Anda di halaman 1dari 59

PEMERIKSAAN KADAR KALIUM IODAT (KIO

3
) DALAM GARAM
DAN AIR YANG DIKONSUMSI MASYARAKAT GAROGA
KABUPATEN TAPANULI UTARA TAHUN 2007

SKRIPSI
Oleh :
LENNI MANALU
NIM 001000064







UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
MEDAN
2007



1
Lenni Manalu : Pemeriksaan Kadar Kalium Iodat (KIO3) Dalam Garam Dan Air Yang Dikonsumsi, 2007
USU e-Repository 2009
2

PEMERIKSAAN KADAR KALIUM IODAT (KIO
3
) DALAM GARAM
DAN AIR YANG DIKONSUMSI MASYARAKAT GAROGA
KABUPATEN TAPANULI UTARA TAHUN 2007

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh :

LENNI MANALU
001000064

Telah diuji dan dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi
Pada Tanggal 27 Juni 2007
Dan dinyatakan memenuhi syarat untuk diterima

Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I



Dr. Irnawati Marsaulina, MS dr. Surya Dharma, MPH
NIP. 132 089 428 NIP. 131 655 125




Penguji II Penguji III



Ir. Indra Chahaya, M.Si dr. Wirsal Hasan, MPH
NIP. 132 058 731 NIP. 131 654 259



Medan, 27 Juni 2007
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
Dekan,



dr. Ria Masniari Lubis, M.Si
NIP. 131 124 053
Lenni Manalu : Pemeriksaan Kadar Kalium Iodat (KIO3) Dalam Garam Dan Air Yang Dikonsumsi, 2007
USU e-Repository 2009
3

ABSTRAK
Salah satu upaya memiliki dampak positif terhadap peningkatan Sumber Daya
Manusia (SDM) adalah peningkatan status gizi masyarakat. Dalam skala nasional
garam merupakan salah satu bahan tambahan makanan yang digunakan oleh manusia.
Hampir seluruh makanan umumnya menggunakan garam sebagai penyedap rasa
untuk memberikan cita rasa. Air sangat bermanfaat untuk tubuh kita. Perlu kita
ketahui bahwa tubuh manusia mengandung 60-70% air dari seluruh berat badan
sehingga bila tubuh kekurangan 20% air saja dapat mengakibatkan kematian. Kalium
Iodat (KIO3) merupakan salah satu zat yang harus ada pada garam beriodium.
Kalium Iodat (KIO3) juga terdapat dalam air.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa kadar Kalium iodat (KIO3) pada
garam dan air yang dikonsumsi masyarakat Garoga Kecamatan Garoga Kabupaten
Tapanuli Utara tahun 2007. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
survai yang bersifat deskriptif. Sampel garam diperoleh dari masyarakat Garoga.
Sampel air diambil langsung dari sumber mata air yang dikomsumsi masyarakat
Garoga.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sampel garam yang mengandung kadar
Kalium Iodat (KIO3) yang berbeda-beda yaitu : merek Kuda Terbang 32,16 ppm,
Segitiga A-B 9,75 ppm, Anak Pintar 94,81 ppm, Dolpin 38,29 ppm, A-B 29,06 ppm.
Berdasarkan hasil tersebut, maka kadar Kalium Iodat dalam 5 merek garam yang
ditetapkan hanya terdapat 2 merek garam yang memenuhi SNI 01-3556-1994 yaitu
Kuda Terbang dan Dolpin. Sedangkan Anak Pintar (54.81 ppm) melewati standar dan
Segitiga A-B dan A-B kurang memenuhi standar. Kadar Kalium Iodat dalam sumber
mata air mempunyai kadar berbeda-beda yaitu : mata air Pancur Pudi 7,38 ppm,
Pancur Pandita 7,38 ppm, dan Pancur Jambu 6,75 ppm.
Berdasarkan survai yang dilakukan terhadap 30 responden didapat perilaku
masyarakat Garoga dalam pemakaian garam dan air antara lain responden yang
terbanyak memiliki tingkat pengetahuan sedang yaitu sebanyak 18 orang (60%),
responden yang terbanyak memiliki sikap sedang yaitu sebanyak 20 orang (66,67%),
responden yang terbanyak memiliki tindakan sedang yaitu sebanyak 19 orang
(63,33%).



Kata kunci : Kalium Iodat, garam, dan air.







Lenni Manalu : Pemeriksaan Kadar Kalium Iodat (KIO3) Dalam Garam Dan Air Yang Dikonsumsi, 2007
USU e-Repository 2009
4

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : LENNI MANALU
Tempat/Tanggal Lahir: Garoga, 21 September 1981
Agama : Kristen Protestan
Status : Kawin
Alamat Rumah : Jl. Teh 10 No. 18 P. Simalingkar Medan
Alamat Kantor : Dinas Kesehatan Kabupaten Humbang Hasundutan
Riwayat Pendidikan : 1. SD Negeri Garoga Kab. Tapanuli Utara 1987-1993
2. SMP Negeri Garoga Kab. Tapanuli Utara 1993-1996
3. SMA Negeri 17 Kotamadya Medan 1996-1999
4. FKM-USU Medan, 2000-2007
Riwayat Pekerjaan : Tahun 2004- sekarang, Staf Dinas Kesehatan
Kabupaten Humbang Hasundutan.












Lenni Manalu : Pemeriksaan Kadar Kalium Iodat (KIO3) Dalam Garam Dan Air Yang Dikonsumsi, 2007
USU e-Repository 2009
5

KATA PENGANTAR

Ucapan syukur yang sebesar-sebesarnya penulis panjatkan kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa atas berkat, karunia dan rahmatNya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir (Skripsi) yang merupakan salah satu syarat akademi untuk
memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) pada Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.
Dengan segala kerendahan hati, Penulis mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada Ibu Dr. Irnawati Marsaulina, MS selaku Dosen Pembimbing
I dan Bapak dr. Wirsal Hasan MPH selaku Dosen Pembimbing II yang telah
meluangkan waktu untuk memberi bimbingan, arahan dan petunjuk dalam
penyusunan skripsi ini hingga selesai.
Ucapan terima kasih juga tidak lupa penulis sampaikan pada kesempatan ini
pada:
1. Ayahanda Gr T.Manalu dan Ibunda M.br. Simanjuntak yang telah begitu
banyak memberikan dukungan moril, materil dan spritual kepada penulis dari
kecil hingga saat ini.
2. dr. Ria Masniari Lubis M.Si. (Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat USU).
3. Ir. Indra Chahaya M.Si. (Ketua Departemen Kesling FKM-USU).
4. Ir. Kalsum M.Kes selaku Dosen Pembimbing Akademi di FKM-USU.
5. Seluruh dosen FKM USU Medan.
6. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Humbang Hasundutan.
7. Camat Kecamatan Garoga beserta staf.
Lenni Manalu : Pemeriksaan Kadar Kalium Iodat (KIO3) Dalam Garam Dan Air Yang Dikonsumsi, 2007
USU e-Repository 2009
6

8. Kepala Desa Garoga beserta staf
9. Kakanda Sahat Manalu, Stanley Manalu SP, Pdt. Sudi Harry Manalu STh,
Romeo Manalu, ST dan adekku Latando Simanjuntak.
10. For my Special One,Suami Tercinta Pardomuan Manullang S.Pd.,M.Pd.
(Thanks for being my sharing partner).
11. Semua rekan-rekan yang tidak bisa saya sebutkan satu-satu persatu.




Medan September 2007

Penulis











Lenni Manalu : Pemeriksaan Kadar Kalium Iodat (KIO3) Dalam Garam Dan Air Yang Dikonsumsi, 2007
USU e-Repository 2009
7

DAFTAR ISI
Abstrak..................................................................................................................... i
Riwayat Hidup Penulis............................................................................................. ii
Kata Pengantar ........................................................................................................ iii
Daftar Isi .................................................................................................................. v
Daftar Tabel ............................................................................................................. viii
Daftar Lampiran....................................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah ...................................................................... 5
1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................... 5
1.3.1. Tujuan Umum..................................................................... 5
1.3.2. Tujuan Khusus .................................................................. 5
1.4. Manfaat Penelitian ........................................................................ 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................ 7
2.1. Sumber Air Minum........................................................................ 7
2.2. Garam dan Jenis-jenisnya .............................................................. 9
2.3. Proses Pembuatan Garam ............................................................... 10
2.3.1. Pembuatan Lokasi Ladang Garam...................................... 11
2.3.2. Alat - alat............................................................................. 12
2.3.3. Pengolahan Garam............................................................. 13
2.3.4. Unsur unsur yang menentukan kualitas garam................ 14
2.4. Proses Iodisasi Garam..................................................................... 15
2.4.1. Persyaratan Iodisasi............................................................ 15
2.4.2. Peralatan yang digunakan ................................................... 15
2.4.3. Cara Iodisasi ..................................................................... 16
2.4.4. Persyaratan hasil yang diperoleh....................................... 16
2.5 Kalium Iodat (KIO
3
) ...................................................................... 17
2.6. Garam beriodium.......................................................................... 18
2.7. Iodium............................................................................................ 19
Lenni Manalu : Pemeriksaan Kadar Kalium Iodat (KIO3) Dalam Garam Dan Air Yang Dikonsumsi, 2007
USU e-Repository 2009
8

2.7.1. Sifat sifat iodium............................................................... 19
2.7.2. Fungsi Iodium................................................................... 20
2.7.3. Kebutuhan Iodium ............................................................ 21
2.7.4. Sumber Iodium................................................................... 21
2.7.5. Kebutuhan dan proses penyerapan iodium dalam tubuh... 21
2.8. Akibat kekurangan dan kelebihan iodium...................................... 23
2.8.1. Akibat kekurangan (defisiensi iodium)............................... 23
2.8.2. Kelebihan iodium (Iodide excess)...................................... 24
2.9. Kerangka Konsep.......................................................................... 24
BAB III METODE PENELITIAN...................................................................... 25
3.1 Jenis Penelitian................................................................................ 25
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................... 25
3.2.1. Lokasi Penelitian.................................................................. 25
3.2.2. Waktu Penelitian.................................................................. 25
3.3 Objek Penelitian ............................................................................ 25
3.4 Pengumpulan Data ....................................................................... 26
3.4.1. Data Primer ...................................................................... 26
3.4.2. Data Sekunder .............................................................. 26
3.5. Defenisi Operasional ...................................................................... 27
3.6. Pengolahan dan Analisa Data ...................................................... 27
3.7. Metode Pemeriksaan Sampel ........................................................ 27
3.8. Instrumen dan Bahan Pemeriksaan ............................................. 28
3.8.1. Instrumen Penelitian ............................................................ 28
3.8.2. Bahan - bahan Pemeriksaan .............................................. 28
3.8.3. Pembuatan Reagensia ....................................................... 29
3.9. Prosedur dan Cara Kerja .............................................................. 30
3.9.1. Penetapan Kadar Kalium Iodat (KIO
3
) ............................ 30
3.9.2. Perhitungan ........................................................................ 30
BAB IV HASIL PENELITIAN............................................................................. 31
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................................. 31
Lenni Manalu : Pemeriksaan Kadar Kalium Iodat (KIO3) Dalam Garam Dan Air Yang Dikonsumsi, 2007
USU e-Repository 2009
9

