Anda di halaman 1dari 32

5

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Logam
Logam merupakan bahan teknik yang paling umum digunakan.
Pertumbuhan produksinya (dan khususnya yang berasal dari baja) sering menjadi
indikator perkembangan industri. Dengan meningkatnya kecanggihan beberapa
produk dan perkembangan plastik serta mikroelektron, hubungan pertumbuhan
produksi bahan teknis dengan pertumbuhan industri ini tidak valid lagi, khususnya
di negara-negara industri. Di Amerika Serikat, konsumsi baja turun sejak tahun
1950 per unit GDP dan sejak tahun 1980 per kapita. Baja masih menunjukkan
porsi yang sangat besar dari total produksi logam, tetapi logam yang lain
menawarkan sifat-sifat yang unik dan masih sangat diperlukan. Oleh karena itu,
rendahnya densitas magnesium dan tingginya rasio kekuatan-terhadap-massa
titanium telah membawa kepada peningkatan penggunaan ketimbang kepada
pembiayaan energi tinggi.
Bijih besi, biasanya oksida atau sulfida, adalah sumber utama logam.
Berbagai tekilik digunakan untuk memperkaya dan membuatnya lebih cocok
untuk proses selanjutnya. Logam kemudian diekstrak pada skala yang sangat
besar, di pabrik-pabrik khusus, dengan beberapa metode.
1. Dalam pyrometallurgy (metalurgi api), bijih besi direduksi bersama
karbon (kokas, minyak, atau gas) dalam tanur-tanur tinggi (pelebur). Sebagai
contoh, bijih besi dimasukkan ke dalam tanur tinggi bersama kokas dan fluk-fluk
(terutama batu kapur) untuk memproduksi besi kasar dengan karbon tinggi dan
terak. Hasilnya biasanya lebih dari satu juta ton per tahun per tanur. Kotoran dapat
dihilangkan dengan pemurnian dengan api (fire refining); berkaitan dengan besi,
dengan meniupkan oksigen melalui besi kasar cair dalam sebuah tanur berbasis
oksigen. Logam-logam yang lain, terutama tembaga dan seng, sering dimurnikan
6

dengan elektrolisis (electrorefining), di mana logam kotor membentuk anoda dan
logam yang sangat murni mengendap sebagai katoda.
2. Reduksi langsung (tanpa peleburan) dari bijih logam menghasilkan serbuk
dengan kemurnian tinggi.
3. Hydrometaurgy bersangkutan dengan penghancuran (pelumeram) bijih
logam dalam cairan asam. Logam dapat dijadikan presipitasi atau diendapkan
dengan sebuali elektroda (electrowinning). Tumpukan bijih logam tingkat rendah
dan terak dapat dilumerkan di dalam situ.
4. Elektrolisis pada peleburan bersuhu-tinggi juga menghasilkan logam yang
relatif murni tetapi dalam bentuk cair. seperti dalam elektrolisis alumina
(didapatkan dari bauksit) untuk membuat aluminium.
Sifat penting dari logam adalah logam dapat didaur ulang tanpa
menurunkan sifat-sifatnya, tetapi nilai skrap atau limbah sangat bergantung pada
kualitasnya. Seperti ditunjukkan dalam garis putus-putus dalam Gambar 2.1, skrap
yang tercampur atau terkontaminasi harus diperlakukan sama seperti bijih logam
melalui urutan-urutan produksi menyeluruh; skrap yang sedikit terkontaminasi
mungkin hanya perlu pemurnian; dan skrap yang dipisahkan secara hati-hati dapat
menggantikan logam baru (asli).

Logam-logam murni memiliki aplikasi khusus (seperti Cu atau untuk kawat
logam paduan lebih sering digunakan. Sebagian besar logam paduan diproses
dengan cara dilebur; beberapa akan dicor ke dalam komponen-komponen
berbentuk kompleks, tetapi mayoritas dicor ke dalam bentuk-bentuk sederhana
yang cocok untuk proses deformasi. Hasilnya, komponen-komponen konstruksi
tempaan, kawat, pipa, atau pelat lembaran dapat secara langsung digunakan, tetapi
beberapa hasil lainnya akan dibentuk lebih jauh ke dalam bentuk-bentuk yang
lebih kompleks seperti panel bodi mobil atau kaleng minuman.

7


Gambar2.1 Produk-produk logam dibuat melalui serangkaian langkah-langkah persiapan,
proses-proses berurutan dimana komponen-komponen teknik dihasilkan.
Penggabungan logam serbuk (baik dari proses primer atau dari "atomisasi"
sebuah peleburan) mengikuti rute yang benar-benar berbeda. Namur dalam
pendekatan lain, atom-atom (atau tepatnya ion) diendapkan secara terkontrol
untuk membuat komponen-komponen berlapis (coaling) atau dibentuk dengan
arus listrik (electroformed).
Sifat-sifat produk dapat ditingkatkan dengan perlakuan panas. Pemesinan
menghasilkan fitur-fitur bentuk khusus dan meningkatkan toleransi dimensional
dan kehalusan permukaan komponen coran atau yang telah dikerjakan, atau dapat
digunakan untuk memproduksi komponen-komponen secara langsung dari
bentuk-bentuk yang sederhana.
8

Semua proses ini bukan hanya memberikan bentuk yang diinginkan,
dimensi, dan hasil Ahir permukaan, tetapi juga memengaruhi sifat-sifat mekanis
dan sifat-sifat lain. Tabel 2.1 memberikan rentang sifat-sifat mekanis pada suhu
ruang yang dapat dihasilkan. Pengubahan komposisi (pemaduan) bukanlah satu-
satunya cara untuk mengubah sifat-sifat; perlu diketahui bahwa untuk sebuah
komposisi yang diberikan sifat-sifat dapat memiliki rentang sangat besar
bergantung pada proses manufaktur.
Dalam hal ini, banyak logam paduan dapat diberi perlakuan untuk
menjamin, contohnya, kekuatan spesifik yang tinggi, dan ini diperhitungkan
dalam penggunaan aluminium paduan yang ekstensif di pesawat udara, baja yang
diberi perlakuan panas atau paduan titanium untuk komponen-komponen yang
menerima tegangan tinggi, dan paduan magnesium di mana massa menjadi
perhatian utama. Perlu diketahui juga bahwa beberapa bahan jauh lebih kuat
dalam kondisi bertegangan tekan daripada dalam kondisi tarik. Perluasan data
untuk suhu-suhu yang tinggi akan menunjukkan kemungkinan rentang yang
semakin melebar.
Tabel 2.1 sifat-sifat bahan-bahan logam pada suhu ruang

