Anda di halaman 1dari 19

10 Cara Menghadapi Bencana Alam

18-11-2012 23:04
Bencana alam adalah suatu kejadian yang tidak pernah kita harapkan kedatangannya. Bermacam
kejadian bencana alam bisa terjadi seperti banjir, gempa bumi, kebakaran hutan, badai angin atau
lainnya, dimana ini dapat mengubah berbagai aspek kehidupan pada ribuan orang di seluruh dunia.
Kekuatan destruktif murni yang dibawa oleh bencana ini tidak bisa dihentikan tetapi dapat dihindari
atau diminimalkan sampai batas tertentu misalnya mencegah adanya korban nyawa manusia.
Kuncinya utamanya adalah bersiap-siap untuk menghadapi bencana yang bisa datang kapanpun
dengan cara mempersiapkan segala sesuatunya. Setiap bencana memiliki prosedur keselamatan
yang berbeda tetapi kita dapat mempersiapkan cara yang dapat membantu kita untuk menghadapi
bencana alam.

10 cara untuk persiapan dalam menghadapi sebuah Bencana Alam.


Quote:
10. Alat P3K ( Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan )



Dari namanya, alat pertolongan pertama ( biasa kita sebut alat P3K ) adalah seperangkat alat yang
dapat digunakan dalam keadaan darurat sebelum ambulans atau dokter dapat melihat korban. Jenis
alat yang dapat ditempatkan dalam kategori ini bervariasi dari keahlian dan orang yang akan
menggunakannya ( korban ) dan dalam situasi apa alat ini akan digunakan. Dalam kasus bencana
alam di mana anda terputus dari dunia luar dan tidak ada perawatan medis yang bisa segera
didapat, alat pertolongan pertama dapat menjadi alternatif utama pertolongan. Jenis dasar yang
harus tersedia misalnya perban, antiseptik, sarung tangan, gunting, alkohol, aspirin, dan jarum
suntik.


Quote:
9. Perbekalan.



Selalu bersiaplah untuk kemungkinan terburuk karena kita tidak akan tahu apa yang akan terjadi
pada diri kita dalam menghadapi bencana alam. Persiapkan keperluan anda seperti makanan,
pakaian, alat komunikasi seperti ponsel yang terisi pulsa atau bahkan menyimpan baterai cadangan.
Persiapkan juga barang-barang dasar seperti obor dan korek api di tempat yang aman dan terhindar
dari basah. Selalu siap untuk cuaca dingin misal dalam kasus banjir dan badai atau panas yang
ekstrim dalam kasus kebakaran hutan dengan menyimpan jenis pakaian yang cocok . Air bersih
adalah hal yang paling penting sehingga kita harus menyimpan air dalam jumlah besar.


Quote:
8. Persiapkan Rumah Anda.



Rumah anda bisa menjadi tempat berlindung terbaik atau bahkan menjadi mimpi terburuk anda
tergantung pada seberapa baik anda telah mempersiapkannya untuk menghadapi bencana yang
akan terjadi. Pastikan bahwa semua jendela yang lemah dan panel diganti sebelum terjadi bencana.
Dalam kasus gempa, tempat teraman bagi anda adalah berada di bawah tangga, atau tempat yang
mempunyai perlindungan dari runtuhan. Jika badai angin melanda daerah anda, pastikan bahwa
semua jendela dan pintu terbuka sehingga tekanan udara luar dan dalam rumah adalah sama, tetapi
jika tidak sama maka akan dapat menyebabkan atap rumah anda robek. Untuk banjir anda harus
meletakkan panel kayu atau lainnya sebagai penutup pada semua bukaan seperti pintu dan jendela
agar air tidak merembes masuk.


Quote:
7. Siapkan Kotak Penyimpanan



Hal ini mungkin terdengar aneh karena dalam kasus bencana, hal menyelamatkan hidup anda adalah
yang utama. Tetapi jika anda ingin sepenuhnya siap untuk menyelamatkan hidup anda dan barang-
barang penting anda maka harus dipersiapkan juga kotak dengan kunci yang aman di mana anda
dapat menyimpan surat-surat berharga berkas kerja kantor, foto keluarga dan yang paling penting
uang tunai.


Quote:
6. Alat Pertahanan Diri



Suatu kota yang mengalami bencana alam adalah seperti surga bagi pencuri dan penjarah karena
situasi hukum dan ketertiban menjadi kurang terurus. Pastikan bahwa Anda memiliki alat
pertahanan diri karena tiba-tiba anda mungkin berada dalam situasi berbahaya. Anda mungkin harus
menangani dua jenis bencana sekaligus, satu dalam kasus bencana alam dan lainnya dalam kasus
perampokan atau pencurian.


Quote:
5. Sumber Listrik Cadangan



Jika anda tinggal di daerah yang sering terkena bencana alam maka anda harus memiliki sumber
daya listrik cadangan. Dalam kasus bencana, bisa jadi jaringan listrik utama mati dalam waktu yang
lama. Sumber daya dapat berupa generator dengan kekuatan yang cukup untuk mengalirkan listrik
seluruh rumah anda selama beberapa hari. Gunakanlah listrik hanya pada hal yang penting dan
pastikan anda memiliki cukup bahan bakar untuk generator listrik anda.