4.1.1. Keadaan Geografis Wilayah Kecamatan Garoga ................ 31
4.1.2. Keadaan Demografi Wilayah Kecamatan Garoga .............. 32
4.1.3. Mata Pencaharian ............................................................... 32
4.1.4. Sarana dan Prasarana Kesehatan ......................................... 32
4.2. Gambaran Khusus Lokasi Survai Penelitian ...................................... 32
4.3. Sampel Garam dan Air ....................................................................... 33
4.4. Hasil Pemeriksaan .............................................................................. 34
4.4.1. Pemeriksaan Kadar Kalium Iodat (KIO
3
) ........................... 34
4.5. Hasil Survei Pengetahuan, Sikap, Tindakan Masyarakat Garoga ...... 35
4.5.1. Data Responden .................................................................. 35
4.5.1.1. Responden Menurut Umur ............................................... 35
4.5.1.2. Responden Menurut Tingkat Penghasilan ........................ 36
4.5.1.3. Responden Menurut Tingkat Pekerjaan ........................... 37
4.5.1.4. Responden Menurut Tingkat Pendidikan.......................... 37
4.5.1.5. Responden Menurut Agama ............................................. 38
4.5.2. Hasil Pengukuran Tingkat Pengetahuan ............................. 39
4.5.3. Hasil Pengukuran Sikap ...................................................... 39
4.5.4. Hasil Pengukuran Tindakan ................................................ 40
BAB V PEMBAHASAN ...................................................................................... 41
5.1. Kadar Kalium Iodat (KIO
3
) pada Garam ......................................... 41
5.2. Kadar Kalium Iodat (KIO
3
) pada Air .............................................. 42
5.3. Pengetahuan ..................................................................................... 42
5.4. Sikap................................................................................................. 43
5.5 Tindakan .......................................................................................... 44
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 45
6.1. Kesimpulan ...................................................................................... 45
6.2. Saran ................................................................................................ 46
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Lenni Manalu : Pemeriksaan Kadar Kalium Iodat (KIO3) Dalam Garam Dan Air Yang Dikonsumsi, 2007
USU e-Repository 2009
10

DAFTAR TABEL

Nomor
Hal
1. Tabel 4.1. Jumlah Penduduk Kecamatan Garoga menurut Mata Pencaharian
Tahun 2007....................................................................................... 32

2. Tabel 4.2. Jumlah Sarana dan Prasarana Kesehatan di Kecamatan Garoga
Tahun 2007....................................................................................... 32

3. Tabel 4.3. Hasil Pemeriksaan Kadar Kalium Iodat (KIO
3
) pada lima
merek garam beriodium di Desa Garoga Kecamatan Garoga
Tahun 2007....................................................................................... 34

4. Tabel 4.4. Hasil Pemeriksaan Kadar Kalium Iodat (KIO
3
) pada tiga sampel
air di Desa Garoga Kecamatan Garoga Tahun 2007........................ 35

5. Tabel 4.5. Distribusi responden menurut umur di Desa Garoga Kecamatan
Garoga Tahun 2007.......................................................................... 36

6. Tabel 4.6. Distribusi responden menurut tingkat penghasilan di Desa Garoga
Kecamatan Garoga Tahun 2007 ....................................................... 36

7. Tabel 4.7. Distribusi responden menurut tingkat pekerjaan di Desa Garoga
Kecamatan Garoga Tahun 2007 ....................................................... 37

8. Tabel 4.8. Distribusi responden menurut tingkat pendidikan di Desa Garoga
Kecamatan Garoga Tahun 2007 ....................................................... 37

9. Tabel 4.9. Distribusi responden menurut agama di Desa Garoga Kecamatan
Garoga Tahun 2007.......................................................................... 38

10. Tabel 4.10.Distribusi responden menurut tingkat pengetahuan tentang garam
dan air di Desa Garoga Kecamatan Garoga Tahun 2007 ................. 39

11. Tabel 4.11.Distribusi responden menurut sikap tentang garam dan air di Desa
Garoga kecamatan Garoga Tahun 2007 ........................................... 39

12. Tabel 4.12.Distribusi Responden menurut tindakan tentang garam dan air di
Desa Garoga Kecamatan Garoga Tahun 2007 ................................. 40




Lenni Manalu : Pemeriksaan Kadar Kalium Iodat (KIO3) Dalam Garam Dan Air Yang Dikonsumsi, 2007
USU e-Repository 2009
11

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Hal
1. Kuesioner ............................................................................................................. 49
2. Matriks Data......................................................................................................... 54
3. Surat Permohonan Izin Penelitian dari FKM-USU Medan.................................. 56
4. Surat Selesai melaksanakan Penelitian dari Kepala Desa Garoga....................... 57



























Lenni Manalu : Pemeriksaan Kadar Kalium Iodat (KIO3) Dalam Garam Dan Air Yang Dikonsumsi, 2007
USU e-Repository 2009
12

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Di dalam Garis-garis Besar Haluan Negara 1993 telah ditegaskan bahwa titik
berat pembangunan bangsa Indonesia dalam masa Pembangunan Jangka Panjang
Tahap II adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia, ke arah peningkatan
kecerdasan dan produktivitas kerja. Salah satu upaya yang memiliki dampak positif
terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia adalah upaya peningkatan status
gizi masyarakat. (Depkes RI 2000)
Status gizi merupakan suatu keadaan tingkat kesehatan seseorang atau
masyarakat yang dipengaruhi langsung oleh faktor kuantitas dan kualitas zat gizi dari
makanan yang dikomsumsi dan akan menggambarkan permasalahan gizi.
Menyadari penyebab terjadinya masalah gizi karena adanya perubahan pola
pangan dan gaya hidup, maka disusun Pedoman Perilaku Makan Untuk Bangsa
Indonesia yang dikenal dengan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) yang
diteruskan di masyarakat guna mencapai tujuan Indonesia Sehat 2010. Pedoman
Umum Gizi Seimbang (PUGS) memuat 13 pesan dasar tentang perilaku makan, dua
diantaranya adalah mengkonsumsi garam beryodium dan mengkonsumsi air bersih,
aman dalam jumlah yang cukup. (Depkes RI 2002)
Pada saat ini di Indonesia diperkirakan sekitar 42 juta penduduk tinggal
didaerah kekurangan iodium, jumlah tersebut meningkat dibandingkan perkiraan
Lenni Manalu : Pemeriksaan Kadar Kalium Iodat (KIO3) Dalam Garam Dan Air Yang Dikonsumsi, 2007
USU e-Repository 2009
13

yang diperoleh pada survai gondok tahun 1982 karena pertumbuhan penduduk dan
diidentifikasikan daerah GAKI baru, dari jumlah tersebut 10 juta penderita gondok,
750 900.000 menderita kretin dan 3,5 juta menderita GAKI (Gangguan Akibat
Kekurangan Iodium) lain.
Berdasarkan hasil Survai Pemetaan GAKI di 17 Kabupaten/Kota di Propinsi
Sumatera Utara tahun 1998 terdapat 7 Kabupaten yang termasuk daerah endemik
sedang dan berat
a. Daerah Endemik Berat (prevalensi Total Goiter Rate : 30%)
1. Tapanuli Selatan
2. Dairi
b. Daerah Endemik Sedang (prevalensi Total Goiter Rate : 20% - 29,9%)
1. Nias
2. Tapanuli Utara
3. Asahan
4. Karo
5. Deli Serdang
Kecamatan Garoga yang terdapat di Kabupaten Tapanuli Utara termasuk daerah
endemik sedang. (Dinkes Propsu 2005)
Berdasarkan hal tersebut maka perlu diketahui seberapa besar jumlah Kalium
Iodat (KIO
3
) yang terkandung dalam garam dan seberapa besar jumlah Kalium Iodat
(KIO
3
) yang terkandung dalam air yang di konsumsi masyarakat Garoga.
Jumlah iodium pada makanan tergantung kandungan iodium dalam tanah,
sehingga rendahnya kadar iodium dalam tanah akan mengakibatkan kadar iodium
Lenni Manalu : Pemeriksaan Kadar Kalium Iodat (KIO3) Dalam Garam Dan Air Yang Dikonsumsi, 2007
USU e-Repository 2009
14

dalam air dan tumbuh-tumbuhan menjadi rendah. Pada daerah-daerah yang
kandungan iodiumnya rendah konsumsi iodiumnya tidak mencukupi sehingga
dianjurkan untuk menggunakan garam iodium yang telah diiodisasi. (Moehji, 1986)
Penyebab gondok terutama disebabkan karena defisiensi iodium dan
penyebab gondok lain adalah goitrogen, trace elemen lainnya, populasi bakteri, faktor
gizi dan genetik. Walaupun etiologi endemik merupakan multifaktorial tapi defisiensi
iodium harus diperbaiki lebih dahulu sebelum faktor lainnya. (Djokomuljanto. R,
1992)
Iodium adalah salah satu bahan memproses hormon tiroid oleh kelenjar
gondok. Iodium dapat diperoleh dari garam-garam konsumsi dan air minum dimana
garam dan air merupakan unsur yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia.
Kekurangan iodium dapat menyebabkan penyakit gondok. Penyakit gondok terjadi
akibat adanya pembesaran kelenjar tiroid dengan produksi hormon rendah. (Winarno
FG, 1992)
Selain dari garam dan air, sumber iodium dapat diperoleh juga dari makanan
laut dan sayur-sayuran yang tumbuh dekat pantai. Iodium tambahan sering
dibutuhkan selama tahun-tahun pertama pertumbuhan masa kanak-kanak, masa
remaja, dan juga selama mengandung. (Anderson, 2003)
Iodium banyak digunakan dalam bidang pengobatan yaitu anti hypertiroid
secara lokal untuk antiseptik, desinfektan, pembuatan fotografi dan banyak digunakan
dalam laboratorium klinik, misalnya pada penentuan bilangan iodium dari suatu
minyak, khususnya dalam meneliti kepalsuan minyak zaitun. Pada proses iodimetri
dan katalisator dalam hal alkalis dan kondensasi dari amin aromatis.
Lenni Manalu : Pemeriksaan Kadar Kalium Iodat (KIO3) Dalam Garam Dan Air Yang Dikonsumsi, 2007
USU e-Repository 2009
15

Dalam rangka menanggulangi penyakit gondok, pemerintah telah mengambil
tindakan pencegahan dengan berbagai cara yang sedang giat dilaksanakan. Penyakit
gondok banyak tersebar di tanah air kita terutama didaerah pegunungan.
Usaha-usaha yang dilakukan untuk menanggulangi penyebaran penyakit
gondok diantaranya penyuntikan lipidol larutan zat iodium dalam minyak dan
pembubuhan dalam garam dapur. Proses pembubuhan iodium dalam garam disebut
iodisasi garam dan hasilnya disebut garam beriodium.
Disamping kedua cara tersebut diatas, pemerintah juga langsung mengadakan
penelitian terhadap masyarakat dengan berbagai cara seperti penjelasan-penjelasan
tentang apa yang dimaksud dengan penyakit gondok, apa penyebabnya, apa
akibatnya, dan bagaimana pula untuk menanggulangi atau pencegahannya. Dengan
demikian, khususnya untuk masyarakat daerah yang taraf kecerdasannya rendah akan
dapat lebih mengerti dan segera mencegah dari penyakit gondok.
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kadar iodium dalam garam,
antara lain proses iodisasi yang kurang sempurna, pembungkusan, waktu dan kondisi
penyimpanan dan lain-lain. Sedangkan faktor yang mempengaruhi kadar iodium
dalam air yaitu jumlah padat terlarut, rasa, suhu, warna, dan bakteri Escherchia coli.
Salah satu cara yang dilakukan masyarakat yang dapat mempengaruhi kadar Kalium
Iodat (KIO
3
) adalah kondisi penyimpanan garam yaitu dengan membiarkan kemasan
garam terbuka sehingga memungkinkan menurunnya kadar kalium iodat (KIO
3
)
dalam garam. Kadar Kalium Iodat (KIO
3
) yang diperoleh atau sesuai dengan
persyaratan yang telah ditetapkan SNI (Standar Nasional Indonesia) yaitu 30 80
ppm. (SNI, 01-3556, 1994)
Lenni Manalu : Pemeriksaan Kadar Kalium Iodat (KIO3) Dalam Garam Dan Air Yang Dikonsumsi, 2007
USU e-Repository 2009
16

1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi permasalahannya yaitu
seberapa besar kadar Kalium Iodat (KIO3) dalam garam yang beredar di Pasar
Garoga dan kadar Kalium Iodat (KIO3) dalam air yang dikonsumsi masyarakat
Garoga Kecamatan Garoga Kabupaten Tapanuli Utara.

