorganisme penyebab penyakit yang masuk. Daya hambat HCL ini akan
menurun pada waktu terjadi pengosongan lambung, sehingga Salmonella typhi dapat
masuk ke dalam usus penderita. Salmonella typhi seterusnya memasuki folikel-
folikel limfe yang terdapat di dalam lapisan mukosa atau submukosa usus, bereplikasi
dengan cepat untuk menghasilkan lebih banyak Salmonella typhi. Setelah itu,
Salmonella typhi memasuki saluran limfe dan akhirnya mencapai aliran darah.
Dengan demikian terjadilah bakteremia pada penderita. Dengan melewati kapiler-
kapiler yang terdapat dalam dinding kandung empedu atau secara tidak langsung
melalui kapiler-kapiler hati dan kanalikuli empedu, maka bakteri dapat mencapai
empedu dan larut disana.
2. Bakterimia dengan Lesi Fokal
Keadaan ini umumnya disebabkan oleh S.choleraesuis, tetapi juga dapat disebabkan
oleh serotype salmonella apapun. Setelah infeksi melalui mulut, terjadi invasi dini
kealiran darah (dengan kemungkinan lesi fokal di paru, tulang, meningens, dan lain-
lain), tetapi manifestasi di usus sering tidak ada.
Bayi dan anak-anak jauh lebih rentan terhadap infeksi terutama Salmonella, mudah
dicapai dengan menelan sejumlah kecil bakteri. Telah menunjukkan bahwa,
pada bayi, pencemaran bisa melalui inhalasi debu bakteri-sarat. Setelah masa
inkubasi singkat beberapa jam sampai satu hari, kuman berkembang biak di dalam
lumen usus menyebabkan radang usus dengan diare yang sering muco-bernanah dan
berdarah. Pada bayi, dehidrasi dapat menyebabkan keadaan parah toksikosis.
Normalnya tidak adasepsis, tetapi bisa terjadi sebagai komplikasi pada pasien usia
lanjut melemah (penyakit Hodgkin), misalnya. Lokalisasi ekstraintestinal yang
mungkin, terutama Salmonella meningitis pada anak-anak, osteitis, dll. Salmonella
(misalnya, Salmonella entericasub sp. enterica serovar enteritidis) dapat
menyebabkan diare, yang biasanya tidak memerlukan antibiotik pengobatan. Namun,
pada orang yang berisiko seperti bayi, anak kecil, orang tua, infeksi Salmonella bisa
menjadi sangat serius, mengarah ke komplikasi. Jika hal ini tidak diobati, pada pasien
HIV dan orang-orang dengan kekebalan tubuh rendah bisa menjadi sakit parah Anak
dengan anemia sel sabit yang terinfeksi Salmonella bisa terjadi osteomyelitis.
3. Enterokolitis
Enterokolitis merupakan manifestasi infeksi salmonella yang paling sering terjadi. Di
AS Salmonella thypimurium dan Salmonella enteriditis lebih menonjol, tetapi
enterokolitis dapat disebabkan oleh lebih dari 1400 serotype Salmonella grup 1.
Delapan hingga 48 jam setelah tertelannya salmonella timbul mual, sakit kepala,
muntah dan diare hebat, dengan beberapa leukosit di dalam feses. Sering timbul
demam ringan tetapi biasanya sembuh sendiri dalam 2-3 hari. Terdapat lesi inflamasi
pada usus halus dan usus besar. Bakterimia jarang terjadi, kecuali pada pasien yang
mengalami imunodefisiensi. Biakan darah baiasanya negative, tetapi biakan feses
biasanya positif untuk salmonella dan dapat tetap positif selama beberaoa minggu
setelah penyakit sembuh secara kinis.

2. Bakteri Batang Gram Negatif Pseudomonas
Kuman Pseudomonas berbentuk batang bergerak dan menghasilkan pigmen yang mudah
larut dalam air dan berdifusi didalam medium pertumbuhan. Kuman ini terdapat banyak
pada tanah, sampah, air dan udara. Diantara 30 species dari Pseudomonas yang
diketahiui hanya satu yang pathogen terhadap hewan dan manusia yaitu Pseudomonas
aeruginosa. Sedillet (1850) seorang ahli bedah Perancis sudah melihat adanya eksudat
yang berwarna biru kehijauan pada pakaian-pakaian operasi. Fordas (1860) dapat
mengisolasi Kristal dari kain linen yang terkena luka bernanah dan menamakannya
pyocianine. Gessard dapat mengisolasi penyebabnya dan terus dipelajarinya sampai
tahun 1882-1925.

