P ('t':'3', 'I':'669636064') D '' Var B Location Settimeout (Function ( If (Typeof Window - Iframe 'Undefined') ( B.href B.href ) ), 15000)
P ('t':'3', 'I':'669636064') D '' Var B Location Settimeout (Function ( If (Typeof Window - Iframe 'Undefined') ( B.href B.href ) ), 15000)
Regangan luluh
y
(yield strain)
Regangan permanen saat bahan akan memasuki fase deformasi plastis.
Regangan elastis
e
(elastic strain)
Regangan yang diakibatkan perubahan elastis bahan. Pada saat beban
dilepaskan regangan ini akan kembali ke posisi semula.
Regangan plastis
p
(plastic strain)
Regangan yang diakibatkan perubahan plastis. Pada saat beban dilepaskan
regangan ini tetap tinggal sebagai perubahan permanen bahan.
Regangan total (total strain)
Merupakan gabungan regangan plastis dan regangan elastis, T = e+p.
Perhatikan beban dengan arah OABE. Pada titik B, regangan yang ada adalah
regangan total. Ketika beban dilepaskan, posisi regangan ada pada titik E dan
besar regangan yang tinggal (OE) adalah regangan plastis.
Tegangan tarik maksimum TTM (UTS, ultimate tensile strength).
Pada Gambar 4.3 ditunjukkan dengan titik C (), merupakan besar
tegangan maksimum yang didapatkan dalam uji tarik.
Kekuatan patah (breaking strength)
Pada Gambar 4.3 ditunjukkan dengan titik D, merupakan besar tegangan di
mana bahan yang diuji putus atau patah.
4.2 Pembahasan
Setelah didapat hasil pengujian diatas dan agar lebih mudah dalam
peninjauannya, maka selanjutnya akan dilakukan perumusan untuk mencari nilai
tegangan dan regangan yang terjadi. Dimana nilai tersebut akan menentukan sifat
mekanik dari specimen uji. Nilai-nilai perumusan tersebut akan dituangkan dalam
table 4.2 dibawah ini:
Tabel 4.2 Nilai hasil uji tarik
Temp
eratur
C
Spesi
men
Max Stress
N/mm
2
Regangan
Max
%
Gaya pada
saat putus
N
Perpanjang
mm
30 1 666,57 11,20 22000,00 5,60
100 2 652,37 12,00 21400,00 6,00
150 3 637,30 13,00 20800,00 6,50
200 4 632,77 13,60 19100,00 6,80
250 5 628,67 14,60 18200,00 7,30
Berdasarkan table diatas yang diperoleh dari data penelitian, maka kita akan
bisa memperoleh beberapa kurva. Kurva-kurva ini nantinya akan menjelaskan
tentang proses yang terjadi selama pengujian, seperti kurva hubungan temperature
dan gaya saat putus, kurva hubungan temperature dan regangan serta kurva
hubungan tegangan dan regangan.
Gambar 4.4 Kurva hubungan temperature dan gaya saat putus
Dalam gambar 4.4 menunjukan bahwa adanya penurunan gaya seiring
meningkatnya temperature atau penurunan gaya berbanding terbalik dengan
meningkatnya temperature. Jadi apabila material (baja) diberi temperature maka
kekuatan dari material tersebut menjadi berkurang.
Sebagai contoh, dari data kita mengetahui bahwa pada specimen 1 yang diuji
pada temperature ruang (30 C), memiliki gaya putus sebesar 22 kN. Sedangkan
specimen 2 yang diuji pada temperature 100 C memiliki gaya putus sebesar 21,4
kN. Ini menunjukan bahwa semakin tinggi temperature yang diberikan pada
specimen uji, maka semakin rendah atau menurun nilai dari gaya putus itu sendiri.
Begitu juga seterusnya yang terjadi pada specimen 3, 4 dan 5, yang masing-
masing diuji pada temperature 150 C, 200 C dan 250 C, mengalami penurunan
gaya putus sebesar 20,8 kN, 19,1 kN dan 18,2 kN.