1.3. Tujuan penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui kadar Kalium Iodat (KIO
3
) dalam garam dan air yang
dikonsumsi masyarakat Garoga Kecamatan Garoga Kabupaten Tapanuli
Utara.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui kadar Kalium Iodat (KIO
3
) pada garam beriodium
yang beredar di pasar Garoga Kecamatan Garoga Kabupaten Tapanuli
Utara.
2. Untuk mengetahui kadar Kalium Iodat (KIO
3
) dalam air yang
dikonsumsi masyarakat Garoga Kecamatan Garoga Kabupaten
Tapanuli Utara.
3. Untuk mendapatkan informasi tentang jenis garam yang dikonsumsi
masyarakat Garoga sudah memenuhi syarat atau belum.
4. Untuk mengetahui perilaku masyarakat dalam menyimpan garam.


Lenni Manalu : Pemeriksaan Kadar Kalium Iodat (KIO3) Dalam Garam Dan Air Yang Dikonsumsi, 2007
USU e-Repository 2009

Lenni Manalu : Pemeriksaan Kadar Kalium Iodat (KIO3) Dalam Garam Dan Air Yang Dikonsumsi, 2007
USU e-Repository 2009
17

1.4. Manfaat Penelitian
1. Sebagai masukan bagi masyarakat untuk mengetahui jenis garam yang baik
untuk dikonsumsi dan telah memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI).
2. Sebagai masukan bagi Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara untuk dapat
mencegah meluasnya penyakit gondok.
3. Sebagai sumbangan pemikiran dan masukan bagi pembaca yang memberikan
perhatian terhadap Kandungan Kalium Iodat (KIO
3
) dalam garam.
4. Sebagai sumbangan pemikiran dan masukan bagi pembaca yang memberikan
perhatian terhadap Kandungan Kalium Iodat (KIO
3
) dalam air.
5. Mengetahui gambaran kesehatan yang berkaitan dengan kandungan Kalium
Iodat (KIO
3
) dalam garam dan air.
6. Sebagai pengetahuan dan pengalaman bagi penulis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Air sangat erat hubungannya dengan kehidupan manusia, selain sebagai
konsumsi makan dan minum juga diandalkan untuk keperluan pertanian, industri, dan
lain-lain.
2.1. Sumber Air Minum
Pada prinsipnya, jumlah air di alam ini tetap dan mengikuti suatu aliran yang
dinamakan Cyclus Hydrologie.
Adapun sumber-sumber air terdiri dari :
1. Air laut
Mempunyai sifat asin, karena mengandung garam NaCl. Kadar garam NaCl
dalam air laut 3%. Dengan keadaan ini maka air laut tak memenuhi syarat untuk air
minum. Air laut selain mengandung NaCl juga mengandung garam-garam lainnya,
umumnya mengandung zat sebagai berikut :
1. Natrium Klorida 2,674 %
2. Kalsium sulfat 0,176 %
3. Garam garam magnesium, garam-garam oksida besi 0,078 %
4. Zat-zat tak terlarut dalam air 97,038%
5. Zat-zat lainnya yang terukur 0,01 %


7
Lenni Manalu : Pemeriksaan Kadar Kalium Iodat (KIO3) Dalam Garam Dan Air Yang Dikonsumsi, 2007
USU e-Repository 2009
8

2. Air Atmosfir, air meteriologik
Dalam keadaan murni, sangat bersih, karena dengan adanya pengotoran udara
yang disebabkan oleh kotoran-kotoran industri/debu dan lain sebagainya. Maka untuk
menjadikan air hujan sebagai sumber air minum hendaknya pada waktu menampung
air hujan jangan dimulai pada saat hujan mulai turun, karena masih mengandung
banyak kotoran.
Selain itu air hujan mempunyai sifat agresif terutama terhadap pipa-pipa
penyalur maupun bak-bak reservoir, sehingga hal ini akan mempercepat terjadinya
korosi (karatan) juga air hujan ini mempunyai sifat lunak, sehingga akan boros
terhadap pemakaian sabun.
3. Air permukaan
Adalah air hujan yang mengalir di permukaan bumi. Pada umumnya air
permukaan ini akan mendapat pengotoran selama pengalirannya, misalnya oleh
lumpur, batang-batang kayu, daun-daun, kotoran industri kota dan sebagainya.
Beberapa pengotoran ini untuk masing-masing air permukaan akan berbeda-beda
tergantung pada daerah pengaliran air permukaan, jenis pengotorannya adalah
merupakan kotoran fisik, kimia, dan bakteriologi.
4. Air tanah
Air tanah terbagi atas :
a. Air tanah dangkal
Terjadi karena daya proses peresapan air dari permukaan tanah.Lumpur akan
tertahan, demikian pula dengan sebahagian bakteri sehingga air tanah akan jernih
tetapi lebih banyak mengandung zat kimia (garam-garam yang terlarut) karena
Lenni Manalu : Pemeriksaan Kadar Kalium Iodat (KIO3) Dalam Garam Dan Air Yang Dikonsumsi, 2007
USU e-Repository 2009
9

melalui lapisan tanah yang mempunyai unsur-unsur kimia tertentu untuk masing-
masing lapisan tanah.
Air tanah dangkal ini dapat pada kedalaman 15,00 m. Sebagai sumur air minum,
air tanah dangkal ini ditinjau dari segi kualitas agak baik. Kuantitas kurang cukup
dan tergantung pada musim.
b. Air Tanah dalam
Pada umumnya lebih baik dari air dangkal karena penyaringannya lebih
sempurna dan bebas dari bakteri. Susunan unsur-unsur kimia tergantung pada
lapis-lapis tanah yang dilalui. Jika melalui tanah kapur maka air itu akan menjadi
sadah, karena mengandung Ca(HCO
3
)
2
dan Mg (HCO
3
)
2
jika melalui batuan
granit maka air itu lunak dan agresif karena mengandung gas CO
2
dan Mn
(HCO
3
). Kualitas pada air tanah pada umumnya mencukupi tergantung pada
lapisan keadaan tanah dan sedikit pengaruh oleh perubahan musim.
c. Mata air
Adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan tanah. Mata air
yang berasal dari tanah dalam, hampir tidak terpengaruh oleh musim dan kualitasnya
sama dengan keadaan air dalam. (Totok C. Sutrisno, 2004)

2.2. Garam dan Jenis-jenisnya
Garam adalah tambahan makanan yang dipergunakan oleh masyarakat sebagai
bahan penyedap makanan. Garam juga merupakan sumber mineral natrium dan
klorida, dapat pula digunakan untuk pengawetan makanan, membuat cairan isotonis
dan sebagainya.
Lenni Manalu : Pemeriksaan Kadar Kalium Iodat (KIO3) Dalam Garam Dan Air Yang Dikonsumsi, 2007
USU e-Repository 2009
10

Garam yang digunakan oleh masyarakat terbagi atas dua jenis garam, yaitu:
a. Garam dapur
Garam dapur adalah garam yang diproduksi dari air laut yang diuapkan dan
dikeringkan diterik matahari.
b. Garam meja
Garam meja adalah garam komsumsi yang diolah sedemikian rupa baik
menggunakan maupun tanpa menggunakan bahan-bahan anti gumpalan atau
bahan pengering sehingga menjadi halus dan putih bersih (Winarno, 1992)
Garam beriodium yang diproduksi melalui proses iodisasi yang memenuhi
Standard Nasional Indonesia (SNI) mengandung iodium antara 30 80 ppm untuk
konsumsi manusia dan ternak, pengasinan ikan dan bahan penolong industri pangan
kecuali untuk pemboran minyak, Chlor Alkali Plan (CAP) dan industri kertas pulp.

2.3. Proses Pembuatan Garam
Pada umumnya garam dibuat dari air laut, untuk penguapan mempergunakan
100% tenaga matahari yang dibantu angin. Ada juga cara penguapan mempergunakan
kayu besar ataupun minyak tanah dan lain-lain.
Proses pembuatan garam yang dilaksanakan di indonesia adalah dengan cara
proses penguapan dengan bantuan sinar matahari, misalnya Perum garam
mempergunakan air laut untuk bahan baku dan penguapannya mempergunakan
tenaga matahari yang di bantu angin. (Departemen Perindustrian banjar baru, 1989)
Dalam penggaraman mempunyai tiga lokasi ladang yang paling menentukan
yaitu:
Lenni Manalu : Pemeriksaan Kadar Kalium Iodat (KIO3) Dalam Garam Dan Air Yang Dikonsumsi, 2007
USU e-Repository 2009
11

1. Waduk
Fungsinya sebagai penyimpanan air laut yang mana air di peroleh dari air laut
yang sedang mengalami pasang.
2. Ladang Peminihan (pemekatan)
Fungsinya sebagai tempat untuk penuaian air laut, yang mana air laut ini di
peroleh dari waduk.
3. Meja Garam atau Meja Kristalisasi
Fungsinya sebagai tempat untuk pengkristalan garam.
2.3.1. Pembuatan Lokasi ladang Garam
1. Waduk
Proses pembuatan pada dasarnya sama dengan pembuatan kolam ikan biasa.
Hanya yang diperlukan oleh para petani garam disini adalah cara membuat
sistem pintu air, baik air untuk memasukkan air laut yang berasal dari air laut
bebas maupun dari waduk yang akan dialirkan ke ladang-ladang peminihan
(pemekatan).
2. Ladang pemekatan
Pembuatan saluran-saluran air laut baik didalam ladang peminihan (pemekatan)
maupun saluran-saluran yang berada di luar ladang peminihan (pemekatan) cara
pembuatannya dengan alat cangkul saja. Sepanjang saluran-saluran terdapat
beberapa saluran yang didalamnya diperkirakan 1 meter dihitung dari
permukaan saluran.


Lenni Manalu : Pemeriksaan Kadar Kalium Iodat (KIO3) Dalam Garam Dan Air Yang Dikonsumsi, 2007
USU e-Repository 2009
12

3. Meja Garam atau Meja Kristalisasi
Pada prinsipnya sama dengan cara pembuatan ladang peminihan (pemekatan),
hanya bedanya disini alat yang disebut guluk sangat diperlukan dan sangat
menentukan berhasilnya pengerjaan dalam ladang kristalisasi. Untuk pengecekan
tentang tanahnya dalam ladang kristalisasi telah matang dan belum hanya
berdasarkan pengalaman saja. Jadi tidak ada peralatan yang khusus untuk
pengecekan tentang sudah padat dan keras atau belum. Cara pengecekan secara
tradisional tersebut hanya diinjak saja pada waktu tanah dalam keadan setengah
basah. Apabila diinjak dan masih terdapat bekas injakan maka dinyatakan
kekerasannya masih kurang dan perlu dilakukan penggulukan lagi.
2.3.2. Alat- alat
1. Cangkul
Fungsinya untuk membuat lokasi ladang maupun waduk, ladang peminihan
maupun ladang kristalisasi.
2. Sorkot
Alat ini kontruksinya dari kayu. Fungsinya untuk meratakan ladang peminihan
(pemekatan) setelah 1-2 hari, juga untuk membersihkan lumut-lumut yang ada,
dan yang lebih penting untuk pengumpulan garam curai.
3. Guluk
Guluk adalah alat yang terbuat dari kayu yang berbentuk silinder. Fungsinya
adalah untuk pemadat ladang peminihan (pemekatan) terutama pengkristalan
dengan cara menarik pada tangkainya dan berjalan maju mundur memanjang dan
melebar sesuai ladangnya.
Lenni Manalu : Pemeriksaan Kadar Kalium Iodat (KIO3) Dalam Garam Dan Air Yang Dikonsumsi, 2007
USU e-Repository 2009
13