9

2.2 Baja
Baja adalah logam paduan dengan besi sebagai unsur dasar dan karbon
sebagai unsur paduan utamanya. Kandungan karbon dalam baja berkisar antara
0.2% hingga 2.1% berat sesuai grade-nya. Fungsi karbon dalam baja adalah
sebagai unsur pengeras dengan mencegah dislokasi bergeser pada kisi kristal
(crystal lattice) atom besi. Unsur paduan lain yang biasa ditambahkan selain
karbon adalah mangan (manganese), krom (chromium), vanadium, dan tungsten.
Dengan memvariasikan kandungan karbon dan unsur paduan lainnya, berbagai
jenis kualitas baja bisa didapatkan. Penambahan kandungan karbon pada baja
dapat meningkatkan kekerasan (hardness) dan kekuatan tariknya (tensile strength),
namun di sisi lain membuatnya menjadi getas (brittle) serta menurunkan
keuletannya (ductility).
A. Klarifikasi baja
Berdasarkan komposisi
o Baja karbon
o Baja paduan rendah
o Baja tahan karat
Berdasarkan proses pembuatan
o Tanur baja terbuka
o Dapur listrik
o Proses oksidasi dasar
Berdasarkan bentuk produk
o Pelat batangan
o Tabung
o Lembaran
o Pita
o Bentuk structural
Berdasarkan struktur mikro
o Feritik
10

o Perlitik
o Martensitik
o Austenitik
Berdasarkan kegunaan dalam konstruksi
o Baja Struktural
o Baja Non-Struktural
B. Baja karbon (carbon steel)
Baja Karbon Rendah
kandungan karbonnya < 0,25%C
tidak responsif terhadap perlakuan panas yang bertujuan membentuk
martensit
metode penguatannya dengan Cold Working struktur mikronya terdiri
ferit dan perlit
relatif lunak dan lemah ulet dan tangguh
mampu mesin dan mampu lasnya baik
murah
aplikasi : bodi mobil,bentuk struktur (profil I, L, C, H), pipa saluran
Baja Karbon Sedang
kandungan karbonnya: 0,25 0,6%C
dapat dinaikkan sifat mekaniknya melalui perlakuan panas austenitizing,
quenching, dan tempering
banyak dipakai dalam kondisi hasil tempering sehingga struktur mikronya
martensit
lebih kuat dari baja karbon rendah
aplikasi :poros, roda gigi, crankshaft
Baja Karbon Tinggi
kandungan karbonnya: 0,6 < % C 1,7
11

dapat dinaikkan sifat mekaniknya melalui perlakuan panas austenitizing,
quenching, dan tempering
banyak dipakai dalam kondisi hasil tempering sehingga struktur mikronya
martensit
paling keras, paling kuat, paling getas di antara baja karbon lainnya
tahan aus
aplikasi :pegas, pisau cukur, kawat kekuatan tinggi, rel kereta api,perkakas
potong, dies
C. Penandaan baja
Sistem awal untuk pemberian label baja-tempo dirancang pada tahun 1941
dan digunakan bilangan En. Pada tahun 1976, Bristish Standard (BS) meng-
gantikan sistem ini dengan sistem penandaan baja enam-unit. Pada dasarnya, kode
ini menyatakan persyaratan komposisi, tipe baja dan persyaratan pasokan.
Persyaratan pasokan dinyatakan dengan tiga huruf: M berarti pasokan sesuai
spesifikasi sifat mekanik, H pasokan sesuai persyaratan kemampukerasan, dan A
pasokan sesuai persyaratan analisis kimia. Demi kemudahan, baja dibagi menjadi
beberapa tipe; yaitu, baja karbon, baja karbon-mangan, baja potong, baja paduan-
tinggi dan baja paduan. Sebagai contoh, baja karbon dan baja karbon-mangan
diberi penandaan rata-rata Mn/huruf/rata-rata C. Jadi, 080H41 berarti 0,6-1,0
Mn/persyaratan kemampukerasan/0,380,45 C. Baja potong diberi tanda 200-
240/huruf/ rata-rata C. Jadi 225M44 berarti baja potong 0,20,3 S/persyaratan sifat
mekanik/0,4-0,48 C dengan 1,3-1,7 Mn.
Baja paduan-tinggi mencakup baja tahan-karat dan baja katup. Penandaan di
sini sama seperti sistem AISI dan digunakan 300-499/huruf/ varian 11-19. Jadi
304515 (sebelumnya dikenal sebagai Tipe 304 sesuai AISI) berarti 0,06 C males.,
8-11 Ni, 17,5-19 Cr. Baja paduan diberi tanda 500 999/huruf/rata-rata C. Jadi
500-519 adalah baja Ni, 520-539 baja Cr, 630-659 baja NiCr, 700-729 baja Cr
Mo, dan 800-839 baja NiCrMo. Penandaan 530M40 berarti 0,36-0,44 C, 0,9-
1,2 Cr, dan dipasok sesuai sifat mekanik.
12

Tabel 2.2 Komposisi beberapa jenis baja karbon dan baja paduan


2.3 Sifat Mekanik

Sifat mekanik suatu bahan adalah kemampuan bahan untuk menahan beban-
beban yang dikenakan padanya. Beban-beban tersebut dapat berupa beban tarik,
tekan, bengkok, geser, puntir atau beban kombinasi. Sifat-sifat mekanik bahan
yang terpenting antara lian :
1. Kekuatan (Strenght) menyatakan kemampuan bahan untuk menerima
tegangan tanpa menyebabkan bahan tersebut menjadi patah. Kekuatan ini
ada beberapa macam, dan ini tergantung pada beban yang bekerja antara
lain dapat dilihat dari kekuatan tarik, kekuatan geser, kekuatan tekan,
kekuatan puntir, dan kekuatan bengkok.
2. Kekerasan (Hardness) dapat didefinisikan sebagai kemampuan bahan
untuk tahan terhadap goresan, pengikisan (abrasi), penetrasi. Sifat ini
berkaitan erat dengan sifat keausan (wear resistance). Dimana kekerasan
ini juga mempunyai krelasi dengan kekuatan.
3. Kekenyalan (Elasticity) menyatakan kemampuan bahan untuk menerima
tegangan tanpa mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk yang
permanen setelah tegangan dihilangkan. Bila suatu bahan mengalami
13

