Tinjauan Kasus : Bangunan Pendidikan di Jakarta Utara Oleh : Tri Endangsih
Abstraksi
Kebutuhan rasa aman pengguna bangunan diwujudkan sebagai faktor keselamatan dalam bangunan. Dalam Undang-Undang No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung ( UUBG 2002 ) dikatakan bahwa, faktor keselamatan telah menjadi persyaratan penting yang harus dipenuhi oleh bangunan gedung. Intensitas kebakaran secara umum dipengaruhi oleh jumlah, sifat dan distribusi bahan yang mudah terbakar Persyaratan keselamatan bangunan gedung salah satunya meliputi ketahanan bangunan terhadap bahaya kebakaran 1 . Selain hal ketahanan struktur dan material bangunannya, juga perlu diperhatikan juga ketanggapan pengguna bangunan dalam hal evakuasi ke luar bangunan.
Banyaknya kebakaran yang terjadi belakangan ini yang melanda pemukiman padat penduduk, bisa dikatakan karena ketidaksengajaan (kecerobohan manusia). Sedangkan padatnya bangunan membuat kebakaran cepat menjalar dari sumber api ke bangunan lain. Selain itu padatnya bangunan membuat sulitnya memadamkan api akibat mobil pemadam kebakaran kesulitan mendekati lokasi kebakaran.
Pada saat terjadi kebakaran ada 4 hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan bahaya api yaitu : penghuni bangunan (manusia), isi bangunan (harta), srtuktur bangunan, dan bangunan yang letaknya bersebelahan. Tiga hal yang pertama berkaitan dengan bahaya api yang
1 KepMen PU No. 10/KPTS/2000 ada pada bangunan yang terbakar, sedangkan hal yang terakhir merupakan pertimbangan bagi bangunan lainnya dan lingkungan komunitas secara menyeluruh. Bahaya utama bagi manusia adalah keracunan akibat terhirupnya asap (non thermal), asap akan menyebabkan orang sulit melihat dan mengaburkan pertimbangan akan tindakan yang ingin dilakukan, menghalangi pandangan untuk mencapai jalan keluar dan penyebaran asap ini meliputi wilayah yang cukup luas dan jauh dari sumber api 2 .
1.2. TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui penyebab terjadinya kebakaran, mekanisme penyebaran api dan penanggulangannya dalam suatu kasus bangunan.
1.3. PERMASALAHAN Permasalahannya adalah sebai berikut: Apakah penyebab kebakaran yang terjadi dalam kasus bangunan dan dan bagaimana mekanisme perambatan api? Apakah faktor yang menentukan evakuasi berkaitan dengan keselamatan manusia yang berada dalam bangunan?
1.4. METODOLOGI PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental yaitu penelitian yang dilakukan dengan percobaan atau dengan tinjauan pada suatu kasus bangunan yang dijadikan sampel. Hal itu untuk mempermudah penentuan variabel yang akan di teliti lebih lanjut.
1.5. RUANG LINGKUP PENELITIAN Lingkup penelitiannya adalah pada 1 kasus bangunan yang dijadikan sampel untuk menentukan penyebab kebakaran, evakuasi manusia dengan perhitungan waktu evakuasi dan untuk mendapatkan usulan
2 Ir. Jimmy S. Juwana, MSAE, Sistem Bangunan Tinggi, hal : 133 desain bangunan yang mendekati standar keselamatan bangunan terhadap bahaya kebakaran.
2. TINJAUAN TEORI 2.1. BAHAYA KEBAKARAN
Adalah bahaya yang diakibatkan oleh potensial dan derajat terkena pancaran api sejak dari awal hingga penjalaran api, asap, dan gas yang ditimbulkan. 3
Kebakaran itu terjadi karena ada pemicu ( penyebab kebakaran ), pemicunya itu antara lain bisa disebabkan oleh puntung rokok, karena unsur kesengajaan atau korslet pada listrik. Titik api pada bahan organik terjadi jika ada tiga faktor yang berperan didalamnya yaitu bahan bakar, oksigen dan panas yang hadir dalam jumlah tertentu.