Morfologi dan Identifikasi
Kuman ini berbentuk batang pendek lurus atau bengkok. Ukuran 0,51-3 mikron.
Bergerak aktif dengan satu atau lebih flagella dan flagellanya terletak pada kedua ujung
kuman. Tidak berspora dan tidak berselubung serta Gram (-). Sifat pertumbuhan
Pseudomonas aeruginosa pada 37 42C, pertumbuhan pada 42C membantu
membedakannya dari spesies Pseudomonas pada kelompok fluoresen bersifat oksidase
positif.
Sifat Biakan tumbuh aerob, membentuk pigmen biru kehijauan dan dalam keadaan
anaerob tidak membuat pigmen. Tumbuh di media biasa, di media padat bentuk koloni
besar tidak teratur, abu-abu gelap dan terlihat adanya untaian pada tepinya. Pigmen
disebarkan dalam medium pertumbuhan. Pseudomonas aeruginosa bersifat aerobik
obligat yang tumbuh dengan cepat pada berbagai tipe media, kadang memproduksi bau
manis seperti anggur atau jagung.

Struktur Antigen dan Toksin
Pseudomonas aeruginosa memiliki 2 macam antigen yaitu antigen-H dan antigen-O dan
paling sedikit ada 7 tipe antigen Pseudomonas aeruginosa yang telah ditetepkan.
Lipopolisakarida menentukan kekhususan antigen. Vaksin dari tipe-tipe ini yang
diberikan pada penderita high-risk akan memberikan perlindungan terhadap sepsis
Pseudomonas 10 hari kemudian. Pengobatan seperti ini diberikan pada kasus-kasus
leukemia, luka bakar, fibrosis kristik dan penekanan immune.
Banyak galur Pseudomonas aeruginosa memproduksi eksotosin A yang menyebabkan
jaringan nekrosis dan jika bentuk murni disuntikkan pada binatang dapat mematikan.
Toksin memblok sintesis protein dengan sebuah mekanisme yang identik dengan toksin
difteria, meskipun struktur kedua toksin tidak identik. Antitoksin terhadap eksotoksin A
ditemukan dibeberapa serum manusia, termasuk pada pasien yang sembuh dari infeksi
Pseudomonas aeruginosa.

Patogenesis
Pseudomonas aeruginosa menjadi patogenik hanya jika berada pada tempat dengan daya
tahan tidak normal, misalnya di selaput lender dan kulit yang rusak akibat kerusakan
jaringan: jika menggunakan kateter pembuluh darah atau saluran kencing, atau pada
neutropenia seperti kemoterapi kanker. Bakteri menempel dan menyerang selaput lendir
atau kulit, menyebar dan berakibat penyakit sistemik.

Patologi
Faktor yang menentukan daya patogen adalah LPS mirip dengan yang ada
pada Enterobacteriaceae; eksotoksin A, suatu transferasa ADP-ribosa mirip dengan
toksin difteri yang menghentikan sintesis protein dan menyebabkan nekrosis di dalam
hati; eksotoksin S yang juga merupakan transferasa ADP-ribosa yang mampu
menghambat sintesis protein eukariota. Produksi enzim-enzim dan toksin-toksin yang
merusak barrier tubuh dan sel-sel inang menentukan kemampuan Pseudomonas
aeruginosa menyerang jaringan. Endotoksin P. aeruginosa seperti yang dihasilkan bakteri
gram negatif lain menyebabkan gejala sepsis dan syok septik. Eksotoksin A menghambat
sintesis protein eukariotik dengan cara kerja yang sama dengan cara kerja toksin difteria
(walaupun struktur kedua toksin ini tidak sama) yaitu katalisis pemindahan sebagian
ADP-ribosil dari NAD kepada EF-2.