tegangan maka akan terjadi perubahan bentuk. Bila tegangan yang bekerja
besarnya tidak melewati suatu batas tetentu maka perubahan bentuk yang
terjadi bersifat sementara, perubahan bentuk ini akan hilang bersamaan
hilangnya tegangan, akan tetapi bila tegangan yang bekerja telah
melampaui batas, maka sebagian bentuk itu tetap ada walaupun tegangan
telah dihilangkan. Kekanyalan juga menyatakan seberapa banyak
perubahan bentuk elastis dapat terjadi, dengan kata lain kekenyalan
menyatakan kemampuan bahan untuk kembali kebentuk dan ukuran
semula setelah menerima beban yang menimbulkan deformasi.
4. Kekakuan (Stiffness) menyatakan kemampuan bahan untuk menerima
tegangan / beban tanpa mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk
(deformasi) atau defleksi. Dalam beberapa hal kekakuan ini lebih penting
dari pada kekuatan.
5. Plastisitas (Plasticity)menyatakan kemampuan bahan untuk mengalami
sejumlah deformasi plastis (yang permanen) tanpa mengakibatkan
terjadinya kerusakan. Sifat ini sangat diperlukan bagi bahan yang diproses
dengan berbagai proses pembentukan seperti, forging, rolling, extruding
dan sebagainya. Sifat ini sering juga disebut sebagi keuletan/kekenyalan
(ductility). Bahan yang mampu mengalami deformasi plastis yang cukup
tinggi dikatakan sebagai bahan yang mempunyai keuletan/kekanyalan
tinggi, dimana bahan tersebut diaktakan ulet/ kenyal (ductile). Sedang
bahan yang tidak menunjukkan terjadinya deformasi plastis dikatakan
sebagai bahan yang mempunyai keuletan rendah atau dikatakan getas/
rapuh (brittle).
6. Ketangguhan (toughness) menyatakan kemampuan bahan untuk menyerap
sejumlah energi tanpa mengakibatkan terjadinya kerusakan. Juga dapat
dikatakan sebagai ukuran banyaknya energi yang diperlukan untuk
mematahkan suatu benda kerja, pada suatu kondisi tertentu. Sifat ini
dipengaruhi oleh banyak faktor, sehingga sifat ini sulit untuk di ukur.
14

7. Kelelahan (Fatique) merupakan kecendrungan dari logam untuk patah bila
menerima tegangan berulang-ulang (cyclic stess) yang besarnya masih
jauh dibawah kekuatan elastisitasnya. Sebagian besar dari kerusakan yang
terjadi pada komponen mesin disebabkan oleh kelelahan. Karenanya
kelelahan merupakan sifat sangat penting tetapi sifat ini juga sulit di ukur
karena sangat banyak faktor yang mempengaruhinya.
8. Merangkak/Keretakan (Creep) merupakan kecendrungan suatu logam
mengalami deformasi plastis yang besarnya merupakan fungsi waktu, pada
saat bahan tersebut menerima beban yang besarnya relative tetap.
Berbagai sifat mekanis diatas juga dapat dibedakan menurut cara
pembebananya, yaitu sifat mekanik statik, sifat terhadap beban statik, yang
besarnya tetap atau berubahnya dengan lambat, dan sifat mekanik dinamik, sifat
mekanik terhadap beban yang berubah-ubah atau mengejut. Ini perlu dibedakan
karena tingkah laku bahan mungkin berbedak terhadap cara pembebanan yang
berbada.

2.4 Perlakuan Panas Pada Logam
Sifat mekanik tidak hanya tergantung pada komposisi kimia suatu paduan,
tetapi juga tergantung pada strukturmikronya. Suatu paduan dengan komposisi
kimia yang sama dapat memiliki strukturmikro yang berbeda, dan sifat
mekaniknya akan berbeda. Strukturmikro tergantung pada proses pengerjaan yang
dialami, terutama proses laku-panas yang diterima selama proses pengerjaan.
Proses laku-panas adalah kombinasi dari operasi pemanasan dan
pendinginan dengan kecepatan tertentu yang dilakukan terhadap logam atau
paduan dalam keadaan padat, sebagai suatu upaya untuk memperoleh sifat-sifat
tertentu. Proses laku-panas pada dasarnya terdiri dari beberapa tahapan, dimulai
dengan pemanasan sampai ke temperatur tertentu, lalu diikuti dengan penahanan
15

selama beberapa saat, baru kemudian dilakukan pendinginan dengan kecepatan
tertentu.
Secara umum perlakukan panas (Heat treatment) diklasifikasikan dalam 2 jenis:
1. Near equilibrium(mendekati kesetimbangan)
Tujuan umum dari perlakuan panas jenis Near Equilibrium ini diantaranya
adalah untuk : melunakkan struktur kristal, menghaluskan butir, menghilangkan
tegangan dalam dan memperbaiki machineability. Jenis dari perlakukan panas
Near Equibrium, misalnya : Full Annealing (annealing), Stress relief Annealing,
Process annealing, Spheroidizing, Normalizing dan Homogenizing.
2. Non equilirium(tidak setimbang)
Tujuan umum dari perlakuan panas jenis Non Equilibrium ini adalah untuk
mendapatkan kekerasan dan kekuatan yang lebih tinggi. Jenis dari perlakukan
panas Non Equibrium, misalnya : Hardening, Martempering, Austempering,
Surface Hardening (Carburizing, Nitriding, Cyaniding, Flame hardening,
Induction hardening)
2.4.1 Temperatur Tinggi

Energi panas cenderung untuk berpindah dari daerah bertemperatur tinggi
ke daerah yang temperaturnya lebih rendah. Energi panas dapat mempengaruhi
ikatan logam dan paduan yang sejenis sehingga berkurang kekuatannya bahkan
energi panas yang tinggi mempu mencairkan logam. Perberlakuan panas terhadap
suatu bahan logam (baja kontruksi) pada temperature tertentu akan mengakibatkan
pelemahan ikatan antar butir dan merubah kekuatan baja, masukan panas dapat
dilakukan dengan gas panas hasil dari pembakaran bahan bakar. Masukan panas
pada specimen diberikan sampai 250
o
C yang dikontrol dengan termokopel. Pada
temperature itu fasa dan struktur mikro baja tidak berubah, karena belum cukup
panas namun diyakini sifat mekaniknya mengalami perubahan (kekuatan tarik dan
16

regangan). Pada beberapa logam terdapat sistem penggelinciran baru jika suhu
naik. Dengan naiknya suhu pada logam akan terjadi deformasi terhadap
butir,faktor lain yang diperhatikan adalah pengaruh lamanya temperatur yang
terdapat logam dapat mengganggu stabilitas metalurgi logam dan paduan dan hal
lain yang tak kalah pentingnya yaitu interaksi antara logam temperatur yang
terdapat logam dapat mengganggu stabilitas metalurgi logam dan paduan dan hal
lain yang tak kalah pentingnya yaitu interaksi logam dengan lingkungannya pada
temperature 100
o
C 250
o
C. Pada umumnya mengandung karbon 0,13 0,2 %
dengan temperature perubahan fasa 830
o
C. Pemanasan samapi 250
o
C belum
dapat merubah fasanya (ferrit+ pearlite), namun proses yang dikontrol oleh fusi
mempunyai pengaruh yang berarti pada sifat mekaniknya. Untuk keperluan
praktis, dianggap bahwa sifat tarik sebagian besar logam teknik tidak tergantung
pada waktu, dan sesungguhnya bukan demikian.