Gambar 1. Terjadinya titik api
SIFAT ALAMI API 1. Definisi Api adalah aksi kimia yang dihantarkan oleh perubahan panas, sinar dan nyala serta emisi (pengeluaran) suara. Oksigen merupakan bahan yang amat diperlukan dalam suatu reaksi pembakaran yaitu reaksi oksidasi. 2. Bahan bentuk api a. Sumber panas
3 KepMen PU No. 10/KPTS/2000 Lampiran bab F u e l oxidant H o t Pemanasan pada benda yang mudah terbakar merupakan sumber panas. Ketika api sudah menyala maka sumber panasnya adalah api itu sendiri. b. Oksigen Oksigen menyebabkan reaksi oksidasi dan ketika kekurangan oksigen maka pembakaran akan melambat dan pada akhirnya akan berhenti. c. Bahan yang mudah terbakar Ada dua jenis yaitu: 1) berbentuk cair dengan temperatur lebih dingin dan lebih berbahaya karena dapat terbakar pada suhu kamar. 2) berbentuk padat dengan temperatur lebih tinggi, tidak mudah terbakar pada suhu kamar kecuali ada pemicu. 3. Perpindahan api Api biasanya terjadi di tempat yang beroksigen baik itu ruang terbuka ataupun tertutup. jika titik api telah timbul maka penyebaran api keseluruh bangunan gedung dapat terjadi melalui tiga mekanisme yaitu konduksi, konveksi, dan radiasi. Seperti yang terlihat pada gambar dibawah ini :
Gambar 2. Proses perpindahan api
Konduksi terjadi jika panas dipindahkan langsung melalui suatu bentuk struktur dari sumber api yang terdekat, konveksi terjadi jika gas / udara panas meningkat didalam gedung dimana api dengan mudah menjalar dari tanah kelantai diatasnya melalui lubang tangga / lubang saluran lainnya., radiasi merupakan penjalaran api menurut garis lurus dari bahan yang terbakar ke bahan terdekat yang mudah terbakar. Konveksi konduks Radiasi 4. Mekanisme dasar dari perambatan api 4
a. Di sepanjang permukaan yang mudah terbakar menerus, penyebaran bisa vertikal dan horizontal. Penyebaran dipengaruhi oleh hubungan anatara lebar dari bagian yang terbakar dan tinggi dari material. b. Di sepanjang lapisan bahan bakar yang menerus, terjadi pada bangunan dengan penyebaran dimulai dari lantai samapai kelangit- langit ketika ruangan menjadi panas kerena api. Selain itu ketebalan material berpengaruh, semakin tebal material maka penyebaran akan berlansung lebih lama. c. Di sepanjang lapisan bahan bakar tidak menerus, penyebaran berlangsung tidak melalui lanatai, akan tetapi harus melompati berbagai macam benda yang ada dihadapannya seperti furniture. perambatan api dalam ruangan seperti gambar dibawah ini 5 :
Gambar 3. Start of live Gambar 4 . Initial transfer by convection
Gambar 5. Subsequent transfer by radition
4 Thomas, G.j, Fire Safety in building, London, 1972 5 D. Drysdale, The pre-flashover compartement fire, An introduction to fire dynamic, John Wiley and Sons, Chichester, England, 1985 Kemudahan penjalaran api didalam, dan dari suatu bangunan tertentu tergantung dari banyaknya bahan yang mudah terbakar, kemampuan struktur bangunan untuk dapat bertahan terhadap api dan lokasi bentuk terhadap sumber api. 2.2. ESTIMASI KENAIKAN TEMPERATUR Kenaikan temperature ruangan pada saat terjadi kebakaran dipengaruhi oleh 6 : Kapan obyek itu terbakar Apa pemicu kebakaran tersebut (sumber api) Jumlah energi kalor yang diterima oleh luas ruang Bahan bakar yang ada dalam ruangan tersebut Tahapan kebakaran tersebut antara lain; 1. Ignition ( titik api) 2. Growth (perampatan api) 3. Flashover ( api mulai membakar bagian ceiling) 4. Fully developed fire (seluruh ruang terbakar) 5. Decay ( terbakar seluruh ruang beserta isinya) Lima tahapan diatas dapat digambarkan dengan grafik seperti dibawah ini:
Gambar 6. Tahapan kebakaran dalam suatu ruang Faktor yang menentukan api bertahan pada skala ruang Bahan bakar (material, furniture, peralatan elektronik, dsb)
6 William D. Walton and Philip H. Thomas, Estimating temperaturesin compartement fires Yang dimaksud dengan bahan bakar adalah segala sesuatu yang berada dalam ruangan dan sifatnya mudah terbakar. Masing-masing bahan memiliki koefisien yang berbeda-beda, koefisien material ditentukan oleh sifat material dan menentukan waktu terbakarnya ruangan. Besar kecilnya bukaan (pintu & jendela) Bukaan pada ruangan sangat menentukan kecepatan perambatan api, hal itu karena semakin besar bukaan maka oksigen yang ada dalam ruang semakin besar. Dengan kondisi tersebut memacu kecepatan perambatan api pada ruangan.