Quote:
4. Radio



Di era sekarang ini yang didominasi oleh gadget terbaru yang dapat memberikan kita berbagai
kemudahan seperti peta virtual dan sarana komunikasi canggih, radio telah dilupakan oleh kita.
Tetapi dalam keadaan darurat ketika jaringan telepon selular bermasalah dan ada tidak ada listrik,
radio dapat menjadi alternatif yang baik untuk mendapatkan informasi terbaru tentang keadaan
sekitar kita.


Quote:
3. Kumpulkan Informasi



Mengumpulkan informasi adalah sama pentingnya dengan segala sesuatu yang telah kita persiapkan
sebelumnya. Usahakan untuk selalu mengikuti informasi terbaru dan mengikuti prosedur
pencegahan dan penyelamatan yang diberikan oleh pemerintah setempat. Bicaralah dengan kerabat
atau dengan tetangga dan rencanakan strategi untuk mengatasi bencana alam. Memahami risiko
akan membantu anda menghadapi bencana alam.


Quote:
2. Tetap Tenang



Kebanyakan orang menjadi takut dan sebagai akibatnya mereka tidak dapat mempersiapkan diri
dalam menghadapi bencana. Jika anda telah mengikuti 8 poin sebelumnya maka pikiran anda
menjadi tenang. Semakin pikiran anda tenang dan damai maka anda semakin siap menghadapi
bencana alam. Kehilangan kontrol atas tindakan dapat mengakibatkan konsekuensi yang parah.


Quote:
1. Menghormati Alam



Cara terbaik untuk menghadapi bencana alam adalah dengan menghormati dan mengerti alam dan
kekuatan yang dimilikinya. Ketika Anda menghargai alam, otomatis Anda menjadi lebih sadar bahaya
yang timbul dan ini adalah kunci untuk menghadapinya. Masalah muncul ketika orang menganggap
kekuatan alam adalah sepele dan mereka berpikir bahwa mereka mampu menghadapi bahayanya.



Sekian dulu dari ane gan... Semoga bermanfaat dan jangan lupa untuk selalu menjaga keharmonisan
hidup dengan alam.


Sumber










AYO SIAGA BENCANA, JADILAH KELUARGA DAN MASYARAKAT SIAGA..!!
(repost)

Prediksi (informasi) merupakan sebagian kecil dari Mitigasi. Namun yang paling penting adalah
kesiapan masing-masing kita dalam menghadapi bencana. Dimulai dari diri sendiri, keluarga,
masyarakat dan Pemerintah. Sudahkah kita siap dengan Tas Siaga di rumah..??

Skenario evakuasi yang disusun bersama keluarga, Jalur Evakuasi, Titik kumpul, Kenali daerah
dimana kita berada, bekali diri kita dengan pengetahuan tentang bencana
(Gempa/Tsunami).

PENANGGULANGAN BENCANA BERBASIS MASYARAKAT
Penanggulangan bencana berbasis masyarakat adalah upaya yang dilakukan oleh anggota
masyarakat secara terorganisir baik sebelum, saat dan sesudah bencana dengan menggunakan
sumber daya yang mereka miliki semaksimal mungkin untuk mencegah, mengurangi, menghindari
dan memulihkan diri dari dampak bencana.

Beberapa alasan pentingnya penanggulangan bencana berbasis masyarakat
1. Penanggulangan bencana adalah tanggungjawab semua pihak, bukan pemerintah saja.
2. Setiap orang berhak untuk mendapatkan perlindungan atas martabat, keselamatan dan keamanan
dari bencana.
3. Masyarakat adalah pihak pertama yang langsung berhadapan dengan ancaman dan bencana.
Karena itu kesiapan masyarakat menentukan besar kecilnya dampak bencana di masyarakat.
4. Masyarakat yang terkena bencana adalah pelaku aktif untuk membangun kembali kehidupannya.
5. Masyarakat meskipun terkena bencana mempunyai kemampuan yang bisa dipakai dan dibangun
untuk pemulihan melalui keterlibatan aktif.
6. Masyarakat adalah pelaku penting untuk mengurangi kerentanan dengan meningkatkan
kemampuan diri dalam menangani bencana.
7. Masyarakat yang menghadapi bencana adalah korban yang harus siap menghadapi kondisi akibat
bencana.

Oleh karena itu perlu disusun perencanaan sedemikian rupa untuk membantu masyarakat dalam
membuat perencanaan untuk persiapan sebelum bencana, penanggulangan pada saat terjadi
bencana dan pemulihan setelah bencana.

PERAN MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN BENCANA
Pada saat kritis, masyarakat setempatlah yang mengatasi dampak bencana pada keluarga dan
tetangga dengan menggunakan kemampuan yang mereka miliki. Dalam tahap pemulihan yang
seringkali membutuhkan waktu panjang dan sumber daya yang banyak, masyarakat memerlukan
dukungan karena sumber daya mereka menipis atau habis.

Umumnya yang terjadi adalah pemerintah atau lembaga bantuan dari luar hanya memusatkan
perhatian pada upaya tanggap darurat melalui konsultasi yang minim sekali dengan masyarakat
setempat dan seringkali masyarakat hanya menjadi obyek proyek bantuan darurat.