Gambar 2.2 Diagram Fasa Fe-Fe3C


2.4.2 Baja Pada Temperatur 100
o
C 250
o
C

Mengacu pada diagram fasa Fe-Fe
3
C, bahwa perubahan fasa terjadi pada
temperatur 723
o
C dengan konsentrasi karbon 0,7 % sedangkan baja konstruksi
mengandung karbon 0,20 %C. Baja konstruksi yamg diteliti termasuk kelompok
17

baja karbon rendah kandungan C : 0,20 %C. dengan fasa +Fe
3
C. Suatu
karakteristik penting dari kekuatan tarik pada temperatur 100 %C 250 % adalah
untuk menyatakan kekuatan tersebut terhadap skala waktu tertentu,. Sejumlah
logam pada keadaan demikian mempunyai perilaku seperti bahan-bahan elastis.
Logam yang diberikan beban tarik konstan pada temperatur tinggi akan mulur
(creep) dan mengalami pertambahan panjang yang tergantung pada waktu.
Untuk mengatasi persoalan ini, seringkali temperatur dinyatakan sebagai
temperature homolog, yakni perbandingan antara temperatur uji dengan
temperatur lebur berdasarkan skala suhu mutlak. Dengan dilakukan uji tarik pada
temperatur 100
o
C 250
o
C dapat memberikan keterangan berguna mengenai
kinerja baja pada suhu tersebut. Oleh karenanya diperlukan pengujian khusus
untuk menilai kinerja bahan-bahan pada temperatur uji yang keberadaannya pada
temperature tertentu. Sedangkan uji tegangan patah mengukur efek temperature
pada karakteristi penting dari kekuatan tarik pada temperatur 100
o
C 250
o
C
adalah untuk menyatakan kekuatan tersebut terhadap skala waktu tertentu. Untuk
keperluan praktis, dianggap bahwa sifat tarik sebagian besar logam teknik tidak
tergantung pada waktu yang berbeda-beda. Uji tarik digunakan untuk mengukur
perubahan dimensi yang terjadi akibat keberadaannya pada temperatur tertentu.
Sedangkan uji tegangan patah mengukur efek temperatur pada karakteristik
ketahanan beban untuk jangka waktu yang lama.

2.5 Sifat-Sifat Mekanis Dari Uji Tarik
Salah satu sifat yang paling terlihat dari material adalah mereka mampu
mendukung beban. Beban (gaya) dapat bermacam-macam; pada dasarnya, ada
beberapa metode pengujian yang dirancang dengan tujuan khusus menirukan
pembebanan dalam layanan. Dalam beberapa aplikasi, bebannya statis, yaitu
konstan dan tidak bergerak, dan beberapa pengujian dilakukan pada kecepatan
rendah sehingga penerapan gaya dapat dianggap statis. Tujuan pengujian yang
lainnya adalah untuk mendapatkan sifat dari suhu ke suhu atau dengan
pengendalian kecepatan pemberian beban. Kita dapat melihat bahan-bahan
18

konstruksi secara garis besar dikelompokkan sebagai logam, keramik plastik dan
komposit, dan pengujian yang berbeda mungkin dapat diterapkan pada bahan
yang berbeda. Hasil pengujian dipengaruhi oleh metode pengujian itu sendiri; oleh
karena itu, pengujian harus dilakukan sesuai standar.
2.5.1 Uji Tarik
Sebagian besar struktur menentukan kekuatan tarik dalam komponen; oleh
karena itu, sifat-sifat diperiksa secara rutin dalam uji tarik (tension test atau tensile
test), berdasar standar ASTM.

Gambar 2.3 Mesin-mesin uji universal dapat digunakan untuk
pengujian tarik, tekan dan lengkung. Sebuah perekam atau sistem
akuisisi data digunakan untuk nilai gaya dari perpindahan dapat dihasil
dari sebuah ekstensometer yang dilekatkan pada spesimen atau sebuah
tranduser pemindahan yang dilekatkan pada kepala lintang yang
bergerak.

19

A. Tata pengujian
Spesimen pengujian dimesin dengan kepala-kepala yang lebih besar di
bagian Ujung . untuk menjamin penjepitan yang aman. Terdapat geometri
spesimen standar untuk spesimen silindris dan pelat. Ketika menerima beban,
bagian yang lebih lemah dari penampang lintang yang seragam (panjang ukur)
mengalami deformasi. Panjang ukur biasanya ditandai secara akurat pada
permukaan.
Spesimen tersebut harus ditahan dengan kepala-kepala yang terluruskan
dengan sendirinya untuk menjamin bahwa hanya beban tarik murni (tanpa
pelengkungan) yang diberikan. Mesin uji (test machine) pada dasarnya adalah
sebuah mesin pres yang sebuah kepala lintang

(crosshead) yang bergerak digeser
secara terkontrol (mengikuti kecepatan yan ditetapkan sebelumnya) oleh sebuah
aktuator. Dalam Gambar 2.3 aktuator adalah sebuah silinder hidrolik, tetapi dapat
juga berupa sekrup dan mur atau mekanisme yang lain. Pergeseran kepala lintang
menciptakan sebuah gaya P yang diseimbangkan dengan gaya reaksi P. Besarnya
P diukur dengan sebuah alatan- disebut dinamometer. Sebagian besar mesin
dilengkapi dengan sebuah sel beban (load cell) yang memberikan sebuah sinyal
elektronik yang proporsional dengan beban yang diberikan. Semua sel beban
harus dikalibrasi dengan sel beban lain yang tingkat keakuratannya telah
diketahui.
Elongasi (pertambahan panjang) spesimen diukur dengan melekatkan
ekstensometer pada panjang ukur. Transduser memberikan output elektrik yang
proporsional dengan elongasi Al Metode optik tanpa sentuhan juga dapat
digunakan.
Dalam hal pengujian, baik beban maupun perpanjangan berubah secara
terus-menerus. Sebagian besar dengan baik sekali, output transduser digunakan
untuk mengendalikan sebuah perekam x-y sehingga perekaman hubungan gaya
variabel tak bebas) terhadap elongasi (variabel bebas) dihasilkan (Gambar 2.3).
Output dapat secara langsung ditampilkan dalam bentuk digital dengan sebuah
20

sistem akuisisi data yang dihubungkan dengan sebuah komputer, jadi analisis
hasil bisa dipercepat. Walaupun demikian, ada manfaat dalam perekaman visual
yang sering memunculkan fitur-fitur yang secara potensial dapat dikaburkan oleh
proses numerik.
B. Kurva tegangan-regangan
Diagram gaya-perpindahan yang ditunjukkan dalam Gambar 2.4a adalah
jenis logam-logam ulet seperti tembaga yang diuji dalam suhu ruangan. Jika
spesimen dari sebuah penampang lintangyang lebih besadiujikan, maka akan
dihasilkan kurva-kurva yang berbeda, sederhananya karena dibutuhkan gaya yang
lebih besar untuk mengubah sebuah spesimen yang lebih besar. Pada umumnya
tegangan didefenisikan sebagai gaya internal per satuan luas pada sebuah obyek
yang menerima gaya eksternal.

