Anda di halaman 1dari 9

Daftar Isi

I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .

1.2 Rumusan Masalah
1.3Manfaat Penulisan
II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian dari dampak kartun
2.2 Komponen yang terkait
2.3 Proses..
2.4 Kondisi.
III PENUTUP
3.1 Saran...........................................................................
3.2 Kesimpulan.....

Daftar Pustaka.




BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kartun adalah gambar dengan penampilan lucu yang
mempresentasikan suatu peristiwa yang banyak macamnya, seperti :
-Dragon ball
-Detektif conan
-Naruto
-Dan lain- lain
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh jam tayang kartun terhadap kegiatan belajar di
Rumah?
2. Mengapa anak-anak meniru adegan itu?
3. Mengapa anak-anak selalu menonton film kartun?
4. Mengapa anak-anak lebih banyak mementingkan film kartun disbanding
Belajar?
1.3 Tujuan Penulisan
Karena kartun lucu dan menarik, anak-anak lebih suka menonton
film kartun dibanding belajar. Anak-anak pun sering meniru adegan dalam
kartun karena gaya tersendiri atau ciri khas para tokoh kartun tersebut
yang digemari anak-anak. Selain itu tayangan sangat menarik dengan
animasi yang bermacam-macam,kartun tersebut juga dapat menarik
perhatian anak-anak. Kartun pun lebih mengasyikan disbanding belajar



1.4 Manfaat

1.Bagi Penulis
Melatih untuk mengembangkan keterampilan membaca yang efektif;
Melatih untuk menggabungkan hasil bacaan dari berbagai sumber;
Mengenalkan dengan kegiatan kepustakaan;
Meningkatkan pengorganisasian fakta/data secara jelas dan sistematis;
Memperoleh kepuasan intelektual;
Memperluas cakrawala ilmu pengetahuan;
Sebagai bahan acuan/penelitian pendahuluan untuk penelitian selanjutnya
2.Bagi Pembaca
1.Memberikan dan memperluas sebuah wawasan mengenai kualitas dalam
penulisan maupun isi dalam karya ilmiah tersebut
2.Mengetahui permasalahan yang dikaji secara ilmiah berdasarkan ilmu yang
ada
3.Menambah dan memperluas cakrawala ilmu pengetahuan
4.Memperdalam pemahaman terhadap bacaan
5.Dapat mengambil inti dari masalah tersebut
6.Dapat membantu dalam memecahkan masalah yang ada dalam keilmuan
7.Dapat belajar mengapresiasikan sebuah karya ilmiah
8.Membuktikan validitas data yang diuji
9.Mendapatkan inovasi dan memacu adrenalin ingin membuat penelitian
10.Melatih untuk mengembangkan keterampilan membaca yang efektif
11.Melatih untuk menggabungkan hasil bacaan dari berbagai sumber
12.Mengenalkan dengan kegiatan kepustakaan
13.Meningkatkan pengorganisasian fakta atau data secara jelas dan sistematis
14.Memperoleh kepuasan intelektual
BAB 2
Menonton film animasi adalah hal lazim untuk para anak-anak,bahkan
remaja dan dewasa memiliki ketertarikan yang tinggi terhadap
animasi,mulai dari tv sampai komik,semuanya tak lepas dari alur cerita
yang imajinatif dan terkesan heroik,namun tau kah kalian beberapa fakta
kini telah didapatkan seputar dampak positif dan negatif dari menonton film
animasi,mempengaruhi imajinasi dan kreativitas, yah okelah pasti ini dapat
meningkatkan kemampuan berfikir dan ide anak,tapi tak jarang justru
dampek negatif yang muncul mulai dari hal kecil sampai yang besar,simak
ulasan kematian Revino Siahaya, anak berusia 10 tahun, yang disinyalir
bunuh diri akibat meniru gaya dalam film kartu Naruto.