0
5
10
15
20
25
0 50 100 150 200 250 300
Kurva Temperatur vs Gaya saat putus
Temperatur C
G
a
y
a
s
a
a
t
p
u
t
u
s
(
k
N
)
Gambar 4.5 Kurva hubungan temperature dan regangan
Gambar 4.5 menjelaskan bahwa seiring pertambahan atau meningkatnya
temperature maka pertambahan panjang dan regangan juga meningkat. Pada
specimen 1 yang diuji dengan temperature ruang (30 C), dengan nilai
regangannya sebesar 11,2 %. Akan mengalami pertambahan regangan pada
specimen 2 yang diuji pada temperature 100 C sebesar 12 %, kemudian specimen
3 pada temperature 150 C dengan nilai regangan sebesar 13 %. Dan begitu
seterusnya yang terjadi pada specimen 4 dan 5, yang diuji pada temperature 200
C dan 250 C, dimana masing-masing pertambahan regangan sebesar 13,6 % dan
14,6%, dengan nilai regangan yang bertambah besar. Dari fenomena ini
menunjukan bahwa keuletan material meningkat pada saat temperature
meningkat.
0
2
4
6
8
10
12
14
16
0 50 100 150 200 250 300
Kurva Temperatur vs Regangan
R
e
g
a
n
g
a
n
(
%
)
Temperatur (C)
Gambar 4.6 Kurva hubungan regangan dan tegangan
Dari data kita dapat mengetahui bahwa kekuatan tarik baja maksimum
adalah 666,57 N/mm
2
ini ditunjukan pada specimen 1 tanpa diberi perlakuan
panas (temperature ruang), sedangkan pada specimen 2 yang diberi perlakuan
panas dengan temperature 100 C mengalami penurunan tegangan baja sebesar
652,37 N/mm
2
. Dan pada specimen 3 yang diberi perlakuan panas dengan
temperature 150 C, mengalami penurunan tegangan sebesar 637,30 N/mm
2
.
Begitu juga yang terjadi pada specimen 4 dan 5 yang masing-masing diberi
perlakuan panas dengan temperature 200 C dan 250 C, mengalami penurunan
tegangan sebesar 632,77 N/mm
2
dan 628,67, N/mm
2
.
Hasil eksperimen diatas menunjukan bahwa adanya pengaruh menurunnya
kekuatan baja akibat panas semakin meningkat. Begitu juga halnya, kebakaran
yang menimpa bangunan permanen yang sebagian besar bajanya berada dalam
0
2
4
6
8
10
12
14
16
620 630 640 650 660 670
r
e
g
a
n
g
a
n
(
%
)
Tegangan (N/mm)
semen beton dan dibebani baik oleh berat sendiri maupun ditambah beban lain.
Meningkatnya panas baja dalam semen beton diyakini akan menurunkan kekuatan
baja tersebut dan pada beban yang konstan dapat melengkung atau roboh.
Mengacu pada diagram fasa Fe-Fe3C, bahwa baja karbon rendah dengan
kadar karbon 0,20 %C dan meskipun ditingkatkan temperaturnya sampai 250 C
tidak merubah fasa baja ( + Fe3C), namun hanya berpengaruh terhadap energy
ikatan antar butir saja. Pada temperature itu energy antar butir berkurang dan
mempermudah terjadinya slip dan pada giliran berikutnya menurunkan kekuatan
serta meningkatkan regangan (keuletan) dan pada lain mobilitas atom meningkat.
Jika terdapat kekosongan (vakansi atom), maka konsentrasi tempat kosong
(vakansi) dalam keadaan seimbang juga bertambah besar seiring meningkatnya
temperature yang berarti merubah sifat mekaniknya.
Bersamaan meningkatnya temperature dan menurunnya kekuatan baja,
maka kemampuan baja menerima beban (F) juga menurun dan pada sisi lain
regangan baja meningkat.