4. Racak
Racak berbentuk seperti sisir yang diberi tangkai. Dipakai pada ladang kritalisasi
dengan cara menarik pada tangkainya dan berjalan maju mundur memanjang dan
melebar sesuai ladangnya. (DepartemenPerindustrian Sulawesi Utara,1989)
2.3.3. Pengolahan Garam
Setelah tahap-tahap pembutan waduk, ladang peminihan (pemekatan) dan
ladang pengkristalan telah selesai dikerjakan maka tahap selanjutnya adalah
memproses untuk pemuaian air laut.
1. Waduk
Air laut masuk ke waduk dalam keadaan laut pasang melalui pintu air. Karena
sinar matahari, maka air laut dalam waduk terjadi penguapan pertama.
2. Ladang Pemekatan
Setelah 4 -5 hari waduk, air di pompa ke ladang peminihan (pemekatan) satu,
sedangkan pemanasan sinar matahari terus berlangsung. Disini terjadi penguapan
ketiga, demikian seterusnya sampai peminihan terakhir. Jumlah peminihan
(pemekatan) tak tentu, kadang-kadang sampai 6 buah tergantung keperluan.
3. Meja Kristalisasi
Air garam yang keluar dari peminihan yang terakhir disebut air tua atau brine
mother liquor. Air tua ini dipompa masuk ke daerah kristalisasi yang disebut
meja garam atau meja kristalisasi. Penguapan berlangsung terus hingga terjadi
kristal-kristal garam yang mengendap di bawah, garam lalu dipungut yang
selanjutnya diangkat ke gudang pengeringan. Sisa cairan di buang masuk saluran
yang akhirnya masuk laut.(Departemen Perindustrian Banjar Baru,1989)
Lenni Manalu : Pemeriksaan Kadar Kalium Iodat (KIO3) Dalam Garam Dan Air Yang Dikonsumsi, 2007
USU e-Repository 2009
14

2.3.4. Unsur-unsur yang menentukan kualitas garam
I. Natrium Klorida
Secara teoritis garam yang berasal dari penguapan air laut mempunyai kadar
natrium klorida 97% lebih, akan tetapi dalam praktek umumnya lebih rendah, hal
tersebut dapat disebabkan antara lain :
a. Kualitas air laut
b. Cara pembuatan
c. Cara-cara lain yang mempengaruhi kristalisasi garam.
Garam yang mengandung natrium klorida yang tinggi umumnya berwarna putih
bersih, tetapi terkadang ditemukan garam yang berwarna putih bersih ternyata
mengandung kadar NaCl yang relatif rendah.
II. Kalsium
Sebagai kotoran-kotoran unsur kalsium yang ada dalam bentuk kalsium sulfat,
sedang senyawa lainnya adalah kalsium karbonat yang mulai mengendap. Kristal
kalsium sulfat yang sangat halus, mengendap sangat lambat sehingga pada masa
pembentukan kristal NaCl, kristal ini ikut mengendap. Hal ini menjadi salah satu
garam yang diperoleh dari penguapan air laut dengan tenaga sinar matahari
kemurniannya lebih rendah dibandingkan dengan garam yang dihasilkan dari
penguapan buatan.
III. Magnesium
Magnesium sebagai kotoran-kotoran terdapat dalam larutan induk sehingga
melekat dibagian luar kristal NaCl. Garam magnesium klorida, magnesium sulfat
Lenni Manalu : Pemeriksaan Kadar Kalium Iodat (KIO3) Dalam Garam Dan Air Yang Dikonsumsi, 2007
USU e-Repository 2009
15

mulai mengendap dan tidak dikehendaki didalam garam NaCl yang rasanya pahit.
(Departemen Perindustrian Sulawesi Utara,1989)

2.4. Proses Iodisasi Garam
2.4.1. Persyaratan Iodisasi
1. Garam
Berdasarkan standar yang ditetapkan UNICEF maka garam yang akan
diiodisasi harus memenuhi syarat garam sebagai berikut:
a. Ukuran partikel atau butir-butiran tidak lebih besar dari 2 mm yang
baik adalah 0,5-1,5 mm
b. Kadar air sekitar 2-4 % atau lebih rendah lagi
c. Mempunyai sifat free flowing (tidak bergumpal)
d. Mempunyai berat jenis kira-kira sama dengan air
e. Ditinjau dari segi kesehatan keadaanya cukup bersih.
2. Kalium Iodat
Berdasarkan kestabilannya (KIO
3
) pada saat ini merupakan senyawa iodium
yang banyak digunakan dalam proses iodisasi garam.
3. Air
Air yang dipergunakan sebagai pelarut (KIO
3
) sebaiknya air yang memenuhi
persyaratan air minum.
2.4.2. Peralatan yang dipergunakan
Pada prinsipnya peralatan yang dipergunakan adalah peralatan untuk
membuat larutan KIO
3
pada garam paralatan untuk mengaduk garam agar larutan
Lenni Manalu : Pemeriksaan Kadar Kalium Iodat (KIO3) Dalam Garam Dan Air Yang Dikonsumsi, 2007
USU e-Repository 2009
16

KIO
3
terserap merata pada yang diiodisasi. Peralatan ini dalam prakteknya berupa
peralatan yang sederhana berupa hand sprayer dan dapat pula berupa peralatan yang
komplek (mekanik) agar diperoleh hasil yang lebih baik. (Departemenen
Perindustrian, Banjar Baru, 1989)
2.4.3. Cara Iodisasi
Iodisasi atau pembubuhan zat, dalam hal ini senyawa kalium iodat (KIO
3
) butir-
butir/ krital-kristal garam terdapat beberapa cara:
a. Dengan penambahan larutan KIO
3
4 % sebanyak 0,5ml melalui mikro buret
kemudian diaduk dan dianalisa.
b. Dengan penambahan KIO
3
4 % yang dikerjakan oleh suatu unit peralatan iodisasi
dilakukan pada garam yang belum dimasukkan dalam karung untuk di
homogenkan dan kemudian dimasukan dalam karung.
c. Iodisasi dilakukan denganm cara mengaduk larutan KIO
3
4 5 % kedalam satu
kotak kayu bersama dengan garam secara bertahap.
Tahap pertama adalah sebagian cara non iodium yang akan diiodisasi 20 % dari
jumlah garam yang akan diiodisasi ditambahkan larutan KIO
3
secukupnya diaduk
sampai rata.
Tahap kedua adalah garam yang telah diiodisasi pada tahap pertama yaitu 80%
dari jumlah garam yang akan diiodisasi. (Departemen Perindustrian Sulawesi
Utara, 1989)
2.4.4. Persyaratan hasil yang diperoleh
Kadar (KIO
3
) yang harus dikandung oleh garam beriodium harus mengandung
KIO
3
sebesar 40 ppm atau 40mg/kg garam dengan toleransi 10 ppm. Dengan
Lenni Manalu : Pemeriksaan Kadar Kalium Iodat (KIO3) Dalam Garam Dan Air Yang Dikonsumsi, 2007
USU e-Repository 2009
17

mengatur kondisi dari bahan dan peralatan yang dipergunakan diusahakan agar
diperoleh hasil dengan kadar KIO
3
40 ppm, demikian pula dibantu dengan
pengadukan akan menghasilkan pemerataan kandungan iodiumnya. (Departemen
Perindustrian Banjar Baru, 1989)

2.5. Kalium Iodat (KIO
3
)
Seperti yang telah dikatakan sebelumnya bahwa iodium dalam garam yang
dihitung dengan kadar Kalium Iodat (KIO
3
), dimana iodium adalah bahan yang
penting untuk sintesa hormon tiroid. Iodium yang dimakan akan diubah menjadi
iodida dan diabsorpsi. Asupan iodium minimum yang dapat mempertahankan fungsi
tiroid normal adalah 150 mikrogram. Organ utama yang mengambil iodium adalah
kelenjar tiroid yang kira-kira 33 %, sedangkan sisanya 67 % dikeluarkan melalui
urine dan faeces. (Santoso,1994).
Berdasarkan kestabilannya kandungan Kalium Iodat (KIO
3
) pada saat ini
merupakan senyawa iodium yang banyak digunakan dalam proses iodisasi garam.
Kalium Iodat (KIO
3
) merupakan garam yang sukar larut dalam air, sehingga dalam
membuat larutannya diperlukan larutan yang baik. Untuk iodisasi diperlukan larutan
Kalium Iodat (KIO
3
) 4% yang dibuat dengan jalan melarutkan 40 gram Kalium Iodat
(KIO
3
) dalam tiap 1 liter air (1 kg KIO
3
/25 liter air ). (Depkes RI,2000)
Persyaratan umum kalium iodat yang di gunakan yakni:
1. Kadar (KIO
3
) : Min 99%
2. Kehalusan : 100 Mesh
3. Logam berbahaya (Pb,Hg,Zn,Cu,As) : Nihil
4. Grade : Food grade
Lenni Manalu : Pemeriksaan Kadar Kalium Iodat (KIO3) Dalam Garam Dan Air Yang Dikonsumsi, 2007
USU e-Repository 2009
18

2.6. Garam Beriodium
Garam Beriodium merupakan istilah yang biasa digunakan untuk garam telah
difortifikasi (ditambah) dengan iodium. Di Indonesia iodium ditambahkan dalam
garam sebagai zat additif atau suplemen dalam bentuk kalium iodat (KIO
3
).
Kadar kalium iodat (KIO
3
) yang di tambahkan pada garam beriodium harus sesuai
dengan kadar yang ditetapkan oleh Standard Nasional Indonesia 01-3556-1994 yaitu
sebesar 30-80 ppm.
Penggunaan garam iodium dianjurkan oleh WHO untuk digunakan di seluruh
dunia dalam menanggulangi GAKI. Cara ini dinilai lebih alami, lebih murah, lebih
praktis dan diharapkan dapat dilestarikan dikalangan masyarakat (Palupi,2003).
Adapun hal lain yang berkenaan dengan ketetapan standard mutu garam
ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Perindustrian, Menteri
Kesehatan, Menteri Perdagangan Menteri Dalam Negeri, yang menyatakan bahwa
konsumsi iodium dalam negeri yang memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan
oleh Menteri Kesehatan.
Seperti yang telah dikemukakan oleh Winarno dan sesuai dengan keputusan
Menteri Kesehatan RI No.165/ Menkes/ SK/ II/1986 tanggal 26 februari 1986,bahwa
persyaratan kandungan Iodium dalam garam yang beriodium sebagai berikut:
a. Kandungan iodium dalam garam iodium hasil dalam negeri adalah sebesar 40-
50 mg /kg KIO
3
pada tingkat produksi.
b. Kandungan iodium dalam garam iodium hasil dalam negeri adalah sebesar 30-
50 mg/kg KIO
3
pada tingkat distribusi.
Lenni Manalu : Pemeriksaan Kadar Kalium Iodat (KIO3) Dalam Garam Dan Air Yang Dikonsumsi, 2007
USU e-Repository 2009
19

Berdasarkan Standard Nasional Indonesia No.01-3556-1994 dan Keputusan
Menteri Perindustrian dan perdagangan No.77/1995 tentang proses pengepakan dan
pelabelan garam beriodium, iodium yang ditambah dalam garam adalah sebanyak
30-80 mg KIO
3
/kg garam (30-80 ppm ). (Depperindag, 2000)