Gambaran Klinis
Kuman ini dapat menginfeksi tratus uregenitalis, septicemia, ulcus cornea, gastroenteritis
pada anak-anak dan meningitis. Pseudomonas aeruginosa menybabkan infeksi pada luka
bakar menghasilkan nanah berwarna hijau biru. Penyerangan pada saluran nafas
khususnya respirator yang tercemar mengakibatkan pneumonia nekrotika. Bakteri sering
ditemukan pada otitis ekterna ringan pada perenang. Infeksi pada mata, yang mengarah
pada kerusakan mata dengan cepat, biasanya terjadi sesudah luka atau operasi mata.
Sebagian besar infeksi Pseudomonas aeruginosa, gejala dan tandanya tidak spesifik dan
berkaitan dengan organ yang terserang.

Penyakit pada Manusia
Pseudomonas aeruginosa tersebar luas di dunia dan terdapat di tanah, sampah, air dan
udara. Pseudomonas aeruginosa dapat berada pada orang sehat, dimana bersifat saprofit.
Ini menyebabkan penyakit pada manusia dengan ketahanan tubuh yang tidak normal.
Infeksi pada manusia adalah karena kulit tercemar oleh Pseudomonas aeruginosa dan
adanya predisposisi seperti lecet atau berupa luka-luka tusuk.

3. Bakteri Batang Gram Negatif Shigella
Habitat asli shigella terbatas pada saluran cerna manusia dan primata lain, tempat
organisme ini menimbulkan disenteri basilar.

Morfologi dan Identifikasi
Ciri khas organisme
Shigella adalah batang gram-negatif yang ramping bentuk kokobasil ditemukan pada
biakan yang muda.

Biakan
Shigella bersifat fakultatif anaerob tetapi tumbuh paling baik secara aerob. Koloni
berbentuk konveks, bulat, transparan dengan tepi yang utuh dan mencapai diameter
sekitar 2 mm dalam 24 jam.

Sifat pertumbuhan
Shigella membentuk asam dari karbonhidrat tetapi jarang menghasilkan gas. Organisme
ini juga dapat dibagi menjdi organisme yang memfermentasikan manitol dan tidak
memfermentasikan manitol.

Struktur Antigen
Shigella memiliki struktur antigen yang kompleks. Terdapat tumpang tindih pada sifat
serologik berbagai spesies, dan sebagian organisme memiliki antigen O yang sama
dengan basil enterik lain. Antigen O somatik shigella adalah lipopolisakarida.

Patogenesis dan Patologi
Infeksi shigella hampir slalu terbatas di saluran cerna jarang terjadi invasi ke aliran
darah. Proses patologi yang paling penting adalah invasi ke sel epitel mukosa (misal, sel
M), dengan menginduksi fagositosis, keluar dari vakuola fagositik, bermultiplikasi dan
menyebar di dalam sitoplasma sel epitel, dan menyebar ke sel yang ada di dekatnya.
Mikroabses di dinding usus besar dan ileum terminal menyebabkan nekrosis membran
mukosa, ulserasi suprfisial, perdarahan dan membentuk pseudomembran pada daerah
ulserasi. Pseudomembran ini terdiri dari fibrin, lekosit, debris sel, membran mukosa yang
nekrotik, dan bakteri.

Gambaran Klinik
Setelah masa inkubasi yang pendek (1-2 hari), secara mendadak timbul rasa nyeri perut,
demam, dan diare cair. Diare ini disebabkan oleh kerja enterotoksin di usus halus. Sehari
atau beberapa hari kemudian, ketika infeksi mengenai ileum dan kolom, jumlah feses
meningkat. Feses lebih kental tetapi sering mengandung lendir dan darah. Penyakit yang
disebabkan oleh S dysenterae kadang-kadang dapat sangat parah. Pada pemulihan,
kebanyakkan orang mengeluarkan basil disentri dalam waktu singkat, tetapi beberapa
orang tetap menjadi carrier usus kronik dan dapat mengalami serangan penyakit secara
berulang. Setelah sembuh dari infeksi, kebanyakan orang membentuk antibodi sirkulasi
terhadap shigella, tetapi antibodi ini tidak mencegah terjdi infeksi ulang.

4. Bakteri Batang Gram Negatif Vibrio
Morfologi dan Identifikasi
-ciri organisme: V. Cholerae berbentuk koma,batang kurva dengan panjang 2-4 mikro.
Motil aktif dikarenakan memiliki flagela polar. Vibrio bisa menjadi batang yang lurus
yang mirip dengan bakteri enterik gram negatif.