Pada tahap pemulihan, kegiatan pemerintah dan lembaga bantuan sangat terbatas, apalagi pada
tahap sebelum bencana. Melihat kedua hal di atas, maka penting bagi masyarakat untuk menyiapkan
diri dengan cara mengurangi ancaman, melakukan kegiatan pengurangan dampak ancaman,
kesiapsiagaan, dan meningkatkan kemampuan dalam penanganan bencana. Hal-hal tersebut dapat
dilakukan dengan baik apabila masyarakat mengorganisir diri membentuk Kelompok Masyarakat
Penanggulangan Bencana

PENGERTIAN BENCANA
Bencana adalah peristiwa atau serangkaian peristiwa yang menyebabkan gangguan serius pada
masyarakat sehingga menyebabkan korban jiwa serta kerugian yang meluas pada kehidupan manusia
baik dari segi materi, ekonomi maupun lingkungan dan melampaui kemampuan masyarakat tersebut
untuk mengatasi menggunakan sumber daya yang mereka miliki.

Dari pengertian tersebut, bencana merupakan sebuah peristiwa yang terjadi karena bertemunya
ancaman dari luar terhadap kehidupan manusia dengan kerentanan, yaitu kondisi yang melemahkan
masyarakat untuk menangani bencana. Singkatnya ketika ancaman berdampak merugikan manusia
dan lingkungan, dan tidak adanya kemampuan masyarakat untuk menanggulanginya maka peristiwa
itu disebut dengan bencana.

Hubungan antara ancaman, kerentanan dan kemampuan dapat digambarkan sebagai berikut

Ancaman X Kerentanan = RISIKO BENCANA

Kemampuan
Hubungan antara ancaman, kerentanan dan kemampuan dapat digambarkan sebagai berikut
Berdasarkan penyebab bahayanya, bencana dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu bencana alam,
bencana sosial dan bencana campuran. Bencana alam disebabkan oleh kejadian-kejadian alamiah
seperti gempa bumi, tsunami, gunung api, dan angin topan. Bencana sosial atau bencana buatan
manusia, yaitu hasil dari tindakan langsung maupun tidak langsung manusia seperti perang, konflik
sosial, terorisme dan kegagalan teknologi. Bencana dapat terjadi karena alam dan manusia sekaligus
yang dikenal sebagai bencana campuran atau kompleks, seperti banjir dan kekeringan.

Jika dilihat dari tempo kejadiannya, ancaman dapat terjadi secara mendadak, berangsur-angsur atau
musiman. Contoh ancaman yang terjadi secara mendadak adalah gempa bumi, tsunami, dan banjir
bandang, ancaman yang berlangsung secara perlahan-lahan atau berangsur-angsur adalah banjir
genangan, rayapan, kekeringan dan ancaman yang terjadi musiman adalah banjir bandang (di musim
hujan), kekeringan (di musim kemarau) dan suhu dingin.

PENANGGULANGAN BENCANA
Penanggulangan Bencana adalah serangkaian kegiatan baik sebelum, saat dan sesudah terjadi
bencana yang dilakukan untuk mencegah, mengurangi, menghindari dan memulihkan diri dari
dampak bencana. Secara umum kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam penanggulangan bencana
adalah sebagai berikut: pencegahan, pengurangan dampak bahaya, kesiapsiagaan, tanggap darurat,
pemulihan (rehabilitasi dan rekonstruksi), dan pembangunan berkelanjutan yang mengurangi risiko
bencana

PENCEGAHAN
Pencegahan adalah upaya yang dilakukan untuk menghilangkan sama sekali atau mengurangi
ancaman. Contoh tindakan pencegahan:

Pembuatan hujan buatan untuk mencegah terjadinya kekeringan di suatu wilayah
Melarang atau menghentikan penebangan hutan
Menanam tanaman bahan pangan pokok alternative Menanam pepohonan di lereng gunung

MITIGASI ATAU PENGURANGAN
Mitigasi atau pengurangan adalah upaya untuk mengurangi atau meredam risiko. Kegiatan mitigasi
dapat dibagi menjadi dua, yaitu fisik dan nonfisik. Contoh tindakan mitigasi atau peredaman dampak
ancaman:

Membuat bendungan, tanggul, kanal untuk mengendalikan banjir; pembangunan tanggul sungai dan
lainnya
Penetapan dan pelaksanaan peraturan, sanksi; pemberian penghargaan mengenai penggunaan
lahan, tempat membangun rumah, aturan bangunan.
Penyediaan informasi, penyuluhan, pelatihan, penyusunan kurikulum pendidikan penanggulangan
bencana.

KESIAPSIAGAAN
Kesiapsiagaan adalah upaya menghadapi situasi darurat serta mengenali berbagai sumber daya untuk
memenuhi kebutuhan pada saat itu. Hal ini bertujuan agar warga mempunyai persiapan yang lebih
baik untuk menghadapi bencana. Contoh tindakan kesiapsiagaan:

Pembuatan sistem peringatan dini
Membuat sistem pemantauan ancaman
Membuat sistem penyebaran peringatan ancaman Pembuatan rencana evakuasi
Membuat tempat dan sarana evakuasi
Penyusunan rencana darurat, rencana siaga Pelatihan, gladi dan simulasi atau uji coba
Memasang rambu evakuasi dan peringatan dini

MENGURANGI KEMUNGKINAN/DAMPAK
Dalam upaya mengurangi dampak bencana di suatu wilayah, tindakan pencegahan perlu dilakukan
oleh masyarakatnya. Pada saat bencana terjadi, korban jiwa dan kerusakan yang timbul umumnya
disebabkan oleh kurangnya persiapan dan sistem peringatan dini. Persiapan yang baik akan bisa
membantu masyarakat untuk melakukan tindakan yang tepat guna dan tepat waktu.

