Anda di halaman 1dari 3

Bekerja Secara Aseptik

Aseptik berarti 'tanpa mikro-organisme'. Teknik aseptik mengacu pada praktek yang
digunakan untuk menghindari kontaminasi organisme patogen. Tujuan utama dari teknik aseptik
adalah untuk melindungi pengguna dari kontaminasi oleh organisme patogen selama prosedur
medis dan keperawatan dan untuk melindungi dari hal-hal yang berpotensi menular dari
mikroorganisme tersebut. Hal ini dapat dicapai dengan memastikan bahwa hanya peralatan steril
(Wilson 2006).
Bekerja secara aseptik yang dilakukan dapat mencegah kontaminasi mikroba selama
prosedur invasif atau perawatan dalam integritas kulit. Dua jenis asepsis dapat dilakukan pada
mikrobiologi klinis ialah asepsis medis dan bedah. Aseptik medis digunakan untuk menekan
jumlah organisme dan mencegah penyebaran mereka dan terutama digunakan di daerah
lingkungan dan beberapa daerah perawatan lainnya, misalnya rawat jalan klinik. Asepsisis Bedah
proses yang ketat dan termasuk prosedur untuk menghilangkan mikro-organisme dari suatu
daerah dan dipraktekkan oleh perawat dan petugas kesehatan lainnya (Ayliffe 2000).
Teknik aseptik harus digunakan selama prosedur invasif yang pertahanan alami tubuh,
misalnya kulit atau selaput lendir. Asepsis harus selalu dilakukan pada kondisi aapun.
Mempertahankan sterilitas bisa sulit tetapi penting untuk mencegah kontaminasi pada peralatan
yang digunakan (Dawe 2011).
3. Sterilisasi
Pemilihan desinfektan, konsentrasi, dan waktu paparan didasarkan pada risiko infeksi
terkait dengan penggunaan peralatan dan faktor lainnya. Metode sterilisasi yang dibahas meliputi
sterilisasi uap, etilen oksida (ETO), peroksida plasma gas hidrogen, dan asam perasetat cair.
Ketika digunakan dengan benar, disinfeksi, dan proses sterilisasi dapat mengurangi risiko
infeksi dan kontaminasi. Hal ini akan menuntut peneliti untuk selalu memperhatikan kebersihan,
pembersihan dan disinfeksi pada setiap prosedur yang ia lakukan (Rutala et al. 2008)
Risiko utama dari semua cara sterilisasi adalah pengenalan mikroba patogen yang dapat
menyebabkan infeksi. Kesalahan melakukan disinfeksi atau sterilisasi peralatan yang akan
digunakan kembali membawa risiko yang terkait dengan kontaminasi. Sterilisasi harus selalu
melalui disinfeksi yang baik dan benar. Pengguna harus mempertimbangkan keuntungan dan
kerugian dari metode khusus ketika memilih proses disinfeksi atau sterilisasi (Rutala 2013).
Pedoman dari Komite Penasehat Mikrobiologi (MAC) telah dilakukan untuk
dekontaminasi, disinfeksi dan sterilisasi peralatan. Proses dekontaminasi yang dipilih harus
sesuai dengan risiko infeksi yang berkaitan dengan penggunaan peralatan yang dimaksudkan.
Sterilisasi merupakan prasyarat penting untuk desinfeksi dan sterilisasi dan dapat dilakukan
secara manual atau mekanis. Disinfeksi adalah perusakan patogen ke tingkat yang dapat diterima
dan dicapai dengan menggunakan pasteurisasi uap, autoklaf atau bahan kimia. Sterilisasi
dilakukan untuk membunuh semua mikroba dan dilakukan dengan menggunakan uap, udara
panas kering, etilen oksida, formaldehid atau iradiasi (Lewis 2004).