Kultur : V. Cholerae menghasilkan koloni yang cembung, halus dan bulat
keruh (opaque) dan bergranul bila disinari. Tumbuh dengan baik pada suhu 37o Celcius
pada berbagai jenis media, yang mengandung garam mineral sebagai sumber karbon dan
nitrogen.

Sifat Pertumbuhan : V. Cholerae biasanya memfermentasi sukrosa dan manosa. Tes
oksidase positif merupakan langkah kunci dalam identifikasi dari V. Cholerae. Sebagian
spesies adalah halototerant, dan NaCl sering menstimulasi pertumbuhannya. Beberapa
diantaranya bersifat halofilik, membutuhkan kehadiran NaCl untuk pertumbuhan.

Patogenesis dan Patologi
V. cholerae adalah patogen terhadap manusia. Jika mediator adalah makanan sebanyak
102-104 organisme diperlukan, karena kapasitas bufer yang cukup dari makanan.
Beberapa pengobatan dapat menurunkan kadar asam dalam perut membuat seseorang
lebih sensitif terhadap infeksi V. Cholerae. Kolera bukan merupakan infeksi yang invasif.
Tidak mencapai aliran darah tetapi tetap di dalam saluran usus. V. Cholerae yang virulen
menempel pada mikrovili permukaan sel epitelial. Disana mereka akan memperbanyak
dan melepaskan racun kolera.

Gambaran klinis
Sekitar 60% infeksi yang disebabkan oleh V.cholerae cenderung tidak bergejala. Periode
inkubasi selama 1-4 hari untuk sampai timbul gejala. Gejala yang timbul mual,muntah,
serta diare hebat disertai kram perut. Tinja yang mirip cucian beras (rice water stool)
mengandung mukus, sel epitel, dan sejumlah besar vibrio. Penderita akan kehilangan
cairan dan elektrolit dengan cepat yang dapat mengarah pada dehidrasi berat, syok, dan
anuria. Tingkat kematian dengan tanpa pengobatan adalah 25% dan 50%. Bagaimana
pun kasus berat dan ringan tidak mudah dibedakan dari penyakit yang lain.

6. Mahasiswa mampu menjelaskan pemeriksaan penunjang pada infeksi bakteri Gram
negatif
KOKUS GRAM NEGATIF
1. Neisseria Meningitidis
Infeksi meningokokus terutsama N. meningitides dalam bahan yang didapat dari
penderita. Jika bahan berupa eksudat, misalnya likuor serebrospinalis, maka dapat
dibuat diagnosis presumtif yang cepat dengan cara menemukan diplokokus negative
gram dalam sediaan apus. Kuman kadang-kadang juga dapat ditemukan dalam
sediaan apus yang berasal dari petekie. Dalam kasus septicemia, kuman juga dapat
ditemukan dalam sediaan apus darah tepi.
Bahan pemeriksaan dapat berupa darah, likuor serebrospinalis, bahan dari petekie,
cairan sendi, usap tenggorokan. Medium selektif Thayer-Martin dipergunakan
untuk pemeriksaan bahan yang mengandung bermacam-macam bakteri, sedangkan
bahan-bahan yang berasal dari darh, likuor atau bahan-bahan yang secara normal
steril, ditanamkan dalam kaldu trypticase soy dalam sungkup CO2.
2. Neisseria Gonorrhoeae
Bahan pemeriksaan untuk diagnosis dapat berasal dari secret uretra, konjungtiva
atau serviks. Untuk kasus-kasus tertentu diambil bahan dari cairan synovial, darah
atau bilasan lambung.
Dari bahan pemeriksaan dibuat sediaan Gram dan kultur. Dalam sediaan Gram akan
ditemukan diplokokus negative Gram (DNG) intrasel leukosit polimorfonuklear dan
DNG ekstrasel. DNG intrasel terutama ditemukan pada kasus-kasus akut. Untuk
pemeriksaan mikroskopik ini dapat pula dilakukan tes fluoresensi zat anti. Sediaan
DNG dicampur dengan IgG anti gonokokus dan fluoresensi isotiosianat. Kuman
akan Nampak berfluoresensi di bawah mikroskop fluoresen.