Berdasarkan hasil penyelidikan pihak yang berwajib, memang itdak ada
indikasi adanya pengaruh film tersebut terhadap kematian Revino. Tetapi
menurut KPI kasus ini menimbulkan keresahan dari masyarakat akan
sinyalemen bahwa film kartun Naruto mempunyai pengaruh buruk terhadap
perilaku anak.

Kasus Naruto tersebut menambah panjang catatan ihwah film animasi
kartun televisi yang mendapat protes masyarakat. Kita tentu masih ingat,
beberapa waktu silam film animasi kartun Sinchan dan Doraemon, banyak
mendapat kritik bagi masyarakat karena dinilai kurang edukatif dan tidak
sesuai untuk anak-anak.

Sinchan dalam beberapa serialnya menampilkan perilaku yang menjurus
ke arah pornografi. Sementara film animasi kartun Doraemon banyak
disoroti karena memanjakan tokoh Nobita dengan hal-hal yang bersifat
instan. Ini menyebabkan tokoh Nobita menjadi sosok anak yang malas dan
kurang mandiri, selalu mengandalkan Doraemon dalam menyelesaikan
setiap masalah yang dihadapi. Perilaku kedua tokoh kartun tersebut,
dikhawatirkan pihak orangtua bisa memberi pengaruh negatif bagi
perkembangan anak.

Kembali pada Naruto, pada dasarnya film ini memang cukup menarik.
Bercerita tentang petualangan seorang bocah dari perkampungan ninja
bernama Konoha. Film animasi kartun ini menampilkan hal yang berbeda
dari sosok ninja pada umumnya. Tokoh-tokoh ninja dalam kisah Naruto
tampil lebih terbuka, fashionable, lepas dari mainstream figur ninja klasik
yang cenderung berpenutup wajah dan misterius. Begitu pula dengan
persenjataan. Kalau ninja klasik banyak mengandalkan kepiawaian dalam
memainkan jurus samurai, tombak dan senjata rahasia, maka Naruto dan
kawan-kawan digambarkan lebih hebat dari itu. Mereka tidak lagi
tergantung pada senjata konfensional karena memiliki kesaktian luar biasa.

Dengan menggunakan teknis animasi modern, ilmu-ilmu yang ditampilkan
menjadi tampak hebat, dramatik, dan heroik. Wajar apabila banyak disukai
oleh anak-anak. Tapi, di lain sisi, harus diakui, sepanjang film ini selalu tak
lepas dari adegan kekerasan. Pertempuran yang tak jarang berujung pada
pembunuhan, selalu menjadi pilihan dalam menyelesaikan setiap masalah,
yang diangkat sebagai inti cerita. Tidak berlebihan apabila orangtua
menjadi khawatir.

Bila kita cermati, sebenarnya memang banyak film animasi kartun di
televisi yang menampilkan adegan kekerasan. Ironisnya, animasi kartun di
televisi bagi sebagian besar masyarakat masih dianggap sebagai film
anak-anak. Padahal kita tidak tahu, film impor tersebut di negara asalnya
apakah memang jelas-jelas untuk konsumsi anak-anak, atau tidak?

Sebagai contoh, film animasi kartun Tom and Jerry yang populer dan
sangat digemari oleh anak-anak. Banyak orangtua yang merasa aman-
aman saja dan membiarkan buah hati mereka menonton animasi kartun
tanpa perlu mendampinginya. Padahal, film animasi karya duo animator
William Hanna dan Joseph Barbera ini bila diperhatikan sarat dengan
adegan kurang terpuji. Film kartun legendaris yang pertama kali diproduksi
tahun 1940 ini, hampir di setiap penayangannya tampil penuh kekerasan
maupun keisengan yang cenderung ekstrem. Perseteruan abadi tokoh
kucing dan tikus ini selalu diwarnai dengan upaya saling mengalahkan
dengan melakukan pemukulan, penusukan, pembakaran, jebakan,
peledakan, penyiksaan terhadap masing-masing tokoh maupun perusakan
materi seperti melempar piring, membanting gelas dan lain sebagianya.
Meski semua itu dikemas dalam balutan humor, sehingga tampak jenaka,
namun bagi anak-anak yang belum bisa berpikir panjang bisa jadi apa
yang diperagakan oleh tokoh Tom dan Jerry dianggap sebagai legalitas
bagi mereka untuk melakukan hal serupa dalam pergaulan sehari-hari.