2.7. Iodium
Iodium ditemukan pada tahun 1811 oleh Courtois. Iodium merupakan sebuah
anion monovalen. Keadaan dalam tubuh mamalia hanya sebagai hormon tiroid.
Hormon-hormon ini sangat penting dalam pembentukan embrio dan untuk mengatur
kecepatan metabolisme dan produksi kalori atau energi di semua kehidupan.
(Sauberlich, 1989)
Iodium merupakan zat gizi esensial bagi tubuh, karena merupakan komponen
dari hormon thyroxin. Terdapat dua ikatan organik yang menunjukan bioaktifitas
hormone ini, yaitu T
3
(triidotironin) T
4
(tetraidotironin) atau thyroxin. Iodium
dikonsentrasikan didalam kelenjar gondok (glandula thyroxin) untuk dipergunakan
dalam sintesa hormon thyroxin. Hormon ini dalam folikel kelenjar gondok,
terkonjugasi dengan protein (globulin) yang disebut thyroglobulin yang merupakan
bentuk iodium yang disimpan didalam tubuh, apabila diperlukan thyroglobulin
dipecah dan akan melepaskan hormon thyroxin yang dikeluarkan folikel kelenjar
kedalam aliran darah. (Yuastika, 1995)
2.7.1. Sifat-sifat Iodium
Iodium berasal dari bahasa yunani berarti violet. Iodium berupa keping-keping
kerat, hitam kelabu atau hitam pada temperatur kamar mempunyai kilauan logam, bau
Lenni Manalu : Pemeriksaan Kadar Kalium Iodat (KIO3) Dalam Garam Dan Air Yang Dikonsumsi, 2007
USU e-Repository 2009
20

khas. Jika sublin memberikan uap ungu dan bila dipanaskan dibawah titik leburnya
113C maka Iodium akan menguap cepat. Uap iodium bisa dikondesasi sampai
menjadi kristal tanpa pembentukan cairan terlebih dahulu. Sifat perubahan langsung
dari gas menjadi padatan atau padatan menjadi gas yang dinamakan sublimasi.
Di dalam reaksi kimia iodium mirip sifatnya dengan Klor dan Brom tetapi
kurang aktif dari keduanya. Iodium dapat bergabung dengan logam seperti Merkuri
dan yang bukan logam seperti fosfor membentuk senyawa-senyawa iodida.
Iodium dengan larutan kanji (amilum) membentuk senyawa biru yang tidak stabil
dan tes ini untuk menginditifikasikan adanya iodium bebas.
Kelarutan Iodium dalam kira-kira 3500 bagian air, dalam 13 bagian etanol
(0,5%), dalam kira-kira 80 bagian gliserol dan dalam 4 bagian karbondisulfida, larut
mudah dalam karbon tetraklorida dan eter larut dalam larutan-larutan Iodida.
2.7.2. Fungsi Iodium
Iodium merupakan bagian integral dari kedua macam hormon T
3
(triidotironin)
dan T
4
(tetraidotironin) atau thyroxin. Fungsi utama hormon ini adalah mengatur
pertumbuhan dan perkembangan. Hormon tiroid mengontrol kecepatan tiap sel
menggunakan oksigen. Dengan demikian, hormom tiroid mengontrol kecepatan
pelepasan energi zat gizi yang menghasilkan energi. Thyroxin dapat merangsang
metabolisme sampai 30%. Di samping itu kedua hormon ini mengatur suhu tubuh,
reproduksi, pembentukan sel darah merah serta fungsi otot dan saraf. Iodium berperan
pula dalam perubahan kalogen menjadi bentuk aktif vitamin A, sintesis protein dan
absorpsi karbohidrat dari saluran cerna. Iodium berperan pula dalam sintesis
kolesterol darah. (Yuastika,1995)
Lenni Manalu : Pemeriksaan Kadar Kalium Iodat (KIO3) Dalam Garam Dan Air Yang Dikonsumsi, 2007
USU e-Repository 2009
21

2.7.3. Kebutuhan Iodium.
Iodium merupakan bahan yang tidak dapat ditiadakan untuk gizi manusia dan
hewan. Kebutuhan gizi manusia dipengaruhi oleh pertumbuhan berat tubuh, jenis
kelamin, usia, gizi, iklim, dan penyakit. Pada banyak individu yang tinggal di daerah
bebas gondok, ekskresi iodium rata-rata urine adalah sekitar 150 mikrogram/air.
Kebutuhan iodium harian orang dewasa telah ditetapkan sekitar 1 sampai 2
mikrogram/kg berat tubuh. Konsumsi iodium antara satu minimum sebanyak 50
mikrogram dan satu maksimum 1000 mikro gram dianggap cukup aman 40-120
mikrogram untuk anak-anak dan 150 mikrogram untuk orang dewasa. Untuk
tambahan sebanyak 25 mikrogram dianjurkan selama masa hamil dan menyusui.
2.7.4. Sumber Iodium
Laut merupakan sumber utama iodium. Oleh karena itu, makanan laut berupa
ikan, udang, dan kerang serta ganggang laut merupakan sumber iodium yang baik. Di
daerah pantai, air dan tanah banyak mengandung iodium sehingga tanaman tumbuh di
daerah pantai mengandung banyak iodium. Semakin jauh tanah itu dari pantai makin
sedikit pula kandungan iodiumnya, sehingga tanaman yang tumbuh di daerah tersebut
termasuk rumput yang dimakan hewan sedikit sekali atau tidak mengandung iodium.
(Almatsier,2003)
2.7.5. Kebutuhan dan Proses Penyerapan Iodium dalam tubuh
Proses penyerapan iodium dalam tubuh dimulai dari saluran pencernaan. Iodium
tersebut masuk kedalam aliran darah dan segera diterima oleh kelenjar gondok.
Kelenjar gondok adalah suatu kelenjar yang terdapat pada leher muka bagian bawah,
Lenni Manalu : Pemeriksaan Kadar Kalium Iodat (KIO3) Dalam Garam Dan Air Yang Dikonsumsi, 2007
USU e-Repository 2009
22

disitulah iodium diubah menjadi Thyroxin, suatu hormon yang kuat dengan banyak
fungsi penting dalam tubuh.
Fungsi penting tersebut, antara lain:
- Mengatur semua aktifitas bermacam-macam alat tubuh
- Mempercepat pertumbuhan seseorang
- Mempengaruhi lamanya orang hidup
Iodium yang diserap saluran pencernaan yaitu oleh usus halus bagian atas dan
lambung, kira-kira sepertiganya ditangkap oleh kelenjar tiroid, sisanya dikeluarkan
lewat air kemih. Kira-kira 95% simpanan iodium dalam tubuh berada pada kelenjar
tiroid, sisanya dalam sirkulasi (0.04-0.57 mg%) dan jaringan.(Suparman,1987)
Kebutuhan iodium sehari sekitar 1-2 mikrogram per kg berat badan. Widyakarya
Pangan dan Gizi (1998) menganjurkan AKG untuk Iodium sebagai berikut:
-Bayi : 50-70 mikrogram
-Balita dan Anak sekolah : 70-120 mikrogram
-Remaja dan dewasa : 150 mikrogram
-Ibu hamil : 25 mikrogram
-Ibu menyusui : 50 mikrogram
Berdasarkan ketetapan Standard Nasional Indonesia (SNI) 01-3556-1994 maka
nilai baku mutu iodium dalam garam adalah 30-80 ppm.




Lenni Manalu : Pemeriksaan Kadar Kalium Iodat (KIO3) Dalam Garam Dan Air Yang Dikonsumsi, 2007
USU e-Repository 2009
23

2.8. Akibat kekurangan dan kelebihan iodium
2.8.1. Akibat kekurangan (defisiensi iodium)
a. Pengaruh terhadap perkembangan intelegensia
Dengan situasi penderita kekurangan iodium dan luasnya daerah defisiensi
iodium, maka di Indonesia telah terjadi defisit IQ Point yang disebabkan oleh
masalah kekurangan iodium sebesar 132,5 140 juta IQ Point dengan perincian
sebagai berikut :
Setiap penderita gondok akan mengalami defisit IQ Point sebesar 5 Point dibawah
normal dengan jumlah penderita gondok sebanyak 10 juta maka total defisit yang
diakibatkan adalah 50 juta IQ Point.
Setiap penderita kekurangan iodium yang bukan kretinin dan gondok akan
mengalami defisit IQ sebesar 10 Point di bawah normal. Dengan jumlah penderita
kekurangan iodium sebanyak 3,5 juta maka total defisit yang diakibatkan adalah 35
IQ Point.
Setiap tahun di daerah defisiensi iodium akan lahir 1 juta bayi, dimana setiap
kelahiran akan mengalami defisit 10 point, sehingga total defisit IQ Point yang
diakibatkan adalah 10 juta IQ Point. Terjadinya defisit IQ Point ini pada gilirannya
berdampak pada program belajar 9 tahun, karena banyak anak usia sekolah tidak
dapat mengikuti pelajaran dan mengalami kemunduran (drop out).
b. Pengaruh kekurangan iodium terhadap perkembangan sosial
Dampak sosial yang ditimbulkan adalah terjadinya gangguan mental, lamban,
kurang bergairah, orang semacam ini sulit untuk dididik dan dimotivasi sehingga
selamanya menjadi beban sosial bagi keluarga dan masyarakat sekitar.
Lenni Manalu : Pemeriksaan Kadar Kalium Iodat (KIO3) Dalam Garam Dan Air Yang Dikonsumsi, 2007
USU e-Repository 2009

Lenni Manalu : Pemeriksaan Kadar Kalium Iodat (KIO3) Dalam Garam Dan Air Yang Dikonsumsi, 2007
USU e-Repository 2009
24

c. Pengaruh terhadap perkembangan ekonomi
Usaha peternakan di daerah yang defisit iodium tidak akan berhasil karena hewan
peliharaan akan mengalami ukuran yang lebih kecil, kurus, produksi telur sedikit,
kurang kesuburan. (Depkes RI 1990)
2.8.2. Kelebihan Iodium (Iodide Excess)
Iodium dianggap berlebihan apabila jumlahnya melebihi jumlah yang
diperlukan untuk sintesis hormon secara fisiologis. Syarat mutlak terjadinya Iodium
yang berlebihan adalah dimakannya iodium dalam dosis yang cukup besar dan
kontiniu, seperti halnya yang terjadi di Hokaido-Jepang. Apabila dosis besar iodium
berikan akan terjadinya inhibisi hormonogenesis khususnya iodisasi tironin dan
proses couplingnya. Tetapi pemberian ini secara kronik, maka terjadi escape atau
adaptasi terhadap hambatan tersebut. Bila orang tersebut akan mengalami akibatnya
yaitu inhibisi hormonogenesis dan selanjutnya akan terjadi gondok. (Almatsier,2003)

2.9.Kerangka Konsep



Memenuhi
Syarat
Tidak
Memenuhi
Syarat
SNI
01-3556
(Garam)
Kandungan
Kalium Iodat
Garam



Pemeriksaan
Laboratorium
Kandungan
Kalium Iodat
Air
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian
Jenis Penelitian yang dilakukan adalah jenis survai yang bersifat deskriptif
yaitu untuk mengetahui kadar Kalium Iodat (KIO
3
) dalam garam dan kadar Kalium
Iodat dalam air (KIO
3
) yang dikonsumsi masyarakat Garoga Kecamatan Garoga
Kabupaten Tapanuli Utara, dimana dilakukan dengan pemeriksaan laboratorium
dengan cara titrasi iodimetri dan studi kepustakaan.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1. Lokasi Penelitian
Sampel jenis garam dan air diambil dari Desa Garoga Kecamatan Garoga
Kabupaten Tapanuli Utara karena Kecamatan Garoga merupakan daerah endemik
GAKI. Sampel tersebut diperiksa di Kantor Laboratorium Kesehatan Daerah Kota
Medan pada Sub Bagian Kimia Toksikologi.
3.2.2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian yang dilaksanakan pada bulan Februari sampai Mei 2007

3.3.Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah garam dan air. Garam yang diteliti adalah jenis
garam yang di jual pedagang kepada masyarakat yang berada di pasar Garoga. Ada
25
Lenni Manalu : Pemeriksaan Kadar Kalium Iodat (KIO3) Dalam Garam Dan Air Yang Dikonsumsi, 2007
USU e-Repository 2009
26

lima (5) merek garam yang akan diteliti yaitu Kudaterbang, Segitiga A-B, Anak
Pintar, Dolphin, A-B. Sedangkan air yang akan ditelitii adalah air yang bersumber
dari mata air yang berada di tiga (3) lokasi di desa Garoga.
Pertimbangan peneliti memilih lima (5) merek garam dan tiga (3) lokasi mata
air di atas sebagai sampel penelitian yaitu karena di pasar garoga hanya terdapat lima
(5) merek garam tersebut yang di jual dan dikonsumsi oleh masyarakat Garoga dan
terdapat tiga (3) lokasi sumber air yang sering digunakan masyarakat untuk
kebutuhan sehari-hari.