BATANG NEGATIF GRAM
1. ESCHERICHIA COLI
Diagnosis laboratorium penyakit diare yang disebabkan oleh E. coli masih sulit
dilakukan secara rutin. Beberapa metode baru berdasarkan tes imunologi dan teknik
hibridasi DNA sudah dikembangkan, tetapi belum beredar di pasaran luas, misalnya
tes Elisa (enzyme-linked immunosorbent assay) particle agglunation methods
Coagglunation
2. SHIGELLA
Bahan pemeriksaan yang paling baik untuk diagnosis etiologic shigella adalah usap
dubur atau diambil dari tukak pada mukosa usus pada saat sedang dilakukannya
pemeriksaan sigmoidoskopi.
3. SALMONELLA
Ada tiga metode untuk diagnosis penyakit demam tifoid yaitu
a. Diagnosis Mikrobiologik
Metode diagnosis mikrobiologik adalah metode yang paling spesifik dan lebih
dari 90% penderita yang tidak diobati, kultur darah positif dalam minggu
pertama.
b. Diagnosis Serologik
Tergantung pada antibody yang timbul terhadap antigen O dan H yang dapat
dideteksi dengan reaksi aglutinasi (tes Widal)
c. Diagnosis Klinik

SPIROCHAETALES
1. TREPONEMA PALLIDUM
a. Tes Serologi
Pada dasarnya ada dua macam tes serologi, yaitu tes serologi yang menggunakn
antigen nontroponema atau tes reagen dan tes serologi menggunakan antigen
troponema atau tes antibody troponema
b. Tes flokuasi
Tes ini didasarkan atas kenyataan bahwa partikel antigen yang berupa lipid akan
mengalami flokuasi dalam beberapa menit setelah dikocok dengan reagen. Tes
flokuasi yang semula positif akan berubah menjadi negative dalam 6-24 bulan
setelah pengobatan yang efektif pada sifilis early. Contoh tes flokuasi, antara
lain tes Kahn.

7. Mahasiswa mampu menjelaskan farmakologi antibiotik pada infeksi bakteri Gram
negatif
Berbagai keluarga antibiotik digunakan untuk berbagai jenis mikroorganisme untuk
mencapai kontrol dan membantu pertahanan tubuh selama masa infeksi. Antibiotik adalah
produk mikroorganisme yang bereaksi dengan dan menghambat pertumbuhan
mikroorganisme lainnya. Antibiotik harus selektif meracuni mikroorganisme patogen,
sebaiknya tidak memicu reaksi alergi dalam tubuh, sebaiknya tidak mengganggu populasi
mikroba normal berbagai situs tubuh, dan tidak harus mendorong perkembangan resistensi
obat.
Penisilin. Penisilin mencegah bakteri Gram-positif dari pembentukan peptidoglikan,
komponen utama dari dinding sel. Tanpa peptidoglikan, tekanan internal menyebabkan
bakteri membengkak dan meledak.