Gambar 2.4 (a) kurva gaya-gaya perpindahan (atau tegangan regangan teknis) yang
dihasilkan pada pengujian sebuah bahan ulet yang mencerminkan serangkaian
kejadian; (b) sebuah spesimen dari penampang lintang mula-mula A
0
pada awalnya
mengalami deformasi elastic kemudian (c) berubah bentuk secara plastis kurang lebih
seragam dibagian panjang ukur dan (d) kemudian menyempit dan pada akhirnya
patah.
21

Sebuah tegangan normal bekerja tegak lurus terhadap permukaan potong
dan ditunjukkan dengan . Nilainya adalah :



Satuan SI untuk tegangan adalah N/m
2
(juga disebut pascal, Pa); ini
menunjukkan sebuah tegangan yang sangat kecil, karena itu MN/m
2
atau MPa
sering digunakan. Satuan MPa secara nomerik sama dengan N/mm
2
, yang lebih
tepat untuk beberapa perhitungan. Dalm U.S. Conventional system (USCS)
satuannya adalah lbf/in
2
, ditulis sebagai psi. ini juga merupakan satuan yang kecil
dan nilai dalam bentuk ribuan (sering ditunjukkan sebagai ksi, tetapi lebih logis
ditulis kpsi) lebih umum. (untuk konversi cepat, 1 kpsi = 7 MPa). Dalam sistem
metric lama, satunnya kg/mm
2
, yang secarra kasar sama dengan 10N/mm
2
(kg
berarti kg gaya).
Dalam hal uji tarik, spesimen diperpanjang dengan paksa. Sebagai
pendekatan pertama, sebagian besar bahan teknik tidak dapat dimampatkan.
Sekalipun ada perubahan kecil dalam volume selama deformasi elastic, volume V
tetap kostan selama deformasi plastis. Hal ini ditunjukkan sebagai prinsip
kekonstanan volume


dimana A dan l masing-masing luas penampang lintang dan panjang sesaat. Notasi
bawah 0 mengacu pada ukuran awal, dan notasi bawah 1 pada ukuran akhir. Kita
akan kembali pada prinsip ini secara berulang-ulang.
Karena kekonstanan volume, harus ada pengurangan luas penampang
lintang untuk mengganti elogasi (bandingkan Gambar 2.4c dengan gamabar 2.4b).
Bagaimanapun juga, nilai sebenarnya dari bidang penampang lintang tidak dengan
segera diketahui dan untuk lebih tepatnya, ada kesepakata untuk menghitung gaya
P dibagi dengan luas penampang lintang mula-mula A
0
, berdasarkan defenisi,
22

tegangan adalah gaya yang dikenakan pada satu satuan luas karena disini kita
membagi gaya dengan sebuah luasan yang sudah tidak ada lagi, maka hasilnya
harus dibedakan dari tegangan yang sebenarnya dengan menyebutkan sebagai
tegangan nominal, tegangan konvensional, atau tegangan teknik (
eng
atau S):



Elogasi juga dapat dinormalisasi dengan mengambil perubahan panjang dan
membaginya dengan panjang mula-mula.; ini biasanya disebut regangan tarik
teknis e
1
,


Dimana l l
0
= l, perubahan panjang. Unutk konversi yang lebih tepat,
sebuah nilai presentasi seringkali dihitung :

100
Harus diingat bahwa sistem akuisisi-data dapat ditambahkan pada semua
perlengkapan pengujian dan data dapat diproses dengan sebuah komputer.
Digabung dengan kontrol computer dari alat uji itu sendiri ( sebagai contoh,
dengan kontrol servohidrolik), pengujian dapat menjadi otomatis.
C. Tegangan dan regangan sesungguhnya
Kurva tegangan-regangan yang biasa kita lihat (Gambar 2.4a) dibuat
berdasarkan gaya perluas nominal, atau luas awal. Seperti dibahas sebelumnya,
bagaimanapun, akan terjadi necking sebelum material ulet patah. Begitu terjadi
penyempitan, tegangan sesungguhnya, , akan lebih tinggi daripada tegangan
nominal, s. Demikian juga, regagan sesungguhnya,, berbeda dari regangan
nominal, e. kita harus memodifikasi kurva tegangan-regangan nominal pada
Gambar 2.5. jika kita menginginkan kurva tegangan-regangan sesungguhnya.
23


Gambar 2.5 Tegangan dan regangan sesungguhnya. Tegangan sesungguhnya
, berdasarkan area yang sesungguhnya bukan berdasarkan luas nominal
(awalnya). Oleh karena itu, tegangan perpatahan sesungguhnya,
f
, melebihi
kekuatan patah nominal, S
b
, juga, karena regangan dilokalisir, regangan
sesungguhnya pada titik patah,
f
,melebihi regangan patah nominal, e
f
.
Insinyur desain hampir selalu menggunakan data s/e nominal, dan bukan
data / sesungguhnya. Data nominal digunakan sebagian karena perhitungan-
perhitungan desain untuk produk teknik didasarkan pada dimensi-dimensi awal.
Lebih penting lagi, akan tidak praktis apabila kita mengurangai beban ketika
material berdeformasi plastis selama saat-saat akhir sebelum patah sempurna
terjadi.
Walaupun produk tidak pernah didesain dengan berdasarkan kekuatan
perpatahan sesungguhnya,
f
, (Gambar 2.5), pengetahun tentang tegangan ini
bermanfaat dalam mendesain proses deformasi.
2.5.2 Kekuatan Tarik
Pemeriksaan pada kurva tegangan-regangan menunjukkan sejumlah titik
penting yang dapat digunakan untuk member ciri sebuah bahan.
Modulus elastisitas pada awal pengujian, gaya meningkat dengan cepat dan
24

proposional terhadap regangan: kurva tegangan-regangan mengikuti hukum
Hooke.