3.4. Pengumpulan Data
3.4.1. Data Primer
Data primer yaitu data yang diperoleh melalui pemeriksaan garam dan air
yang diketahui melalui perhitungan kadar kalium iodat (KIO3) pada garam dan air
yang dikonsumsi masyarakat Garoga Kecamatan Garoga Kabupaten Tapanuli Utara
dengan titrasi iodometri.
3.4.2. Data Sekunder
Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari :
1. Ketetapan Standar Nasional Indonesia (SNI) No.01-3556 1994.
2. Referensi yang relevan dengan penelitian yang dilakukan




Lenni Manalu : Pemeriksaan Kadar Kalium Iodat (KIO3) Dalam Garam Dan Air Yang Dikonsumsi, 2007
USU e-Repository 2009
27

3.5. Definisi Operasional
1. Garam adalah tambahan makanan yang dipergunakan masyarakat sebagai
bahan penyedap masakan dan merupakan sumber mineral natrium dan
klorida, dapat pula digunakan sebagai pengawetan makanan.
2. Air adalah suatu zat yang sangat dibutuhkan oleh tubuh karena berperan
penting dalam metabolisme sel, tubuh manusia mengandung 60-70% air, bila
tubuh kehilangan 20% air dapat mengakibatkan kematian.
3. GAKI (Gangguan Akibat Kekurangan Iodium) adalah suatu keadaan
kekurangan unsur iodium yang diperlukan untuk pembentukan hormon tiroid
dalam tubuh.
4. TGR (Total Goiter Rate) adalah jumlah penduduk yang mengalami
pembesaran kelenjar gondok.
5. Kalium Iodat adalah senyawa iodium (iodium dihitung dengan kadar kalium
iodat).
3.6. Pengolahan dan Analisa Data
Data yang di peroleh dari hasil pemeriksaan laboratorium di olah dan
dianalisis kemudian dibandingkan sesuai dengan SNI No.01-3556-1994 yang
menyatakan kadar Kalium Iodat (KIO
3
) pada garam beriodium sebesar 30 - 80 ppm.
3.7. Metode Pemeriksaaan Sampel
Metode yang digunakan dengan cara titrasi iodometri berdasarkan volumetri.
Pada hakekatnya titrasi iodometri adalah reaksi oksidasi reduksi. Pada iodometri berat
setara suatu zat ditentukan berdasarkan banyaknya molekul I
2
yang dibebaskan. I
2

yang dibebaskan kemudian dititrasi dengan Natrium tiosulfat (Na
2
S
2
O
3
). Adanya zat
Lenni Manalu : Pemeriksaan Kadar Kalium Iodat (KIO3) Dalam Garam Dan Air Yang Dikonsumsi, 2007
USU e-Repository 2009
28

pengganggu warna pada penentuan titik ekivalen maka diperlukan penambahan
indikator Amylum.

3.8. Instrumen dan Bahan Pemeriksaan
3.8.1. Instrumen (alat-alat) yang diperlukan
Alat yang digunakan untuk pemeriksaan kadar kalium Iodat (KIO
3
) pada garam
dan air adalah :
a. Labu Erlenmeyer 300 ml
b. Labu Ukur 11 buah
c. Gelas Kimia 250 ml
d. Pipet Volume 50 ml
e. Pipet Berskala 5 ml
f. Buret
g. Klem dan Statif
h. Timbangan Anlitif
i. Batang Pengaduk
j. Plastik dan Karet.
3.8.2. Bahan-Bahan Pemeriksaan
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam pemeriksaan ini adalah:
a. Kalium Iodat 0,005 N
b. Natrium Tiosulfat 0,005 N
c. Asam phosfat 85 %
d. Amilum 1%
Lenni Manalu : Pemeriksaan Kadar Kalium Iodat (KIO3) Dalam Garam Dan Air Yang Dikonsumsi, 2007
USU e-Repository 2009
29

e. Kalium Iodida 10 %
f. NaCl (Kristal)
g. H
2
O (air)
3.8.3. Pembuatan Reagensia
1. Larutan KIO
3
0,005 N
3,567 gram KIO
3
dilarutkan dalam air dan diencerkan sampai tepat 1000 ml di
dalam labu ukur. Larutan ini mempunyai normalitas 0,1 N. Dipipet 50 ml KIO
3
0,1 N
ke dalam labu ukur 1000 ml dan diencerkan dengan air sampai tanda batas. Larutan
ini mempunyai normalitas 0,005 N.
2. Larutan Na
2
S
2
O
3
0,005 N
25 gram Na
2
S
2
O
3
5 H
2
O dilarutkan dalam 1000 ml air dingin yang telah
didihkan. Larutan ini mempunyai normalitas 0,1 N. Dipipet 50 ml larutan Na
2
S
2
O
3

0,1 N ke dalam labu ukur 1000 ml dan diencerkan dengan air sampai tanda batas.
Larutan ini mempunyai normalitas 0,005 N.
3. Standarisasi Larutan Na
2
S
2
O
3

Ditimbang 25 gram NaCl di dalam labu erlenmeyer 300 ml. Kemudian
ditambah 125 ml air dan diaduk sampai larut. Ditambah 5 ml larutan standar KIO
3

0,005 N dan dikocok sampai tercampur rata. Kemudian sampai dikocok ditambahkan
2 ml H
3
PO
4
85%, 2 ml larutan kanji 1% dan 0,1 gram kristal KI. Segera dititrasi
dengan standar Na
2
S
2
O
3
menggunakan mikroburet, sampai warna biru tepat hilang.
Misalkan larutan standar Na
2
S
2
O
3
yang digunakan untuk titrasi = A ml. Maka
ekivalensi larutan Na
2
S
2
O
3
= 0,89 mg KIO
3
/ml
A
Lenni Manalu : Pemeriksaan Kadar Kalium Iodat (KIO3) Dalam Garam Dan Air Yang Dikonsumsi, 2007
USU e-Repository 2009

Lenni Manalu : Pemeriksaan Kadar Kalium Iodat (KIO3) Dalam Garam Dan Air Yang Dikonsumsi, 2007
USU e-Repository 2009
30

3.9. Prosedur dan Cara Kerja
3.9.1.Penetapan Kadar Kalium Iodat (KIO
3
)
Di dalam labu erlenmeyer 300 ml ditimbang 25 gram contoh garam dan
larutan dengan 125 ml air. Sampai dikocok ditambahkan 2 ml H
3
PO
4
85%, 2 ml
larutan kanji dan 0,1 gram kristal KI. Kemudian segera dititrasi dengan larutan
standar Na
2
S
2
O
3
dengan mikroburet sampai warna biru tepat hilang. Misalkan larutan
Na
2
S
2
O
3
yang diperlukan = B ml, untuk koreksi dilakukan blanko, dimana 25 gram
NaCl dilarutkan dalam 125 ml air, ditambah 2 ml larutan kanji 1% dan 0,1 gram KI.
Apabila terjadi warna biru, dititrasi dengann larutan standar Na
2
S
2
O
3
.
3.9.2. Perhitungan
Kadar KIO
3
= 890 x B ppm (Departemen Perindustrian RI)
Berat contoh x A
BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
4.1.1. Keadaan Geografis Wilayah Kecamatan Garoga
Desa Garoga terletak di Kecamatan Garoga Kabupaten Tapanuli Utara
Propinsi Sumatera Utara.
Adapun batas-batas wilayah tersebut adalah :
~ Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Toba Samosir
~ Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Selatan
~ Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Pangaribuan
~ Sebelaah Timur berbatasan dengan Kabupaten Labuhan Batu
Kecamatan Garoga terdiri dari 12 Desa :
1. Desa Sibaganding
2. Desa Padang Siandomang
3. Desa Parinsoran Pangorian
4. Desa Aek Tangga
5. Desa Simpang Bolon
6. Desa Garoga Sibargot
7. Desa Gonting Garoga
8. Desa Sibalanga
9. Desa Parsosoran
10. Desa Lontung Jae I
31
Lenni Manalu : Pemeriksaan Kadar Kalium Iodat (KIO3) Dalam Garam Dan Air Yang Dikonsumsi, 2007
USU e-Repository 2009
32

11. Desa lontung Jae II
12. Desa Gonting Salak
4.1.2. Keadaan Demografi Wilayah Kecamatan Garoga
Keadaan penduduk di wilayah kecamatan garoga merupakan suatu
masyarakat yang heterogen yang terdiri dari berbagai macam suku, agama, dan adat
istiadat, dengan jumlah penduduk 15.784 jiwa, jumlah kepala keluarga 3.182, laki-
laki 7.941 jiwa, perempuan 7843 jiwa, jumlah keluarga miskin 2.563 jiwa.
4.1.3. Mata Pencaharian
Penduduk Kecamatan Garoga mempunyai mata pencaharian yang berbeda-
beda, dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.1.
Jumlah Penduduk Kecamatan Garoga Menurut Mata Pencaharian Tahun 2007

No Mata Pencaharian Jumlah Penduduk
1 Bertani 15.649 jiwa
2 PNS/ABRI 265 jiwa
3 Wiraswasta 50 jiwa

Sumber: KSK Kecamatan Garoga (2004)

4.1.4. Sarana dan Prasarana Kesehatan
Adapun sarana dan prasarana kesehatan yang ada di kecamatan Garoga dapat dilihat
pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.2.
Jumlah Sarana dan Prasarana Kesehatan di Kecamatan Garoga Tahun 2007

No Sarana dan Prasarana Kesehatan Jumlah
1 Puskesmas Induk 1 unit
2 Puskesmas Rawat Inap 1 unit
3 Puskesmas Pembantu 4 unit
4 Polindes 7 unit

Sumber: KSK Kecamatan Garoga (2004)

Lenni Manalu : Pemeriksaan Kadar Kalium Iodat (KIO3) Dalam Garam Dan Air Yang Dikonsumsi, 2007
USU e-Repository 2009
33

4.2. Gambaran Khusus Lokasi Survai Penelitian
Survai dilaksanakan di Desa Garoga Sibargot Kecamatan Garoga Kabupaten
Tapanuli Utara Propinsi Sumatera Utara, jumlah penduduk di daerah tersebut adalah
2.726 jiwa dan jumlah Kepala Keluarga 574.
Batas-batas wilayah Desa Garoga adalah sebagai berikut :
~ Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Lontung Jae II.
~ Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Aek Tangga.
~ Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Lontung Jae I.
~ Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Simpang Bolon.