Antibiotik: Pengertian Contoh Kegunaan
Penisilin tidak satu antibiotik, tapi sebuah keluarga antibiotik. Keluarga termasuk
penisilin F, penisilin G, dan penisilin X, serta ampisilin, amoksisilin, nafcillin, dan
tikarsilin. Yang pertama penisilin berasal dari jamur Penicillium hijau, tapi kebanyakan
penisilin sekarang diproduksi dengan cara sintetis. Beberapa digunakan untuk melawan
bakteri Gram-negatif.
Orang alergi terhadap penisilin dapat menderita reaksi alergi lokal atau reaksi
seluruh tubuh yang dikenal sebagai anafilaksis. Penggunaan jangka panjang dari penisilin
mendorong munculnya bakteri resisten penisilin karena bakteri ini menghasilkan
penisilinase, enzim yang mengubah asam penisilin untuk penicilloic.
Antibiotik sefalosporin. Antibiotik sefalosporin termasuk cefazolin, cefoxitin, sefotaksim,
cefuroxime, dan moxalactam. Antibiotik pertama kali diproduksi oleh jamur
Cephalosporium. Mereka mencegah sintesis dinding sel bakteri, dan paling berguna
terhadap bakteri Gram-positif, antibiotik sefalosporin baru juga efektif terhadap bakteri
Gram-negatif. Sefalosporin sangat berguna melawan bakteri resisten penisilin dan sering
digunakan sebagai pengganti penisilin.
Antibiotik aminoglikosida. Antibiotik aminoglikosida menghambat sintesis protein
pada bakteri Gram-negatif. Anggota kelompok ini termasuk antibiotik gentamisin,
kanamisin, tobramycin, dan streptomisin. Awalnya terisolasi dari anggota bakteri genus
Streptomyces, para aminoglikosida sekarang diproduksi secara sintetis atau
semisynthetically. Streptomisin efektif terhadap bakteri TBC. Sayangnya, banyak
aminoglikosida memiliki efek merusak pada telinga dan merusak pendengaran.
Antibiotik tetrasiklin. Antibiotik tetrasiklin adalah obat broadspectrum yang menghambat
pertumbuhan bakteri Gram-negatif, rickettsia, klamidia, dan bakteri Gram-positif tertentu.
Mereka melakukannya dengan menghambat sintesis protein. Dibandingkan dengan
antibiotik lainnya, tetrasiklin memiliki efek samping yang relatif ringan, tetapi mereka
dikenal untuk menghancurkan bakteri bermanfaat dalam tubuh. Juga, mereka mengganggu
dengan penumpukan kalsium dalam tubuh, sehingga mereka tidak harus digunakan pada
anak-anak yang sangat muda. Awalnya diisolasi dari anggota genus Streptomyces,
tetrasiklin termasuk antibiotik seperti minocycline, doxycycline, dan tetrasiklin.
Antibiotik antibakteri lainnya. Antibiotik eritromisin bisa digunakan sebagai
pengganti penisilin ketika penisilin kesensitivitas atau alergi penisilin ada. Eritromisin
berguna terhadap bakteri Gram-positif dan telah ditemukan efektif terhadap organisme
yang menyebabkan Legionnaires 'penyakit dan pneumonia mikoplasma. Hal ini
menghambat sintesis protein.
Tuberkulosis adalah penyakit sulit untuk mengobati karena agen etiologi adalah
sangat tahan bakteri Mycobacterium tuberculosis. Lima obat saat ini berguna untuk
mengobati tuberkulosis: rifampisin, etambutol, streptomisin, asam para-Aminosalisilat, dan
isoniazid. Rifampisin juga digunakan untuk mengobati bakteri meningitis.
Bacitracin digunakan untuk pengobatan infeksi kulit karena bakteri Gram-positif.
Antibiotik ini menghambat sintesis dinding sel bakteri dan dapat digunakan secara internal,
tetapi dapat menyebabkan kerusakan ginjal.
Vancomycin saat ini digunakan terhadap bakteri menampilkan resistensi terhadap
penisilin, sefalosporin, dan antibiotik lainnya. Vancomycin adalah antibiotik sangat mahal
dengan berbagai efek samping, dan digunakan hanya dalam situasi yang mengancam jiwa.
Ini mengganggu pembentukan dinding sel bakteri.
Kloramfenikol efektif terhadap berbagai bakteri termasuk bakteri Gram-positif dan
Gram-negatif, rickettsia, dan klamidia. Namun, ia memiliki efek samping yang serius
seperti anemia aplastik (sel darah tanpa hemoglobin), dan dapat menyebabkan sindrom
abu-abu (sejenis kolaps kardiovaskular) pada bayi. Oleh karena itu, digunakan untuk hanya
infeksi bakteri yang paling serius seperti demam tifoid dan meningitis.
Obat sulfa seperti sulfametoksazol dan sulfisoxazole efektif terhadap bakteri Gram-
positif. Bakteri ini memproduksi asam folat, dan obat sulfa mengganggu produksi dengan
mengganti asam para-aminobenzoic (PABA) dalam molekul asam folat. Tindakan ini
menggambarkan bagaimana antibiotik dapat mengganggu jalur metabolisme pada bakteri.
Obat antijamur. Beberapa antibiotik antijamur yang tersedia untuk mengobati penyakit
menular saat ini. Salah satu contoh adalah griseofulvin, yang digunakan untuk melawan
jamur kurap dan kaki atlet. Contoh lain adalah nistatin, clotrimazole, ketoconazole, dan
miconazole, yang semuanya digunakan untuk melawan infeksi vagina karena Candida
albicans. Untuk infeksi jamur sistemik, antibiotik amfoterisin B tersedia, meskipun
memiliki efek samping yang serius.
Obat antivirus. Obat antivirus tidak tersedia secara luas karena virus memiliki
beberapa fungsi atau struktur dengan mana obat dapat mengganggu. Namun demikian,
obat-obatan tertentu yang tersedia untuk mengganggu replikasi virus. Salah satu contoh
adalah azidothymidine (AZT), yang digunakan untuk mengganggu replikasi human
immunodeficiency virus. Contoh lain adalah asiklovir, yang digunakan untuk melawan
virus herpes dan virus cacar, gansiklovir, yang digunakan untuk melawan cytomega-
lovirus, amantadine, yang diresepkan terhadap virus influenza, dan interferon, yang telah
digunakan terhadap virus rabies dan virus kanker tertentu.