Bencana bisa menyebabkan kerusakan fasilitas umum, harta benda dan korban jiwa. Dengan
mengetahui cara pencegahannya masyarakat bisa mengurangi resiko ini.

MENJALIN KERJASAMA
Penanggulangan bencana hendaknya menjadi tanggung jawab bersama antara masyarakat dan
pemerintah serta pihak pihak terkait. Kerjasama ini sangat penting untuk memperlancar proses
penanggulangan bencana.

[BCR-FHI]









BENCANA MELANDA, PELATIHAN (CBDRM) MENJADI UTAMA
Tanggal: Thursday, 19 July 2007
Topik: Depsos
LATAR BELAKANG MASALAH
Letak geografis dan kondisi geologis menyebabkan Indonesia menjadi salah satu negara
yang sangat berpotensi sekaligus rawan bencana alam, seperti ; tsunami, gempa bumi, banjir,
longsor, badai, angin ribut, letusan gunung berapi dan sebagainya. Atau bencana karena ulah
manusia seperti kebocoran gas, ledakan bom dan terakhir lumpur panas di Jawa Timur. Bisa
juga berupa konflik sosial seperti huru hara, tawuran dsb, yang pada akhirnya bencana
tersebut menimbulkan kerusakan dan kerugian material, bahkan korban jiwa serta
mengakibatkan terjadinya pengungsian besar-besaran dan terganggunya kehidupan sosial
ekonomi masyarakat.

Menurut pakar kebijakan dan perundangan penanggulangan bencana DR. Puji Pujiono,
Gejala alam yang sudah inheren itu dapat dipicu dan diperburuk oleh ketidakseimbangan
hubungan dengan alam akibat kegiatan manusia yang bukan sekedar untuk menopang hajat
hidup, tetapi juga untuk keserakahannya . (Kompas, 21 januari 2007).
Sementara itu penanggulangan bencana di Indonesia masih belum optimal dan terkesan
lamban. Hal ini disebabkan oleh berbagai hal, antara lain sumber daya manusia sebagai
pelaku penanggulangan bencana belum memadai, penanganannya bersifat parsial, sektoral
dan kurang terpadu, dan masih berorientasi pada upaya tanggap darurat yang dilakukan oleh
pemerintah serta kurangnya kesadaran warga masyarakat dalam memelihara lingkungan.
Perubahan pada pola pemerintahan di Indonesia, yaitu pelaksanaan kebijakan desentralisasi
dan semakin terlibatnya organisasi non pemerintah telah menimbulkan perubahan yang
mendasar pada sistem penanggulangan bencana.
Kebijakan desentralisasi ditujukan untuk memberdayakan pemerintah daerah dan
mendekatkan serta mengoptimalkan pelayanan dasar kepada masyarakat, sekaligus
mengelola sumberdaya dan resiko bencana yang melekat pada karakteristik daerah yang
bersangkutan. Namun demikian kebijakan ini sering dipahami hanya sebagai keleluasaan
untuk memanfaatkan sumberdaya tanpa disertai kesadaran untuk mengelola secara
bertanggung jawab.
Penanggulangan bencana merupakan salah satu perwujudan fungsi pemerintah dalam
perlindungan masyarakat. Oleh karenanya masyarakat mengharapkan pemerintah dapat
melaksanakan penanggulangan bencana sepenuhnya.
Dalam paradigma baru, penanggulangan bencana adalah suatu upaya terpadu yang
melibatkan masyarakat secara aktif. Pendekatan yang terpadu semacam ini menuntut
koordinasi yang lebih baik diantara semua pihak, baik dari sektor pemerintah, swasta,
masyarakat, badan-badan internasional dan lembaga-lembaga terkait lainnya.
Untuk itu penguatan terhadap para aktor pelaksana penanggulangan bencana baik petugas
dari pihak pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) sebagai pendamping
pelaksanaan program penanggulangan bencana maupun masyarakat sebagai korbanpun perlu
dilakukan, salah satunya yaitu melalui pelatihan manajemen penanggulangan bencana
berbasis masyarakat atau dalam bahasa Inggris ; Community Base Disaster Risk
Management (CBDRM).
Saat ini pelatihan CBDRM sedang digalakkan oleh pemeritah, NGO, Perguruan Tinggi
maupun LSM lokal. CBDRM merupakan pelatihan manajemen penanggulangan bencana
berbasis masyarakat, yaitu suatu pelatihan mengenai manajemen penanggulangan bencana
yang dilakukan oleh masyarakat dari mulai sebelum bencana terjadi, saat terjadi dan setelah
terjadi bencana. Pelatihan ini langsung diterapkan kepada masyarakat, khususnya yang
tinggal di daerah rawan bencana, dengan tujuan jika suatu saat terjadi bencana, maka
masyarakat sudah siap menghadapinya, mereka tersebut tidak terlalu panik, korban jiwa dan
kerugian harta benda tidak terlalu banyak, sehingga masyarakat dapat menanggulanginya
sendiri tanpa tergantung kepada pemerintah maupun pihak lain.
Berikut dikemukakan beberapa lembaga yang telah melakukan pelatihan CBDRM seperti :
BAKORNAS, DEPSOS, PUSKASI STKS Bandung, DEPDAGRI, PP. Muhamadyah, MPBI,
OXFAM GB, UPN Veteran Yogyakarta dll.