Gambar 7. penempatan bukaan dalam ruang menentukan arah rambatan api.
Gambar 8. Contoh desain shanding dan perletakan jendela
Besaran ruang (menentukan jumlah O2) Besar kecilnya ruang menentukan perambatan api, hal itu karena semakin besar ruang maka kandungan O2 dalam ruang semakin banyak dan mempercepat laju api..
2.3. PERILAKU MANUSIA TERHADAP KEBAKARAN Banyak penelitian telah dilakukan mengenai perilaku manusia terhadap kebakaran khususnya yang menyangkut gerakan evakuasi, ditinjau dari fisik maupun secara sosial. Untuk memberikan prediksi yang akurat mengenai perilaku manusia , diperlukan model gerakan massa yang komprehensif. Pergerakan ini dipengaruhi oleh: Jenis kelamin Usia Kemampuan individual Manusia normal akan kehilangan kemampuan saat evakuasi karena menghirup asap, luka bakar, ataupun keracunan gas. Dari penelitian Ando dalam Galea 7 mengahsilkan data sebagai berikut: a. Kecepatan berjalan tercepat pada usia 20 th b. Pria selalu lebih cepat dari wanita c. Maksimum kecepatan berjalan untuk pria 1,6 m/detik d. Maksimum kecepatan berjalan untuk wanita 1,4 m/detik
2.3. SISTEM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN
Pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan adalah segala upaya yang menyangkut ketentuan dan persyaratan teknis yang diperlukan dalam mengatur dan mengendalikan penyelenggaraan pembangunan bangunan gedung, termasuk dalam rangka proses perizinan, pelaksanaan dan pemanfaatan / pemeliharaan bangunan gedung, serta pemeriksaan
7 Tim peneliti, , penelitian keandalan peralatan evakuasi kebakaran, Puskim, 2002 kelayakan dan keandalan bangunan gedung terhadap bahaya kebakaran. Prinsip dasar pencegahan penjalaran api dimaksudkan untuk memastikan bahwa kerusakan yang terjadi akibat kebakaran hanya terbatas pada bangunan yang terbakar, dan dapat dimengerti bahwa kemungkinan yang terburuk adalah kerusakan total struktur bangunan dan isinya. Sedangkan penjalaran api kebangunan yang berdekatan akibat radiasi percikan api, tergantung dari lokasinya dan bukaan yang ada pada dinding sebelah luar.