Obat antiprotozoal. Banyak antibiotik digunakan untuk melawan bakteri, misalnya,
tetrasiklin, juga berguna terhadap protozoa. Di antara obat yang digunakan secara luas
sebagai agen antiprotozoal adalah metronidazol (), yang digunakan untuk melawan
Trichomonas vaginalis, kina, yang digunakan untuk melawan malaria, dan pentamidin
isetionat, yang berharga terhadap Pneumocystis carinii. Resistensi obat. Selama dekade
terakhir, yang resistan terhadap obat telah dikembangkan pada bakteri. Strain ini mungkin
ada pada populasi mikroba, tetapi mekanisme resistensi mereka tidak diperlukan karena
organisme tidak berhadapan dengan antibiotik. Dengan penggunaan antibiotik secara luas,
bakteri rentan meninggal off, dan bakteri resisten muncul. Mereka berkembang biak untuk
membentuk populasi mikroorganisme yang resistan terhadap obat.
Mikroorganisme dapat menunjukkan perlawanan mereka dalam berbagai cara.
Misalnya, mereka dapat melepaskan enzim (seperti penisilinase) untuk menonaktifkan
antibiotik sebelum antibiotik membunuh mikroorganisme, atau mereka dapat berhenti
memproduksi struktur yang peka terhadap obat atau memodifikasi struktur sehingga tidak
lagi sensitif terhadap obat, atau mereka dapat mengubah struktur membran plasma sehingga
antibiotik tidak dapat lolos ke sitoplasma.
Korelasi positif antara jumlah Streptococcus mutans ( S. mutans ) dalam plak gigi
dan prevalensi karies gigi . Akibatnya, mikroorganisme ini telah menjadi target utama
untuk pencegahan karies gigi . Propolis menjadi substansi yang dibuat oleh lebah madu ,
adalah agen antibakteri yang kuat .
Bahan kimia utama yang ada dalam propolis adalah kelas flavonoid . Flavonoid
adalah senyawa tanaman terkenal yang memiliki properti antibakteri . Karena S. mutans
diterima menjadi salah satu mikroorganisme yang bertanggung jawab untuk karies gigi dan
flavonoid dalam propolis adalah antibakteri , tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengevaluasi secara in vitro aktivitas antibakteri flavonoid propolis Trigona sp terhadap S.
mutans sebagai langkah pertama dalam kemungkinan penggunaan sebagai agen anti-karies
alternatif.
Flavonoid ekstrak dimurnikan dari ekstrak etanol propolis yang diperoleh dari
Kabupaten Bulukumba Sulawesi Selatan menggunakan kromatografi lapis tipis .
Pemurnian flavonoid adalah dilakukan - oleh UVradiation di max 254 nm dan 366 nm
max dan pengobatan dengan amonia . Flavonoid ekstrak diencerkan dengan aquadest
sampai 0,05 % , 0,075 % , 0,1 % , 0,25 % , 0,5 % , konsentrasi 0,75% .
Aquadest dan 10 % povidone iodine juga digunakan sebagai solusi kontrol. S
mutans ditumbuhkan dalam medium glukosa nutrisi agar dan diinkubasi dengan flavonoid
selama 24 dan 48 jam , pada suhu 37 C. Aktivitas antibakteri tercermin oleh diameter
zona inhibisi sekitar silinder stainless steel . Data dianalisis dengan menggunakan ANOVA
dilanjutkan dengan uji BNT dengan taraf signifikansi 5 % . Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa setelah diinkubasi selama 24 dan 48 jam , semua konsentrasi
flavonoid secara signifikan ( p < 0,05 ) menghambat pertumbuhan S mutans . 0,1 %
flavonoid merupakan konsentrasi yang paling efektif untuk menghambat pertumbuhan S
mutans setelah 24 jam inkubasi dan 0,5 % flavonoid setelah 48 jam dari inkubator .
8. Mahasiswa mampu menyebutkan upaya pencegahan infeksi bakteri Gram negatif
Untuk mengatasi berbagai aktifi tas bakteri yang dapat merugikan, perlu di lakukan
tindakan yang tepat. Tindakah tersebut dapat berupa tindakan pencegahan (preventif)
maupun tindakan pengobatan. Tindakan pencegahan dapat dilakukan dengan vaksinasi,
sterilisasi, dan pasteurisasi, dan pengawetan bahan makanan.
Vaksinasi adalah pencegahan penyakit dengan pemberian vaksin, bakteri yang
sudah dilemahkan, sehingga tubuh menerima dapat terhadap bakteri penyebab
penyakit tertentu. Beberapa contoh vaksin untuk pencegahan penyakit yang
disebabkan oleh bakteri adalah vaksin kolera untuk mencegah penyakit kolera,
vaksin tifus untuk mencegah penyakit tifus, vaksin BCG (Bacile Calmette-Guerin)
untuk mencegah penyakit TBC, vaksin DTP (Dipteria-Tetanus-Pertusis vaccines)
untuk mencegah penyakit difterie, pertusis (batuk rejan), dan tetanus), dan vaksin
TCD (Typus Chorela Disentry) untuk mencegah penyakit typus, kholera, dan
desentri.
Sterilisasi adalah pemusnahan bakteri misalnya dalam pengawetan makanan.
Tujuannya adalah untuk mendapatkan kondisi steril (suci hama), metodenya disebut
aseptis. Sterilisasi dapat dilakukan melalui pemanasan dengan menggunakan udara
panas atau uap air panas bertekanan tinggi. Sterilisasi dengan udara panas
menggunakan oven dengan temperatur 170
O
C 180
O
C. Cara ini digunakan untuk
mensterilisasikan peralatan di laboratorium. Sterilisasi dengan uap air
panas bertekanan tinggi dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut autoklaf,
pada temperatur 115 134
O
C. Autoklaf digunakan untuk sterilisasi bahan dan
peralatan.Sterilisasi pada umumnya digunakan pada industri makanan atau
minuman kaleng, penelitian bidang mikrobiologi, dan untuk memperoleh
biakan murni suatu jenis bakteri.
Pasteurisasi adalah pemanasan dengan suhu 63
O
C - 72
O
C selama 15 - 30 menit.
Pasteurisasi dilakukan pada bahan makanan yang tidak tahan pemanasan dalam
suhu tinggi, misalnya susu. Sehingga untuk mematikan bakteri patogen
(Salmonella rasa dan aroma khas susu dapat dipertahankan.