COMMUNITY BASE DISASTER RISK MANAGEMENT(CBDRM).
Menurut Banu Subagyo dari OXFAM GB (Bahan Seminar : 2005).
1. Definisi CBDRM :
Serangkaian kegiatan untuk mengurangi resiko terjadinya bencana yang diakibatkan
oleh gejala alam dan atau ulah manusia yang dilakukan oleh masyarakat sebagai
pelaku utama dengan didukung oleh pemerintah dan aktor lainnya.
2. Mengapa CBDRM ?
Masyarakat tempatan merupakan masyarakat yang paling terpapar pada ancaman
dan terkena dampak bencana.
Dalam keadaan daruratpun, masyarakat korban masih mempunyai kekuatan yang
bisa didayagunakan.
Dengan memusatkan perhatian kepada masyarakat, akan mengefektikan kerjasama
dengan pihak lain untuk melakukan dukungan lanjutan bila dibutuhkan.
Masyarakat tempatan, mengenal lebih baik karakteristik wilayahnya, dan mempunyai
cara adaptasi yang telah teruji dari waktu ke waktu.
CBDRM merupakan bagian dari kegiatan pembangunan/penghidupan berkelanjutan
(sustainable livelihood programme) masyarakat.
3. Prinsip Dasar CBDRM
Pendekatan yang holistik (melalui keseluruhan tahapan manajemen resiko bencana)
dan integratif (menautkan program dan kebutuhan lain).
Partisipatif sejak perencanaan hingga pengakhiran program (strata, kelompok,
gender).
Pemberdayaan, bukan kembali ke normal agar bila ancaman yang sama datang lagi,
bencana yang sama tidak kembali terjadi.
Tidak merusak (do no harm) sistem yang sudah ada, termasuk kepercayaan/tradisi
tempatan.
4. Bagaimana menjalankan CBDRM ?
Melalui kemitraan dengan organisasi non pemerintah lokal/nasional.
Memilih wilayah yang masih membutuhkan intervensi aktor dari luar.
Memfasilitasi peningkatan kapasitas mitra dan lembaga lain (kawan-kawan).
5. Dampak pelatihan CBDRM yang diharapkan.
Meningkatkan percaya diri masyarakat bahwa mampu mengelola risiko bencana
(gempa, longsor, kebakaran lahan/hutan, banjir, ancaman gunung api dsb),
mengamankan sumber pangan dan penghasilan masyarakat penerima manfaat,
perhatian pemerintah meningkat, walaupun belum dituangkan ke dalam bentuk
peraturan/ketetapan yang mengikat.