Bekerja di laboratorium mikrobiologi perlu dilakukan prosedur bekerja secara aseptik.
Aseptik berarti tanpa adanya mikroorganisme. Aseptik juga berhubungan dengan steril. Bekerja
secara aseptik ini perlu dilakukan untuk menjaga kesterilan pengguna, alat dan bahan-bahan
yang digunakan dari kontaminasi karena mikrobia berukuran sangat kecil, tidak kasat mata,
mudah tersebar dan hidup dimana saja. Bekerja secara aseptik ini merupakan bagian dari safety
procedure (prosedur keamanan dalam bekerja di laboratorium mikrobiologi) (Suhardi et al.
2008).
Bekerja secara aseptik dilakukan dengan cara mensterilkan pengguna, alat dan bahan baku
terlebih dahulu sebelum memulai praktikum. Pengguna (peneliti) melakukan prsedur aseptik
dengan menggunakan masker dan sarung tangan yang sebelumnya pada sarun tangan tersebut
disemprotkan alkohol 70% untuk sterilisasi tangan dari kontaminasi mikroorganisme. Alat dan
bahan juga dilakukan prosedur aseptik dengan mensterilkannya terlebih dahulu sebelum
digunakan dengan beberapa cara tergantung dari asal bahan tersebut misalnya dengan
penyemprotan alkohol, penyinaran dengan UV, dengan panas kering atau prosedur steril lain.
Menurut Hastuti (2008), sterilisasi berhubungan pula dengan bekerja secara aseptik.
Sterilisasi merupakan proses untuk mematikan semua mikroorganisme yang terdapat pada atau
didalam suatu benda. Sterilisasi bisa dilakukan dengan dengan tiga cara yaitu dengan cara
mekanik, fisik dan kimiawi.
Sterilisasi secara mekanik. Perbedaan penggunaan cara sterilisasi ini disebabkan karena
perbedaan bahan penyusun alat dan karakteristik bahan, yakni ada yang terbuat dari kaca, liquid
(mengandung air) ataupun ada yang peka terhadap panas.
Sterilisasi secara fisik dilakukan dengan cara filtrasi atau penyaringan menggunakan
saringan berpori sangat kecil (0,22 mikron sampai 0,45 mikron) sehingga mikrobia tertahan
pada saringan tersebut. Sterilisasi secara mekanik ini dilakukan pada bahan yang peka panas,
misalnya larutan enzim dan antibiotik. Kedua larutan tersebut, sangat peka panas, dan akan
terdenaturasi pada keadaan panas dengan suhu tertentu sehingga untuk menghindari kerusakan
maka dilakukanlah sterilisasi dengan filtrasi ini.
Sterilisasi secara fisik dapat dilakukan dengan pemanasan atau dengan penyinaran dengan
UV. Pemanasan dilakukan dengan beberapa teknik antara lain membakar langsung pada api,
dengan panas kering, dengan uap air panas serta dengan uap air panas bertekanan. Pemanasan
secara langsung dengan cara (pemijaran) dilakukan dengan cara membakar alat tersebut pada api
secara langsung. Biasanya digunakan pada alat yang terbuat dari bahan logam. Misalnya saja
pada sterilisasi jarum inokulum, pinset, dan batang L. Selanjutnya, sterilisasi dengan panas
kering yaitu sterilisasi yang dilakukan dengan oven dengan suhu kira-kira 60-180
0
C. Sterlilisasi
panas kering ini cocok dilakukan untuk alat yang terbuat dari kaca misalnya Erlenmeyer, pipet,
dan tabung reaksi. Sterilisasi dengan pemanasan yang lain ialah dengan uap air panas dan uap air
panas bertekanan. Konsep uap air panas ini mirip dengan mengukus. Biasanya dilakukan pada
bahan yang mengandung air sehingga menghindari terjadinya dehidrasi. Serilisasi dengan uap air
panas bertekanan dilakukan dengan autoklaf selama beberapa jam (Irianto 2010).