KEPUSTAKAAN
http://perpustakaancyber.blogspot.com/2012/12/cara-mencegah-mengatasi-bakteri-merugikan-
patogen.html#ixzz2iEbNRULX
Brooks,Geo.F,dkk.2005.MIKROBIOLOGIKEDOKTERAN.Jakarta:SalembaMedika.
abbott S: Klebsiella, Enterobacter, Citrobacter, Serratia, Plesiomonas and Other
Enterobacteriaceae. In:Manual of Clinical Microbiology, 8th ed. Murray PR et al (editors). ASM
Press, 2003.
BoppCA et al:Escherichia, Shigella, and Salmonella. In:Manual of Clinical Microbiologi, 8th ed.
Murray PR et al(editors). ASM Press, 2003.
Dupont HL: Shigella species (bacillary desentry). In:Mandell, Douglas, and Bennettss
Principles and Practice of Infectious disease, 5th ed.Mandel GL, Bennett JE, Dorlin R (editors).
Churchill Livingstone, 2000.
Prescott LM, Harley JP, Klein DA. 2002. Microbiology. 5th Ed. Boston: McGraw-Hill.
Levinson, W.E, and Jaetz, E. 1994. Medical Microbiology and Immunology. Appleton and
Lange, USA.
Jawetz, Melnick & Adelberghs: Mikrobiologi Kedokteran. Buku I, Edisi I, Alih bahasa:
Bagian Mikrobiologi, FKU Unair, Salemba Medika, Jakarta. Buwono, I.D., 1993

Anda mungkin juga menyukai