PELAKSANAAN PELATIHAN CBDRM
Menurut IDEP yang didukung oleh BAKORNAS PBP, CRS, MPBI, UNESCO, USAID
dan Masyarakat Indonesia, dalam Panduan Umum Penanggulangan Bencana Berbasis
Masyarakat (PBBM) atau CBDRM, pelaksanaan penanggulangan bencana berbasis
masyarakat ini memerlukan dukungan dan partisipasi dari seluruh masyarakat.
Oleh sebab itu tujuan dari CBDRM ini adalah :
1. meningkatkan kesadaran dan kesiap-siagaan masyarakat, terutama pada daerah-
daerah yang rawan bencana
2. memperkenalkan cara membuat peta bahaya setempat
3. memperkuat kemampuan masyarakat dalam menanggulangi bencana dengan
menjalin kerja sama dengan pihak-pihak terkait
4. mengembangkan organisasi bencana di daerah
5. memperkaya pengetahuan masyarakat dengan pendidikan tentang bencana
6. mempertinggi kesadaran masyarakat akan lingkungan hidup
7. membina kemampuan masyarakat yang mandiri.
Kemudian dijelaskan bahwa yang membuat perencanaan dari kegiatan ini adalah ;
masyarakat yang menghadapi bencana, yang menjadi korban dan harus menghadapi
kondisi akibat bencana. Kegiatan perencanaan untuk persiapan dalam pencegahan
bencana, penanganan pada waktu terjadi bencana dan pemulihan setelah bencana.
Dengan kegiatan ini diharapkan seluruh anggota masyarakat bisa bekerjasama untuk
membuat perencanaan yang tepat dan bermanfaat.
Kerangka kerja dari kegiatan ini dibawah koordinasi Satlak PBP. Dalam setiap
kejadian bencana di Indonesia ada beberapa pihak yang bekerjasama dalam
melakukan usaha-usaha penanganannya seperti ; pemerintah, organisasi-organisasi
bantuan dan masyarakat itu sendiri. Hubungan diantara pihak-pihak ini sebaiknya
dirintis pada tahap persiapan sebelum terjadi bencana.
Di tingkat nasional, lembaga pemerintahan yang khusus menangani penanggulangan
bencana di Indonesia adalah BAKORNAS PBP (Badan Koordinasi Nasional
Penanggulangan Bencana dan Pengungsi), dan SATKORLAK PBP (Satuan Koordinasi
Pelaksana) di tingkat Propinsi, SATLAK PBP (Satuan Pelaksana) di tingkat
Kabupaten, SATGAS di tingkat Kecamatan dan LINMAS di tingkat Desa. Disamping
itu peran LSM dan organisasi-organisasi seperti PMI, TNI dan Dinas Sosial tidak
kalah pentingnya. Untuk memperkuat kesiapsiagaan, masyarakat bisa mendapatkan
pelatihan-pelatihan dari organisasi-organisasi tersebut.
Berikut ini diuraikan mengenai contoh modul Penanggulangan bencana yang
dikemukakan oleh IDEP :
PERSIAPAN DAN PENCEGAHAN BENCANA
1. Pentingnya Persiapan.
Tujuan
Mengurangi Resiko
Untuk mencegah bencana secara mutlak memang mustahil, namun ada banyak
tindakan yang bisa dilakukan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya bencana
atau mengurangi dampak bencana.
Contoh : Untuk mencegah banjir, sebelum musim hujan masyarakat bisa
membersihkan saluran air, got dan sungai serta tidak membuang sampah di
sembarang tempat, apalagi di sungai.
Mengurangi korban
Apabila masyarakat sudah mempersiapkan diri, akan lebih mudah untuk menentukan
tindakan penyelamatan pada saat bencana terjadi. Persiapan yang baik akan bisa
membantu masyarakat untuk melakukan tindakan yang tepat guna dan tepat waktu.
Bisa dilihat contoh dibawah ini
Masyarakat yang dilanda bencana gunung berapi berkali-kali bisa mempersiapkan
diri dengan membuat perencanaan serta mendapatkan pelatihan yang diperlukan.
Meringankan penderitaan
Untuk mengurangi penderitaan akibat suatu bencana, masyarakat perlu mempunyai
persiapan supaya bisa cepat bertindak apabila terjadi bencana.
Contoh : Umumnya pada kasus bencana, masalah utama adalah persediaan air bersih.
Akibatnya banyak masyarakat yang terjangkit penyakit menular. Dengan melakukan
persiapan terlebih dahulu kesadaran masyarakat akan pentingnya sumber air bersih
bisa mengurangi kejadian penyakit menular.
Menjalin kerjasama
Tergantung dari cakupan bencana dan kemampuan masyarakat, penanganan bencana
bisa dilakukan oleh masyarakat itu sendiri atau apabila diperlukan bisa bekerjasama
dengan pihak-pihak yang terkait. Untuk menjamin kerjasama yang baik, pada tahap
persiapan ini masyarakat perlu menjalin hubungan dengan pihak-pihak tertentu.
2. Kelompok Masyarakat Penanggulangan Bencana (KMPB).
Apa KMPB itu ?
KMPB terdiri dari anggota-anggota masyarakat baik laki-laki maupun perempuan,
yang dibentuk atas hasil keputusan masyarakat secara bersama-sama. Masyarakat
sendiri berhak untuk melakukan segala usaha untuk mengurangi resiko dan dampak
bencana.
Manfaat KMPB
Saat-saat pertama adalah masa krisis bagi korban bencana. Banyak korban yang
akhirnya meninggal atau menjadi cacat seumur hidup karena tidak mendapatkan
pertolongan segera. Oleh karena itu perlu disiapkan sebuah kelompok masyarakat
untuk mampu menanggulangi hal-hal seperti itu. Tugas utama KMPB ini adalah
membuat perencanaan untuk mengurangi dampak bencana yang mungkin terjadi di
wilayahnya. Apabila diperlukan, KMPB bisa bekerja sama dengan pihak-pihak yang
terkait dalam menanggulangi bencana dibawah koordinasi Satlak PBP (Satuan
Pelasana Penanggulangan Bencana dan Pengungsi).
Memilih Anggota KMPB