III. TINJAUAN KASUS Gedung pelatihan menejemen Data Proyek Jl. Kelapa sawit raya, blok DD no.7, Kelapa Gading, Jakarta Utara. Luas lahan : 297, 36m 2 Luas lantai (total) : 523,2m 2 Lantai 1 : 176,5m 2 Lantai 2 : 188,7m 2 Lantai 3 : 158m 2 Tinggi lantai efektif dari lantai ke plafond Lantai 1 : 3,6m 2
Lantai 2 : 3 m 2
Lantai 3 : 3 m 2
Material : Struktur : beton bertulang Dinding : Bata merah Penutup atap : metal deck Rangka atap : Metal zincalume Plafound : Gypsum Kusen/daun : aluminium Partisi kelas : particle board partition Lantai : keramik 30x30
TAMPAK DEPAN & SAMPING POTONGAN
DENAH LANTAI 1, 2, DAN 3
Potensi terjadinya Kebakaran (Khususnya pada Lt.3) 1. evakuasi bisa terhambat karena hanya satu tangga 2. lebar tangga hanya 1 meter 3. material yang berada didalam ruang kelas berpotensi terbakar diantaranya white board, kursi, daun pintu.
Hasil perhitungan dari awal titik api sampai waktu evakuasi Perhitungan waktu evakuasi berdasarkan material yang mudah terbakar, jumlah penghuni, luas ruang taangga , luas ruang dan lebar bukaan.
LOKASI TANGGA
4. KESIMPULAN
Berdasarkan analisa dan perhitungan diatas maka kesimpulan yang dapat diambil adalah 1. Untuk q -ki adalah 283,9MJ/ m 2 ,nilai berada titik rata-rata standart fire load density untuk bangunan sekolah {285MJ/m 2 }, maka ruangan ini masih berada dalam batas aman karena penggunaan material yang dapat menjadi bahan bakar api masih dalam batas aman jika dibandingkan dengan luas ruangan. 2. Untuk Tg nilai panas lapisan atas ruangan berada pada temperature tinggi dalam waktu singkat, hal ini dipengaruhi oleh lebar dan tinggi bukaan yang menyebabkan nilai oksigen yang masuk kedalam ruangan besar. Usulan desain untuk mengurangi kecepatan kenaikan dalan ruangan adalah dengan mengurangi luas bukaan. Dan untuk mengurangi luas lapisan panas adalah dengan cara mengurangi tinggi bukaan. 3. Usulan desain untuk memperkecil waktu penyelamatan yang efektif adalah dengan memperbesar lebar tangga, atau dengan menambah jumlah tangga. Karena dengan dilebarkanya tangga utama diharapkan kepadatan evakuan dapat berkurang dan travel time pada tangga dapat dipercepat, sedangkan menambah jumlah tangga (tangga servis) 4. diharapkan jumlah evakuan yang melalui tangga utama dapat terpecah sehingga waktu evakuasi dapat dipercepat.
Menit TITIK API 0.0 DETEKSI 0.8 ALARM 0.9 AKSI 1.4 MULAI EVAKUASI 1.9 Orang pertama yang mencapai pintu keluar Orang terakhir yang mencapai pintu keluar dan ruangan kosong 2.75
5. DAFTAR PUSTAKA Departemen Pekerjaan Umum, KepMen No. 10/KPTS/2000 Lasino. Suhedi, Fefen. Kajian Penerapan Manajemen Keselamatan Kebakaran (Fire Safety Management) pada Bangunan Gedung Tinggi di Indonesia. Proseding Seminar Kolokium & Open House: 2005 Tanggoro, Dwi, Ir. Utilitas Bangunan. Universitas Indonesia Press Undang-Undang Bangunan Gedung No. 28/2002 Walton, D, William. dan Thomas, H, Philip. Estimating Temperatures in Compartement Fires. Ch.6 Ir. Jimmy S. Juwana, MSAE, Sistem Bangunan Tinggi,2004 Thomas, G.J, Fire Safety in building, London, 1972 William D. Walton and Philip H. Thomas, Estimating temperaturesin compartement fires. www.detik.com www.pu.go.id 1.Usulan lokasi penambahan tangga servis 2. Kemungkinan arah pelebaran tangga Usulan lokasi penambahan tangga i 3. Usulan memberi perbedaan warna pada lantai unuk mengarahkan penghuni bangunan ke tangga darurat 4. Sebaiknya food court berada di lantai paling atas, hal ini karena material yang berada di area ini paling berpotensi menyebabkan kebakaran.