4.3. Sampel Garam dan Air
Informasi mengenai perusahaan penghasil garam yang dijual yang ada di Desa
Garoga dari pedagang yang menjual garam dan meninjau langsung ke tempat
pemasaran, sedangkan sampel air diperoleh dari hasil pengambilan langsung ke
tempat penelitian. Untuk pemeriksaan kadar kadar Kalium Iodat (KIO
3
) dilakukan di
Laboratorium Kesehatan Daerah Kota Medan Sumatera Utara di Sub Bagian Kimia
Toksikologi.
Jenis garam yang diperiksa sebagai sampel penelitian yaitu :
1. Garam merek kuda terbang
2. Garam merek segitiga A-B
3. Garam merek Anak Pintar
4. Garam merek Dolpin
5. Garam merek A-B
Lenni Manalu : Pemeriksaan Kadar Kalium Iodat (KIO3) Dalam Garam Dan Air Yang Dikonsumsi, 2007
USU e-Repository 2009
34

4.4. Hasil Pemeriksaan
4.4.1. Pemeriksaan Kadar Kalium Iodat (KIO
3
)
Pemeriksaan kadar Kalium Iodat (KIO3) dalam garam dan air yang dikonsumsi
masyarakat Garoga di lakukan di laboratorium kesehatan daerah Kota Medan pada
Sub Bagian Kimia Toksikologi dengan memakai metode titrasi iodimetri.
Hasil pemeriksaan kadar Kalium Iodat (KIO
3
) dalam garam dan air dapat dilihat pada
tabel di bawah ini :
Tabel 4.3.
Hasil Pemeriksaan Kadar Kalium Iodat (KIO
3
) pada 5 merek garam beriodium
di Desa Garoga Tahun 2007

No Sampel
Garam
Berat
(gram)
Volume
Titrasi (ml)
Kadar (ppm) SNI 01-3556-
1994
1 Kuda Terbang 25 gram 4,6 ml 32,16 ppm 30-80 ppm
2 Segitiga A-B 25 gram 1,4 ml 9,75 ppm 30-80 ppm
3 Anak Pintar 25 gram 13,3 ml 94,81 ppm 30-80 ppm
4 Dolpin 25 gram 5,61 ml 38,29 ppm 30-80 ppm
5 A-B 25 gram 4,1 ml 29,06 ppm 30-80 ppm

Tabel 4.3. Berdasarkan hasil pemeriksaan kadar Kalium Iodat (KIO
3
) pada 5 sampel
merek garam beridoium yang dikonsumsi masyarakat garoga menunjukkan bahwa
kadar kalium iodat (KIO
3
) yang terdapat pada garam beriodium tersebut memiliki
kadar yang berbeda-beda.
Dalam hal ini kadar Kalium Iodat (KIO
3
) yang tinggi terdapat pada sampel
merek garam Anak Pintar yaitu sebesar 94,81 ppm, sedangkan kadar Kalium Iodat
(KIO
3
) yang terendah terdapat pada sampel merek garam Segitiga A-B yaitu sebesar
9,75 ppm. Dari seluruh sampel garam yang diperiksa terdapat 2 sampel garam yang
Lenni Manalu : Pemeriksaan Kadar Kalium Iodat (KIO3) Dalam Garam Dan Air Yang Dikonsumsi, 2007
USU e-Repository 2009
35

memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI 01-3556 1994) yang telah ditetapkan
yaitu sebesar 3080 ppm.
Tabel 4.4.
Hasil Pemeriksaan Kadar Kalium Iodat (KIO
3
) pada 3 sampel air di Desa
Garoga kecamatan Garoga Tahun 2007

No Sampel Air Berat (gram) Volume
Titrasi (ml)
Kadar (ppm)
1 Mata Air Pancur Pudi 25 gram 1,05 ml 7,38
2 Mata Air Pancur Pandita 25 gram 1,05 ml 7,38
3 Mata Air Pancur Jambu 25 gram 0,95 ml 7,38

Tabel 4.4. Berdasarkan hasil pemeriksaan kadar Kalium Iodat (KIO
3
) pada 3 jenis
sampel air di Desa Garoga Kecamatan Garoga menunjukkan perbedaan kandungan
Kalium Iodat (KIO
3
), dalam hal ini sampel air dari mata air pancur pudi dan pancur
pandita yaitu sebesar 7,38 ppm sedangkan dari pancur jambu yaitu 6,75 ppm.

4.5. Hasil Survei Pengetahuan, Sikap, Tindakan Masyarakat Garoga tentang
garam dan air.
4.5.1. Data Responden
Dalam survai ini jumlah responden yang diambil adalah sebanyak 30 orang
yang mewakili masing-masing kepala keluarga.
4.5.1.1. Responden Menurut Umur
Data Responden menurut umur dapat diketahui dari hasil yang diperoleh
melalui wawancara. Data tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini :



Lenni Manalu : Pemeriksaan Kadar Kalium Iodat (KIO3) Dalam Garam Dan Air Yang Dikonsumsi, 2007
USU e-Repository 2009
36


Tabel 4.5.
Distribusi Responden Menurut Umur di Desa Garoga Tahun 2007

No Umur Responden Jumlah %
1 < 30 Tahun 5 16,67
2 30-60 Tahun 22 73,33
3 >60 Tahun 3 10
Jumlah 30 100

Tabel 4.5. diatas menggambarkan bahwa umur responden sebagian besar berumur
antara 30 60 tahun (73,33%), umur di bawah 30 tahun (16,67%), dan umur diatas
60 tahun yang paling sedikit (10%).
4.5.1.2. Responden Menurut Tingkat Penghasilan
Data responden menurut tingkat penghasilan dapat diketahui dari hasil yang
diperoleh melalui wawancara.
Data tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.6.
Distribusi Responden Menurut Tingkat Penghasilan di Desa Garoga
Tahun 2007

No Penghasilan Jumlah %
1 > Rp 450.000/bln 13 43,33
2 Rp 150.000 Rp 450.000/bln 11 36,67
3 < Rp 150.000/bln 6 20
Jumlah 30 100

Tabel 4.6. diatas menggambarkan bahwa penghasilan responden sebagian besar >
Rp 450.000/bln (43,33%), antara Rp 150.000 Rp 450.000/bln (36,67%), dan
penghasilan < Rp 150.000/bln paling sedikit yaitu 6 orang (20%).

Lenni Manalu : Pemeriksaan Kadar Kalium Iodat (KIO3) Dalam Garam Dan Air Yang Dikonsumsi, 2007
USU e-Repository 2009
37

4.5.1.3. Responden Menurut Tingkat Pekerjaan
Tingkat pekerjaan responden dapat diketahui dari hasil yang diperoleh melalui
wawancara. Data tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.7.
Distribusi Responden Menurut Tingkat Pekerjaan di Desa Garoga Tahun 2007

No Pekerjaan Jumlah %
1 Ibu RT/bertani 13 43,33
2 PNS/ABRI 7 23,33
3 Peg. Swasta 3 10
4 Wiraswasta 6 20
5 Dagang 1 3,3
Jumlah 30 100
Tabel 4.7. diatas menggambarkan bahwa pekerjaan responden sebagian besar adalah
ibu RT/bertani (43,33%), pekerjaan PNS/ABRI (23,33%), pekerjaan Peg. Swasta
(10%), pekerjaan Wiraswasta (20%), dan pekerjaan dagang paling sedikit (3,3%).
4.5.1.4. Responden Menurut Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan responden dapat diketahui dari hasil yang diperoleh melalui
wawancara. Data tersebut dapat dilihaat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.8.
Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Garoga Tahun 2007

No Tingkat Pendidikan Jumlah %
1 Tidak Tamat SD 2 6,67
2 Tamat SD 4 13,33
3 Tidak Tamat SMP 5 16,67
4 Tamat SMP 2 6,67
5 Tidak Tamat SMA 1 3,33
6 Tamat SMA 13 43,33
7 Akademi/PT 3 10
Jumlah 30 100
Lenni Manalu : Pemeriksaan Kadar Kalium Iodat (KIO3) Dalam Garam Dan Air Yang Dikonsumsi, 2007
USU e-Repository 2009
38

Tabel 4.8. diatas menggambarkan bahwa tingkat pendidikan responden sebagian
besar tamat SMA ( 43,33%), tidaak tamat SMA paling sedikit (3,33%), tamat SMP
(6,67%), tidak tamat SMP (16,67%), tamat SD (13,33%), tidak tamat SD (6,67%),
dan Akademi/PT (10%).
4.5.1.5. Responden Menurut Agama
Agama Responden dapat diketahui dari hasil yang diperoleh melalui
wawancara.
Data tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.9.
Distribusi Responden Menurut Agama di Desa Garoga Tahun 2007

No Agama Jumlah %
1 Islam 6 20
2 Kristen Katholik 4 13,33
3 Kristen Protestan 20 66,67
Jumlah 30 100

Tabel 4.9. diatas menggambarkan bahwa mayoritas responden beragama Kristen
Protestan sebanyak 20 orang (66,67%), Islam 6 orang (20 %), Katholik 4 orang
(13,33).
4.5.2. Hasil Pengukuran Tingkat Pengetahuan
Pengukuran tingkat pengetahuan responden tentang garam dan air adalah
sebagai berikut :






Lenni Manalu : Pemeriksaan Kadar Kalium Iodat (KIO3) Dalam Garam Dan Air Yang Dikonsumsi, 2007
USU e-Repository 2009
39

Tabel 4.10.
Distribusi Responden Menurut Tingkat Pengetahuan tentang Garam dan Air di
Desa Garoga Tahun 2007.
No Pengetahuan Jumlah %
1 Baik 7 23,33
2 Sedang 18 60
3 Kurang 5 16,67
Jumlah 30 100

Tabel 4.10. diatas menggambarkan bahwa tingkat pengetahuan responden sebagian
besar dengan kategori sedang (60%), kaategori baik (23,33%), dan kategori kurang
(16,67%).
4.5.3. Hasil Pengukuran Sikap
Pengukuran Sikap Responden Tentang Garam dan air adalah sebagai berikut :
Tabel 4.11.
Distribusi Responden Menurut Sikap tentang Garam dan Air di Desa Garoga
Tahun 2007

No Sikap Jumlah %
1 Baik 6 20
2 Sedang 20 66,67
3 Kurang 4 13,33
Jumlah 30 100

Tabel 4.11. diatas menggambarkan bahwa sikap responden sebagian besar dengan
kategori sedang (66,67%), kategori kurang (13,33%), kaategori baik (20%).
4.5.4. Hasil Pengukuran Tindakan
Pengukuran tindakan responden tentang garam dan air adalah sebagai berikut :





Lenni Manalu : Pemeriksaan Kadar Kalium Iodat (KIO3) Dalam Garam Dan Air Yang Dikonsumsi, 2007
USU e-Repository 2009

Lenni Manalu : Pemeriksaan Kadar Kalium Iodat (KIO3) Dalam Garam Dan Air Yang Dikonsumsi, 2007
USU e-Repository 2009
40

Tabel 4.12.
Distribusi Responden Menurut Tindakan Tentang Garam dan Air di Desa
Garoga Tahun 2007

No Tindakan Jumlah %
1 Baik 8 26,67
2 Sedang 19 63,33
3 Kurang 3 10
Jumlah 30 100
Tabel 4.12. diatas menggambarkan bahwa tindakan responden tentang garam dan air
sebagian besar dengan kategori sedang (63,33%), kategori kurang (10%), kategori
baik (26,67%).






BAB V
PEMBAHASAN
5.1. Kadar Kalium Iodat (KIO
3
) pada garam
Penelitian mengenai kadar Kalium Iodat (KIO
3
) pada garam beriodium dilakukan
karena mengingat bahwa garam merupakan bahan tambahan makanan yang
digunakan masyarakat sebagai penyedap rasa. Selain itu, garam juga merupakan salah
satu zat gizi yang berperan untuk pembentukan hormon-hormon tiroksin dari tiroid
yang sangat diperlukan untuk perkembangan fisik dan mental manusia
(Muhilal dkk, 1998). Menurut Santoso dalam Zulkarnaen (2005) bahwa Organ utama
yang mengambil Iodium adalah kelenjar tiroid yang kira-kira 33%, sedangkan sisanya
67% dikeluarkan melalui urine dan feses. Sesuai dengan Peraturan yang telah
ditetapkan oleh SNI 01-3556 - 1994 bahwa kadar Kalium Iodat (KIO
3
) yang terdapat
pada garam beriodium harus memenuhi syarat sebesar 30-80 ppm.
Berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan di Laboratorium Kesehatan Daerah
Kota Medan Sumatera Utara pada Sub Bagiam Kimia Toksikologi terhadap kadar
Kalium Iodat (KIO
3
) pada 5 merek sampel garam menunjukkan hasil bahwa hanya 2
merek sampel garam yang telah memenuhi syarat yang ditetapkan oleh SNI 01-3556
1994 yaitu sampel merek Kuda Terbang (32,16 ppm) dan Dolpin (38,29 ppm),
sedangkan 3 sampel merek lainnya yakni sampel merek segitiga A-B, Anak Pintar,
A-B, belum memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI 01- 3556- 1994).