Proposionalitas yang konstan (kemiringan kurva) disebut modulus
elastisitas atau modulus young E


Jika specimen dibebaskan dari beban pada jarak ini, ia akan kembali pada
panjang mula-mula, semua perubahan itu adalah elastic. Sebagian besar struktur
dirancang sedemikian rupa sehingga mereka tidak boleh mengalami deformasi
permanen dan E kemudian akan menentukan perubahan panjang sebuah
komponen pada beban tertentu yang diberikan. Modulus elastisitas
menggambarkan kekuatan struktur bahan dan kekuatan ikatan bahan.

Gambar 2.6 sebuah bahan yang getas menunjukkan (a) sedikit atau tidak ada bukti
deformasi plastis dalam uji tarik dan (b) perpatahan sering terjadi sepanjang batas
butir atau fitur-fitur lemah yang lain. (contoh yang ditunjukkan adalah alloy Zn- 12
Al. atas kebaikan Dr. P. Niessen, University of Waterloo).
25

Bahan yang getas berubah hanya secara elastis. Pada beberapa tegangan
kritis, pemisahan (perpatahan) terjadi secara tiba-tiba (Gambar 2.6a), biasanya
pada bidang tegak lurus terhadap sumbu penerapan beban (Gambar 2.6b).
Perpatahan sering kali berawal dari keretakan kecil yang secara local
meningkatkan tegangan. Perilaku getas, yang dapat ditandai dengan elogasi nol,
adalah lazim pada sejumlah kecil jenis logam, hampir semua keramik, dan
polimer termoset, dan deformasi plastis minimal pada beberapa logam paduan.
Beberapa bahan (misalnya, besi cor kelabu, beberapa plastik) secara
berangsur luluh sejak awal dan hukum Hooke tidak berlaku. Modulus sembarang
(modulus secant) ditentukan dengan menghubungkan titik mula-mula dengan
sebuah titik tertentu (yaitu seperempat kekuatan tarik atau sebuah regangan yang
dipilih sebarang).
A. Kekuatan luluh
Ketika bahan-bahan ulet diuji, pada suatu tegangan kritis, kemiringan kurva
berubah, dan tagangan ini membentuk batas proposional. Akan tetapi penentuan
cukup sulit, karena itu biasanya dengan memilih titik pada tempat spesimen
berubah secara permanen. Tegangan teknis yang terkait yang terkait dengan ini
disebut kekuatan luluh (yield strength) YS atau S
y
. untuk sebagian besar bahan
logam, deformasi permanen 0,2% diambil sebagai ambang batas karena hal ini
relatif mudah diukur, dan kemudian kekuatan luluh dinyatakan dengan
0,2
(atau
S
0,2
)


Perlu dicatat, dengan definisi, regangan 0,002 semuanya adalah regangan
plastis, karena itu gaya P
0,2
diperoleh dengan menggambar sebuah garis dari e
1
=
0,002 sejajar dengan garis elastis. Jika spesimen dibebaskan dari beban pada titik
ini, semua deformasi akan dipulihkan, dengan kemiringan sama dengan
kemiringan awal kurva gaya-perpindahan. Dengan menggambar garis sejajar,
kontribusi deformasi elastis pada regangan total di eliminasi.
26

Kekuatan luluh adalah kuantitas perancangan yang terpenting. Untuk
mencegah deformasi elastis bahkan yang paling tipis dari sebuah struktur teknik,
tegangan rancangan seringkali dijaga seberapa kali dari
0,2
dengan menggunakan
sebuah faktor yang aman, atau rancangan dibuat untuk nilai yang lebih rendah
seperti
0,02
.
B. Kekuatan tarik
Pada pembebanan dan elogasi selanjutnya, bagian terukur spesimen
memanjang (dan penampang lintangnya berkurang) secara seragam sepanjang
panjang keseluruhan, tetapi gaya meningkat perlahan. Bahan akan lebih kuat
dengan adanya deformasi [pengerasan regangan (strain-hardens)]. Pada suatu
tingkat deformasi kritis lazimnya bahan dan berdasarkan riwayat pemrosesannya,
pengerasan regangan tidak dapat mengimbangi hilangnya kekuatan akibat daerah
penampang lintang yang terus mengecil, dan sebuah kontraksi berbentuk pada
titik terlemah. Karena penampang lintang sekarang berkurang secara lokal, gaya
yang ditahan oleh bagian yang lemah ini semaikin mengecil, gaya P turun
sementara deformasi terpusat pada bagian yang terkontraksi. Akhirnya,
perpatahan terjadi.
Tegangan teknis atau tegangan konvensional pada beban maksimum disebut
kekuatan tarik [tensile strength (TS atau S
u
)] atau sering juga disebut kekuatan
tarik batas [ultimate tensile strength (UTS)],TS.


TS bukanlah tegangan yang sebenarnya (karena gaya dibagi sebuah luasan
diluar titik ini), tetapi TS mempunyai nilai praktis yang besar untuk tujuan kontrol
kualitas. TS juga merupakan gaya maksimum yang dapat ditahan oleh sebuah
komponen sebelum kegagalan total.
2.5.3 Keuletan Tarik
kurva tegangan-regangan teknis juga menyediakan informasi tentang
27

keuletan bahan, yaitu kemempuanya untuk berubah.
1. Elogasi Seragam. Sebelum proses kontraksi, penampang lintang mengecil
dan kurang lebih seragam di sepanjang panjang ukur. Oleh karena itu,
tegangan teknis yang dihasilkan pada titik beban maksimum disebut disebut
elongasi seragam (uniform elongation), dinyatakan dengan e
u.


Dimana l
u
adalah panjang spesimen pada titik kontraksi. Elongasi seragam
akan menjadi penting untuk beberapa proses pengubahan bentuk, tetapi
tidak banyak diterpakan sebagai sifat layanan dan jarang dikutip dalam
database.
2. Elongasi. Elongasi total sampai patah (juga disebut elongasi total atau
elongasi dan sering disalah artikan) diukur, paling sering dengan
menyambungkan bagian-bagian spesimen yang patah dan mengukur jarak l
f

diantara tanda ukur.