Anggota kelompok harus dipilih berdasarkan kemampuan mereka dalam
melaksanakan tugas yang dibutuhkan. Biasanya, orang-orang yang sehat secara fisik
dan mental, serta mampu mengatasi tekanan akibat bencana bisa menjadi anggota
kelompok ini.
Organisasi KMPB
Besarnya jumlah anggota KMPB ini tergantung pada besarnya wilayah dan besarnya
cakupan kemungkinan bencana. Untuk sebuah desa di Indonesia, yang rata-rata
mempunyai 500 keluarga, anggota yang diperlukan untuk membentuk KMPB adalah
45 orang. Kelompok ini kemudian dibagi menjadi 11 regu yang masing-masing
memiliki tugas khusus. Masing-masing regu memilih seorang koordinator. Pilih orang-
orang yang mempunyai kemampuan sesuai dengan tugas yang ditunjuk.
Tentang Pelatihan KMPB
Untuk meningkatkan kemampuan kelompok-kelompok tadi, bisa diadakan pelatihan-
pelatihan khusus. Banyak organisasi yang menyediakan pelatihan-pelatihan khusus ini,
KMPB dapat menghubungi organisasi-organisasi/instansi terkait.
Berikut ini dapat kita lihat modul pelatihan CBDRM yang diselenggarakan oleh
BAKORNAS PBP sebagai berikut :
MATRIK PELATIHAN CBDRM :
No MATERI
PEMBELAJARAN
POKOK
BAHASAN
METODE
PEMBELAJARAN
MEDIA
PEMBELAJARAN
WAKTU
1 Konsep bencana a. Pengertian
b. Jenis bencana
c. Akibat
1. Curah pendapat
2. Diskusi
3. Ceramah dan
1. LCD / OHP
2. Flipchart
2 sessi
(2 x 45
menit)
tanya jawab 3. Kertas
4. Spidol
2 Prinsip Dasar
Manajemen
Bencana
a. Mitigasi dan
pencegahan
b.
Akesiapsiagaan
c. Tanggap
darurat
d. Pasca bencana
1. Curah pendapat
2. Diskusi
3. Ceramah dan
tanya jawab
4. Dinamika
kelompok
1. LCD/OHP
2. Flipchart
3. Kertas
warna/meta plan
4. ATK
4 sessi (4
x 45
menit)
3 Pedoman Umum
manajemen
Bencana
a. Kebijakan dan
strategi
b. Organisasi
dan mekanisme
kerja
c. Pokok-pokok
kegiatan
d. Pembiayaan
1. Curah pendapat
2. Diskusi
3. Ceramah dan
tanya jawab
4. Dinamika
kelompok
5. LCD/OHP
6. Flipchart
7. Kertas
warna/meta plan
8. ATK
2 sessi
(2 x 45
menit)
4 Standar-standar
Minimum Respons
Bencana
a. Air Bersih
b. Sanitasi
c. Makanan,
Gizi
d. Hunian
e. Kesehatan.
1. Curah pendapat
2. Diskusi
3. Ceramah dan
tanya jawab
4. Dinamika
kelompok
9. LCD/OHP
10. Flipchart
11. Kertas
warna/meta plan
12. ATK
4 sessi (4
x 45
menit)
RINGKASAN TUGAS KMPB DALAM SETIAP TAHAP :
Koordinator Umum : Bertanggung jawab atas keseluruhan kegiatan KMPB.
Regu Deteksi Dini : Analisa lingkungan, sarana prasarana, mengurangi kemungkinan
bencana.
Regu Pemetaan : Mengumpulkan data dan pembuatan peta bahaya.
Bagian Operasi : Menampung masalah, menjalin kerjasama, juru bicara masyarakat.
Regu SAR : Mencari, menyelamatkan, mengevakuasi korban.
Regu Keamanan : Mengamankan jalur daerah bencana dan menjamin keamanan.
Regu Pengungsian : Persiapan lokasi, mengawas proses pengungsian, pembangunan
kembali fasilitas umum dan hunian sementara.
Regu Komunikasi : Media dan hubungan luar.
Regu Dokumentasi : Mendokumentasikan seluruh kegiatan.
Regu Relawan : Mengumpulkan informasi tentang relawan, menghubungi instansi
relawan, mencari relawan jika dibutuhkan.
Regu Kesehatan : Hubungan dengan instansi kesehatan, memenuhi kebutuhan medis,
memantau kondisi korban.
Regu Dapur Umum : Memenuhi kebutuhan dapur Umum, menyediakan makanan,
minuman untuk masyarakat dan petugas.
Regu Hubungan Sosial : Membina hubungan dengan organisasi terkait, analisis
kebutuhan bantuan, penyaluran bantuan.
PEMULIHAN BENCANA
Pemulihan bencana berarti membangun kembali segala yang rusak akibat dampak
suatu bencana yang menimpa sebuah masyarakat.
Tujuan dari pemulihan bencana :
1. Untuk mengurangi penderitaan korban bencana
2. Paling tidak mengembalikan kondisi seperti semula serta meningkatkannya
menjadi lebih baik daripada kondisi semula.
3. Memperkirakan perkembangan keadaan dengan menciptakan lingkungan yang
bisa mengurangi kemungkinan resiko bencana di masa depan.
Jangka waktu pemulihan.
Jangka waktu pemulihan tergantung besarnya dampak bencana yang terjadi, jangka
pendek dan menengah dan pemulihan jangka panjang.
Yang terlibat dalam pemulihan adalah tokoh masyarakat, perwakilan dari pemerintah
daerah, organisasi pendukung, orang yang mempunyai keahlian dalam proses
pemulihan, sukarelawan dan anggota masyarakat.
Kegiatan pemulihan.
Pada tahap ini masyarakat perlu memperkirakan kebutuhan untuk kehidupan yang
berkelanjutan. Biasanya kegiatan pemulihan mencakup : Membangun perekonomian
lokal, perbaikan sarana dan prasarana, perbaikan dan pelestarian lingkungan melalui
pemberdayaan masyarakat.
Masih menurut DR.Puji, Pekerjaan kemanusiaan memiliki konsekuensi yang sangat
serius terhadap survival dan kebangkitan kembali masyarakat. Banyak jenis bantuan
yang kalau dijalankan dengan hati-hati akan menjaga penggunaan energi yang tersisa
dan secara berangsur-angsur mengajak masyarakat melakukan kegiatan yang
berstruktur.
Semoga tulisan ini bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya, untuk menaruh
kepedulian terhadap siklus bencana yang ada di negeri kita yang tercinta ini, ....Amien.
sumber naskah : Nurjanah., STKS, Bandung.