Lalu bagaimana seharusnya? Film animasi yang bagaimana yang benar-
benar ideal untuk anak-anak? Memang sulit untuk menemukannya. Tapi
tak menutup kemungkinan, bahwa dampak negatif yang selalu
dikhawatirkan masyarakat atas film kartun animasi televisi terhadap anak,
bisa diminimalisir.

Misalnya; (satu); ada pelabelan atau pengkategorian yang jelas dan tegas
dari KPI atau lembaga terkait terhadap film animasi kartun televisi, apakah
untuk anak-anak, remaja, dewasa, atau segala usia; (dua), pihak LSF lebih
ketat lagi dalam melakukan sensor; (tiga), orangtua menyempatkan waktu
untuk selalu mendampingi anak-anak saat menonton film animasi kartun,
dan siap memberikan penjelasan seperlunya apabila ada adegan yang tak
pantas untuk anak-anak; (empat), komitmen pihak televisi untuk
memproduksi film animasi kartun bernuansa budaya lokal, sekaligus
sebagai upaya memberdayakan dan mengakomodasi potensi animator
dalam negeri.
Mengingat dewasa ini ilmu dan teknik animasi banyak diajarkan secara
akademis di perguruan tinggi seni maupun teknik informatika, maka anak
bangsa yang handal dan potensial membuat film animasi cukup melimpah.
Banyak cerita rakyat dan kisah-kisah budi pekerti yang bisa
diaktualisasikan kembali menjadi animasi kartun televisi, sehingga kita
tidak dijajah produk film impor, dan tanpa disadari dipaksa untuk permisif
terhadap budaya asing melalui setting, istiadat dan perilaku para tokohnya
yang belum tentu sesuai dengan budaya Indonesia.

disisi lain film animasi jutru memberi dampak positif sebagai media
pengajaran bagi anak usia dini. Film animasi adalah salah satu media
pengajaran yang dapat digunakan untuk menyampaikan bahan ajar pada
anak, dengan gambar yang menarik, perhatian anak akan langsung tertuju
ke sana sehingga proses pembelajaran dengan menggunakan film animasi
akan melahirkan suasana yang menyenangkan bagi anak. (Rivai,M. 2007 :
20)
2.1 Komponen yang terkait
1. Anak-anak
2. Jenis-jenis kartun :
-Dragon ball
-Naruto
-Boboi boy
-Masha and the bear
2.2 Proses
Dengan menonton kartun yang diminati anak-anak secara
otomatis mereka pun membayangkan dan imajinasi mereka menjadi
tokoh kartun tersebut dan mempraktekannya
2.3 Kondisi
-Anak menjadi kurang belajar
-Memungkinkan anak meniru kartun favoritnya
-Anak selalu berimajinasi menjadi tokoh kartun tersebut
-Pikiran anak menjadi kacau




BAB 3
3.1 penutup
Demikian KARYA TULIS ILMIAH dari kami mudah-mudahan
dapat menambah wawasan para pembaca dan mohon maaf bila ada salah
pengetikan.
3.2 Kesimpulan
Kartun merupakan teman anak-anak di saat butuh hiburan namun
menimbulkan dampak positif dan negatif.
3.3Saran
Agar orang tua dapat memilih tanyangan kartun yang positif.






Daftar pustaka
Karyani,neni dkk.2006.Buku Kerja Siswa. Bandung.Elisa surya
dwitama.
Syam,ahmad.2014.en.wikipedia.org.15 januari 2014.
Ahtur dkk. 2013. En.wikipedia.org. 4 april 2013.
Rezki ,Muhammad.2013.en.wikipedia.org.17 febuary 2013

Anda mungkin juga menyukai