41
Lenni Manalu : Pemeriksaan Kadar Kalium Iodat (KIO3) Dalam Garam Dan Air Yang Dikonsumsi, 2007
USU e-Repository 2009
42

5.2. Kadar Kalium Iodat (KIO
3
) pada air
Pemeriksaan yang dilakukan terhadap kadar Kalium Iodat (KIO
3
) pada 3 sampel
air di desa Garoga Kecamatan Garoga menunjukkan bahwa kandungan kadar Kalium
Iodat (KIO
3
) mempunyai tingkatan yang berbeda yakni pada sampel mata air pancur
pudi sebesar 7,38 ppm, mata air pancur pandita 7,38 ppm, dan pada sampel mata air
pancur jambu 6,75 ppm.
5.3. Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara dengan
menanyakan sesuatu yang ingin di ukur tentang pengetahuan dari subjek penelitian
atau responden (Eddy S. 1999). Dari hasil survei yang dilakukan terhadap responden
yang di dapat dengan melakukan wawancara dan menggunakan kuesioner
menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden tentang garam dan air mayoritas
dengan kategori sedang yaitu sebanyak 18 orang (60%).
Berdasarkan pernyataan diatas dapat digambarkan bahwa masyarakat di desa
Garoga mempunyai tingkat pengetahuan yang sedang tentang garam dan air. Ini juga
sesuai dengan tingkat pendidikan responden yang hanya mayoritas tamatan SD s/d
SMA (90%) sedangkan tamatan Akademi/PT hanya (10%). Hal ini berdampak pada
cara masyarakat untuk dapat mengetahui dan memahami tentang pentingnya garam
dan air.
Menurut Notoatmodjo (1993), perilaku seseorang akan lebih baik dan dapat
berlangsung lama untuk bertahan apabila didasari dengan tingkat pengetahuan yang
baik. Oleh karena itu pengetahuan sangat dibutuhkan agar masyarakat dapat
Lenni Manalu : Pemeriksaan Kadar Kalium Iodat (KIO3) Dalam Garam Dan Air Yang Dikonsumsi, 2007
USU e-Repository 2009
43

memahami mengapa mereka harus melakukan sesuatu yang benar tentang garam dan
air.
Tingkat pengetahuan masyarakat atau responden tersebut dapat ditingkatkan
dengan cara melakukan sosialisasi, penyuluhan, pelatihan, dan pendidikan mengenai
garam dan air oleh pemerintah maupun stakeholder pendidikan.

5.4. Sikap
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung dengan
cara membuat pertanyaan- pertanyaan atau pernyataan hipotesis terhadap responden
( Eddy S. 1999). Hasil pengukuran yang dilakukan terhadap responden mengenai
sikap tentang garam dan air adalah bervariasi, dimana sikap responden yang paling
banyak adalah kategori sedang yaitu 20 orang (66,67%), kategori baik 6 orang (20%)
dan yang paling sedikit kategori kurang (13,33%). Hal ini menunjukkan bahwa sikap
responden tentang garam dan air belum baik. Dengan demikian kondisi sikap
masyarakat ini perlu ditingkatkan lagi dan ini juga akan sangat membantu untuk
mencegah terjadinya Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI).
Menurut Notoatmodjo (1993), menjelaskan bahwa sikap seseorang akan menjadi
lebih baik apabila telah memenuhi 3 komponen dengan baik yaitu :
1. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.
2. Kehidupan emosional terhadap suaatu objek
3. kecenderungan untuk bertindak.
Sesuai dengan hal tersebut diatas maka sangat perlu dilakukan berbagai program
untuk mengatasi dan membantu meningkatkan keadaan dan kondisi sikap masyarakat
Lenni Manalu : Pemeriksaan Kadar Kalium Iodat (KIO3) Dalam Garam Dan Air Yang Dikonsumsi, 2007
USU e-Repository 2009

Lenni Manalu : Pemeriksaan Kadar Kalium Iodat (KIO3) Dalam Garam Dan Air Yang Dikonsumsi, 2007
USU e-Repository 2009
44

tentang pentingnya garam dan air antara lain adalah melaksanakan sosialisasi
penggunaan garam beriodium, pemberian rangsangan-rangsangan kepada masyarakat
seperti adanya perlombaan-perlombaan di bidang kesehatan masyarakat.
5.5. Tindakan
Menurut Zulkarnaen (2005) bahwa tindakan adalah suatu sikap yang belum tentu
terwujud dalam suatu tindakan nyata (Overt behavior). Dari hasil pengukuran
terhadap responden mengenai tindakan tentang garam dan air menunjukkan bahwa
sebagian besar dalam kategori sedang yaitu 19 orang (63,33%), kategori baik 8 orang
(26,67%), dan paling sedikit kategori kurang 3 orang (10%).
Hal ini berkaitan dengan keadaan lingkungan sosial, ekonomi dan budaya yang
timbul sebagai akibat adanya interaksi antara manusia di dalam masyarakat. Perilaku
masyarakat setempat sangat perlu diperhatikan yaitu kebiasaan-kebiasaan
masyarakat. Tindakan masyarakat atau responden dapat diatasi secara perlahan-lahan
dengan cara melakukan kerjasama antara pemerintah dan masyarakat serta hubungan
lintas sektoral yang baik. Berdasarkan survai yang dilakukan, diketahui bahwa tingkat
perekonomian di daerah Garoga masih rendah.
Adapun cara-cara untuk meningkatkan perilaku masyarakat di Desa Garoga
mengenai Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) adalah dengan
melaksanakan program kesehatan baik melalui pendidikan pelatihan maupun
menciptakan suatu bentuk lingkungan percontohan yang berorientasi terhadap
kesehatan lingkungan serta mengajak masyarakat bersama-sama melaksanakan
program preventif terhadap penanggulangan Gangguan Akibat Kekurangan Ioddium
(GAKI).
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan laboratorrium yang dilakukan pada 5 sampel garam
dan 3 sampel air yang dikonsumsi masyarakat di Desa Garoga Kecamatan Garoga
yakni :
1. Hasil pemeriksaan yang dilakukan di Laboratorium Kesehatan Daerah Kota
Medan Sumatera Utara terhadap kadar Kalium Iodat (KIO
3
) pada garam
menunjukkan hasil bahwa ada 2 merek garam yang memenuhi syarat standar
yang ditetapkan oleh SNI 01-3556-1994 sebesar 30-80 ppm yaitu garam merek
kuda terbang dan merek dolpin, sedangkan garam merek anak pintar (94,81
ppm), merek segitiga A-B (9,75 ppm), dan merek A-B (29,06 ppm) tidak
memenuhi standar yang ditetapkan SNI 01-3556-1994.
2. Hasil pemeriksaan terhadap kadar Kalium Iodat (KIO
3
) yang terdapat pada 3
sampel air yang dikonsumsi masyarakat Garoga Kecamatan Garoga,
menunjukkan hasil bahwa kadar Kalium Iodat (KIO
3
) untuk ketiga sampel
tersebut adalah sampel air di Pancur Pudi (7,38 ppm), sampel air di Pancur
Pandita (7,38 ppm), dan sampel air di Pancur Jambu (6,75 ppm).
3. Menurut survai penelitian diketahui bahwa jenis garam yang dikonsumsi
masyarakat garoga adalah garam merek Kuda Terbang, Segitiga A-B, Anak
Pintar, Dolpin, A-B.
Berdasarkan hasil survai yang dilakukan di Desa Garoga Kecamatan Garoga dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut :
45
Lenni Manalu : Pemeriksaan Kadar Kalium Iodat (KIO3) Dalam Garam Dan Air Yang Dikonsumsi, 2007
USU e-Repository 2009
46

1. Responden yang terbanyak memiliki tingkat pengetahuan sedang yaitu sebanyak
18 orang (60%).
2. Responden yang terbanyak memiliki sikap sedang yaitu sebanyak 20 orang
(66,67%).
3. Responden yang terbanyak memiliki tindakan sedang yaitu sebanyak 19 orang
(63,33%).
6.2. Saran
1. Diharapkan kepada Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Tapanuli
Utara agar memperhatikan kadar Kalium Iodat (KIO
3
) pada garam beriodium
yang beredar di Tapanuli Utara.
2. Kepada Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) agar secara rutin
melakukan pemeriksaan terhadap kadar Kalium Iodat (KIO
3
) pada garam yang
beredar di pasaran.
3. Kepada Dinas Kesehatan Tapanuli Utara agar memberikan penyuluhan kepada
masyarakat tentang pentingnya mengkonsumsi garam dan air beriodium.
4. Bagi produsen hendaknya memperhatikan kadar Kalium Iodat (KIO
3
) pada
garam beriodium sebelum diedarkan kepada masyarakat.
5. Kepada seluruh masyarakat khususnya di Desa Garoga agar dapat mencegah
Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) melalui peningkatan
pengetahuan, sikap, dan tindakan yang berhubungan dengan iodium.


Lenni Manalu : Pemeriksaan Kadar Kalium Iodat (KIO3) Dalam Garam Dan Air Yang Dikonsumsi, 2007
USU e-Repository 2009
47

DAFTAR PUSTAKA


Anonimous., 1993. Kumpulan Naskah Simposium GAKI. Perkeni, Semarang.

2005. Laporan Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara, Medan.

Almatsier Sunita., 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia, Jakarta.

Anderson, C.R.M.D., 1975. Petunjuk Modren Kepada Kesehatan. Bandung.


Depkes RI, 1985. Penelitian Gizi dan Makanan, Jakarta.

, 2000/2002. Pedoman Pelaksanaan Pemantauan Garam Beriodium di
Tingkat Masyarakat. Jakarta.

, 2005. Pencegahan dan Penanggulangan Gangguan Akibat Kurang
Iodium (GAKI) di Indonesia. Jakarta

Departemen Perindustrian Banjarbaru., 1989. Usaha Peningkatan Mutu Garam
Konsumsi Beriodium. Banjar Baru.

Djokomoeldjanto. R., 1974, Akibat Defisiensi Iodium Berat. Semarang.

Eddy S & Zulkipli., 1999. Dasar- dasar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu
Perilaku. Fakultas Kesehatan Masyarakat USU, Medan.

Moehyi, S., 1986. Penyelenggaraan Makanan Institusi dan Jasa Boga. Semarang

Muhilal ; J. Idrus ; Husaini ; Dj. Fasli dan Ig. Tarwotjo., 1998. Angka Kecukupan
Gizi yang Dianjurkan dalam Risalah Widyakarya Pangan dan Gizi IV.
Jakarta

Notoatmodjo Soekidjo., 1993. Dasar-dasar Ilmu Perilaku. Jakarta

Standar Nasional Indonesia 0140 -76. Garam Konsumsi.

Susanto, Rudi., 2001. GAKY, Penyakit Penyebab Retardasi Mental. Harian Suara
Merdeka. http://www.google.com diakses 15 Februari 2007

Sutomo, M, Said., 2003. Waspada Mengkonsumsi Air Minum. Harian Suara
Merdeka. http://www.google.com diakses 15 Februari 2007

Lenni Manalu : Pemeriksaan Kadar Kalium Iodat (KIO3) Dalam Garam Dan Air Yang Dikonsumsi, 2007
USU e-Repository 2009

Lenni Manalu : Pemeriksaan Kadar Kalium Iodat (KIO3) Dalam Garam Dan Air Yang Dikonsumsi, 2007
USU e-Repository 2009

48
Sutrisno, Totok, C., 2004. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Cetakan Kelima,
Jakarta.

Winarno F.G., 1992. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia, Jakarta.

Yuastika, ketut, D.S.P.D., 1985. Penyakit Kelenjar Tiroid. Universitas Udayana,
Denpasar.

Zulkarnaen., 2005. Analisa Kadar KIO
3
Pada Garam Berodium. USU, Medan.

Anda mungkin juga menyukai