Sterilisasi secara kimiawi dilakukan dengan menyemprotkan disinfektan seperti alcohol
70%. Fungsi alcohol ini untuk mematikan miroorganisme yang ada pada alat tersut sehingga alat
menjadi steril saat digunakan. Sterilisasi secara kimiawi dengan alcohol 70% dilakukan pula
untuk mensterilkan meja kerja dan tangan peneliti juga.
Media adalah suatu bahan yang terdiri atas campuran zat makanan yang berfungsi sebagai
tempat tumbuh mikroba. Suatu media harus memenuhi beberapa syarat yang mampu menunjang
pertumbuhan mikrobia. Syarat tersebut adalah mengandung nutrisi yang diperlukan mikrobia
untuk tumbuh, memiliki tekanan osmosis, pH dan tegangan permukaan harus sesuai, tidak
mengandung zat penghambat dan steril (Singleton dan Sainsbury 2006).
Media untuk pertumbuhan mikroba ada beberapa macam, antara lain berdasarkan susunan
kimia, konsistensi, fungsi dan tujuannya. Medium berdasarkan susunan kimianya yaitu medium
organik, medium anorganik, medium sintetik dan medium non sintetik. Medium organik yaitu
medium yang tersusun dari bahan-bahan organik. Medium anorganik, yaitu medium yang
tersusun dari bahan-bahan anorganik. Medium sintetik, yaitu medium yang sususan kimiawinya
dapat diketahui dengan pasti. Medium non-sintetik, yaitu medium yang susunan kimiawinya
dapat diketahui dengan pasti.
Macam medium berdasarkan konsistensinya adalah cair, semi padat dan padat. Media cair
(liquid medium) adalah medium berbentuk cair yang dapat digunakan untuk tujuan
menumbuhkan atau membiakan mikroba, penelaah fermentasi, uji-uji lain. Contohnya: Nutrient
Broth (NB), Lactose Broth (LB) dan kaldu sapi. Media semi padat (semi solid medium), biasanya
digunakan untuk uji mortalitas (pergerakan) mikroorganisme dan kemampuan
fermentasi. Contohnya: Agar dengan konsentrasi rendah 0,5%. Media padat (solid medium)
adalah medium yang berbentuk padat yang dapat digunakan untuk menumbuhkan mikroba
dipermukaan sehingga membentuk koloni yang dapat dilihat, dihitung dan diisolasi. Contohnya:
Nutrient Agar (NA), Potato Dextrose Agar (PDA).
Macam medium berdasarkan fungsi dan tujuan antara lain adalah media selektif, media
diferensial, media penguji, media untuk penghitungan jumlah dan media diperkaya. Media
selektif adalah media yang bersifat selektif untuk mencegah pertumbuhan mikroba lain sehingga
dapat mengisolasi mikroba tertentu. Contohnya : Endo Agar, EMB (Eosin Metilena Biru)
Agar, SSA (Salmonella Shygella Agar), VRB (Violet Red Bile Agar). Media diferensial,
untuk mengidentifikasi mikroba berdasar karakter spesifik yang ditunjukkan pada media
diferensial, misalnya TSIA (Triple Sugar Iron Agar) yang mampu memilih Enterobacteria
berdasarkan bentuk, warna, ukuran koloni dan perubahan warna media di sekeliling koloni.
Media penguji adalah media dengan susunan tertentu digunakan untuk pengujian-pengujian
vitamin, asam amino, antibiotik dan lain-lain. Media untuk perhitungan jumlah adalah media
spesifik yang digunakan untuk menghitung jumlah mikroba. Contohnya : Potato Dextrosa Agar
(PDA) untuk fungi, Natrium Agar (NA) untuk bakteri Media diperkaya adalah medium yang
ditambah zat-zat tertentu (serum, darah, ekstrak tumbuhan dan lain-lain), digunakan untuk
menumbuhkan mikroba heterotrof.
Pembuatan medium pada pengamatan ini adalah dengan pembuatan medium NA dan PDA.
Medium merupakan suatu bahan yang terdiri atas campuran zat makanan (nutrient) yang
berfungsi sebagai tempat tumbuh mikrobia. Medium juga dapat digunakan pula sebagai tempat
isolasi, memperbanyak, pengujian sifat-sifat fisiologi dan perhitungan jumlah mikrobia.
Pembuatan medium harus memenuhi beberapa hal, sehingga medium yang dibuat bisa digunakan
sebagaimana fungsinya. Syarat-syarat tersebut ialah mengandung nutrisi yang diperlukan
mikrobia, memiliki tekanan osmosis, pH dan tegangan permukaan yang sesuai, tidak
mengandung inhibitor dan steril. Medium dapat dibedakan berdasarkan susunan kimianya,
konsistensinya, dan tujuannya. Pembuatan medium berdasarkan tujuannya misalnya NA yang
digunakan untuk bakteria, dan PDA yang digunakan untuk jamur.

Anda mungkin juga menyukai