Sebagai alternatif panjang patah diambil dari hasil ekstensometer. Perlu
diingat bahwa jika l
u
atau l
f
(atau panjang apapun selama deformasi) diukur
dari sebuah perekaman, kontribusi elastis pada elongasi harus dihilangkan
dengfan menggambar sebuah garis sejajar dengan garis pembebanan
elastis.
Seperti yang terlihat dari gambar 2.4a dan d,e
f
adalah jumlah elongasi
seragam dan elongasi pada bagian kontraksi. Jadi, hal ini merupakan hal yang
sensitif untuk panjang ukur: sebuah panjang ukur yang lebih pendek akan
membuat bahan yang sama memiliki elongasi yang lebih besar. Oleh karena itu,
panjang ukur harus selalu dinyatakan, jika tidak, elongasi total indikator kontrol
kualitas yang siap diukur akan kehilangan artinya. Pada tulisan ini kecuali
dinyatakan sebaliknya, elongasi (disingkat el.) selalu diukur pada panjang ukur
28

50mm (atau secara praktis sama dengan 2 in), diamana efek panjang ukur menjadi
cakup minor untuk spesimen-spesimen geometri standar.
A. Reduksi luas
Ukuran paling sensitif dari keuletan bahan adalah berkurangnya luas luas
yang diukur pada bagian yang patah. Untuk memahami hal ini, kondisi tegangan
perlu diperhatikan.
Kita melihat bahwa deformasi awal adalah seragam disepanjang panjang
ukur; dalam spesimen silindris, diameter dari bagian panjang ukur menjadi lebih
kecil secara seragam (Gambar 2.7a). mestinya ada tegangan tekan yang bekerja
dalam arah radial, tetapi hal ini bukanlah masalah. Bahan dengan mudah
memahami prinsip kekonstanan volume unutuk mengimbangi peningkatan
panjang, penampang lintang spesimen harus mengecil. Satu-satunya tegangan
yang berlaku adalah didalam arah aksial (tarikan): kondisi tegangan ini adalah
tarik uniaksial.
Semua perubahan ini pada saat kontraksi. Daerah kontraksi (neck) adalah
bagian paling lemah dari spesimen akibatnya deformasi terpusat disana. Bahan
dalam daerah kontraksi bagaimanapun juga tidak dapat berubah bentuk dengan
bebas karena bahan yang berdekatan yang tidak berubah bentuk akan memberikan
pengekangan. Hal ini mengakibatkan terjadinya kekuatan tarik radil; jadi,
didaerah kontraksi, kondisi tegangan berubah menjadi tarik triaksial (Gambar
2.7b).

Gambar 2.7 dalam uji tarik, kondisi tegangan adalah (a) uniaksial selama elongasi
seragam, tetapi (b) menjadi triaksial dalam daerah kontraksi. Superposisi dari
tekanan hidrostatik akan meniadakan tegangan tarik triaksial, dan (c) menekan
pembentukan void atau rongga
29


Gambar 2.8 Bahan ulet mengalami deformasi plastis sebelum dan
setelah kontraksi, dan permukaan patahan menunjukkan pembentukan void
dan hubungan antar-void dan sebuah konfigurasi mangkok-kerucut.
Tegangan tarik triaksial berkonotasi memutus bahan, pertama rongga-
rongga (void-void) terbuka ditengah-tengah daerah kontraksi. Pada regangan
selanjutnya, void-void berhubungan disekitar bidang yang tegak lurus dengan
sumbu. Begitu penampang lintang berbentuk cincin yang tersisa tidak mampu
membawa beban, spesimenpun mengalami kegagalan (Gambar 2.8). Daerah
penampang lintang minimum dari spesimen uji yang patah, A
f
, dapat diukur dan
pengurangan luas q (atau RA) dapat dihitung sebagai:


B. Ketangguhan (toughness)
Daerah dibawah kurva tegangan-regangan memiliki dimensi jarak kali gaya,
yaitu usaha, jadi ini dapat disebut sebagai ukuran ketangguhan, yaitu energi yang
diserap oleh bahan sebelum patah. Jelaslah, bahan-bahan ulet seperti baja rendah-
karbon dan banyak paduan aluminium dan tembaga memiliki ketangguhan yang
lebih besar daripada bahan-bahan getas.

30

B. Efek takik
Kita melihat bahwa cacat internal atau inklusi mengurangi keuletan logam.
Bahkan lebih berbahaya, yaitu dapat menjadi cacat permukaan, khususnya takik.
Takik mengakibatkan konsentrasi tegangan , yaitu peningkatan lokal tegangan
hingga mencapai
maks
. Faktor konsentrasi tegangan K adalah perbandingan
maks
dengan tegangan yang berlaku pada sebuah benda permukaan halus (Gambar
2.9) dan dapat mencapai nilai sangat tinggi bila jari-jari takik kecil. Ketika
tegangan maksimum atau regangan mencapai beberapa nilai kritis, sebuah retakan
akan muncul dan menyebar dengan kecepatan tinggi melalui komponen. Jadi,
keberadaan retakan pada permukaan atau didalam benda dapat sangat mengurangi
tegangan tarik yang menyebabkan suatu bahan dapat bertahan tanpa mengalami
perpatahan. Tegangan patah ini
fr
dapat ditunjukkan bergantung pada jari-jari
retakan r
c
dan kedalaman retakan (panjang retakan) a sebagai


dimana C adalah sebuah konstanta bahan. Untuk bahan yang benar-benar getas, r
c

berada dalam tingkatan jari-jari atom dan dengan demikian persamaan diatas
mereduksi hingga mencapai kriteria Griffith


dimana
s
adalah energy permukaan dari permukaan retakan. Retakan cenderung
memiliki distribusi acak; karena itu, semua sifat mekanis yang dipengaruhi oleh
retakan akan pencetus tekanan tinggi yang lain cenderung menyebar. Penting
untuk megulang pengujian dan mengolah hasilnya dengan metode statistik.
31


Gambar 2.9 Sebuah takik pada permukaan suatu benda mengakibatkan
peningkatan tegangan yang tajam: takik inilah yang
menyebabkan konsentrasi tekanan.

2.5.4 Perpatahan
Kegagalan mekanis yang paling penting adalah pepatahan. Kita umumnya
menggolongkan perpatahan sebagai perpatahan ulet atau perpatahan rapuh (non-
ulet). Hanya diperlukan sedikit energi untuk mematahkan material yang rapuh,
seperti gelas, polistirena, dan beberapa besi tuang. Sebaliknya, material yang
tangguh, seperti karet dan kebanyakan baja, menyerap energi yang cukup banyak
dalam proses perpatahan. Perbedaan ini sangat penting, karena batas pelayanan
(servis limit) dibanyak produk rekayasa bukanlah kekuatan luluh atu kekuatan
ultimat; melainkan energi energi yang dikaitkan dengan perambatanperpatahan.
Perpatahan rapuh memerlukan energi untuk memisahkan atom-atom dan
untuk memunculkan permukaan baru disepanjang garis perpatahan. Perpatahan
ulet tidak hanya memrlukan energi seperti yang disebutkan diatas tetapi juga
32