Artikel dari Kementerian Sosial RI
http://www.kemsos.go.id/

URL:
http://www.kemsos.go.id//modules.php?name=News&file=article&sid=427












Tanggap dan Sigap Menghadapi Bencana
OPINI | 25 January 2013 | 09:14 Dibaca: 191 Komentar: 0 0
Rentetan bencana alam terus terjadi di Indonesia. Beragam jenis bencana
terjadi silih berganti mengguncang bumi pertiwi. Di musim kemarau banyak
daerah mengalami kekeringan dan kekurangan air bersih. Ketika musim
penghujan tiba, masyarakat harus waspada terjangan banjir yang siap
datang setiap saat. Jakarta, Semarang, Riau dan kota-kota lain di
Indonesia telah menjadi langganan banjir setiap tahunnya. Gempa bumi
dan tsunami telah meluluhlantakkan negeri ini berkali-kali. Tentu masih
teringat di benak kita bagaimana tsunami yang melanda Aceh pada tahun
2004 lalu menelan korban tak kurang dari 100 ribu jiwa. Gempa bumi juga
setali tiga uang, tak pernah berhenti mengguncang dan menimbulkan
korban. Gempa di Yogyakarta menelan korban tak kurang dari 5000 jiwa,
kemudian disusul gempa Pangandaran, Cilacap, Papua dan yang terbaru
terjadi di Padang, Sumatera Barat.
Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (DVMBG)
Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral telah memetakan daerah
rawan gempa di Indonesia. Pemetaan daerah rawan gempa di Indonesia
meliputi NAD, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Bengkulu, Lampung, Banten,
Jateng DIY, Jatim, Bali, NTB dan NTT. Kemudian Sulut, Sulteng, Sulsel,
Maluku Utara, Maluku Selatan, Biak, Yapen dan Fak-Fak di Papua serta
Balikpapan Kaltim. Dari Sabang sampai Merauke wilayah Indonesia
memiliki potensi untuk terjadi gempa.
Kondisi tersebut terjadi karena Indonesia dikepung tiga lempeng tektonik
dunia. Indonesia merupakan daerah pertemuan tiga lempeng tektonik
besar, yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan lempeng Pasific.
Lempeng Indo-Australia bertabrakan dengan lempeng Eurasia di lepas
pantai Sumatra, Jawa dan Nusa Tenggara. Sedangkan dengan Pasific
bertabrakan di utara Irian dan Maluku utara. Di sekitar lokasi pertemuan
lempeng ini akumulasi energi tabrakan terkumpul sampai suatu titik dimana
lapisan bumi tidak lagi sanggup menahan tumpukan energi sehingga
dilepaskan menjadi gempa bumi. Pelepasan energi ini menimbulkan
berbagai dampak terhadap bangunan karena percepatan gelombang
seismik, tsunami, longsor, dan liquefaction.
Indonesia juga merupakan jalur The Pacific Ring of Fire (Cincin Api
Pasifik), yang merupakan jalur rangkaian gunung api aktif di dunia. Cincin
api Pasifik membentang diantara subduksi maupun pemisahan lempeng
Pasifik dengan lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia, lempeng
Amerika Utara dan lempeng Nazca yang bertabrakan dengan lempeng
Amerika Selatan. Jalur ini membentang dari pantai barat Amerika Selatan,
ke pantai barat Amerika Utara, melingkar ke Kanada, semenanjung
Kamsatschka, Jepang, Indonesia, Selandia baru dan kepulauan di Pasifik
Selatan. Indonesia memiliki gunung berapi dengan jumlah tak kurang dari
240 buah. Dari jumlah tersebut hampir 70 di antaranya masih aktif. Zone
kegempaan dan gunung api aktif Circum Pasifik amat terkenal, karena
setiap gempa hebat atau tsunami dahsyat di kawasan itu, dipastikan
menelan korban jiwa dalam jumlah besar. Tsunami yang melanda Aceh
pada tahun 2004 lalu, juga melanda kawasan lain seperti Sri Langka.
Uraian dari Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (DVMBG)
Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral tersebut tentunya cukup
memberi gambaran kepada kita bagaimana potensi bencana di Indonesia.
Meski demikian tidak ada yang bisa menjawab pertanyaan kapan bencana
datang ? Tidak ada seorangpun yang tahu kapan, di mana dan bagaimana
bencana akan terjadi. Manusia hanya bisa memprediksi, menggunakan
ilmu pengetahuan yang dimiliki. Di beberapa daerah seperti Aceh, Nabire,
Alor, Bengkulu, pantai selatan Jawa, dan sejumlah daerah rawan gempa
lainnya telah di pasang alat pendeteksi bahaya gempa dan tsunami.
Semua alat tersebut hanya bisa membantu manusia untuk mendeteksi
datangnya bencana.
Belajar dari rangkaian bencana yang terjadi di Indonesia maupun di negara
lain, menunjukkan bahwa kemampuan untuk melakukan persiapan dalam
menghadapi bencana menjadi faktor penting untuk meminimalkan korban.
Sebagai contoh adalah Jepang yang merupakan negara dengan potensi
gempa tinggi. Dengan perencanaan dan pendidikan yang matang
mengenai mitigasi bencana, mereka mampu meminimalkan korban dan
kerugian yang timbul akibat bencana. Banyaknya korban yang timbul
sebenarnya lebih diakibatkan oleh dampak yang muncul dan bukan dari
bencana itu sendiri. Ketika terjadi gempa, dampaknya secara langsung
hanya dirasakan dalam beberapa menit, namun korban lebih banyak justru
timbul karena tertimpa reruntuhan bangunan atau karena keterlambatan
proses evakuasi

Anda mungkin juga menyukai