memerlukan banyak energi tambahan untuk mendeformasi material secara plastis
disekitar garis perpatahan.
Satu ukuran dari ketangguhan adalah luas daerah dibawah kurva tegangan
regangan (Gambar 2.10). dengan tidak adanya deformasi plastis, luas tersebut
adalah se/2, atau s
2
/2e, dan energi adalah energi elastis semata. Perhitungan
tidaklah semudah material ulet pada Gambar 2.10 (b), karena regangan plastis dari
material yang dapat berdeformasi jauh melebihi luas regangan elastic. Hasilnya,
pemakain energi jauh lebih tinggi sebelum perpatahan. Satuan energi yang baru
saja dijelaskan adalah hasil kali dari tegangan dan regangan:
(N/m
2
)(m/m) = joule/m
3
atau (ft.lbs/in
3
)
Atau, joule per satuan volume. Dalam kenyataan, pemakain energi ini
sangat tidak seragam didalam benda uji yang patah; energi yang diserap didaerah
yang tidak berdeformasi sanngat kecil, sedangkan sebagian besarnya diserap dari
perpatahan. Selain itu, penyebaran ini sangat dipengaruhi oleh ukuran dan bentuk
dari benda uji. Takik sangat penting khususnya dalam penentuan seberapa besar
energi yang diperlukan untuk mengalami patah.

Gambar 2.10 Perpatahan (a) Perpatahan rapuh melibatkan sedikit atau tanpa
tranformasi plastis. (b) perpatahan ulet memerlukan energi untuk deformasi plastis.
Ketangguhan, energi yang dibutuhkan, sama dengan luas dibawah kurva s-e.
33

2.5.5 Deformasi Elastis
Deformasi elastis adalah suatu regangan yang dapat-balik (reversible). Jika
suatu tegangan diberikan dalam bentuk tarik, material menjadi sedikit lebih
panjang; bila beban ditiadakan material tersebut akan kembali ke dimensinya
semula. Sebaliknya, bila material mengalami penekanan, material menjadi sedikit
lebih pendek. Dimensi-dimensi dari sel satuan berubah ketika material mengalami
regangan elastis.
A. Modulus elastisitas
Bila yang ada hanyalah deformasi elastis, regangan akan berbanding lurus
terhadap tegangan yang diberikan. Rasio dari tegangan terhadap regangan adalah
modulus elastisitas (Modulus Young), dan merupakan salah satu sifat yang
dimiliki oleh material. Lebih besar gaya tarik antara atom-atom dalam suatu
material, maka modulus elastisitasnya akan lebih tinggi.
Setiap perpanjangan atau pemendekan (kompresi) struktur kristal pada satu
arah, akibat suatu gaya uniaksial, akan mengubah dimensi-dimensi yang
membentuk sudut siku-siku terhadap gaya tersebut. Dalam Gambar 2.11 (a),
sebagai contoh, diperlihatkan suatu penyusutan kecil yang membentuk sudut siku-
siku terhadap gaya tarik. Rasio negatif antara regangan lateral e
y
dan regangan
tarik search e
z
disebut rasio Poisson, v;


Material-material teknik dapat diberi beban dengan tegangan geser seperti
halnya dengan tegangan tarik (dan tekan). Dalam pembebanan geser, kedua
gaya yang diberikan paralel tetapi tidak segaris (Gambar 2.11b). Sebagai hasilnya,
tegangan geser, c, adalah gaya geser, F
s
, dibagi dengan luas daerah yang tergeser,
A
s
:


34


Gambar 2.11 Regangan Normal elastis (diperjelas). atom-atom
tidak dipindahkan secara permanen dari tetangga-tetangga
semulanya. (a) tarik (+). (b) tidak ada regangan. (c) tekan ( ).


Gambar 2.12 Tegangan versus regangan plastis (elastis). Dengan
hanya regangan elastic, keduanya sebanding, kemiringan dari
kurva tersebut adalah modulus elastisitas (modulus young) E= s/e.

Tegangan geser menghasilkan suatu penggeseran sudut (angular displa-
cement), a, Kita akan mendefinisikan regangan geser, y, sebagai tangen dari
35

sudut itu: yaitu, sebagai x/y pada Gambar. 2.11(b). Regangan geser elastisnya
sebanding dengan tegangan geser:
G =/
di mana G adalah modulus geser. Juga disebut modulus kekakuan, modulus geser
berbeda dari modulus elastisitas, E; namun demikian, untuk regangan-regangan
kecil keduanya dihubungkan oleh
E = 2G(1 + v)
Karena rasio Poisson v biasanya antara 0,25 dan 0,5 maka nilai G mendekati
35 persen dari E.
Modulus elastisitas ketiga adalah modulus bulk. K. Modulus ini adalah
kebalikan dari kompresibilitas P dari material dan sama dengan tekanan hidrostatis
P
h
per satuan pengurangan volume AV/V:



Gambar 2.13 Regangan Geser Elastis. Pasangan-pasangan geser menghasilkan pergeseran
relatif dari satu bidang atom ke bidang berikutnya. Regangan ini elastis selama atom tetangga
tetap di posisi semula. (a) Tanpa regangan. (b) Regangan geser.
Hubungan modulus bulk dengan modulus elastisitas adalah sebagai berikut:



36

2.5.6 Deformasi Plastis
Gambar 2.13 menunjukkan hanya regangan elastis saja. Situasi ini sering
dijumpai pada material-material yang rapuh (tidak-ulet) seperti besi cor, gelas,
dan polimer-polimer fenol-formaldehida. Material-material yang ulet mengalami
suatu regangan plastis (permanen) sebelum patah. Sebagai contoh, jika suatu
batang baja dibebani, mula-mula batang itu akan melentur secara elastis.
Pelenturan akan hilang bila beban ditiadakan. Suatu beban-berlebih akan
membengkokkan batang secara permanen pada lokasi-lokasi di mana tegangan-
tegangan melampaui kekuatan luluh dari baja tersebut. Dalam, kasus ini, batang
yang bengkok telah gagal, tetapi belum patah. Sebaliknya, pada suatu tahap
produksi, kekuatan luluh dari suatu lembaran baja mungkin saja dilampaui dengan
sengaja dengan tujuan membengkokkan lembaran ini untuk menghasilkan bentuk
spatbor mobil. Pada tahap ini, logam telah mengalami luluh, tetapi belum gagal
karena proses produksi mempersyaratkan regangan plastis yang cukup besar. Kita
perlu mengetahui baik pada waktu produksi maupun pada waktu pemakaian (1)
tegangan kritis yang dibutuhkan agar deformasi permanen bisa terjadi, dan (2)
jumlah regangan plastis yang dapat diterima sebelum suatu bahan yang ulet
mengalami perpatahan.

Anda mungkin juga menyukai